s pgsd kelas 1101364 chapter1

(1)

1

A. Latar Belakang

Bahasa merupakan suatu pengantar berkomunikasi dalam sebuah kebudayaan. Dengan berbahasa manusia dapat saling mengerti satu sama lain. Menurut Jacques Barzun (dalam Sudiati & Widyamartaya, 2005, hlm. 10) „Hidup suatu kebudayaan manapun bertumpu pada sarana paling mendasar untuk berkomunikasi: bahasa.‟

Untuk bisa berbahasa dengan baik, setiap manusia harus memiliki kemampuan bahasa yang baik pula. Meskipun manusia telah dibekali dengan talenta berbahasa, namun kemampuan tersebut perlu ditingkatkan dalam proses pembelajaran pada jenjang pendidikan.

Langkah awal proses pembelajaran di jenjang pendidikan yang harus ditempuh untuk meningkatkan kemampuan berbahasa terdapat pada tataran sekolah dasar. Pembelajaran bahasa di sekolah dasar salah satunya adalah mempelajari bahasa Indonesia. Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar bertujuan agar siswa dapat menggunakan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan dengan baik dan benar. Siswa tidak hanya sekedar mempelajari teori semata, tetapi siswa belajar secara aplikatif. Siswa diharapkan dapat memiliki kemampuan berbahasa dan kompetensi komunikatif

saat siswa telah menyelesaikan belajarnya di sekolah dasar dan

mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini selaras dengan tujuan mata pelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam Depdiknas (2006, hlm. 22)

Mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku baik secara lisan maupun tulisan,

2. menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai

bahasa persatuan dan bahasa negara,

3. memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan,

4. menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan


(2)

5. menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa,

6. menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah

budaya dan intelektual manusia Indonesia.

Tujuan mata pelajaran bahasa Indonesia ada dalam keterampilan berbahasa. Keterampilan tersebut terdiri dari keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Keempat keterampilan tersebut sangatlah berkaitan. Diawali dengan belajar menyimak dan berbicara, kemudian belajar membaca dan menulis. Keterampilan menyimak dan berbicara dipelajari pada masa prasekolah, sedangkan membaca dan menulis mulai dipelajari di sekolah. Keterampilan menyimak dan membaca merupakan keterampilan yang bersifat reseptif. Artinya penyimak dan pembaca hanya menerima informasi secara pasif apa yang mereka simak atau baca. Berbeda halnya dengan keterampilan berbicara dan menulis yang bersifat produktif. Pembicara dan penulis harus memproduksi sendiri informasi secara lisan atau tulisan.

Keterampilan menulis di sekolah dasar dinilai sebagai keterampilan yang berada dalam tingkat kesulitan paling tinggi di antara empat keterampilan lainnya. Sebelum menulis siswa harus mampu menyimak dan membaca karena menulis erat kaitannya dengan keterampilan tersebut. Hal ini diperkuat oleh pendapat Cahyani dan Rosmana (2006, hlm. 97) “Kegiatan menulis memang kegiatan yang unik. Tidak setiap orang yang sudah menguasai kaidah-kaidah bahasa dengan sendirinya secara linier akan terampil menulis.” Selain itu, keterampilan menulis juga harus diajarkan secara berkesinambungan sejak sekolah dasar. Pendapat ini didukung oleh Resmini dkk. (2006, hlm. 193) bahwa “Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa menulis merupakan kemampuan dasar sebagai bekal belajar menulis di jenjang berikutnya.”

Tujuan keterampilan menulis menurut Tarigan (2013, hlm. 4) adalah “Agar siswa mampu mengungkapkan gagasan, ide, pendapat, dan pengetahuan secara sistematis dan tertulis serta memiliki kegemaran menulis.”Selain itu, melalui menulis, siswa dapat meningkatkan kreativitasnya serta sebagai sarana

peningkatan kemampuan berkomunikasi secara tulisan. Pada proses


(3)

kategori yaitu menulis permulaandan menulis lanjut. Menulis permulaan diberikan di kelas I sampai kelas III dengan materi menulis huruf, kata, kalimat, dan cerita sederhana. Menulis lanjut diberikan pada kelas IV sampai kelas VI dengan materi menulis yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari seperti surat, prosa, puisi, pidato, laporan, naskah drama, pengumuman, iklan, mengisi formulir, dan menulis ringkasan.

Keterampilan menulis di tingkat lanjut yang harus dikuasai siswa sekolah dasar salah satunya adalah meringkas isi buku. Keterampilan ini terdapat di kelas V sekolah dasar. Meringkas isi buku merupakan kegiatan menulis yang diperoleh dari kegiatan membaca suatu buku, selanjutnya mengungkapkan kembali hal penting dari buku yang telah dibaca secara singkat. Menulis ringkasan buku bertujuan agar siswa dapat membuat simpulan dari sebuah buku dengan ejaan yang benar. Menurut Keraf (dalam Olivia, 2009, hlm. 29) „Membuat ringkasan dapat berguna untuk mengembangkan ekspresi serta penghematan kata. Latihan membuat ringkasan akan mempertajam daya kreasi dan konsentrasi penulis ringkasan tersebut.‟ Selain itu, menurut Sudiati dan Widyamartaya (2005) latihan meringkas merupakan latihan menulis awal sebagai suatu jembatan perantara untuk melatih keterampilan menulis yang mempersiapkan siswa agar terampil mengarang.

Namun, tidak semua siswa dengan mudah dapat membuat ringkasan buku dengan baik dan benar. Permasalahan ini terjadi pada siswa kelas V SDN Sirahcipelang Kecamatan Conggeang Kabupaten Sumedang. Siswa belum bisa memenuhi tujuan pembelajaran untuk dapat menjelaskan pengertian dan tahapan meringkas, meringkas isi buku dengan gagasan yang lengkap dan panjang ringkasan sesuai dengan aturan meringkas, serta menggunakan ejaan (huruf kapital dan tanda titik) yang benar. Hanya lima orang siswa yang mampu melewati batas kriteria ketuntasan minimal (KKM) 70 atau 20,83% dari 24 siswa dengan nilai rata-rata kelas 50.

Siswa yang tidak memenuhi KKM bisa menghapal tahap meringkas tetapi mereka belum memahami pengertian dan tahapan meringkas. Mereka hanya dapat menghapalnya saja tanpa bisa mengaplikasikannya. Hal ini menjadikan gagasan yang mereka tulis dalam ringkasan yang dibuat tidak lengkap. Panjang ringkasan


(4)

banyak yang sesuai dengan aturan karena kertas yang digunakan telah dibatasi sesuai panjang ringkasan yang diharapkan. Namun, gagasan dalam ringkasan masih belum lengkap. Hal ini mengindikasikan bahwa siswa masih belum bisa memilih kalimat kunci pada gagasan sehingga siswa menuliskan semua kalimat dalam gagasan yang menyebabkan ruang dalam kertas yang disediakan habis digunakan sebelum semua gagasan dalam buku dapat diringkas. Hal tersebut terbukti berdasarkan nilai yang diperoleh pada tabel berikut.

Tabel 1.1

Data Awal Hasil Tes Siswa Kelas V SDN Sirahcipelang dalam Pembelajaran Meringkas Buku

No.

Nama

Aspek yang dinilai

Skor Nilai Interpretasi

A B C D E

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 Adis Saputra 0 1 3 2 3 9 52.94 BT

2 Alif Setiawan 0 2 3 2 2 9 52.94 BT

3 Andini Putri Lestari 1 4 3 2 3 13 76.47 T

4 Anggyta Sry Wulandary 1 4 2 2 2 11 64.71 BT

5 Azka Saputra 0 0 2 2 2 6 35.29 BT

6 Dea Septiani 1 4 2 2 2 11 64.71 BT

7 Dede Andi Triana 0 0 2 1 1 4 23.53 BT

8 Edwar 0 0 1 2 1 4 23.53 BT

9 Elen Windita 1 3 3 0 1 8 47.06 BT

10 Ganjar Mujijat 0 0 1 1 1 3 17.65 BT

11 Heryanto 0 0 2 2 2 6 35.29 BT

12 Irna Ningsih 1 4 2 1 2 10 58.82 BT

13 Lisnawati 1 3 2 2 2 10 58.82 BT

14 Muhamad Farhan A. 0 0 3 2 2 7 41.18 BT

15 Nur Fadilah Aini A. 1 4 3 2 3 13 76.47 T

16 Opik Ramadan 0 0 3 0 1 4 23.53 BT

17 Septi Rahma Juwita 1 4 2 1 2 10 58.82 BT

18 Shelomita 1 3 2 1 1 8 47.06 BT

19 Sinta Laudya Maharani 1 4 2 2 3 12 70.59 T

20 Siti Hapiya 1 4 2 2 3 12 70.59 T

21 Siti Nurhasanah 1 4 1 1 3 10 58.82 BT

22 Taofik Hidayat 0 0 2 1 2 5 29.41 BT

23 Tari Febriani 1 4 2 2 3 12 70.59 T

24 Vipit Maryani 1 2 2 1 1 7 41.18 BT

Jumlah 204 1200 19 5

Persentase (%) 79,17% 20,83%

Rata-rata 8,5 50

Keterangan:

1) Aspek yang dinilai

A (kolom 3) = pengertian ringkasan B (kolom 4) = tahapan meringkas C (kolom 5) = kelengkapan gagasan D (kolom 6) = panjang ringkasan


(5)

E (kolom 7) = penggunaan ejaan 2) Skor ideal adalah 17.

3) KKM= 70

T = Tuntas

BT = Belum Tuntas 4) Tuntas apabila ≥ 70.

Dilihat dari hasil siswa yang telah dinilai berdasarkan aspek kognitif menjelaskan pengertian meringkas, 14 siswa atau 58, 33% dari 24 siswa dapat menjelaskan pengertian meringkas dengan benar, 10 siswa atau 41,67% dari 24 siswa masih menjelaskan pengertian meringkas dengan salah. Sedangkan untuk menjelaskan tahapan meringkas, 10 siswa atau 41,67% dari 24 siswa menjawab empat tahap dengan benar, tiga siswa atau 12,5% dari 24 siswa menjawab tiga tahap dengan benar, dua orang siswa atau 8,3% dari 24 siswa menjawab dua tahap dengan benar, satu siswa atau 4,17% dari 24 siswa menjawab satu tahap dengan benar, dan delapan orang siswa atau 33,33% dari 24 siswa menjawab dengan semua tahap salah.

Berdasarkan keterampilan menulis ringkasan, dalam aspek kelengkapan gagasan tidak ada siswa atau 0% dari 24 siswa yang menulis ringkasan dengan 21-18 gagasan sesuai buku, tujuh orang siswa atau 29,7% dari 24 siswa menulis ringkasan dengan 17-12 gagasan sesuai buku, 14 siswa 58,33% dari 24 siswa menulis ringkasan dengan 16-11 gagasan sesuai buku, tiga orang siswa atau 12,5% dari 24 siswa menulis ringkasan dengan 5-1 gagasan sesuai buku, tidak ada siswa atau 0% dari 24 siswa yang menulis ringkasan tanpa ada gagasan yang sesuai dengan buku.

Dalam aspek panjang ringkasan, tidak ada siswa atau 0% dari 24 siswa yang membuat ringkasan dengan panjang ringkasan 2,5 halaman dan gagasan lengkap, tidak ada siswa atau 0% dari 24 siswa yang membuat ringkasan dengan panjang kurang dari 2,5 halaman tetapi gagasan lengkap, 14 siswa atau 58,33% dari 24 siswa membuat ringkasan dengan panjang 2,5 halaman tetapi gagasan tidak lengkap, delapan siswa atau 33,33% dari 24 siswa membuat ringkasan


(6)

dengan panjang kurang dari 2,5 dan gagasan tidak lengkap, dua siswa atau 8,3% dari 24 siswa membuat ringkasan dengan panjang lebih dari 2,5 halaman dan gagasan tidak lengkap.

Dalam aspek penggunaan ejaan, tidak ada siswa atau 0% dari 24 siswa yang tidak salah dalam penulisan huruf kapital dan tanda titik, tujuh siswa atau 29,7% dari 24 siswa terdapat 1-29 kesalahan penggunaan huruf kapital dan tanda titik, 10 siswa atau 41,67% dari 24 siswa terdapat 30-61 kesalahan penggunaan huruf kapital dan tanda titik, delapan siswa atau 33,33% dari 24 siswa terdapat 62-94 kesalahan penggunaan huruf kapital dan tanda titik, tidak ada siswa atau 0% dari 24 siswa yang melakukan lebih dari 94 kesalahan penggunaan huruf kapital dan tanda titik.

Setelah diketahui permasalahan yang terjadi, dilakukan analisis penyebab terjadinya permasalahan dengan melakukan observasidan wawancara. Aspek yang menjadi fokus perhatian adalah kinerja guru,aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran keterampilan meringkas isi buku.

Kinerja guru pada saat pembelajaran dinilai cukup baik dalam kesesuaian pembelajaran dengan rencana. Namun, guru kurang mempersiapkan kegiatan pembelajaran, seperti kurang mempersiapkan materi, metode, dan media pembelajaran. Guru hanya menggunakan metode ceramah dan diskusi. Guru menyampaikan materi pembelajaran lalu memberikan tugas pada siswa. Hal ini berdampak pada kegiatan pembelajaran yang masih berpusat pada guru.Guru memang memberikan penjelasan lebih ketika siswa bertanya mengenai hal yang mereka kurang pahami. Tetapi siswa masih kurang mengerti saat memilih gagasan yang penting. Guru memiliki kekurangan dalam mengatur waktu karena buku yang diringkas siswa terlalu tebal.

Aktivitas siswa pada saat pembelajaran terlihat kondusif dan tidak ribut. Namun, saat mendengarkan penjelasan guru sekitar sembilan orang siswa bercanda dengan temannya hingga ada yang menggangu teman lainnya yang sedang fokus mendengarkan penjelasan guru. Pada saat mengerjakan tugas, enam siswa mengerjakan dengan sungguh-sungguh. Sebagian besar siswa laki-laki merasa gelisah karena tidak bisa mengerjakan tugas sehingga berjalan-jalan dan melihat-lihat pekerjaan temannya yang lain dan terkadang saling bercanda.


(7)

Setelah dilakukan validasi dengan mewawancarai siswa, ternyata sebagian besar siswa kurang antusias mengikuti pembelajaran. Mereka merasa bosan karena harus banyak menulis dan hanya mendengarkan guru saja.

Berdasarkan permasalahan dan penyebab yang telah dikemukakan, seharusnya pembelajaran bisa bersandar pada karakteristik siswa dengan mempertimbangkan beban materi yang harus diajarkan. Penggunaan metode yang inovatif dapat digunakan agar membantu siswa belajar dengan lebih mudah dan bermakna. Peningkatan keterampilan meringkas isi buku dapat diupayakan oleh guru dengan menggunakan metode pembelajaran 6P.

Adanya ketidaksesuaian antara pembelajaran keterampilan menulis ringkasan buku yang ideal dengan kenyataan yang terjadi di sekolah dasar khususnya di kelas V SDN Sirahcipelang mendorongdiadakannya penelitian tindakan kelas ini yang diberi judul “Peningkatan keterampilan menulis ringkasan buku dengan menggunakan metode 6P pada siswa kelas V SDN Sirahcipelang

Kecamatan Conggeang Kabupaten Sumedang.”

B. Rumusan dan Pemecahan Masalah 1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

a. bagaimana perencanaan pembelajaran menulis ringkasan buku dengan

menggunakan metode 6P pada siswa kelas V SDN Sirahcipelang Kecamatan Conggeang Kabupaten Sumedang ?

b. bagaimana kinerja guru saat melaksanakan pembelajaran menulis ringkasan buku dengan menggunakan metode 6P pada siswa kelas V SDN Sirahcipelang Kecamatan Conggeang Kabupaten Sumedang ?

c. bagaimana aktivitas siswa saat pembelajaran menulis ringkasan buku dengan menggunakan metode 6P pada siswa kelas V SDN Sirahcipelang Kecamatan Conggeang Kabupaten Sumedang ?

d. bagaimana peningkatan kemampuan menulis ringkasan buku dengan

menggunakan metode 6P pada siswa kelas V SDN Sirahcipelang Kecamatan Conggeang Kabupaten Sumedang ?


(8)

2. Pemecahan Masalah

Berdasarkan pemaparan masalah yang terjadi di kelas V SDN Sirahcipelang di mana siswa belum mampu untuk membuat ringkasan buku dengan gagasan yang lengkap, panjang ringkasan sesuai aturan, dan ejaan yang benar, maka tindakan yang akan dilakukan dalam penelitian untuk mengatasi masalah tersebut adalah menggunakan metode 6P.Metode 6P merupakan kependekan dari pasangan, pantau, pangkas, padukan, panggil, periksa. Metode 6P merupakan pengembangan dari metode 4P yang dikembangkan oleh Femi Olivia hanya saja ditambahkan tahap pasangan, dan periksa.Metode ini terlingkup dalam model pembelajaran cooperative script. Adapun penjelasan metode 6P adalah sebagai berikut.

a. Pasangan

Di tahap awal ini, siswa diminta untuk berkelompok dengan jumlah anggota empat orang.

b. Pantau

Pada tahap kedua yaitu pantau, siswa diminta untuk membaca buku yang ia pilih agar mendapat pemahaman yang menyeluruh mengenai tipe teks dan isi penting dari buku tersebut. Siswa membuka-buka buku, melihat sampul, daftar isi, dan isi buku.

c. Pangkas

Pada tahap pangkas, siswa diminta untuk mencari dan memilih kata kunci dengan menandainya, seperti menggarisbawahi atau memberikan tanda yang dimengerti. Siswa juga diminta untuk membuat catatan kecil dari kata kunci tersebut baik dipinggir buku maupun di kartu indeks.

d. Padukan

Pada tahap ini, siswa diminta untuk memadukan kata kunci yang telah dipilih dengan membuat pemetaan pikiran secara bersama-sama. Pemetaan ini menggunakan pulpen warna-warni atau menggunakan gambar yang dapat dibuat dan dimengerti siswa.

e. Panggil

Pada tahap panggil, siswa diminta untuk mengingat kembali isi buku dengan saling bergantian menceritakan pemetaan yang telah dibuat secara


(9)

bersama-sama. Teman yang mendengrakan dapat membantu mengingatkan kembali atau menambahkan hal yang kurang. Hal ini dilakukan secara bergantian dalam kelompok. Kemudian siswa diminta untuk menuliskan apa yang telah ia ceritakan sesuai pemetaan ke dalam sebuah ringkasan dengan kertas yang telah dibatasi oleh guru. Misalnya siswa hanya bisa menuliskan ringkasan dalam 6 baris pada kertas yang telah ditentukan.

f. Periksa

Siswa diminta untuk memeriksa hasil pekerjaannya dengan temannya. Kemudian siswa menjelaskan isi ringkasan pada pasangannya, pasangannya diminta untuk memeriksa apakah sesuai dengan buku atau tidak. Siswa juga diminta untuk memeriksa ejaan yang digunakan dengan menandainya. Hal ini dilakukan secara bergantian dalam kelompok.

Metode 6P dapat mengatasi permasalahan yang telah dipaparkan karena pada setiap tahapnya terdapat langkah yang dapat membantu siswa mempermudah dalam membuat ringkasan. Pembelajaran yang dilakukan secara learning by doing dalam tahapan-tahapan membuat siswa mengalami sendiri tahapan meringkas sehingga mereka tidak hanya hapal melainkan dapat memahami bagaimana tahapan meringkas. Pada setiap langkah, siswa berada dalam kelompok yang heterogen. Hal ini mengharapkan agar siswa dapat saling memperbaiki dan mengevaluasi pemahaman mereka dalam meringkas.

Pada langkah pangkas, siswa difokuskan untuk mencari hal-hal penting dari pokok pikiran buku dengan mencari dan menandai kata kunci. Siswa tidak akan lagi menuliskan hal yang tidak penting yang membuat ringkasan menjadi tidak ringkas. Pada langkah padukan dan panggil siswa mengingat kembali dan mendaftar gagasan-gagasan yang seharusnya ada dalam ringkasan sehingga tidak ada lagi gagasan yang terlewat. Pada langkah padukan siswa mengkontruksi kembali ingatannya berdasarkan kata kunci yang telah mereka peroleh. Pemerolehan kata kunci dilakukan dengan cara memperhatikan susunan materi bacaan, memanfaatkan kalimat awal pada paragraf karena tempat tersebut berpotensi menyimpan kata kunci. Dengan belajar berkelompok, pengalaman dalam konteks sosial dapat mengembangkan pemikiran mereka sehingga mereka dapat saling membantu dalam mengkontruksi ingatannya.


(10)

Proses menceritakan pada teman sekolompoknya di tahap panggil membantu siswa memeriksa kembali gagasan yang telah ia temukan ada yang kurang atau tidak.Selain itu, pada tahap periksa, siswa saling memeriksa penggunaan huruf kapital dan tanda titik. Hal ini dilakukan karena terkadang jika yang mengevaluasi diri sendiri sering terjadi ketidaksadaran. Inilah manfaat dari bekerja dalam kelompok.

Pada saat siswa membuat pemetaan pikiran dilangkah padukan, siswa menuliskan kata kunci dengan pensil berwarna dan gambar-gambar yang menjadi sebuah tanda pengingat. Siswa bebas mengeksplorasi pemetaan pikiran sesuai seleranya agar terlihat menarik dan mudah mengingatkan mereka pada isi buku. Hal ini membuat siswa dapat lebih antusias dalam belajar karena terdapat unsur menggambar yang mereka sukai.

Adapun prosedur pembelajaran menulis ringkasan dengan menggunakan metode 6P secara garis besar yaitu siswa diminta untuk berkelompok (pasangan), membuka-buka buku (pantau),menggarisbawahi kata kunci yang penting (pangkas),memadukan kata kunci yang telah dipilih dengan menggunakan pemetaan pikiran(padukan),mengingat kembali isi buku dengan saling bergantian menceritakan pemetaan yang telah dibuat secara bersama (panggil),menuliskan apa yang telah ia ceritakan sesuai pemetaan ke dalam sebuah ringkasan dengan kertas yang telah dibatasi oleh guru, saling memeriksa ejaan yang digunakan dengan menandainya (periksa), mempersingkat kalimat jika masih melebihi batas, kemudian perwakilan kelompok membacakan hasil pekerjaannya di depan kelas.

Target proses dan hasil pembelajaran yang dicapai untuk meningkatkan keterampilan menulis ringkasan isi buku dengan menggunakan metode 6P di SDN Sirahcipelang adalah sebagai berikut.

a. Target Proses

Target aktivitas siswa dalam pembelajaran menulis ringkasan isi buku dengan menggunakan metode 6P di SDN Sirahcipelang yaitu 85% siswa memiliki interpretasi skor dengan kriteria baik. Kriteria baik diperoleh jika skor akhir dari aspek mengerjakan tugas, memperhatikan penjelasan guru, serta antusiasme adalah berkisar antara 7-9.


(11)

Target yang dicapai dalam kinerja guru baik perencanaan dan pelaksanaan secara keseluruhan adalah 100% dengan kriteria baik sekali.

b. Target Hasil

Target hasil pembelajaran yang diharapkan dalam pembelajaran menulis ringkasan isi buku dengan menggunakan metode 6P di SDN Sirahcipelang yaitu 85% siswa mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM). KKM dari pembelajaran ini adalah 70. Persentase target pencapaian ini mengacu pada konsep belajar tuntas (mastery learning). Menurut Suryosubroto (2009) dalam belajar tuntas, siswa dapat pindah ke materi selanjutnya jika 85% populasi kelas telah mencapai taraf penguasaan 75%.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan, maka tujuan penulisan penelitian ini adalah untuk mengetahui :

a. perencanaan pembelajaran menulis ringkasan buku dengan menggunakan

metode 6P pada siswa kelas V SDN Sirahcipelang Kecamatan Conggeang Kabupaten Sumedang,

b. kinerja guru saat melaksanakan pembelajaran menulis ringkasan buku dengan

menggunakan metode 6P pada siswa kelas V SDN Sirahcipelang Kecamatan Conggeang Kabupaten Sumedang,

c. aktivitas siswa saat pembelajaran menulis ringkasan buku dengan

menggunakan metode 6P pada siswa kelas V SDN Sirahcipelang Kecamatan Conggeang Kabupaten Sumedang,

d. peningkatan kemampuan menulis ringkasan buku dengan menggunakan

metode 6P pada siswa kelas V SDN Sirahcipelang Kecamatan Conggeang Kabupaten Sumedang.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat umum yang diharapkan dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar khususnya sekolah tempat penelitian. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru, siswa, lembaga sekolah dan peneliti.


(12)

Manfaat yang diperoleh guru yaitu dapat memperluas wawasan mengenai metode pembelajaran 6P yang digunakan dalam pembelajaran menulis ringkasan buku. Selain itu, guru dapat menambah referensi metode yang dapat digunakan dalam pengembangan pembelajaran menulis ringkasan buku.

Manfaat yang diperoleh siswa yaitu dapat mempermudah siswa dalam menulis ringkasan buku sehingga kemampuan menulis siswa dapat meningkat. Selain itu, siswa dapat meningkatkan aktivitas dan antusiasme dalam poses pembelajaran.

Manfaat penelitian yang diperoleh lembaga sekolah yaitu dengan hasil pengembangan penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam upaya pengadaan inovasi pembelajaran bahasa Indonesia bagi para guru yang lain, serta untuk memotivasi mereka untuk melakukan inovasi baru dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, serta meningkatkan kualitas pembelajaran.

Manfaat yang diperoleh peneliti dari penelitian ini yaitu dapat mengembangkan kemampuan dalam meneliti pembelajaran di sekolah. Peneliti juga dapat menerapkan teori-teori pembelajaran yang telah dipelajari dalam memecahkan permasalahan yang ada pada proses pembelajaran sehingga dapat bermanfaat untuk membantu meningkatkan kualitas pembelajaran.

D. Batasan Istilah

Menghindarkan dari kesalahpahaman mengenai permasalahan yang diteliti, maka akan dijelaskan beberapa istilah yang pelu untuk dipahami.

1. Ringkasan Buku

Ringkasan adalah tulisan yang lebih singkat dari teks asli. Olivia (2009, hlm.30) menjelaskan bahwa “Ringkasan adalah suatu cara yang efektif untuk menyajikan suatu karangan yang panjang dalam bentuk yang singkat.” Sehingga ringkasan buku adalah tulisan yang lebih singkat dari buku.

2. Keterampilan Menulis

Keterampilan menulis menurut Tarigan (2013, hlm. 3) “Merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain.


(13)

3. Metode

Metode disini berkaitan dengan pembelajaran sehingga metode menurut

Nurhidayati (2011, hlm.2) “Merupakan upaya yang digunakan untuk

mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata untuk mencapai tujuan pembelajaran.

4. Metode 6P

Metode 6P adalah kependekan dari pasangan, pantau, pangkas, padukan, panggil, periksa. Metode ini digunakan untuk meningkatkan pembelajaran menulis ringkasan buku.


(1)

2. Pemecahan Masalah

Berdasarkan pemaparan masalah yang terjadi di kelas V SDN Sirahcipelang di mana siswa belum mampu untuk membuat ringkasan buku dengan gagasan yang lengkap, panjang ringkasan sesuai aturan, dan ejaan yang benar, maka tindakan yang akan dilakukan dalam penelitian untuk mengatasi masalah tersebut adalah menggunakan metode 6P.Metode 6P merupakan kependekan dari pasangan, pantau, pangkas, padukan, panggil, periksa. Metode 6P merupakan pengembangan dari metode 4P yang dikembangkan oleh Femi Olivia hanya saja ditambahkan tahap pasangan, dan periksa.Metode ini terlingkup dalam model pembelajaran cooperative script. Adapun penjelasan metode 6P adalah sebagai berikut.

a. Pasangan

Di tahap awal ini, siswa diminta untuk berkelompok dengan jumlah anggota empat orang.

b. Pantau

Pada tahap kedua yaitu pantau, siswa diminta untuk membaca buku yang ia pilih agar mendapat pemahaman yang menyeluruh mengenai tipe teks dan isi penting dari buku tersebut. Siswa membuka-buka buku, melihat sampul, daftar isi, dan isi buku.

c. Pangkas

Pada tahap pangkas, siswa diminta untuk mencari dan memilih kata kunci dengan menandainya, seperti menggarisbawahi atau memberikan tanda yang dimengerti. Siswa juga diminta untuk membuat catatan kecil dari kata kunci tersebut baik dipinggir buku maupun di kartu indeks.

d. Padukan

Pada tahap ini, siswa diminta untuk memadukan kata kunci yang telah dipilih dengan membuat pemetaan pikiran secara bersama-sama. Pemetaan ini menggunakan pulpen warna-warni atau menggunakan gambar yang dapat dibuat dan dimengerti siswa.

e. Panggil

Pada tahap panggil, siswa diminta untuk mengingat kembali isi buku dengan saling bergantian menceritakan pemetaan yang telah dibuat secara


(2)

bersama-sama. Teman yang mendengrakan dapat membantu mengingatkan kembali atau menambahkan hal yang kurang. Hal ini dilakukan secara bergantian dalam kelompok. Kemudian siswa diminta untuk menuliskan apa yang telah ia ceritakan sesuai pemetaan ke dalam sebuah ringkasan dengan kertas yang telah dibatasi oleh guru. Misalnya siswa hanya bisa menuliskan ringkasan dalam 6 baris pada kertas yang telah ditentukan.

f. Periksa

Siswa diminta untuk memeriksa hasil pekerjaannya dengan temannya. Kemudian siswa menjelaskan isi ringkasan pada pasangannya, pasangannya diminta untuk memeriksa apakah sesuai dengan buku atau tidak. Siswa juga diminta untuk memeriksa ejaan yang digunakan dengan menandainya. Hal ini dilakukan secara bergantian dalam kelompok.

Metode 6P dapat mengatasi permasalahan yang telah dipaparkan karena pada setiap tahapnya terdapat langkah yang dapat membantu siswa mempermudah dalam membuat ringkasan. Pembelajaran yang dilakukan secara learning by doing dalam tahapan-tahapan membuat siswa mengalami sendiri tahapan meringkas sehingga mereka tidak hanya hapal melainkan dapat memahami bagaimana tahapan meringkas. Pada setiap langkah, siswa berada dalam kelompok yang heterogen. Hal ini mengharapkan agar siswa dapat saling memperbaiki dan mengevaluasi pemahaman mereka dalam meringkas.

Pada langkah pangkas, siswa difokuskan untuk mencari hal-hal penting dari pokok pikiran buku dengan mencari dan menandai kata kunci. Siswa tidak akan lagi menuliskan hal yang tidak penting yang membuat ringkasan menjadi tidak ringkas. Pada langkah padukan dan panggil siswa mengingat kembali dan mendaftar gagasan-gagasan yang seharusnya ada dalam ringkasan sehingga tidak ada lagi gagasan yang terlewat. Pada langkah padukan siswa mengkontruksi kembali ingatannya berdasarkan kata kunci yang telah mereka peroleh. Pemerolehan kata kunci dilakukan dengan cara memperhatikan susunan materi bacaan, memanfaatkan kalimat awal pada paragraf karena tempat tersebut berpotensi menyimpan kata kunci. Dengan belajar berkelompok, pengalaman dalam konteks sosial dapat mengembangkan pemikiran mereka sehingga mereka dapat saling membantu dalam mengkontruksi ingatannya.


(3)

Proses menceritakan pada teman sekolompoknya di tahap panggil membantu siswa memeriksa kembali gagasan yang telah ia temukan ada yang kurang atau tidak.Selain itu, pada tahap periksa, siswa saling memeriksa penggunaan huruf kapital dan tanda titik. Hal ini dilakukan karena terkadang jika yang mengevaluasi diri sendiri sering terjadi ketidaksadaran. Inilah manfaat dari bekerja dalam kelompok.

Pada saat siswa membuat pemetaan pikiran dilangkah padukan, siswa menuliskan kata kunci dengan pensil berwarna dan gambar-gambar yang menjadi sebuah tanda pengingat. Siswa bebas mengeksplorasi pemetaan pikiran sesuai seleranya agar terlihat menarik dan mudah mengingatkan mereka pada isi buku. Hal ini membuat siswa dapat lebih antusias dalam belajar karena terdapat unsur menggambar yang mereka sukai.

Adapun prosedur pembelajaran menulis ringkasan dengan menggunakan metode 6P secara garis besar yaitu siswa diminta untuk berkelompok (pasangan), membuka-buka buku (pantau),menggarisbawahi kata kunci yang penting (pangkas),memadukan kata kunci yang telah dipilih dengan menggunakan pemetaan pikiran(padukan),mengingat kembali isi buku dengan saling bergantian menceritakan pemetaan yang telah dibuat secara bersama (panggil),menuliskan apa yang telah ia ceritakan sesuai pemetaan ke dalam sebuah ringkasan dengan kertas yang telah dibatasi oleh guru, saling memeriksa ejaan yang digunakan dengan menandainya (periksa), mempersingkat kalimat jika masih melebihi batas, kemudian perwakilan kelompok membacakan hasil pekerjaannya di depan kelas.

Target proses dan hasil pembelajaran yang dicapai untuk meningkatkan keterampilan menulis ringkasan isi buku dengan menggunakan metode 6P di SDN Sirahcipelang adalah sebagai berikut.

a. Target Proses

Target aktivitas siswa dalam pembelajaran menulis ringkasan isi buku dengan menggunakan metode 6P di SDN Sirahcipelang yaitu 85% siswa memiliki interpretasi skor dengan kriteria baik. Kriteria baik diperoleh jika skor akhir dari aspek mengerjakan tugas, memperhatikan penjelasan guru, serta antusiasme adalah berkisar antara 7-9.


(4)

Target yang dicapai dalam kinerja guru baik perencanaan dan pelaksanaan secara keseluruhan adalah 100% dengan kriteria baik sekali.

b. Target Hasil

Target hasil pembelajaran yang diharapkan dalam pembelajaran menulis ringkasan isi buku dengan menggunakan metode 6P di SDN Sirahcipelang yaitu 85% siswa mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM). KKM dari pembelajaran ini adalah 70. Persentase target pencapaian ini mengacu pada konsep belajar tuntas (mastery learning). Menurut Suryosubroto (2009) dalam belajar tuntas, siswa dapat pindah ke materi selanjutnya jika 85% populasi kelas telah mencapai taraf penguasaan 75%.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan, maka tujuan penulisan penelitian ini adalah untuk mengetahui :

a. perencanaan pembelajaran menulis ringkasan buku dengan menggunakan metode 6P pada siswa kelas V SDN Sirahcipelang Kecamatan Conggeang Kabupaten Sumedang,

b. kinerja guru saat melaksanakan pembelajaran menulis ringkasan buku dengan menggunakan metode 6P pada siswa kelas V SDN Sirahcipelang Kecamatan Conggeang Kabupaten Sumedang,

c. aktivitas siswa saat pembelajaran menulis ringkasan buku dengan menggunakan metode 6P pada siswa kelas V SDN Sirahcipelang Kecamatan Conggeang Kabupaten Sumedang,

d. peningkatan kemampuan menulis ringkasan buku dengan menggunakan metode 6P pada siswa kelas V SDN Sirahcipelang Kecamatan Conggeang Kabupaten Sumedang.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat umum yang diharapkan dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar khususnya sekolah tempat penelitian. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru, siswa, lembaga sekolah dan peneliti.


(5)

Manfaat yang diperoleh guru yaitu dapat memperluas wawasan mengenai metode pembelajaran 6P yang digunakan dalam pembelajaran menulis ringkasan buku. Selain itu, guru dapat menambah referensi metode yang dapat digunakan dalam pengembangan pembelajaran menulis ringkasan buku.

Manfaat yang diperoleh siswa yaitu dapat mempermudah siswa dalam menulis ringkasan buku sehingga kemampuan menulis siswa dapat meningkat. Selain itu, siswa dapat meningkatkan aktivitas dan antusiasme dalam poses pembelajaran.

Manfaat penelitian yang diperoleh lembaga sekolah yaitu dengan hasil pengembangan penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam upaya pengadaan inovasi pembelajaran bahasa Indonesia bagi para guru yang lain, serta untuk memotivasi mereka untuk melakukan inovasi baru dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, serta meningkatkan kualitas pembelajaran.

Manfaat yang diperoleh peneliti dari penelitian ini yaitu dapat mengembangkan kemampuan dalam meneliti pembelajaran di sekolah. Peneliti juga dapat menerapkan teori-teori pembelajaran yang telah dipelajari dalam memecahkan permasalahan yang ada pada proses pembelajaran sehingga dapat bermanfaat untuk membantu meningkatkan kualitas pembelajaran.

D. Batasan Istilah

Menghindarkan dari kesalahpahaman mengenai permasalahan yang diteliti, maka akan dijelaskan beberapa istilah yang pelu untuk dipahami.

1. Ringkasan Buku

Ringkasan adalah tulisan yang lebih singkat dari teks asli. Olivia (2009, hlm.30) menjelaskan bahwa “Ringkasan adalah suatu cara yang efektif untuk menyajikan suatu karangan yang panjang dalam bentuk yang singkat.” Sehingga ringkasan buku adalah tulisan yang lebih singkat dari buku.

2. Keterampilan Menulis

Keterampilan menulis menurut Tarigan (2013, hlm. 3) “Merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain.


(6)

3. Metode

Metode disini berkaitan dengan pembelajaran sehingga metode menurut

Nurhidayati (2011, hlm.2) “Merupakan upaya yang digunakan untuk

mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata untuk mencapai tujuan pembelajaran.

4. Metode 6P

Metode 6P adalah kependekan dari pasangan, pantau, pangkas, padukan, panggil, periksa. Metode ini digunakan untuk meningkatkan pembelajaran menulis ringkasan buku.