PENINGKATAN KETERAMPILAN KERJA SAMA SISWA MELALUI METODE TWO STAY TWO STRAY DALAM PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL : Penelitian Tindakan Kelas Di SMP Negeri 1 Bandung Kelas VIII-10.

(1)

PENINGKATAN KETERAMPILAN KERJA SAMA SISWA MELALUI METODE TWO STAY TWO STRAY DALAM PELAJARAN ILMU

PENGETAHUAN SOSIAL

(Penelitian Tindakan Kelas Di SMP Negeri 1 Bandung Kelas VIII-10) SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Oleh Mia Talita Rahma

0901085

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014


(2)

(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul Peningkatan Keterampilan Kerja Sama Siswa melalui metode Two Stay Two Stray dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.

Atas pernyataan ini saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap karya saya.

Bandung, Januari 2014 Yang Membuat Pernyataan

Mia Talita Rahma NIM 0901085


(4)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Peningkatan Keterampilan Kerja Sama Siswa Melalui Metode Two Stay Two Stray dalam Pembelajaran IPS (Penelitian Tindakan Kelas Pada Kelas VIII-10 SMP Negeri 1 Bandung). Penelitian ini dilatarbelakangi dari kegiatan observasi yang dilakukan di kelas VIII-10, yaitu rendahnya keterampilan bekerjasama antar siswa. Hal ini terlihat pada saat kegiatan pembelajaran diskusi dan presentasi berlangsung seperti, banyak siswa yang tidak mengerjakan tugas kelompok, menggantungkan tugas kelompok kepada salah satu anggota kelompok, tidak menghargai pendapat siswa lain, rendahnya sikap tanggung jawab kepada kelompok. Berdasarkan hasil wawancara siswa dan guru, peneliti mendapat penjelasan bahwa tidak semua siswa mampu bekerjasama pada saat mengerjakan tugas kelompok. Hal tersebut membuat peneliti merasa perlu meningkatkan keterampilan bekerjasama dengan cara menyusun strategi dalam pembelajaran IPS melalui metode kooperatif tipe two stay two stray. Metode Penelitian yang digunakan adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi, catatan lapangan, wawancara dan studi dokumentasi yang dilakukan pada setiap siklus. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII-10 SMP Negeri 1 Bandung. Berdasarkan hasil temuan dilapangan dapat ditarik benang merah dari penelitian ini, antara lain pertama, perencanaan penelitian dirancang dengan baik. Kedua, pelaksanaan kegiatan pembelajaran tipe two stay two stray dilaksanakan semakin terarah dan rapih. Ketiga, merefleksikan kendala yang ditemukan pada setiap siklus serta mengatasi kendala tersebut pada siklus selanjutnya. Keempat, setelah diterapkannya metode pembelajaran tipe two stay two stray siswa mengalami perubahan yang positif yaitu keterampilan bekerjasama antar siswa meningkat. Hal tersebut mencerminkan ketercapaian seluruh indikator keterampilan kerja sama siswa.


(5)

ABSTRACT

The title of these thesis is “Enchafment student’s cooperative skill through two stay two stray method in social studies (Classroom Action Research in Class VIII-10 SMP Negeri 1 Bandung). This research based on the observation in class VIII-10, which is the low skills of cooperation among students. This can be seen during discussion and presentation, as many students who do not do the group task, handed the group task to a member of the group, can not respect opinions of other students, lack of responsibility to the group. Based on interviews of students and teacher, researcher got the explanation that not all students are able to work together while doing the group task. This makes researcher feel the need to improve the skills of cooperation by constracting a strategy in social studies through cooperative methods two stay two stray. The research method used is the method of action research (PTK) with a qualitative approach. Data was collected through observation, field notes, interviews and documentation studies conducted at the end of each cycle. The subject of this research are the students of class VIII-10 SMP Negeri 1 Bandung. Based on the result, first, the plan of the research is well-designed, second, implementing learning process of two stay two stray type is more purposeful and neat, third, reflect constraints found in every cycle and how to handle those constrains in the next cycle, fourth, after the implementation of two stay two stray method, students got positive changes which is the improvement of cooperation skill among students. It can be seen from the indicator of cooperation skill has been achieved entirely.


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR GRAFIK ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian... 7

D. Struktur Organisasi Skripsi ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II PENDAHULUAN ... 10

A. Tinjauan Metode Pembelajaran Kooperatif 10

1. Definisi Pembelajaran Kooperatif ... 10

2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif ... 12

3. Manfaat Pembelajaran Kooperatif ... 12

4. Unsur Penting dalam Pembelajaran Kooperatif ... 13

5. Keterampilan dalam Pembelajaran Kooperatif ... 14

6. Kelemahan Pembelajaran Kooperatif ... 14

B. Tinjauan Metode Two Stray Two Stray ... 15

1. Pengertian Two Stay Two Stray ... 15

2. Langkah-langkah Pembelajaran Two Stay Two Stray ... 16

3. Kekurangan dan Kelebihan Two Stay Two Stray ... 17

4. Tujuan Pembelajaran Two Stay Two Stray ... 17


(7)

1. Pengertian Keterampilan Kerja Sama ... 19

2. Manfaat dan Tujuan Kerja Sama ... 21

3. Prinsip Kerja Sama ... 22

D. Penelitian Terdahulu ... 23

E. Pengembangan Kerja Sama pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ... 24

F.Metode Two Stay Two Stray dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ... 26

G. Teori yang Melandasi Metode Pembelajaran Two Stay Two Stray.. 27

H. Peranan Metode Kooperatif tipe Two Stay Two Stray Dalam Meningkatkan Keterampilan Kerja Sama ... 28

I. Indikator Kerja Sama yang Peniliti Jadikan Sebagai Patokan Keberhasilan Penelitiann... 29

BAB III METODE PENELITIAN ... 31

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 31

1. Lokasi Penelitian ... 31

2. Subjek Penelitian ... 31

B. Desain Penelitan ... 32

1. Tahap Perencanaan (Planning) ... 33

2. Tindakan (Action) ... 34

3. Pengamatan (Observing) ... 35

4. Refleksi (Reflect) ... 35

C. Pendekatan Penelitian ... 36

D. Metodologi Penelitian ... 36

E. Definisi Oprasioanal ... 39

F. Instrumen Penelitian ... 42

G. Prosedur Pelaksanaan Tindakan ... 46

H. Teknsik Pengumpulan Data ... 47

I. Teknik Pengolahan Data ... 49


(8)

A. Deskripsi Profil Sekolah ... 55

B. Deskripsi Observasi Awal Peningkatan Keterampilan Kerja Sama Siswa melalui Metode Two Stay Two Stray ... 57

1. Deskripsi Kondisi Guru IPS dan Siswa Kelas VIII-10 ... 58

2. Deskripsi Kondisi Pembelajaran Sebelum Diterapkannya Metode Pembelajaran two stay two stray ... 59

C. Deskripsi Perencanaan Penerapan Metode Two Stay Two Stray untuk Meningkatkan Keterampilan Kerja Sama Siswa ... 60

D. Deskripsi Pelaksanaan Penerapan Metode Two Stay Two Stray untuk Meningkatkan Keterampilan Kerja Sama Siswa ... 62

1. Deskripsi Tindakan Siklus Ke-I ... 62

a. Perencanaan Siklus Ke-I (Planing) ... 62

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus Ke-I (Action) ... 64

c. Observasi Tindakan Siklus Ke-I (Observing)... 70

d. Refleksi Tindakan Siklus Ke-I (Reflecting)... 90

2. Deskripsi Tindakan Siklus Ke-II ... 92

a. Perencanaan Siklus Ke-II (Planing) ... 92

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus Ke-II (Action) ... 92

c. Observasi Tindakan Siklus Ke-II (Observing)... 100

d. Refleksi Tindakan Siklus Ke-II (Reflecting)... 121

3. Deskripsi Tindakan Siklus Ke-III ... 122

a. Perencanaan Siklus Ke-III (Planing) ... 122

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus Ke-III (Action)... 123

c. Observasi Tindakan Siklus Ke-III (Observing)... 130

d. Refleksi Tindakan Siklus Ke-III (Reflecting)... 150

4. Deskripsi Tindakan Siklus Ke-IV ... 151

a. Perencanaan Siklus Ke-IV (Planing) ... 151

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus Ke-IV (Action)... 152

c. Observasi Tindakan Siklus Ke-IV (Observing)... 159


(9)

1. Data Hasil Pedoman Observasi Keterampilan Kerja Sama ... 177

2. Data Hasil Pedoman Observasi Aktivitas Guru dalam Penerapan Metode Two Stay Two Stray ... 179

3. Deskripsi Data Hasil Catatan Lapangan ... 180

4. Data Hasil Wawancara ... 183

F. Dampak Pembelajaran IPS dengan MenggunakanMetode Two- StayTwo Stray untuk Meningkatkan Keterampilan Bekerja Sama.. 186

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 189

A. Kesimpulan ... 190

B. Rekomendasi ... 192

DAFTAR PUSTAKA ... 193 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Indikator Keterampilan Kerja Sama ... 29

Tabel 3.1 Standar Keberhasilan (SK) Aktivitas Guru ... 43

Tabel 3.2 Standar Keberhasilan (SK) Keterampilan Kerja Sama ... 44

Tabel 3.3 Rentang Skor Penilaian Keterampilan Kerja Sama ... 50

Tabel 3.4 Rentang Skor Penilaian Aktivitas Guru ... 50

Tabel 4.1 Sarana dan Prasarana Sekolah... 57

Tabel 4.2 Daftar Kelompok Siklus Ke-1... 63

Tabel 4.3.1 Hasil Observasi Kterampilan Kerja Sama Siklus Ke-1... 70

Tabel 4.3.2 Hasil Observasi Kterampilan Kerja Sama Siklus Ke-1... 71

Tabel 4.3.3 Hasil Observasi Kterampilan Kerja Sama Siklus Ke-1... 72

Tabel 4.3.4 Hasil Observasi Kterampilan Kerja Sama Siklus Ke-1... 72

Tabel 4.3.5 Hasil Observasi Kterampilan Kerja Sama Siklus Ke-1... 73

Tabel 4.3.6 Hasil Observasi Kterampilan Kerja Sama Siklus Ke-1... 74

Tabel 4.3.7 Hasil Observasi Kterampilan Kerja Sama Siklus Ke-1... 75

Tabel 4.3.8 Hasil Observasi Kterampilan Kerja Sama Siklus Ke-1... 76

Tabel 4.3.9 Hasil Observasi Kterampilan Kerja Sama Siklus Ke-1... 76

Tabel 4.3.10 Hasil Observasi Kterampilan Kerja Sama Siklus Ke-1... 77

Tabel 4.3.11 Hasil Observasi Kterampilan Kerja Sama Siklus Ke-1... 77

Tabel 4.3.12 Hasil Observasi Kterampilan Kerja Sama Siklus Ke-1... 78


(11)

Tabel 4.3.14 Hasil Observasi Kterampilan Kerja Sama Siklus Ke-1... 79

Tabel 4.4 Indikator Penilaian Keterampilan Kerja Sama Siklus Ke-1... 80

Tabel 4.5 Rentang Skor Penilaian Keterampilan Kerja Sama ... 81

Tabel 4.6 Pedoman Observasi Keterampilan Kerja Sama Siswa ... 82

Tabel 4.7.1 Hasil Observasi Terhadap Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran Two Stay Two Stray ... 84

Tabel 4.7.2 Hasil Observasi Terhadap Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran Two Stay Two Stray... 86

Tabel 4.7.3 Hasil Observasi Terhadap Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran Two Stay Two Stray ... 89

Tabel 4.8 Tabel Daftar Kelompok Siklus Ke-II ... 95

Tabel 4.9 Nama Kelompok dan Judul Artikel ... 96

Tabel 4.10 Nama Kelompok dan Tugas Siklsus Ke-II ... 100

Tabel 4.11.1 Hasil Observasi Keterampilan Kerja Sama Siklus Ke-II ... 100

Tabel 4.11.2 Hasil Observasi Keterampilan Kerja Sama Siklus Ke-II ... 101

Tabel 4.11.3 Hasil Observasi Keterampilan Kerja Sama Siklus Ke-II ... 102

Tabel 4.11.4 Hasil Observasi Keterampilan Kerja Sama Siklus Ke-II ... 103

Tabel 4.11.5 Hasil Observasi Keterampilan Kerja Sama Siklus Ke-II ... 103

Tabel 4.11.6 Hasil Observasi Keterampilan Kerja Sama Siklus Ke-II ... 104

Tabel 4.11.7 Hasil Observasi Keterampilan Kerja Sama Siklus Ke-II ... 105

Tabel 4.11.8 Hasil Observasi Keterampilan Kerja Sama Siklus Ke-II ... 105

Tabel 4.11.9 Hasil Observasi Keterampilan Kerja Sama Siklus Ke-II ... 106

Tabel 4.11.10 Hasil Observasi Keterampilan Kerja Sama Siklus Ke-II ... 107

Tabel 4.11.11 Hasil Observasi Keterampilan Kerja Sama Siklus Ke-II ... 107

Tabel 4.11.12 Hasil Observasi Keterampilan Kerja Sama Siklus Ke-II ... 108

Tabel 4.11.13 Hasil Observasi Keterampilan Kerja Sama Siklus Ke-II ... 108


(12)

Tabel 4.12 Indikator Penilaian Keterampilan Kerja Sama ... 110 Tabel 4.13 Rentang Skor Penilaian Keterampilan Kerja Sama... 111 Tabel 4.14 Pedoman Observasi keterampilan Kerja Sama siswa ... 113 Tabel 4.15.1 Hasil Observasi Terhadap Guru dalam Pelaksanaan

Pembelajaran Two Stay Two Stray ... 116 Tabel 4.15.2 Hasil Observasi Terhadap Guru dalam Pelaksanaan

Pembelajaran Two Stay Two Stray... 117 Tabel 4.15.3 Hasil Observasi Terhadap Guru dalam Pelaksanaan

Pembelajaran Two Stay Two Stray... 120 Tabel 4.16.1 Hasil Observasi Keterampilan Kerja Sama Siklus Ke-III .... 131 Tabel 4.16.2 Hasil Observasi Keterampilan Kerja Sama Siklus Ke-III .... 132 Tabel 4.16.3 Hasil Observasi Keterampilan Kerja Sama Siklus Ke-III .... 132 Tabel 4.16.4 Hasil Observasi Keterampilan Kerja Sama Siklus Ke-III .... 133 Tabel 4.16.5 Hasil Observasi Keterampilan Kerja Sama Siklus Ke-III .... 133 Tabel 4.16.6 Hasil Observasi Keterampilan Kerja Sama Siklus Ke-III .... 134 Tabel 4.16.7 Hasil Observasi Keterampilan Kerja Sama Siklus Ke-III .... 134 Tabel 4.16.8 Hasil Observasi Keterampilan Kerja Sama Siklus Ke-III .... 135 Tabel 4.16.9 Hasil Observasi Keterampilan Kerja Sama Siklus Ke-III .... 135 Tabel 4.16.10 Hasil Observasi Keterampilan Kerja Sama Siklus Ke-III .. 136 Tabel 4.16.11 Hasil Observasi Keterampilan Kerja Sama Siklus Ke-III .. 137 Tabel 4.16.12 Hasil Observasi Keterampilan Kerja Sama Siklus Ke-III .. 137 Tabel 4.16.13 Hasil Observasi Keterampilan Kerja Sama Siklus Ke-III .. 138 Tabel 4.16.14 Hasil Observasi Keterampilan Kerja Sama Siklus Ke-III .. 138 Tabel 4.17 Indikator Penilaian Keterampilan Kerja Sama ... 139 Tabel 4.18 Rentang Skor Penilaian Keterampilan Kerja Sama ... 140 Tabel 4.19 Pedoman Observasi Keterampilan Kerja Sama Siswa ... 142 Tabel 4.20.1 Hasil Observasi Terhadap Guru Dalam Pelaksanaan

Pembelajaran Two Stay Two Stray... 145 Tabel 4.20.2 Hasil Observasi Terhadap Guru dalam Pelaksanaan


(13)

Tabel 4.20.3 Hasil Observasi Terhadap Guru dalam Pelaksanaan

Pembelajaran Two Stay Two Stray... 150

Tabel 4.21 Nama Kelompok dan Tugas ... 156

Tabel 4.22.1 Hasil Observasi Keterampilan Kerja Sama Siklus Ke-IV .... 161

Tabel 4.22.2 Hasil Observasi Keterampilan Kerja Sama Siklus Ke-IV... 161

Tabel 4.22.3 Hasil Observasi Keterampilan Kerja Sama Siklus Ke-IV .... 162

Tabel 4.22.4 Hasil Observasi Keterampilan Kerja Sama Siklus Ke-IV... 162

Tabel 4.22.5 Hasil Observasi Keterampilan Kerja Sama Siklus Ke-IV... 163

Tabel 4.22.6 Hasil Observasi Keterampilan Kerja Sama Siklus Ke-IV... 163

Tabel 4.22.7 Hasil Observasi Keterampilan Kerja Sama Siklus Ke-IV... 164

Tabel 4.22.8 Hasil Observasi Keterampilan Kerja Sama Siklus Ke-IV... 164

Tabel 4.22.9 Hasil Observasi Keterampilan Kerja Sama Siklus Ke-IV... 165

Tabel 4.22.10 Hasil Observasi Keterampilan Kerja Sama Siklus Ke-IV .. 165

Tabel 4.22.11 Hasil Observasi Keterampilan Kerja Sama Siklus Ke-IV... 166

Tabel 4.22.12Hasil Observasi Keterampilan Kerja Sama Siklus Ke-IV ... 166

Tabel 4.22.13 Hasil Observasi Keterampilan Kerja Sama Siklus Ke-IV .. 167

Tabel 4.22.14 Hasil Observasi Keterampilan Kerja Sama Siklus Ke-IV .. 167

Tabel 4.23 Indikator Penilaian Keterampilan Kerja Sama... 168

Tabel 4.24 Rentang Skor Penilaian Keterampilan Kerja Sama... 169

Tabel 4.25 Pedoman Observasi keterampilan Kkerja Sama siswa ... 170

Tabel 4.26.1 Hasil Observasi Terhadap Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran Two Stay Two Stray ... 173

Tabel 4.26.2 Hasil Observasi Terhadap Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran Two Stay Two Stray... 174

Tabel 4.26.3 Hasil Observasi Terhadap Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran Two Stay Two Stray ... 177

Tabel 4.27 Hasil Presentase Keterampilan Kerja Sama Siswa pada Setiap Siklus ... 179


(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Penelitian Tindakan Model Kemmis dan Taggart ... 33 Gambar 3.2 Kerangka Analisis Data Miles dan Huberman ... 52 Gambar 4.1 Denah Tempat Duduk Siswa ... 65 Gambar 4.2 Denah Tempat Duduk Siswa Perkelompok

Siklus Ke-I ... 67 Gambar 4.3 Suasana Kegiatan Pembelajaran Two Stay Two Stray

Siklus Ke-I ... 69 Gambar 4.4 Denah Tempat Duduk Siswa Perkelompok

Siklus Ke-II ... 96 Gambar 4.5 Suasana Kegiatan Pembelajaran Two Stay Two Stary

Siklus Ke-II ... 98 Gambar 4.6 Denah Tempat Duduk Siswa Perkelompok

Siklus Ke-III ... 126 Gambar 4.7 Suasana Kegiatan Pembelajaran Two Stay Two Stary

Siklus Ke-III ... 128 Gambar 4.8 Denah Tempat Duduk Siswa Perkelompok

siklus Ke-IV ... 157 Gambar 4.9 Suasana Kegiatan Pembelajaran Two Stay Two Stary


(15)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Grafik presentase Peningkatan Keterampilan Kerja Sama ... 179 Grafik 4.2 Aktivitas Kegiatan Guru dalam Pembelajaran


(16)

BAB I PENDAHULIAN

A. Latar Belakang Penelitian

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah salah satu mata pelajaran yang mengintegrasikan ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi, geografi, sejarah, ekonomi, dll. Effendi, dkk (2009: 14) menjelaskan IPS merupakan suatu bidang kajin multidisiplin yang menekankan kepada permasalahan sosial yang ada dilingkungan siswa yang diberikan dari jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Evans dan Brueckener (Effendi, 2009:6) menjelaskan bahwa IPS merupakan bagian dari kurikulum yang mempelajari hubungan dan fungsi sosial yang biasanya digabungkan atau dikaitkan dalam ilmu-ilmu sosial. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa IPS bukan merupakan mata pelajaran yang hanya mengajarkan mengenai disiplin ilmu sosial semata, melainkan mengaitkan fenomena dan permasalahan di lingkungan siswa yang sedang terjadi saat ini dengan disiplin ilmu sosial sehingga siswa mampu menjadikan konsep-konsep yang sudah dipelajari sebagai bekal untuk memahami dan hidup dimasyarakat. Gross (Solihatin dan Raharjo, 2011: 14) menegaskan bahwa

“tujuan dari pendidikan IPS adalah untuk mempersiapkan siswa menjadi

warganegara yang baik dalam kehidupan masyarakat”.

Adapun tujuan dari pembelajaran IPS menurut Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah bahwa mata pelajaran IPS bertujuan agar siswa memiliki kemampuan untuk: 1) mengenal konsep–konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungan, 2) memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis, kritis, rasa ingin tahu, inquiri, memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan sosial, 3) memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai–nilai sosial dan kemanusiaan, 4) memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk ditingkat lokal, nasional dan global (Idrus, 2009: 2).


(17)

2

Menurut Sapriya (2009: 12) IPS bertujuan untuk

Mempersiapkan siswa sebagai warga negara yang menguasai pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai yang dapat digunakan sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah pribadi atau masalah sosial serta kemampuan untuk mengambil keputusan dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan agar menjadi warga negara yang baik

Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa dengan pembelajaran IPS siswa diarahkan agar mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang pada akhirnya akan bermanfaat dalam kehidupan bermasyarakat.

Akantetapi dalam kenyataannya pembelajaran IPS sering dianggap sebagai mata pelajaran yang menitikberatkan pada teori dan kegiatan menghafal materi, hal tersebutlah yang membuat siswa berfikir bahwa mata pelajaran IPS merupakan mata pelajaran yang membuat mereka bosan dan terlalu banyak menghafal materi. Siswa menganggap bahwa pelajaran IPS tidak menarik dan tidak ada pengaruhnya terhadap kehidupan mereka dilingkungan masyarakat. Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan, siswa cenderung bosan pada saat belajar IPS hal tersebut dilihat dari materi ajarnya dan sikap guru dalam mengajar. Guru kurang mampu membuat suasana kegiatan pembelajaran yang nyaman dan kurangnya pengetahuan guru mengenai berbagai metode pembelajaran sehingga metode yang sering digunakan hanya metode pembelajaran yang kurang mampu menunjang kemampuan siswa seperti metode pembelajaran konvensional atau metode diskusi yang sederhana.

Hal yang serupa ditemukan oleh peneliti saat melaksanakan pra penelitan di kelas VIII-10 peneliti menemukan beberapa permasalahan, permasalahan yang peneliti temukan yaitu pertama, pada saat kegiatan diskusi antar kelompok berlangsung terdapat beberapa siswa yang tidak mau mengerjakan tugas bagiannya dan memilih melakukan kegiatan yang tidak ada sangkut pautnya dengan materi pembelajaran. Kedua, pada saat kegiatan presentasi berlangsung terdapat siswa yang memotong pemaparan dan menertawakan temannya yang sedang membacakan hasil diskusi kelompok di depan kelas dikarenakan terdapat


(18)

3

pernyataan yang menyimpang. Ketiga, terdapat siswa yang lebih memilih mengerjakan tugas mata pelajaran lain dibandingkan mendengarkan temannya memaparkan hasil diskusi kelompok. Keempat, hanya seorang saja yang mengerjakan tugas kelompok sehingga yang faham terhadap materi hanya siswa yang mengerjakan tugas saja. Kelima, kondisi kelas gaduh tidak terarah ketika masing-masing kelompok berdiskusi.

Berdasarkan hasil observasi tersebut peneliti menyimpulkan bahwa model pembelajaran diskusi yang diterapkan oleh guru kurang direspon dengan baik oleh siswa. Pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung hanya sedikit siswa yang aktif dan siswa kurang mampu bekerja sama dengan kelompoknya. Dari permasalahan yang dipaparkan tersebut jelas bahwa siswa dikelas VIII-10 kurang memiliki sikap kerja sama dalam proses kegiatan pembelajaran. Menurut Roger dan Davin (Lie, 2004: 31) kegiatan kerja sama dalam pembelajaran bisa dianggap berhasil dan mencapai hasil yang maksimal apabila siswa memiliki beberapa aspek. Aspek tersebut meliputi sikap bertanggung jawab baik terhadap dirinya sendiri maupun kelompoknya, saling ketergantungan yang positif karena setiap keberhasilan kelompok tergantung pada usaha setiap anggotanya demi tercapainya suatu tujuan yang sama, membutuhkan komunikasi antar anggota, dalam hal ini adalah bagai mana cara menyanggah yang baik tanpa menyakiti hati temannya serta mendengarkan pendapat temannya. Karena, keberhasilan suatu kelompok juga tergantung pada bagaimana cara anggotanya untuk saling mendengarkan dan cara mengutarakan pendapat.

Kemampuan siswa dalam bekerjasama memiliki kedudukan yang penting dalam proses pembelajaran. Menurut Jhonson & Jhonson (Lie, 2004: 7) proses belajar dengan cara bekerjasama menghasilkan prestasi yang lebih tinggi, hubungan yang positif, dan menyesuaikan psikologis yang lebih baik. Berdasarkan pendapat tersebut bahwa kegiatan kerja sama antar siswa juga dapat meningkatkan prestasi dalam pembelajaran karena dalam kegiatan kerja sama terdapat situasi dimana siswa saling membantu satu sama lainnya dalam menyelesaikan berbagai tugas dengan baik sehingga dapat mencapai hasil


(19)

4

pembelajaran yang maksimal serta pencapaian tujuan pembalajaran. Nasutioan (2010: 149) menjelaskan manfaat kerja sama dalam kegiatan pembelajaran adalah dapat meningkatkan hasil belajar, akan mudah menyimpulkan keputusan, dapat mengembangkan pergaulan sosial, dan meningkatkan rasa percaya diri siswa.

Kerja sama dalam pembelajaran tidak hanya dapat meningkatkan hasil belajar siswa saja melainkan dapat mempengaruhi hubungan siswa dengan teman-temannya yaitu dapat membangun suatu hubungan kearah yang lebih positif. Hubungan pergaulan antar siswa yang baik dapat mempengaruhi juga sikap siswa dalam berhubungan dengan masyarakat diluar lingkungan kelas.

Lie (Huda, 2012: 73) menjelaskan bahwa kerja sama merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup, karena tanpa adanya kerja sama maka tidak akan ada individu, keluarga, organisasi, bahkan tidak akan ada kehidupan. Dalam kehidupan sehari hari sikap kerja sama sangat dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat karena kita sebagai manusia sejatinya tidak akan bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain semenjak manusia dilahirkan sampai akhir hiduppun membutuhkan jasa orang lain. Dengan demikian, dimulai dari menerapkan pembelajaran dengan mengajarkan kerja sama dikelas akan memberikan pemahaman kepada siswa bahwa kerja sama merupakan kegiatan yang dibutuhkan dan dapat menolong siswa dalam berinteraksi dikehidupan bermasyarakat.

Merujuk pada penemuan permasalahan pembelajaran dikelas VIII-10 mengenai kurangnya keterampilan kerja sama antar siswa, maka peneliti akan menerapkan metode pembelajaran kooperatif karena pembelajaran kooperatif merupakan metode yang menekankan kegiatan kerja sama kelompok sehingga dapat menjadi penunjang dalam meningkatkan keterampilan dalam bekerjasama.

Menurut Parker (Huda, 2012: 29) bahwa Pembelajaran kooperatif merupakan kegiatan belajar di mana para siswa saling berinteraksi dalam kelompok-kelompok kecil untuk mengerjakan tugas akademik demi mencapai tujuan bersama.


(20)

5

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ratih Nurlatifah di salah satu SMA suasta di Bandung kelas X pada tahun ajaran 2011 – 2012 dalam mata pelajaran biologi bahwa metode pembelejaran two stay two stray dapat memfasilitasi interaksi siswa di kelas selama proses pembelajaran berlangsung. Berdasarkan saran dari peneliti sebelumnya maka peneliti menggunakan metode pembelajaran two stay two stray untuk meningkatkan keterampilan bekerjasama siswa.

Peneliti akan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe two stay

two stray dalam proses pembelajaran IPS. Two stay two stray merupakan metode

pembelajaran yang memungkinkan setiap kelompok untuk saling berbagi informasi baik dengan anggota kelompoknya mampun dengan kelompok lain, serta setiap siswa akan belajar bagai mana menerapkan sikap tanggung jawab baik untuk dirinya sendiri maupun untuk kelompoknya. Demi keberhasilan metode pembelajaran two stay two stray, diperlukan keterampilan sosial siswa dalam berkolaborasi demi keberhasilan tugas kelompoknya. Menurut Kruse (2012) two stay two stray process is an excellent method to enable students to get

feedback from their peers when groups have been developing ideas in relation to an open-ended question or invesigation.

Berdasarkan perngertian diatas bahwa metode pembelajaran two stay two

stray merupakan pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk bertukar pikiran

dengan kelompoknya untuk mengembangkan ide-ide dalam menyelesaikan sebuah masalah. Dengan menggunakan metode pembelajaran two stay two stray mengarahkan siswa untuk aktif namun terarah dalam pembelajaran. Teknik two

stay two stray ini cocok digunakan di tiap tingkat sekolah dan cocok digunakan

pada semua mata pelajaran. Menurut Lie (2002: 61) metode pembelajaran two

stay two stray bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan semua tingkatan

usia anak didik, metode ini memungkinkan siswa untuk berbagi informasi dengan kelompok lain sehingga masing-masing kelompok mendapatkan informasi dan pembelajaran yang lebih luas.


(21)

6

Perencanaan metode Two Stay Two Stray dilakukan dengan membagi siswa kedalam kelompok yang terdiri dari empat sampai lima orang siswa dengan kriteria yang heterogen. Dua siswa dari setiap anggota ditugaskan untuk berkeliling mengunjungi kelompok lain untuk mendapatkan informasi sedangkan siswa lain dari masing-masing kelompok harus menetap untuk menjelaskan materi kepada tamu dari kelompok lain yang berkunjung. Seperti yang diuangkapkan oleh Komalasari (2010: 69) setelah siswa dibagi kedalam kelompok yang berjumlah 4 orang, dua orang masing-masing menjadi tamu kelompok lain sedangkan dua orang yang tinggal bertugas membagikan informasi hasil kerja dan informasi kepada tamu mereka. Setelah dua anggota kelompok selesai berkeliling kemudian melaporkan hasil temuan lalu membahas hasil kerja mereka.

Uraian di atas mendorong peneliti untuk melakukan penelitian dalam upaya memperbaiki kondisi kegiatan belajar di kelas VIII-10 SMP N 1 Bandung. Dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray untuk meningkatkan keterampilan bekerjasama siswa. Adapun judul yang peneliti ambil adalah Peningkatan Keterampilan Kerja sama Siswa Melalui Metode Two Stay

Two Stray dalam Pelajaran IPS di Kelas VIII-10 SMP Negeri 1 Bandung.

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang penulis paparkan di atas, dapat ditemukan beberapa permasalahan yaitu terdapat siswa yang tidak mau mengerjakan tugas bagiannya dalam kelompok dan memilih melakukan kegiatan yang tidak ada sangkut pautnya dengan materi pembelajaran, terdapat siswa yang memotong pemaparan dan menertawakan temannya yang sedang membacakan hasil diskusi kelompok di depan kelas dikarenakan terdapat pernyataan yang menyimpang, terdapat siswa yang lebih memilih mengerjakan tugas mata pelajaran lain dibandingkan mendengarkan temannya memaparkan hasil diskusi kelompok, tidak semua anggota kelompok mengerjakan tugas kelompok, Kondisi kelas gaduh tidak terarah ketika masing-masing kelompok berdiskusi.


(22)

7

Berdasarkan permasalahan tersebut maka penulis merumuskan masalah yang akan dibahas secara garis besar “Bagaimana metode pembelajaraan kooperatif tipe two stay two stray dalam pembelajaran IPS mampu meningkatkan keterampilan kerja sama antar siswa?”

Rumusan masalah tersebut akan dijabarkan ke dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana merancang pembelajaran dengan menggunakan metode Two Stay

Two Stray untuk meningkatkan keterampilan kerja sama antar siswa?

2. Bagaimana menerapkan metode Two Stay Two Stray dalam pembelajaran IPS untuk meningkatkan keterampilan kerja sama siswa?

3. Bagaimana guru merefleksikan metode Two Stay Two Stray untuk meningkatkan keterampilan kerja sama siswa kelas VIII-10 SMP Negeri 1 Bandung?

4. Bagaimana peningkatan keterampilan kerja sama siswa setelah diterapkannya metode Two Stay Two Stray?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk memperoleh jawaban dari permasalahan yang sudah dipaparkan di atas. Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah metode pembelajaran two stay two stray efektif dalam meningkatkan keterampilan siswa dalam bekerjasama. Secara khusus penelitian ini bertujuan sebagai berikut:

1. Memaparkan tahapan-tahapan perencanaan pembelajaran menggunakan metode pembelajaran tippe Two Stay Two Stray dalam pelajaran IPS untuk meningkatkan keterampilan kerjasama siswa.

2. Mendeskripsikan penerapan metode two Two Stay Two Stray yang akan dikembangkan dalam pelajaran IPS di kelas VIII 10 SMP Negeri 1 Bandung. 3. Untuk mengetahui cara guru merefleksikan metode Two Stay Two Stray pada


(23)

8

4. Mengidentifikasi apakah metode Two Stay Two Stray mampu meningkatkan keterampilan kerja sama siswa.

D. Manfaat Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini diharapkan akan memperoleh manfaat sebagi berikut:

1. Manfaat Teoritis

Manfaat yang didapat dari penelitian ini yaitu memberikan sumbangan pemikiran bagi praktisi pendidikan dalam upaya mengembangkan kemampuan siswa dalam bekerja sama melalui metode pembelajaran two stay two stray dalam mata pelajaran IPS.

2. Manfaat Praktis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

a. Peneliti dapat mengetahui tingkat keberhasilan penggunaan metode pembelajaran two stay two stray dalam mata pelajaran IPS.

b. Mampu meningkatkan keterampilan siswa dalam bekerjasama sehingga siswa memiliki kemampuan untuk membangun hubungan yang baik dengan teman sehingga mampu memahami cara berinteraksi dan bekerjasama dengan baik di lingkungan masyarakat di luar sekolah. c. Penelitian ini dapat menjadi bahan rujukan untuk penelitian lainnya dan

menjadi bahan referensi untuk penelitian sejenis dalam upaya meningkantkan keterampilan bekerjasama siswa melalui metode pembelajaran two stay two stray.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Penjelasan dari penelitian ini akan peneliti susun ke dalam lima bab yang terdiri dari:

Bab I Pendahuluan, bab ini berisi mengenai pemaparan peneliti mengenai masalah yang akan peneliti kaji. Di dalam bab ini terdapat beberapa sub bab yaitu


(24)

9

latar belakang masalah, dalam sub bab ini mengkaji secara garis besar apa yang menjadi permasalahan dan alasan mengapa peneliti menjadikan permasalahan yang peneliti pilih layak dikaji. Rumusan masalah, pada sub bab ini membahas mengenai poin-poin permasalahan yang akan di kaji oleh peneliti. Tujuan penelitian, pada sub bab ini berisi mengenai maksud dari peneliti mengkaji suatu permasalahan. Manfaat penelitian, pada sub bab ini berisi mengenai kegunaan dari penelitian ini.

Bab II landasan teori, pada bab ini peneliti menjabarkan mengenai penjelasan dari konsep-konsep yang terkait dengan kajian penelitian yang bersumber dari berbagai sumber literatur yang peneliti anggap berkaitan dengan permasalahan yang di kaji. Pada bab ini peneliti bagi kedalam beberapa sub bab, masing-masing sub bab membahas mengenai pembelajaran, pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray, keterampilan bekerja sama, dan pembelajaran IPS.

Bab III metodelogi penelitian, bab ini memaparkan mengenai metode penelitian yang akan digunakan oleh peneliti, menentukan lokasi penelitian dan subjek penelitian, menentukan teknik pengumpulan data yang akan digunakan, menyusun instrumen penelitian yang peneliti gunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan penelitian dilapangan, dan cara menganalisis data.

Bab IV hasil penelitian, pada pada bab ini memaparkan bagai mana proses penelitian dan hasilnya sesuai dengan data yang diperoleh pada saat kegiatan penelitian berlangasung.

Bab V kesimpulan, bab ini berisi jawaban yang peneliti ambil sebagai jawaban dari poin-poin permasalahan berdasarkan hasil dari kegiatan penelitian yang sudah dilakukan.


(25)

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini peneliti akan menjelaskan mengenai metode penelitian yang akan digunakan peneliti dalam penelitian. Metode penelitian disesuaikan denga permasalahan dalam penelitian yang dilaksanakan di kelas VIII-10 SMP Negeri 1 Bandung. Dengan kata lain peneliti berusaha menggunakan metode yang dianggap cocok untuk menjawab permasalahan yang ada di kelas untuk dicarikan solusinya. Urain pada bab ini akan dijealaskan pada sub bab yang berkenaan dengan beberapa hal yaitu: Pendekatan penelitian, Metode penelitian, tempat penelitian, subjek penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, prosedur dasar tindakan, dan Analisis data.

A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Bandung. Sekolah ini berada di Jalan Ksatrian No. 12 Bandung. Peneliti melakukan penelitian kepada peserta didik kelas VIII-10. Alasan peneliti memilih sekolah SMP Negri 1 Bandung adalah, kepala sekolah beserta guru menerima kegiatan penelitian yang akan dilaksanakan di sekolah tersebut, siswa-siswi yang ada di sekolah tersebut bisa diajak bebekerja sama, belum pernah ada peneliti yang mengembangkan Metode pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray di sekolah tersebut.

2. Subjek Penelitian

Menurut Meloeng (Basrowi, 2008: 188) subjek penelitian adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Penelitian ini mengambil sampel secara langsung pada kelas VIII-10. Hal ini berdasarkan hasil wawancara salah satu guru IPS di SMP Negeri 1 Bandung mengenai kelas yang siswanya sulit untuk bebekerja sama khususnya dalam proses pembelajaran. Jumlah siswa yang terdapat di kelas VIII-10 adalah


(26)

32

37 orang siswa dengan rincian siswa laki-laki berjumlah 16 dan 21 siswa perempauan.

Sedangkan alasan peneliti menggunakan kelas VIII-10 sebagai kelas penelitian adalah siswa-siswi disekolah tersebut dapat diajak bebekerja sama, serta berdasarkan hasil obserfasi yang telah dilakuan. Berdasarkan hasil observasi tersebut Peneliti menemukan beberapa permasalahan khususnya dalam hal keterampilan bebekerja sama seperti ketika kegiatan diskusi berlangsung terdapat siswa yang tidak ikut serta dalam mengerjakan tugas kelompoknya dan lebih memilih untuk bercanda dan mengobrol sehingga tugas tidak bisa terselesaikan pada waktunya. Oleh karena itu peneliti mencoba menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray untuk meningkatkan keteampilan kerja sama siswa.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan konseptualisasi oprasional penelitian yang akan menjadi acuan langkah penelitian (Musfikon, 2012: 87). Desain penelitian yang dilakukan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah penelitian tindakan yang dikembangkan Kemmis dan Taggart. Dalam hal ini peneliti melakukan penelitian dengan empat langkah yaitu melakukan perencanaan (planning), pelaksanaan (action), pengamatan (Observing), dan refleksi (Reflecting). Pelaksanaan siklus ini berlangsung secara terus menerus sampai tujuan yang diinginkan tercapai dan data yang diperoleh jenuh, yang dimaksud disini adalah data yang diperoleh tidak menunjukkan lagi adanya perubahan, dengan demikian jumlah siklus yang akan dilakukan tidak bisa diperkirakan sejak awal penelitian. Berikut adalah gambaran desain peneltian yang akan dilakukan oleh peneliti Kemmis dan Taggart (Wiraatmadja, 2010: 66).


(27)

33

Siklus 1

Siklus 2

Siklus 3

Gambar 3.1

Penelitian Tindakan Model Kemmis dan Taggart Dari gambar tersbut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Tahap Perencanaan (Planning)

Dalam tahap perencanaan ini peneliti bebekerja sama dengan mitra membuat perencanaan pelaksanaan pembelajaran two stay two stray. Penyusunan rencana ini berdasarkan hasil pengamatan awal terhadap situasi kelas yang tertuang dalam bentuk catatan yang kemudian dianalisis. Adapun hal – hal yang

Perencanaan

Pengamatan

Pelaksanaan Refleksi

Siklus Selanjutnya bila diperlukan Pelaksanaan

Refleksi

Pengamatan Perencanaan

Pengamatan

Pelaksanaan Refleksi


(28)

34

a. Mencari sekolah sebagai tempat dilaksanakannya penelitian

Melakukan pengamatan di beberapa kelas untuk mencari kelas sebagai tempat penelitian. adapun hasil pengamatan yang ditemukan oleh peneliti adalah bagaimana guru melibatkan para siswa dari awal membuka pelajaran, bagaimana sikap guru dalam membantu siswa dalam memahami materi pelajaran, cara berkomunikasi siswa dengan guru dan santar siswa, bagaimana partisipasi siswa dalam proses pembelajaran, bagaimana guru mengelola kelas, cara siswa menanggapi guru.

b. Melakaukan wawancara kepada guru IPS untuk mencari kelas sebagai tempat penelitian

c. Menentukan kelas yang akan dijadikan tempat penelitian.

d. Meminta kesediaan mitra untuk mengamati proses belajar mengajar yang akan dilakukan.

e. Merencanakan dengan guru pengajar tentang penentuan waktu pelaksanaan dan materi yang akan diajarkan.

f. Menyususn Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan dilaksanakan.

g. Membuat lembar observasi pelakasanaan penelitian dan lembar wawancara sebagai instrumen.

h. Menentukan cara pengolahan data. 2. Tindakan (Action)

Tahap tindakan ini merupakan tahap pelaksanaan gagasan yang sudah direncanakan secara matang di tahap perencanaan. Tindakan yang diterapkan digunakan untuk landasan bagi pengembangan tindakan – tindakan selanjutnya. pada dasarnya tahap ini merupakan tindakan yang dilakukan oleh peneliti dalam upaya perbaikan proses kegiatan belajar di kelas. Perbaikan tersebut dilakukan dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray untuk meningkatkan keterampilan bebekerja sama siswa. Tindakan yang peneliti lakukan adalah sebagai berikut:


(29)

35

b. Guru menyampaikan indikator pembelajaran, menjelaskan materi berdasarkan dengan rencana pembelajaran yang sudah dibuat dan memberikan tugas kepada setiap kelompok untuk di diskusikan bersma menggunakan lembar kegiatan yang berisi tugas – tugas yang harus dipelajari dalam kelompok.

c. Siswa mengerjakan tugas dalam kelompok kecil yaitu mendiskusikan masalah tersebut bersama-sama anggota kelompoknya dengan cara mereka masing-masing. Setelah selesai berdiskusi, 2 anggota dari masing-masing kelompok diminta meninggalkan kelompoknya untuk berkunjung pada kelompok lain. Sedangkan dua siswa yang tetap di kelompoknya bertugas memberikan informasi tentang hasil keraja kelompoknya kepada siswa yang bertamu.

d. Setelah siswa yang bertugas mencari informasi dari kelompok lain selesai, mereka melaporkan informasi yang mereka dapatkan kepada anggota kelompoknya untuk di kaji dan dibandingkan bersama.

e. Selama kegiatan diskusi guru harus mengawasi, membimbing dan memberikan motivasi kepada siswa.

3. Pengamatan (observing)

Kegiatan pengamatan yang dilakukan peneliti bermanfaat untuk mengamati dan mendokumentasikan pengaruh tindakan, dalam hal ini peneliti mengumpulkan data dari hasil pengamatan bentuk kegiatan seperti pelaksanaan pembelajaran Two Stay Two Stray, antusisme siswa, kerja sama siswa, mengidentifikasi kesulitan dalam pelaksanaan pembelajaran. pengamatan ini dilakukan oleh observer dengan mengisi lembar obeservasi yang telah dipersiapkan. Data yang sudah terkumpul digunakan untuk pembanding apakah terdapat perubahan sikap kerja sama siswa.

4. Refleksi (reflect)

Refkelsi merupakan Suatu kegiatan merenungkan tindakan yang sudah didokumentasikan dalam kegiatan pengamatan untuk lebih memahami dan mengkaji proses, kendala-kendala dalam tindakan, dan untuk menghasilkan


(30)

36

merupakan tindakan mengkaji kembali hasil dari tindakan yang sudah dilakukan kepada subjek penelitian.

Pada tahap ini peneliti akan melakukan diskusi balikan dengan observer melakukan diskusi untuk menyimpulkan apakah masalah kurangnya keterampilan bebekerja sama siswa itu sudah teratasi atau tidak. Dalam tahap refleksi peneliti akan menentukan perencanaan tindakan selanjutnya atau apakah penelitiannya akan dilanjutkan pada siklus selanjutnya ataukan berhenti.

C. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Tylor (Zuriah, 2009: 92) adalah prosedur penelitian data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari perilaku seseorang yang dapat diamati.

Pendekatan ini ditujukan untuk memahami fenomena- fenomena sosial dari perspektif partisipan (Syaodih, 2005: 94). Pada pelaksanaannya penelitian kualitatif ini menggunakan lingkungan alamiah sebagai sumber data langsung. Dalam hal ini peneliti berada langsung dilokasi penelitian untuk memahami perilaku subjek penelitian. Data yang diperoleh dari pendekatan kualitatif merupakan fakta di lapangan. Data yang terkumpul tersebut merupakan hasil dari pengamatan yang dilakuakan peneliti dilapangan secara langsung kemudian secara bersamaan, data tersebut kemudian dipelajari dan dianalisis. analisis data dalam penelitian kualitatif bersifat deskriptif-analisis berarti data yang diperoleh tidak dituangkan dalam bentuk bilangan angka statistik melainkan memaparkan gambaran situasi yang diteliti dalam bentuk uraian naratif (Zuriah: 2009: 94).

D. Metodologi Penelitian

Metode penelitian merupakan cara yang digunakan seorang peneliti dalam melakukan penelitian demi tercapainya hasil penelitian yang maksimal. Menurut Sugiyono (2005: 1) metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu dengan cara yang


(31)

37

Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK). Alasan peneliti menggunakan metode ini adalah karena diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan yang muncul dan kegiatan pembelajaran. Wiraatmadja (2006:11) menjelaskan bahwa penelitian tindakan kelas dapat digunakan utuk menyelesaikan persoalan belajar mengajar di kelas.

Arikunto (2006: 2) menjelaskan pengetian penelitian tindakan kelas berdasarkan kata dasarnya.

1. Peneltian, adalah suatu kegiatan yang mencerminkan suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu sutu hal yang dijadikan sebagai objek penelitian.

2. Tindakan, adalah suatu gerakan kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan utuk siswa.

3. Kelas, dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal dalam bidang pendidikan dan pengajaran. yang dimaksud dengan kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.

Menurut Hopkins (Wiriaatmadja, 2010: 8) penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri, atau suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi. Dengan demikian penelitian tindakan kelas ini tidak hanya sebatas untuk memahami permasalahan saja akan tetapi untuk melakukan perbaikan dalam pelaksanaan tindakan pembelajaran supaya hasil dari pembelajaran bisa maksimal.

Hal tersebut sesuai dengan pendapat Ebbut (Wiriaatmadja, 2010: 15)

Peneltian tindakan kelas adalah kajian sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktik pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut.

Kemmis (Hopkins: 2011:88) menjelaskan

Penelitian tindakan kelas merupakan uji coba gagasan dalam bentuk praktik yang dilaksanakan oleh sekelompok partisipan untuk meningkatkan praktik pendidikan serta mampu mengembangkan atau mengubah sesuatu,


(32)

38

Dari beberapa definisi yang telah dipaparkan peneliti mengambil kesimpulan bahwa penelitian tindakan kelas penelitian yang dilakukan yang dilakukan oleh guru yang dilakukan tidak hanya di ruang kelas saja tetapi juga di luar kelas speri laboratorium, perpustakaan sekolah, bahkan temapat – tempat yang ada di luar sekolah. Tindakan yang dilakukan bisa dilakuan dengan berbagai tindakan pembelajaran untuk mengupayakan perbaikan permasalahan suapya terjadi perubahan terhadap objek penelitian dan demi mewujudkan keberhasilan suatu pendidikan.

Secara umum suatu penelitian pendidikan dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh sebuah landasan dalam mempertimbangkan tahapan pembelajaran, menentukan cara kerja yang paling efektif dan efisien, memperoleh berbagai kenyataan permasalahan dalam pembelajaran serta meningkatkan kompetensi guru dalam mengembangkan pembelajaran. oleh karena itu fokus dari penelitian tindakan kelas adalah tindakan berupa solusi alternatif yang direncanakan guru, selanjutnya tindakan tersebut diuji dan dievaluasi apakah tindakan yang dilakukan dapat memecahkan permasalahan yang sedang dihadapi ataukah tidak. Menurut Mulyasa (2012: 89) tujuan dari pelaksanaan tindakan kelas adalah:

1. Memperbaiki serta meningkatkan situasi serta kualitas pembelajaran. 2. Meningkatkan pelayanan secara profesional kepada peserta didik.

3. Memberikan kesempatan guru untuk berkreasi dalam melakukan perencanaan dan melakukan tindakan pembelajaran.

4. Guru dapat mengkaji hasil dari kegiatan pembelajaran yang iya lakukan sendiri. Sehingga guru bisa mengetahui kekurangannya dalam proses pembelajaran.

5. Membiasakan guru dalam mengembangkan sikap ilmiah, terbuka, dan jujur dalam pembelajran.

Melalui PTK guru akan lebih memperoleh pengalaman, informasi serta meningkatkan profesionalisme kinerja guru, meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola, memcahkan serta memperbaiki berbagai persoalan pembelajaran mengenai praktik pembelajaran. Menurut Mulyasa (2012: 90) tujuan utama dari penelitian tindakan kelas adalah pengembangan keterampilan


(33)

39

proses pembelajaran, bukan untuk mencapai pengetahuan umum dalam pendidikan.

Penelitian ini dilakukan secara kolaboratif dengan rekan sejawat dan saling bebekerja sama dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas. Selain itu rekan sejawat dapat memberikan masukan-masukan mengenai kekurangan dan permasalahan pengajaran. masukan yang diperoleh digunakan untuk memperbaiki pembelajaran agar tidak melakukan kesalahan yang sama pada pembelajaran selanjutnya sehhingga penelitian pun akan terlaksana secara baik dan objektik. Muslich (2009:13) menegaskan dalam melaksanakan perbaikan pembelajaran di kelas dapat dilaksanakan dengan cara berkolaborasi hal tersebut bertujuan agar peneliti memiliki mitra agar bisa saling memberikan masukan yang berharga.

Adapun dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini terdapat empat langkah yang yang harus dilakukan oleh penelilti yaitu perencanaan (Plan), tindakan(Action), pengamatan (Observe), dan refleksi (Reflect). Pelaksanaan tersebut haruslah dilaksanakan dengan cara berurutan, sistematis, dan intensif. Selain ke empat tahapan tersebut terdapat tindakan yang harus dilakukan yaitu mengumpulkan informasi secara cermat dan sistematis baik sebelum maupun pada saat penelitian sedang berlangsung, karena tanpa informasi peneliti tidak akan tahu kesalahan dan tindakan yang harus dilakukan. Menurut Wallace (Kunandar, 2012: 44) penelitian tindakan dilakukan dengan mengumpulkan data atau informasi secara sistematis tentang praktik keseharian dan menganalisisnya untuk dapat membuat keputusan-keputusan tentang praktik yang seharusnya dilakukan di masa mendatang.

E. Definisi Oprasional

Penelitian ini akan meneliti dua variabel yaitu pembelajaran kooperatif tipe

two stay two stray dan keterampilan bekerja sama siswa. Berikut penjabaran dari


(34)

40

1. Pembelajaran Kooperatif

Kooperatif merupakan kegiatan yang dilakukan secara bersama dalam mencapai keuntungan dan tujuan tertentu dengan cara saling menolong antara satu dengan yang lainnya. Menurut Hasan (Solihatin dan Raharjo, 2011: 4) menjelaskan dalam kegiatan kooperatif siswa secara individual mencari hasil yang menguntungkan bagi seluruh anggota kelompoknya. Menurut Slavin (Solihatin dan Raharjo, 2011:4) menjelaskan:

pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat samapai 6 orang dengan anggota yang heterogen.

Sedangkan menurut Jhonson dan Jhonson (Isjoni, 2010: 17) menjelaskan “Pembelajaran kooperatif mengelompokan siswa kedalam beberapa kelompok kecil dengan tujuan supaya siswa mampu secara maksimal bebekerja sama serta saling mempelajari dengan teman sekelompoknya”.

Dengan demikian belajar kooperatif merupakan kegiatan belajar yang memanfaatkan kelompok kecil yang memakasimalkan kegiatan belajar siswa secara individu dan kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. belajar kooperatif ini memungkinkan siswa untuk bebekerja sama secara kolaboratif dan saling membantu untuk memahami materi dengan tujuan untuk mencapai hasil belajar yaang baik.

2. Pembelajaran Kooperatif tipe Two Stay Two Stray

Pembelajaran kooperatif dengan metode two stay two stray merupakan metode pembelajaran yang menekankan kerja sama dalam menyelesaikan tugas dalam sebuah keompok. Bentuk kelompok disini berjumalah 4 orang sehingga termasuk kedalam pembagian kelompok kecil yang dibagi secara heterogen. Secara umum metode pembelajaran two stay two stray dilaksanakan ke dalam enam tahapan yaitu:

a. Pembagian Kelompok

Setelah guru menjelaskan materi pembelajaran, siswa diminta untuk membentuk kelompok yang terdiri dari 4 orang. Pembagian anggota


(35)

41

dalam kelompok berdasarkan jenis kelamin , kedekatan antar siswa, dan tingkat prestasi. Selanjutnya guru menentukan materi kepada setiap kelompok untuk di diskusikan.

b. Pembagian Tugas Kelompok

Pembagian tugas pada siswa berdasarkan materi pembahasan yang ditentukan oleg guru. Siswa diberikan waktu untuk berdiskusi dengan kelompok sesuai waktu yang ditentukan.

c. Bertukar Informasi

Dua anggota dari tiap kelompok berkeliling mencari informasi materi, sedangkan dua anggota lain yang tetap tinggal untuk menjelaskan materi kepada anggota kelompok lain yang bertamu. Setelah selesai berbagi informasi berdasarkan waktu yang sudah ditentukan siswa diminta kembali kepada kelompoknya masing-masing untuk melaporkan dan menjelaskan hasil temuannya.

d. Presentasi

Tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas.

Apa bila melihat langkah-langkah kegiatan pembelajaran kooperatif tipe two

stay two stray terdapat beberapa manfaat yang dapat diperoleh oleh siswa yaitu,

siswa mendapatka informasi terkait materi yang diajarkan baik dari kelompoknya masing-masing maupun informasi dari kelompok lain, siswa belajar mengeluarkan pendapat, dapat meningkatkan hubungan persahabatan dan keterbukaan terhadap teman, mendorong rasa kebersamaan dan saling membutuhkan diantara siswa.

3. Berja Sama

Kerja Sama merupakan kegiatan yang dilakukan secara bersama dengan kelompok demi mencapai tujuan dan keberhasilan bersama. Menurut Soekanto (1982: 66) kerja sama merupakan usaha bersama antar orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama.


(36)

42

melakukan kegiatan kerja sama serta adanya dorongan yang dilakukan guru kepada siswanya supaya siswa termotivasi agar bisa berkomunikasi dan bebekerja sama dengan orang lain di dalam berbagai situasi sosial. Charles H. Cooley (Soekanto: 66) menjelaskan bekerja sama akan muncul apabila:

Orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut: kesadaran akan adanya kepentingan-kepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta yang penting dalam kerja sama yang berguna

Bekerja sama yang dimaksud adalah siswa bekerja dalam mengerjakan tugas secara bersama dengan rasa penuh tanggung jawab dan saling membantu dalam menyelesaikan tugas kelompok karena mereka memiliki kepentingan yang sama yaitu menyelesaikan tugas yang diberikan guru dengan baik. Sikap kerja sama memiliki manfaat yaitu dapat membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan diri.

Menurut Sanjaya (2012) keberhasilan kegiatan bekerjasama tidak hanya harus mengatur tugas dan tanggung jawab masing-masing anggota melainkan perlu ditanamkan sikap saling membantu. Dalam kegaiatan bekerjasama setiap anggoata kelompok harus tahu bagaimana suatu kelompok mengambil keputusan dengan cara memilih suara mayoritas atau melakukan pembicaraan sampai menemukan suatu kesepakatan dan saling membantu dalam mengerjakan tugas kelompok.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan perangkat yang digunakan untuk menggali data dari responden yang dijadikan sebagi sumber data yang diperoleh, data yang didapat tersebut bersifat penting dalam sebuah penelitian (Suyanto, dkk, 2011: 59). Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah keterampilan kerja sama siswa. Peneliti akan menggunakan tiga alat penelitian untuk mengumpulkan data yaitu lembar observasi aktivitas guru, lembar observasi aktivitas siswa, lembar


(37)

43

1. Lembar Observasi Aktivitas Guru

Lembar observasi ini digunakan untuk memperoleh data mengenai aktivitas yang dilakukan guru selama kegiatan belajar berlangsung dalam menerapkan metode two stay two stray. Lembar observasi kegiatan guru berisi pengamatan observer mengenai cara guru membuka pelajaran, cara guru dalam melaksanakan kegiatan inti, dan pada saat menutup kegiatan belajar. Adapun penjelasan mengenai poin-poin yang harus diamati oleh observer pada guru adalah:

Tabel 3.1

Standar Keberhasilan (SK) Aktivitas Guru Tahap

Pembelajaran

Fokus penelitian dan penilaian pada guru

SK Kategori Pendahuluan

memberi salam ketika masuk kelas 3 B

mengecek kehadiran siswa 3 B

Guru mengaitkan materi yang akan dipelajari dengan materi sebelumnya

2 C

menjelaskan tujuan dari pembelajaran 3 B Kegiatan Inti

kejelasan suara 3 B

Membentuk kelompok two stay two

stray

3 B

Kejelasan dalam menginstruksikan tugas

3 B

menjelaskan materi dengan

menggunakan bahasa yang baik serta bisa difahami oleh siswa

3 B

Mampu mengarahkan siswa pada saat metode pembelajaran dilakukan

3 B

Memotifasi siswa untuk belajar

bertanggung jawab terhadap kelompok

2 C

Memberikan perhatian yang sama terhadap seluruh siswa di kelas

3 B


(38)

44

Memberikan reward kepada siswa yang ikut berpartisi pasi secara aktif

2 C

Mengkondisikan siswa kembali kepada kelompok asal

3 B

Menugaskan siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok

3 B

Mengklarifikasi jawaban dan pendapat siswa yang dinilai kurang tepat

3 B

Penutup

Menyimpulkan meteri bersama siswa 3 B Memberikan kesempatan kepada siswa

untuk bertanya

3 B

Penugasan untuk pertemuan berikutnya 3 B Menutup pertemuan dangan

mengucapkan salam

3 B

Keterangan : B=Baik, C=Cukup, K=Kurang

2. Lembar Observasi Aktivitas Siswa

Lembar observasi ini digunakan untuk memperoleh informasi kegiatan yang dilakukan siswa selama kegiatan belajar belangsung. Lembar observasi kegiatan siswa berisi tentang pengamatan observer mengenai kegiatan kerja sama yang berlangsung pada saat kegiatan pembelajaran. Bentuk-bentuk kerja sama yang diharapkan akan muncul dalam proses pembelajaran berasal dari pengembangan indikator keterampilan kerja sama yang sudah dijelaskan sebelumnya pada BAB kajian teori. Kegiatan yang dilakukan oleh observer adalah memberikan tanda ceklis pada kolom lembar observasi aktivitas siswa. Terdapat tiga kolom yang bisa dipilih oleh observer berdasarkan hasil penilaian keadaan sebenarnya yang terjadi pada saat proses pembelajaran berlangsung yaitu K untuk kurang, C untuk cukup, dan B untuk baik. Selain memberikan penilaian dengan memberikan tanda ceklis observer juga diminta mengomentari alasannya memilih salah satu kriteria penilaian.


(39)

45

Terdapat dua data yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu pada saat kegiatan pembelajaran two stay two stray dan perkembangan keterampilan kerja sama. Berikut tabel standar keberhasilan penelitian

Tabel 3.2

Standar Keberhasilan (SK) Keterampilan Bekerja sama

Keterangan : B=Baik, C=Cukup, K=Kurang 3. Lembar Wawancara

Lembar wawancara yang digunakan peneliti berisi pertanyaan dan jawaban yang diajukan kepada siswa dan guru baik sebelum dan sesudah penelitian dilaksanakan. Pertanyaan yang diajukan mengenai respon pengalaman belajar IPS

No Fokus Penilaian Kelompok SK Kategori

1 Setiap anggota dalam kelompok mampu menghargai pendapat anggotanya

3 B

2 Setiap anggota dalam kelompok mampu memberikan apresiasi anggotanya

2 C

3 Menghargai perbedaan kebudayaan dan agama dalam kelompoknya

3 B

4 Mendorong tiap anggota kelompok untuk berkontribusi terhadap tugas

2 C

5 Setiap kelompok mampu besungguh-sungguh dalam mengerjakan tuagas

3 B

6 Kelompok mampu tepat waktu dalam mengumpulkan tugas 3 B 7 Setiap anggota dalam kelompok mampu memberikan

sumbangan ide terkait materi yang dibahas

3 B

8 Menyelesaikan tugas bersama dengan seluruh anggota kelompok

2 C

9 Setiap kelompok presentasi sesuai dengan urutan yang sudah ditentukan

3 B

10 Membagi tugas dengan cara demokrasi 2 C

11 Siswa membereskan meja dan kursi 3 B

12 Mampu menjelaskan materi dengan jelas 3 B

13 Memperhatikan temannya yang presentasi 3 B


(40)

46

diajukan kepada guru adalah mengenai keadaan kelas yang memiliki karakter kurang dalam kegiatan kerja sama, bagaimana sikap guru dalam menghadapi siswa yang ribut atau tidak mau ikut berpartisipasi dalam kegiatan diskusi kelompok, cara guru dalam menghadapai siswa yang tidak mau memberikan tanggapan atau pertanyaan, sikap guru pada saat siswa telat dalam mengumpulkan tugas, tanggapan guru ketika melihat terdapat siswa yang tidak ikut bekerja sama dalam kelompok.

4. Kamera Digital dan hasil tugas kelompok siswa

Kamera digital digunakan peneliti untuk mengambil foto momen penting atau peristiwa-peristiwa penting saat proses pembelajaran berlangsung. Kamera digital ini juga bisa dijadikan sebagai media pendukung pada kegiatan wawancara. Menurut Hopkins (2011: 201) kelebihan dari penggunakan kamera digital adalah:

Dapat memperoleh gambaran siswa pada saat sedang mengerjakan tugas, atau sebagai stimulus diskusi dan sebagai instrumen yang dapat membantu peneliti untuk memperoleh komentar dari guru atau observer lain yang tidak hadir pada saat pelaksanaan tindakan mengenai tindakan yang telah dilaksanakan.

Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan di atas peneliti memilih mengguanakan teknik dokumentasi dengan menggunakan kamera digital sebagai alat untuk mengambil foto peristiwa pada saat pembelajaran demi memperoleh gambaran episode pengajaran, secara umum bertujuan untuk mendukung kelancaran dan keberhasilan penelitian. Selain kamera digital peneliti juga menggunakan lembar tugas hasil kerja kelompok siswa sebagai salah satu alat yang dijadikan untuk mendukung data penelitian.

5. Catatan Lapangan

Catatan lapangan ini digunakan peneliti untuk melaporkan hasil observasi, reaksi dan reaksi terhadap tindakan siklus yang dilakukan. Catatan lapangan ini dibuat oleh peneliti untuk menggambarkan suasan kelas dan peristiwa-peristiwa yang terjadi selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Perolehan data yang ditulis pada catatan lapangan berasal dari hasil pengamatan yang dilakukan


(41)

47

G. Prosedur Pelaksanaan Tindakan

Tindakan yang digunakan dalam setiap siklus memiliki langkah-langkah sebagai berikut:

1. Kegiatan pendahuluan, yang termasuk kedalam kegiatan pendahuluan adalah keguatan guru dalam membuka pelajaran, mengabsen siswa, menyampaikan tujuan pembelajaran, memberikan apersepsi dan motivasi.

2. Kegiatan pokok. Kegiatan ini meliputi kegiatan guru dalam memberikan materi ajar dengan cara ceramah, membagi siswa ke dalam beberapa kelompok, sdangkan kegiatan yang dilakukan siswa diantaranya adalah diskusi kelompok, tanya jawab, berbagi informasi dengan kelompok lain, presentasi dengan dibimbing oleh guru.

3. Kegaitan penutup. Menyimpulkan materi oleh guru dan siswa.

4. Setelah kegiatan pembelajaran selesai, peneliti dan partner (observer) melakukan diskusi mengenai kegiatan pembelajaran yang baru saja dilaksanakan dan melakukan refleksi untuk melihat kekurangan dan merencanakan kegitan selanjutnya.

H. Teknik Pengumpulan Data

Data merupakan suatu bahan yang sangat diperlukan dalam sebuah penelitian. Data juga merupakan hal esensi yang nantinya akan dianalisis guna mendapatkan sebuah kesimpulan penelitian tersebut. Menurut lofland Moleong (2005: 157) mengemukakan bahwa sumber utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata, foto dan statistik. Untuk memperoleh data yang relevan, maka digunakan beberapa teknik pengumpulan data. Dalam hal ini peneliti membutuhakan teknik pengumpulan data untuk menunjang informasi mengenai keterampilan kerja sama, serta pendapat siswa mengenai pembelajaran sejarah yang dilakukan dengan menggunakan metode two stay two stray. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi.


(42)

48

Menurut Margono (Zuriah, 2009: 173) bahwa observasi merupakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Pengamatan dan pencatatan dilakukan peneliti di tempat penelitian secara langsung dan bersetting alami. Metode observasi juga dikatakan sebagai metode yang berfungsi ganda, sederhana dan tanpa biaya.

Observasi dilakukan peneliti karena mengingat pentingnya seorang peneliti untuk memahami permasalahan yang sedang ditelitinya. Bagi peneliti sendiri, observasi di lakukan karena memiliki beberapa keunggulan seperti yang dikemukakan dalam paragraf sebelumnya. Hal ini dikarenakan selain untuk mengambil data, metode observasi juga menjadi ajang pengembangan perencanaan pembelajaran yang akan dilakukan peneliti. Penelti terlebih dahulu menemukan bentuk aktivitas kerja sama siswa yang akan muncul ketika kegiatan diskusi kelompok berlangsung yaitu pada saat berkeliling mencari dan berbagi informasi dengan kelompok lain, serta pada saat presentasi kelompok berlangsung. Dengan demikian observasi ini dilakukan dalam rangka menemukan aktivitas-aktivitas siswa terkait kegiatan bekerjasama. Bentuk-bentuk aktivitas tersebut dikembangkan dari beberapa indikator ketemapilan kerja sama yang sudah dijelaskan pada BAB kajian teori.

Selain mengamati kegiatan siswa, observer juga mengamati kegiatan guru. Hal tersebut dilakukan dalam rangka demi memperoleh data mengenai peran guru dalam menerapkan metode two stay two stray dalam pembelajaran IPS. Alat yang digunakan dalam pengamatan kegiatan guru dan siswa adalah lembar observasi guru dan siswa. Lembar observasi tersebut diisi dengan memberikan ceklis kriteria berdasarkan hasil pengamatan dan menuliskan alasan mengapa observer memiliih kriteria tersebut. Kriteria yang dipilih merupakan hasil pengamaatan setiap bentuk kegiatan kerja sama yang dilakukan siswa dan aktivitas guru pada saat proses pembelajaran berlangsung.

2. Wawancara

Wawancara atau interview merupakan suatu proroses komunikasi dan interaksi (Suyanto, dkk, 2011:69). Hal ini dikarenakan dalam wawancara, peneliti


(43)

49

penelitian. Peneliti menggunakan teknik wawancara dikarenakan dalam wawancara peneliti bisa mendapatkan sekaligus memferifikasi data-data yang belum didapatkan ataupun yang sudah didapatkan dalam observasi. Menurut Suyanto, dkk (2011: 69) tujuan wawancara adalah untuk memperoleh informasi, pendapat dari seseorang yang dikemukakan secara lisan dan berbicara langsung dengan narasumber. Sebelum melakukan wawancara peneliti membuat daftar pertanyaan yang akan diajukan kepada guru dan siswa. Alat yang digunakan untuk wawancara adalah lembar pertanyaan wawancara dan alat tulis.

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan kegiatan yang bertujuan untuk merekam kegiatan pembelajaran mulai dari kegiatan diskusi, bertukar informasi, dan presentasi. Alat yang digunakan untuk teknik studi dokumentasi adalah sebuah kamera dan lembar tugas kelompok siswa.

I. Teknik Pengolahan dan Analisis Data 1. Teknik Pengolahan Data

Setelah data hasil observasi terkumpul, langkah yang dilakukan peneliti adalah melakukan pengolahan data. Kegiatan pengolahan data yang dilakukan peneliti adalah kualitatif dengan less kuantitatif. Sebagian besar data yang didapat dari hasil observasi, peneliti olah dengan menggunakan teknik pengolahan data kulaitatif, sedangkan untuk melihat seberapa besar perkembangan keterampilan bekerjasama siswa dan aktivitas guru dari setiap tindakan yang dilakukan di siklusnya, peneliti menggunakan perhitungan kuantitatif sederhana.

Untuk memberikan penilaian pencapaian keberhasilan setiap indikator, peneliti menggunakan penghitungan rentang data ordinal. Data yang diperoleh dari hasil observasi dikonversi kedalam rentang skor menggunakan skala interval kemudian dikonversikan lagi menjadi nilai yang terdiri dari baik, cukup dan kurang. Di bawah ini adalah rentang skor yang dijadikan sebagi tolak ukur penilaian indikator


(44)

50

Tabel 3.3

Rentang Skor Penilaian Keterampilan Bekerja sama Kategori Rentan Nilai

Baik 28 – 42 Cukup 15 – 27 Kurang 1 – 14

Tabel 3.4

Rentang Skor Penilaian Aktivitas Guru Kategori Rentan Nilai

Baik 41 – 60 Cukup 21 – 40 Kurang 1 – 20

Sedangkan untuk menghitung seberapa besar perkembangan hasil penelitian, peneliti akan menggunakan presentase. Komalasari (2010:156) memberikan cara perhitungan untuk menganalisis data kuantitatif yang akan peneliti gunakan untuk menghitungan seberapa besar perubahan yang terjadi mengenai keterampilan bekerja sama antar siswa dan aktivitas guru, penghitungannya sebagai berikut:

Jumlah skor total subjek

SKOR PRESENTASE = x 100%

Jumlah skor maksimal 2. Teknik Analisis Data

Teknis analisis data dalam kualitatif dilakukan dengan tujuan supaya peneliti memperoleh makna dari data yang diteliti dalam menjawab permasalaha penelitian (Musfiqon, 2012:59). Data yang sudah diperoleh belum bisa dijadikan


(45)

51

kesimpulan dari hasil penelitian melainkan harus dianalisis terlebih dahulu. Menurut Basrowi (2008: 192) menjelaskan bahwa:

Analisis data merupakan usaha memilih, membuang, menggolongkan data untuk menjawab dua permasalahan pokok yaitu: tema apa yang ditemukan pada data-data ini, dan seberapa jauh data-data ini dapat menyongkong tema tersebut

a. Validasi data

Validasi data ini digunakan untuk membuktikan apa yang diamati oleh peneliti sesuai dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada saat penelitian, oleh sebab itu peneliti melakukan validasi yang yang dapat dilakukan dalam penelitian tindakan kelas menurut Hopkins yaitu member check, triangulasi,

audit trail, expert opinion, dan key respondent review. (Wiriaatmadja, 2008:

168). Dari beberapa cara pembuktian data tersebut peneliti hanya menggunakan cara member Check, Expert Opinion, dan Key respondent

review.

a) Member Check. Peneliti memeriksa kembali keterangan-keterangan atau

informasi data yang diperoleh selama observasi dan wawancara dari nara sumber, apakah keterangan atau informasi, atau penjelasan ini tetap sifatnya atau tidak berubah dan data itu terperiksa kebenarnnya.

b) Expert Opinion. Pada tahap ini peneliti melakukan pengecekan terakhir

terhadap temuan-temuan penelitian oleh dosen pembimbing. Sehingga dapat dilakukan perbaikan, modifiaksi berdasarkan arahan atau opini pembimbing, sehingga akan meningkatkan derajat kepercayaan penelitian yang dilakukan.

c) Key respondent review. Pada tahap ini peneliti meminta beberapa mitra

peneliti untuk membaca draft awal laporan penelitian dan meminta pendapatnya.

b. Tahapan Menganalisis Data

Menurut Miles dan Hubermen (Sugiyono, 2012: 334) Terdapat beberapa tahapan dalam menganalisis data yaitu mereduksi data, penyajian


(46)

52

data, dan penarikan kesimpulan. Adapun rincian dari tahap analisis data adalah sebagai berikut:

Reduksi data

Penyajian data

Menarik kesimpulan

Gambar 3.2

Kerangka Analisis Data Miles Dan Huberman (Hopkins, 2011: 238)

Penjelasan dari kerangka analisis di atas adalah sebagai berikut: a) Mereduksi data

Menurut Madya (2009: 76) mereduksi data berarti melakukan penajaman, pemilahan, pemfokusan, penyisihan data yang kurang bermakna, dan menatanya sedemikian rupa sehingga data yang tidak berkaitan dengan indikator tidak dimasukan kedalam data yang berkaitan dengan indikator sehingga kesimpulan akhir dapat ditarik dan Antisipatori Selama

Selama Sesudah

Sesudah

Selama Sesudah


(47)

53

refleksi putaran penelitian tindakan, kegiatan yang dilakuakn yaitu memilih hal-hal pokok, memfokuskan permasalahan, menentukan tema dan pola dengan tujuan untuk memberikan gambaran yang lebih jelas dari data. Proses mereduksi data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah merangkum data yang diperoleh dari hasil catatan lapangan kegiatan siswa dan guru serta hasil dari wawancara siswa mengenai pendapat mereka tentang kegiatan pembelajaran IPS yang dilakukan dengan metode two stay two stray.

b) Penyajian data

Kegiatan selanjutnya adalah penyajian data. Menurut Hopkins (2011: 237) penyajian data adalah kegiatan menampilkan data hasil analisis data dengan tujuan untuk membantu peneliti dalam memahami apa yang terjadi dan melaksanakan tindakan lebih jauh. Dalam hal ini peneliti menyajikan data yang sudah di oleh ditahap reduksi data. Data yang disajikan peneliti berupa uraian singkat, hubungan antar kategori, untuk mempermudah peneliti dalam memahami data.

c) Penarikan kesimpulan

Penarikan kesimpulan merupakan kegiatan penarikan makna dari dari data-data yang dipeoleh dan dapat menyimpulkan jawaban dari rumusan masalah yang sudah ditentukan sejak awal. Menurut Madya (2009: 78) kegiatan penarikan kesimpulan dilakukan secara bertahap mulai dari kesimpulan pertama, yang ditarik pada siklus ke-I, sampai pada siklus ke-IV. Dengan demikian peneliti mengambil kesimpulan pada setiap siklus yang dilakukan untuk mengetahui perubahan yang terjadi setelah tindakan dilakukan. Proses penarikan kesimpulan yang dilakukan peneliti adalah menelusuri makna-makna dari data yang sudah diperoleh, mencatat rutinitas, penjelasan dan segala tindakan yang dilakukan oleh siswa dan guru mulai dari siklus ke-I, kemudian pada kesimpulan yang sudah direvisi pada siklus ke-II dan seterusnya, sampai pada penarikan kesimpulan terakhir yang diambil dari data-data


(48)

54

c. Interpretasi Data

Kegiatan ini dilakukan untuk menafsirkan terhadap keseluruhan temuan dalam penelitian berdasarkan teori dan norma-norma praktik sehingga peneliti dapat memecahkan masalah yang menjadi alasan penelitian ini dilkukan dan dapat menuntun peneliti pada tindakan-tindakan penelitian. Berikut beberapa hal yang dilakukan peneliti, yaitu:

a) Mendeskripsikan perencanaan tindakan

b) Mendeskripsikan pelaksanaan tindakan setiap siklus c) Mendeskripsikan hasil observasi aktivitas guru d) Menganalisis hasil observasi aktivitas siswa


(1)

Mia Talita Rahma, 2014

sama antar siswa karena antar kelompok saling bahu membahu menjelaskan materi kepada siswa lainnya sampai siswa tersebut faham. Dalam kegiatan pembelajaran ini seluruh siswa ikut berkontribusi terhadap pembelajaran karena apabila ada siswa yang tidak ikut berkontribusi maka akan berpengaruh terhadap hasil pembelajaran dan tingkat pemahaman materi anggota kelompoknya.

3. Kegiatan refleksi ini dilakukan peneliti berkaitan dengan bagaimana peneliti merencanakan dan melakukan perbaikan dari kekurangan pelaksanaan penelitian pada setiap siklus serta dampak yang dirasakannya. Peneliti menggunakan lembar observasi, catatan lapangan sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan refleksi. Kegiatan refleksi dilakukan dengan cara berdiskusi balikan dengan observer untuk pelaksanaan tindakan selanjutnya. Seperti terdapat beberapa kekurangan yang terjadi dalam pelaksanakan kegiatan pembelajaran pada siklus ke-I siswa masih belum memahami makna dari kegiatan pembelajaran, guru juga belum mampu mengelola kelas dengan baik, masih banyak siswa yang tidak serius melakukan kegiatan pembelajaran. Permasalahan-permasalahan tersebut dapat teratasi pada pelaksanaan siklus ke-II dan seterusnya.

4. Metode pembelajaran two stay two stray dapat meningkatkan keterampilan kerja sama antar siswa kelas VIII-10. Dilihat dari ketercapaian seluruh indikator keterampilan kerja sama siswa. Perubahan peningkatan keterampilan kerja sama antar siswa diperoleh dari hasil pengamatan yang dituangkan melalui catatan-catatan yang dibuat oleh observer dan peneliti. Seperti pada siklus ke-I keterampilan kerja sama siswa hanya mendapat penilaian cukup, pada siklus ke-II terjadi peningkatan namun masih dalam ruang lingkup kategori penilaian cukup. Siklus ke-III sudah masuk pada kategori baik dan hasil penelitian siklus ke-IV juga terjadi peningkatan namun tidak terlalu besar.


(2)

192

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitan ini, peneliti memberikan saran sebagai berikut: 1. Guru harus tegas. Karena kegiatan pembelajaran menggunakan metode

two stay two stray membuat suasana kelas cukup gaduh terutama pada saat kegiatan berkeliling mencari informasi, oleh sebab itu diperlukan ketegasan guru supaya siswa tidak menggunakan kesempatan berkeliling untuk bercanda atau mengobrol.

2. Membutuhkan pengelolaan waktu yang baik. Pembelajaran two stay two stray ini membutuhkan waktu yang cukup lama, oleh karena itu guru harus mampu memperkirakan kebutuhan waktu yang diperlukan.

3. Apabila jumlah kelompok lebih dari tujuh kelompok disarankan untuk membagi kelompok tersbut kedalam dua bagian kelompok besar, karena waktu akan lebih banyak dihabiskan untuk berkeliling apabila jumlah kelompok terlalu banyak.

4. Penerapan metode two stay two stray telah membuat kegiatan pembelajaran menjadi lebih menyenangkan, lebih bermakna bermakna, melatih siswa untuk bartanggung jawab, hubungan antar siswa lebih erat, serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Oleh karena itu peneliti menyarankan agar para pengajar mencoba untuk menggunakan metode two stay two stray sebagi salah satu alternatif dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran disemua mata pelajaran.

5. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan melanjutkan penelitian ini dalam aspek komunikasi antar siswa atau sikap tanggung jawab siswa.


(3)

193

Mia Talita Rahma, 2014

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rhineka Cipta

Ariwinata. (2010). Penerapan metode kooperatif tipe TSTS untuk meningkatkan hasil belajar siswa (PTK pada pembelajaran sejarah di SMA Negeri 14 Bandung). Sarjana pada FPIPS UPI Bandung: tidak dipublikasikan

Baharudin & Nur Wahyuni.(2008). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: R-Ruzz Media Group

Basrowi, Suwandi. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta Effendi R, et al. (2009). Pengembangan Pendidikan IPS SD. Jakarta : Direktorat

Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional

Handoko, Martin. (2002). Motivasi Daya Penggerak Tingkah Laku. Yogyakarta: Kanasius

Hasifah, Sovia. (2012). Penerapan Metode Cooperative Learning Tipe Group Investigation Untuk Meningkatkan Keterampilan Bekerjasama Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IPS 1 Asy-Syafiyyah Bandung). Sarjana pada FPIPS UPI Bandung: tidak dipublikasikan

Hopkins, David. (2011). Panduan Guru Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Huda, Miftahul. (2012). Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Idrus, M. (2009). Metode Penelitian Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatif dan

Kuantitatif. Jakarta: Erlangga

Isjoni. (2010). Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta

Komalasari, Kokom. (2010). Pembelajaran Kontekstual. Bandung: PT Refika Aditama

Kruse, Darryn. (2012). Assesment Strategies for the Inquairy Clasroom. Australia: Education Services Australia Ltd.

Kunandar. ( 2012). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Grafindo Lie, Anita. (2004). Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo


(4)

194

lyana, Elin. (2011). Pengembangan Kooperatif Learning teknik two stay two stray dalam pembelajaran sejarah untuk meningkatkan hasil belajar sejarah (Penelitian Tindakan Kelas di kelas VII H SMP Negeri 2 Purwakarta). Sarjana pada FPIPS UPI Bandung: tidak dipublikasikan

Madya, Suwarsih. (2009). Teori dan Praktik Penelitian Tindakan. Bandung: Alfabeta

Moleong, Lexi J. (2011). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya

Mulyasa. (2010). Praktik Penelitian Pendidikan Kelas. Bandung: Remaja Rosda Karya

Musfiqon, M. (2012). Panduan Lengkap Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Prestasi Pustaka Publish

Muslich, Moshur. (2009). Melaksanakan PTK itu mudah. Jakarta: Bumi Aksara Nasution, S. (2010). Didaktik Asas – asas Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara Nazsir, Nasrullah. (2008). Sosiologi. Bandung: Widya Padjajaran

Prawiradilaga, Dewi S. (2009). Prinsip Disain Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Ramadian, Fithra dkk. (2010). “Efektivitas Model Pembelajaran Two StayTwo Stray Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa di SMA”. Jurnal program studi pendidikan ekonomi Untan.

Sadirman, A. M. (2011). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers

Sanjaya, Wina. (2012). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana

Saodih, Nana. (2005). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya

Sapriya. (2009). Pendidikan IPS. Bandung: Rosda

______. et.al. (2007). Konsep Dasar IPS. Bandung: Laboratorium PKn Universitas Pendidikan Indonesia

Satrijono, H. (2012). “ Penerapan Pembelajaran Kooperatif dengan Teknik Dua Tinggal Dua Tamu untuk Meningkatkan Hasil Belaja Cerpen Siswa kelas VI SDN 03 Siliragung Banyuwangi”. Jurnal Ilmu Pendidikan Sekolah Dasar. 1, (2), 41-55.


(5)

Mia Talita Rahma, 2014

Slavin, Rober E. (2009). Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktik. Bandung: Nusa Media

Soekanto, Suryono. (1982). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Solihatin & Raharjo. (2009). Cooperatif Learning Analisis Model Pembelajaran

IPS. Jakarta: Bumi Aksara

Sudjana, N dan Ibrahim, MA. (2004). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algensindo

Sugiyono.(2012). Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sukardjo, M & Ukim Komarudin. (2012). Landasan Pendidikan Konsep dan Aplikasinya. Depok: Rajawali Pers

Suyanto, Bagong. et al. (2011). Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif Pendekatan. Jakarta: Kencana

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI. (2007). Ilmu dan Aplikasi Pedidikan. Bandung: PT Imper ial Bhakti Utama

Trianto. (2011). Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara West,R. Dan Turner L.H. (2008). Pengantar Teori Komunikasi: Analisa dan

Aplikasi. Jakarta: Salemba Humanika

Wiriaatmadja, Rochiati. (2009). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya

Wulansari, Dewi. (2009). Sosiologi Konsep dan Teori. Bandung: Refika Aditama Yamin, H Martinis. (2008). Paradigma Pendidikan Konstruktivistik. Jakarta:

Gaung Persada Press

Zuriah, Nurul. (2006). Metode Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Suryanto. (2012). Mengembangkan Keterampilan Diri. [Online]. Tersedia http://cumanulisaja.blogspot.com/2012/09/mengembangkanketerampilandiri .html. [27 Agustus 2013]


(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray Terhadap Keterampilan Menyimak Siswa Kelas V MIN 15 Bintaro Jakarta Selatan

1 10 130

Perbedaan Hasil Belajar Antara Siswa yang Menggunakan Metode Pembelajaran Two Stay Two Stray dan Jigsaw Pada Konsep Pencernaan

2 14 198

Pengaruh teknik kooperatif Two Stay Two Stray (TSTS) dengan Guided Note Taking (GNT) terhadap hasil belajar siswa pada konsep archaebacteria dan eubacteria: kuasi eksperimen di SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan.

0 9 243

The influence of using two stay two stray in learning reading comprehension of recount text: a quasi experimental research at second grade students of SMP Dharma Karya UT Pondok Cabe Ilir, Pamulang, Tangerang Selatan, Banten.

2 16 106

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MELALUI STRATEGI TWO STAY TWO STRAY MATA PELAJARAN Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Melalui Strategi Two Stay Two Stray Mata Pelajaran IPS Siswa Kelas IV SD Negeri 01 Mojoroto Tahun Pelajaran 2013/2014.

0 2 14

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERDISKUSI MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY Peningkatan Keterampilan Berdiskusi Melalui Strategi Pembelajaran Two Stay Two Stray Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SD N 02 Demakan Sukoharjo Tahun Ajaran 2013/2014.

0 1 17

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MENGGUNAKAN METODE TWO STAY TWO STRAY PADA SISWA Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Menggunakan Metode Two Stay Two Stray Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 03 Kuto Tahun Pelajaran 2012/2013.

0 1 14

PENGEMBANGAN KETERAMPILAN KOMUNIKATIF ANTAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TWO STAY TWO STRAY (TSTS)DALAM PEMBELAJARAN IPS : Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VIII-8 SMPN 43 Bandung.

0 1 56

PEMBAHASAN METODE TWO STAY TWO STRAY

0 1 18

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE TWO STAY TWO STRAY DALAM KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 PALIYAN

0 0 10