PERBEDAAN CITRA RAGA ANTARA PRIA METROSEKSUAL DAN RETROSEKSUAL

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  PERBEDAAN CITRA RAGA ANTARA PRIA METROSEKSUAL DAN RETROSEKSUAL Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi Oleh : Sapto Aditya NIM : 07 9114 052 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2011

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Hati S i pemalas penuh keinginan, tetapi sia-sia, S edang hati orang rajin diberi kelimpahan ( Amsal 13 : 4 ) Orang y ang mengenal nama-Mu Percay a kepada-Mu, S ebab tidak Kau Tinggalkan orang Yang mencari Engkau, Ya Tuhan ( Mazmur 9 : 11 )

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Karya yang sederhana ini ku persembahkan untuk Tuhan Yesus Kristus Tuhan dan Sahabat terbaikku, kedua orang tuaku yang telah memberikan cinta dan kasih sayang untukku serta untuk adik- adikku, tak lupa juga untuk sahabat-sahabatku tercinta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERBEDAAN CITRA RAGA ANTARA PRIA METROSEKSUAL

DAN RETROSEKSUAL

Sapto Aditya

  

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan citra raga antara pria metroseksual

dan retroseksual. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada perbedaan citra raga

antara pria metroseksual dan retroseksual, dimana citra raga pria retroseksual lebih positif dari

pada metroseksual. Pria metroseksual disini adalah pria yang lebih mementingkan penampilan

fisik, perawatan diri, serta memiliki rasa estetika yang tinggi terhadap tubuhnya. Sedangkan pria

retroseksual biasanya tidak terlalu memperhatikan penampilan tapi mengedepankan kenyamanan

bahkan terkesan apa adanya. Jenis penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif dengan pendekatan

inferensial komparatif. Subjek penelitian ini berjumlah 100 orang pria yang tergolong dalam usia

dewasa awal ( 18 – 40 tahun ). Metode pengumpulan data dilakukan dengan memberikan skala

kepekaan akan penampilan dan skala citra raga. Skala kepekaan akan penampilan digunakan untuk

mengelompokkan subjek kedalam kategori pria metroseksual atau retroseksual. Skala kesadaran

ini diperoleh dari hasil penelitian sebelumnya, dimana reliabilitasnya mencapai 0.977. Sedangkan

reliabilitas skala citra raga mencapai 0.927. Hasil analisis uji-t skala citra raga menunjukkan nilai t

= -8.087 dengan probabilitasnya 0.000 ( ρ < 0.05 ). Berdasarkan analisis data, dapat disimpulkan

bahwa ada perbedaan antara citra raga pria metroseksual dan retroseksual, dimana citra raga pria retroseksual lebih tinggi daripada metroseksual. Kata kunci : citra raga, metroseksual, dan retroseksual PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BODY IMAGE DIFFERENCES BETWEEN METROSEXUAL AND

RETROSEKSUAL MALE.

  

Sapto Aditya

ABSTRACT

This study aims to determine the Body image differences between metrosexual and

retroseksual male. The hypothesis proposed in this research is the body image differences between

metrosexual and retroseksual male, where the retrosexual male body image is more positive than

the metrosexual. Metrosexual man is a man who concerned with physical appearance, personal

care, as well as having a high sense of aesthetics of her body.While men retroseksual usually not

too concerned about the appearance but prioritize comfort even impressed they are. This research

included quantitative studies with inferential comparative approach. The subject of this study

totaling 100 men belonging to early adulthood (18-40 years). Methods of data collection was done

with a sensitivity of appearance scale and body image scale. Sensitivity of appearance scale would

look used to classify subjects into categories retroseksual or metrosexual male. This scale derived

from the results of previous research, where reliability reached 0977. While body image scale

reliability reached 0927. T-test analysis results body image scale shows the value of t = -8087

with probability 0.000 (ρ <0.05). Based on data analysis, it can be concluded that there is a

difference between body image and retroseksual metrosexual male, where retrosexual male body

image higher than metrosexual. Key words: body image, metrosexual, and retroseksual

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah

menyertai serta memberikan kasih dan terangNya kepada penulis, sehingga skripsi

yang berjudul “Perbedaan Citra Raga antara Pria Metroseksual dan Retroseksual”

dapat diselesaikan.

  Penulis juga menyadari bahwa banyak pihak yang telah membantu dalam

penyelesaian skripsi ini secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu,

dengan segenap ketulusan hati penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :

  1. Dr. Ch. Siwi Handayani, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyusun skripsi ini.

  2. Titik Kristiyani M.Psi selaku Kaprodi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyusun skripsi ini.

  3. Y. Heri Widodo, S.Psi., M.Psi. selaku pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik yang bermanfaat bagi penulis.

  4. MM. Nimas Eki S., S.Psi.,Psi., M.Si. selaku dosen pembimbing akademik yang selalu memberikan dorongan untuk penulis.

  5. Semua dosen di Fakultas Psikologi yang telah membimbing dan memberikan ilmu kepada penulis. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6. Staff Skretariat Fak. Psikologi Mas Gandung dan Pak Gik, Staff Lab.

  Psikologi Mas Mudji, staff ruang baca Mas Doni, terimakasih telah meberikan bantuan dan kemudahan bagi penulis.

  7. Ibu : Sukitri tercinta, terimakasih untuk setiap cinta, kasih sayang, pengorbanan, kesabaran, doa serta didikan yang ibu berikan, serta Ayah : Sudarto, terimakasih atas doa, dukungan dan kasih sayang yang engkau berikan. Terima kasih untuk Ibuku yang telah bekerja keras membanting tulang dan memeras keringat hanya untuk menyekolahkan aku dan kedua adikku. Hanya ini yang bisa kupersembahkan sebagai rasa sayangku dan terimakasihku untuk Ayah dan Ibu.

  8. Kedua adikku Windu Jati Wibowo dan Sungsang Kristanto Wibowo terimakasih telah menjadi adik yang terbaik untukku. Semoga kalian lebih sukses dari kakakmu ini.

  9. For all my family u’r the best.

  10. Untuk Mas Adikarang Samawi, terimakasih dukungan dan bimbingannya.

  

11. AB 3601 US terimakasih sudah membawaku kemana pun aku pergi.

  12. Mbak Dewi, yang sudah bersedia memberikan ijin untuk menggunakan skala penelitiannya.

  13. Mbak Made, yang telah bersedia berbagi sumber-sumber bacaan, memberikan masukan untuk skripsi ini.

  14. Ko Arya, yang telah bersedia membantu untuk mendapatkan buku utama.

  15. Buat sahabat-sahabatku : Kristin ( SMP ), Yudha ( SMP-SMA ), Renanda ( SMA ), Prita ( SMA ), Wisnu ( SMA ), Anandra ( Kuliah ), Bu dhe

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  ”Reni” ( Kuliah ), Nana Lombok ( Kuliah ), Clarijo/ Clara ( Kuliah ), Ngatini/ Yustin ( Kuliah ), Simax / Silvy ( Kuliah ), kalian adalah sahabat terbaikku.

  16. Terimakasih pula bagi semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu kelancaran penulisan skripsi ini serta yang telah memberi warna dalam setiap nafas peneliti. Penulis menyadari bahwa karya tulis ini jauh dari sempurna, oleh karena

itu penulis sangat terbuka terhadap saran dan kritik untuk kekurangan ataupun

kesalahan pada karya tulis ini sehingga dimasa yang akan datang penulis dapat

menulis dengan lebih baik. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat

memberikan manfaat bagi pembaca pada umumnya dan dunia Psikologi pada

khususnya.

  Yogyakarta, Februari 2011 Penulis

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ....................................................................... i

  HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................. ii HALAMAN PENGESAHAN .......................................................... iii HALAMAN MOTTO ....................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................ v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................ vi ABSTRAK ......................................................................................... vii ABSTRACT ....................................................................................... viii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

  ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ............................ ix KATA PENGANTAR ......................................................................... x DAFTAR ISI ........................................................................................ xiii DAFTAR TABEL ................................................................................ xvii DAFTAR GAMBAR .......................................................................... xviii DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................... xix

  BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah .................................................... 1 B. Rumusan Masalah .............................................................. 6 C. Tujuan Penelitian ................................................................ 6 D. Manfaat Penelitian .............................................................. 7

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  BAB II LANDASAN TEORI ............................................................. 8 A. Dewasa Awal ...................................................................... 8

  1. Pengertian Masa Dewasa Awal ..................................... 8

  2. Ciri - ciri Masa Dewasa Awal ....................................... 9

  3. Tugas Perkembangan Masa Dewasa Awal .................... 12

  4. Minat Pribadi pada Penampilan ..................................... 13

  B. Citra Raga ( Body Image ).................................................... 14

  1. Pengertian Citra Raga ( Body Image ) ............................ 14

  2. Aspek Citra Raga ............................................................ 14

  3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Citra raga ................ 16

  4. Penelitian-penelitian Tentang Citra Raga ....................... 16

  C. Metroseksual dan Retroseksual ............................................ 18

  1. Pengertian Metroseksual ................................................. 18

  2. Pengertian Retroseksual .................................................. 20

  3. Karakteristik Pria Metroseksual dan Retroseksual ........ 21

  a. Pria Metroseksual ...................................................... 21

  b. Pria Retroseksual ....................................................... 23

  4. Penelitian-penelitian tentang Metroseksual .................... 23

  5. Perbedaan Citra Raga Antara Pria Metroseksual dan Pria Retroseksual ............................................................ 24 D. Hipotesis Penelitian ............................................................. 27

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  BAB III METODE PENELITIAN ....................................................... 28 A. Jenis Penelitian ................................................................... 28 B. Variabel Penelitian ............................................................. 28 C. Definisi Operasional .......................................................... 28

  1. Citra Raga ...................................................................... 28

  2. Kepekaan / sensitivitas terhadap Penampilan ................ 29

  D. Subjek Penelitian ............................................................... 30

  a. Karakteristik Subjek .................................................... 30

  b. Pengkategorian Subjek ................................................ 30

  E. Sampling ............................................................................ 31

  F. Metode dan Alat Pengambilan Data .................................. 31

  1. Skala Perilaku Metroseksual ......................................... 32

  2. Skala Citra raga .............................................................. 33

  G. Kredibilitas Alat Ukur ........................................................ 34

  1. Estimasi Validitas ........................................................... 34

  2.Seleksi Item ..................................................................... 35

  3. Estimasi Reliabilitas ....................................................... 36

  H. Metode Analisis Data ......................................................... 37

  1. Uji Asumsi ...................................................................... 37

  2. Analisis Hipotesis ............................................................ 38

  3. Analisis Tambahan .......................................................... 39

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  BAB IV HASIL PENELITIAN ............................................................ 40 A. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian ................................. 40 B. Data Demografis Subjek ...................................................... 41 C. Analisis Data ........................................................................ 43

  1. Uji Asumsi ...................................................................... 43

  2. Analisis Hipotesis ............................................................. 44

  3. Analisis Tambahan ........................................................... 46

  D. Pembahasan .......................................................................... 47

  BAB V PENUTUP ................................................................................ 52 A. Kesimpulan .......................................................................... 52 B. Saran .................................................................................... 52 C. Keterbatasan Penelitian ....................................................... 53 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 54

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Ringkasan kategori subjek pria metroseksual dan Retroseksual ........................................................................ 31Tabel 3.2 Blue Print Skala Citra Raga sebelum seleksi item ............. 33Tabel 3.3 Pemberian skor pada Skala Citra Raga pilihan jawaban favourable ............................................................. 34Tabel 3.4 Pemberian skor pada Skala Citra Raga dengan pilihan jawaban unfavourable ........................................................ 42Tabel 4.5. Hasil Uji Tambahan .......................................................... 46

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

DAFTAR GAMBAR

Skema 2.1 Perbedaan Citra Raga pada Pria Metroseksual dan Retroseksual .............................................................. 26

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Skala Penelitian ............................................................. 57 Lampiran 2. Hasil Kategori Pria Metroseksual dan Retroseksual ..... 67 Lampiran 3. Hasil Uji Reliabilitas dan Seleksi Item Skala Citra Raga ...................................................................... 68 Lampiran 4. Hasil Uji Normalitas Skala Citra Raga .......................... 71 Lampiran 5. Hasil Uji Homogenitas Skala Citra Raga ....................... 72 Lampiran 6. Hasil Uji Hipotesis / Uji-T ............................................. 73 Lampiran 7. Hasil Analisis Tambahan ............................................... 74 Lampiran 8. Hasil Uji Reliabilitas Skala Kepekaan akan Penampilan ..................................................................... 75 Lampiran 9. Surat Ijin Melakukan Penelitian ..................................... 78

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menjadi bagian dari suatu kelompok merupakan salah satu tugas

  perkembangan masa dewasa awal. Untuk menjadi bagian dari kelompok dan bersosialisasi maka individu tidak terlepas dari kebutuhan akan relasi sosial.

  Terlebih tugas pada masa ini yaitu mencari pasangan hidup dan kehidupan berkeluarga ( Hurlock,1980 ). Oleh sebab itu, seorang pria dewasa awal akan

berusaha menjalin relasi sosial yang sesuai dengan minat dan keinginannya.

  Menurut Brook ( dalam Childa, 2009 ), pengalaman berinteraksi dan berelasi dengan orang lain yang memiliki arti penting dalam kehidupan seseorang mampu memunculkan pandangan atau persepsi seseorang mengenai dirinya, baik bersifat fisik, sosial maupun psikologis. Hal itulah yang biasa disebut sebagai konsep diri. Jika seorang pria yang berada pada masa dewasa awal memiliki pandangan positif mengenai diri maka ia akan tahu betul siapa dirinya sehingga mampu menerima segala sesuatu yang ada pada dirinya. Sebaliknya, seorang pria yang memiliki pandangan negatif tentang dirinya maka ia cenderung tidak mengenal siapa dirinya. Dalam konsep diri ini

terdapat aspek physical self, social self, moral self, dan psychological self.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  2 Physical self atau bagaimana seseorang memandang penampilan fisik itulah yang biasa disebut dengan citra raga. Citra raga menurut Schilder ( dalam Grogan,1999 ), adalah gambaran mengenai tubuh kita sendiri yang terbentuk dalam pikiran kita. Melalui citra raga ini, seorang pria pada masa dewasa awal memiliki kepekaan atau sensitivitas pada kondisi fisiknya, dalam arti para pria tersebut mengerti apa kekurangan dan kelebihan pada kondisi fisiknya.

  Seorang pria pada masa dewasa awal yang memiliki citra raga yang positif tentunya memiliki pemahaman diri yang baik terhadap kondisi fisik yang dimilikinya, sehingga mampu menerima kelebihan dan kekurangan dirinya. Hal tersebut akan menciptakan perasaan yang positif dalam diri, sehingga merasa puas dan percaya diri dengan kondisi fisik yang dimilikinya.

  Sebaliknya, seorang pria pada masa dewasa awal yang memiliki citra raga negatif kurang atau bahkan tidak menerima dan memahami kondisi fisik yang ada pada dirinya. Citra raga yang negatif akan berdampak pada kondisi psikologisnya. Ada sebagian orang, yang kemudian amat merasa terganggu dan tidak nyaman dengan penampilan fisiknya. Mereka merasa punya kekurangan yang fatal dan sulit diperbaiki, mereka merasa buruk rupa. Begitu besarnya perhatian mereka akan “kekurangan” dan “keburukan”( padahal belum tentu orang lain memandangnya demikian), banyak orang yang jatuh dalam stress dan depresi, hingga akhirnya tidak bisa belajar, tidak bisa kerja, tidak bisa bersosialisasi, bahkan tidak bisa menikmati hidup. Menurut Rini ( 2004 ),

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  3 ketidakpuasan yang ekstrim terhadap penampilan fisik ini, diistilahkan sebagai

  Body Dysmorphic Disorder .

  Menurut dr Michael Triangto, SpKo, Direktur Slim&Health Sports Theraphy, ketika seseorang merasa tidak puas dengan keadaan fisiknya sering kali mengatasi masalah tersebut dengan melakukan diet, operasi plastik, memakai kosmetik untuk menutupi ketidaksempurnaan dan melakukan olah raga. Untuk mendapatkan penampilan fisik yang sempurna mereka tidak segan-segan membayar mahal untuk melakukan perawatan dan kosmetik ( news of family & lifestyle, 2008 ). Padahal, dampak negatif dari memanipulasi fisik tersebut sebenarnya telah banyak menelan korban, sebagai contoh adalah penggunaan kosmetik pada wajah. Banyak berita yang mengungkap korban penggunaan kosmetik yang mengandung bahan berbahaya untuk kulit seperti mercury dan

  

hydroquinone yang mengakibatkan kulit iritasi, melepuh, sampai kebocoran

ginjal. ( Djamidin, 2009 ).

  Salah satu penelitian yang pernah dilakukan terkait dengan citra raga adalah penelitian yang dilakukan oleh Trisnawati ( 2001 ), ia meneliti hubungan citra raga dan kecemasan terhadap keadaan tubuh pada remaja putera. Dalam penelitiannya diperoleh hasil korelasi negatif antara citra raga dan kecemasan terhadap tubuh pada remaja putera. Artinya, semakin tinggi citra raga, maka semakin rendah kecemasan terhadap tubuhnya. Sebaliknya, semakin rendah citra raga, maka semakin tinggi kecemasan terhadap keadaan tubuhnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  4 Menurut Melliana ( dalam Anwar, 2006 ), faktor-faktor yang mempengaruhi citra raga antara lain self esteem, perbandingan dengan orang lain, bersifat dinamis ( mengalami perubahan sesuai kondisi perasaan, lingkungan, dan pengalaman fisik ) , dan proses pembelajaran. Faktor yang cukup signifikan adalah terkait pola pikir individu tentang kondisi fisiknya sendiri.

  Seseorang pada masa dewasa awal yang terlalu sensitif dengan penampilan akan merasa sangat terganggu jika penampilannya kurang matching, atau kurang rapi, dan penampilan fisiknya kurang ideal. Sebaliknya, seseorang yang memiliki sensitivitas wajar terhadap penampilannya cenderung tidak terlalu memperdulikan penampilan dan bentuk fisik. Sensitivitas terhadap penampilan pada dewasa awal muncul dalam gaya berpakaian, tatanan rambut, asesoris yang digunakannya, pemakaian kosmetik, bahkan sampai perawatan tubuh yang dilakukan secara berlebihan.

  Seorang pria yang sangat sensitif dengan penampilan ini disebut pria metroseksual. Kata metroseksual pertama kali dicetuskan oleh Mark Simpson di majalah salon edisi juli 2002, namun ada juga sumber lain yang menyebutkan istilah ini pertamakali dicetuskan oleh orang yang sama di Koran Inggris ‘The Independent’ pada 1994. Bertolak dari dua sumber tersebut terdapat satu pengertian bahwa metroseksual adalah sosok narcissistic dengan penampilan

  

dandy (pesolek), yang tidak jauh dari penampilan gaya dandan pria di media

  massa yang jatuh cinta tidak hanya terhadap diri sendiri, tetapi juga gaya hidup

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  5 Sulandary,2009 ) yang mengatakan bahwa perilaku pria yang memperhatikan penampilan lebih dengan melakukan perawatan diri, dan pemanjaan diri disebut pria metroseksual. Metroseksual bukanlah penggambaran laki-laki yang keperempuan-perempuanan alias banci atau waria, tetapi pria yang mencintai dirinya sendiri untuk menemukan kepuasan tersendiri di dalam dirinya ( dalam Imawan, 2008 ).

  Fenomena pria metroseksual ini telah berkembang dan banyak di ditemukan di Indonesia. Menurut Prof.Dr. Sarlito W.Sarwono, Dekan Fakultas Psikologi UI menyatakan bahwa sosok mereka bisa ditemui dimana-mana, dikampus, kantor, mall, kafe, kereta eksekutif, apalagi pesawat terbang kelas bisnis ( dalam Wibowo, 2006 ).

  Fakta terakhir yang ditemukan di London memaparkan, penjualan kosmetik pria di Inggris tumbuh dua kali lipat dari penjualan kosmetik wanita.

  Berdasarkan survei yang dilansir Reuters, Selasa (9/3/2010), alasan kebutuhan untuk terlihat menawan ketika wawancara kerja, dan ketakutan untuk terlihat tua, menjadi kunci penting mengapa penjualan kosmetik untuk pria mengalami peningkatan ( Dewi , 2010 )

  Disisi lain ada juga pria yang berpenampilan sebaliknya. Pria ini memiliki sensitivitas yang wajar terhadap penampilan, disebut “retroseksual”, yaitu pria biasa yang tidak terlalu perduli akan penampilannya. Istilah ini juga diperkenalkan oleh Mark Simpson, yaitu pria yang sama yang memperkenalkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  6 masa dulu tentu tidak sulit untuk mendefinisikan tipe pria ini. Penampilan pria retroseksual ini lebih pada kesederhanaan, apa adanya bahkan terkesan kuno menjadi ciri khas pilihan bagi pria ini. Pria model ini biasanya tidak terlalu memperhatikan penampilan tapi mengedepankan kenyamanan bahkan terkesan sederhana ( Oktaviany , 2007 ).

  Beranjak dari perilaku pria metroseksual yang sangat memperhatikan penampilan dan termasuk juga keseluruhan tubuh dibandingkan pria retroseksual.

  Oleh sebab itu, menarik bagi peneliti untuk mengetahui perbedaan citra raga yang ada pada pria khususnya pada pria metroseksual dan pria retroseksual.

  B. RUMUSAN MASALAH

  Berdasarkan beberapa uraian diatas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Apakah ada perbedaan citra raga antara pria metroseksual dan pria retroseksual ?.

  C. TUJUAN PENELITIAN

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan citra raga antara pria metroseksual dan pria retroseksual.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  7 D. MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini diharapkan memiliki dua manfaat yaitu ;

  1. Manfaat Praktis Bagi subjek penelitian diharapkan mampu memberikan kesadaran serta gambaran terkait dengan penampilan fisik atau kondisi fisik yang dimilikinya yang mampu membentuk gambaran atau citra raga mereka.

  2. Manfaat Teoritis Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan yang bermanfaat bagi perkembangan ilmu psikologi khususnya psikologi perkembangan dengan cara memberi tambahan data empiris yang sudah teruji secara ilmiah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II LANDASAN TEORI A. Dewasa Awal

1. Pengertian Masa Dewasa Awal

  

Masa dewasa awal atau “ early adulthood ” terbentang sejak

tercapainya kematangan secara hukum ( dialami seseorang sekitar dua puluh tahun ) sampai kira-kira usia empat puluh tahun ( Hurlock, dalam Mappiare 1983 ). Pada masa ini menurut Mappiare, terjadi puncak efisiensi fisik yang dicapai dalam usia-usia pertengahan dua puluhan, kira-kira sekitar usia 23 sampai dengan 27 tahun. Setelah itu, kemampuan-kemampuan fisik secara umum mulai secara perlahan-lahan dan gradual menurun sampai usia sekitar 40-45 tahun. Selain itu, pada masa ini orang mengalami usia produktivitas yang baik dalam rentang usia dua puluhan sampai akhir usia tiga puluhan ( Mappiare, 1983 ). Sedangkan menurut Hurlock, masa dewasa awal dimulai pada usia 18 tahun sampai kira-kira usia 40 tahun, saat perubahan fisik dan psikologis yang menyertai berkurangnya kemampuan reproduktif ( Hurlock, 1980 ).

  Dari keterangan diatas yang dimaksud dengan masa dewasa awal adalah individu yang mengalami peningkatan fisik dan dan mencapai fungsi reproduksi yang baik pada usia 18 sampai 40 tahun dimana terjadi penurunan fungsi reproduksi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  9

2. Ciri - ciri Masa Dewasa Awal

  Hurlock ( 1980 ) menjelaskan ciri-ciri yang melekat pada masa dewasa awal sebagai berikut : a. Masa Pengaturan

  Masa pengaturan disebut juga settle down. Pada masa ini seorang yang berada pada masa dewasa awal mulai mencari pola-pola kehidupan yang lebih teratur, misalnya dalam mencari pasangan hidup, dan pekerjaan yang sesuai. Setelah menemukan pola hidup yang diyakini dapat memenuhi kebutuhan, maka seorang yang berada pada masa ini akan mengembangkan pola perilaku dan nilai- nilai yang akan menjadi ciri khasnya sampai akhir hidupnya.

  b. Usia reproduktif Pada masa ini orang dewasa awal mengalami masa subur “ produktivitas”, oleh sebab itu seorang dewasa awal diharapkan sudah mulai memikirkan untuk menikah, berkeluarga, memiliki dan membesarkan anak.

  c. Masa bermasalah Dalam masa dewasa awal banyak persoalan yang baru dialami baik persoalan pekerjaan/jabatan, ketrampilan yang dimiliki, memilih pasangan hidup maupun masalah keuangan.

  d. Masa Ketegangan Emosional Ketegangan emosional seringkali dinamakan dalam ketakutan atau kekhawatiran. Pada umumnya hal tersebut tergantung pada penyesuaian terhadap

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  10 kesuksessan dan kegagalan yang dialam dalam menghadi persoalan pekerjaan, perkawinan, keuangan dan sebagainya.

  e. Masa Keterasingan Sosial Erikson menyebut fase ini dengan “ krisis keterasingan “, di mana kesibukan dan persaingan antar dewasa awal dalam pekerjaan, perkawinan membuat hubungan dengan teman sebayanya menjadi berkurang.

  f. Masa Komitmen Munculnya tanggung jawab pada masa ini dikarenakan orang dewasa diharapkan menjadi mandiri. Oleh karena itu pada masa ini, orang mulai menentukan pola hidup dan komitmen yang baru.

  g. Masa Ketergantungan walaupun pada usia ini orang diharapkan mampu untuk hidup mandiri, namun ketergantungan pada orang tua masih cukup tinggi terutama dalam hal keuangan.

  h. Masa Perubahan Nilai Pada masa ini, orang dewasa awal mulai bersosialisasi yang lebih luas dengan orang lain dengan nilai dan usia yang berbeda. Seorang dewasa awal mulai menyadari bahwa jika ingin diterima dalam kelompok sosial harus menerima nilai-nilai yang ada pada kelompok tersebut, misalnya penampilan yang rapi dan menarik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  11 i. Masa Penyesuaian Diri dengan Cara Hidup Baru

  Pada masa ini gaya hidup baru yang paling menonjol adalah dalam pernikahan dan peran sebagai orang tua. j. Masa Kreatif

  Bentuk kreatifitas pada masa ini akan terlihat pada minat dan kemampuan yang dimiliki, kesempatan untuk mewujudkan dan berkegiatan yang mampu memberikan kepuasan bagi mereka.

  Hal serupa juga diutarakan oleh Becker ( Mappiare, 1983 ) masa dewasa awal memiliki ciri antara lain ; a. Usia reproduksi. b.Usia memantapkan letak kedudukan atau Settling- down Age.

  c. Usia banyak masalah atau problem age. d.Usia tegang dalam hal emosi.

  Dari beberapa ciri tersebut dapat disimpulkan bahwa pada masa dewasa awal, seseorang memiliki ciri antara lain mulai mengatur hidupnya, mencapai kematangan reproduksi dan mulai berkomitmen, mulai muncul banyak masalah dan ketegangan emosional, mengalami keterasingan sosial, masih ada ketergantungan pada orang tua walaupun sebenarnya pada masa ini dituntut untuk mandiri, kreatif, dan mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan nilai dan gaya hidup.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  12

3. Tugas Perkembangan Masa Dewasa Awal

  Tugas – tugas perkembangan pada masa dewasa awal lebih dipusatkan pada harapan masyarakat dan keinginan pribadi, berikut tugas perkembangan menurut Havighurst ( dalam Mappiare, 1983 ) :

  1. Memilih teman bergaul, khususnya untuk mencari pasangan hidup

  2. Belajar hidup bersama sebagai suami atau istri

  3. Mulai hidup berkeluarga

  4. Belajar mengasuh anak

  5. Mengelola rumah tangga

  6. Mulai bekerja

  7. Mulai bertanggungjawab sebagai warga Negara

  8. Memahami kelompok sosial yang sejalan dengan nilai dan prinsip Hal serupa juga diutarakan oleh Hurlock ( 1980 ), tugas-tugas perkembangan masa dewasa awal ini dipusatkan apada harapan-harapan masyarakat dan mencakup mendapatkan suatu pekerjaan, memilih seorang teman hidup, belajar hidup bersama dengan suami atau isteri membentuk suatu keluarga, membesarkan anak, mengelola sebuah rumah tangga, menerima tanggung jawab sebagai warga negara, dan bergabung dengan kelompok sosial yang cocok. Dari beberapa pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pada masa ini, orang memiliki tugas perkembangan yang akan menentukan kehidupan selanjutnya.

  Penugasan tersebut meliputi mulai memikirkan dan mulai belajar hidup

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  13 berkeluarga, bekerja, dan memahami kelompok sosial yang memiliki prinsip yang sama.

4. Minat Pribadi pada Penampilan

  Minat terhadap penampilan fisik sangat kuat bagi pria dan wanita dewasa pada umumnya. Banyak hal yang dipelajari untuk memperoleh penampilan fisik yang mampu mememuaskannya.. Penampilan fisik yang diminati meliputi tinggi badan, berat badan, serta raut wajah. Hal-hal fisik yang tidak dapat diubah secara langsung oleh individu , cenderung diberi “ make-up ” agar tampak menarik dan memuaskan. Selain itu, pakaian atau perhiasan yang dipakai seseorang untuk meningkatkan penampilan adalah salah satu bentuk kompensasi karena ketidakpuasan terhadap kondisi fisik yang dimilikinya atau juga ketidakpuasan atas prestasi yang dicapainya ( Mappiare, 1983 ). Menurut Hurlock ( 1980 ), minat untuk meningkatkan penampilan fisik mulai berkurang menjelang umur tigapuluhan, ketika ketegangan dalam pekerjaan dan rumah tangga terasa kuat. Namun minat ini akan muncul kembali ketika muncul tanda-tanda ketuaan seperti kegemukan, beruban, dan kerut pada kulit wajah.

  Pada pria metroseksual, minat pada penampilan fisik ini terlihat dari bagaimana mereka berpenampilan seperti pakaian yang dikenakan, dandanan, dan usaha untuk membentuk fisik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  14 B. Citra Raga ( Body Image )

  1. Pengertian Citra Raga ( Body Image )

  Istilah citra raga pertama kali diperkenalkan oleh Paul Schilder pada tahun 1920. Definisi citra raga atau body image menurut Schilder ( dalam Grogan, 1999 ) adalah gambaran mengenai tubuh kita sendiri yang terbentuk dalam pikiran kita, dengan kata lain citra raga adalah cara seseorang memandang tubuhnya. Hal senada juga diungkapkan oleh Grogan ( 1999 ) dimana citra raga adalah persepsi, pikiran, dan perasaan seseorang terhadap tubuhnya.

  Tidak jauh berbeda dengan Jersild ( dalam Hargiani, 2008 ) yang mengatakan bahwa citra raga digambarkan oleh tingkat kepuasan individu terhadap bagian-bagian tubuh dan penampilan keseluruhan. Lebih jauh lagi, Unger dan Crawford (dalam Grogan, 1999 ) menggambarkan citra raga sebagai suatu evaluasi dan penilaian diri individu terhadap raganya. Apakah raga dan penampilan fisiknya menyenangkan atau tidak, memuaskan untuk diterima atau tidak. Evaluasi diri sendiri dapat menimbulkan perasaan senang atau tidak senang, puas atau tidak terhadap keadaan fisiknya. Tingkat citra raga digambarkan dengan seberapa jauh individu merasa puas terhadap bagian-bagian raganya dan penampilan fisik secara keseluruhan ( Jersild dalam Hargiani,2008 )

  2. Aspek Citra Raga

  Beberapa aspek citra raga menurut Thompson (1998), mengemukakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  15

  a. Aspek afektif yaitu adanya emosi atau perasaan terhadap tubuhnya, contohnya : kesal, kecewa, puas atau tidak puas, suka atau tidak suka, tertekan, dan cemas.

  b. Aspek kognitif yaitu ditandai adanya keinginan atau harapan untuk memiliki tubuh dan berpenampilan lebih baik c. Aspek penilaian yaitu bagaimana persepsi seseorang dalam mengestimasi ukuran tubuh individu

  Sedangkan menurut Grogan (1999), aspek citra raga meliputi :

  a. Elemen persepsi ( perception ), yaitu estimasi seseorang terhadap ukuran, simetris tentang tubuhnya.

  b. Elemen pikiran ( thought ), yaitu evaluasi terhadap daya tarik tubuh yang dimiliki.

  c. Elemen perasaan ( feeling ), yaitu emosi yang terkait dengan bentuk dan ukuran tubuh yang dimiliki.

  Pengukuran terhadap ketiga aspek tersebut akan menghasilkan kepuasan maupun ketidak puasan seseorang terhadap tubuhnya. Ketidakpuasan akan menunjukkan rendahnya citra raga, sebaliknya kepuasan akan menunjukkan tingginya citra raga seseorang.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  16

  3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Citra raga

  Menurut Schonfeld ( dalam Anwar ,2006 ) faktor-faktor yang mempengaruhi citra raga antara lain : a. Reaksi orang lain. Manusia sebagai makhluk soaial selalu berinteraksi dengan orang lain. Agar dapat diterima oleh orang lain, ia akan memperhatikan pendapat atau reaksi yang dikemukakan oleh lingkungannya termasuk mengenai fisiknya.

  b. Perbandingan dengan orang lain atau perbandingan dengan Cultural idea.

  c. Identifikasi terhadap orang lain. Beberapa orang merasa perlu menyulap diri agar serupa atau mendekati idola atau simbol kecantikan yang dianut agar merasa lebih baik dan lebih menerima keadaan fisiknya.

  4. Penelitian-penelitian Tentang Citra Raga

  Penelitian tentang citra raga telah banyak dilakukan antara lain oleh Trisnawati ( 2001 ) berjudul “ Hubungan Antara Citra Raga dan Kecemasan terhadap Keadaan Tubuh pada Remaja Putra”. Dalam penelitiannya, ia menyimpulkan adanya hubungan yang negatif antara citra raga dan kecemasan terhadap keadaan tubuh pada remaja putra. Artinya, semakin tinggi citra raga, maka semakin rendah kecemasan terhadap keadaan tubuhnya. Sebaliknya, semakin rendah citra raga, maka semakin tinggi kecemasan terhadap keadaan tubuhnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  17 Penelitian yang terkait dengan citra raga juga dilakukan oleh Na’imah dan Rahardjo ( 2008 ) dengan judul “ Pengaruh Komparasi Sosial pada Public Figure Di Media Massa terhadap Body Image Remaja Di Kecamatan Patikraja, Kabupaten Banyumas”. Peneliti menyimpulkan ada pengaruh negatif dan signifikan komparasi sosial pada public figure di media massa terhadap body

  

image remaja, artinya semakin tinggi komparasi sosial remaja maka semakin

  rendah body image-nya. “ Ada perbedaan pengaruh komparasi sosial pada public

  

figure di media massa terhadap body image antara remaja putra dengan remaja

  putri”. Dalam penelitian ini terlihat body image remaja putra lebih baik secara tidak signifikan dibandingkan dengan body image remaja putri.

  Selain itu, Iqbal dan Shahnawaz ( 2006 ) juga melakukan penelitian yang berjudul “ Educational and Gender Differences in Body Image and Depression

  

Among Students” . Dalam penelitian tersebut, peneliti membuat kesimpulan

  bahwa efek utama tingkat pendidikan tidak signifikan. Itu berarti bahwa siswa sekolah dan perguruan tinggi tidak berbeda pada citra raga. Citra raga yang terutama berkaitan dengan penampilan fisik lebih berkaitan dengan faktor-faktor psikologis daripada faktor lainnya. Tampaknya bahwa citra raga individu yang berkembang sejak kehidupan mereka adalah murni secara fisiologis dan tidak ada hubungannya dengan usia lanjut atau pendidikan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  18 C. Metroseksual dan Retroseksual

1. Pengertian Metroseksual

  Kata Metroseksual sendiri lahir pertama kali dalam sebuah artikel yang berjudul "Here come the mirror men" yang ditulis oleh Simpson, seorang jurnalis asal Inggris, pada tanggal 15 November 1994. Menurut Simpson dalam artikelnya, “Metrosexual is the trait of an urban male of any sexual orientation

  who has a strong aesthetic sense and spends a great amount of time and money on his appearance and lifestyle” atau dapat diartikan bahwa metroseksual adalah

  ciri dari seorang pria perkotaan yang memiliki suatu orientasi seksual tertentu dengan rasa estetika yang tinggi, dan menghabiskan uang dan waktu dalam jumlah yang banyak demi penampilan dan gaya hidupnya ( dalam Adya, 2008 ).

  Hampir serupa dengan Simpson, Kartajaya seorang pakar pemasaran Indonesia mendefinisikan metroseksual adalah pria dandy yang sangat memperhatikan penampilannya. Pria itu juga makin emosional, makin mampu berempati dan mengekspresikan emosi serta perasaannya . Secara lebih jauh menurut Kartajaya ( 2004 ) pria metroseksual adalah pria yang pada umumnya hidup dikota besar, gaya hidup yang mewah,dan juga pesolak tulen yang suka merawat dirinya sendiri, serta selalu mengikuti trend busana yang ada, dengan alasan untuk memperbaiki penampilan luarnya.

  Menurut Kartajaya ( 2004 ) pria metroseksual ini adalah sosok pria yang narsistik atau pemuja diri sendiri dan selalu mencari kepuasaan pada diri sendiri.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  19 sangat peka dengan penampilan mereka. Hal inilah yang melatar belakangi bagaimana pria-pria ini sangat perduli dengan penampilan. Mereka pergi ke penata rambut, gym, menggunakan kosmetik wajah, selalu bercermin, bahkan sampai melakukan bedah plastik atau liposuction.

  Sebuah biro pemasaran terkenal, MarkPlus&Co ( dalam Adya, 2008 ) pernah mengadakan sebuah survey yang dilakukan di Jakarta pada bulan Desember 2003 silam. Survey tersebut melibatkan 400 responden pria yang berangkat dari kelas ekonomi atas (berpengeluaran lebih dari Rp. 5 juta perbulan), dengan rentang usia 26 – 55 tahun. Dalam survey tersebut ditemukan berbagai fakta yang menarik seputar fenomena metroseksual di Indonesia, seperti misalnya, 35 % dari responden mengaku mereka menjadikan belanja sebagai

  

pleasure shopping atau menjadikan aktivitas belanja sebagai rekreasi. Mereka

  tidak lagi berbelanja sesuai kebutuhan yang mendatangkan nilai guna (purpose

  

shopping) yang biasa dianut pria konvensional. Sementara itu berkaitan dengan

  pandangan pria metroseksual tentang kesetaraan gender juga dapat dilihat dari hasil survey yang menyatakan bahwa 89,7% dari responden mendukung emansipasi, mereka merasa manusia tidak boleh dibedakan berdasarkan gender.

  Hal tersebut juga disimpulkan oleh Dewi ( 2006 ), yang mengatakan bahwa pria metroseksual digambarkan sebagai sosok pria muda yang lebih mengedepankan penampilan fisik yang menarik serta memiliki perilaku yang berlebih dalam merawat diri sendiri. Mereka rela menghabiskan banyak uang dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  20 di salon, serta menggunakan berbagai produk kosmetik demi memperoleh penampilan yang sempurna.

  Dari beberapa definisi diatas, peneliti mencoba menyimpulkan mengenai definisi metroseksual yaitu ciri dari seorang pria yang umumnya hidup diperkotaan dan lebih mementingkan penampilan fisik, perawatandiri, serta memiliki rasa estetika yang tinggi terhadap tubuhnya. Dengan kata lain pria metroseksual adalah sosok pria yang memiliki sangat peka / sensitivitas berlebihan terhadap penampilannya.