DOCRPIJM a9214df4c0 BAB IVBAB IV PROFIL KAB. PULAU MOROTAI

I RPI2-JM I Kabupaten Pulau Morotai I

04
PROFIL KABUPATEN
PULAU MOROTAI
4.1 PROFIL GEOGRAFIS
Dari aspek geografis pulau Morotai memiliki posisi strategis karena berada di bibir jalur
perdagangan Asia Pasifik. Posisi geografis wilayah Kabupaten Pulau Morotai berada
pada koordinat 2000' sampai 2040'LU dan 128015' sampai 128040‟ BT. Adapun batasbatas administrasi yang dimiliki oleh kabupaten ini adalah, sebagai berikut :





Sebelah Utara : Samudera Pasifik
Sebelah Barat : Laut Sulawesi
Sebelah Timur : Laut Halmahera
Sebelah Selatan : Selat Morotai

Kabupaten Pulau Morotai mempunyai luas wilayah 4.301,53 Km2, dengan luas daratan
seluas 2.314,960 Km2 dan luas wilayah laut sejauh 4 mil seluas 1.970,93 Km2. Panjang

garis pantai 311.217 Km. Jumlah pulau-pulau kecil yang terdapat di Kabupaten Pulau
Morotai berjumlah 33 pulau dengan rincian pulau yang berpenghuni berjumlah 7 pulau
dan yang tidak berpenghuni berjumlah 26 pulau.
Secara Administrasi Pulau Morotai sejak Tahun 2002 termasuk kedalam Pemerintahan
Kabupaten Halmahera Utara yang beribukota di Tobelo, hal ini berdasarkan persetujuan
DPRD
Kabupaten
Maluku
Utara
dengan
surat
ketetapan
nomor
:
188.4/06/DPRD/MU/2002 tanggal 15 Februari 2002. Pada tahun 2009 berdasarkan UU
Nomor 56 tahun 2009, tentang pendirian Kabupaten Morotai, Pulau Morotai memisahkan
diri dari Kabupaten Halmahera menjadi Kabupaten Morotai. Kabupaten Morotai terbagi
menjadi lima kecamatan yaitu: Kecamatan Morotai Selatan, Morotai Timur, Morotai
Selatan Barat, Morotai Utara dan Morotai Jaya, yang terbagi dalam 64 Desa.


Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program IV - 1
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Pulau Morotai I
Tabel. 4.1 Luas Wilayah Kabupaten Pulau Morotai Menurut Kecamatan
Kecamatan
Luas
Presentase
Ibukota
Morotai Selatan
363,10
15,69
Daruba
Morotai Timur
731,80
31,61
Sangowo
Morotai Selatan
Barat
362,80

15,67
Wayabula
Morotai Utara
448,70
19,58
Bere-bere
Morotai Jaya
408,50
17,65
Sopi
2.314,960
100
Jumlah
Sumber : Kab. Pulau Morotai Dalam Angka, 2013

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program IV - 2
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Pulau Morotai I


Gambar 4.1 : Peta Administrasi Kab. Pulau Morotai

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program IV - 3
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Pulau Morotai I
4.2 PROFIL DEMOGRAFI
Penduduk adalah salah satu faktor utama yang menjadi kunci penting tercapainya
keberhasilan pembangunan. Peranan penduduk dalam pembangunan adalah sebagai
subyek sekaligus obyek yang akan memberikan dampak terhadap keberhasilan
pembangunan yang dilaksanakan. Jumlah Penduduk yang besar dapat menjadi modal
pembangunan jika merupakan sumber daya manusia yang berkualitas, namun
sebaliknya akan menjadi beban berat pembangunan jika kualitasnya rendah, sedangkan
secara kewilayahan, jumlah penduduk harus didukung oleh ketersediaan lahan baik
lahan sebagai tempat tinggal yang layak maupun sebagai tempat usaha yang
mengutungkan.
Tabel. 4.2 Penduduk, Luas Daratan dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan
di Kabupaten Pulau Morotai Tahun 2012
Jumlah
Kepadatan

Luas Daratan
Kecamatan
Penduduk
Penduduk
(Km2)
(Jiwa)
(Jiwa/Km2)
Morotai Selatan
18,304
363,1
45,56
Morotai Selatan
11,556
362,8
27,36
Barat
Morotai Timur
8,115
731,8
7,42

Morotai Utara
7,372
448,77
46,94
Morotai Jaya
9,624
408,5
49,60
Jumlah
54.971
2.314,97
35,82
Sumber : Kab. Pulau Morotai Dalam Angka, 2013
Tabel. 4.3 Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Rasio Jenis Kelamin dan
Kecamatan di Kabupaten Pulau Morotai Tahun 2012
Jenis Kelamin
Kecamatan

Lai-laki
Perempuan

(org)
(org)
9,411
8,893
4,162
3,953

Jumlah
(org)
18,304
8,115

Morotai Selatan
Morotai Timur
Morotai Selatan
Barat
5,962
5,594 11,556
Morotai Utara
3,874

3,498
7,372
Morotai Jaya
5,034
4,590
9,624
Jumlah
28,444
26,527 54.971
Sumber : Kab. Pulau Morotai Dalam Angka, 2013

Ratio
1.06
1.05
1.07
1.11
1.10
1.07

Tabel di atas menjelaskan bahwa jumlah penduduk terbanyak berada di Kecamatan

Morotai Selatan yakni sebanyak 18.304 jiwa. Jumlah penduduk paling sedikit di
Kecamatan Morotai Utara yakni sebanyak 7.372 jiwa. Kecamatan yang memiliki luas

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program IV - 4
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Pulau Morotai I
darat terluas adalah Morotai Timur yakni 731,80 Km2 dan dengan jumlah penduduk
8.115 jiwa, kecamatan ini memiliki tingkat kepadatan penduduk terendah yakni sebanyak
7,42 jiwa/Km2. Sedangkan Morotai selatan barat memiliki luas lahan paling rendah yakni
362,80 Km2 memiliki tingkat kepadatan 27,36 jiwa/Km2, namun Kecamatan Morotai
Selatan yang memiliki luas 363,10 Km2 adalah kecamatan yang memiliki kepadatan
penduduk paling tinggi yakni 45,56 jiwa/Km2, sehingga secara total, Kabupaten Pulau
Morotai memiliki jumlah penduduk sebanyak 54.971 jiwa dengan luas daratan 2.314,97
Km2 memiliki tingkat kepadatan penduduk sebesar 35,82 jiwa/Km2.
4.3 GAMBARAN TOPOGRAFI
Wilayah Kabupaten Pulau Morotai berada pada ketinggian 0-1000 m di atas permukaan
laut yang meliputi wilayah datar, berombak, berbukit-bergelombang, curam dan terjal.
Wilayah dataran rendah berada di bagian selatan dari Kabupaten Pulau Morotai dengan
bentuk wilayah datar sampai berombak. Wilayah ini membentang sepanjang pantai dan

tersebar dari Kecamatan Morotai Selatan Barat hingga Kecamatan Morotai Selatan
dimana kedua Kecamatan tersebut berbatasan langsung dengan Selat Rao dan Selat
Morotai. Dataran Rendah sepanjang pantai umumnya merupakan daerah yang dominan
ditumbuhi oleh pohon kelapa.
Wilayah dataran tinggi terdapat di Bagian Utara dan Selatan Kabupaten Pulau Morotai
dengan kontur wilayah curam dan terjal. Wilayah ini tersebar dan dominan di Kecamatan
Morotai Jaya dan Morotai Selatan Barat.
Berdasarkan peta land sistem (RePPPRot, Tahun 1999), Kabupaten Pulau Morotai
sebagian besar (51,7 %) merupakan wilayah dengan bentukan wilayah curam (40-60
%), sedangkan wilayah datar relatif kecil (9,27 %).
Tabel 4.4. Sebaran dan Luasan Kelas lereng, Bentuk Wilayah
Kabupaten Pulau Morotai.
Kelas
Persentase
No
Bentuk Wilayah
Luas (Ha)
Lereng
(%)
1

60 %
Terjal
49.007,20
20,82
Sumber : RTRW Kab. Pulau Morotai, 2012

4.4 GAMBARAN GEOLOGI
Deskripsi geologi Kabupaten Pulau Morotai diperoleh berdasarkan Peta Geologi Lembar
Morotai, Maluku Utara dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, tahun 1980.
Dari peta tersebut diketahui bahwa formasi-formasi utama yang menyususn Kabupaten
Pulau Morotai terdiri dari formasi Aluvium (Qa/t), formasi Batu Gamping Terumbu (Qt),
formasi Batuan Gunung Api Holosin (Qhva), formasi Bacan (tomb) dan formasi Weda

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program IV - 5
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Pulau Morotai I
(Tmpw). Formasi Aluvium (Qa), tersusun dari kerakal, kerikil, pasir, lempung dan lumpur
sebagai endapan sungai, rawa, pantai dan delta.
Batu Gamping Terumbu (Qt) Terdiri dari batugamping terumbu bioherma dan biostroma,
berwarna putih dan kelabu, berumur Plistosen – Holosen. Formasi Bacan (tomb), terdiri
dari lava, breksi dan tufa dengan sisipan konglomerat dan batupasir. Breksi gunungapi,
kelabu kehijauan dan coklat, umumnya terpecah, mengandung barik kuarsa yang
sebagian berpirit. Lava bersusunan andesit hornblenda dan andesit piroksen, berwarna
kelabu kehijauan dan coklat, umumnya sangat terpecah dan terubah, terpropilitkan dan
termineralkan. Konglomerat, kelabu kehijauan dan coklat, kompak, mengandung barik
kuarsa, komponennya basal, batugamping, rijang, batupasir dan setempat dengan
batuan ultrabasa. Batupasir dari analisis fosil menunjukkan umur Oligosen – Miosen
bawah dan lingkungan litoral (PT.Shell, 1976, komunikasi tertulis).
Formasi Weda (Tmpw), Berupa batupasir berselingan dengan napal, tufa, konglomerat
dan batugamping. Batupasir kelabu - coklat muda, - berbutir halus sampai kasar; berselingan dengan serpih kelabu kehijauan. Napal, putih, kelabu dan coklat, getas;
mengandung banyak foraminifora setempat sisipan batubara setebal 5 cm dan
batugamping. Napal berumur Miosen Tengah – Awal Pliosen (Kadar, 1976, komunikasi
tertulis) dan lingkungan neritik-batial

No

Tabel 4.5. Formasi Geologi Kabupaten Pulau Morotai
Kode
Formasi
Luas (Ha)
%

1 Qa/t
2 Qt

Aluvium
17.551,11
Batu Gamping terumbu
34.727,04
Batuan Gunung Api
3 Qhva
Holosin
248,23
4 tomb
Formasi Bacan
83.345,66
5 Tmpw
Formasi Weda
98.566,78
Sumber : RTRW Kab. Pulau Morotai, 2012

7,49
14,81
0,11
35,55
42,04

Kelompok tanah mineral di Kabupaten Pulau Morotai antara lain berkembang dari bahan
aluvium dan berkembang dari bahan induknya. Dari Peta Tanah yang disajikan pada
Gambar 1.15 dan Tabel 1.12, satuan peta tanah menunjukkan sebaran paling luas
terdapat pada kelompok tanah Ultisol, Alfisol, Inceptisol dan Entisol yang meliputi 82,56
% dari luas total Kabupaten Pulau Morotai.
Tanah Mineral ini terdapat pada hampir semua kelas kemiringan lereng yang meliputi
bentuk wilayah datar (60 %).
Distribusi masing-masing satuan peta tanah berdasarkan kemiringan lereng adalah
sebagai berikut:
1. Satuan Peta Tanah daerah Datar (60 %) hanya meliputi : SPT 3.
Berdasarkan hal tersebut di atas, menunjukkan sebagian besar bentuk wilayah di
Kabupaten Pulau Morotai didominasi daerah Curam (40-60 %) sebanyak 121.696,66 Ha
atau 51,70 % dan daerah Terjal (>60 %) sebanyak 49.007,20 Ha atau 20,82 % dari total
luas Kabupaten Pulau Morotai. Hal ini menunjukkan daerah yang sesuai untuk
pengembangan pertanian adalah pada bentuk wilayah Datar ( 5 GT
yang digunakan nelayan Kabupaten Morotai lebih sedikit lagi, yakni hanya sebanyak 22 unit
Jumlah kapal penangkap ikan mengalami perkembangan sesuai dengan jenisnya dalam
kurun waktu 2005-2008. Untuk perahu tanpa motor perkembangan jumlah tersebut bersifat
fluktuatif, sedangkan untuk perahu dengan motor tempel memiliki kecenderungan menurun
dan pada kapal motor > 5 GT cenderung meningkat. Nelayan di Kecamatan Morotai Utara
lebih banyak menggunakan perahu tanpa motor, sedangkan perahu bermotor tempel < 5 GT
dan kapal bermotor > 5GT banyak digunakan nelayan di Kecamatan Morotai Selatan Barat.
Dari uraian di atas memperlihatkan kemampuan jelajah nelayan dalam memanfaatkan
potensi sumber daya ikan di perairan laut Pulau Morotai yang diperkirakan seluas 6.165,57
km2 masih sangat rendah. Mereka, sebagaian besar, hanya mampu menangkap ikan di
sekitar perairan pantai di bawah 4 mil, dan hanya sebagian kecil saja yang memanfaatkan
ruang laut > 4 mil atau > 12 mil hingga mencapai batas ZEE. Nelayan Filipina bahkan telah
melewati batas ZEE dan masuk ke wilayah perairan Indonesia, bahkan sampai dekat sekali
ke pantai Pulau Morotai mencapai < 4 mil.

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program IV - 19
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Pulau Morotai I
3. Alat Penangkapan Ikan
Jenis alat tangkap yang digunakan oleh nelayan Pulau Morotai untuk menangkap ikan di
laut relatif tidak beragam, hanya meliputi kelompok purse seine (pajeko/mini purse seine),
gill net (jaring layang dan giob), bagan, pancing (funai/huhate dan pancing ulur), dan
kelompok lainnya (jubi/panah, bubu dan jala lempar). Pajeko, giob dan funai digunakan oleh
nelayan dengan menggunakan perahu motor tempel dengan ukuran rata-rata 5 GT, dengan
daerah penangkapan ikan (fishing ground) sekitar perairan pantai saja.
Alat tangkap yang paling banyak digunakan di setiap kecamatan di Kabupatem Morotai
adalah pancing, terutama pancing ulur. Ini adalah alat tangkap dengan teknologi yang relatif
rendah dan bersifat tradisional. Alat tangkap mini purse seine atau didaerah setempat
dikenal dengan nama pajeko yang berteknologi paling maju di antara alat tangkap yang
terdapat di kabupaten ini sudah digalakan pengembanganya oleh Pemerintah Daerah.
Sebagian nelayan Morotai telah mengenal teknologi rumpon sebagai alat bantu dalam
operasi penangkapan ikan, utamanya adalah nelayan yang menggunakan alat tangkap
pajeko. Dengan rumpon, kegiatan penangkapan ikan akan menjadi lebih efisien dan efektif,
karena rumpon berfungsi untuk mengumpulkan atau sebagai tempat berlindung ikan,
sehingga daerah penangkapan dan keberhasilan operasinya menjadi lebih pasti. Jenis
rumpon yang digunakan nelayan Morotai masih termasuk rumpon sederhana, yg umumnya
diletakkan di sekitar pantai dan menggunakan ponton atau pelampung tanda dari bambu
(PKSPL-IPB, 2006).
4. Produksi
Produksi perikanan tangkap kabupaten ini baru mencapai 4.016 ton pada 2008, meningkat
sekitar 24% dari tahun sebelumnya yakni 3.227 ton/tahun. Produksi perikanan tangkap
kabupaten ini masih jauh dibawah stok potensi lestari yang diperkirakan mencapai
27.350,09 ton/tahun (PKSPL-IPB, 2006) atau 37.799,73 ton/tahun (Dinas Perikanan dan
Kelautan Provinsi Maluku Utara, 2005). Tanpa memperhitungkan biomasa ikan yang dicuri
dan tidak didaratkan di Kabupaten Morotai, tingkat pemanfaatan potensi lestari kabupaten
ini pada 2008 hanya 10,62 hingga 14,68%. Perlu kajian lebih lanjut untuk memperkirakan
biomasa ikan yang merembes (leakage) ke luar wilayah Kabupaten Morotai, untuk
menghitung tingkat pemanfaatan sumber daya ikan di kawasan ini.
Produksi perikanan tangkap meningkat tajam (96%) di Kecamatan Morotai Utara, sehingga
menjadikan kecamatan ini sebagai producen terbesar perikanan laut pada 2008. Produksi
perikanan tangkap menurun (21%) di Kecamatan Morotai Timur.
Menurut PKSPL-IPB (2006), penurunan produksi ini diduga disebabkan oleh beberapa hal,
diantaranya adalah maraknya penangkapan ikan illegal oleh nelayan Phillipina, teknologi
penangkapan ikan yang relatif sederhana yang sangat tergantung dengan kondisi
alam/cuaca, dan tidak adanya akses pasar ikan, sehingga ikan sulit untuk dijual dengan
harga yang layak.

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program IV - 20
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Pulau Morotai I
5. Musim
Musim penangkapan ikan di kawasan perairan laut Pulau Morotai bergantung kepada
klimatologi dan oseanografi setempat, selain posisi geografis. Di pantai barat laut hingga
utara Pulau Morotai (sekitar desa peisisr di Desa Sofi, Kecamatan Morotai Jaya) pada
Desember hingga Januari terjadi Musim Barat dengan gelombang badai dan angin yang
kuat, sehingga sebagian besar nelayan tidak melaut. Di kawasan tersebut, pada Mei hingga
Oktober terjadi musim timur dan laut relatif tenang dengan gelombang tidak terlalu tinggi dan
angin tidak terlalu kencang karena angin timur terhalang oleh Pulau Morotai.
Di pesisir timur laut Pulau Morotai, yakni di sekitar Desa Bere-bere Kecamatan Morotai
Utara, Musim Selatan pada Agustus hingga Desember biasanya angin kuat (badai) dan
gelombang besar, sehingga sebagian besar nelayan tidak melaut. Sebaliknya pada Mei,
laut relatif tenang sehingga nelayan bisa ke laut dan menangkap ikan julung-julung, tuna
(yellow fin) dan beberapa jenis ikan dasar.
Sebaliknya, di pesisir tenggara Pulau Morotai, yakni di sekitar Desa Sangowo Kecamatan
Morotai Timur, musim ikan adalah pada saat Musim Selatan pada Agustus hingga
Desember merupakan musim ikan. Musim ikan juga berlangsung pada saat Musim Utara
yakni setelah Desember.
Hasil pengamatan PKSPL-IPB (2005) berdasarkan wawancara dengan nelayan diketahui
bahwa puncak musim penangkapan ikan di perairan timur dan selatan Pulau Morotai adalah
pada Maret – Juni, sedangkan di perairan sebelah utara Pulau Morotai adalah pada April –
Agustus. Puncak musim penangkapan ikan di perairan sebelah barat Pulau Morotai adalah
pada Juni – Desember.
6. Nelayan
Kabupaten Morotai memiliki sekitar 45 desa pantai atau sekitar 90% dari jumlah keseluruhan
desa. Namun demikian, hanya sebagian kecil saja (< 25%) penduduk desa pantai tersebut
yang bermatapencaharian sebagai nelayan, sebagian besar bertani di di kebun di darat
(PKSPL-IPB, 2006). Beberapa desa yang diketahui memiliki nelayan penangkap ikan di
laut, antara lain Desa Daruba, Koloray, Galo-galo, Wawama, Totodoku, Momojiu, Sabatai
Tua, Daeo dan Sambiki (di Kecamatan Morotai Selatan); Desa Sangowo (di Kecamatan
Morotai Timur); Desa Wayabula, Aru Burung, Aru Irian, Cucumare, Tiley, Tutuhu, Waringin,
Cio Gerong, Laomadaro, Leo-leo, Posi-posi, Ngele-ngele kecil dan Saminyamau
(Kecamatan Morotai Barat); Desa Sopi, Bere-bere kecil, Titigogoli, Hapo dan Libano (di
Kecamatan Morotai Jaya); dan Desa Wewemo, Buho-buho, Bere-bere, Gorua, Pangeo (di
Kecamatan Morotai Utara).
Jumlah nelayan di Kabupaten Morotai pada 2005 diperkirakan mencapai 5.784 orang dan
tersebar di 5 kecamatan yang ada, terbanyak berada di Kecamatan Morotai Selatan dan
Morotai Timur. Sebagian dari nelayan ini merupakan nelayan dengan kategori subsisten.
Perkembangan jumlah nelayan di wilayah Morotai sampai tahun 2005 menunjukkan
peningkatan sebesar 109% selama jangka waktu 5 tahun, namun demikian perkembangan
jumlah nelayan ini bila tidak diikuti dengan pertambahan jumlah produksi perikanan tangkap,

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program IV - 21
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Pulau Morotai I
hal ini mengindikasikan penurunan produktivitas nelayan. Implikasi dari indikasi tersebut
adalah tingkat kesejahteraan nelayan yang juga menurun.
Di Desa Sangowo terdapat 4 kelompok nelayan masing-masing beranggota 25 orang, yakni:
Kelompok Nelayan Cahaya Bahari, Bubu Guwaci, Tuna Bahari, dan Surya Pasik. Kelompok
nelayan tersebut berdiri pada 2004 dengan armada penangkapan berupa kapal ketinting 5,5
PK berbahan bakar bensin dengan alat tangkap purse seine. Setiap kelompok memiliki
armada ketinting sebanyak 10-12 unit yang dilengkapi dengan rumpon sebanyak 2-3 unit.
Setiap unit rumpon terbuat dari bambu sepanjang 7-8 m sebanyak 25 batang dan dilengkapi
dengan tambang jangkar (18-20 mm) terbuat dariplastik (PE). Rumpon ini dipasang pada
lokasi 3 hingga 8 mil dari pantai. Setiap kelompok bisa memproduksi ikan tuna atau
cakalang sebanyak 30-35 ton/bulan.
7. Prasarana dan Sarana Produksi
Prasarana produksi seperti: pusat pendaratan/pelabuhan perikanan, tempat pelelangan ikan
(TPI), bengkel, docking, stasiun pengisian bahan bakar nelayan (SPBN), dan industri
pendinginan (cold storage) belum tersedia secara memadai di Kabupaten Morotai.
Umumnya perahu/kapal penangkapan ikan mendarat di pantai dekat dengan tempat tinggal
nelayan, walaupun ada sedikit (utamanya armada penangkapan pajeko dan giob) yang
berlabuh di dermaga umum tempat sandarnya kapal angkut penumpang dan barang.
Hasil tangkapan biasanya langsung dijual di pasar ikan tradisonal setempat, walaupun ada
juga yang ditampung atau dibeli oleh pedagang ataupun perusahaan untuk dipasarkan ke
Tobelo. Khusus untuk ikan julung-julung, biasanya dipasarkan dalam bentuk olahan ikan
asap. Sebagian besar produk perikanan tangkap dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan
konsumsi lokal dan hanya sedikit yang dipasarkan ke Pulau Halmahera melalui Pelabuhan
Tobelo. Kemudian, dari Tobelo ada yang didistribusikan untuk dikirim ke Manado dan
Jakarta, bahkan ada juga yang diekspor ke Jepang.
Tabel 4.9.
Realisasi Pendapatan Pemerintah Kabupaten Pulau Morotai Menurut
Sumber Penerimaan Tahun 2011 (Ribu Rp)
Tahun

Sumber Pendapatan
Target 2011

Realisasi 2012

3.199.288.800

3.943.000.826

817773.000

542.829.372

1.440.170.500

1.060.094.612

-

-

941.345.300

2.340.076.842

336.093.074.624

282.400.979.778

Bagi Hasil Pajak

15.377.334.500

14.111.871.641

Bagi Hasil Bukan Pajak SDA

8.688.723.124

11.298.393.137

Dana Alokasi Umum (DAU)

241.796.020.000

203.956.615.000

A. PendapatanAsli Daerah
Pajak daerah
Retribusi Daerah
Bagi Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah
B. Bagian Dana Perimbangan

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program IV - 22
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Pulau Morotai I
Dana Alokasi Khusus (DAK)

66.920.400.000

53.034.100.000

3.310.597.000

28.429.840.308

Pendapatan Hibah

-

-

Dana Darurat

-

-

Bagi Hasil Pajak Dari Propinsi & Pemda

1.201.240.000

1.394.208.008

Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus

2.109.357.000

1.394.208.008

Bantuan Keuangan Dari Propinsi/pemda

-

-

Lain

-

-

Pendapatan Lain-lain

-

-

342.602.960.424

314.773.820.912

C. Lain-Lain Pendapatan Yang Sah

Jumlah / Total

Sumber : Kab. Pulau Morotai Dalam Angka, 2013
Tabel 4.10. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Pulau Morotai Menurut
Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku (Juta Rp)
Tahun
Lapangan Usaha
2011
2012
Pertanian

102,844.14

116,238.49

798.26

908.01

Industri Pengolahan

42,308.67

46,582.28

Listrik dan Air Bersih

1,202.00

1,451.42