BAB II PROFIL KOTA DENPASAR - DOCRPIJM 1536553662Bab 2 Profile Kab Kota

BAB II
PROFIL KOTA DENPASAR
2.1. Wilayah Administrasi
2.1.1. Luasan Wilayah Administrasi
Kota Denpasar memiliki luas wilayah 127,78 km2 (2,27 persen) dari luas wilayah
Provinsi Bali. Secara administrasi Kota Denpasar terdiri dari 4 wilayah kecamatan terbagi
menjadi 27 desa dan 16 kelurahan. Dari keempat kecamatan tersebut berdasarkan luas
wilayah, Kecamatan Denpasar Selatan memiliki wilayah terluas yaitu 49,99 km2 (39,12
persen). Denpasar Utara memiliki wilayah seluas 31,12 km2 (24,35 persen), dan Denpasar
Barat dengan luas wilayah sebesar 24,13 km2 (18,88 persen). Kecamatan dengan wilayah
terkecil yaitu Kecamatan Denpasar Timur dengan luas wilayah 22,54 km2 (17,64 persen).
Selengkapnya disajikan pada Tabel 2.1.

Tabel 2. 1 Luas Wilayah Kota Denpasar Menurut Kecamatan, Desa/Kelurahan
No.

1

2

3


Kecamatan/Desa/Kelurahan
Kecamatan Denpasar Utara
1.1
Desa Dangin Puri Kaja
1.2
Desa Dangin Puri Kangin
1.3
Kelurahan Tonja
1.4
Desa Dangin Puri Kauh
1.5
Desa Pemecutan Kaja
1.6
Kelurahan Ubung
1.7
Desa Ubung Kaja
1.8
Desa Dauh Puri Kaja
1.9

Kelurahan Peguyangan
1.10 Desa Peguyangan Kaja
1.11 Desa Peguyangan Kangin
Kecamatan Denpasar Barat
2.1
Desa Padang Sambian Klod
2.2
Desa Pemecutan Klod
2.3
Desa Kauh Puri Kauh
2.4
Desa Kauh Puri Klod
2.5
Kelurahan Dauh Puri
2.6
Desa Dauh Puri Kangin
2.7
Kelurahan Pemecutan
2.8
Desa Tegal Harum

2.9
Desa Tegal Kertha
2.10 Kelurahan Padang Sambian
2.11 Desa Padang Sambian Kaja
Kecamatan Denpasar Timur
3.1
Desa Dangin Puri Klod
3.2
Desa Sumerta Klod

Luas (Ha)
3.112,00
142,00
75,00
230,00
72.00
385,00
103,00
400,00
109,00

644,00
536,00
416,00
2.413,00
412,00
450,00
190,00
188,00
60,00
59,00
186,00
50,00
35,00
374,00
409,00
2.254,00
142,00
271,00

Persentase (%)

24,35
1,11
0,59
1,80
0,56
3,01
0,81
3,13
0,85
5,04
4,19
3,26
18,88
3,22
3,52
1,49
1,47
0,47
0,46
1,46

0,39
0,27
2,93
3,20
17,64
1,11
2,12

II-1

No.

4

Kecamatan/Desa/Kelurahan
3.3
Kelurahan Kesiman
3.4
Desa Kesiman Petilan
3.5

Desa Kesiman Kertalangu
3.6
Kelurahan Sumerta
3.7
Desa Sumerta Kaja
3.8
Desa Sumerta Kauh
3.9
Kelurahahn Dangin Puri
3.10 Kelurahan Penatih
3.11 Desa Penatih Dangin Puri
Kecamatan Denpasar Selatan
4.1
Desa Pemogan
4.2
Kelurahan Pedungan
4.3
Kelurahan Sesetan
4.4
Kelurahan Serangan

4.5
Desa Sidakarya
4.6
Kelurahan Panjer
4.7
Kelurahan Renon
4.8
Desa Sanur Kauh
4.9
Kelurahan Sanur
3.10 Desa Sanur Kaja
Kota Denpasar

Luas (Ha)
266,00
290,00
405,00
52,00
73,00
89,00

65,00
281,00
320,00
4.999,00
971,00
749,00
739,00
481,00
389,00
359,00
254,00
386,00
402,00
269,00
12.278,00

Persentase (%)
2,08
2,27
3,17

0,41
0,57
0,70
0,51
2,20
2,50
39,12
7,60
5,86
5,78
3,76
3,04
2,81
1,99
3,02
3,15
2,11
100

Sumber: BPS Kota Denpasar, 2016


Batas wilayah Kota Denpasar berbatasan dengan Kabupaten Badung sebelah Utara,
Barat dan Selatan sedangkan di sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Gianyar dan
Selat Lombok, secara rinci batas wilayah Kota Denpasar antara lain:
a. Sebelah Utara

: Kecamatan Mengwi dan Abiansemal (Kabupaten Badung).

b. Sebelah Timur

: Kecamatan Sukawati (Kabupaten Gianyar) dan Selat Badung.

c. Sebelah Selatan

: Kecamatan Kuta Selatan (Kabupaten Badung) dan Teluk Benoa.

d. Sebelah Barat

: Kecamatan Kuta Utara dan Kuta (Kabupaten Badung).

2.1.2. Letak dan kondisi geografis
Menurut letak geografis Kota Denpasar berada diantara 08 35’ 31”–08 44’ 49”
Lintang Selatan dan 115 10’ 23”–115 16’ 27” Bujur Timur seperti tampak pada Tabel 2.2.
Tabel 2. 2 Letak Geografis Kota Denpasar Per Kecamatan
No
1
2
3
4

Kecamatan
Denpasar Selatan
Denpasar Timur
Denpasar Barat
Denpasar Utara

Lintang Selatan
08040’00”-08044”49”
08035’31”-08040’36”
08036’24”-08041’59”
08035’31”-08044’49”

Bujur Timur
115011’23”-115015’54”
115012’29”-115016’27”
115010’23”-115014’14”
115012’09”-115014’39”

Sumber: BPS Kota Denpasar, 2016

II-2

Gambar 2. 1 Peta Wilayah Kota Denpasar
Sumber: RTRW Kota Denpasar Tahun 2011-2031

II-3

2.2. Potensi Wilayah Kota Denpasar
2.2.1. Potensi Pengembangan Wilayah
Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Nasional
(RTRWN), yang selanjutnya diakomodasi dalam Peraturan Daerah Provinsi Bali No. 16
Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Bali 2009-2029,
menegaskan bahwa Kota Denpasar yang terintegrasi dalam Kawasan Perkotaan DenpasarBadung-Gianyar-Tabanan dalam sistem perkotaan nasional ditetapkan sebagai Pusat
Kegiatan Nasional (PKN). Selanjutnya Perkotaan Denpasar-Badung-Gianyar-Tabanan
juga sekaligus ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Nasional (KSN) dari pertimbangan
sudut kepentingan ekonomi nasional, dengan nama Kawasan Metropolitan Sarbagita.
Berdasarkan Perda Kota Denpasar No. 27 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota (RTRWK) Denpasar, potensi pengembangan wilayah di Kota Denpasar
sesuai dengan arahan kebijakan dan strategi pengembangan kawasan, yaitu:
a. Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan lindung, meliputi:
 Pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup.
 Pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan kerusakan
lingkungan hidup.
 Pemulihan dan penanggulangan kerusakan lingkungan hidup.
 Pengembangan mitigasi dan adaptasi kawasan rawan bencana.
 Perlindungan terhadap kawasan cagar budaya dan aktivitas yang memiliki nilai
historis dan spiritual.
b. Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan budidaya, meliputi:
 Perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antar kegiatan.
 Pengendalian perkembangan kegiatan budi daya perkotaan sesuai dengan daya
dukung dan daya tampung lingkungannya.
 Pengembangan kawasan budidaya kreatif dan unggulan.
 Pengembangan sarana dan prasarana kepariwisataan.
 Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan.
c. Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan strategis, meliputi:
 Pengembangan keterpaduan pengelolaan kawasan strategis nasional dan kawasan
strategis provinsi dalam wilayah kota.
 Pengembangan kawasan strategis kota berdasarkan sudut kepentingan pertumbuhan
ekonomi kota dan wilayah.
II-4

 Pengembangan kawasan strategis kota berdasarkan sudut kepentingan sosial budaya
kota.
 Pengembangan kawasan strategis kota berdasarkan sudut kepentingan pelestarian
lingkungan hidup.

Rencana struktur ruang wilayah Kota terdiri dari Sistem Pusat Pelayanan Kota dan
Sistem Prasarana Kota. Sistem pusat-pusat pelayanan kota terdiri dari: Pusat Pelayanan
Kota; Sub Pusat Pelayanan Kota; dan Pusat Lingkungan.
Pusat pelayanan kota terdiri dari:
a. Pusat-pusat pelayanan kegiatan sosial ekonomi dan pemerintahan dengan skala
pelayanan wilayah terdiri dari:
 Kawasan sekitar Niti Mandala sebagai pusat kegiatan pemerintahan skala wilayah.
 Kawasan sekitar Sanglah sebagai pusat kegiatan ekonomi, pendidikan tinggi dan
pelayanan kesehatan skala wilayah.
 Kawasan sekitar terminal Ubung sebagai pusat transportasi penumpang antar
wilayah Tipe B.
 Kawasan Pelabuhan Benoa sebagai pusat transportasi laut antar wilayah dan
internasional.
 Kawasan perdagangan dan jasa skala wilayah di sepanjang Jalan Ngurah Rai, Jalan
Gatot Subroto dan Jalan Mahendradata.
 Kawasan pariwisata Sanur sebagai kawasan khusus pariwisata.
b. Pusat-pusat pelayanan kegiatan sosial ekonomi dan pemerintahan yang melayani
seluruh wilayah kota yang tersebar di Bagian Wilayah Kota (BWK) tengah terdiri dari:
 Kawasan cathus patha agung Kota Denpasar dan sekitar jalan Gajah Mada sebagai
pusat kegiatan perdagangan dan jasa, sosial, budaya, pemerintahan dan kawasan
heritage.
 Kawasan Niti Praja Lumintang sebagai kawasan pemerintahan.
 Kawasan sekitar koridor Jalan Teuku Umar, Jalan Dewi Sartika, Jalan Diponegoro,
Jalan Setiabudi, Jalan Cokroaminoto, Jalan Surapati, Jalan Hayam Wuruk, Jalan
WR. Supratman, Jalan Gunung Agung dan Jalan Letda Tantular.
 Kawasan Ubung sebagai pusat kegiatan perdagangan dan terminal kargo.
 Kawasan Kreneng dan Jalan Kamboja sebagai pusat kegiatan perdagangan dan jasa,
pendidikan dan olah raga.
II-5

Sub Pusat Pelayanan Kota terdiri dari pusat-pusat pelayanan sosial ekonomi dan
pemerintahan yang melayani skala kecamatan atau BWK, terdiri dari:
a. Sub Pusat Pelayanan Kota di BWK Utara dikembangkan di Kawasan Ubung Kaja.
b. Sub Pusat Pelayanan Kota di BWK Timur dikembangkan di Kawasan di sekitar Jalan
WR. Supratman, Kelurahan Kesiman Kertalangu.
c. Sub Pusat Pelayanan Kota di BWK Selatan dikembangkan Kawasan di sekitar Jalan
Diponegoro, Kelurahan Sesetan.
d. Sub Pusat Pelayanan Kota di BWK Barat dikembangkan di Kawasan sekitar Jalan
Gunung Agung dan Jalan Mahendradata, Desa Tegal Kertha.

Pusat Lingkungan meliputi:
a. Pusat Lingkungan sebagai pendukung Sub Pusat Pelayanan Kota di BWK Tengah:
 Pusat Lingkungan Tengah I dikembangkan di Kawasan Catur Muka dan Lapangan
Puputan Badung.
 Pusat Lingkungan Tengah II dikembangkan di Koridor Jalan Cokroaminoto.
 Pusat Lingkungan Tengah III dikembangkan di Koridor Jalan Gatot Subroto dan
Jalan Ahmad Yani.
 Pusat Lingkungan Tengah IV dikembangkan di Koridor Jalan Hayam Wuruk.
 Pusat Lingkungan Tengah V dikembangkan di Koridor Jalan Diponegoro dan
koridor Jalan Teuku Umar.
b. Pusat Lingkungan sebagai pendukung Sub Pusat Pelayanan Kota di BWK Utara:
 Pusat Lingkungan Utara I dikembangkan di Kawasan sekitar Pasar Ubung.
 Pusat Lingkungan Utara II dikembangkan di Kawasan sekitar Pasar Peguyangan.
 Pusat Lingkungan Utara III dikembangkan di Kawasan sekitar Pasar Agung.
c. Pusat Lingkungan sebagai pendukung Sub Pusat Pelayanan Kota di BWK Timur:
 Pusat Lingkungan Timur I dikembangkan di Kawasan Penatih.
 Pusat Lingkungan Timur II dikembangkan di Kawasan Kesiman Kertalangu.
 Pusat Lingkungan Timur III dikembangkan di Kawasan Kesiman.
d. Pusat Lingkungan sebagai pendukung Sub Pusat Pelayanan Kota di BWK Selatan:
 Pusat Lingkungan Selatan I dikembangkan di sekitar Pasar Sanur.
 Pusat Lingkungan Selatan II dikembangkan di Kawasan sekitar Jalan Pekerisan dan
Jalan Barito.
II-6

 Pusat Lingkungan Selatan III dikembangkan di Kawasan sekitar Koridor Jalan Raya
Sesetan sebagai
 Pusat Lingkungan Selatan IV dikembangkan di Kawasan sekitar Koridor Jalan Raya
Kepaon.
 Pusat Lingkungan Selatan V dikembangkan di sekitar Pasar Serangan.
e. Pusat Lingkungan sebagai pendukung Sub Pusat Pelayanan Kota di BWK Barat:
 Pusat Lingkungan Barat I dikembangkan di Kawasan sekitar simpang Kebo Iwa.
 Pusat Lingkungan Barat II dikembangkan di Kawasan sekitar jalan Gunung Rinjani.
 Pusat Lingkungan Barat III dikembangkan di Kawasan sekitar jalan Pasar Umad.

2.2.2. Potensi Ekonomi Kreatif
Potensi ekonomi kreatif, khususnya industri kreatif seperti berbagai jenis patung,
aksesories taman, dan ornamen bangunan khas Bali yang dipajang dan diproduksi di
sepanjang Jalan Ida Bagus Mantera, dan Jalan By Pass Ngurah Rai; utamanya sebagai
etalase hasil industri kreatif.

2.2.3. Potensi Pariwisata
Kebijakan pengembangan pariwisata di Kota Denpasar menitikberatkan pada
pariwasata budaya berwawasan lingkungan. Sebagai salah satu sentra pengembangan
pariwisata, Kota Denpasar menjadi barometer bagi kemajuan pariwisata di Bali, hal ini
dapat dilihat dengan munculnya berbagai hotel berbintang sebagai sarana menunjang
aktifitas pariwisata tersebut.
Pantai Sanur merupakan salah satu kawasan wisata pantai yang ramai dikunjungi.
Sementara Lapangan Puputan merupakan kawasan ruang terbuka hijau di Kota Denpasar
sekaligus berfungsi sebagai paru-paru kota.
Denpasar memiliki beberapa tempat wisata yang memiliki unsur sejarah dan rekreasi
diantaranya adalah: (1) Museum Bali - tempat ini awalnya adalah tempat berdiamnya
keluarga kerajaan; (2) Lapangan Renon - pusat aktifitas keluarga dan juga terdapat
Monumen Bajra Sandhi yaitu monumen perjuangan rakyat Bali (3) Taman Puputan tempat pentas seni; (4) Pasar Kreneng; (5) Simpang Dewa Ruci atau Simpang Siur terdapat Mal Simpang Siur atau Discovery Mall; (6) Puri Santrian; (7) Pantai Sanur (8)
Ekowisata hutan mangrove atau bakau (Tahura); (9) Taman Budaya; (10) Desa Budaya

II-7

Kertalangu (11) Pasar Burung Satria; (12) Pantai Sindu; (13) Pura Agung Jagatnatha; (14)
Pura Sakenan.
Denpasar juga terkenal dengan wisata kulinernya. Beberapa tempat yang sangat
dikenal baik oleh turis lokal maupun mancanegara adalah: (1) Nasi Ayam Kedewatan Jalan Tukad Badung, Denpasar; (2) Nasi Ikan Mak Beng - dekat Hotel Radisson; (3) Nasi
Campur - Pantai Segara, Sanur; (4) Babi Guling Chandra - Jalan Teuku Umar (non-halal);
(5) Warung Wardana - Jalan Merdeka, Denpasar; (6) Bebek Goreng HT - Jalan Merdeka,
Denpasar; (7) Sate Plecing - Jalan Yudhistira, Denpasar (non-halal); (8) Depot Kepiting
Super - Jalan Bypass Ngurah Rai (9) Resto Bali Nikmat - Jalan Raya Kuta deket Alfa; (10)
Warung Batan Waru - sebelah Discovery Mall; (10) Warung Made - Kuta; (11) Ikan Bakar
- Jimbaran; (12) Nyoman Cafe – Jimbaran; (13) Menega Cafe - Four Seasons Jimbaran
(14) Jebak (Jejak Bali Kuliner) - Jalan Teuku Umar, Denpasar.
Beberapa oleh-oleh Bali yang terkenal diantaranya adalah dodol bali, brem, kacang
rahayu, pie susu, kacang disco, salak bali, kacang kapri, kerupuk ceker ayam, pia legong
dan kopi bali. Beberapa tempat khusus yang menjual oleh-oleh diantaranya adalah: Toko
Krisna; Toko Erlangga; Pasar Kumbasari.

2.3. Demografi dan Urbanisasi
2.3.1. Jumlah Penduduk dan KK Keseluruhan
Tahun 2016, jumlah penduduk di Kota Denpasar mencapai 897.300 jiwa (BPS Kota
Denpasar, 2017). Jumlah penduduk terbanyak berada di Kecamatan Denpasar Selatan
sebanyak 286.060 jiwa diikuti Denpasar Barat sebanyak 259.790 jiwa dan Denpasar Utara
sebanyak 197.970 jiwa. Sementara penduduk dengan jumlah terkecil berada di Kecamatan
Denpasar Timur yaitu berjumlah 153.480 jiwa. Selengkapnya disajikan pada Tabel 2.3.

Tabel 2. 3 Proyeksi Penduduk Kota Denpasar Menurut Jenis Kelamin
per Kecamatan Tahun 2016
Kecamatan
Denpasar Selatan
Denpasar Timur
Denpasar Barat
Denpasar Utara
Kota Denpasar

Penduduk
Laki-laki
Perempuan
146.220
139.840
78.040
75.440
132.760
127.030
101.280
96.690
458.300
439.000

Jumlah
286.060
153.480
259.790
197.970
897.300

Sumber: BPS Kota Denpasar, 2017

II-8

2.3.2. Jumlah Penduduk Miskin dan Sebaran Penduduk
Kepadatan penduduk di Kota Denpasar tahun 2016 telah mencapai 5.850 jiwa/km2.
Angka ini merupakan angka tertinggi di Provinsi Bali. Dari empat kecamatan di Kota
Denpasar, kepadatan penduduk tertinggi adalah Kecamatan Denpasar Barat (10.798
jiwa/km2) kemudian Kecamatan Denpasar Timur (6.879 jiwa/km2), Kecamatan Denpasar
Utara (6.301 jiwa/km2), dan Kecamatan Denpasar Selatan (5.722 jiwa/km2). Selengkapnya
disajikan pada Tabel 2.4.

Tabel 2. 4 Rata-Rata Penduduk Per Rumah Tangga, Per Desa dan Kepadatan
Penduduk di Kota Denpasar Tahun 2015
Kecamatan
1
2
3
4

Jumlah Rumah
Tangga

Denpasar Selatan
Denpasar Timur
Denpasar Barat
Denpasar Utara
Jumlah

95.353
51.160
86.597
65.990
299.100

Rata-rata Penduduk
Per Rumah
Per Desa
Tangga
3
286.060
3
153.480
3
259.790
3
197.970
3
897.300

Kepadatan
Penduduk
(Per Km2)
5.722
6.879
10.798
6.301
5.850

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Denpasar, 2016

Penduduk miskin adalah penduduk yang pendapatan perkapitanya kurang dari satu
dolar/orang per hari atau penduduk yang pendapatannya kurang dari 2.100 kilo kalori per
orang/hari (BPS, 1998). Selengkapnya persentase penduduk miskin kabupaten/kota se Bali
disajikan pada Tabel 2.5.

Tabel 2. 5 Persentase Penduduk Miskin Menurut Kabupaten/Kota se-Bali 2011-2016

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Kabupaten/
Kota
Jembrana
Tabanan
Badung
Gianyar
Klungkung
Bangli
Karangasem
Buleleng
Denpasar
BALI

2011
6.56
5.62
2.62
5.40
6.10
5.16
6.43
5.93
1.79
4.59

Persentase Penduduk Miskin
2012
2013
2014
2015
5.74
5.56
5.83
5.84
4.90
5.21
5.61
5.52
2.16
2.46
2.54
2.33
4.69
4.27
4.57
4.61
5.37
7.01
7.01
6.91
4.52
5.45
5.86
5.73
5.63
6.88
7.30
7.44
5.19
6.31
6.79
6.74
1.52
2.07
2.21
2.39
3.95
4.49
4.76
4.74

2016
5.33
5.00
2.06
4.44
6.35
5.22
6.61
5.79
2.15
4.25

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, 2017

II-9

Tabel 2.5 menunjukkan bahwa terjadi fluktuasi persentase penduduk miskin, pada
tahun 2011 sampai 2012 terjadi penurunan sedangkan dari tahun 2012 sampai tahun 2015
terjadi peningkatan dan pada tahun 2016 kembali terjadi penurunan. Dalam setahun
terakhir kesejahteraan penduduk membaik yang tercermin dari berkurangnya persentase
penduduk miskin. Penyebab kemiskinan Kota Denpasar lebih didorong pada fasilitas
infrastruktur yang dimiliki. Jumlah kaum migran yang cukup tinggi, sering menimbulkan
masalah karena tidak semua pendatang memiliki keterampilan yang memadai, sementara
persaingan ekonomi cukup tinggi. Akibatnya pendatang justru membawa masalah
pengangguran yang berdampak pada kemiskinan penduduk.
Untuk itu, salah satu sasaran pembangunan adalah dalam rangka menekan jumlah
penduduk miskin dari tahun ke tahun. Pada tahun 2011, di Kota Denpasar persentase
penduduk miskin adalah sebesar 1,79% di bawah rata-rata Provinsi Bali sebesar 4,59%.
Tahun 2012 presentase penduduk miskin di Kota Denpasar turun menjadi 1,52% tetapi di
tahun-tahun berikutnya presentase penduduk miskin di Kota denpasar mengalami
peningkatan hingga di tahun 2015 mencapai 2,39%. Tahun 2016 presentase penduduk
miskin mampu ditekan menjadi 2,15%.

Tabel 2. 6 Indeks Kedalaman (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Provinsi
Bali Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2014 – 2016
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Kabupaten /
Kota
Jembrana
Tabanan
Badung
Gianyar
Klungkung
Bangli
Karangasem
Buleleng
Denpasar
BALI

Indeks Kedalaman Kemiskinan
(P1)
2014
2015
2016
0.50
0.83
0.53
0.77
0.50
0.57
0.33
0.17
0.19
0.56
0.56
0.43
1.32
1.00
0.78
0.86
0.77
0.63
0.92
1.01
0.58
0.85
0.73
0.75
0.23
0.24
0.20
0.86
0.66
0.51

Indeks Keparahan Kemiskinan
(P2)
2014
2015
2016
0.08
0.19
0.08
0.14
0.09
0.12
0.06
0.02
0.05
0.11
0.10
0.07
0.36
0.22
0.13
0.21
0.17
0.12
0.19
0.20
0.09
0.17
0.14
0.15
0.04
0.04
0.03
0.26
0.14
0.09

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, 2017

Metode penghitungan penduduk miskin yang dilakukan BPS sejak pertama kali
hingga saat ini menggunakan pendekatan yang sama yaitu pendekatan kebutuhan dasar
(basic needs). Dengan pendekatan ini, kemiskinan didefinisikan sebagai ketidakmampuan
dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan makanan maupun non makanan yang
II-10

bersifat mendasar. Berdasarkan pendekatan tersebut, indikator yang digunakan adalah
Head Count Index (HCI) yaitu jumlah persentase penduduk miskin yang berada di bawah
garis kemiskinan (GK).
Indikator lain yang digunakan untuk mengukur tingkat kemiskinan adalah index
kedalaman kemiskinan (poverty gap index) atau P1 dan index keparahan kemiskinan
(distritutionally sensitive index) atau P2 yang dirumuskan oleh Foster-Greer-Thorbecke.
Indikator P1 mengukur kesenjangan (jarak) rata-rata antara pengeluaran masing-masing
penduduk miskin dan GK. Semakin tinggi P1 berarti semakin jauh jarak antara rata-rata
pengeluaran penduduk miskin dan garis kemiskinan. Sebagai contoh, dua daerah A dan B
memiliki P0 yang sama tetapi daerah A memiliki P1 yang lebih tinggi dibanding daerah B.
Hal ini menunjukkan bahwa walau persentase penduduk miskin dikedua daerah tersebut
sama, penduduk miskin di daerah A secara rata-rata lebih miskin dibanding penduduk
miskin di daerah B. Indikator P2 merupakan ukuran penyebaran pengeluaran diantara
penduduk miskin. Semakin tinggi nilai P2 berarti pengeluaran diantara penduduk miskin
semakin menyebar dari nilai rata-ratanya. Sebagai contoh, dua daerah A dan B memiliki
P0 dan P1 yang sama tetapi daerah A memiliki P2 yang lebih tinggi dibanding daerah B.
Hal ini berarti persentase penduduk daerah miskin kedua daerah tersebut berarti sama dan
secara rata-rata penduduk miskin di kedua daerah tersebut sama miskinnya. Namun
demikian tingkat kemiskinan penduduk miskin di daerah A lebih beragam dibanding
daerah B. Dengan demikian P2 merupakan ukuran tingkat keparahan kemiskinan.
Indek kedalaman kemiskinan (P1) Kota Denpasar tahun 2014 sebesar 0,23 paling
rendah secara regional Provinsi Bali. Tahun akhir 2016, Indek kedalaman kemiskinan (P1)
Kota Denpasar turun menjadi 0,20 paling rendah nomor dua secara regional Provinsi Bali
setelah Kabupaten Badung dengan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) sebesar 0,19.
Sedangkan untuk Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di Kota Denpasar, tahun 2016
sebesar 0,03 masih lebih rendah dari Provinsi Bali yang mencapai 0,09.
Garis kemiskinan di Kota Denpasar tahun 2012 sebesar Rp 373.366 meningkat
menjadi Rp 483.821 di tahun 2016 jauh melebihi garis kemiskinan di Provinsi Bali yang
hanya Rp 338.967. Kenaikan tingkat kemiskinan di Kota Denpasar adalah dampak dari
kenaikan tingkat inflasi yang tidak diikuti dengan peningkatan pendapatan masyarakat
golongan pendapatan rendah. Walaupun mengalami peningkatan, persentase penduduk
miskin di Denpasar masih termasuk yang paling rendah bila dibandingkan dengan
wilayah-wilayah lain di Bali. Selengkapnya disajikan pada Tabel 2.7.
II-11

Tabel 2. 7 Garis Kemiskinan per Kapita per Bulan Provinsi Bali Menurut
Kabupaten/Kota Tahun 2012 – 2016
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Kabupaten / Kota

2012
282.471
312.770
376.092
274.639
233.764
245.720
236.688
277.458
373.366
254.221

Jembrana
Tabanan
Badung
Gianyar
Klungkung
Bangli
Karangasem
Buleleng
Denpasar
BALI

2013
298.003
329.226
406.408
279.742
246.615
258.538
248.379
295.912
407.191
284.009

Tahun
2014
306.586
338.299
423.568
298.465
253.717
265.603
254.805
306.221
426.513
301.747

2015
330.073
365.022
454.916
320.805
264.866
283.849
269.866
327.357
463.271
321.834

2016
354.901
392.479
470.732
339.414
284.789
305.200
288.436
350.902
483.821
338.967

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bali 2017

Berdasarkan rumah tangga sasaran dari program perlindungan sosial bahwa rumah
tangga miskin di Kota Denpasar seperti disajikan pada tabel sebagai berikut:

Tabel 2. 8 Data Rumah Tangga Sasaran (Miskin) PPLS Kota Denpasar Tahun 2011
KECAMATAN
Denpasar Selatan
Denpasar Barat
Denpasar Utara
Denpasar Timur
Kota Denpasar

Klp 1
582
956
1.121
1.069
3.728

Klp 2
1166
1.717
1.235
1.285
5.403

Klp 3
1390
1.551
1.181
1.280
5.402

Total
3.138
4.224
3.537
3.634
14.533

Jumlah
% Klp 1 % Klp 2 % Klp 3 % Total
RT
75.424
0,77
1,55
1,84
4,16
66.540
1,44
2,58
2,33
6,35
46.891
2,39
2,63
2,52
7,54
39.263
2,72
3,27
3,26
9,26
228.118
1,63
2,37
2,37
6,37

Sumber : Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Desa Provinsi Bali

Dilihat dari persebaran rumah tangga miskin, tertinggi berada di Kecamatan
Denpasar Barat (4.224 KK) dan terendah di Kecamatan Denpasar Selatan (3.138 KK).
Namun ditinjau dari prosentase rumah tangga miskin, tertinggi berada di Kecamatan
Denpasar Timur (9,26 %) dan terendah berada di Kecamatan Denpasar Selatan (4,16 %).

2.3.3. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Lima Tahun Kedepan
Pertumbuhan penduduk Kota Denpasar selama lima tahun terakhir menunjukan tren
yang cukup tinggi, rata-rata pertumbuhan dari tahun 2010 – 2016 mencapai 3,90% per
tahun. Pertumbuhan penduduk paling tinggi adalah di Kecamatan Denpasar Selatan dan
terendah di Kecamatan Denpasar Timur seperti disajikan pada Tabel 2.9. Berdasarkan
kecenderungan pertumbuhan tersebut maka Proyeksi jumlah penduduk Kota Denpasar
tahun 2017 – 2021 disajikan pada Tabel 2.10.
II-12

Tabel 2. 9 Pertumbuhan Jumlah Penduduk Kota Denpasar tahun 2010 – 2016
No
1
2
3
4

Laju Pertumbuhan
Penduduk per Tahun (%)
2010-2016
2015-2016
4.75
2.30
3.08
0.51
3.73
1.81
3.55
1.73
3.90
1.90

Jumlah Penduduk (Jiwa)

Kecamatan

2010
273.090
148.890
250.440
191.180
863.600

Denpasar Salatan
Denpasar Timur
Denpasar Barat
Denpasar Utara
Kota Denpasar

2015
279.640
151.200
255.160
194.600
880.600

2016
286.060
153.480
259.790
197.970
897.300

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Denpasar, 2016

Tabel 2. 10 Proyeksi Jumlah Penduduk Kota Denpasar tahun 2017 – 2021
Baseline
No

Kecamatan

2016

Denpasar
286.060
Salatan
Denpasar
2
153.480
Timur
Denpasar
3
259.790
Barat
Denpasar
4
197.970
Utara
Kota Denpasar
897.300
Sumber : Hasil Analisis, 2017
1

Proyeksi Jumlah Penduduk (Jiwa)
2017

2018

2019

2020

2021

Pertum
buhan
(%)

292.639

299.370

306.256

313.299

320.505

2.30

154.263

155.049

155.840

156.635

157.434

0.51

264.492

269.280

274.153

279.116

284.168

1.81

201.395

204.879

208.423

212.029

215.697

1.73

912.789

928.578

944.673

961.079

977.804

1.90

2.3.4. Jumlah Penduduk Perkotaan dan Proyeksi Urbanisasi
Kota Denpasar merupakan wilayah perkotaan jadi proyeksi jumlah penduduk yang
terjadi tersebar di kota serta terkait dengan Urbanisasi memiliki proyeksi yang sama
seperti yang tercantum pada tabel 2.9 dan tabel 2.10.

2.4. Isu Strategis Sosial, Ekonomi dan Lingkungan
2.4.1. Data Perkembangan PDRB dan Potensi Ekonomi
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah nilai tambah yang
dihasilkan oleh seluruh sektor usaha di suatu daerah. Secara agregatif PDRB
menggambarkan kemampuan suatu daerah untuk menghasikan pendapatan dari seluruh
sektor usaha. Produk Domestik Regional Bruto merupakan salah satu indikator yang dapat
dipakai untuk mengetahui keberhasilan perkembangan ekonomi di suatu daerah. Sehingga
akan dapat diketahui laju pertumbuhan ekonomi dan tingkat kesejahteraan suatu daerah.
PDRB menggambarkan perekonomian suatu daerah yang disajikan secara berkala
dari tahun ke tahun menurut lapangan usaha. PDRB dibedakan menjadi 2 jenis yaitu
PDRB dari dasar harga berlaku dan dari dasar harga konstan. PDRB atas dasar harga
II-13

berlaku menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan dan dihitung menurut
harga tahun berjalan, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai
tambah barang dan jasa yang dihasilkan yang dihitung menurut tahun dasar. Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) juga dapat menggambarkan keadaan perekonomian
suatu daerah dimana dapat diketahui struktur dan tingkat pertumbuhan ekonomi daerah
tersebut, tingkat inflasi atau deflasi serta peranan masing-masing kegiatan ekonomi atau
lapangan usaha. PDRB per kapita adalah PDRB atas dasar harga berlaku dibagi penduduk
pertengahan tahun. PDRB perkapita merupakan suatu ukuran yang dapat dijadikan
cerminan kasar tentang kesejahteraan penduduk di suatu daerah.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Denpasar Atas Dasar Harga Berlaku setiap
tahunnya selalu mengalami kenaikan secara fluktuatif. Pada tahun 2013 jumlah PDRB atas
dasar harga berlaku sebesar 29,389,254.95 juta rupiah, tahun 2014 sebesar 34,209,865.60
juta rupiah, tahun 2015 sebesar 38,473,228.04

juta rupiah dan tahun 2016 sebesar

42,740,442.36 juta rupiah. Selengkapnya perkembangan PDRB Kota Denpasar disajikan
pada Tabel 2.11 dan Tabel 2.12.

Tabel 2. 11 Produk Domestik Regional Bruto Kota Denpasar Atas Dasar Harga
Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Juta rupiah) Tahun 2011 – 2015
No.

Lapangan Usaha

A

Pertanian. Kehutanan. dan Perikanan

B

Pertambangan dan Penggalian

C

Industri Pengolahan

D

J

Pengadaan Listrik dan Gas
Pengadaan Air. Pengelolaan Sampah.
Limbah dan Daur Ulang
Konstruksi
Perdagangan Besar dan Eceran;
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
Transportasi dan Pergudangan
Penyediaan Akomodasi dan Makan
Minum
Informasi dan Komunikasi

K
L

E
F
G
H
I

MN
O
P
Q
RS
TU

2013

2014

2015

2016

2,170,980.17

2,475,899.44

2,747,028.13

3,012,687.19

22,890.01

25,071.28

25,330.98

0,00

2,058,868.34

2,342,479.72

2,595,381.48

2,808,466.86

84,997.11

110,422.44

156,351.57

197,696.53

80,390.37

87,636.88

101,116.08

112,042.08

2,951,641.20

3,126,126.47

3,555,518.01

3,855,518.01

2,645,105.46

3,047,571.07

3,512,823.53

3,895,470.43

902,921.23

1,052,803.67

1,171,372.69

1,299,205.69

7,870,764.75

9,908,704.35

10,924,363.27

12,035,163.27

1,302,543.28

1,424,722.21

1,635,008.69

1,855,008.69

Jasa Keuangan dan Asuransi

1,876,978.13

2,146,319.95

2,360,242.80

2,604,262.80

Real Estat

1,319,135.56

1,495,441.72

1,676,201.72

1,827,401.72

524,618.33

596,164.15

689,930.50

798,060.50

1,427,889.91

1,617,884.07

1,785,016.57

2,028,216.57

3,105,983.97

3,561,373.51

4,141,638.79

4,837,338.79

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

610,845.35

699,700.84

823,650.39

948,650.39

Jasa lainnya

432,701.78

491,543.83

572,252.84

625,252.84

29,389,254.95

34,209,865.60

38,473,228.04

42,740,442.36

Jasa Perusahaan
Administrasi Pemerintahan. Pertahanan
dan Jaminan Sosial Wajib
Jasa Pendidikan

Produk Domestik Regional Bruto

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Denpasar, 2017

II-14

Tabel 2. 12 Produk Domestik Regional Bruto Kota Denpasar Dari Dasar Harga
Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha (Juta rupiah) Tahun 2012 – 2016
No.
A
B
C
D

E
F
G

H
I
J
K
L
MN

O

P
Q
RS
TU

Lapangan Usaha
Pertanian.
Kehutanan. dan
Perikanan
Pertambangan dan
Penggalian

1,784,077.70

1,827,499.20

1,983,619.70

1,976,247.47

2,001,372.87

18,919.10

20,139.70

19,969.70

19,006.20

-

Industri Pengolahan

1,680,211.90

1,802,751.60

1,948,014.80

2,015,853,982.0
0

2,079,528.98

113,765.70

121,974.70

12,451.40

124,978.65

145,694.07

76,410.70

79,944.90

85,230.30

90,379.85

94,479.85

2,378,320.60

2,498,338.90

2,526,388.30

2,718,743.36

2,898,343.36

2,181,524.20

2,358,611.50

2,515,109.70

2,756,326.10

2,934,326.10

745,033.60

789,100.70

856,361.70

908,224.39

974,724.39

5,573,797.30

5,989,052.10

6,318,390.20

6,564,846.46

6,986,846.46

1,242,755.20

1,302,991.70

1,386,996.90

1,507,982.08

1,657,982.08

1,391,678.90

1,557,298.70

1,696,853.40

1,819,415.31

1,964,015.31

1,126,169.10

1,194,073.90

1,292,791.00

1,414,793.65

1,506,061.05

439,983.10

476,363.10

509,545.90

547,390.86

590,790.86

1,389,418.50

1,376,123.40

1,516,580.50

1,616,264.44

1,752,064.44

2,414,009.60

2,722,354.00

2,996,744.50

3,238,726.09

3,504,726.09

483,084.10

540,153.00

604,239.30

680,789.04

742,789.04

358,014.50

369,608.10

396,127.70

433,279.34

457,279.34

23,397,173.90

25,026,379.30

26,777,481.90

Pengadaan Listrik
dan Gas
Pengadaan Air.
Pengelolaan
Sampah. Limbah
dan Daur Ulang
Konstruksi
Perdagangan Besar
dan Eceran;
Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor
Transportasi dan
Pergudangan
Penyediaan
Akomodasi dan
Makan Minum
Informasi dan
Komunikasi
Jasa Keuangan dan
Asuransi
Real Estat
Jasa Perusahaan
Administrasi
Pemerintahan.
Pertahanan dan
Jaminan Sosial
Wajib
Jasa Pendidikan
Jasa Kesehatan dan
Kegiatan Sosial
Jasa lainnya
Produk Domestik
Regional Bruto

2012

2013

2014

2015

28,433,247.23

2016

30,291,024.29

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Denpasar, 2017

Laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto diperoleh dari perhitungan
PDRB dari dasar harga konstan. Laju pertumbuhan tersebut dihitung dengan cara
mengurangi nilai PDRB pada tahun ke-n terhadap nilai pada tahun ke n-1 (tahun
sebelumnya), dibagi dengan nilai pada tahun ke n-1, kemudian dikalikan dengan 100 %.
Laju pertumbuhan menunjukkan perkembangan agregat pendapatan dari satu waktu
tertentu terhadap waktu sebelumnya.

II-15

Selama tahun 2013–2016, laju pertumbuhan ekonomi Kota Denpasar cenderung
fluktuatif. Tahun 2013, laju pertumbuhan ekonomi Denpasar meningkat dari tahun
sebelumnya menjadi sebesar 6,96% pada tahun 2014 pertumbuhan ekonomi Kota
Denpasar kembali mengalami penigkatan menjadi 7,00% namun pada tahun 2015 terjadi
penurunan menjadi 6,19% dan selanjutnya pada tahun 2016 dapat sedikit meningkat
menjadi 6,50% Lapangan usaha yang memiliki laju pertumbuhan tertinggi tahun 2016
adalah jasa informasi dan komunikasi dengan laju pertumbuhan sebesar 9,95%. Sedangkan
sektor yang memliki laju pertumbuhan terendah adalah sektor Pertambangan dan
Penggalian sebesar 0,00%. Kota Denpasar tidak memiliki lokasi galian C namun masih
dapat ditemui hasil produksi pertambangan dan penggalian. Dalam beberapa tahun
belakangan ini pemerintah daerah semakit ketat dalam megawasi kegiatan penggalian
terutama untuk kegiatan yang illegal atau tidak berijin. Selengkapnya disajikan pada Tabel
2.13 dan Tabel 2.14.

Tabel 2. 13 Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Kota Denpasar
Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (persen) Tahun 2013-2016
No.
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
M, N
O
P

Lapangan Usaha
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan
Pengadaan Listrik dan Gas
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,
Limbah dan Daur Ulang
Konstruksi
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi
Mobil dan Sepeda Motor
Transportasi dan Pergudangan
Penyediaan Akomodasi dan Makan
Minum
Informasi dan Komunikasi
Jasa Keuangan dan Asuransi
Real Estat
Jasa Perusahaan
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan
dan Jaminan Sosial Wajib
Jasa Pendidikan

Q
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
R,S,T,U Jasa lainnya
Produk Domestik Regional Bruto
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Denpasar, 2016

2013
7.39
0.08
7.01
0.29

2014
7.24
0.07
6.85
0.32

2015
7.14
0.07
6.75
0.41

2016
7.05
0.00
6.57
0.46

0.27

0.26

0.26

0.26

10.04

9.14

9.24

9.02

9.00

8.91

9.13

9.11

3.07

3.08

3.04

3.04

26.78

28.96

28.39

28.16

4.43
6.39
4.49
1.79

4.16
6.27
4.37
1.74

4.25
6.13
4.36
1.79

4.34
6.09
4.28
1.87

4.86

4.73

4.64

4.75

10.57

10.41

10.76

11.32

2.08
1.47
100.00

2.05
1.44
100.00

2.14
1.49
100.00

2.22
1.46
100.00

II-16

Tabel 2. 14 Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Kota Denpasar
Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha (%) Tahun 2013-2016
No.
1
2
3
4

Lapangan Usaha
Pertanian. Kehutanan. dan Perikanan
Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan
Pengadaan Listrik dan Gas
Pengadaan Air. Pengelolaan Sampah.
5
Limbah dan Daur Ulang
6
Konstruksi
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi
7
Mobil dan Sepeda Motor
8
Transportasi dan Pergudangan
Penyediaan Akomodasi dan Makan
9
Minum
10
Informasi dan Komunikasi
11
Jasa Keuangan dan Asuransi
12
Real Estat
13
Jasa Perusahaan
Administrasi Pemerintahan. Pertahanan
14
dan Jaminan Sosial Wajib
15
Jasa Pendidikan
16
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
R.S.T.U Jasa lainnya
Produk Domestik Regional Bruto
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Denpasar, 2016

2013
2.43
6.45
7.29
7.22

2014
8.54
-0.84
8.06
2.09

2015
-0.37
-4.83
3.48
2.65

2016
1.27
0.00
3.16
8.73

4.63

6.61

6.04

4.54

5.05

1.12

7.61

6.61

8.12

6.64

9.59

6.46

5.91

8.52

6.06

7.32

7.45

5.50

3.90

6.43

4.85
11.90
6.03
8.27

6.45
8.96
8.27
6.97

8.72
7.22
9.44
7.43

9.95
7.95
6.45
7.93

-0.96

10.21

6.57

8.40

12.77
11.81
3.24
6.96

10.08
11.86
7.18
7,00

8.07
12.67
9.38
6.19

8.21
9.11
5.54
6.50

Distribusi PDRB harga berlaku menurut lapangan usaha menunjukkan struktur
perekonomian atau peranan setiap kategori ekonomi dalam suatu wilayah. Kategorikategori ekonomi yang mempunyai peran besar menunjukkan basis perekonomian suatu
wilayah.
Pada tahun 2016, lapangan usaha yang memiliki distribusi tertingi yaitu di bidang
Informasi dan Komunikasi sebesar 9,95%, diikuti sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Sosial sebesar 9,11%, sedangkan distribusi terendah yaitu lapangan usaha Pertambangan
dan Penggalian hanya sebesar 0,0%. Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 2.2.

II-17

Gambar 2. 2 Distribusi PDRB Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2015
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Denpasar, 2017

2.4.2. Data Pendapatan Per Kapita dan Proporsi Penduduk Miskin
PDRB per kapita merupakan suatu indikator yang dihitung dengan cara membagi
data PDRB terhadap jumlah penduduk pada pertengahan tahun. Hal ini bertujuan untuk
memberikan gambaran tentang seberapa besar nilai tambah yang diciptakan/diterima tiaptiap penduduk, sehingga secara tidak langsung akan menggambarkan tingkat kesejahteraan
penduduk di daerah/wilayah bersangkutan. Semakin besar nilai PDRB per kapita, maka
dapat dikatakan suatu daerah/wilayah makin sejahtera atau makmur. Kendati begitu, mesti
diingat bahwa PDRB per kapita merupakan angka agregat (rata-rata), sehingga masih
sangat kasar jika dijadikan cerminan bagi tingkat kesejahteraan penduduk. Angka ini
mengasumsikan semua penduduk memiliki akses yang sama terhadap pendapatan,
sehingga kurang tepat dalam mencerminkan kesejahteraan. Dengan kata lain, nilai PDRB
per kapita ini belum mampu menggambarkan tingkat kemerataan distribusi pendapatan
yang diterima penduduk di suatu daerah/wilayah bersangkutan. Namun apapun itu, data ini
tetap sangat berguna setidaknya untuk melihat produktivitas perekonomian suatu
daerah/wilayah.
PDRB atas dasar harga berlaku Kota Denpasar tahun 2014 sebesar 34.208.828,94
juta rupiah dan jumlah penduduk tahun 2014 sebanyak 863.600 jiwa, diperoleh PDRB per
kapita Kota Denpasar tahun 2014 sebesar 39,61 juta rupiah per tahun. Bila dilihat dari
II-18

PDRB atas dasar harga konstan, PDRB perkapita Kota Denpasar pada tahun 2014 adalah
sebesar 31,00 juta rupiah. Nilai tersebut mengalami peningkatan dibanding tahun 2013
dimana PDRB perkapita dari dasar harga konstan Kota Denpasar adalah sebesar 29,58 juta
rupiah. Ini berarti bahwa peningkatan PDRB perkapita yang terjadi pada tahun 2014 tidak
hanya terjadi secara nominal tapi juga disertai dengan peningkatan pendapatan secara riil.
Selengkapnya disajikan pada Tabel 2.15.

Tabel 2. 15 Angka Agregatif PDRB, Jumlah Penduduk dan PDRB Per Kapita Kota
Denpasar Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2010 Tahun
2011-2015
2011
Uraian
Nilai Absolut
PDRB - Harga
Berlaku (Juta
22.664.477,19
Rupiah)
PDRB - Harga
Konstan (Juta
21.763.406,25
Rupiah)
Jumlah Penduduk
810.900
Proyeksi
PDRB Per Kapita
Harga Berlaku
27.949.780,72
(Rupiah)
PDRB Per Kapita
26.838.582,13
Harga Konstan
(Rupiah)
Index Implisit
104,14
(%)
Laju Implisit (%)
4,14
Sumber: BPS Kota Denpasar 2016

2012

2013

2014

2015

25.819.231,08

29.389.254,94

34.208.828,94

38.463.726,26

23.397.173,90

25.026.379,26

26.777.481,86

28.433.247,23

828.900

846.200

863.620

880.600

31.148.788,85

34.730.861,43

39.611.890,85

43.678.998,70

28.226.775,12

29.575.016,85

31.006.810,86

32.288.493,33

110,35

117,43

127,75

135,28

5,96

6,42

8,79

5,89

Bila dibandingkan secara regional, PDRB per kapita Kota Denpasar atas dasar harga
berlaku tahun 2011-2015 merupakan terbesar kedua, setelah Kabupaten Badung. Bila
dibandingkan dengan PDRB per Kapita Provinsi Bali dari dasar harga berlaku, PDRB per
kapita Kota Denpasar selama kurun waktu lima tahun (2011-2015) masih lebih tinggi dari
Provinsi Bali. Selengkapnya disajikan pada Tabel 2.16.

II-19

Tabel 2. 16 Perbandingan PDRB Per Kapita Kota Denpasar dengan PDRB Per
Kapita Kabupaten/Kota se Bali Atas Dasar Harga Berlaku (Juta Rupiah) Tahun
2011-2015
01.
02.
03.
04.
05.
06.
07.
08.
71.
51.

Kabupaten/Kota
Jembrana
Tabanan
Badung
Gianyar
Klungkung
Bangli
Karangasem
Buleleng
Denpasar
Provinsi Bali

2011
23,81
24,36
41,91
25,48
23,06
14,02
18,61
24,10
27,95
26,43

2012
26,19
26,81
47,31
28,27
25,44
15,38
20,47
26,69
31,15
29,44

2013
28,99
30,10
53,97
31,63
28,18
17,18
22,99
29,99
34,73
33,13

2014
33,43
34,76
61,49
36,52
32,47
19,80
26,53
34,78
39,61
38,11

2015
37,83
39,47
66,97
40,50
36,50
22,42
30,10
39,45
43,67
42,66

Sumber: BPS Kota Denpasar 2016

PDRB per kapita Atas Dasar Harga Konstan 2010 Kota Denpasar secara regional
Provinsi Bali lebih tinggi dari Provinsi Bali dan menempati urutan kedua setelah
Kabupaten Badung seperti disajikan pada Tabel 2.17.

Tabel 2. 17 Perbandingan PDRB Per Kapita Kota Denpasar dengan PDRB Per
Kapita Kabupaten/Kota se-Bali Atas Dasar Harga Konstan 2010 (Juta rupiah)
01.
02.
03.
04.
05.
06.
07.
08.
71.
51.

Kabupaten/Kota
Jembrana
Tabanan
Badung
Gianyar
Klungkung
Bangli
Karangasem
Buleleng
Denpasar
Provinsi Bali

2011
22,69
23,28
39,80
24,52
22,07
13,41
17,79
23,00
26,84
25,27

2012
23,91
24,55
41,79
25,99
23,35
14,16
18,74
24,41
28,23
26,69

2013
25,10
25,95
43,58
27,50
24,61
24,91
19,79
25,99
29,58
28,13

2014
26,44
27,47
45,56
29,10
25,95
15,69
20,86
27,62
31,01
29,67

2015
27,91
29,02
47,34
30,65
27,39
16,57
22,00
29,13
32,28
31,09

Sumber: BPS Kota Denpasar 2016

PDRB per kapita merupakan suatu indikator yang dihitung dengan cara membagi
data PDRB terhadap jumlah penduduk pada pertengahan tahun. Hal ini bertujuan untuk
memberikan gambaran tentang seberapa besar nilai tambah yang diciptakan atau diterima
tiap-tiap penduduk, sehingga secara tidak langsung akan menggambarkan tingkat
kesejahteraan penduduk di daerah atau wilayah bersangkutan. Semakin besar nilai PDRB
per kapita, maka dapat dikatakan suatu daerah atau wilayah makin sejahtera atau makmur.
Kendati demikian, mesti diingat bahwa PDRB per kapita merupakan angka agregat (ratarata) sehingga masih sangat kasar jika dijadikan cerminan bagi tingkat kesejahteraan
II-20

penduduk. Angka ini mengasumsikan semua penduduk memiliki akses yang sama
terhadap pendapatan namun kenyataannya tidak demikian. Dengan kata lain, nilai PDRB
per kapita ini belum mampu menggambarkan tingkat kemerataan distribusi pendapatan
yang diterima penduduk di suatu daerah atau wilayah bersangkutan. Namun apapun itu,
data ini tetap sangat berguna setidaknya untuk melihat perbandingan antar daerah atau
wilayah atau pun antar tahun.
PDRB Perkapita Kota Denpasar atas dasar harga berlaku di tahun 2015 tercatat
sebesar Rp. 38,11 juta. Angka ini menunjukkan bahwa secara rata-rata setiap penduduk di
Kota Denpasar menerima pendapatan sebesar Rp. 38,11 juta selama tahun 2014. Jumlah
ini meningkat sebanyak Rp. 4,98 juta atau 15,03 persen jika dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Selama tahun 2010–2014, rata-rata pendapatan perkapita penduduk Kota
Denpasar mencapai Rp. 30,24 juta.

2.4.3. Data Kondisi Lingkungan Strategis
Kondisi Lingkungan Strategis dapat dijelaskan melalui kondisi Topografi, Geologi,
Klimatologi dan Hidrologi. Kondisi fisik dasar Wilayah Kota Denpasar, 59,1 % berada
pada ketinggian antara 0 – 25 mdpl, dan sisanya sampai 75 mdpl.
Topografi Kota Denpasar sebagian besar (82,2%) berupa dataran dengan kemiringan
lereng secara umum berkisar 0 – 2 % ke arah selatan, sebagian lagi kemiringan lerengnya
antara 2 – 8 %. Kemiringan lereng di beberapa tempat terutama di tebing sungai dapat
mencapai 2 – 15 %.
Geologi Kota Denpasar terdiri dari beberapa batuan. Berdasarkan Peta Geologi
Lembar Bali skala 1 : 25.000 (Direktorat Geologi, 1971), susunan formasi batuannya
adalah Batuan volkanik kuater menutupi sekitar 70 % wilayah Kota Denpasar, yaitu batuan
gunung api hasil dari gunung api Buyan – Bratan dan gunung api Batur.

Diantara

kelompok batuan ini, batuan volkanik Buyan – Bratan merupakan yang tertua dengan
materi penyusunnya terdiri dari tufa dan lahar. Batuan lainnya adalah lava, breksi, kerikil,
pasir dan debu volkanik. Ketebalannya bervariasi yaitu bagian utara agak tebal (>200 m)
dan menipis ke arah selatan.
Kota Denpasar beriklim tropis dengan dua musim (hujan dan kemarau). Berdasarkan
klasifikasi iklim menurut Schmidt dan Fergusson (1959), Kota Denpasar termasuk iklim
tipe A, sedangkan menurut Peta Agroklimat Bali skala 1 : 250.000 (Oldeman, Irsal, dan
Muladi, 1980) daerah ini termasuk ke dalam Zone Agroklimat D3. Jumlah curah hujan
II-21

tahun 2005 1.819 mm, dengan bulan basah ( curah hujan > 100 mm/bulan) selama 7 bulan
(Januari – April, Oktober – Desember), dan sisanya bulan kering.
Di wilayah Kota Denpasar, terdapat potensi sumber daya air meliputi: air hujan, air
permukaan (air sungai, air danau/waduk), air tanah/mata air maupun air laut. Air sungai di
Kota Denpasar mengalir memanjang dari Utara ke Selatan (parallel) dengan sungai-sungai
utama yaitu : Tukad Ayung, Tukad Mati, Tukad Badung, Tukad Buaji dan Tukad
Ngenjung. Air Danau/waduk Kota Denpasar bersumber dari Waduk Muara Nusa Dua yang
secara administratif berada pada batas wilayah Kota Denpasar dengan Kabupaten Badung.
Keterdapatan mata air di Kota Denpasar ditemukan di daerah aliran sungai pada bagian
hulu dan \tengah Tukad Badung, bagian hulu Tukad Mati, serta bagian hilir Tukad Ayung
dengan debit yang relatif kecil namun mempunyai kontribusi yang nyata terhadap
kontinyuitas aliran sungai yang mewadahi. Air laut berada di zone pantai atau pesisir, Kota
Denpasar memiliki garis pantai di bagian Selatan dan Timur mulai dari Serangan hingga
Padanggalak sepanjang 36,6 km.

2.4.4. Data Resiko Bencana Alam
Kawasan rawan bencana sebagaimana diatur dalam Perda Kota Denpasar Nomor 27
Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Denpasar 2011-2031 terdiri dari:
a) Kawasan rawan banjir.
b) Kawasan rawan tsunami.
c) Kawasan rawan abrasi pantai.
d) Kawasan rawan intrusi air laut.
Kawasan rawan banjir sebarannya terdiri dari: kawasan sekitar Tukad Tebe, Tukad
Mati Pemecutan Kelod, hilir Tukad Badung, Pemogan, Panjer, Sidakarya dan Sanur Kauh.
Kawasan rawan tsunami sebarannya terdiri dari:

a) Kelurahan Serangan dan Sidakarya meliputi seluruh dusun/banjar.
b) Desa Sanur Kaja dan Kelurahan Sanur, meliputi sepanjang pantai pada jarak 100 – 200
(seratus sampai dua ratus) meter dari pasang tertinggi.
c) Desa Sanur Kauh, meliputi seluruh dusun/banjar kecuali Puseh Kauh, Puseh Kangin,
Panti, Pekandelan dan Medura.
d) Kelurahan Sesetan, meliputi banjar/dusun Bugis, Suwung Batankendal, dan Pegok.
e) Kelurahan Pedungan, meliputi banjar/dusun Pesanggaran, Ambengan, dan Batankendal.
II-22

f) Kelurahan Pemogan, meliputi banjar/dusun Gelogor Carik, Kajeng, Rangkansari,
Tempelasjuwet, Sakah, Teruna Bhineka, dan Tangkas.
g) Desa Pemecutan Kelod, meliputi banjar/dusun Margaya.
h) Kelurahan Panjer, meliputi banjar/dusun Bekul.
i) Kelurahan Renon, meliputi banjar/dusun Kelod.
j) Desa Kesiman Petilan, meliputi pantai Padanggalak.
k) Desa Kesiman Kertalangu, meliputi daerah pantai Tangtu pada jarak 100–200 meter
dari pasang rata-rata.
Kawasan rawan abrasi sebarannya meliputi seluruh pesisir di wilayah Kota Denpasar
di luar pantai yang berbentuk hutan bakau. Kawasan rawan yang berpotensi terintrusi air
laut sebarannya terdiri dari kawasan sepanjang pesisir pantai ke arah darat.

2.4.5. Isu Isu Strategis Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya
Capaian layanan air minum kota Denpasar tahun 2014 dengan kualitas baik :44,79 %
sisanya 55,21 % dengan kualitas kurang baik. Capaian layanan air limbah kota Denpasar
tahun 2015 : 99,50 %; Persampahan Denpasar 88,32 %.
Capaian penanganan permukiman kumuh di Kota Denpasar, meliputi : Jalan Pulau
Misol Gg. VB : 0,2406 ha tuntas tahun 2015; Jalan Kertapura Segini Utara 0,1710 ha
tuntas tahun 2015; Lingkungan Prajasari / Jl. Bedahulu V, VII, IV 1,6290 ha tuntas tahun
2015; Jl. Buluh Indah Gg. I s/d Gg. VIII dan Jl. Jamuna III 1,5500 ha tuntas 2015; Jl. Bung
Tomo IV, V dan VI 1,2500 ha tuntas 2015; Jl. Wibisana Barat Gg. Taman Sari, Gg. Ayam
dan Jalur Tukad Teba 1,5000 ha tuntas 2015; Jl. Hang Tuah Gg. Mawar 0,3338 ha tuntas
2015; Gg. Ikat Teri 0,0269 ha tuntas 2015; Jl. Tunggak Bingin Blok i 0,1476 ha tuntas
2015; Jl. Batursari Gg. 4 depan setra Madure 0,1420 ha tuntas 2015.

II-23