POLA KOMUNIKASI GURU PENYANDANG TUNARUNGU TERHADAP SISWA PENYANDANG AUTIS PADA PEMBELAJARAN SENI LUKIS (StudiKasusdi KelasMenengah SLB AutismePelitaHafizh Bandung).

(1)

POLA KOMUNIKASI GURU PENYANDANG TUNARUNGU TERHADAP SISWA PENYANDANG AUTIS PADA PEMBELAJARAN SENI LUKIS

(StudiKasusdi KelasMenengah SLB AutismePelitaHafizh Bandung)

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh: Fini Tania

1001857

DEPARTEMENPENDIDIKAN KHUSUS FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

FINI TANIA

POLA KOMUNIKASI GURU PENYANDANG TUNARUNGU TERHADAP SISWA PENYANDANG AUTIS PADA PEMBELAJARAN SENI LUKIS

(StudiKasus di KelasMenengah SLB AutismePelitaHafizh Bandung)

disetujuidandisahkanolehpembimbing:

Pembimbing I

Drs. EndangRusyani, M.Pd NIP. 195705101985031003

Pembimbing II

Dr. AtangSetiawan,M.Pd NIP. 195604121983011001

Mengetahui,

KetuaDepartemenPendidikanKhusus

Drs. Sunaryo,M.Pd NIP. 195607221985031001


(3)

POLA KOMUNIKASI GURU PENYANDANG TUNARUNGU TERHADAP SISWA PENYANDANG AUTIS PADA PEMBELAJARAN SENI LUKIS

(StudiKasusdi KelasMenengah SLB AutismePelitaHafizh Bandung)

Oleh Fini Tania

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

©Fini Tania 2014

Universitas Pendidikan Indonesia Oktober2014

HakCiptadilindungiundang-undang

Skripsiinitidakbolehdiperbanyakseluruhnyaatausebagian, Dengandicetakulang, difotokopi, atau cara lainnyatanpaijindaripenulis


(4)

vi Fini Tania, 2014

Pola komunikasi guru penyandang tunarungu terhadap siswa penyandang autis pada pembelajaran seni lukis(studi kasus di kelas menengah slb autism pelita hatizh bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Masalah ... 2

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 3

D. Struktur Organisasi Skripsi... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pola Komunikasi ... 6

B. Konsep Tunarungu ... 9

C. Konsep Autis ... 11

D. Seni Lukis ... 15

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 19

B. Lokasi Penelitian dan Subjek Penelitian ... 21

C. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 23

D. Prosedur Penelitian ... 28

E. Teknik Pengujian Keabsahan Data ... 29


(5)

vii Fini Tania, 2014

Pola komunikasi guru penyandang tunarungu terhadap siswa penyandang autis pada pembelajaran seni lukis(studi kasus di kelas menengah slb autism pelita hatizh bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. Pemaparan Temuan ... 33

B. Pembahasan ... 37

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan ... 41

B. Rekomendasi ... 42 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN


(6)

viii Fini Tania, 2014

Pola komunikasi guru penyandang tunarungu terhadap siswa penyandang autis pada pembelajaran seni lukis(studi kasus di kelas menengah slb autism pelita hatizh bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Tahap Perkembangan Dini Anak Autis ... 14 Tabel 3.1. Kisi-Kisi Umum Instrumen Penelitian ... 26


(7)

ix Fini Tania, 2014

Pola komunikasi guru penyandang tunarungu terhadap siswa penyandang autis pada pembelajaran seni lukis(studi kasus di kelas menengah slb autism pelita hatizh bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR


(8)

x Fini Tania, 2014

Pola komunikasi guru penyandang tunarungu terhadap siswa penyandang autis pada pembelajaran seni lukis(studi kasus di kelas menengah slb autism pelita hatizh bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN I ... 47

LAMPIRAN II ... 67

LAMPIRAN III ... 161

LAMPIRAN IV ... 162

LAMPIRAN V ... 163


(9)

ii Fini Tania, 2014

Pola komunikasi guru penyandang tunarungu terhadap siswa penyandang autis pada pembelajaran seni lukis(studi kasus di kelas menengah slb autism pelita hatizh bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

Penelitian berjudul Pola Komunikasi Guru Penyandang Tunarungu Terhadap Siswa Penyandang Autis Pada Pembelajaran Seni Lukis (Studi Kasus Di Kelas Menengah SLB Autisme Pelita Hafizh Bandung).

Tunarungu merupakan individu yang mengalami kehilangan pendengaran sehingga berdampak pada kemampuan berbahasa sebagai bentuk realitas berkomunikasi. Autis merupakan gangguan perkembangan yang meliputi aspek interaksi, komunikasi, dan perilaku. Berkaitan dengan hal tersebut, peneliti menemukan fenomena seorang penyandang tunarungu berprofesi sebagai guru di sekolah yang muridnya didominasi oleh penyandang autis. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pola komunikasi yang dikembangkan oleh guru penyandang tunarungu terhadap siswa penyandang autis. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pola komunikasi yang dikembangkan menggunakan bahasa ujaran disertai dengan bahasa tubuh. Kendala yang dialami adalah guru seringkali mengalami kesalah pahaman dengan siswa dan tak jarang membuat siswa menjadi tantrum. Upaya yang dilakukan guru mencoba mendekati siswa dan memhami apa yang diinginkan siswa. Selain itu, guru juga mendapat bantuan dari guru lain untuk menjelaskan kembali maksud dari siswa atau sebaliknya. Prestasi yang dicapai oleh siswa hingga saat ini yaitu mahir dalam membuat lukisan abstrak.


(10)

iii Fini Tania, 2014

Pola komunikasi guru penyandang tunarungu terhadap siswa penyandang autis pada pembelajaran seni lukis(studi kasus di kelas menengah slb autism pelita hatizh bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

The study entitled Teacher Communication Pattern Toward Students with Deaf Students with Autism in Art Education (A Case Study on Middle Class SLB Autism Pelita Hafiz Bandung). Deaf is an individual who has a hearing loss that affects the ability to communicate as a form of reality. Autism is a developmental disorder that includes aspects of interaction, communication, and behavior. In this regard, the researcher found a deaf phenomenon works as a teacher at the school which is dominated by students with autism. The purpose of this study is to determine the patterns of communication developed by deaf teacher of students with autism. The method used is descriptive method with qualitative approach. Communication patterns are developed using the language of the oral is accompanied by body language. The problem faced is the teacher often have

misunderstandings with students and often makes students into tantrums. Teacher’s

efforts are made to try to approach the students and to understand what the students want. In addition, teacher also got help from another teacher to retell the purpose of the student, or viceversa. Today, achievements of students are adept at making abstract paintings.


(11)

1

Fini Tania, 2014

Pola komunikasi guru penyandang tunarungu terhadap siswa penyandang autis pada pembelajaran seni lukis(studi kasus di kelas menengah slb autism pelita hatizh bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Komunikasi merupakan hal terpenting dalam melakukan interaksi. Komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Setiap elemen masyarakat tanpa terkecuali, seseorang dengan berkebutuhan khusus pun dapat melakukan sebuah komunikasi. Komunikasi yang dilakukan dapat berupa verbal dan non verbal. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi diantara keduanya. Komunikasi akan berjalan dengan lancar dan berhasil apabila proses itu berjalan dengan baik. Proses komunikasi itu sendiri terjadi melalui bahasa. Komunikasi memiliki beberapa fungsi yaitu mengenal diri sendiri dan orang lain, mengetahui dunia luar, menciptakan dan memelihara lingkungan, bermain, mencari hiburan dan membantu orang lain.

Berbahasa dan berbicara merupakan salah satu media untuk melakukan komunikasi. Hal ini menandakan pentingnya komunikasi bagi manusia. Percakapan yang ada proses pembelajaran di kelas merupakan sebuah bentuk realitas komunikasi dari penggunaan bahasa. Komunikasi di kelas memiliki peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Selain itu, sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang pada hakikatnya untuk mengubah tingkah laku seseorang. Proses perubahan tingkah laku terjadi melalui proses komunikasi. Seseorang yang memiliki kemampuan berbahasa dan berbicara akan mengutarakan apa yang diinginkan melalui pesan yang disampaikan. Lain halnya dengan tunarungu yang memiliki hambatan dalam berbahasa dan berbicara akibat dari keterbatasan dalam pendengaran. Selain tunarungu, ada anak berkebutuhan khusus lain yang memiliki permasalahan yang sama dalam hal komunikasi walaupun dalam bentuk yang berbeda yaitu autis. Anak-anak autis memiliki kesulitan dalam memahami komunikasi baik verbal maupun non verbal. Autis adalah gangguan perkembangan yang membuat seseorang tidak mampu mengadakan interaksi sosial dan seolah-olah hidup dalam dunianya sendiri.Untuk


(12)

2

Fini Tania, 2014

Pola komunikasi guru penyandang tunarungu terhadap siswa penyandang autis pada pembelajaran seni lukis(studi kasus di kelas menengah slb autism pelita hatizh bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

itu diperlukan metode komunikasi yang tepat guna untuk mengembangkan kemampuan berbahasanya.

Berkaitan dengan hal tersebut, peneliti menemukan fenomena yang sangat menarik yakni ada seorang penyandang tunarungu berprofesi sebagai guru di sekolah yang muridnya didominasi oleh penyandang autis. Seorang guru penyandang tunarungu harus berupaya keras untuk menjalin komunikasi dengan siswa autis sehingga proses pembelajaran bisa berlangsung secara efektif. Sehingga pola komunikasi yang dipilih haruslah tepat, konsisten dan berkesinambungan. Sebaliknya jika pola komunikasi yang dipilih kurang tepat, tidak akan mendukung peningkatan prestasi pembelajaran seni lukis.

Namun bagaimanakah bentuk pola komunikasi guru penyadang tunarungu kembangkan kepada siswa autis kelas menengah dalam pembelajaran seni lukis, sehingga proses pembelajaran bisa berlangsung secara efektif. Dari uraian singkat mengenai latar belakang, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian untuk memperoleh gambaran mengenai Pola Komunikasi Guru Penyandang Tunarungu

Terhadap Siswa Penyandang Autisme Kelas Menengah Pada Pembelajaran Seni Lukis Di SLB Autisme Pelita Hafizh.

B. Fokus Penelitian

Fokus masalah pada penelitian ini yaitu “Pola Komunikasi Guru Penyandang Tunarungu Terhadap Siswa Penyandang Autis Pada Pembelajaran Seni Lukis (Studi Kasus di Kelas Menengah SLB Autisme Pelita Hafizh Bandung)”. Fokus permasalahan tersebut, peneliti membuat beberapa pertanyaan penelitian. Pertanyaan penelitian ini merupakan aspek-aspek dari pola komunikasi yang diterapkan oleh guru penyandang tunarungu kepada siswa penyandang autis. Adapun pertanyaan-pertanyaan penelitian tersebut antara lain sebagai berikut: 1. Bagaimana pola komunikasi yang dikembangkan oleh guru penyandang

tunarungu terhadap siswa penyandang autism kelas menengah pada pembelajaran seni lukis di SLB Autisme Pelita Hafizh?

2. Kendala apa yang dihadapi oleh guru penyandang tunarungu terhadap siswa penyandang autis kelas menengah pada pembelajaran seni lukis di SLB Autisme Pelita Hafizh?


(13)

3

Fini Tania, 2014

Pola komunikasi guru penyandang tunarungu terhadap siswa penyandang autis pada pembelajaran seni lukis(studi kasus di kelas menengah slb autism pelita hatizh bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Upaya apa yang dilakukan oleh guru penyandang tunarungu terhadap siswa penyandang autis kelas menengah pada pembelajaran seni lukis di SLB Autisme Pelita Hafizh?

4. Prestasi belajar seni lukis apa saja yang telah diraih siswa penyandang autis kelas menengah di SLB Autisme Pelita Hafizh?

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran mengenai pola komunikasi yang dikembangkan oleh guru penyandang tunarungu terhadap siswa penyandang autisme kelas menengah pada pembelajaran seni lukis.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini mengetahui:

a. Pola komunikasi yang dikembangkan oleh guru penyandang tunarungu terhadap siswa penyandang autisme kelas menengah pada pembelajaran seni lukis;

b. Kendala yang dihadapi oleh guru penyandang tunarungu dengan mengembangkan pola komunikasi tersebut terhadap siswa penyandang autisme kelas menengah pada pembelajaran seni lukis;

c. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah dengan mengembangkan pola komunikasi tersebut ketika pembelajaran sedang berlangsung oleh guru penyandang tunarungu terhadap siswa penyandang autisme kelas menengah; d. Prestasi belajar seni lukis dengan mengembangkan pola komunikasi tersebut

terhadap siswa penyandang autisme kelas menengah. 3. Manfaat Penelitian

Bila tujuan penelitian dapat dicapai, maka hasil penelitian ini akan memiliki manfaat baik manfaat teoritis maupun manfaat praktis.

a. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat melemahkan atau mendukung suatu teori yang berkaitan dengan pola komunikasi guru penyandang tunarungu dengan siswa penyandang autis.


(14)

4

Fini Tania, 2014

Pola komunikasi guru penyandang tunarungu terhadap siswa penyandang autis pada pembelajaran seni lukis(studi kasus di kelas menengah slb autism pelita hatizh bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Manfaat Praktis

Secara Praktis diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan sumbang pemikiran dan bahan evaluasi bagi guru penyandang tunarungu dalam melaksanakan pembelajaran seni lukis terutama dalam mengembangkan pola komunikasi terhadap siswanya yang penyandang autis.

D. Struktur Organisasi Skripsi

Adapun sistematika penulisan di dalam penelitian ini yaitu terdapat lima bab, sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini mencakup latar belakang masalah yang menjadikan dasar dilakukan penelitian. Fokus penelitian berguna untuk menunjukkan aspek apa saja yang ingin diungkap dalam penelitian. Selain itu, adapula tujuan dan manfaat penelitian untuk menjelaskan apa yang dimaksud dan mengapa penelitian ini dilakukan. Selanjutnya, struktur organisasi skripsi berisi tentang urutan penulisan dari setiap bab, dimulai dari bab pertama hingga bab terakhir.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Bab ke dua yaitu kajian pustaka yang mencakup beberapa poin yang berkaitan dengan definisi konsep pola komunikasi, tunarungu, autis, dan seni lukis.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ketiga merupakan metode penelitian yang mencakup definisi metode penelitian, lokasi dimana peneliti melakukan penelitian dan subjek penelitian yang menjelaskan siapa saja yang menjadi narasumber dalam penelitian. Selain itu teknik pengumpulan data disajikan pada bab tiga ini yakni sebagai cara yang digunakan untuk pengumpulan data seperti observasi, wawancara, studi dokumentasi, dan catatan lapangan. Untuk memastikan kebenaran data, diuji kembali melalui teknik pemeriksaan keabsahan data meliputi triangulasi dan

membercheck. Setelah itu, jika data yang sudah dinyatakan valid disusun secara

sistematis melalui data reduction (reduksi data) dan data display (penyajian data). BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

Bab keempat mencakup hasil dari penelitian dan pembahasan penelitian yang telah dilaksanakan, yaitu pembahasan mengenai pola komunikasi yang diterapkan


(15)

5

Fini Tania, 2014

Pola komunikasi guru penyandang tunarungu terhadap siswa penyandang autis pada pembelajaran seni lukis(studi kasus di kelas menengah slb autism pelita hatizh bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

oleh guru penyandang tunarungu terhadap siswa penyandang autis dalam pembelajaran seni lukis.

BAB V PENUTUP

Bab terakhir adalah bab kelima yang mencakup keseluruhan pembahasan dari penelitian dan dirangkum dengan kesimpulan, saran, dan rekomendasi dan hal-hal yang ditemukan oleh penulis selama penelitian dilaksanakan.


(16)

19 Fini Tania, 2014

Pola komunikasi guru penyandang tunarungu terhadap siswa penyandang autis pada pembelajaran seni lukis(studi kasus di kelas menengah slb autism pelita hatizh bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian

Secara umum metode penelitian diartikan sebagai “cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tajam dan kegunaan tertentu” (Sugiyono, 2007, hlm. 3).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Dalam penelitian ini digunakan metode deksriptif karena peneliti bermaksud untuk mendeskripsikan fenomena apa yang terjadi. Menurut Nasution (1988, hlm. 18) dalam penelitian yang menggunakan metode deskriptif

“...terdapat upaya memahami, mengembangkan atau mendeskripsikan fenomena

yang ada di lapangan sebagai suatu keutuhan yang tidak dapat dipahami apabila terpisah dari masalah yang ingin diketahui...” Selanjutnya, Surakhmad (1982, hlm. 140) mengemukakan bahwa metode deskriptif mempunyai sifat-sifat tertentu yang pada umumnya dapat dipandang sebagai ciri, yakni metode itu:

1. Memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang, pada masalah-masalah yang aktual.

2. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisa

Metode penelitian deskriptif digunakan untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa sekarang dan dapat dilakukan dengan menempuh langkah-langkah, klasifikasi, dan analisis laporan dengan tujuan utama membuat penggambaran tentang suatu keadaan secara objektif dalam suatu deskripsi situasi. Selain itu dikarenakan peneliti ingin mengungkapkan sebuah permasalahan yang ditemukan dilapangan yang berupa kasus maka peneliti menggunakan metode deskriptif studi kasus. Dalam hal ini peneliti berusaha untuk mendeskripsikan kasus yang diteliti di lapangan. Berkenaan dengan studi kasus Zuriah (2005, hlm. 48) menyatakan bahwa“karakteristik dari studi kasus itu sendiri salah satunya adalahmenggambarkan subjek penelitian di dalam keseluruhan tingkah laku itu sendiri, hal-hal yang melingkupinya, dan lain-lain yang berkaitan dengan tingkah


(17)

20

Fini Tania, 2014

Pola komunikasi guru penyandang tunarungu terhadap siswa penyandang autis pada pembelajaran seni lukis(studi kasus di kelas menengah slb autism pelita hatizh bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kasus yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seorang penyandang tunarungu berprofesi sebagai guru mengajar siswa penyandang autis. Melihat dari pernyataan tersebut terdapat dua subjek yang keduanya memiliki permasalahan dalam hal komunikasi walaupun dalam bentuk yang berbeda. Kemudian dari kasus tersebut peneliti ingin mengungkap dari pola komunikasi yang dikembangkan oleh guru penyandang tunarungu tersebut.

Pendekatan yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2007, hlm.4) “pendekatan

kualitatif sebagai prosedur penelitian yangmenghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.” Pendekatan kualitatif diarahkan pada latar individu secara holistik (utuh). Kirk dan Miller (dalam Moleong, 2007, hlm. 3) mendeskripsikan penelitian kualitatif sebagai tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasannya.

Dengan kata lain, peneliti sendiri menjadi instrumen utama dalam upaya mengumpulkan informasi tentang data yang akan diteliti, sedangkan instrumen lainnya hanyalah sebagai pelengkap. Peneliti juga sekaligus sebagai perencana, pelaksana, pengumpul data, pengananalisa daya dan pada akhirnya akan menjadi pelapor dari hasil penelitiannya. Dalam penelitian kualitatif tidak mengenal istilah populasi melainkan situasi sosial yang terdiri dari 3 elemen yaitu tempat (place), pelaku (actor), dan aktifitas (activity).

Moleong (2007, hlm. 19) menjelaskan bahwa instrumen adalah alat untuk mengumpulkan data. Instrumen dalam penelitian itu sendiri adalahpeneliti sebagai pencari data, pengolah data dan menyimpulkan hasil data, kuisioner, responden sebagai informasi dalam memberikan data penelitian dan lingkungan penelitian.


(18)

21

Fini Tania, 2014

Pola komunikasi guru penyandang tunarungu terhadap siswa penyandang autis pada pembelajaran seni lukis(studi kasus di kelas menengah slb autism pelita hatizh bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Lokasi Penelitian dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Adapun penelitian ini bertempat di SLB Autisme Pelita Hafizh Bandung yang berlokasi di jalan Kota Baru I no 4 Mohammad Ramdan Bandung 40252.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah pihak-pihak yang bersedia untuk memberikan berbagai informasi berisi keterangan dan data penting yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Pihak-pihak yang dimaksud adalah:

a. Guru penyandang tunarungu Nama (Inisial) : G

Tempat Tanggal Lahir: Subang, 7 Agustus 1975

Agama : Islam

Pekerjaan : Guru

Pendidikan Terakhir : S1

Alamat : Taman Persada Asri, Margahayu Raya

Bu G merupakan satu-satunya guru seni lukis sekaligus wali kelas A dan S yang diketahui penyandang tunarungu di SLB Autisme Pelita Hafizh. Bu G mengajar seni lukis di SLB tersebut sejak tahun 2010. Beliau mengalami ketunarunguan pada saat usia sekitar 8 atau 9 tahun karena sakit panas. Karena mengalami ketunarunguan pada usia tersebut, kemampuan verbal Bu G khususnya dalam artikulasi bisa dibilang baik. Bu G dari SD, SMP, SMA tidak pernah mengenyam pendidikan di SLB, oleh karena itu Bu G tidak bisa menggunakan bahasa Isyarat. Dalam berkomunikasi dengan orang di sekitarnya, Bu G lebih dominan menggunakan bahasa ujaran.

b. Siswa Penyandang Autis

Siswa kelas menengah yang menjadi subjek peneliti berjumlah tiga yaitu:

1) Nama : A

Kelas : IX Alamat : Garut

A hanya bisa berkomunikasi melalui bahasa non verbal saja seperti menunjuk atau langsung menghampiri benda yang dia inginkan.


(19)

22

Fini Tania, 2014

Pola komunikasi guru penyandang tunarungu terhadap siswa penyandang autis pada pembelajaran seni lukis(studi kasus di kelas menengah slb autism pelita hatizh bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2) Nama : S

Kelas : VIII

Alamat : Jalan Jamika

S sama seperti A sampai saat ini hanya mampu berkomunikasi melalui bahasa non verbal.

3) Nama : Y

Kelas : VIII

Alamat : Jalan Srimahi

Y sudah mampu berkomunikasi baik secara verbal maupun nonverbal. Untuk kemampuan verbal, Y baru bisa menjawab pertanyaan1-2 kata saja dan belum mampu bertanya.

c. Narasumber lainnya

Untuk memperkuat kebenaran data yang diperoleh, peneliti melakukan wawancara kepada kepala sekolah dan wali kelas siswa yang menjadi subjek penelitian dengan deskripsi subjek sebagai berikut:

1) Kepala Sekolah

Nama (Inisial) : SY

Pekerjaan : Kepala Sekolah

Pendidikan Terakhir : S1

Alamat : KPAD, Geger Kalong

Bu SY merupakan kepala sekolah sekaligus pernah menjadi wali kelas Y murid penyandang autis kelas menengah yang diteliti. Bu SY sudah mengenal lama Bu G semenjak Bu G pertama kali mengajar di SLB Autisme Pelita Hafizh. Karena hubungan tersebut, hal inilah yang menjadi alasan peneliti untuk mewawancarai Bu S yang sudah lama mengenal dan mengetahui pola komunikasi yang dikembangkan oleh Ibu G terhadap murid penyandang autis.

2) Wali Kelas

Nama (Inisial) : N

Agama : Islam

Pekerjaan : Guru


(20)

23

Fini Tania, 2014

Pola komunikasi guru penyandang tunarungu terhadap siswa penyandang autis pada pembelajaran seni lukis(studi kasus di kelas menengah slb autism pelita hatizh bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Alamat : Rancaekek

Bu N merupakan pernah menjadi wali kelas A pada tahun ajaran kemarin. Bu N

mengenal pertama Bu G semenjak tahun 2011. Karena Bu N sudah mengajar ≤ 3

tahun, Bu N pasti sudah mengetahui pola komunikasi yang dikembangkan selama ini oleh Bu G terhadap muridnya. Hal inilah yang membuat peneliti melakukan wawancara terhadap Bu N.

C. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian 1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan untuk mendapatkan sejumlah data yang diperlukan dalam penelitian. Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting). Dalam hal ini, data yang dibutuhkan adalah semua faktor yang berhubungan dengan pola komunikasi yang dikembangkan oleh guru penyandang tunarungu terhadap siswa autis dalam pembelajaran seni lukis di SLB Autisme Pelita Hafizh.

Berikut ini merupakan beberapa teknik yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu:

a. Observasi

1) Pengertian Observasi

“Observasi yaitu teknik untuk mengenal secara langsung maupun tidak langsung

kegiatan yang sedang terjadi. Dalam rangka pengumpulan data, peneliti melakukan observasi partisipatif, yaitu peneliti terlibat dalam kegiatan sehari-hari

orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian”

(Sugiyono, 2009, hlm. 64). 2) Manfaat Observasi

Menurut Patton (dalam Nasution 2003, hlm. 106) menyatakan bahwa manfaat observasi adalah sebagai berikut:

a) Dengan observasi di lapangan peneliti akan lebih mampu memahami konteks data dalam keseluruhan situasi sosial, jadi akan dapat memperoleh pandangan yang holistik atau menyeluruh;


(21)

24

Fini Tania, 2014

Pola komunikasi guru penyandang tunarungu terhadap siswa penyandang autis pada pembelajaran seni lukis(studi kasus di kelas menengah slb autism pelita hatizh bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b) Dengan observasi maka akan diperoleh pengalaman langsung sehingga memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif, jadi tidak dipengaruhi oleh konsep atau pandangan sebelumnya. Pendekatan induktif membuka kemungkinan melakukan penemuan atau discovery;

c) Dengan pengamatan memungkinkan peneliti memahami situasi-situasi yang rumit.

Teknik observasi ini digunakan untuk mengetahui pola komunikasi yang dikembangkan, kendala yang dihadapi, upaya yang dilakukan, dan prestasi belajar dalam pembelajaran seni lukis yang diampu oleh guru penyandang tunarungu terhadap siswa penyandang autis.

b. Wawancara

“Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu

dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (Moleong, 2007, hlm. 186)”.

Wawancara dilakukan terhadap guru penyandang tunarungu, kepala sekolah, dan wali kelas siswa di SLB Autisme Pelita Hafizh. Wawancara sebagai faktor pendukung dalam pengumpulan mengenai pola komunikasi yang diterapkan pada subjek penelitian. Hal tersebut nantinya akan menggambarkan pola komunikasi yang diterapkan oleh guru penyandang tunarungu kepada siswa penyandang autisme. Adapun dimensi-dimensi tersebut antara lain:

1) Gambaran pola komunikasi yang dikembangkan oleh guru penyandang tunarungu terhadap siswa penyandang autisme kelas menengah pada pembelajaran seni lukis;

2) Gambaran kendala yang dihadapi oleh guru penyandang tunarungu terhadap siswa penyandang autisme kelas menengah pada pembelajaran seni lukis; 3) Gambaran upaya yang dilakukan oleh guru penyandang tunarungu terhadap

siswa penyandang autisme kelas menengah pada pembelajaran seni lukis; 4) Gambaran hasil dari prestasi belajar seni lukis siswa penyandang autisme


(22)

25

Fini Tania, 2014

Pola komunikasi guru penyandang tunarungu terhadap siswa penyandang autis pada pembelajaran seni lukis(studi kasus di kelas menengah slb autism pelita hatizh bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. Studi Dokumentasi

“Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa

berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang” (Sugiyono, 2009, hlm. 329). Dalam studi dokumentasi ini, peneliti memanfaatkan segala sumber data seperti buku harian, dokumen resmi, dan dokumen pribadi (jika ada) sebagai penambah dan penjelas data yang diperoleh peneliti lewat observasi dan wawancara.

Studi dokumentasi dimaksudkan untuk mendukung, mempertegas data, dan melihat hasil observasi dan wawancara terutama mengenai pola komunikasi yang dikembangkan, kendala yang dihadapi, upaya yang dilakukan, dan prestasi belajar dalam pembelajaran seni lukis yang diampu oleh guru penyandang tunarungu terhadap siswa penyandang autis.

2. Instrumen Penelitian

Ciri khas dari penelitian kualitatif adalah peranan manusia sebagai instrumen penelitian (human instrument). Peneliti juga sekaligus sebagai perencana, pelaksana, pengumpul data, dan pada akhirnya menjadi pelapor hasil penelitian. Menurut Moleong (2007, hlm.168):

Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif sebagai perencana, pelaksana pengumpulan data, analis, penafsir data, dan pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya. Pengertian instrumen atau alat penelitian di sini tepat karena ia menjadi segalanya dari keseluruhan proses penelitian.

Berikut adalah kisi-kisi umum penelitian yang peneliti buat agar dapat memudahkan pelaksanaan penelitian di lapangan.


(23)

26

Fini Tania, 2014

Pola komunikasi guru penyandang tunarungu terhadap siswa penyandang autis pada pembelajaran seni lukis(studi kasus di kelas menengah slb autism pelita hatizh bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.1

Tabel Kisi-kisi Umun Instrumen Penelitian

No Pertanyaan

Penelitian Tujuan

Teknik Pengumpulan

Data

Sumber Data 1. Bagaimanapola

komunikasi yang dikembangkan oleh guru penyandang tunarungu terhadap siswa penyandang autis kelas menengah pada pembelajaran seni lukis? Untuk mengetahui pola komunikasi apa yang dikembangkan oleh guru penyandang tunarungu terhadap siswa penyandang autis. Observasi, Wawancara, dan Studi Dokumentasi. Guru Penyandang Tunarungu, Siswa Penyandang Autis, Wali Kelas dan Kepala Sekolah.

2. Bagaimana kendala yang dihadapi oleh guru penyandang tunarungu terhadap siswa penyandang autis kelas menengah pada pembelajaran Untuk mengetahui kendala yang dialami oleh guru penyandang tunarungu dengan mengembangkan pola komunikasi tersebut ketika pembelajaran seni lukis berlangsung terhadap siswa Observasi dan Wawancara. Guru Penyandang Tunarungu, Siswa Penyandang Autis, Wali Kelas dan Kepala Sekolah.


(24)

27

Fini Tania, 2014

Pola komunikasi guru penyandang tunarungu terhadap siswa penyandang autis pada pembelajaran seni lukis(studi kasus di kelas menengah slb autism pelita hatizh bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

seni lukis? penyandang autis. 3. Bagaimana

upaya yang di lakukan oleh guru penyandang tunarungu terhadap siswa penyandang autis kelas menengah pada pembelajaran seni lukis? Untuk mengetahui upaya yang

dilakukan oleh guru penyandang tunarungu dengan menggunakan pola komunikasi tersebut terhadap siswa penyandang autis. Observasi dan Wawancara Guru Penyandang Tunarungu, Siswa Penyandang Autis, Wali Kelas dan Kepala Sekolah.

4. Bagaimana hasil dari prestasi belajar seni lukis siswa penyandang autis kelas menengah pada pembelajaran seni lukis? Untuk mengetahui hasil dari prestasi belajar seni lukis siswa penyandang autis dengan pola komunikasi yang guru kembangkan. Observasi, Wawancara dam Studi Dokumentasi. Guru Penyandang Tunarungu, Siswa Penyandang Autis, Wali Kelas dan Kepala Sekolah.


(25)

28

Fini Tania, 2014

Pola komunikasi guru penyandang tunarungu terhadap siswa penyandang autis pada pembelajaran seni lukis(studi kasus di kelas menengah slb autism pelita hatizh bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

D. Prosedur Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti membuat empat tahapan dalam prosedur penelitian. Keempat tahapan tersebut yaitu:

1. Tahap Pra Lapangan

Dalam menyusun rancangan penelitian, peneliti harus mengikuti beberapa tahapan yang sudah diatur oleh dewan skripsi di jurusan Pendidikan Khusus. Pertama peneliti menemukan kasus di lapangan yang menurut peneliti menarik untuk diteliti, yaitu kasus guru penyandang tunarungu di SLB Autisme Pelita Hafizh yang mengajar siswa penyandang autis dimana kedua subjek tersebut memiliki hambatan dalam berkomunikasi. Dari kasus yang peneliti tersebut peneliti ingin mengetahui pola komunikasi yang diterapkan oleh guru penyandang tunarungu tersebut.

Dari masalah tersebut peneliti membuat rancangan penelitian dalam bentuk proposal penelitian yang nantinya akan diseminarkan apakah layak atau tidak dilanjutkan sebagai penelitian. Setelah proposal penelitian disetujui peneliti mulai mengurus perizinan dari Fakultas, KesBang, dan terakhir di Dinas Provinsi Jawa Barat. Setelah surat izin penelitian didapat, peneliti langsung menyerahkan surat izin tersebut ke SLB Autisme Pelita Hafizh Bandung. Peneliti kemudian melanjutkan kegiatan penyusunan instrumen yaitu pedoman observasi dan wawancara untuk mengungkap pola komunikasi apa yang diterapkan oleh guru penyandang tunarungu tersebut. Instrumen tersebut peneliti gunakan setelah mendapat persetujuandari dosen PLB dan guru di sekolah melalui Expert

Judgment.

2. Tahap Pekerjaan Lapangan

Tahap pekerjaann lapangan peneliti mulai dengan melakukan keakraban dengan subjek penelitian dengan orang-orang yang nantinya diduga akan memberikan data agar nantinya dapat mempermudah peneliti memperoleh data yang diperlukan. Kemudian peneliti langsung melaksanakan observasi kepada subjek penelitian untuk memastikan pola komunikasi apa yang dikembangkan guru tunarungu terhadap siswa penyandang autis. Setelah guru penyandang tunarungu tersebut dipastikan mengembangkan salah satu pola komunikasi sesuai dengan hasil observasi dan catatan lapangan selama beberapa waktu, peneliti langsung


(26)

29

Fini Tania, 2014

Pola komunikasi guru penyandang tunarungu terhadap siswa penyandang autis pada pembelajaran seni lukis(studi kasus di kelas menengah slb autism pelita hatizh bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengadakan wawancara dengan guru dan kepala sekolah di SLB Autisme Pelita Hafizh yang mengetahui keseharian subjek yang diteliti selama mengajar seni lukis untuk mengetahui pola komunikasi yang diterapkan oleh subjek sebagai guru penyandang tunarungu.

3. Tahap Pemeriksaan Keabsahan Data

Pada tahap pemeriksaan keabsahan data peneliti melakukan dua teknik yaitu teknik Triangulasi dan member check.

4. Tahap Analisis Data

Terakhir adalah tahap analisis. Disini peneliti melakukan reduksi data

(Data Reduction), penyajian data (Display Data), dan terakhir adalah penarikan

kesimpulan atau verifikasi (Conclusion Drawing/ Verification).

E. Teknik Pengujian Keabsahan Data

Dalam penelitian kualitatif, temuan data dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Hasil pengumpulan data yang telah dirumuskan selanjutnya divalidasi dengan menggunakan beberapa teknik yaitu:

1. Triangulasi

“Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan

sesuatu yang lain. Dengan kata lain peneliti memanfaatkan sesuatu yang lain guna

untuk keperluan pengecekan sebagai pembanding dengan data tersebut”

(Moleong, 2007, hlm. 330).

Sugiyono (2013, hlm. 273) mengatakan “triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber data

dengan berbagai cara dan waktu.” Triangulasi yang digunakan oleh peneliti yaitu

triangulasi sumber data, maksudnya dari beberapa sumber melalui teknik wawancara kepada guru yang dekat dengan subjek penelitian. Kemudian data tersebut dideskripsikan lalu dikelompokkan mana pandangan yang sama dan mana yang berbeda. Dari data tersebut peneliti menarik kesimpulan yang telah disepakati dengan narasumber melalui membercheck.


(27)

30

Fini Tania, 2014

Pola komunikasi guru penyandang tunarungu terhadap siswa penyandang autis pada pembelajaran seni lukis(studi kasus di kelas menengah slb autism pelita hatizh bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Membercheck

"Membercheck yaitu proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada

pemberi data. Tujuannya adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data” (Sugiyono, 2009, hlm. 3).

Setelah triangulasi dilakukann, dari data tersebut peneliti menarik kesimpulan yang telah disepakati dengan narasumber melalui membercheck. Jika narasumber telah menyetujui hasil analisis data yang diperoleh, maka peneliti menghentikan penelitian dan merasa cukup dengan data yang diperoleh. Namun jika narasumber tersebut tidak menerima atau menyepakati hasil penelitian karena dianggap jauh berbeda dengan kenyataan sebenarnya maka peneliti mengadakan diskusi kesepakatan yang lebih lanjut kepada narasumber. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Sugiyono (2013, hlm. 277) yaitu:

Apabila yang ditemukan disepakati oleh para pemberi data berarti data tersebut valid, sehingga semakin kredibel atau dipercaya, tetapi apabila data yang ditemukan peneliti dengan berbagai penafsirannya tidak disepakati oleh pemberi data dan apabila perbedaannya tajam maka peneliti harus merubah temuannya dan harus menyesuaikan dengan apa yang diberikan oleh pemberi data.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang telah diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2009: 89). Teknik analisis data yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu analisis data model Miles dan Huberman, mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. langkah-langkah analisis ditunjukkan pada gambar sebagai berikut:


(28)

31

Fini Tania, 2014

Pola komunikasi guru penyandang tunarungu terhadap siswa penyandang autis pada pembelajaran seni lukis(studi kasus di kelas menengah slb autism pelita hatizh bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.1 Komponen dalam analisis data (flow model) Periode pengumpulan data

Reduksi data

Antisipasi Selama Setelah

Display data

Selama Setelah Kesimpulan/ verifikasi

Selama Setelah 1. Data Reduction (Reduksi Data)

Dalam tahap ini peneliti melakukan pemilihan dan pemusatan perhatian untuk penyederhanaan, abstraksi, dan transformasi data kasar yang diperoleh. Reduksi data adalah mengambil bagian pokok atau intisari dari data yang telah diperoleh dengan merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dan dicari tema agar mudah dipahami.

Dalam penelitian ini data-data diperoleh dikelompokan menjadi beberapa bagian antara lain:

a. Data-data mengenai pola komunikasi yang dikembangkan oleh guru penyandang tunarungu terhadap siswa penyandang autisme kelas menengah pada pembelajaran seni lukis;

b. Data-data mengenai kendala yang dihadapi oleh guru penyandang tunarungu terhadap siswa penyandang autisme kelas menengah pada pembelajaran seni lukis;

c. Data-data mengenai upaya yang di lakukan oleh guru penyandang tunarungu terhadap siswa penyandang autisme kelas menengah pada pembelajaran seni lukis;


(29)

32

Fini Tania, 2014

Pola komunikasi guru penyandang tunarungu terhadap siswa penyandang autis pada pembelajaran seni lukis(studi kasus di kelas menengah slb autism pelita hatizh bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

d. Data-data mengenai hasil dari prestasi belajar seni lukis siswa penyandang autisme kelas menengah.

2. Data Display (Penyajian Data)

Peneliti mengembangkan sebuah deskripsi informasi tersusun untuk menarik kesimpulan dan pengambilan tindakan. Display data atau penyajian data yang akan digunakan pada langkah ini adalah dalam bentuk teks naratif.

3. Conclusion Drawing/ Verification

Langkah ke tiga dalam analisis data adalah penarikan kesimpulan atau verifikasi. Data yang diperoleh dari awal dicari hubungan hal-hal yang sering timbul, dicari tema kemudian ditarik kesimpulan sementara. Pada mulanya kesimpulan itu masih kabur dan belum jelas, akan tetapi dengan semakin bertambahnya data, maka kesimpulan itu akan lebih valid setelah seluruh proses analisis dilakukan sehingga kesimpulan final dapat diambil. Penarikan kesimpulan harus dilakukan dengan hati-hati untuk menjaga adanya tafsir dari pihak-pihak tertentu. Oleh karena itu, kesimpulan senantiasa diverifikasi selama penelitian berlangsung untuk menjaga kepercayaan penelitian.


(30)

41 Fini Tania, 2014

Pola komunikasi guru penyandang tunarungu terhadap siswa penyandang autis pada pembelajaran seni lukis(studi kasus di kelas menengah slb autism pelita hatizh bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:

1. Pola komunikasi yang dikembangkan oleh guru penyandang tunarungu terhadap anak autis yaitu bahasa ujaran dan bahasa tubuh (gesture);

2. Kendala yang datang disebabkan karena guru terlalu fokus terhadap tugas yang akan diberikan kepada siswa dan ditambah lagi guru tidak menggunakan alat bantu mendengar berkualitas tinggi. Selain itu pula, instruksi yang diberikan kepada siswa terlalu panjang, hal itu yang membuat siswa tidak menghiraukan apa yang diinstruksikan oleh guru;

3. Upaya yang dilakukan dalam mengatasi kendala tersebut adalah guru selalu menyertakan media pembelajaran sebagai alat bantu untuk berkomunikasi dengan siswa. Sampai saat ini, guru masih terus berusaha untuk memahami masing siswa. Akan tetapi jika kendala tersebut tidak bisa diatasi, guru penyandang tunarungu mendapat bantuan dari guru lain sebagai contoh untuk mengkomunikasikan sesuatu mengenai apa yang dimaksud oleh siswa ataupun sebaliknya;

4. Masing-masing siswa sudah bisa bermain dan memadukan warna dalam melukis.

B. REKOMENDASI.

1. Bagi Guru Penyandang Tunarungu

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran sekaligus masukkan kepada guru bahwa pola komunikasi yang dikembangkan selama ini yaitu lebih dominan menggunakan bahasa ujaran dan bahasa tubuh dirasa cukup efektif untuk dikembangkan hanya saja dengan beberapa pertimbangan. Hal ini terlihat dari beberapa kendala yang dialami dari hasil observasi dan wawancara yaitu sering salah paham dengan siswa. Sebagai contoh Bu G memberi instruksi kepada siswa, akan tetapi siswa mengerjakan tidak sesuai dengan yang diinstruksikan oleh Bu G. Selain itu, Bu G kurang memperhatikan apa yang diucapkan oleh siswa, misalnya Y sudah berbicara ingin membuat ketupat, akan tetapi Bu G sibuk menggambar


(31)

42

Fini Tania, 2014

Pola komunikasi guru penyandang tunarungu terhadap siswa penyandang autis pada pembelajaran seni lukis(studi kasus di kelas menengah slb autism pelita hatizh bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bentuk lain untuk Y, hal inilah yang membuat Y sedikit tantrum. Dalam memberikan instruksi Bu G terlalu banyak menggunakan kata untuk penyandang autis , hal ini juga yang memicu terjadi kesalahpahaman antara Bu G dan muridnya.

Dari hasil penelitian ini, disarankan karena Bu G mengembangkan bahasa ujaran sebagai pola komunikasi yang dikembangkan hendaknya lebih memperhatikan lagi apa yang diucapkan oleh siswa sehingga kesalahpahaman tidak mudah terjadi, dan alangkah lebih baik lagi sering menggunakan ABM. Dalam hal memberikan instruksi untuk penyandang autis sebaiknya Bu G tidak menggunakan banyak kata, min 1-3 kata dalam satu kalimat perintah untuk siswa. 2. Bagi Pihak Sekolah

Pihak sekolah sudah mengambil langkah yang bagus yaitu dengan mendampingi masing-masing siswa dalam kegiatan pembelajaran seni lukis yang di ampu oleh Bu G. Sehingga pihak guru dapat membantu Bu G jika mengalami kendala khusunya dalam berkomunikasi. Karena keilmuan Bu G bukan berasal dari dunia pendidikan khusus, akan lebih baik lagi baik guru ataupun kepala sekolah memberi tahu cara berkomunikasi dengan siswa penyandang autis sehingga kendala-kendala yang kemungkinan dapat terjadi kembali dapat dicegah.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menemukan gambaran mengenai pola komunikasi guru penyandang tunarungu terhadap penyandang autis dalam pembelajaran seni lukis. Bagi peneliti selanjutnya yang memiliki minat untuk meneliti pembahasan yang sama agar mengambil kasus-kasus yang lebih banyak lagi sehingga gambaran yang akan diperoleh nanti akan semakin jelas karena antara kasus satu dengan lainnya akan memiliki kesamaan atau bertolak belakang. Akan tetapi, ini bukanlah menjadi suatu masalah namun justru akan membuka wawasan dan cakrawala pengetahuan kita bahwa tipe pola komunikasi yang dikembangkan memiliki andil tersendiri dalam keefektifan menyampaikan materi pembelajaran khususnya kepada siswa penyandang autis.


(32)

43

Fini Tania, 2014

Pola komunikasi guru penyandang tunarungu terhadap siswa penyandang autis pada pembelajaran seni lukis(studi kasus di kelas menengah slb autism pelita hatizh bandung


(33)

44 Fini Tania, 2014

Pola komunikasi guru penyandang tunarungu terhadap siswa penyandang autis pada pembelajaran seni lukis(studi kasus di kelas menengah slb autism pelita hatizh bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Betts, D. J. (2005). The art of therapy drawing individuals out in creative ways. [Online]. Diakses darihttp://psyc204.files.wordpress.com/2009/11/the-art-of-therapy.pdf.

Bunawan, L. (1997). Komunikasi total. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Akademik

Djamarah, S.B. (2004). Pola komunikasi orang tua dan anak dalam

keluarga sebuah perspektif pendidikan Islam. Jakarta: Rineka Cipta Cangara, H.(2002). Pengantar ilmu komunikasi. Jakarta: Rajawali Pers

Garha, O. (1980). Pendidikan kesenian seni rupa program spesialisasi buku guru. Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan

Gunawan, H. (2013). Jenis pola komunikasi orang tua dengan anak perokok aktif

di desa Jembayan kecamatan Loa Kulu Kabupatem Kutai Kartanegara.

[Online]. Diakses dari http://ejournal.ilkom.fisip-unmul.ac.id/site/?p=906 Hadiatmodjo, K. P. (1998). “Disartria dan permasalahannya”, dalam

“Kumpulan makalah pelatihan disartria Akademi Terapi Wicara YBW”. Jakarta: Tidak Diterbitkan

Haenudin. (2013). Pendidikan anak kebutuhan khusus tunarungu (peserta didik

berkebutuhan khusus dengan hambatan pendengaran). Jakarta: PT.

Luxima Metro Media

Hardjana, A.M (2003). Komunikasi intrapersonal dan interpersonal. Yogyakarta: Kanisius

Hemawati, R. (2013). Cara membaca bahasa tubuh lawan bicara. [Online].

Diakses dari

http://microsite.metrotvnews.com/indonesiamemilih/read/2013/06/30/917/ 164826/-Cara-Membaca-Bahasa-Tubuh-Lawan-Bicara

Hidayat. (2013) Metode TEACCH untuk kemandirian anak autis. Pikiran Rakyat, 13 Januari. [Online]. Diakses dari: http://www.karinssaputra. blogspot.com/ 2013_03_24_archive.html?m=1

Kuswarno, E. (2010). Metode penelitian komunikasi etnografi komunikasi suatu

pengantar dan contoh penelitiannya.Bandung: Widya Padjajaran


(34)

45

Fini Tania, 2014

Pola komunikasi guru penyandang tunarungu terhadap siswa penyandang autis pada pembelajaran seni lukis(studi kasus di kelas menengah slb autism pelita hatizh bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kartika, D.S. (2004). Seni rupa modern. Bandung: Rekayasa Sains

Moleong, L.J. (2007). Metodologi penelitian kualitatif (edisi revisi). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Muharam, E. dan Sundaryanti, W. (1991). Pendidikan kesenian II seni rupa.

Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan

Mullholand, A. M. (1980). Oral Education Today’s Tommorow. Dalam L. Bunawan (Penyunting), Komunikasi Total (hlm. 7). Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Akademik

Nasution, S. (1988). Metode penelitian naturalistik dan kualitatif. Bandung: Tarsito

Peterson, L. (2008). The use of sign languange to help autistic children

communicate. [Online]. Diakses dari http://www.lifeprint.com/as

l101/topics/autism02.htm

Petters, T. (2009). Panduan autisme terlengkap. Jakarta: Dian Rakyat Rohim, S. (2009). Teori komunikasi perspektif, ragam, & aplikasi. Jakarta:

Rineka Cipta

Sadulloh, U. (2010). Pedagogik (ilmu mendidik). Bandung: Alfabeta. Cv

Somantri, T.S. (2007). Psikologi anak luar biasa. Bandung: Refika Aditama

Somad, P. & Hernawati, T. (1995). Ortopedagogik anak Tunarungu. Bandung: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Guru

Sugiyono. (2009). Memahami penelitian kualitatif. Bandung: Alfabeta Sugiyono. (2013). Metode penelitian pendidikan (pendekatan kuantitatif,

kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta

Suhemarwan, R. & Nugraha, R.A. (2010). Seni rupa untuk pembelajaran kelas

VII, VIII, dan IX. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kementrian

Sumardjo, J. (2008). Filsafat seni. Bandung: Penerbit ITB

Surakhmad, W. (1982). Pengantar penelitian ilmiah, dasar, metode, teknik. Bandung: Tarsito


(35)

46

Fini Tania, 2014

Pola komunikasi guru penyandang tunarungu terhadap siswa penyandang autis pada pembelajaran seni lukis(studi kasus di kelas menengah slb autism pelita hatizh bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Wardhani, Y.F at al. (2009). Apa dan bagaimana autisme terapi medis

alternatif. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Williams, C. dan Wright, B. (2007). How to live with autism and asperger

syndrome strategi praktis bagi orang tua dan guru anak autis. Jakarta: Dian Rakyat


(1)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:

1. Pola komunikasi yang dikembangkan oleh guru penyandang tunarungu terhadap anak autis yaitu bahasa ujaran dan bahasa tubuh (gesture);

2. Kendala yang datang disebabkan karena guru terlalu fokus terhadap tugas yang akan diberikan kepada siswa dan ditambah lagi guru tidak menggunakan alat bantu mendengar berkualitas tinggi. Selain itu pula, instruksi yang diberikan kepada siswa terlalu panjang, hal itu yang membuat siswa tidak menghiraukan apa yang diinstruksikan oleh guru;

3. Upaya yang dilakukan dalam mengatasi kendala tersebut adalah guru selalu menyertakan media pembelajaran sebagai alat bantu untuk berkomunikasi dengan siswa. Sampai saat ini, guru masih terus berusaha untuk memahami masing siswa. Akan tetapi jika kendala tersebut tidak bisa diatasi, guru penyandang tunarungu mendapat bantuan dari guru lain sebagai contoh untuk mengkomunikasikan sesuatu mengenai apa yang dimaksud oleh siswa ataupun sebaliknya;

4. Masing-masing siswa sudah bisa bermain dan memadukan warna dalam melukis.

B. REKOMENDASI.

1. Bagi Guru Penyandang Tunarungu

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran sekaligus masukkan kepada guru bahwa pola komunikasi yang dikembangkan selama ini yaitu lebih dominan menggunakan bahasa ujaran dan bahasa tubuh dirasa cukup efektif untuk dikembangkan hanya saja dengan beberapa pertimbangan. Hal ini terlihat dari beberapa kendala yang dialami dari hasil observasi dan wawancara yaitu sering salah paham dengan siswa. Sebagai contoh Bu G memberi instruksi kepada siswa, akan tetapi siswa mengerjakan tidak sesuai dengan yang diinstruksikan oleh Bu G. Selain itu, Bu G kurang memperhatikan apa yang diucapkan oleh siswa, misalnya Y sudah berbicara ingin membuat ketupat, akan tetapi Bu G sibuk menggambar


(2)

Fini Tania, 2014

Pola komunikasi guru penyandang tunarungu terhadap siswa penyandang autis pada pembelajaran seni lukis(studi kasus di kelas menengah slb autism pelita hatizh bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bentuk lain untuk Y, hal inilah yang membuat Y sedikit tantrum. Dalam memberikan instruksi Bu G terlalu banyak menggunakan kata untuk penyandang autis , hal ini juga yang memicu terjadi kesalahpahaman antara Bu G dan muridnya.

Dari hasil penelitian ini, disarankan karena Bu G mengembangkan bahasa ujaran sebagai pola komunikasi yang dikembangkan hendaknya lebih memperhatikan lagi apa yang diucapkan oleh siswa sehingga kesalahpahaman tidak mudah terjadi, dan alangkah lebih baik lagi sering menggunakan ABM. Dalam hal memberikan instruksi untuk penyandang autis sebaiknya Bu G tidak menggunakan banyak kata, min 1-3 kata dalam satu kalimat perintah untuk siswa. 2. Bagi Pihak Sekolah

Pihak sekolah sudah mengambil langkah yang bagus yaitu dengan mendampingi masing-masing siswa dalam kegiatan pembelajaran seni lukis yang di ampu oleh Bu G. Sehingga pihak guru dapat membantu Bu G jika mengalami kendala khusunya dalam berkomunikasi. Karena keilmuan Bu G bukan berasal dari dunia pendidikan khusus, akan lebih baik lagi baik guru ataupun kepala sekolah memberi tahu cara berkomunikasi dengan siswa penyandang autis sehingga kendala-kendala yang kemungkinan dapat terjadi kembali dapat dicegah.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menemukan gambaran mengenai pola komunikasi guru penyandang tunarungu terhadap penyandang autis dalam pembelajaran seni lukis. Bagi peneliti selanjutnya yang memiliki minat untuk meneliti pembahasan yang sama agar mengambil kasus-kasus yang lebih banyak lagi sehingga gambaran yang akan diperoleh nanti akan semakin jelas karena antara kasus satu dengan lainnya akan memiliki kesamaan atau bertolak belakang. Akan tetapi, ini bukanlah menjadi suatu masalah namun justru akan membuka wawasan dan cakrawala pengetahuan kita bahwa tipe pola komunikasi yang dikembangkan memiliki andil tersendiri dalam keefektifan menyampaikan materi pembelajaran khususnya kepada siswa penyandang autis.


(3)

(4)

44

Fini Tania, 2014

Pola komunikasi guru penyandang tunarungu terhadap siswa penyandang autis pada pembelajaran seni lukis(studi kasus di kelas menengah slb autism pelita hatizh bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Betts, D. J. (2005). The art of therapy drawing individuals out in creative ways. [Online]. Diakses darihttp://psyc204.files.wordpress.com/2009/11/the-art-of-therapy.pdf.

Bunawan, L. (1997). Komunikasi total. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Akademik

Djamarah, S.B. (2004). Pola komunikasi orang tua dan anak dalam

keluarga sebuah perspektif pendidikan Islam. Jakarta: Rineka Cipta Cangara, H.(2002). Pengantar ilmu komunikasi. Jakarta: Rajawali Pers

Garha, O. (1980). Pendidikan kesenian seni rupa program spesialisasi buku guru. Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan

Gunawan, H. (2013). Jenis pola komunikasi orang tua dengan anak perokok aktif

di desa Jembayan kecamatan Loa Kulu Kabupatem Kutai Kartanegara.

[Online]. Diakses dari http://ejournal.ilkom.fisip-unmul.ac.id/site/?p=906 Hadiatmodjo, K. P. (1998). “Disartria dan permasalahannya”, dalam

“Kumpulan makalah pelatihan disartria Akademi Terapi Wicara

YBW”. Jakarta: Tidak Diterbitkan

Haenudin. (2013). Pendidikan anak kebutuhan khusus tunarungu (peserta didik

berkebutuhan khusus dengan hambatan pendengaran). Jakarta: PT.

Luxima Metro Media

Hardjana, A.M (2003). Komunikasi intrapersonal dan interpersonal. Yogyakarta: Kanisius

Hemawati, R. (2013). Cara membaca bahasa tubuh lawan bicara. [Online].

Diakses dari

http://microsite.metrotvnews.com/indonesiamemilih/read/2013/06/30/917/ 164826/-Cara-Membaca-Bahasa-Tubuh-Lawan-Bicara

Hidayat. (2013) Metode TEACCH untuk kemandirian anak autis. Pikiran Rakyat, 13 Januari. [Online]. Diakses dari: http://www.karinssaputra. blogspot.com/ 2013_03_24_archive.html?m=1

Kuswarno, E. (2010). Metode penelitian komunikasi etnografi komunikasi suatu

pengantar dan contoh penelitiannya.Bandung: Widya Padjajaran


(5)

45

Kartika, D.S. (2004). Seni rupa modern. Bandung: Rekayasa Sains

Moleong, L.J. (2007). Metodologi penelitian kualitatif (edisi revisi). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Muharam, E. dan Sundaryanti, W. (1991). Pendidikan kesenian II seni rupa.

Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan

Mullholand, A. M. (1980). Oral Education Today’s Tommorow. Dalam L. Bunawan (Penyunting), Komunikasi Total (hlm. 7). Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Akademik

Nasution, S. (1988). Metode penelitian naturalistik dan kualitatif. Bandung: Tarsito

Peterson, L. (2008). The use of sign languange to help autistic children

communicate. [Online]. Diakses dari http://www.lifeprint.com/as

l101/topics/autism02.htm

Petters, T. (2009). Panduan autisme terlengkap. Jakarta: Dian Rakyat Rohim, S. (2009). Teori komunikasi perspektif, ragam, & aplikasi. Jakarta:

Rineka Cipta

Sadulloh, U. (2010). Pedagogik (ilmu mendidik). Bandung: Alfabeta. Cv

Somantri, T.S. (2007). Psikologi anak luar biasa. Bandung: Refika Aditama

Somad, P. & Hernawati, T. (1995). Ortopedagogik anak Tunarungu. Bandung: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Guru

Sugiyono. (2009). Memahami penelitian kualitatif. Bandung: Alfabeta Sugiyono. (2013). Metode penelitian pendidikan (pendekatan kuantitatif,

kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta

Suhemarwan, R. & Nugraha, R.A. (2010). Seni rupa untuk pembelajaran kelas

VII, VIII, dan IX. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kementrian

Sumardjo, J. (2008). Filsafat seni. Bandung: Penerbit ITB

Surakhmad, W. (1982). Pengantar penelitian ilmiah, dasar, metode, teknik. Bandung: Tarsito


(6)

Fini Tania, 2014

Pola komunikasi guru penyandang tunarungu terhadap siswa penyandang autis pada pembelajaran seni lukis(studi kasus di kelas menengah slb autism pelita hatizh bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Wardhani, Y.F at al. (2009). Apa dan bagaimana autisme terapi medis

alternatif. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Williams, C. dan Wright, B. (2007). How to live with autism and asperger

syndrome strategi praktis bagi orang tua dan guru anak autis. Jakarta: Dian Rakyat


Dokumen yang terkait

Perilaku Komunikasi Penyandang Autis Yang Berprofesi Sebagai Music Arranger (Studi Kasus Mengenai Perilaku Komunikasi Penyandang Autis Yang Berprofesi Sebagai Music Arranger Dengan Para Personil Band Indie di Kota Bandung)

0 3 1

PENGARUH PENGGUNAAN SISTEM ISYARAT BAHASA INDONESIA (SIBI) TERHADAP PEMAHAMAN INFORMASI SISWA PENYANDANG TUNARUNGU DI SLB-PKK PROVINSI LAMPUNG (Studi Pada Siswa SMPLB dan SMALB Penyandang Tunarungu di SLB PKK Provinsi Lampung)

5 19 101

INTERNAL DIALECTIS PADA PENYANDANG TUNARUNGU DAN BUKAN PENYANDANG TUNARUNGU DALAM MEMELIHARA PERTEMANAN

0 2 132

PENERIMAAN ORANGTUA KANDUNG PADA ANAKNYA YANG PENYANDANG AUTIS Penerimaan Orangtua Kandung Pada Anaknya Yang Penyandang Autis.

0 6 15

PENYESUAIAN DIRI PENYANDANG TUNARUNGU DI LINGKUNGAN KERJA Penyesuaian Diri Penyandang Tunarungu Di Lingkungan Kerja.

0 0 15

PENYESUAIAN DIRI PENYANDANG TUNARUNGU DI LINGKUNGAN KERJA Penyesuaian Diri Penyandang Tunarungu Di Lingkungan Kerja.

0 1 15

SELF EFFICACY KARIR PADA PENYANDANG TUNANETRA :Studi Kasus pada Siswa Penyandang Tunanetra di SMLB SLB-A Negeri Kota Bandung.

0 6 28

POLA KOMUNIKASI GURU PENYANDANG TUNARUNGU TERHADAP SISWA PENYANDANG AUTIS PADA PEMBELAJARAN SENI LUKIS (StudiKasusdi KelasMenengah SLB AutismePelitaHafizh Bandung) - repository UPI S PLB 1001857 Title

0 0 3

Aplikasi Virtual Kata Untuk Komunikasi Penyandang Tunarungu Berbasis Android

0 0 7

TEKNIK KOMUNIKASI ORANG TUA TERHADAP ANAK PENYANDANG TUNARUNGU (Studi Deskriptif Teknik Komunikasi Orang Tua Terhadap Anak Penyandang Tunarungu yang bersekolah di SLB 01 Kota Serang) - FISIP Untirta Repository

0 0 132