teks eksposisi tentang ekonomi

  

Masa Depan Perekonomian Negara Indonesia

Pada Tahun 2030

Tesis:

  Negara Indonesia menjadi perbincangan hangat pada saat pelaksanaan Sidang tahunan International Monotery Fud (IFM) atau Work Bank (WB) 2012, Tokyo, 9-14 Oktober 2012 kemaren. Newsletter resmi yang dibagikan IMF kepada seluruh peserta sidang mengambil satu topik khusus yang berkaitan dengan Indonesia. Media tersebut mengangkat hasil riset dari McKinsey dan Standart Chartered yang berpendapat jika ekonomi di Negara Indonesia akan melampaui Negara Jerman dan Negara Inggris pada tahun 2030 nanti.

  Argumentasi: Keyakinan tersebut pasti mempunyai alasan yang sangat kuat.

  Indonesia diprediksi memiliki sekitar 91 juta jiwa yang berada pada kelompok Commsuming Class. Angka tersebut adalah angka terbesar di dunia sesudah Negara China dan Negara India. Indonesia sampai saat ini sedang berada di dalam laju transformasi yang pesat kearah tersebut. Pada masa sekarang ini, ekonomi Indonesia berada dalam posisi 16 dunia dengan pendapatan domestik nasional sebesar 847 miliar dollar AS pada tahun 2012. Angka tersebut akan terus tumbuh sampai mencapai 1,9 triliun dollar As mulai tahun 2017.

  Penegasan Ulang:

  Berbagai perkembangan dari sidang akbar IMF di Negara Tokyo pekan lalu mengingatkan kita semua mengenai besarnya potensi Negara Indonesia dan sempitnya momentum yang baik dilalui begitu saja karena kita sangat asyik dengan rumusan yang lainnya, para insvestor itu tidak akan menjadi sebuah kenyataan. Pastinya pilihan ada di tangan kita pada saat ini.

  

Bias Pertumbuhan Perekonomian di Negara

Indonesia

Tesis:

  Pada waktu keadaan perekonomian globlal yang sedang di landa krisis, pencapaian tingkat pertumbuhan ekonomi di Negara Indonesia menorehkan hasil yang sangat baik.

  Padahal ekonomi di Negara Indonesia ini tumbuh kurang lebih 6,5 persen jika di bandingkan pada triwulan ke-2 tahun ini dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.

  Peningkatan ekonomi Negara Indonesia tetap terfokus di Pulau Jawa dengan penambahan sekitar 58,5%. Seandainya di akumulasikan dan dibandingkan dengan semester I tahun 2011 yang tumbuh sekitar 6,4% pertumbuhan ekonomi Indonesia semester I tahun 2012 menjadi lebih baik lagi.

  Argumentasi:

  Walaupun demikian, pertumbuhan ekonomi Negara Indonesia ini dianggap pada anomali atau bias. Hal itu dikatakan langsung oleh pengamat ekonomi Indonesia for Global Justice, Salamuddin Daeng. Dirinya mengatakan kalau tingkat pertumbuhan ekonomi ini tidak diimbangi dengan pertambahan tingkat kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat.

  Bukan hanya sekedar itu saja, Daeng juga mengungkapkan, setidak- tidaknya ada 4 faktor yang menyebabkan ekonomi Indonesia terjadinya bias.

  Yang pertama, nilai utang ating terus mengalami peningkatan nilai pada perekonomian Indonesia yang lebih banyak ditengarai. Akumulasi hutang di Negara Indonesia lebih dari Rp. 2.866 triliun dan setiap tahunnya Utang asing pemerintah terus mengalami peningkatan. Utang itu termasuk dari bagian sumber penghasilan utama pemerintah dan menjadi penyokong meningkatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia kata Daeng. Yang kedua, faktor pendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia termasuk juga ikutnya peningkatan konsumsi masyarakat ialah berasal dari kenaikan harga sandang pangan, dan juga di dorong

  Yang ketiga, ekonomi Negara Indonesia pertumbuhannya didukung oleh ekspor bahan mentah, contohnya hasil bahan tambang hutan, perkebunan, dan migas. Oleh sebab itu sangat minim menghasilkan nilai tambah dan penyediaan lowongan pekerjaan.

  Faktor yang terakhir, Pertumbuhan ekonomi Negara Indonesia didukung oleh penanaman modal asing yang membuat sumber daya alam Indonesia semakin di pegang oleh pihak asing.

  Di sisi yang lainnya, Pengamat dari Universitas Gadjah Mada A Tony Prasetiantono, menjelaskan sektor domestik berperan dalam mendukung perumbuhan ekonomi Negara Indonesia.

  Berdasarkan pendapatnya langsung, pada tahun ini terlebih pada kuartal ke-3 dan ke-4 efek krisis global melalui defisit neraca perdagangan dan menurutnya ekspor baru akan terlihat jelas. Dirinya beranggapan keterlibatan ekspor terhadap BPD tidaklah terlalu tinggi.

  Sejalan dengan hal itu, ekonomi Mirza Adityaswara menilai bahwasannya tumbuhnya sejumlah sektor ekonomi di dalam negeri diakibatkan di topang oleh suku bunga yang rendah. Hal itu terlihat jelas dari bertambahnya tingkat kredit yang sampai 26-29% dalam waktu yang sama didorong oleh harga BBM yang sangat rendah karena sampai saat ini pemerintah terus yang mensubsidi.

  Pada waktu yang bersamaan Mirza juga mengatakan sektor yang mengutamakan dalam negeri merasakan tinggi pertumbuhan, seperti otomotif, manufaktor, transportasi, komunikasi, perdagangan.

  Efek peningkatan tingkat pertumbuhan sektor yang orientasinya di dalam negeri memiliki kecondongan semakin besarnya jumlah defisit neraca perdagangan.

  Penegasan Ulang:

  Berdasarkan pendapat A Tony Prasetiantono, lebih besar juga cepatnya pengeluaran pemerintah juga sangat menopang peningkatan. Sejalan dengan hal itu, tingkat inflasi yang ada di bawah 6% dirasa dapat menolog, walaupun pada akhirnya tetap ada dampaknya, yakni terus membengkaknya nilai subsidi energi sebenarnya tidak sehat.