HALAMAN PENGESAHAN PERSEPSI TERHADAP RELASI INTIM ANTAR JENIS PADA PEREMPUAN DEWASA AWAL DENGAN ORANG TUA BERCERAI

PERSEPSI TERHADAP RELASI INTIM ANTAR JENIS PADA
PEREMPUAN DEWASA AWAL DENGAN ORANG TUA
BERCERAI
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi

Disusun oleh:
Jennifer Fransiska Andita
149114090

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING
PERSEPSI TERHADAP RELASI INTIM ANTAR JENIS PADA PEREMPUAN
DENGAN ORANG TUA BERCERAI


Disusun Oleh:
Jennifer Fransiska Andita
NIM: 149114090

Telah disetujui oleh:

Dosen Pembimbing,

Prof. A. Supratiknya, Ph.D.

Tanggal, xx desember 2018

ii

HALAMAN PENGESAHAN
PERSEPSI TERHADAP RELASI INTIM ANTAR JENIS PADA
PEREMPUAN DEWASA AWAL DENGAN ORANG TUA BERCERAI

Dipersiapkan dan ditulis oleh:

Jennifer Fransiska Andita
NIM: 149114090

Telah dipertanggungjawabkan di depan panitia penguji
pada tanggal 23 Januari 2019
dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji:
Nama Penguji

Tanda Tangan

1. Penguji 1 : Prof. A. Supratiknya, Ph.D.

2. Penguji 2 : Agung Santoso, M.A.

3. Penguji 3 : Ratri Sunar Astuti, S.Psi., M.Si.

Yogyakarta,
Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma

Dr. Titik Kristiyani, M.Psi.

iii

HALAMAN MOTTO

Slow progress is always better than no progress

Wasted time is more expensive than wasted money – Paulo Coelho

“Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan
layanilah Tuhan. Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan,
dan bertekunlah dalam doa” – Roma 12:11-12
Ora et Labora

If you can dream it, you can do it – Walt Disney

Percayalah dan semesta akan mendukungmu, hardwork never betrayed you


Ketekunan dan disiplin diri adalah kunci dari kesuksesan

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini saya persembahkan untuk:

Orang di sekitar saya dan khususnya kedua orang tua saya yang selalu ada untuk
mendukung dan membantu saya.

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya dengan ini menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi yang saya
tulis tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang saya sebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya suatu karya ilmiah.


Yogyakarta, 25 Januari 2019
Peneliti,

Jennifer Fransiska Andita

vi

PERSEPSI TERHADAP RELASI INTIM ANTAR JENIS PADA
PEREMPUAN DEWASA AWAL DENGAN ORANG TUA BERCERAI
Jennifer Fransiska Andita
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi persepsi perempuan dewasa awal
dengan orang tua bercerai terkait relasi intim antar jenis, khususnya dari segi pemahaman dan
penilaian. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode Analisis Isi Kualitatif terarah.
Partisipan yang dilibatkan adalah tiga orang perempuan dengan rentang usia 21-23 tahun.
Partisipan didapatkan dengan memilih orang-orang tertentu yang sesuai kriteria penelitian
(purposeful). Pengambilan data dilakukan dengan wawancara semi terstruktur perorangan. Hasil
dari penelitian ini adalah: (1) para partisipan memahami bahwa relasi intim melibatkan tiga
komponen, yaitu keintiman, komitmen, dan passion, akan tetapi terlihat bahwa komponen
keintiman lebih sering muncul sebagai komponen yang menggambarkan relasi intim; (2) penilaian

para partisipan terhadap relasi intim antar jenis ada yang positif maupun negatif, akan tetapi
penilaian mereka lebih cenderung positif serta lebih melibatkan komponen keintiman. Kesimpulan
dari penelitian ini adalah (1) perempuan dewasa awal dengan orang tua bercerai cenderung
memiliki pemahaman dan penilaian positif terhadap relasi intim antar jenis, khususnya terkait
komponen keintiman yang diduga muncul karena mereka belajar dengan tidak meniru orang tua
mereka serta berusaha memperoleh hal yang tidak ada dalam relasi orang tua mereka yang
berakhir perceraian; serta (2) pemahaman dan penilaian negatif terkait relasi intim antar jenis yang
diungkapkan oleh perempuan dewasa awal dengan orang tua bercerai diduga muncul akibat
pengalaman negatif yang mereka rasakan ketika menjalin relasi intim maupun pengalaman pribadi
merasakan apa yang dirasakan oleh orang tua mereka yang bercerai.
Kata kunci: persepsi, relasi intim, orang tua bercerai, perempuan dewasa awal

vii

THE PERCEPTION OF INTIMATE RELATIONSHIPS WITH THE
OPPOSITE SEX AMONG YOUNG ADULT WOMEN WITH DIVORCED
PARENTS
Jennifer Fransiska Andita
ABSTRACT
The purpose of the current study was to explore the perception on intimate

relationships with the opposite sex among young adult women with divorced parents, particularly
in terms of understanding and evaluation. The current research was qualitative research using a
directed qualitative content analysis method. The participants included three women aged between
21 and 23 years old. The participants were selected purposefully based on certain pre-determined
criteria. The data retrieval were performed using semi-structured individual interviews, which
executed indivudualy. The results of the current research showed that (1) the participants
understood that intimate relationships with the opposite sex involved three components, which
were intimacy, commitment, and passion. However, it seemed that the intimacy component was
most appeared as the component that described intimate relationships with the opposite sex; and
(2) the participants’ evaluation of intimate relationships with the opposite sex was both positive
and negative, but their evaluation tend to be positive and was more likely to involve the intimacy
component. The conclusions of this study were (1) young adult women with divorced parents tend
to understand and evaluate intimate relationships with the opposite sex positively, especially when
related to the intimacy component, which was estimated to have emerged because they had learned
not to copy their parents and try to obtain things that do not exist in their divorced parents’
relationships; and (2) it was estimated that the understanding and evaluation of intimate
relationships with the opposite sex among young adult women with divorced parents would turned
negative if they had negative experiences in a relationship with the opposite sex or if they
experienced personally the same negative experiences as their divorced parents.
Key words: perception, intimate relationships, divorced parents, young adult women


viii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswi Universitas Sanata Dharma
Nama

: Jennifer Fransiska Andita

Nomor mahasiswa

: 149114090

demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
“Persepsi Terhadap Relasi Intim Antar Jenis Pada Perempuan Dewasa awal
Dengan Orang tua Bercerai”
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan

kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain
untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun
memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di

: Yogyakarta

Pada tanggal : 25 Januari 2019

Yang menyatakan

(Jennifer Fransiska Andita)

ix

KATA PENGANTAR


Puji syukur saya hanturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-Nya peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik.
Dalam proses penyusunan skripsi ini, peneliti mempelajari banyak hal baru, baik
dari segi ilmu pengetahuan maupun pelajaran hidup. Proses yang peneliti lalui
selama penyusunan skripsi ini akan memengaruhi kehidupan peneliti kedepannya.
Peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya. Penyusunan
serta penyelesaian skripsi ini dapat terwujud atas bantuan dan dukungan dari
banyak pihak. Secara khusus peneliti ingin berterima kasih kepada:
1. Tuhan YME yang telah mencurahkan rahmat-Nya sehingga dari awal
pemilihan topik, penulisan, hingga penyelesaian skripsi ini penulis mampu
menjalaninya dengan baik.
2. Jajaran Fakultas Psikologi dan Universitas Sanata Dharma yang telah
menerima dan mewadahi saya selama menempuh pendidikan Strata 1.
3. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma
yang telah mengajarkan saya banyak hal selama proses perkuliahan serta
membantu saya melalui masa studi ini dengan baik dan lancar.
4. Bapak Prof. Dr. A. Supratiknya, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
membimbing penulisan skripsi ini dari awal hingga akhir, yang membantu
saya dikala saya mengalami kesulitan, yang tidak jemu-jemu saya hampiri

dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang saya lontarkan, serta berbagai

x

nasihat yang diberikan kepada kami anak-anak bimbingannya sehingga saya
termotivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.
5. Pak Agung Santoso, M.A. dan Bu Ratri Sunar Astuti, S.Psi., M.Si., selaku
penguji 2 dan 3 yang telah memberikan revisi serta berbagai masukan,
sehingga skripsi ini menjadi lebih baik dan lebih layak.
6. Ibu M. L. Anantasari, M.Si., selaku dosen pembimbing akademik yang
dengan tips-tips yang diberikan serta kehadirannya saya merasa selalu
memiliki tempat bercerita ketika saya membutuhkan tempat cerita atau
berkonsultasi selama proses perkuliahan dan penyusunan skipsi ini.
7. Seluruh partsipan yang telah dengan suka rela bersedia terlibat dalam
penelitian ini, serta bersedia meluangkan waktu dan direpotkan dengan segala
prosedur pengambilan data. Tanpa kesediaan para partisipan, penyusunan
skripsi ini tidak akan terselesaikan.
8. Anggota keluarga saya yang selalu memberikan dukungan emosional serta
mendoakan yang terbaik untuk saya.
9. Khususnya teruntuk Papa saya yang tidak jemu-jemu menanyakan kabar saya
selama merantau, yang sering datang ke Jogja untuk menjenguk, yang selalu
siap sedia membantu saya jika saya mengalami kesulitan terkait hal apapun,
yang selalu memberikan semangat dan nasihat-nasihat dikala saya kehilangan
motivasi, serta yang telah menyediakan sarana prasarana untuk menjalani
studi dan kehidupan sehari-hari tanpa berkekurangan.
10. Khususnya teruntuk Mama saya yang selalu memotivasi, menyemangati,
menghibur melalui hal-hal sederhana yang dikirim melalui media sosial setiap

xi

harinya, sehingga saya tetap dapat merasakan perhatiannya meskipun sulit
bertemu karena terpisah jarak yang jauh. Dan masih banyak lagi hal-hal lain
yang sulit saya sebutkan satu per satu.
11. Mirna selaku teman sekelas selama 4 tahun, teman seorganisasi pertama,
teman nugas, teman refreshing, teman makan, teman nyekrip bareng. Yang
tidak bosan mendengar keluh kesah saya selama perkuliahan maupun
pengerjaan skripsi, serta yang telah memberi masukan kritis ketika saya
kebingungan dalam mengerjakan skripsi ataupun tugas lainnya.
12. Teman-teman seperjuangan yang membuat saya merasa tidak berjuang
sendirian, yang bersedia saling membantu dikala ada mengalami kesulitan,
serta yang saling menyemangati satu sama lain agar tidak menyerah dan tetap
optimis.
13. Teman-teman kos Kak Evlyn yang tidak bosan menyemangati, membantu,
memberi motivasi, dan sharing hal-hal terkait pengerjaan skripsi. Juga
bersedia diganggu pagi, siang, sore, malam untuk sekedar cerita atau ditanyatanyai seputar skripsi. Ce Sesil & Ce Mel yang tidak bosan diganggu, yang
sering menanyakan kabar, yang sering mengingatkan untuk makan dan jaga
kesehatan.
14. Lembert, Gaby, dkk, yang meski jauh tetapi keberadaannya tetap bisa
menghibur dikala stress melanda dan selalu ada jika saya membutuhkan
teman cerita.
15. Ded yang memberikan masukan kritis terhadap penulisan skripsi ini serta
bersedia mendengarkan keluh kesah saya.

xii

16. Diri sendiri yang memutuskan untuk tidak menyerah meskipun menghadapi
berbagai kendala dari dalam maupun luar diri sendiri.
Selain rasa terimakasih peneliti kepada berbagai pihak yang telah
peneliti sebutkan di atas, peneliti hendak menegaskan bahwa tanggung jawab atas
skripsi ini sepenuhnya ditanggung oleh peneliti sendiri. Skripsi ini peneliti
persembahkan kepada khalayak umum, para partisipan yang telah memberikan
peneliti banyak pelajaran melalui penelitian ini, serta kedua orang tua yang
dengan setia mendampingi selama peneliti berproses.

Yogyakarta, 25 Januari 2019
Peneliti,

Jennifer Fransiska Andita

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING .................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iii
HALAMAN MOTTO ......................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................ vi
ABSTRAK ......................................................................................................... vii
ABSTRACT ........................................................................................................ viii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA .............. ix
KATA PENGANTAR ......................................................................................... x
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xix
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Pertanyaan Penelitian .............................................................................. 8
C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 9
D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 9
1. Manfaat Teoritis ................................................................................ 9
2. Manfaat Praktis ................................................................................. 9

xiv

BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................ 10
A. Perempuan Dewasa awal dengan Orang tua Bercerai .......................... 10
B. Relasi Intim Antar Jenis ........................................................................ 13
C. Persepsi ................................................................................................. 15
D. Kerangka Konseptual ............................................................................ 18
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 21
A. Jenis dan Desain Penelitian ................................................................... 21
B. Fokus Penelitian .................................................................................... 22
C. Partisipan............................................................................................... 24
D. Peran Peneliti ........................................................................................ 25
E. Metode Pengumpulan Data ................................................................... 28
1. Protokol Wawancara Latar Belakang ............................................. 29
2. Protokol Wawancara Terkait Topik Penelitian ............................... 31
3. Perekaman Data .............................................................................. 33
F. Penegakan Kredibilitas dan Dependabilitas Penelitian......................... 34
G. Analisis dan Interpretasi Data ............................................................... 35
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 40
A. Pelaksanaan Penelitian .......................................................................... 40
B. Latar belakang Partisipan ...................................................................... 41
C. Hasil Penelitian ..................................................................................... 47
1. Pemahaman terkait Relasi Intim Antar Jenis ................................... 48
2. Penilaian terkait Relasi Intim Antar Jenis ........................................ 59
D. Pembahasan........................................................................................... 73

xv

1. Pemahaman terkait Relasi Intim Antar Jenis ................................... 73
2. Penilaian terkait Relasi Intim Antar Jenis ........................................ 76
BAB V PENUTUP ............................................................................................ 80
A. Kesimpulan ........................................................................................... 80
B. Keterbatasan Penelitian ......................................................................... 81
C. Saran ..................................................................................................... 82
1. Bagi Peneliti Selanjutnya ................................................................ 82
2. Bagi Masyarakat yang Berelasi dengan Perempuan Dewasa awal
dengan Orang tua Bercerai.............................................................. 83
3. Bagi Para Orang Tua yang Sedang Berkonflik ............................... 83
4. Bagi Para Orang Tua yang Telah Bercerai ..................................... 83
DAFTAR ACUAN ............................................................................................ 84
LAMPIRAN ....................................................................................................... 87

xvi

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Proses Persepsi ................................................................................. 16
Gambar 2. Kerangka Konseptual ....................................................................... 20

xvii

DAFTAR TABEL
Tabel 1. Data Partisipan ..................................................................................... 25
Tabel 2. Kerangka Analisis Persepsi Terhadap Relasi Intim Antar Jenis .......... 36
Tabel 3. Rangkuman Hasil Wawancara ............................................................. 70

xviii

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Contoh Lembar Persetujuan Partisipasi/ Informed consent .......... 87

xix

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keluarga merupakan tempat anak pertama kali belajar bagaimana
berelasi dengan orang lain dan sebagian besar interaksi orang tua-anak memiliki
implikasi masa depan, terutama bagi anak (Baron & Byrne, 2003). Dalam
keluarga, orang tua memiliki perannya masing-masing bagi tumbuh kembang
anak (Santrock, 2008). Akan tetapi dewasa ini berdasarkan data dari Badan Pusat
Statistik pada tahun 2012-2015, jumlah perceraian meningkat hingga 7% (Badan
Pusat Statistik, 2015). Hal ini menunjukkan meningkatnya juga kemungkinan
keluarga dengan latar belakang orang tua yang bercerai.
Sebelum perceraian, biasanya anak menyaksikan orang tua berkonflik
secara aktif (Santrock, 2008). Perceraian sendiri merupakan suatu peristiwa
perpisahan secara resmi antara pasangan suami-istri. Mereka tidak lagi tinggal
serumah dan berketetapan untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai
suami istri. Perceraian sering diwarnai dengan permasalahan yang tidak dapat
diselesaikan dengan baik (Dariyo, 2004).
Berbagai konflik pada orang tua sebelum perceraian akan berdampak
bagi anak (Westervelt & Vandenberg, 1997, dalam Ottaway, 2010). Anak yang
orang tuanya bercerai akan lebih rentan terkena dampak negatif karena adanya
gangguan dalam berelasi dengan pemberi perhatian utama, yaitu orang tua
(Hoffman & Ledford, 1996, dalam Morrison, Fife, & Hertlein, 2017). Memori
terkait konflik yang meliputi perpisahan orang tua tidak akan dilupakan oleh anak-

1

2

anak dari keluarga tersebut dan akan memengaruhi cara anak bersikap di masa
depan, terutama ketika dihadapkan pada situasi yang serupa seperti yang dialami
oleh orang tua mereka (Wallerstein & Lewis, 2004). Westervelt dan Vandenberg
(dalam Ottaway, 2010) mengungkapkan bahwa anak cenderung belajar
managemen konflik yang buruk dan berbagai perilaku menyimpang dari orang
tuanya yang bercerai. Pengalaman menyaksikan perpisahan orang tua juga akan
membuat anak-anak tersebut takut dan memandang bahwa relasi personal tidak
dapat dipercaya, karena bahkan relasi terdekat yaitu keluarga tidak dapat berdiri
kokoh (Wallerstein & Lewis, 2004).
Trauma terkait perceraian lebih ditunjukkan oleh anak perempuan
dibandingkan laki-laki ketika memasuki masa dewasa (Wallerstein & Blakeslee,
1989, dalam Ottaway, 2010). Anak laki-laki cenderung menunjukkan dampak
akibat perceraian orang tuanya ketika memasuki masa remaja, seperti tingginya
agresi dan perilaku negatif (Long & Forehand, 1987). Sedangkan, anak
perempuan dengan orang tua bercerai cenderung mengalami permasalahan ketika
memasuki masa dewasa awal terutama ketika mereka berhadapan dengan tugas
perkembangan menjalin relasi intim (Mustonen, Huurre, Kiviruusu, Haukkala, &
Aro, 2011).
Permasalahan yang dialami oleh anak perempuan dengan orang tua
bercerai ketika memasuki masa dewasa awal tampak terutama ketika mereka
harus menjalin relasi intim, khususnya relasi intim antar jenis. Seperti adanya
keragu-raguan untuk memulai relasi intim, kurangnya kepercayaan pada
pasangan, serta perilaku khusus atau masalah emosi yang dipercayai dapat

3

memengaruhi relasi jangka panjang individu tersebut (Cartwright, 2006). Tidak
hanya itu Cartwright (2006) juga menemukan bahwa perempuan memandang
perceraian orang tua membuat mereka kekurangan sosok orang dewasa yang
dapat dijadikan contoh dalam menjalin relasi yang baik, memiliki keraguan
terhadap komitmen ataupun pernikahan, serta memiliki ketakutan akan perceraian.
Dalam penelitian Cartwright (2006) ditemukan bahwa permasalahan
terkait relasi intim dengan lawan jenis yang dialami oleh anak dengan orang tua
bercerai berhubungan dengan bagaimana mereka memandang relasi intim antar
jenis itu sendiri. Misalnya seorang perempuan yang memandang bahwa relasi
intim antar jenis tidak akan bertahan lama seperti hubungan orang tua yang
berakhir bercerai sehingga ia ragu-ragu untuk memulai suatu hubungan yang ia
percaya akan berakhir (Cartwright, 2006). Untuk itu peneliti merasa perlu mencari
tahu mengenai cara pandang atau persepsi perempuan dewasa awal dengan orang
tua bercerai secara spesifik terkait relasi intim antar jenis itu sendiri.
Persepsi ialah pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang
memandang atau mengartikan sesuatu (Leavitt, 1978, dalam Sobur, 2003). Proses
persepsi yang terdiri dari proses menerima, mengatur, dan mengevaluasimenafsirkan stimulus (De Vito, 1997, dalam Sobur, 2003). Hal ini menunjukkan
bahwa upaya untuk memberikan arti pada stimulus tampak dari proses terakhir
yaitu mengevaluasi-menafsirkan stimulus. Penafsiran merupakan pemahaman
seseorang sedangkan penilaian merupakan penilaian seseorang terkait suatu hal
(Mar’at, 1981; Sobur, 2003; kbbi.web.id).

4

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kita dapat
menggali persepsi seseorang dengan mencari tahu bagaimana pemahaman dan
penilaian orang tersebut terkait objek persepsi. Dalam penelitian ini persepsi
tersebut terkait dengan relasi intim antar jenis, yaitu relasi intim antar laki-laki dan
perempuan. Sejauh mana perempuan dengan orang tua bercerai memahami
konsep relasi intim antar jenis dan bagaimana penilaian atau pandangan mereka
terkait relasi intim antar jenis.
Dalam prosesnya, persepsi melibatkan atau dipengaruhi oleh banyak
hal, diantaranya yang berhubungan dengan penelitian ini adalah memori dan
pengalaman masa lalu (Rakhmat, 2011; Sobur, 2003). Persepsi dipengaruhi oleh
pengalaman terkait figur atau objek yang dipersepsikan, serta akan memengaruhi
pembentukan sikap dan perilaku seseorang terhadap figur atau orang tersebut
(Sobur, 2003). Sehingga dalam penelitian ini peneliti juga hendak mencari tahu
kemungkinan faktor yang mempengaruhi persepsi terhadap relasi intim antar
jenis, yaitu tidak hanya memori terkait perceraian orang tua tetapi juga
pengalaman masa lalu partisipan terkait relasi intim antar jenis itu sendiri.
Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa perceraian orang tua
cenderung memberikan dampak negatif lebih bagi anak perempuan, terutama
terkait relasi intim antar jenis ketika memasuki masa dewasa awal. Memori
menyaksikan pertengkaran orang tua sebelum perceraian dan pengalaman pribadi
di masa lalu akan memengaruhi cara anak bersikap dan berperilaku terkait relasi
intim antar jenis.Untuk itu peneliti merasa pentingnya untuk mengetahui persepsi

5

terkait relasi intim antar jenis secara umum, terutama pada anak perempuan
dengan orang tua yang bercerai.
Dari

penelitian-penelitian

terdahulu,

terdapat

penelitian

yang

mengangkat topik terkait dampak perceraian secara umum (Long & Forehand,
1987; Amato, Loomis, & Booth, 1995; Wallerstein & Lewis, 2004; Cartwright,
2006; Morrison, et. all, 2017) ataupun dampak negatif perceraian orang tua
terhadap hubungan intim anak (Hepworth, Ryder, & Dreyer, 1984; Gabardi &
Rosen, 1992; Sinclair & Nelson, 1998; Mullett & Stolberg, 2002; Ottaway, 2010).
Sedangkan penelitian yang meneliti mengenai persepsi anak dari keluarga bercerai
terkait relasi romantis masih sedikit dan penelitian tersebut bukan diadakan di
Indonesia, melainkan di USA (South, 2013).
Penelitian terkait relasi intim terdahulu umumnya melibatkan
partisipan laki-laki dan perempuan dengan rentang usia perkembangan dewasa
awal, yaitu 18-40 tahun dan berstatus sebagai mahasiswa (Hepworth, et. all, 1984;
Gabardi & Rosen, 1992; Sinclair & Nelson, 1998; Cartwright, 2006; South, 2013;
Morrison, et. all, 2017). Penelitian terdahulu menggunakan berbagai metode
dalam menggali dampak perceraian pada anak, akan tetapi yang paling sering
digunakan adalah metode kuantitatif dengan teknik pengambilan data berupa
kuesioner dan skala (Amato & Booth, 1994; Gabardi & Rosen, 1992; Sinclair &
Nelson, 1998; Mullett & Stolberg, 2002; Mustonen, et. all, 2011), sampai dengan
metode kualitatif (Wallerstein & Lewis, 2004; Cartwright, 2006; South, 2013;
Morrison, et. all, 2017).

6

Teknik analisis data yang digunakan untuk meneliti dampak perceraian
juga beragam. Mulai dari yang paling sering adalah analisis data secara statistik
menggungakan ANOVA, MANOVA, dan multiple regression untuk mengetahui
faktor yang paling menentukan pengaruh perceraian pada anak (Sinclair &
Nelson, 1998; Gabardi & Rosen, 1992; Hepworth, et. all, 1984; Amato, et. all,
1995), sampai dengan analisis data kualitatif mengunakan koding terbuka (open
coding) ataupun pendekatan induktif (inductive approach) (Cartwright, 2006;
South, 2013; Morrison, et. all, 2017).
Hasil penelitian terdahulu membuktikan bahwa perceraian orang tua
akan memberi dampak jangka panjang pada anak, khususnya terkait relasi intim
antar jenis (Hepworth, et. all, 1984; Gabardi & Rosen, 1992; Long & Forehand,
1987; South, 2013), termasuk bagaimana perceraian memengaruhi pandangan
anak terkait hubungan intim, pernikahan, dan kemungkinan perceraian
dikemudian hari karena dalam perceraian umumnya memaparkan berbagai konflik
tanpa penyelesaian yang baik (Amato, et. all, 1995; Wallersten & Lewis, 2004;
Cartwright, 2006; South, 2013; Morrison, et. all, 2017). Anak cenderung akan
memiliki pandangan negatif, seperti pesimis terkait relasi intim jangka panjang,
memiliki keraguan dan ketidakpercayaan baik terhadap diri sendiri maupun
pasangan (South, 2013; Morrison, et. all, 2017). Akan tetapi ada juga yang
berpandangan bahwa perceraian orang tua membuatnya belajar dari kesalahan
orang tua dan berusaha sekuat tenaga untuk menciptakan relasi yang tidak putus
(Cartwright, 2006; South, 2013; Morrison, et. all, 2017).

7

Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, didapati beberapa defisiensi,
yaitu dari segi isi dan tempat pelaksanaan penelitian. Pertama, dari segi isi
ditemukan bahwa penelitian terdahulu hanya mengeksplor dampak perceraian
secara umum ataupun persepsi mengenai dampak perceraian terhadap relasi intim.
Persepsi yang dieksplorasi oleh penelitian terdahulu juga lebih menitikberatkan
pada pandangan subjek terkait dampak perceraian pada relasi intim antar jenis
mereka (South, 2013). Belum ada penelitian yang mengeksplor secara spesifik
bagaimana persepsi relasi intim antar jenis itu sendiri pada perempuan muda
dengan orang tua bercerai. Padahal persepsi yang mempengaruhi perilaku seorang
belum tentu hanya dipengaruhi oleh memori perceraian orang tua. Kemudian yang
kedua, penelitian tesebut diadakan bukan di Indonesia, melainkan di USA.
Padahal di Indonesia sendiri sejak tahun 2012-2015 terdapat fenomena di mana
angka perceraian meningkat 7% akan tetapi angka pernikahan menurun 14-15%.
Berdasarkan defisiensi tersebut, peneliti hendak melakukan penelitian
yang mengulas persepsi dengan sudut pandang yang berbeda, yaitu persepsi
mengenai relasi intim antar jenis tanpa meminta partisipan untuk mengkaitkan
persepsi tersebut dengan perceraian orang tua mereka secara langsung, serta
mencari tahu juga mengenai pengalaman masa lalu para partisipan dalam menjalin
relasi intim antar jenis. Persepsi mengenai relasi intim antar jenis tersebut
mencakup pemahaman terkait relasi intim antar jenis serta penilaian partisipan
terkait relasi intim antar jenis. Peneliti akan memetakan pemahaman serta
penilaian relasi intim antar jenis dengan menggunakan komponen-komponen cinta
dari teori segitiga cinta Sternberg.

8

Penelitian ini akan melibatkan perempuan dengan orang tua bercerai
yang tinggal di Yogyakarta. Alasan pemilihan partisipan tersebut adalah karena
bahwa dampak perceraian lebih dirasakan oleh perempuan. Ada pula karakteristik
partisipan yang hendak dilibatkan adalah berusia 20-30 tahun, yang termasuk
dalam rentang dewasa awal dengan tugas utama perkembangannya adalah
menjalin relasi intim dengan orang lain (Santrock, 2008). Kemudian diharapkan
peserta yang terlibat pernah atau sedang menjalin relasi intim agar memiliki
pengalaman masa lalu terkait objek persepsi. Metode yang hendak digunakan
adalah metode kualitatif dengan pengambilan data berupa wawancara semi
terstruktur secara perorangan. Sebelum wawancara mengenai topik inti, peneliti
akan melakukan wawancara awal untuk mengetahui memori terkait perceraian
orang tua dan pengalaman masa lalu terkait relasi intim antar jenis yang dialami
subjek. Hasil wawancara akan di analisis dengan metode analisis isi kualitatif
(AIK), yaitu analisis isi terarah atau deduktif.
B. Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan pokok: Bagaimana persepsi perempuan dewasa awal dengan orang tua
bercerai terkait relasi intim antar jenis?
Pertanyaan turunan:
(1) Bagaimana pemahaman perempuan dewasa awal dengan orang tua bercerai
terkait relasi intim antar jenis, khususnya terkait komponen keintiman,
passion, dan komitmen?

9

(2) Bagaimana penilaian perempuan dewasa awal dengan orang tua bercerai
terkait relasi intim antar jenis yang berkaitan dengan komponen keintiman,
passion, dan komitmen?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi persepsi perempuan dewasa
awal dengan orang tua bercerai terkait relasi intim antar jenis, khususnya dari segi
pemahaman dan penilaian.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah literatur dalam bidang
psikologi perkembangan dan sosial. Penelitian ini juga diharapkan dapat
menambah kajian psikologis mengenai persepsi terkait relasi intim antar jenis
dan terkait perempuan dengan orang tua bercerai.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada
masyarakat khususnya di Indonesia, agar lebih mampu memahami perempuan
dengan latar belakang orang tua yang bercerai ketika menjalin relasi intim.
Dengan memahami hal tersebut, diharapkan masyarakat mampu memberikan
perlakuan yang sesuai sehingga dampak-dampak negatif dapat dihindari
ataupun ditanggapi dengan baik. Gambaran ini juga diharapkan dapat menjadi
pertimbangan bagi para ahli psikologi jika hendak melakukan intervensi
terhadap perempuan dewasa awal dengan orang tua yang bercerai.

BAB II
LANDASAN TEORI
A. Perempuan Dewasa Awal dari Keluarga dengan Orang Tua Bercerai
Dewasa awal merupakan masa perkembangan dengan rentang usia 2030 tahun. Dalam masa ini, tugas utama perkembangan yang harus dicapai oleh
seseorang adalah untuk menjalin relasi intim dengan orang lain (Erik Erikson,
1968, dalam Santrock, 2008). Erikson mengungkap bahwa kegagalan dalam
menjalin relasi intim atau hubungan yang bermakna dapat mengganggu
kepribadian seseorang dan berujung pada isolasi diri (Santrock, 2008). Keluarga
yang merupakan tempat anak pertama kali belajar bagaimana berelasi dengan
orang lain serta interaksi orang tua-anak memiliki implikasi masa depan bagi
anak, terutama menyangkut keberhasilan anak dalam menjalankan tugas
perkembangannya (Baron & Byrne, 2003; Sinclair & Nelson, 1998).
Perceraian orang tua dapat menyebabkan terganggunya relasi anak
dengan pemberi perhatian utama, yang dalam hal ini merupakan orang tua
(Hoffman & Ledford, 1996, dalam Morrison, Fife, & Hertlein, 2017). Perceraian
sendiri merupakan suatu peristiwa perpisahan secara resmi antara pasangan
suami-istri. Mereka tidak lagi tinggal serumah dan berketetapan untuk tidak
menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami istri. Perceraian sering diwarnai
dengan permasalahan antar orang tua yang tidak dapat diselesaikan dengan baik
(Dariyo, 2004).
Berdasarkan pengertian perceraian di atas dapat disimpulkan bahwa
setelah bercerai kedua orang tua tidak lagi tinggal serumah dan anak akan

10

11

berpotensi kehilangan salah satu figur orang tua. Tidak hanya itu, anak juga akan
menyaksikan konflik antar orang tua sebelum mereka bercerai. Kondisi ini akan
memengaruhi anak yang tumbuh dalam keluarga yang tidak utuh tersebut.
Orang tua merupakan panutan paling berpengaruh bagi anak, sehingga
konflik antar orang tua dan perceraian akan memengaruhi kemampuan seseorang
dalam membentuk relasi yang stabil dan sehat di kemudian hari (Sinclair &
Nelson, 1998). Perceraian orang tua lebih berdampak pada anak perempuan
dibanding laki-laki, terutama terkait masalah hubungan interpersonal (Aro &
Palosaari, 1992). Berdasarkan temuan penelitian, anak perempuan dengan orang
tua bercerai juga lebih sering mengalami konflik dalam berelasi ketika memasuki
masa dewasa dibandingkan anak dari keluarga utuh (Mustonen, et. all, 2011).
Gardner (1976) mengungkapkan bahwa untuk sukses dalam suatu
relasi, anak memerlukan kedua orang tuanya ketika bertumbuh (Sinclair &
Nelson, 1998). Karena setiap orang tua memiliki peranannya masing-masing
dalam tumbuh kembang anak (Santrock, 2008). Orang tua dengan gender yang
sama akan membantu anak dalam pembentukan identitas diri, sedangkan orang
tua dengan gender berlawanan akan menjadi contoh bagi anak untuk berelasi
dengan lawan jenis (Sinclair & Nelson, 1998). Jika mereka kehilangan salah satu
figur orang tua, biasanya anak-anak dari keluarga tersebut akan mengalami
kesulitan dalam membentuk dan merawat relasi intim antar jenis (Sinclair &
Nelson, 1998).
Setelah perceraian, ibu biasanya tetap berusaha menjaga komunikasi
dengan anak-anaknya, sedangkan ayah lebih cenderung mempertahankan

12

komunikasi pada anak laki-laki dibandingkan perempuan (Hetherington, 1989).
Bagi anak perempuan, kehilangan kontak dengan figur ayah dapat menyebabkan
anak perempuan memiliki insecure attachment dan ketakutan akan ditinggalkan
dalam menjalin relasi intim mereka (Amato & Booth, 1994). Mereka akan
mengingat pengalaman ditinggal oleh ayah sebagai tempat bersandar (Kalter,
1987, dalam Brown & Amatea, 2000). Anak-anak juga akan menjadi takut dan
memandang relasi personal tidak dapat dipercaya setelah menyaksikan konflik
dan perpisahan orang tua, karena mereka beranggapan bahwa bahkan relasi
terdekat mereka yaitu keluarga mereka tidak berdiri kokoh (Wallerstein & Lewis,
2004).
Seiring berjalannya waktu, konflik yang meliputi perpisahan dan
perceraian akan memudar, namun tidak akan dilupakan oleh anak-anak dari
keluarga tersebut (Wallerstein & Lewis, 2004). Memori terkait perceraian akan
memengaruhi pandangan anak terkait relasi intim, karena salah satu proses yang
dilibatkan dalam mempersepsi adalah memori (Desiderato, 1976, dalam Rakhmat,
2011). Ingatan-ingatan mengenai apa yang terjadi dan dialami oleh orang tua
mereka sebelum bercerai akan diingat dan terinternalisasi. Bayang-bayang
mengenai ingatan tersebut akan terpanggil kembali ketika mereka menemui
situasi-situasi tertentu ketika berelasi dengan lawan jenis dan menjadi pengganggu
yang kuat dalam relasi mereka saat dewasa (Wallerstein & Lewis, 2004).
Seperti yang diungkapkan dalam penelitian South (2013) bahwa
perceraian memengaruhi persepsi anak terkait relasi intim antar jenis dan dalam
penelitian ini didominasi oleh subjek perempuan. Perempuan dewasa awal dengan

13

orang tua yang bercerai cenderung mempersepsi relasi romantis secara negatif.
Mereka biasanya mempersepsi relasi romantis sebagai sesesuatu yang sulit
mereka pahami karena tidak memiliki contoh yang baik dari orang tua mereka.
Para perempuan dewasa awal tersebut juga mengungkapkan mereka tidak percaya
dengan pernikahan sebagai akibat dari perceraian orang tua mereka (South, 2013).
B. Relasi Intim Antar Jenis
Menjalin relasi intim merupakan tugas perkembangan pada masa
dewasa awal (Santrock, 2008). Seseorang yang tidak dapat menjalin relasi intim
akan merasa terisolasi dan kesepian. Rasa terisolasi dan kesepian ini akan
berdampak buruk bagi individu yang mengalaminya (Erikson, 1968, dalam
Santrock, 2008). Ketika membaca beberapa acuan terkait relasi intim, khususnya
relasi antar jenis, teori yang selalu disebut adalah terkait teori Segitiga Cinta yang
diungkapkan Sternberg (Baron & Byrne, 2003; Papalia, 2004; Santrock, 2008).
Hal ini yang mendasari penggunaan teori Segitiga Cinta Sternberg dalam
penelitian ini.
Sternberg (1986) mengungkapkan bahwa cinta terdiri dari tiga
komponen dasar yaitu, keintiman, passion, dan komitmen. Cinta dapat didasarkan
pada salah satu dari ketiga komponen tersebut, kombinasi dari dua komponen,
atau bahkan kombinasi dari ketiganya (Baron & Byrne, 2003). Komponen
keintiman yang dimaksud dalam teori ini adalah perasaan akan kedekatan,
memiliki koneksi, dan keterikatan dalam relasi kasih sayang (Sternberg, 1986).
Keintiman sendiri memiliki sepuluh “clusters” atau bagian, yaitu (1) keinginan
untuk meningkatkan kesejahteraan orang yang dikasihi, (2) merasakan

14

kebahagiaan bersama orang yang dikasihi, (3) sangat menghormati orang yang
dikasihi, (4) bisa mengandalkan orang yang dikasihi ketika membutuhkan, (5)
saling memahami satu sama lain, (6) berbagi diri sendiri maupun kepemilikan
dengan orang yang dikasihi, (7) mendapatkan dukungan emosional dari orang
yang dikasihi, (8) memberikan dukungan emosional pada orang yang dikasihi, (9)
komunikasi yang intim dengan orang yang dikasihi, dan (10) menghargai orang
yang dikasihi dalam hidupnya (Sternberg & Grajek, 1984, dalam Sternberg,
1986).
Komponen kedua, yaitu passion menyangkut dorongan yang merujuk
pada percintaan/romansa, ketertarikan fisik, perilaku seksual, serta hal-hal terkait
dalam hubungan saling mengasihi (Sternberg, 1986). Hatfield dan Walster (1981)
mengungkapkan bahwa suatu kondisi di mana seseorang memiliki keinginan yang
kuat untuk bersatu dengan pasangannya secara fisik termasuk dalam passion.
Dalam komponen ini, kebutuhan seksual merupakan hal yang mendominasi.
(Sternberg, 1986). Komponen ini dapat diekspresikan melalui tindakan seperti (1)
berciuman, (2) berpelukan, (3) menatap, (4) bersentuhan, dan (5) berhubungan
badan (Sternberg, 1986).
Komponen ketiga dan terakhir adalah komitmen. Komitmen atau
keputusan dibedakan menjadi dua aspek, yaitu jangka pendek dan jangka panjang.
Jangka pendek berarti seseorang sampai pada keputusan bahwa ia mencintai orang
tertentu, sedangkan jangka panjang berarti ia berkomitmen untuk merawat atau
mempertahankan cinta tersebut. Dalam suatu relasi, kedua aspek pada komponen
ini tidak selalu dan tidak harus berjalan beriringan (Sternberg, 1986). Komponen

15

ini mempresentasikan faktor kognitif (Baron & Byrne, 2003). Komponen
komitmen dapat diekspresikan melalui beberapa hal seperti, (1) perjanjian atau
kesepakatan, (2) kesetiaan, (3) mempertahankan hubungan dalam kedaan sulit, (4)
pertunangan, dan (5) pernikahan (Sternberg, 1986).
Berdasarkan teori tersebut, maka ketika membahas mengenai persepsi
terkait relasi intim antar jenis dalam penelitian ini, berarti membahas mengenai
persepsi terkait komponen keintiman, passion, dan komitmen. Seperti anggapan
perempuan dengan orang tua bercerai yang tidak percaya dengan pernikahan,
mereka menjadi berpikir sangat analitis mengenai apakah terdapat cukup
kesamaan minat baginya untuk menjadikan seseorang pacarnya, dan lain
sebagainya (South, 2013; Cartwright, 2006). Dalam penelitian ini, perempuan
dengan orang tua bercerai menyaksikan contoh nyata dari muncul atau tidaknya
ketiga komponen cinta tersebut dalam relasi intim kedua orang tuanya sebelum
bercerai yang secara tidak langsung juga memengaruhi persepsinya terkait relasi
intim antar jenis yang melibatkan ketiga hal tersebut.
C. Persepsi terhadap Relasi Intim Antar Jenis
Perilaku seseorang dibentuk melalui pandangan orang tersebut
terhadap suatu hal. Sehingga untuk mampu memahami perilaku seseorang, kita
harus mengerti pandangannya terhadap hal tersebut (Sobur, 2003). Persepsi dalam
arti luas ialah pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang
atau mengartikan sesuatu (Leavitt, 1978, dalam Sobur, 2003). Hal ini yang
membuat penting untuk mengetahui persepi relasi intim antar jenis jika ingin

16

memahami mengenai tingkah laku terkait relasi intim antar jenis dari perempuan
dengan orang tua bercerai.

Terjadinya
stimulasi alat
indra

Stimulasi alat
indra diatur

Stimulasi alat indra
dievaluasiditafsirkan

Gambar 1. Proses Persepsi (De Vito, 1997, dalam Sobur, 2003)
Berdasarkan Gambar 1. dapat dilihat bahwa De Vito (dalam Sobur,
2003) mengungkap proses persepsi yang terdiri dari proses menerima, mengatur,
dan mengevaluasi-menafsirkan stimulus. Berdasakan pengertian persepsi secara
luas dan bangan proses persepsi, dapat dilihat bahwa upaya untuk memberikan
arti pada stimulus tampak dari proses terakhir yaitu mengevaluasi-menafsirkan
stimulus. Untuk itu dapat dikatakan bahwa persepsi seseorang merupakan evaluasi
maupun penafsiran seseorang terkait suatu hal. Penafsiran sendiri dapat
diungkapkan melalui pengertian maupun pemahaman seseorang terkait suatu hal
(Mar’at, 1981; Sobur, 2003). Sedangkan, evaluasi merupakan suatu penilaian
(kbbi.web.id). Penilaian yang dimaksud di sini memuat komponen kognitif,
emosi, dan psikomotor (Sobur, 2003).
Berdasarkan penjelasan di atas, secara sederhana jika ingin mengetahui
persepsi seseorang dapat dilakukan dengan mengetahui bagaimana orang tersebut
memahami maupun menilai hal tersebut. Dalam penelitian ini, berarti persepsi
perempuan dewasa awal terkait relasi intim antar jenis merupakan pemahaman
dan penilaian mereka terkait relasi intim antar jenis. Di mana penilaian mereka

17

berkaitan dengan bagaimana perempuan dewasa awal dengan orang tua bercerai
memandang relasi intim antar jenis, serta emosi dan tanggapan seperti apa yang
muncul berkaitan dengan hal tersebut..
Pemahaman dan penilaian setiap orang terhadap suatu hal berbedabeda dan tidak semata didasarkan pada rangsangan dari luar, melainkan ada
banyak faktor yang dapat memengaruhi persepsi seseorang (Sobur, 2003). Seperti
faktor dari dalam diri, yaitu memori dan pengalaman masa lalu terkait hal yang
dipersepsi (Rakhmat, 2011; Sobur, 2003). Memori dan pengalaman masa lalu
setiap orang terkait suatu hal yang sama pastilah berbeda-beda. Cara setiap orang
memaknai memori dan pengalaman masa lalu itupun berbeda-beda. Perbedaan
cara memaknai memori dan pengalaman masa lalu ini juga dapat menyebabkan
pemahaman dan penilaian seseorang terkait hal yang sama pun menjadi berbeda.
Dalam penelitian ini, hal yang dipersepsi adalah relasi intim antar jenis.
Sedangkan memori yang dimaksud berupa memori terkait perceraian orang tua,
karena Wallerstein & Lewis (2004) menemukan bahwa memori mengenai
perceraian orang tua berpengaruh pada bagaimana seseorang menjalin relasi intim
di masa dewasa. Sedangkan pengalaman masa lalu mengenai objek yang
dipersepsi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengalaman menjalin relasi
intim antar jenis yang juga penting untuk diketahui. Hal ini memungkinkan tidak
hanya memori perceraian orang tua yang dapat mempengaruhi persepsi, akan
tetapi pengalaman masa lalu terkait relasi intim antar jenis juga mempengaruhi
persepi seseorang terkait relasi intim antar jenis.

18

D. Kerangka Konseptual
Pada tahap perkembangan dewasa awal, yaitu pada usia 20-30 tahun,
seseorang akan dihadapkan dengan tugas perkembangan untuk menjalin relasi
intim (Santrock, 2008). Pada masa ini, anak perempuan dengan orang tua bercerai
sering mengalami permasalahan atau kesulitan dalam menjalin relasi intim antar
jenis (Aro & Palosaari, 1992). Anak membutuhkan kedua orang tua untuk dapat
bekembang dengan baik (Santrock, 2008), akan tetapi keluarga dengan orang tua
yang bercerai menyebabkan relasi anak dengan pemberi perhatian utama
terganggu, yang dalam hal ini merupakan orang tua (Hoffman & Ledford, 1996,
dalam Morrison, Fife, & Hertlein, 2017).
Anak perempuan dengan orang tua bercerai cenderung akan kehilangan
kontak dengan figur ayah, yang menyebabkan mereka memiliki insecure
attachment dan ketakutan akan ditinggalkan ketika menjalin relasi intim, serta
kehilangan contoh dan guru untuk berelasi dengan lawan jenis (Amato & Booth,
1994; Gardner, 1976, dalam Sinclair & Nelson, 1998). Tidak hanya itu,
pengalaman dan memori anak terkait konflik serta perpisahan orang tua
menyebabkan rusaknya kapasitas anak untuk mencintai dan dicintai dalam
menjalin relasi jangka panjang yang melibatkan komitmen (Wallerstein & Lewis,
2004). Memori tersebut akan menghantui dan memengaruhi cara mererka
memandang dan berperilaku ketika berelasi dengan orang lain (Cartwright, 2006).
Permasalahan relasi intim antar jenis yang biasa dialami oleh
perempuan dengan orang tua bercerai adalah merasa ragu untuk menjalin relasi
intim,

kurangnya

kepercayaan

pada

pasangan,

merasa

ragu

dapat

19

mempertahankan relasi jangka panjang, dan lain sebagainya (Cartwright, 2006).
Tidak hanya itu, perempuan dengan orang tua bercerai cenderung menikmati
berhubungan badan dengan lawan jenis tanpa memiliki keinginan untuk
berkomitmen pada hubungan tersebut. Jika mereka akhirnya jatuh cinta pada pria
tersebut mereka akan mengalami kebingungan mengenai apa yang harus mereka
lakukan (Wallerstein & Lewis, 2004).
Erikson mengungkap bahwa kegagalan dalam menjalin relasi intim atau
hubungan yang bermakna pada masa dewasa awal dapat mengganggu kepribadian
seseorang dan berujung pada isolasi diri (Santrock, 2008). Persepsi berperan
untuk menentukan bagaimana seseorang berperilaku terkait suatu hal (Robbins &
Judge, 2017). Hal ini menunjukkan pentingnya untuk mengetahui persepsi
perempuan dewasa awal dengan orang tua bercerai terkait relasi intim antar jenis
agar dapat memahami, mencegah, ataupun merespon dampak negatif yang biasa
ditimbulkan akibat perceraian orang tua. Bedasarkan teori persepsi, faktor yang
mempengaruhi persepsi seseorang tidak hanya memori akan tetapi juga
pengalaman masa lalu (Rakhmat, 2011; Sobur, 2003).
Persepsi yang dimaksud dalam penelitian ini dibatasi pada pemahaman
dan penilaian perempuan dewasa awal dengan orang tua bercerai terhadap relasi
intim antar jenis yang memuat komponen keintiman, passion, dan komitmen
(Sobur, 2003; Baron & Byrne, 2003). Sejauh mana perempuan dengan orang tua
bercerai memahami konsep relasi intim antar jenis yang melibatkan tiga
komponen yaitu keintiman, passion, dan komitmen, serta bagaimana perempuan
dewasa awal dengan orang tua bercerai menilai relasi intim antar jenis, melalui

20

pandangan, emosi, ataupun tanggapan mereka berkaitan dengan hal tersebut.
Tidak hanya itu, dalam penelitian ini peneliti juga hendak mencari tahu mengenai
beberapa faktor dapat yang memengaruhi persepsi terkait relasi intim antar jenis
tersebut, yaitu memori dan pengalaman masa lalu (Rakhmat, 2011; Sobur, 2003).
Memori yang dimaksud di sini berupa memori terkait perceraian orang tua,
sedangkan pengalaman masa lalu yang dimaksud adalah pengalaman menjalin
relasi intim antar jenis.

Tugas
perkembang
an dewasa
awal:
Menjalin
relasi intim
antar jenis

Memori
terkait
konflik &
perceraian
orang tua
serta
Pengalaman
masa lalu
terkait relasi
intim antar
jenis

Pemahaman
Persepsi
terkait
relasi intim
antar jenis

Gambar 2. Kerangka Konseptual

Penilaian

Komponen
relasi intim
antar jenis:
Keintiman,
passion,
komitmen

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif interpretatif. Penelitian
kualitatif interpretatif menganut paradigma relativis yang tercermin dari cara
peneliti memperlakukan data dan menganalisisnya (Supratiknya, 2018). Data
dalam penelitian jenis ini berupa ungkapan atau penuturan para partisipan dalam
mengeksplorasi fenomena atau konsep pokok yang menjadi fokus penelitian
(Supratiknya, 2015). Data berupa ungkapan partisipan penelitian dipandang
sebagai cara partisipan penelitian mengkonstruksi makna dalam kehidupan
mereka. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan kisah yang kaya dan rinci
yang memungkinkan peneliti memperoleh pemahaman yang lebih baik mengenai
cara partisipan membuat atau menciptakan aneka makna. Dalam jenis penelitian
ku