Meningkatkan penghayatan spiritualitas kaul ketaatan menurut Beato Francisco Palau dalam hidup berkomunitas suster-suster Carmelite Missionaries melalui katekese - USD Repository

  MENINGKATKAN PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KAUL

KETAATAN MENURUT BEATO FRANCISCO PALAU DALAM HIDUP

BERKOMUNITAS SUSTER-SUSTER CARMELITE MISSIONARIES

MELALUI KATEKESE

  SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

  Oleh: Imelda Marselina Woli NIM : 081124059 PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2013

  Skripsi ini kupersembahkan kepada seluruh anggota konggregasi Carmelite Missionaries yang telah mendukung dengan doa, cinta dan perhatian khususnya selama menjalani dan menyelesaikan studi di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

  Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  MOTTO ”Go where obedience guides you and do not be afraid”.

  Beato Francisco Palau, OCD (Letter, 54,2)

  Skripsi ini berjudul MENINGKATKAN PENGHAYATAN

SPIRITUALITAS KAUL KETAATAN MENURUT BEATO FRANCISCO PALAU DALAM HIDUP BERKOMUNITAS SUSTER-SUSTER CARMELITE

  MISSIONARIES MELALUI KATEKESE. Penulisan judul ini bertitik tolak dari

  refleksi dan pengalaman penulis yang menunjukkan bahwa adanya kemunduran dalam penghayatan spiritualitas kaul ketaatan dalam hidup berkomunitas suster- suster Carmelite Missionaries. Permasalahan pokok yang terdapat dalam skripsi ini adalah, mengapa spiritualitas kaul ketaatan menurut beato Francisco Palau sangat penting bagi hidup berkomunitas suster-suster Carmelite Missionaries, hambatan- hambatan apa yang dihadapi oleh suster-suster Carmelite Missionaries dalam menghayati spiritualitas kaul ketaatan serta apa hubungan antara ketaatan dengan hidup berkomunitas. Untuk menjawab permasalahan tersebut digunakan metode deskriptif analisis kajian pustaka.

  Hasil akhir penelitian ini penulis menemukan bahwa metode katekese yang digunakan untuk meningkatkan penghayatan spiritualitas kaul ketaatan dalam hidup berkomunitas, Shared Christian Praxis dijadikan sebagai salah satu pendekatan yang tepat untuk kembali kepada penghayatan spiritualitas kaul ketaatan menurut beato Francisco Palau. Metode katekese Shared Christian Praxis merupakan salah satu metode yang efektif dan berdaya guna bagi para suster Carmelite Missionaries dalam meningkatkan mutu spiritualitas kaul ketaatan menurut beato Francisco Palau dalam hidup berkomunitas. Dengan demikian para suster Carmelite Missionaries memperoleh kematangan pribadi dan mampu membatinkan keutamaan-keutamaan Injil dengan bebas, bertanggungjawab serta berani menyerahkan diri secara total dan penuh percaya kepada Kristus, Putera Allah yang taat secara bebas kepada Bapa. Para suster Carmelite Missionaries sebagai orang percaya harus taat kepada Allah, melaksanakan setiap kehendak-Nya dengan sungguh-sungguh sebagai saudara dalam hidup berkomunitas.

  The title of this thesis is TO INCREASE THE UNDERSTANDING OF

  

THE PIRITUALITY OF THE VOW OF OBEDIENCE ACCORDING TO

BLESSED FRANCISCO PALAU IN COMMUNITY LIVING OF THE

CARMELITE MISSIONARIES THROUGH CATECHESIS. The writer chose

  this title based on the reflections and personal experiences in community living. The writer showed there was decreasing in Carmelite Missionaries sisters in living out the vow of obedience. The main concern of this thesis are why the spiritulity of obedience according to blessed Francisco Palau is very important in community life for the Carmelite Missionaries sisters, what are the hindrances in living out the spiritulity of obedience and the connection between obedience and community life. To answer those concerns above, this thesis is used analysis descriptive method.

  In the end of the research the writer discovered that the catechesis method which being used to increase the spirituality of the vow of obedience in community life, Shared Christian Praxis should be used as an effective approchment for the Carmelite Missionaries sisters to increase the spirituality of the vow of obedience according to blessed Francisco Palau. Therefore the Carmelite Missionaries sisters reached individual maturity to offer oneself totally, with strong faith to Christ, the Son of God who obey God freely. Carmelite Missionaries sisters as a women of faith have to obey God, do His will with sincerity as one family in community living every day. Puji dan syukur kepada Allah yang Mahakuasa karena kasih dan bimbingan- Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul

  MENINGKATKAN PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KAUL KETAATAN

MENURUT BEATO FRANCISCO PALAU DALAM HIDUP

BERKOMUNITAS SUSTER-SUSTER CARMELITE MISSIONARIES

MELALUI KATEKESE.

  Skripsi ini terinspirasi dari pengalaman merosotnya penghayatan nilai-nilai spiritualitas kaul ketaatan yang terjadi dalam kongregasi Carmelite Missionaries secara khusus penghayatan spiritualitas kaul ketaatan menurut pendiri beato Francisco Palau. Oleh karena itu penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk membantu meningkatkan penghayatan spiritualitas kaul ketaatan menurut Francisco Palau bagi suster-suster Carmelite Missionaries dalam hidup berkomunitas. Skripsi ini ditulis untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Tersusunnya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Maka pada kesempatan ini penulis dengan setulus hati mengucapkan limpah terimakasih kepada:

  1. Rm. Dr. J. Darminta, S.J., selaku dosen pembimbing utama yang telah memberikan perhatian, meluangkan waktu, mendampingi, mengarahkan dan membimbing serta memberikan masukan dan kritikan sehingga penulis dapat lebih termotivasi dalam menuangkan ide-ide dan gagasan-gagasan dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini.

  2. Bapak P. Banyu Dewa., S.Ag., M.Si., dosen wali dan dosen penguji II yang terus mendampingi, membimbing dan memberi motivasi kepada penulis dalam mempertanggungjawabkan skripsi ini dan juga telah membimbing penulis selama studi di IPPAK.

  HALAMAN JUDUL ................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. iii HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................... iv MOTTO ..................................................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................... vi ABSTRAK ................................................................................................ vii

  ABSTRACT ............................................................................................... viii

  KATA PENGANTAR .............................................................................. ix-x DAFTAR ISI ............................................................................................. xi-xvi DAFTAR SINGKATAN .......................................................................... xvii-xviii BAB I . PENDAHULUAN ..................................................................

  1 A. Latar Belakang Masalah ...................................................................

  1 B. Perumusan Masalah ..........................................................................

  7 C. Tujuan Penelitian ....................................................................... ......

  8 D. Manfaat Penelitian ............................................................................

  8 E. Metode Penulisan ....................................................................... ......

  9 F. Sistematika Penulisan .......................................................................

  9 BAB II. KAUL KETAATAN DALAM KONGGREGASI CARMELITE MISSIONARIES ..............................................

  12 A.

  RIWAYAT HIDUP ..............................................................................

  12

  1. Masa Kecil dan Remaja Francisco Palau (1811-1828)................... 12

  3. Kehidupan Francisco Palau di Biara Tak Berkasut (1832-1835) .. 15

  4. Pendiri Konggregasi ...................................................................... 20

  5. Spiritualitas dan Karisma Carmelite Missionaries ........................ 23 B. TRIKAUL MENURUT BEATO FRANCISCO PALAU ................

  24

  1. Kaul-Kaul ....................................................................................... 24

  2. Kaul Kemurnian ............................................................................. 27

  3. Kaul Kemiskinan ............................................................................ 28

  4. Kaul Ketaatan ................................................................................. 28

  5. Spiritualitas Kaul ............................................................................ 39 C. KETAATAN DALAM TULISAN FRANCISCO PALAU ..............

  31

  1. Membuka Hati Bagi Tuhan ........................................................... 31

  2. Penyerahan Diri ............................................................................. 32

  3. Ketaatan Kepada Pemimpin .......................................................... 34

  4. Ketaatan Menciptakan ”Communio” ............................................. 37

  5. Ketaatan Merupakan Pelayanan Misi ............................................ 38

  D. KETAATAN MENURUT KONSTITUSI KONGGREGASI CARMELITE MISSIONARIES ........................................................ 42

  1. Ketaatan Sebagai Kaul ................................................................... 42

  2. Ketaatan Kepada Pemimpin ........................................................... 49 3. ketaatan Terhadap Gerakan Roh Kudus ........................................ 50

  4. Ketaatan Maria ............................................................................... 52

  BAB III. KETAATAN DALAM HIDUP BERKOMUNITAS ............... 54 A. PANGGILAN HIDUP BAKTI .......................................................... 55

  1. Pengertian Panggilan Hidup .......................................................... 55

  2. Aspek-Aspek Dalam Hidup Bakti ................................................. 57

  a. Pengakuan Iman akan Tritunggal Maha Kudus ........................ 57

  b. Lambang Persaudaraan ............................................................. 58 B. SPIRITUALITAS KAUL KETAATAN ...........................................

  60

  1. Dimensi Teosentris ........................................................................ 62

  2. Dimensi Kristologis ....................................................................... 64 3. Dimensi Roh Kudus ......................................................................

  66

  5. Dimensi Komuniter ....................................................................... 70

  6. Dimensi Apostolis ......................................................................... 72

  C. GAMBARAN DAN ASPEK HIDUP KOMUNITAS CARMELITE MISSIONARIES ...............................................................................

  74

  1. Gambaran Komunitas .................................................................... 75

  a. Menurut Injil ............................................................................. 75

  b. Menurut Pendiri ........................................................................ 76

  c. Menurut Konstitusi ................................................................... 78

  d. Anggota Komunitas .................................................................. 79

  2. Aspek Hidup Komunitas ............................................................... 80

  a. Komunitas Demi Karya/ Perutusan .......................................... 80 b. Komunitas Untuk Roh .............................................................

  82 c. Komunitas Doa ........................................................................

  84 d. Komunitas Sebagai Kebersamaan Hidup ................................

  86 D. PERGULATAN KAUL KETAATAN DALAM KOMUNITAS CARMELITE MISSIONARIES ...................................................... 88 1. Taat Pada karya ..........................................................................

  88 2. Taat Pada Hidup Bersama ..........................................................

  90 3. Taat Kepada Roh Yang Memimpin Kepada Persatuan ..............

  92

  4. Spiritualitas Komunio dan Kekudusan Komuniter ..................... 94 5. Taat Pada Pemimpin ...................................................................

  96 a. Pelayanan Mendengarkan ......................................................

  98

  b. Menciptakan suasana yang menyenangkan bagi dialog, sharing dan tanggung jawab bersama ................................................. 99 c. Mengusahakan sumbangan dari semua demi kepentingan semua ..................................................................................... 101 d. Pelayanan pribadi dan komunitas ................................................ 102

  e. Discernment Komunitas .............................................................. 104

  f. Discernment, Wewenang dan Ketaatan ....................................... 105

  g. Ketaatan Persaudaraan ................................................................. 106

  6. Taat Pada Suara Hati ........................................................................ 108

  FRANCISCO PALAU DALAM HIDUP BERKOMUNITAS .............. 111

  BAB IV. SUMBANGAN KATEKESE DALAM MENINGKATKAN PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KAUL KETAATAN MENURUT BEATO FRANCISCO PALAU DALAM HIDUP BERKOMUNITAS SUSTER-SUSTER CARMELITE MISSIONARIES .......................................................................... 117 A. GAMBARAN UMUM KATEKESE .................................................... 118

  1. Pengertian Katekese .......................................................................... 119

  a. Pengertian katekese menurut arti kata ......................................... 119

  b. Pengertian katekese menurut Catechesi Trandendae ................... 120

  c. Pengertian katekese berdasarkan hasil PKKI II ............................ 121

  2. Tujuan Katekese ................................................................................. 122

  a. Menurut Catechesi Tradendae ...................................................... 122

  b. Menurut PKKI II ........................................................................... 123

  3. Isi Katekese ....................................................................................... 124

  4. Unsur-Unsur Katekese ...................................................................... 124

  a. Pengalaman/Praktek Hidup .......................................................... 125

  b. Komunikasi Pengalaman Iman dalam Terang Kitab Suci ........... 125

  c. Komunikasi dengan tradisi Kristiani ........................................... 126

  d. Arah Keterlibatan Baru ................................................................ 126

  5. Tugas Utama Katekese .................................................................... 126

  a. Katekese memberitakan Sabda Allah, Mewartakan Kristus ...... 127

  b. Katekese Mendidik Untuk Beriman ........................................... 127

  c. Katekese Mengembangkan Gereja ............................................. 128

  6. Dinamika Katekese Sebagai Pembinaan ........................................ 128

  a. Isi ................................................................................................ 129

  b. Proses .......................................................................................... 129

  c. Pelaku ......................................................................................... 129

  B. PERANAN KATEKESE DALAM MENINGKATKAN PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KAUL KETAATAN DALAM HIDUP BERKOMUNITAS................................................ 130

  KATEKESE YANG SESUAI UNTUK MEMBANTU MENINGKATKAN PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KAUL KETAATAN SUSTER-SUSTER CARMELITE MISSIONARIES ......... 133

  1. Pengertian Shared Christian Praxis ................................................... 134

  a. Shared-dialog ................................................................................ 135

  b. Christian ........................................................................................ 136

  c. Praxis ............................................................................................ 137

  2. Langkah-Langkah Katekese Model Shared Christian Praxis ......... 138

  a. Langkah O (Awal) : Pemusatan Aktivitas ................................... 139

  b. Langkah pertama: Pengungkapan Praxis Faktual ....................... 140

  c. Langkah kedua: Refleksi Kritis atau Sharing Pengalaman Faktual .................................................................... 141

  d. Langkah ketiga: Mengusahakan supaya Tradisi dan Visi Kristiani Lebih Terjangkau ......................................................... 142

  e. Langkah keempat: Interpretasi Dialektis Antara

  Praxis dan Visi Peserta Dengan Tradisi dan Visi Kristiani ....... 143

  f. Langkah kelima: Keterlibatan Baru Demi akan Terwujudnya Kerajaan Allah di Dunia ...................................... 144

  D. USULAN PROGRAM KATEKESE ................................................. 145

  1. Pengertian Program ....................................................................... 146

  2. Tujuan Program Katekese ............................................................. 146

  3. Isi Program .................................................................................... 147

  4. Usulan Program ............................................................................. 147

  5. Penjabaran Program ...................................................................... 153

  E. CONTOH PERSIAPAN KATEKESE MODEL

  SHARED CHRISTIAN PRAXIS (SCP) .............................................. 157

  1. Identitas Katekese ......................................................................... 157

  2. Pemikiran Dasar ............................................................................ 158

  3. Pengembangan Langkah-Langkah................................................. 162

  A. Kesimpulan .......................................................................................... 178

  B. Saran .................................................................................................... 183 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 186 LAMPIRAN .............................................................................................. 187

  A. SINGKATAN KITAB SUCI Flp : Filipi Gal : Galatia Ibr : Ibrani Kis : Kisah Para Rasul

  1Kor : Korintus Luk : Lukas Mark : Markus Mat : Matius Rom : Roma Yoh : Yohanes

  B. SINGKATAN DOKUMEN RESMI GEREJA AA : Apostolicam Actuositatem: Dekrit tentang Kerasulan Awam.

  AG : Ad Gentes : Dekrit tentang Kegiatan Misioner Gereja. CT : Catechesi Tradendae : Anjuran Apostolik tentang Katekese Masa Kini.

  EN : Evangelii Nuntiandi : Imbauan Apostolik tentang Karya Pewartaan Injil dalam Zaman Modern. GS : Gaudium et Spes : Konstitusi Pastoral tentang Gereja dalam Dunia Modern. LG : Lumen Gentium : Konstitusi dogmatis tentang Gereja. PC : Perfectae Caritatis : Dekrit tentang Pembaharuan dan Penyesuaian Hidup Religius. PO : Presbyterorum Ordinis : Dekrit tentang Pelayanan dan Kehidupan para Imam. SC : Sacrosanctum Concilium : Konstitusi tentang Liturgi Suci. C. SINGKATAN LAIN Art : Artikel Bdk : Bandingkan Bto : Beato CM : Carmelite Missionaries CV : Catechism of the Virtues Frag : Fragmen HP : Hand Phone Kan : Kanon KHK : Kitab Hukum Kanonik Konst : Konstitusi KTHB & LHB : Komisi Tarekat Hidup Bakti dan Lembaga Hidup Kerasulan KV. II : Konsili Vatikan II LAI : Lembaga Alkitab Indonesia Leg : Legacy Let : Letters MRel : My Relations With the Church OCD : Ordo Carmelitarum Discalcetorum SCP : Shared Christian Praxis SL : Solitary Life Sta : Santa Sto : Santo TCAG : Terpukau Cinta Akan Gereja

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Hidup bakti merupakan salah satu dari karunia Roh atau kharisma dalam Gereja. Hidup bakti secara khusus menjadikan semangat Injil sebagai pilihan

  hidup yang dihayati secara total dan radikal kepada Tuhan. Hal ini berarti hidup bakti berada pada inti Gereja sebagai unsur yang menentukan misi Gereja yang menampilkan sifat batiniah panggilan Kristiani. Sifat batiniah Kristiani yang dihidupi oleh para religius diwujudkan dalam kaul-kaul yakni; kaul kemurnian, kaul kemiskinan dan kaul ketaatan yang dihidupi oleh masing-masing anggota diwarnai oleh semangat pendiri, kharisma dan spiritualitas kongregasi. Dengan mengucapkan kaul berarti seorang religius menggabungkan diri dan berpartisipasi dalam mewujudkan dan melaksanakan apa yang dikehendaki Tuhan lewat kongregasi. Dengan mengikrarkan ketiga kaul berarti seorang religius berani menghadapi konsekuensi dari kaul itu sendiri.

  Konsili Vatikan II dikatakan tentang profesi religius sebagai berikut: ”Anggota-anggota lembaga religius itu perlu ingat bahwa dengan memprofesikan nasehat-nasehat Injil mereka pertama-tama menanggapi panggilan Ilahi, sehingga mereka tidak hanya mati dalam dosa (bdk. Rom. 6,11), tetapi juga meninggalkan dunia, supaya hanya hidup bagi Allah” (PC:5).

  Memilih panggilan hidup bakti juga berdasarkan motif-motif tertentu yang mendorong seseorang berani memutuskan untuk memilih hidup membiara. Hidup bakti dipengaruhi oleh kuat lemahnya motivasi yang dimiliki oleh seorang individu. Hal ini dapat diukur dari kesetiaan dan pemberian diri dalam menjalankan nilai-nilai Injil yang tertera pada ketiga kaul yakni kemurnian, kemiskinan dan ketaatan dalam hidup berkomunitas dan kerasulan yang dijalaninya setiap hari.

  Secara rohani hal yang mendorong orang untuk memilih hidup bakti adalah iman. Iman mengarahkan orang untuk menyerahkan diri secara total kepada Allah secara radikal. Pemilihan hidup bakti ini dilakukan sebagai ungkapan jawaban atas panggilan Ilahi. Dengan rumusan yang agak berbeda, ditegaskan juga dalam Dokumen KV II, bahwa orang beriman kristiani mewajibkan diri untuk hidup menurut tiga nasehat Injil (PC. 44).

  Yesus mengabdikan diri seutuhnya kepada Allah yang dicintai-Nya mengatasi segala sesuatu. Dengan demikian Yesus terikat untuk mengabdi Allah serta meluhurkannya karena alasan yang baru dan istimewa. Karena baptisan Yesus telah mati bagi dosa dan dikuduskan kepada Allah. Untuk memperoleh buah-buah rahmat baptis yang lebih melimpah, Yesus menghendaki mengikrarkan nasehat-nasehat Injil dalam Gereja dibebaskan dari rintangan-rintangan, yang mungkin menjauhkan-Nya dari cinta kasih yang berkobar dan dari kesempurnaan bakti kepada Allah. Adapun pentakdisan akan makin sempurna, bila dengan ikatan yang lebih kuat dan tetap makin jelas dilambangkan Kristus, yang dengan ikatan tak terputuskan bersatu dengan Gereja mempelai-Nya (1993, PC. 44).

  Ketaatan religius memperoleh dasarnya dalam ketaatan Injil yang radikal yang berlaku untuk umum dan semua orang, yaitu ketaatan kepada kehendak Allah. Kehendak sendiri sebagai korban yang dipersembahkan kepada Allah. Dengan demikian para religius secara tetap dan aman mempersatukan diri dengan kehendak Allah yang menyelamatkan (PC:14).

  Penghayatan mengenai kaul dalam komunitas religius suster-suster

  Carmelite Missionaries khususnya kaul ketaatan, mengalami pengaburan

  nilai-nilai religius. Pengaburan yang dimaksudkan adalah penyimpangan dari penghayatan dan pemaknaan kaul ketaatan yang merupakan perwujudan penyerahan diri secara total kepada kehendak Allah. Para suster suster

  Carmelite Missionaries meskipun sudah mengikrarkan kaul, ada yang belum

  memahami makna dari kaul ketaatan itu sendiri, sehingga dirasa mengikat dan sebagai penghambat perkembangan pribadi. Ini fakta yang terjadi dalam kongregasi Carmelite Missionaries dewasa ini. Maka tidak heran kalau ada anggota yang mudah berkata ”pemimpin itu kurang bijaksana, kurang adil dalam memperhatikan kepentingan kita.”

  Pelanggaran terhadap kaul ketaatan ini banyak terjadi dalam pelaksanaan tugas perutusan dan persaudaraan khususnya saat pimpinan akan memberi suatu kebijakan maupun penempatan tugas yang baru. Pelanggaran kaul ketaatan ini pada umumnya oleh para suster senior.

  Mereka beranggapan bahwa kaul ketaatan hanya berlaku bagi suster- suster yunior yang belum berkaul kekal sedangkan yang senior merasa telah sampai pada tujuan yaitu kaul kekal sehingga merasa diri bebas dan tidak perlu taat lagi. Pemahaman ini sangat keliru sehingga nilai-nilai religius dalam kaul ketaatan menjadi kabur. Oleh karena itu setiap anggota kongregasi

  Carmelite Missionaries baik suster senior maupun suster yunior harus

  kembali kepada semangat pendiri dan ajarannya. Para suster diajak untuk kembali kepada konstitusi yang berbicara tentang kaul ketaatan. Konstitusi

  Carmelite Missionaries (art. 43 ) menegaskan:

  ” ... para suster pada gilirannya harus setia pada ketaatan meskipun dituntut suatu pengorbanan secara konkret. Kita semua hendaknya menjadi taat pada Roh Kudus yang telah menginspirasikan keduanya yakni kehendak dan tindakan yang dipilihnya. Para suster harus mencari kebaikan dari semua anggota komunitas dalam ketaatan dari karisma kita. Melalui jalan ketaatan akan menguatkan kebebasan kita. Menuntun kita pada penyerahan diri secara total dalam kasih dan menghantar kita pada kedewasaan Kristiani”.

  Makna ketaatan yang dialami, dihayati dan dilaksanakan oleh parasuster

  Carmelite Missionaries dalam panggilannya mencerminkan ketaatan yang

  dilaksanakan oleh Beato Francisco Palau. Ketaatan menurut beato Francisco Palau merupakan suatu bentuk keutamaan yang sangat besar. Ketaatan merupakan suatu sarana yang tepat di mana kita harus mengikuti kehendak Allah. Hal ini merupakan suatu bentuk keterbukaan dan kesediaan terhadap kehendak Allah. Dalam suratnya kepada Sr. Juana Gratias, Francisco Palau mengatakan ”Pergilah di mana ketaatan membimbingmu dan janganlah takut Allah akan membimbingmu pada suatu jalan yang benar”. Pergi ke mana suatu tempat yang aman (Letters, 54,2). Dengan demikian Francisco Palau mau menegaskan bahwa sebagai seorang Carmelite Missionaries hendaknya selalu memiliki hati yang siap sedia untuk menjalankan misi yang dipercayakan kepada masing-masing anggota, karena Allah sendiri yang akan memimpin pada jalan dan tempat yang aman.

  Pada kenyataannya ada suster Carmelite Missionaries yang sungguh memaknai dan menghayati kaul ketaatannya, namun ada pula yang kurang menghayati dalam panggilannya sebagai pengikut Kristus. Beberapa suster senior maupun yunior mengalami ketakutan dan ketidakbebasan. Mereka terikat pada sahabat, kehormatan dan materi. Bagi suster yunior merasa takut akan dikeluarkan dari biara, jika mereka tidak taat kepada pemimpin atau atasan. Mereka merasa tidak bebas untuk mengkritik pemimpin atau suster senior. Maka selama masa pendidikan yuniorat mereka menunjukkan sikap taat yang baik melalui tugas-tugas yang dipercayakan kepada mereka. Mereka sungguh patuh dan setia menaati semua peraturan. Ketika sudah kaul kekal tindakan mereka kadang berbeda dengan ketika mereka masih di formasi.

  Ketaatan pada kehendak Allah itu diwujudnyatakan secara konkret dalam ketaatannya kepada pemimpin atau formator, karena kepada merekalah wakil- wakil Kristus yang kelihatan. Tentu saja tidak semua kehendak dan perintah pemimpin harus ditafsirkan sebagai suara/perintah Allah. Mereka tampil sebagai wakil Kristus sejauh mereka memerintahkan sesuatu seturut ketentuan konstitusi (KHK, kan. 601). Oleh karena itu, seorang yang tidak untuk hidup sebagai seorang religius. Karena ia sulit untuk berubah lebih lanjut, telah menutup kemungkinan bahwa ia keliru, kepribadian yang telah beku, dan kurang mampu untuk mendengar sehingga ia menganggap bahwa pimpinan atau formator itu sama dengan dirinya, jadi tidak perlu taat.

  Dalam praktek ketaatan religius, ada pergeseran dalam sistem mengambil

  keputusan. Tekanan lebih banyak diberikan pada sistem dialog dengan bawahan dan peranan komunitas. Pergeseran ini sering kali membawa serta suatu

  

krisis ketaatan terhadap atasan. Dewasa ini banyak religius termasuk para suster

Carmelite Missionaries tidak suka lagi mendengar kata ”perintah atau ”komando” dari atasan. Mereka menghendaki kebebasan dalam memilih karir, memilih komunitas dan mengatur acara hidupnya sendiri.

  Kesulitan-kesulitan yang dialami dalam kongregasi Carmelite Missionaries adalah menghadapi suster-suster yang memiliki karakteristik kepribadian yang keras dan mempunyai prinsip sendiri sehingga sulit untuk dibimbing dan akhirnya suster tersebut tidak ingin mendengar dan menaati pimpinan atau peraturan yang sudah ditetapkan. Dengan perkembangan jaman yang semakin maju turut mempengaruhi

gaya hidup suster-suster Carmelite Missionaries dalam penggunaan alat-alat

komunikasi elektronik (HP, kamera) tanpa sepengetahuan pemimpin.

  Kesulitan lain yang dihadapi oleh formator atau pemimpin dalam mendidik para suster yunior (intensif yunior maupun yunior yang sudah berkarya) adalah kurangnya keterbukaan, kurang memiliki kemampuan untuk memahami instruksi, kurang mengasimilasi dan menginternalisasikan nilai- nilai hidup bakti, tertekan dengan luka batin masa lalu dan tidak memiliki tidak jelas dari formandis. Kesulitan lain yang dialami adalah kurang profesional dalam membimbing dan mendidik para suster di rumah formasi maupun di rumah karya.

  Melihat kesulitan dan masalah yang dihadapi oleh anggota suster

  

Carmelite Missionaries dalam menghayati spiritualitas kaul ketaatan,

menunjukkan bahwa apa yang diharapkan dan dicita-citakan oleh Bto.

  Francisco Palau, OCD belum tercapai sebagaimana mestinya. Bertolak dari situasi yang ada, maka hal ini menjadi keprihatinan penulis juga. Untuk itu penulis ingin menyumbangkan gagasan-gagasan untuk anggota Carmelite

  Missionaries dengan mengambil judul: MENINGKATKAN

PENGHAYATAN SPIRITUALITAS KAUL KETAATAN MENURUT BEATO FRANCISCO PALAU DALAM HIDUP BERKOMUNITAS

B. PERUMUSAN MASALAH 1.

  Mengapa spiritualitas kaul ketaatan menurut beato Francisco Palau sangat penting bagi hidup berkomunitas suster-suster Carmelite

  Missionaries ? 2.

  Hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi suster-suster Carmelite

  Missionaries dalam menghayati spiritualitas kaul ketaatan dalam

  hidup berkomunitas?

  3. Apa hubungannya antara ketaatan dan hidup berkomunitas suster- suster Carmelite Missionaries?

4. Sumbangan katekese model apa yang dapat membantau para suster

  Carmelite Missionaries dalam menghayati spiritualitas kaul ketaatan

  menurut beato Francisco Palau? C.

TUJUAN PENELITIAN 1.

  Memaparkan beberapa gagasan pemikiran mengenai “Penghayatan Spiritualitas Kaul Ketaatan Menurut Beato Francisco Palau Bagi Hidup Berkomunitas Suster-suster Carmelite Missionaries”.

  2. Membantu suster-suster Carmelite Missionaries selalu kembali pada ajaran pendiri, dalam penghayatan spiritualitas kaul ketaatan dalam hidup berkomunitas.

3. Memberikan sumbangan pemikiran bagi para suster Carmelite

  Missionaries dalam usaha mendalami penghayatan spiritualitas kaul

  ketaatan dalam perutusan dan persaudaraan melalui katekese model Shared Christian Praxis .

D. MANFAAT PENELITIAN 1.

  Memberi masukan bagi para pemimpin komunitas dan anggota

  Carmelite Missionaries untuk lebih menghayati spiritualitas kaul ketaatan menurut beato Francisco Palau dalam hidup berkomunitas.

  2. Membantu suster-suster Carmelite Missionaries menemukan hambatan-hambatan dalam penghayatan spiritualitas kaul ketaatan dalam hidup berkomunitas.

3. Bagi penulis.

  Melalui pemaparan tulisan ini, penulis semakin mendalami, dan menghayati panggilan sebagai seorang biarawati Carmelite

  Missionaries , dalam menghidupi dan menghayati kaul ketaatan

  dalam hidup sehari-hari baik di dalam komunitas maupun di luar komunitas.

  E. METODE PENULISAN

  Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode deskripsi analisis melalui studi pustaka ditambah dengan mengembangkan refleksi pribadi yang menggambarkan secara faktual pengalaman yang terjadi dalam hidup berkomunitas suster-suster Carmelite Missionaries.

  F. SISTEMATIKA PENULISAN

  Judul skripsi ini adalah MENINGKATKAN PENGHAYATAN

SPIRITUALITAS KAUL KETAATAN MENURUT BEATO

  

FRANCISCO PALAU DALAM HIDUP BERKOMUNITAS SUSTER-

SUSTER CARMELITE MISSIONARIES MELALUI KATEKESE

MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS. Dengan judul tersebut penulis suster-suster Carmelite Missionaries dalam menghayati kaul ketaatan menurut beato Francisco Palau bagi hidup berkomunitas.

  Untuk mencapai maksud tersebut penulis membagi skripsi ini menjadi lima bab. Gambaran sistematis skripsi ini adalah sebagai berikut:

  Bab I, pendahuluan meliputi: latar belakang penulisan skripsi, rumusan permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan dan sistematika penulisan. Bab II, penulis menguraikan tentang kaul ketaatan dalam kongregasi Carmelite Missionaries yang meliputi: riwayat hidup bto. Francisco Palau, trikaul menurut bto. Francisco Palau, ketaatan dalam tulisan-tulisan bto. Francisco Palau dan ketaatan menurut konstitusi Carmelite Missionaries. Bab III, penulisakan menguraikan tentang ketaatan dalam hidup berkomunitas, membahas tentang makna, tantangan, pergulatan dan penghayatan kaul ketaatan dewasa ini dalam hidup berkomunitas.

  Bab IV, membahas tentang model katekese yang dapat membantu meningkatkan pemaknaan dan penghayatan kaul ketaatan dalam hidup berkomunitas suster-suster Carmelite Missionaries meliputi: gambaran umum katekese, peranan katekese dalam upaya meningkatkan penghayatan kaul ketaatan, dalam hidup berkomunitas melalui katekese model Shared Christian

  

Praxis suatu model katekese yang sesuai untuk membantu meningkatkan

  penghayatan spiritualitas kaul ketaatan dalam hidup berkomunitas suster- suster Carmelite Missionaries, usulan program katekese dan contoh persiapan katekese.

  Bab V, merupakan bagian penutup yang berisi kesimpulan dari pembahasan pokok permasalahan ketaatan dalam kongregasi Carmelite

  

Missionaries dan berupa saran yang dapat berguna bagi para suster Carmelite

  Missionaries, serta yang membaca tulisan ini dalam membantu menemukan penghayatan spiritualitas kaul ketaatan dalam hidup berkomunitas sebagai seorang religius.

BAB II KAUL KETAATAN DALAM KONGREGASI CARMELITE MISSIONARIES Mengikatkan diri pada suatu persekutuan hidup membiara ditandai

  dengan kaul kemurnian, kemiskinan dan ketaatan. Suster Carmelite

  

Missionaries (CM) sebagai suatu persekutuan hidup membiara mengucapkan

tiga kaul tersebut sebagai tanda ikatan pada kongregasi.

  Kaul ketaatan dalam kongregasi Carmelite Missionaries akan dibahas secara khusus dengan pokok-pokok sebagai berikut, yaitu riwayat hidup Bto.

  Francisco Palau, trikaul menurut pendiri, ketaatan dalam tulisan-tulisannya, ketaatan dalam konstitusi Carmelite Missionaries sebagai pedoman hidup.

A. RIWAYAT HIDUP 1. Masa Kecil dan Remaja Francisco Palau (tahun 1811-1828)

  Francisco Palau Y. Quer dilahirkan di Aytona, Lerida, Spanyol pada tanggal 29 Desember 1811, dari keluarga petani miskin, dan berasal dari tradisi kristen Katolik yang saleh. Kelahirannya telah didahului oleh enam kakak laki-laki dan perempuan. Ia dibaptis tepat pada hari kelahirannya. Pada tanggal 11 April 1817, Francisco Palau menerima sakramen krisma. Orang tuanya Jose Palau Miarnau dan Maria Antonia Queer Esteve telah menanamkan sikap taat pada ajaran-ajaran kristiani dan kasih sayang dalam keluarga (TCAG, 1997:7).

  Ketika masih muda Francisco Palau melihat bahwa kehidupan akan semakin bertambah sulit karena gangguan-gangguan sosial-politik sebagai akibat invansi Perancis dan perang kemerdekaan yang terus terjadi (1808- 1814). Kendatipun demikian, kehidupan rumah tangga Palau-Quer selalu menampilkan sikap jujur, menghargai dan saling menghormati. Di dalam keluarga tumbuh kasih sayang, kekuatan kristiani dan tangguh menghadapi tantangan. Tiada hari tanpa kegembiraan atau kedamaian yang mendalam.

  Keluarga Francisco Palau selalu merasa puas dengan apa yang mereka miliki. Francisco Palau mulai belajar membaca dan menulis di negaranya. Gurunya meminta keluarga mencari pendidikan yang baik untuk diberikan kepada Francisco Palau (TCAG, 1997:7).

  Rupanya, penyelenggaraan Tuhan memberikan jalan. Kakaknya Rosa, menikah dengan Ramon Benet pada tahun 1824 dan pindah ke Lerida. Di dalam keluarga Rosa, Francisco Palau diterima sehingga ia dapat melanjutkan studinya. Francisco Palau tinggal di sana selama empat tahun.

2. Kehidupan Francisco Palau di Seminari (1828-1832)

  Francisco Palau merasa bahwa panggilannya yang sejati ialah mendedikasikan seluruh hidupnya bagi Tuhan dan pelayanan kepada sesama melalui jalan imamat. Untuk itu, Francisco Palau masuk seminari pada bulan Tetapi, sebelumnya Francisco Palau telah dibekali dengan pengetahuan yang cukup. Francisco Palau mulai studi di seminari-Lerida pada musim gugur 1828 hingga musim semi 1832. Ia menyelesaikan pendidikannya selama tiga tahun. Dua tahun untuk pendidikan humaniora dan filsafat, dan satu tahun untuk pendidikan teologi. Di seminari, Francisco Palau sungguh mengalami kehidupan yang taat dan disiplin tinggi. Jadwal hariannya mendekati disiplin militer. Ia mengerjakan tugas yang sama saja dan penuh kegiatan yang serba rutin. Studi, doa bersama, pelajaran tatap muka dan rekreasi di dalam kelompok merupakan keseharian yang perlu ia jalankan dengan tekun dan taat (TCAG, 1997:11).

  Selama empat tahun di seminari ia mempunyai waktu yang cukup untuk memikirkan dan mempertimbangkan rencana-rencana hidupnya. Ia mempergunakan waktu tersebut sebaik-baiknya dan berusaha sepenuh tenaga menemukan arah hidupnya yang perlu ia pilih secara jelas dan terwujud. Ia menginginkan sesuatu yang dapat memenuhi keinginan dan kemampuannya mencinta. Pada tanggal 19 Desember 1829, ia menerima tonsura. Pada usia 21 tahun, Francisco Palau secara jiwani dan rohani telah cukup matang untuk membuat keputusan-keputusan kehidupan yang penuh tanggung jawab.

  Francisco Palau sungguh yakin bahwa ia dipanggil untuk hidup membiara. Akhirnya ia sendiri mengakui bahwa ia masuk biara untuk mencari cinta yang dapat dirasakan dan dapat memberi makna pada hidupnya (TCAG, 1997:12).

3. Kehidupan Francisco Palau di Biara Karmel Tak Berkasut (1832- 1835)

  Pada musim panas, Francisco Palau memutuskan untuk tidak kembali ke seminari. Tetapi ia sendiri memutuskan untuk masuk biara Karmel Santa Teresa setelah sekian lama mengadakan novena kepada St. Elia. Pribadi Elia tergambar secara hidup di dalam benaknya seperti nampak pada perilaku santa Teresa dan pada keheningan kontemplatif Santo Yohanes dari Salib. Semuanya itu menjadi pokok impiannya dan perwujudan cita-citanya. Francisco Palau ingin mempelajari dan memasukkan semangat Teresa-Elia pada dirinya, demikian juga keheningan kontemplatif Santo Yohanes dari Salib selama masa novisiatnya. Hari demi hari Francisco Palau ingin menjadikan semuanya itu miliknya (TCAG, 1997:13).

  Pada tanggal 23 Oktober 1832, Francisco Palau meninggalkan Lerida- Spanyol dan berangkat ke Barcelona. Di Barcelona Francisco Palau menerima busana OCD di biara Karmel San Jos

  ĕ pada tanggal 14 November 1832, dan namanya diganti menjadi Francisco Yesus Maria Yosep. Ia melaksanakan keteraturan hidup di novisiat dengan tertib. Novisiat biara San Jos

  ĕ di Barcelona memungkinkan hal itu baginya. Komunitas tersebut sedikit terganggu oleh tetangga-tetangga yang tidak bersahabat di Ramblas, kampung yang dihuni orang-orang yang memperjuangkan revolusi (TCAG, 1997:13).

  Francisco Palau sadar bahwa kehidupan religius di Spanyol dan di luar Eropa sedang menghadapi kesulitan. Kendati demikian, ia tidak ragu akan ia mengakui bahwa bila para pemimpinnya mengatakan kepadanya supaya ia menerima tahbisan imamat, ia melakukannya, ”dengan begitu yakin bahwa suatu kehormatan semacam itu sedikit pun tidak membuat aku jauh dari profesi biaraku” (Solitary Life, 1988:17).

  Meskipun situasi sangat kacau, keyakinan Francisco Palau akan kehidupan religius menjadi defenitif di mana tahun terakhir dia diminta untuk meneruskan panggilannya. Pada tanggal 15 November 1833, Francisco Palau mengucapkan kaul-kaul hidup membiaranya secara meriah, dan ia mempersembahkan dirinya kepada Tuhan. Pada tanggal 21 Desember 1833 Francisco Palau menerima tahbisan-tahbisan rendah dan subdiakon. Tanggal

  22 Februari 1834 Francisco Palau ditahbiskan menjadi diakon. Francisco Palau sering muncul di gereja Karmel San Josê untuk melaksanakan pelayanan-pelayanan menuju imamat. Meskipun ia sadar akan tanggungjawab yang dibebankan kepadanya, ia bertahan dengan sikap serius. Ia pun tidak dapat menyembunyikan kegembiraan setiap kali mengenakan pakaian untuk perayaan liturgi (TCAG, 1997:14, 15).

  Irama hidup yang teratur selama studi, ketekunan melaksanakan palayanan, doa yang mendalam, semuanya tidak berlangsung lama. Perang revolusi menghancurkan tembok-tembok biara dan kehidupan komunitas. Harapan untuk menjadi imam terhanyut juga. Tanggal 25 Juli 1835 muncullah kelompok-kelompok orang yang menyerang dan membakar biara- biara di Barcelona. Para anggota biara Karmel San Josê, seperti halnya sehingga mereka terhindar dari kematian yang kejam. Ketika terjadi revolusi, Francisco Palau berusia 23 tahun. Saat itu dalam dirinya memiliki keinginan besar untuk melihat sejelas-jelasnya yang ia cintai, beradu pandang, dan ia yakin tanpa terluka keluar dari kobaran api. Dalam tulisan tentang relasinya dengan Gereja mengatakan bahwa “Kekasihku datang, mengulurkan tangan kepadaku, dan aku keluar tanpa cedera dari reruntuhan biaraku” (TCAG, 1997:15).

  Pada mulanya frater Francisco Palau tidak membayangkan betapa berat keadaan yang menimpa hidup membiaranya. Sesudah terusir dari biara dengan keterpaksaan seperti halnya dengan anggota biara-biara lain, ia dikurung di Ciudadela-Barcelona. Ia sungguh menderita karena dikejar-kejar secara brutal. Meskipun demikian para pemimpin biara dan anggota saling berhubungan melalui surat. Selama menunggu kesempatan kembali ke komunitas yang ia cintai, Francisco Palau berusaha semampunya menjalani hidup dengan menepati kewajiban-kewajiban membiaranya. Kelak ia menulis: “Saya menyesuaikan diri sedapat mungkin dengan peraturan- peraturan hidup membiaraku” (TCAG, 1997:17). Francisco Palau menjalankannya dengan menolong di paroki asalnya, paroki St. Antolin sebagai diakon, lalu menyepi di dalam suatu gua kira-kira dua kilometer jauhnya dari Aytona. Pelayanan pastoral dan kesendirian kontemplasi merupakan dua hal yang saling melengkapi bagi panggilan karmel Santa Teresa.

Dokumen yang terkait

Meningkatkan penghayatan spiritualitas kaul ketaatan menurut Beato Francisco Palau dalam hidup berkomunitas suster-suster Carmelite Missionaries melalui katekese.

1 25 212

Proses internalisasi sabda bahagia Yesus dalam menghayati kaul kemiskinan di tengah budaya media televisi melalui katekese audio visual di Novisiat Ursulin Bandung - USD Repository

0 6 215

Peningkatan penghayatan kaul kemiskinan bagi para suster Jesus Maria Joseph dalam karya melalui katekese - USD Repository

0 0 119

Peningkatan penghayatan spiritualitas Santa Theresia dari kanak-kanak Yesus bagi Suster Yunior Abdi Kristus melalui katekese dengan pendekatan transformasi - USD Repository

0 0 187

Katekese ekologi sebagai upaya meningkatkan penghayatan spiritualitas ekologis bagi para Fransiskan di Yogyakarta dalam rangka gerakan pelestarian lingkungan hidup - USD Repository

0 2 252

Usaha meningkatkan hidup komunitas suster-suster Santo Paulus dari Chartres di Rumah Sakit Suaka Insan Banjarmasin sesuai pedoman hidup suster-suster Santo Paulus dari Chartres melalui katekese Modelshared Christian Praxis - USD Repository

0 0 182

Pengampunan dan kerjasama sebagai kekuatan dalam upaya membangun hidup berkomunitas suster-suster Amalkasih Darah Mulia melalui katekese - USD Repository

0 2 176

Pembinaan hidup religius para suster yunior kongregasi suster-suster Fransiskanes Sibolga dalam proses pematangan pribadi berdasarkan nilai-nilai spiritualitas Santo Fransiskus Asisi - USD Repository

0 5 142

Usaha menghayati usia lanjut berdasarkan spiritualitas Suster Fransiskus Dina San Damiano Pati melalui katekese model biblis - USD Repository

1 1 150

Upaya kontekstualisasi spiritualitas pendiri implikasinya bagi pembinaan suster-suster yunior Kongregasi Suster Fransiskan Sukabumi - USD Repository

0 0 222