SIMBOL DAN MAKNA TARI TERBANG RANDU KENTIR DI SANGGAR ASEM GEDE DESA JUMBLENG KABUPATEN INDRAMAYU.

(1)

SIMBOL DAN MAKNA TARI TERBANG RANDU KENTIR DI

SANGGAR ASEM GEDE DESA JUMBLENG KABUPATEN

INDRAMAYU

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Seni Tari Program S.1

Diah Dewi Gayatri Wahyudi 1001829

JURUSAN PENDIDIKAN SENI TARI

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

SKRIPSI:

SIMBOL DAN MAKNA TARI TERBANG RANDU KENTIR DI SANGGAR ASEM GEDE DESA JUMBLENG KABUPATEN

INDRAMAYU

Oleh:

Diah Dewi Gayatri wahyudi 1001829

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH: PEMBIMBING:

Pembimbing I

Dr. Trianti Nugraheni, M.Si NIP: 19730316 199702 2 001

Pembimbing II

Ayo Sunaryo, M.Pd NIP: 19770804 200501 1 001

Mengetahui ,

Ketua Jurusan Pendidikan Seni Tari

Dr. Frahma Sekarningsih, S.Sen., M.Si NIP. 195710181985032001


(3)

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ SIMBOL DAN MAKNA TARI

TERBANG RANDU KENTIR DI SANGGAR ASEM GEDE DESA

JUMBLENG KABUPATEN INDRAMAYU” ini sepenuhnya karya sendiri, di

dalamnya tidak ada bagian yang merupakan plagiat dari karya orang lain tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung,28 Mei 2014


(4)

Diah Dewi Gayatri Wahyudi, 2014

ABSTRAK

Simbol dan makna dalam gerak, rias dan busana Tari Terbang Randu

Kentir di Sanggar Asem Gede ini, merupakan tarian yang masuk dalam rumpun

tari rakyat karena tarianya tumbuh dan berkembang di masyarakat Desa Jumbleng Kecamatan Losarang Kabupaten Indramayu. Kebudayaan asli dari Kabupaten Indramayu ini telah mengalami proses perubahan fungsi, gerak, rias dan perbedaan dalam busana.

Berkenaan dengan itu, Tari Terbang Randu Kentir yang dimaksud pada tulisan ini lebih dititikberatkan pada simbol dan makna pada gerak, rias dan busana. Simbol dan makna yang terdapat dalam gerak Tari Terbang Randu Kentir adalah simbol manji dengan makna keimanan seorang muslim yang mempercayai bahwa Tuhannya itu satu, simbol tunggak kebanjiran dengan makna karakteristik air bah yang deras dan gambaran karakter air sungai yang deras dalam kisah hanyutnya Ki Dariwan di sungai Cimanuk, simbol randa ngawe merupakan makna tentang identitas maupun status Nyi Dariwan dalam kisahnya yang kehilangan suami dan pada akhirnya hidup menjadi atau randa dalam bahasa Indramayu, simbol serogan memiliki makna tentang mata pencaharian masyarakat Indramayu yang mayoritas sebagai nelayan dan petani yang kemudian tergambarkan melalui gerak serogan, dan simbol dederan.

Seperti simbol rias yang terinspirasi dari tokoh Damar Wulan dalam kesenian wayang cepak Indramayu merupakan pengaruh budaya Hindu-Budha, simbol iket wulung yang digunakan Ki Kuwu Sangkan dalam menyebarkan agama Islam, simbol sumping yang digunakan berbentuk seperti tasbih (alat untuk berdzikir) yang merupakan budaya Islam, dan simbol motif lokcan sebagai pengaruh budaya Cina yang mempengaruhi perkembangan motif batik Indramayu melalui masyarakat pendatang (masyarakat Tionghoa).


(5)

Diah Dewi Gayatri Wahyudi, 2014

ABSTRACT

Symbols and meaning in motion, makeup and fashion Dance Studio Terbang Randu Kentir in this Gede Asem, a dance that goes in clumps folk dance because dance grow and flourish in Subdistrict Jumbleng villagers Losarang Indramayu district. Original culture of the Indramayu district has undergone a process of change in function, movement, makeup and differences in clothing.

In connection with that, Terbang Randu Dance Kentir in this paper is more focused on the meaning of the symbols and motion, makeup and fashion. Symbols and meanings contained in the motion Dance Terbang Randu Kentir manji symbol with meaning is a Muslim faith who believe that the Lord is one, meaning the symbol stump inundated with torrential flood characteristics and description of rushing river water character in the story in a river runoff Ki Dariwan Cimanuk, relict ngawe a symbol of identity and status meaning Nyi Dariwan who lost her husband in the story and in the end of life becomes or relict in Indramayu language, symbols have meaning serogan about Indramayu people's livelihood as the majority of fishermen and farmers who then portrayed through motion serogan , and the symbol dederan.

Such symbols inspired makeup of character in the puppet arts Damar Wulan smacking Indramayu is the influence of Hindu-Buddhist culture, symbols used iket wulung Ki Kuwu Sangkan in spreading Islam, the symbol used sumping shaped beads (tool for dhikr) which is the Islamic culture , motifs and symbols lokcan as Chinese cultural influences that affect the development of batik Indramayu through immigrant communities (Chinese community).


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN... i

PERNYATAAN... ii

KATA PENGANTAR... iii

UCAPAN TERIMAKASI………..………... v

ABSTRAK...vi

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR BAGAN... x

DAFTAR GAMBAR... xi

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang Penelitian……….……... 1

b. Identifikasi masalah Penelitian……….…... 6

c. Rumusan Masalah Penelitian……….. 6

d. Tujuan Penelitian………...6

e. Manfaat Penelitian……….8

f. Struktur Organisasi Skripsi………9

BAB II KAJIAN TEORETIS a. Penelitian Terdahulu………. 10

b. Fungsi Seni Pertunjukan……… 11

c. Simbol dan Makna………. 14


(7)

e. Tata Rias dan Busana Pertunjukan……… 17

BAB III METODOLOGI PENELITIAN a. Pendekatan dan Metode Penelitian………19

b. Lokasi dan Sampel Penelitian………….………...21

c. Definisi Istilah……….………...22

d. Fokus Penelitian……….…………...23

e. Teknik Pengumpulan Data……….……...23

f. Instrumen Penelitian…………...28

g. Pengolahan dan Analisis Data……….…………...29

h. Langkah-langkah Penelitia………...…….31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian………. 35

B. Pembahasan 1. Asal Mula Tari Terbang Randu Kentir……….... 38

2. Pertunjukan Tari Terbang Randu Kentir………... 41

3. Simbol dan Makna Gerak T.T.R.K……….. 47

4. Simbol dan Makna Rias dan Busana T.T.R.K………. 84

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan……….. 103

B. Rekomendasi……… 105


(8)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Penelitian

Tari Terbang Randu Kentir yang berasal dari Desa Jumbleng terletak di Kabupaten Indramayu yang mayoritas mata pencaharian masyarakatnya bertumpu pada sektor pertanian, kelautan, dan perminyakan. Tari Terbang Randu Kentir sangat erat hubungannya dengan kehidupan masyarakat, oleh karena itu bila dilihat dari rumpun tari di Jawa Barat yaitu rumpun Tari Topeng, Tari Rakyat, Tari Keurseus, dan Tari Wayang, maka Tari Terbang Randu Kentir masuk dalam rumpun tari rakyat, karena bila dilihat dari koregrafinya gerakan yang diciptakan oleh Caya merupakan gerak spontanitas. Gerak itu muncul saat beliau melihat gerakan seorang wanita yang berada di ladang. Gerakan seorang petani yang sedang mengarit pari atau padi kemudian hasilnya dipikul dengan posisi padi berada di punggung petani dengan menggunakan tapih atau kain samping, maka terciptalah gerak serogan, gerak khas dalam Tari Terbang Randu Kentir.

Caya adalah seorang warga pribumi asli Indramayu, yang dalam perjalanan hidupnya selalu berhubungan dengan seni. Beliau terlahir dalam lingkungan orang-orang seni, karena profesi keluarganya menggeluti kesenian terbang oleh, karena itu beliau mampu menciptakan suatu kesenian rakyat yaitu seni tari yang bernama Tari Terbang Randu Kentir.

Adapun dalam sejarah terbentuknya Tari Terbang Randu Kentir ini memiliki beberapa versi dalam pengertiannya, seperti kisah sepasang suami istri dari keluarga Ki Dariwan yang kehilangan istrinya yaitu Nyi Dariwan yang hanyut terbawa arus banjir sungai Cimanuk ketika mengambil sebatang pohon randu. Kisah itu diceritakan oleh sesepuh desa Cemara tepatnya di Kecamatan Losarang, Indramayu. Dari kisah tersebut secara harfiah pengertian Randu Kentir adalah Randu yang berasal dari nama pohon randu (pohon kapuk) dan Kentir


(9)

dalam bahasa Indramayu dapat diartikan terhanyut atau terbawa air mengalir sambil berputar-putar.

Pengertian Tari Terbang Randu Kentir berasal dari dua suku kata yaitu trep (pas) dan nembang (bernyanyi) yang dapat diserasikan dengan Grup Terbang pada waktu itu yang populer di Kota Cirebon dengan sebutan bray (jenis alat musik berupa rebana besar) berartikan bahwa adanya interaksi dan keserasian antara nyanyian yang dibawakan penyanyi dengan musik yang pas atau tepat yang dihasilkan dari alat musik bray. Randu Kentir adalah nama Grup Terbang yang ada di Desa Jumbleng, saat ini berkembang dan terkenal di masyarakat dengan kesenian Tari Terbang Randu Kentir yang saat itu ayah selaku ketua grup

Terbang Randu Kentir memiliki anak yang bernama Ida sebagai penari sekaligus

maestro Tari Terbang Randu Kentir saat ini dan adik dari Caya sebagai pencipta tarian tersebut (wawancara dengan Dede Jaelani Solichin, 22 Desember 2013).

Caya berasal dari Kandayakan (salah satu desa di Kabupaten Indramayu) sebagai penari terbang pertama dengan latar belakang profesinya sebagai pengendang dan mampu menjadi penari dalam acara-acara dimana seorang pemangku hajat nanggap (sewa) pertunjukan topeng. Adapun dalam penciptaan gerak tarinya beliau menyebutnya dengan nyolong jogedan (mencuri tarian) yang diambil dari Gerak Tari Topeng Gaya Carpan. Adapun tari topeng yang diambil geraknya yaitu dari topeng panji dan topeng pamindo dengan karakter yang berbeda seperti gerak salu-salu yang menjadi salah satu gerak khas dalam tarian ini, selain itu gerak yang diciptakan diambil dari kehidupan masyarakat pesisir khususnya Kabupaten Indramayu seperti gerak khas dalam tarian ini yaitu


(10)

3

Dalam penyajiannya (seni pertunjukan) pada zaman dahulu masyarakat Indramayu masih menganut kepercayaan roh nenek moyang sampai agama Islam masuk yaitu sebagai upacara adat dan hiburan pada peringatan hari besar agama Islam. Tetapi pada zaman sekarang Tari Terbang Randu Kentir hanya sebagai hiburan semata, adapun teknisnya dengan cara tarian yang ditanggap (sewa) masyarakat di acara hajatan. Durasi waktunya sangat lama kurang lebih menyita waktu tiga jam dalam sekali pertunjukan. Ragam geraknya mencapai 120 gerak tari, tetapi proses menarikannya berulang-ulang, sehingga dapat menjenuhkan sang penonton oleh karena itu pada perkembangannya, penari dibagi menjadi beberapa babak dalam menarikannya tidak sekaligus. Saat ini ada perubahan dalam waktu penyajian dan jenis penyajiannya, dari yang awalnya ditarikan selama tiga jam di acara hajatan kini menjadi tarian penyambutan tamu yang hanya menggunakan waktu kurang lebih sepuluh menit dengan sepuluh ragam jenis gerak tari yang awalnya ada seratus dua puluh ragam gerak.

Hal ini berubah setelah adanya revitalisasi oleh Dewan Kesenian di Kabupaten Indramayu dengan melibatkan instansi yang terkait yaitu DISPORABUDPAR Indramayu dan Balai Pelatihan Taman Budaya (BPTP) Bandung yang di laksanakan pada tanggal 18 Juni 2011. Oleh karena itu, ragam gerak dari Tari Terbang Randu Kentir dibakukan adapun nama-nama geraknya kini sebagai berikut.

1. Salu-salu (manji) 2. Joged Miring 3. Pasang Dalung 4. Lontang

5. Dederan 6. Serogan

7. Tunggak Kebanjiran 8. Urang Ngunggut 9. Randa Ngawe


(11)

Adapun gerak selagan (peralihan) yaitu ngelarap, dan gerak khas yang terdapat dalam Tari Terbang Randu Kentir yaitu manji dan serogan.

Makna yang dapat diambil dari simbol dalam proses bertani (menanam kemudian memanen) dapat dilihat dalam gerak-gerak yang ada di bagian lalamba (ke dalam) artinya gerak manji yang lembut, halus, dan penuh kesabaran ini dapat digambarkan dalam proses menanam padi dengan respon gerak dari adeg-adeg yang kuat dari gerak manji dan kering (ke luar) artinya enerjik dan cepat dapat digambarkan saat panen tiba dengan rasa gembira menyambut berkah berupa hasil panen yang berlimpah dan mereka terhindar dari bencana kelaparan. Hal tersebut memberikan makna untuk masyarakat mengharap kemakmuran dan keselamatan (wawancara dengan M. Nanu Munajat, 21 Januari 2014)

Keterangan di atas mampu memberikan inspirasi untuk mengangkat simbol dalam gerak Tari Terbang Randu Kentir dan makna yang terkandung didalamnya sesuai dengan sumber yang ada. Dalam penelitiannya penulis sebelumnya telah menganalisis dari masyarakat sekitar tentang perkembangan tarian ini yang akhirnya menuntut penulis perlu membuat simbol dan makna geraknya.

Simbol dan makna yang terdapat dalam sebuah tarian sangat menarik untuk diungkap, karena simbol dan makna memberikan manfaat-manfaat bagi masyarakat sekitar, yang menjadikan identitas bagi daerah tersebut tepatnya di Kabupaten Indramayu yang merupakan tempat dimana tarian itu berasal. Menurut Asep Rukyat Soemantri. S. Sen, KASI Kebudayaan DISPORABUDPAR beranggapan bahwa kurangnya data tentang Tari Terbang Randu Kentir dan dengan adanya penelitian ini yang mengangkat tentang simbol dan makna dalam gerak tari tersebut, diharapkan mampu menambah arsip dan mampu memberikan pencerahan bagi masyarakat.

Adapun simbol dan makna yang terdapat dalam Tari Terbang Randu

Kentir adalah simbol manji dengan makna yang terkandung merupakan gambaran

keimanan seorang muslim yang mempercayai bahwa tuhannya itu satu yaitu Allah SWT, simbol tunggak kebanjiran dengan makna yang terkandung merupakan gambaran karakteristik air bah yang deras dan gambaran karakter air sungai yang


(12)

5

deras dalam kisah hanyutnya Ki Dariwan di sungai Cimanuk, simbol randa ngawe merupakan makna tentang identitas maupun status Nyi Dariwan dalam kisahnya yang kehilangan suami dan pada akhirnya hidup menjadi atau randa dalam bahasa Indramayu, simbol serogan memiliki makna tetang mata pencaharian masyarakat Indramayu yang mayoritas bermata pencaharian sebagai nelayan dan petani kemudian digambarkan melalui gerak serogan, dan simbol dederan dengan makna Nyi Dariwan yang memperhatikan atau melihat dari kejauhan pohon randu yang hanyut di sungai Cimanuk dalam kisah Nyi Dariwan. Simbol dan makna gerak didukung dengan teori Morris tentang gerak tari yang masuk dalam ilmu etnokoreologi, teori Laban dalam membuat notasi gerak, antropologi tari, dan multidisiplin ilmu lainnya.

Simbol dan makna rias busana dalam Tari Terbang Randu Kentir tidak terlepas dari pengaruh budaya yang berkembang pada masa agama Hindu-Budha, agama Islam, dan budaya masyarakat pendatang yang ada di Indramayu. Seperti simbol rias yang terinspirasi dari tokoh Damar Wulan dalam kesenian wayang

cepak Indramayu merupakan pengaruh budaya Hindu-Budha, simbol iket wulung

yang digunakan Ki Kuwu Sangkan dalam menyebarkan agama Islam, simbol sumping yang digunakan berbentuk seperti tasbih (alat untuk berdzikir) yang merupakan budaya Islam, dan simbol motif lokcan sebagai pengaruh budaya Cina yang mempengaruhi perkembangan motif batik Indramayu melalui masyarakat pendatang (masyarakat Tionghoa). Simbol dan makna rias busana didukung dengan beberapa teori dari para ahli seperti Widjiningsih dalam bentuk dan fungsi busana, Soedarsono mengenai bagian-bagian busana tari, dan teori Williard F.Bellman mengenai kostum dan make up sebagai elemen secara fisik dan simbolik.

Selain berguna dalam kelengkapan data, penelitian ini diharapkan mampu menginformasikan kepada seniman yang tersebar di Kabupaten Indramayu tentang simbol dan kebermaknaan gerak yang terkandung dalam tarian tersebut kemudian dapat memberikan inspirasi maupun catatan pribadi dan referensi dalam memahami makna yang terkandung didalamnya, dengan begitu para seniman dengan mudah mengembangkan dan melestarikan tarian ini, baik melalui jalur


(13)

terapan di sekolah formal, maupun non formal contohnya Dede yang mengembangkan tarian ini di SMA N 1 Kandanghaur sebagai ekstrakurikuler tari dan pendidikan tari di Sanggar Asem Gede yang didirikannya sebagai pelestarian budaya.

Menyimak dari permasalahan di atas, sebagai upaya pelestarian tari daerah setempat, kelengkapan dokumen atau data bagi pihak terkait, dan kegunaan penelitian sebagai informasi bagi para seniman. Hal tersebut diharapkan mampu memberikan konstribusi yang baik. Adapun penelitian ini menitikberatkan pada simbol dan makna gerak, sesuai dengan keterangan di atas peneliti mengambil judul penelitian “SIMBOL DAN MAKNA TARI TERBANG RANDU

KENTIR DI SANGGAR ASEM GEDE DESA JUMBLENG KABUPATEN INDRAMAYU”.

B.Identifikasi Masalah Penelitian

Dalam penulisan ini, permasalahan dibatasi dalam bentuk identifikasi masalah sebagai berikut.

1. Memaparkan simbol dan makna pada gerak Tari Terbang Randu Kentir di Sanggar Asem Gede Desa Jumbleng Kabupaten Indramayu.

2. Memaparkan simbol dan makna pada rias dan busana Tari Terbang Randu

Kentir di Sanggar Asem Gede Desa Jumbleng Kabupaten Indramayu?

C.Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang dan pembahasan di atas terdapat beberapa gerak tari pada Tari Terbang Randu Kentir yang diajarkan di Sanggar Asem Gede diantaranya mengandung simbol dan makna. Dalam hal ini peneliti mengambil beberapa rumusan masalah yang diidentifikasikan dalam bentuk pertanyaan penelitian, sebagai berikut.

1. Bagaimana simbol dan makna pada gerak Tari Terbang Randu Kentir di Sanggar Asem Gede Desa Jumbleng Kabupaten Indramayu?


(14)

7

2. Bagaimana simbol dan makna pada rias dan busana Tari Terbang Randu Kentir di Sanggar Asem Gede Desa Jumbleng Kabupaten Indramayu?

D.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalaam penelitian ini adalah, sebagai berikut. Tujuan Umum:

Untuk melestarikan Tari Terbang Randu Kentir gaya Sanggar Asem Gede yang berada di Desa Jumbleng Kecamatan Losarang Kabupaten Indramayu. Tujuan Khusus:

a. Mendeskripsikan simbol dan makna pada gerak Tari Terbang Randu Kentir di Sanggar Asem Gede Desa Jumbleng Kabupaten Indramayu.

b. Mendeskripsikan simbol dan makna pada rias dan busana Tari Terbang

Randu Kentir di Sanggar Asem Gede Desa Jumbleng Kabupaten Indramayu.

E.Manfaat Penelitian

Hasil Penelitian yang dilakukan peneliti ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak terutama, sebagai berikut.

a. Pemerintah Daerah Setempat

Untuk mengetahui pentingnya Tari Terbang Randu Kentir, khususnya bagi masyarakat Kabupaten Indramayu dan umumnya bagi tujuan pariwisata pemerintah daerah setempat dalam memperkenalkan dan melestarikan budaya. b. Jurusan Pendidikan Seni Tari

Menambah sumber kepustakaan yang dapat dijadikan bahan kajian dan bacaan bagi para mahasiswa, khususnya Program Pendidikan Seni Tari dengan harapan menambah wawasan keilmuan mengenai pertunjukan seni Tari Nusantara seperti Tari Terbang Randu Kentir di Sanggar Asem Gede yang berada di Desa Jumbleng Kecamatan Losarang Kabupaten Indramayu.


(15)

c. Bagi Guru Tari

Penelitian ini sebagai salah satu tawaran untuk menganalisis unsur-unsur gerak Tari Terbang Randu Kentir yang sudah direvitalisasi, yang mana dari hasil analisis tersebut bisa dijadikan sebagai acuan bahan ajar bagi guru tari (tenaga pengajar/pendidik tari), sehingga meningkatkan kreativitas dalam proses belajar mengajar, baik di sekolah formal, maupun non-formal seperti Sanggar Asem Gede.

d. Bagi Penikmat Seni

Sebagai wawasan baru dan semangat baru untuk eksis menggeluti seni tradisional, dan berusaha melestarikan serta mempertahankan seni daerah setempat. Dalam hal ini, secara tidak langsung peneliti memperkenalkan salah satu seni Tari Terbang Randu Kentir yang berkembang di Kabupaten Indramayu. e. Bagi Pembaca

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi dan data secara langsung, mengenai unsur gerak yang terkandung dalam seni Tari Terbang

Randu Kentir sekaligus sebagai motivasi awal bagi pembaca untuk

menindaklanjuti. Khususnya bagi daerah setempat (masyarakat pesisir), diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam mempertahankan bentuk gerak dari tari aslinya.

f. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan dan wawasan tentang kesenian khususnya Tari

Terbang Randu Kentir di Sanggar Asem Gede, agar mendapatkan manfaat yang

berkenaan dengan simbol dan makna gerak, sekaligus sebagai motivasi awal untuk menindaklanjutinya.


(16)

9

F. Struktur Organisasi Skripsi

Sistematika penulisan berperan sebagai petunjuk agar penulisan lebih terarah, oleh karena itu penulisan dibagi menjadi beberapa bab, sebagai berikut.

1. Judul

2. Halaman Pengesahan

3. Pernyataan Tentang Keaslian Karya Ilmiah 4. Kata Pengantar

5. Ucapan Terima Kasih 6. Abstrak

7. Kata Pengantar 8. Daftar Isi 9. Daftar Tabel 10.Daftar Gambar 11.Daftar Lampiran 12.BAB I Pendahuluan 13.BAB II Landasan Teoretis 14.BAB III Metode Penelitian

15.BAB IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan 16.BAB V Kesimpulan

17.Daftar Pustaka 18.Daftar Unduhan 19.Lampiran-Lampiran 20.Riwayat Hidup


(17)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Pendekatan dan Metode Penelitian

Pendekatan merupakan cara mendekati atau menjinakan, sehingga hakikat objek dapat diungkapkan sejelas mungkin. Pendekatan memegang peranan pokok dalam penelitian kualitatif dengan pertimbangan bahwa objek adalah abstraksi kenyataan yang sesungguhnya. Pendekatan memiliki hubungan erat dengan model analisis yang akan digunakan. Secara teoretis, dibicarakan dalam kaitannya dengan paradigma dan metodologi, serta secara praktis, pendekatan adalah model analisis. Analisis yang sama dengan sendirinya dapat dilakukan semata-mata dengan menggunakan satu pendekatan, dengan pertimbangan bahwa pendekatan tersebutlah yang paling dominan.

Metode penelitian menurut Suharsimi Arikunto (1996:150) dalam buku Andi Prastowo menjelaskan bahwa metode penelitian adalah cara atau strategi yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Seperti yang telah diuraikan di atas pada BAB satu berdasarkan permasalahan yang akan dikaji peneliti, penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis dengan pendekatan kualitatif.

Studi kualitatif ini dibangun atas landasan multidisiplin yang bertolak ukur pada pendekatan kajian budaya yang dilengkapi dengan konsep sejarah, etnokoreologi, agama, estetika, notasi Laban, dan antropologi tari yang diterapkan untuk memberikan jawaban terhadap permasalahan yang dikemukakan. Kerangka pemikiran ini bertujuan agar tidak mengutamakan salah satu konsep saja, tetapi berusaha untuk menyajikan berbagai aspek yang digunakan.


(18)

20

Dengan aspek sinkronis, untuk mengungkapkan berbagai fakta yang ditemukan di lapangan. Adapun fakta yang akan dicermati berkaitan dengan simbol dan makna gerak dan rias busana Tari Terbang Randu Kentir di Sanggar Asem Gede Desa Jumbleng Kecamatan Losarang Indramayu.

Dezim dan Lincoln dalam Rahayu(2010:24) memberikan rumusan bahwa penelitian kualitatif adalah kajian fenomena (budaya) empirik di lapangan. Penelitian kualitatif adalah wilayah kajian multimetode yang memfokuskan pada interpretasi dan pendekatan naturalistik bagi suatu persoalan. Kajian ini meliputi berbagai hal pengumpulan data di lapangan, seperti mengupas asal-usul atau aspek latar belakang Tari Terbang Randu Kentir, untuk mengetahui gambaran tentang fungsi, sejarah, gerak, rias dan busana dari kesenian tersebut. Dilakukan wawancara terhadap beberapa narasumber, seperti narasumber kunci maupun narasumber pendukung. Kemudian dilakukanya pengamatan langsung pertunjukan Tari Terbang Randu Kentir dari Sanggar Asem Gede pada upacara adat kebuyutan asem gede Desa Jumbleng.

Pencatatan data asal-usul atau aspek latar belakang Tari Terbang Randu

Kentir, diawali dengan analisis data keberadaan pemilik kesenian Tari Terbang Randu Kentir yang oleh masyarakat Desa Jumbleng dikenal dengan kesenian

terbang. Melalui pendekatan secra intensif yang dilakukan di sanggar yang diteliti ditemukan tulisan yang masuk ke dalam landasan teoretis sebagai peneliti terdahul, tetapi peneliti sebelumnya belum membahas tentang simbol dan makna dari tarian tersebut.


(19)

B. Lokasi dan Sampel Penelitian

Lokasi pertama yang dikunjungi oleh peneliti adalah mengunjungi rumah dari Dede Jaelani Sholichin sebagai ketua Sanggar Asem Gede yang beralamat di Jl. Desa Jumbleng Kecamatan Losarang Kabupaten Indramayu. Dalam kunjungan yang pertama, peneliti melakukan wawancara dan menggali informasi agar dapat diproses untuk dilanjutkan ke tahap berikutnya. Adapun sampel penelitian yang didapat seperti studi pustaka dan informasi mengenai upacara adat ngunjung yang akan dilaksanakan pada bulan Desember. Sanggar Asem Gede akan menampilkan Tari Terbang Randu Kentir saat acara hiburan, untuk itu Dede menyarankan agar mengikuti acara tersebut dalam melakukan penelitian mengenai simbol dan makna gerak, rias, dan busana yang dipakai oleh penari tersebut.

Lokasi yang kedua adalah Kebuyutan Asem Gede di Desa Muntur Kecamatan Losarang Kabupaten Indramayu, yang berlokasi tidak jauh dari rumah Dede. Jaraknya hanya berkisar 500 meter, adapun ciri khas dari bangunan tersebut seperti tanah lapang yang terdapat pohon asem, sebuah bangunan yang ukurannya kecil untuk menyimpan benda pusaka yaitu Gentong, dan sebuah balai yang terbuka dalam acara ini balai berfungsi sebagai tempat atau arena dimana penari akan menarikan Tari Terbang Randu Kentir kemudian ada juga pemusik lengkap dengan seperangkat musik terbang ditambah dengan klonang dan kendang topeng tak ketinggalan penari ronggeng ketuk binaan Dede juga ikut mengisi acara di Kebuyutan tersebut.

Sampel yang didapat di lokasi ini yaitu peneliti mendapatkan gerak, rias, dan busana yang dimaksud untuk kemudian diteliti lebih dalam. Adapun alat yang digunakan untuk merekam adegan itu adalah kamera video. Hal ini sangat membatu peneliti dengan adanya video yang terekam dapat pula digunakan segabagai alat analisis gerak, maka peneliti memiliki bukti untuk dipertanggung jawabkan.

Lokasi yang ketiga adalah Balai Pelatihan Taman Budaya (BPTB) yang beralamatkan di daerah Dago Tea House, Bandung. Adapun sampel yang didapat berupa rekaman dan foto-foto hasil dari revitalisasi yang pernah diadakan pada tanggal 18 Juni 2011. Hal tersebut sangat membantu terutama dalam meneliti


(20)

22

gerak dengan foto dari berbgai ragam pose penari yang sedang menari Tari

Terbang Randu Kentir saat revitalisasi di BPTB. C. Definisi Istilah

Untuk memperjelas istilah dan menghindari terjadinya salah penafsiran terhadap judul penelitian yang diangkat yaitu “SIMBOL DAN MAKNA TARI

TERBANG RANDU KENTIR DI SANGGAR ASEM GEDE DESA JUMBLENG KECAMATAN LOSARANG KABUPATEN INDRAMAYU”,

maka peneliti memberikan batasan-batasan istilah yang terdapat dalam judul penelitian, sebagai berikut.

Simbol adalah sebuah bentuk lain yang menggambarkan sesuatu dari

berbagai aspek yang ada baik dalam bahasa, seni, maupun peraturan. Simbol disini menunjuk pada gerak, rias, dan busana yang terdapat dalam Tari Terbang

Randu Kentir.

Makna adalah sebuah pengertian atau arti dari sebuah karya seni yaitu seni

tari yang memiliki kebermaknaan dalam setiap bentuk gerak, rias, dan busana. Gerak Tari Terbang Randu Kentir adalah bentuk bahasa tubuh melalui gerak yang dihasilkan dari tubuh penari yang didalamnya terdapat struktur atau susunan gerak yang bermakna, kemudian gerak dalam tari tersebut dinamakan Tari Terbang

Randu Kentir.

Sanggar Asem Gede adalah suatu sarana dalam proses pembelajaran pendidikan tari secara non-formal dan dipimpin oleh seorang ketua yang diberi nama Asem Gede yang terletak di Desa Jumbleng Kabupaten Indramayu. Sanggar ini mengajarkan Tari Topeng dan Tari Terbang Randu Kentir. Dengan demikian penelitian akan memaparkan tentang simbol dan makna dari gerak, rias, dan busana Tari Terbang Randu Kentir.


(21)

D. Fokus Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini, maka fokus penelitiannya yaitu, mengenai Simbol dan Makna Tari Terbang Randu

Kentir Di Sanggar Asem Gede untuk gerak dan rias busana tarinya dengan

unsur-unsur pokok yang harus ditemukan sesuai dengan butir-butir rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian. Adapun pada situasi yang dikaji mengenai proses pertunjukannya untuk mempermudah mengamati gerak dan rias busana, oleh karena itu, peneliti memngunjungi beberapa acara yang di dalamnya menyajikan pertunjukan Tari Terbang Randu Kentir agar penelitian dengan mudah mendapatkan hasil yang diinginkan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama penelitian adalah mendapatkan data (Sugiyono dalam Agustina, 2013:35). Tanpa mengetahui dan menguasai teknik pengumpulan data kita tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.

Dalam pengumpulan data ini, peneliti menggunakan empat cara sebagai upaya memperoleh data yang akurat, yaitu.

1. Teknik Observasi

Observasi atau pengamatan bertujuan untuk mengamati dan mendengar dalam rangka memahami, mencari jawaban, mencari bukti terhadap fenomena sosial ( prilaku, kejadian-kejadian, keadaan dan sebagainya). Hal dini dilakukan dengan cara mencatat, merekam, dan memotret fenomena tersebut guna penemuan dan analisis (Hasandi dalam Rahayu,2010:29).

Observasi dilakukan sebagai cara untuk mengalami dan mendokumentasikan pertunjukan Tari Terbang Randu Kentir. Selama masa penelitian di lapangan berlangsung dijumpai fakta bahwa pertunjukan Tari

Terbang Randu Kentir memiliki peruban dari segi fungsi, gerak, rias dan busana

yang digunakan.

Observasi dilakukan untuk menyaksikan pertunjukan Tari Terbang Randu


(22)

24

dibawakan dari rombongan Sanggar Asem Gede yang dipimpin oleh Dede beserta pemusik dan penari yang semuanya berjumlah dua puluh delapan orang. Delapan orang pemusik dan dua puluh orang penari yang semuanya merupakan anak didik dari Sanggar Asem Gede. Observasi ini dilakukan pada saat acara upacara adat desa tersebut yang dinamakan upacara adat ngunjung pada tanggal 28 Desember 2013, saat ini masyarakat melakukan ritual, syukuran, arak-arakan atau pawai mengelilingi desa dengan membawa benda pusaka yang dipercayai masyarakat sekitar untuk disimpan di suatu tempat yang dinamakan kebuyutan ( Buyut atau tanah leluhur yang dianggap sakral keberadaanya) dengan nama kebuyutannya yaitu kebuyutan Asem Gede.

Observasi berikutnya pada tanggal 29 Januari 2014 adalah Balai Pelatihan Taman Budaya Dago Tea House, Bandung. Observasi ini bertujuan untuk mendapatkan hasil rekaman video saat revitalisasi di Indramayu maupun taeter terbuka Taman Budaya, tetapi sangat disayangkan pihak Taman Budaya sendiri tidak memiliki rekaman saat sesi diskusi di Indramayu dan menyarankan untuk mengkonfirmasi ke Dinas PARIWISATA Kabupaten Indramayu.

Selain peneliti mendapatkan informasi seputar revitalisasi, peneliti juga mendapatkan video rekaman Tari Terbang Randu Kentir yang telah direvitalisasi dari gerak, rias, dan busananya, serta foto-foto. foto-foto yang didapat setidaknya mampu menggantikan video yang hilang karena dari salah satu poto terdapat saat sesi diskusi di Indramayu dan foto penari yang salah satu penarinya adalah maestro Tari Terbang Randu Ketir yaitu Ida.

2. Wawancara

Menurut Guba dan Lincoln dalam Rahayu (2010:30), tujuan dilakukan wawancara adalah mengkonstruksi menggali orang, kejadian, kegiatan. Organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian, dan lain-lain kompleksitas yang dijalani pada masa lalu: memproyeksikan, mengubah, dan memperluas konstruksi yang dikembangkan.

Teknik yang digunakan dalam penelitian adalah bentuk wawancara empat mata dan enam mata. Bentuk wawancara empat mata dilakukan dengan informasi kunci yaitu Dede sebagai pimpinan Sanggar Asem Gede. Dalam beberapa


(23)

kesempatan wawancara suatu saat informan dan peneliti berada pada jarak kejauhan, wawancara dilakukan melalui telepon. Wawancara ini dilakukan pada tanggal 19 November 2013 yang menanyakan tentang alamat sanggar dan memberikan pemahan bahwa sanggar pimpinannya akan dijadikan tempat penelitian tentang Tari Terbang Randu Kentir.

Pada tanggal 22 dan 28 Desember 2013, Peneliti bertemu secara langsung dengan Dede di kediamannya yang beralamat di Desa Muntur RT/RW:06/01 No.49 Kecamatan Losarang Kabupaten Indramayu. Dalam wawancaranya peneliti mendapatkan informasi seputar Sanggar Asem Gede kemudian sejarah dari Tari

Terbang Randu Kentir yang diajarkan di sanggarnya, mengetahui gerak tari yang

diajarkan, kemudian rias busana yang digunakan oleh penari yang merupakan anak didiknya di sanggar tersebut. Selain mendapatkan informasi seputar Tari

Terbang Randu Kentir, beliau juga menceritakan bahwa adanya perubahan gerak

yang telah dibakukan dalam acara revitalisasi pada tahun 2011, dimana hasilnya menjadi 10 ragam gerak yang paten ada di Tari Terbang Randu Kentir. Oleh karena itu, beliau memberikan saran untuk mencari informasi tentang data hasil revitalisasi pada tahun 2011 kepada M. Nanu Munajat selaku dosen STSI Bandung sekaligus sebagai pemateri pada saat itu. Kemudian diwawancarai kembali pada tanggal 17 Januari 2014. Wawancara mendalam enam mata dilakukan peneliti dengan mahestro Tari Terbang Randu Kentir yaitu Ida disertai dengan Dede sebagai nara sumber kunci.

Format wawancara dilakukan dengan wawancara terbuka. Wawancara secara terbuka dilakukan secra langsung antara peneliti dengan informan yang diwawancarai. Melalui bentuk wawancara terbuka menjadi dialog terhadap materi pertanyaan.

Pengumpulan data primer selain diperoleh melalui wawancara juga didukung oleh data melalui pengamatan secara langsung yang ditemui di lapangan. Kemudian peneliti menemukan sumber-sumber baru yang kemudian sumber tersebut masuk ke dalam narasumber pendukung.


(24)

26

Wawancara dengan Mas Nanu Munajat pada tanggal 21 januari 2014, di Jl. Sersan Bajuri No. 56/57 Cihideung Bandung. Beliau memberikan suatu data mengenai gerak Tari Terbang Randu Kentir di STSI Bandung di ajarkan sebagai salah satu materi ajar, selain itu beliau menceritakan tentang sejarah terbentuknya gerak-gerak yang dibuat oleh Caya pada saat itu, karena beliau sempat melakukan penelitian yang dilakukan bersama rekannya. Beliau juga menceritakan beberapa materi tentang acara revitalisasi pada tahun 2011 yang kemudian beliau memberikan saran untuk menemui Supali Kasim selaku budayawan Indramayu yang menjadi salah satu pemateri juga di acara revitalisasi.

Wawancara dengan Supali Kasim selaku pemateri diskusi dalam acara revitalisasi Tari Terbang Randu Kentir tahun 2011, wawancara ini dilakukan di kediamannya Jl. Jati No.7 Perumahan Griya Paoman Asri Indramayu, pada tanggal 8 Februari 2014. Beliau lebih menjelaskan tentang budaya yang berkembang di Indramayu dari masa ke masa, karena beliau kurang mengerti tentang gerak tari. Selain itu beliau mampu memberikan informasi mengenai perkembangan Tari Terbang Randu Kentir di masyarakat dan jenis-jenis tarian yang ada di Indramayu yang masih dikenal oleh masyarakat Indramayu.

3. Studi Dokumentasi

Pedoman studi dokumentasi berupa pengambilan data sesuai dengan indentifikasi penelitian, data tersebut dapat berbentuk video, foto-foto, buku, dan artikel. Adapun hasil yang telah didapat oleh peneliti menemukan beberapa dokumentasi yang dapat mendukung dan membantu dalam proses penulisan.

Pada tanggal 28 Desember 2013, peneliti melalukan pengambilan video pertunjukan Tari Terbang Randu Kentir peneliti menggunakan kamera video untuk peliputannya di upacara adat ngunjung Desa Jumbleng Losarang Kabupaten Indramayu, tarian ini berfungsi sebagai acara hiburan bagi masyarakat sekaligus sebagai apresiator dan membantu peneliti dalam pengumpulan data untuk mengetahui ragam gerak tari dan rias busana.

Pada tanggal 28 Januari 2014, peneliti mencari data berupa video Tari


(25)

untuk menambah referensi yang dianjurkan oleh narasumber Mas Nanu Munajat selaku dosen tari di STSI Bandung.

Pada tanggal 29 Januari 2014, peneliti mengunjungi Taman Budaya di Dago Tea Hose Bandung. Dalam kunjungannya, peneliti mencari video pertunjukan Tari Terbang Randu Kentir dalam acara revitalisasi pada tahun 2011, dengan begitu peneliti dapat dengan mudah mengetahui perbedaan gerak maupun rias busana yang dikenakan oleh penari, karena dalam video ini Tari Terbang

Randu Kentir ditarikan oleh maestro tarinya adalah Ida. 4. Studi Pustaka

Menurut Nyoman Kutha Ratna (2010:276) dalam buku Andi Prastowo menyatakan sebagai berikut.

Studi pustaka adalah bahan-bahan bacaan yang secara khusus berkaitan dengan objek penelitian yang sedang dikaji. Informasi bahan bacaan itu dapat diperoleh dari buku-buku ilmiah, laporan penelitian, karangan-karangan ilmiah, skripsi, tesis dan disertasi, peraturan-peraturan, ketetapan-ketetapan, artikel, ensiklopedia, dan sumber-sumber tertulis baik tercetak maupun elektronik lain. Menyusun stadi pustaka perlu usaha untuk mengumpulkan sumber sebanyak-banyaknya. Sumber tersebut harus relevan dengan masalah yang diangkat dalam penelitian.

Studi pustaka merupakan suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari suatu penelitian. Teori-teori yang mendasari masalah dan bidang yang akan diteliti dapat ditemukan dengan melakukan studi pustaka. Selain itu peneliti dapat memperoleh informasi tentang penelitian-penelitian sejenis atau yang ada kaitannya dengan penelitian, dan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.

Dengan melakukan studi pustaka, peneliti dapat memanfaatkan semua informasi dan pemikiran-pemikiran yang relevan dengan penelitiannya. Setelah masalah penelitian ditemukan, peneliti melakukan studi pustaka yang merupakan suatu kegiatan penting yang harus dilakukan oleh seorang peneliti, baik sebelum maupun selama penelitian berlangsung. Beberapa sumber yang telah peneliti baca selama proses penulisan skripsi ini yaitu berupa buku mengenai koreografi, komposisi tari, kreativitas seorang penata tari, tata busana/kostum, tata rias, dan


(26)

28

tentang simbol dan makna, serta teori metode penelitian yang berkaitan dengan masalah yang akan dikaji dalam penelitian. Artikel dan tulisan-tulisan dari internet yang dianggap mendukung terhadap teori, skripsi terdahulu sebagai sumber primer dan lain sebagainya.

F. Instrumen Penelitian

Pengertian instrumen penelitian menurut ahli, sebagai berikut.

Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. (Suharsimi Arikunto, 200:134)

Dengan kata lain instrumen itu merupakan alat yang digunakan untuk melakukan sesuatu. Dan penelitian adalah pemeriksaan, penyelidikan, kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis dan penyajian data secara sistematis dan objektif. Dengan masing-masing pengertian kata tersebut di atas, maka instrumen penelitian adalah semua alat yang digunakan untuk mengumpulkan, memeriksa, menyelidiki suatu masalah, atau mengumpulkan, mengolah, menganalisis dan menyajikan data-data secara sistematis serta objektif dengan tujuan memecahkan suatu persoalan.

Instrumen merupakan hal yang sangat penting di dalam kegiatan penelitian. Hal ini karena perolehan suatu informasi atau data relevan atau tidaknya, tergantung pada alat ukur tersebut. Oleh karena itu, alat ukur penelitian harus memiliki validitas dan reliabilitas yang memadai instrumen penelitian dirancang untuk satu tujuan penelitian dan tidak akan bisa digunakan pada penelitian lain. Kekhasan setiap obyek penelitian membuat seorang peneliti harus merancang sendiri instrumen yang akan digunakannya. Susunan instrumen untuk setiap penelitian tidak selalu sama dengan penelitian yang lain. Hal ini disebabkan, karena setiap penelitian mempunyai tujuan dan mekanisme kerja yang berbeda-beda.

Dapat disimpulkan instrumen utama dalam melakukan penelitian ini adalah peneliti sendiri, karena kehadiran peneliti dalam penelitian kualitatif merupakan sebuah keharusan. Penelitian ini lebih mengutamakan observasi


(27)

terhadap fenomena yang ada maupun wawancara yang dilakukan sendiri oleh peneliti sebagai instrumen penelitian, selain itu peneliti juga menggunakan studi pustaka sebagai data tertulis dan bahan perbandingan.

Oleh sebab itu, kemampuan pengamatan peneliti untuk memahami fokus penelitian secara mendalam sangat dibutuhkan agar data yang diperoleh optimal dan kredibel. Kehadiran peneliti di lokasi penelitian bertujuan untuk meningkatkan intensitas peneliti dalam berinteraksi dengan sumber data sebagai upaya mendapatkan informasi yang lebih valid dan absah terkait dengan fokus penelitian yaitu simbol dan makna Tari Terbang Randu Kentir mengenai gerak. rias busana, fungsi, dan pertunjukan Tari Terbang Randu Kentir. Untuk itu, peneliti diharapkan mampu membangun hubungan yang lebih akrab dan wajar, sehingga tumbuh kepercayaan bahwa hasil penelitian tidak akan digunakan terhadap hal-hal yang menyimpang dan dapat merugikan informan atau bahkan berimbas pada lembaga yang dipimpinnya.

G. Pengolahan dan Analisis Data

Setelah data penelitian selesai dikumpulkan dengan lengkap di berbagai sumber, tahap selanjutnya yang dilakukan peneliti yaitu mengolah dan menganalisis data. Data mentah yang telah dikumpulkan oleh peneliti tidak akan ada gunanya, jika tidak diolah. Pengolahan data merupakan bagian yang amat penting dalam metode ilmiah, karena dengan pengolahan data, data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian. Data mentah yang telah dikumpulkan perlu dipecah-pecahkan dalam kelompok-kelompok, diadakan kategorisasi, dilakukan manipulasi, serta diperas sedemikian rupa sehingga data tersebut mempunyai makna untuk menjawab masalah dan bermanfaat untuk menguji pertanyaan penelitian. Mengadakan manipulasi terhadap data mentah berarti mengubah data mentah tersebut dari bentuk awalnya menjadi suatu bentuk yang dapat dengan mudah memperlihatkan hubungan-hubungan antara fenomena.


(28)

30

Teknis analisis data yang digunakan yaitu dianalisis secara Triangulasi yang diuraikan secara sistematik untuk dijadikan sebagai bahan laporan dimana data yang kita peroleh lebih konsisten, tuntas dan pasti. Mengingat data yang terkumpul dan berhasil dijaring melalui teknik-teknik pengumpulan data masih merupakan data mentah. Dalam penelitiannya peneliti mengolah data mentah seperti data mentah yang berasal dari hasil wawancara, observasi, dan studi pustaka atau dokumentasi untuk dijadikan data pasti yang sudah menjadi bagian dalam penulisannya berbentuk skripsi. Seperti dalam melakukan teknik ini tentunya membuat instrumen penelitian sebagai pedoman dalam melakukan teknik ini agar tidak keluar jalur yaitu mengacu kepada identifikasi masalah mengenai simbol dan makna pada gerak, rias, dan busana Tari Terbang Randu

Kentir. Dalam buku Andi Prastowo menyatakan teknik Triangulasi merupakan

suatu teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada (Sugiyono dalam Agustin, 2013:42)

Teknik samangat membantu peneliti seperti data mentah hasil dari obeservasi ke tempat penelitian yaitu Sanggar Asem Gede peneliti mendapatkan data-data penting yaitu data-data seperti foto-foto, beberapa penghargaan yang di pajang di dinding sanggar tersebut yang mampu membuktikan bahwa sanggar ini layak untuk diteliti. Dalam hal ini dilakukan pula wawancara kepada nara sumber yang mampu memberikan informasi berupa dialog, data-data seperti buku yang berhubungan dengan topik penelitian yang diangkat, dari situ peneliti diberikan beberapa nomor untuk dijadikan narasumber berikutnya. Setelah itu peneliti menggali informasi untuk mendapatkan dokumen-dokumen yang mampu memperkuat sutu penyusunan diamana dilakukannya teknik studi pustaka. Dapat diketahui dari beberapa keterangan di atas teknik Triangulasi atau penggabungan dari tiga teknik pengumpulan data ini mampu membatu penulisan dan memberikan fokus dalam penyusunannya.(Sugiyono dalam Agustina, 2013:45)


(29)

Observasi Wawancara

Studi Pustaka

Bagan 3.1 Triangulasi dengan tiga teknik pengumpulan data Sumber: Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (2010:372)

Untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan tekhnik yang berbeda. Data diperoleh dengan observasi, lalu dicek dengan wawancara atau dokumentasi, dan studi pustaka. Seluruh proses analisis, siklus triangulasi tersebut dilakukan dengan berulang- ulang diantara kegiatan pemilihan data, penyajian data serta penarikan kesimpulan dan saling berhubungan dari awal hingga akhir penelitian

H. Langkah-langkah Penelitian

Untuk membantu mempermudah proses penelitian di lapangan, peneliti mengikuti langkah-langkah sebagai berikut.

1. Pemilihan Topik atau Judul

Dalam pemilihan topik atau judul peneliti sebelumnya membuat anggapan sementara untuk membuat suatu rumusan masalah yang berhubungan dengan judul yang diangkat. Adapun topik atau judul yang diangkat adalah “SIMBOL

DAN MAKNA TARI TERBANG RANDU KENTIR DI SANGGAR ASEM GEDE DESA JUMBLENG KABUPATEN INDRAMAYU”. Setelah topik atau judul didapat peneliti memberikan gambaran atau asumsi sementara untuk dikonsultasikan kepada dosen pembimbing, untuk membatu penulisan peneliti mencari data sementara dari artikel, buku, maupun penelitian terdahulu sebelum


(30)

32

terjun langsung ke lapangan.

2. Penyusunan Proposal

Setelah topik permasalahan dan judul telah disetujui, peneliti selanjutnya yaitu menyusun proposal penelitian. Dengan menyusun latar belakang, konteks dan fokus permasalahan, kerangka kerja teoretis, deskripsi data penelitian, dan verifikasi atau kesimpulan dan implikasinya yang akan menjadi bentuk skripsi.

Dalam proses penyusunanya, peneliti melalukan beberapa langkah-langkah dalam menyusun proposal . Dimana sebelumnya sekitar bulan September dewan skripsi mengumumkan bahwa mahasiswa yang akan mengikuti sidang proposal untuk mengumpulkan minimal tiga judul skripsi terlebih dahulu. Setelah pengumpulan judul skripsi, maka yang terpilih dari tiga judul itu adalah

“SIMBOL DAN MAKNA GERAK TARI TERBANG RANDU KENTIR DI

SANGGAR ASEM GEDE DESA JUMBLENG KECAMATAN LOSARANG

KABUPATEN INDRAMAYU”, dan dilakukan sidang skripsi sekitar bulan

November.

Pada tanggal 16 Januari 2014, peneliti melakukan bimbingan awal bersama dosen pembimbing yang di dalamnya membahas tentang pendahuluan bimbingan, schedule penelitian, target pencapaian, revisi proposal, diskusi judul skripsi, latar belakang masalah, dan identifikasi masalah. Dalam pertemuan pertama ini, setelah dianalisis bersama dosen pembimbing ada perubahan judul dan rumusan masalah menjadi “SIMBOL DAN MAKNA TARI TERBANG

RANDU KENTIR DI SANGGAR ASEM GEDE DESA JUMBLENG

KABUPATEN INDRAMAYU” perubahan tersebut merujuk dari aturan

penulisan skripsi dalam buku panduan UPI yang menyebutkan bahwa dalam judul maksimal terdapat 14 kata, dan dalam rumusan masalah mengenai simbol dan makna gerak, rias dan busana.

Oleh karena itu, ada penghilangan kata gerak dalam judul dan kata Kecamatan Losarang. Setelah melaui beberapa kali bimbingan peneliti menyelesaikan proposal dan mendapatkan SK untuk penyusunan skripsi pada taggal 3 maret 2014.


(31)

3. Survei

Setelah menetapkan judul yang sudah disetujui oleh para pembimbing dan peneliti mendapatkan alamat tempat penelitian dari narasumber, peneliti melakukan survei ke tempat penelitian untuk memastikan kebenaran informasi yang didapatkan mengenai tempat penelitiannya dan menanyakan kebenaran atas data mentah yang didapat peneliti kepada pihak yang terkait yaitu Dede sebagai ketua Sanggar Asem Gede (sanggar yang diteliti).

Dalam penelitiannya telah dilakukan beberapa kali survei untuk penelitian, dimana peneliti mensurvei tempat yang di teliti yaitu Sanggar Asem Gede binaan Dede. Survei ini dilakukan terhitung dari sekitar minggu keempat bulan Desember sampai bulan Februari, dengan melakukan tiga kali survei. Survei awal dilakukan untuk memastikan tempat sesuai dengan alamat yang telah diberi oleh Dede, kemudian survei kedua menghadiri acara upacara adat ngunjung untuk mengetahui pertunjukan Tari Terbang Randu Kentir dimana Dede sudah memberikan Informasi sebelumnya guna membantu proses penelitian, dan survei ketiga beliau memberikan informasi untuk menghadiri salah satu murid bimbinganya yang bernama Dwi, untuk melakukan kegiatan ujian akhir di STSI Bandung dengan menampilkan Tari Terbang Randu Kentir dimana beliau bertindak sebagai koreografer sekaligus komposer. Dengan adanya survei ini dapat membantu peneliti dalam proses penyusunan dan memberikan apresiasi yang berguna bagi peneliti.

4. Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data yang sesuai dengan identifikasi masalah yaitu tentang gerak-gerak tari, tata rias dan kostum Tari Terbang Randu Kentir, dan data yang diperoleh tersebut dapat bersifat deskriptif dalam bentuk kata-kata maupun gambar. Data dapat diperoleh melalui wawancara, observasi, studi dokumentasi, dan stadi pustaka yaitu melalui internet, jurnal, artikel, sumber buku, skripsi dan sumber lainnya yang mendukung data penelitian.


(32)

34

5. Penyusunan Laporan

Secara umum laporan penelitian pada dasarnya merupakan upaya peneliti mengkomunikasikan hasil atau temuan yang diperoleh kepada pihak-pihak tertentu. Dalam menyusun laporan penelitian kualitatif, acuan pola yang digunakan memuat sekurang-kurangnya empat persoalan pokok, yaitu konteks dan identifikasi masalah, kerangka kerja teoretis, deskripsi data penelitian, dan verifikasi atau kesimpulan. (Agustina,2013:44)


(33)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A.Kesimpulan

Tari Terbang Randu Kentir merupakan tarian yang termasuk dalam rumpun tari rakyat, karena tarian ini tumbuh dan berkembang di masyarakat dan menjadi identitas bagi masyarakat khususnya di Desa Jumbleng Kabupaten Indramayu. Tari Terbang Randu Kentir pada awalnya berfungsi sebagai upacara adat randu kentir. Dari masa ke masa Tari Terbang Randu Kentir tidak lagi terkenal, dan sekarang berfungsi sebagai tarian hiburan. Oleh karena itu dilakukan revitalisasi Tari Terbang Randu Kentir pada tanggal 18 Juni 2011 di Dago Bandung. Revitalisasi ini bertujuan untuk mempromosikan kembali Tari Terbang

Randu Kentir yang hampir punah sebagai warisan budaya khususnya Kabupaten

Indramayu.

Simbol dan makna gerak yang terkandung dalam Tari Terbang Randu

Kentir terdapat dalam gerak manji, gerak tunggak kebanjiran, gerak randa ngawe,

gerak serogan,dan gerak dederan. Simbol dan makna yang terkandung dalam gerak Tari Terbang Randu Kentir, sebagai berikut.

1. Simbol manji dengan makna yang terkandung merupakan gambaran keimanan seorang muslim yang mempercayai atau meyakini bahwa tuhannya itu satu yaitu Allah SWT.

2. Simbol tunggak kebanjiran dengan makna yang terkandung merupakan gambaran karakteristik air bah (banjir) yang meluap dan gambaran karakter air sungai yang deras dalam kisah hanyutnya Ki Dariwan di sungai Cimanuk.

3. Simbol randa ngawe merupakan makna tentang identitas maupun status Nyi Dariwan dalam kisahnya yang kehilangan suami dan pada akhirnya hidup menjadi atau randa dalam bahasa Indramayu.


(34)

104

4. Simbol serogan memiliki makna tetang mata pencaharian masyarakat Indramayu yang mayoritas bermata pencaharian sebagai nelayan dan petani kemudian digambarkan melalui gerak serogan.

5. Simbol dederan dengan makna Nyi Dariwan yang memperhatikan atau melihat dari kejauhan pohon randu yang hanyut di sungai Cimanuk dalam kisah Nyi Dariwan.

Simbol dan makna yang terkandung dalam rias dan busana terletak pada

iket wulung, sumping, dan motif batik lokcan yang terdapat pada samping atau tapih. Adapun rias busana Tari Terbang Randu Kentir pada awalnya mendapat

pengaruh dari budaya Hindu-Buddha, yang kemudian mendapat perubahan saat agama Islam masuk ke Indramayu pada saat itu. Budaya Hindu-Buddha yang nampak dapat dilihat dari kesenian Wayang Cepak, dimana kisahnya diambil dari cerita Mahabarata. Rias busana Tari Terbang Randu Kentir diadopsi dari tokoh Wayang Cepak yaitu Damar Wulan, hanya terdapat perbedaan yang terletak pada busana pelengkap yaitu sumping.

Simbol busana dalam Tari Terbang Randu Kentir tidak terlepas dari pengaruh budaya agama Islam dan masyarakat pendatang dari Cina. Simbol dan makna tersebut dapat dilihat dari simbol iket wulung yang digunakan Ki Kuwu Sangkan dalam menyebarkan agama Islam, simbol sumping yang digunakan berbentuk seperti tasbih (alat untuk berdzikir) yang merupakan budaya Islam, dan simbol motif lokcan sebagai pengaruh budaya Cina yang mempengaruhi perkembangan motif batik Indramayu melalui masyarakat pendatang (masyarakat Tionghoa).

Berdasarkan simbol dan makna yang terdapat pada gerak, rias, busana, dan peristiwa yang menjadi latar belakangnya. Maka dapat disimpulkan bahwa tari

Terbang Randu Kentir merupakan ungkapan atau perwujudan Ki Dariwan.

Adapun Kisahnya yang hanyut di sungai Cimanuk, menjadikan tarian ini sebagai tari daerah setempat, di Desa Jumbleng Indramayu. Dalam perkembangannya Tari Terbang Randu Kentir tidak terlepas dari pengaruh budaya yang berkembang pada saat itu, seperti pengaruh agama Hindu-Budha sampai agama Islam masuk ke Indramayu.


(35)

B.Rekomendasi

Kesenian terutama seni Tari Terbang Randu Kentir, merupakan tarian yang tumbuh dan berkembang di masyarakat. Kesenian dapat berkembang dan lestari bila dibantu dan didukung oleh berbagai pihak. Berdasarkan hasil penelitian yang diungkapkan, peneliti ingin menyampaikan saran kepada beberapa pihak yang terkait sebagai berikut.

1. Bagi Peneliti

Peneliti ini harus lebih memahami tentang segala aspek yang terdapat dalam Tari Terbang Randu Kentir terutama dalam filosofi, karena dalam menentukan simbol dan makna yang terkandung harus terlebih dahulu memahani filosofi tarian tersebut.

2. Kepada pelaku seni yaitu Dede Jaelani S. untuk lebih meningkatkan lagi kualitas dalam pengajaran dan membina generasi muda agar lebih memahami akan kesenian yang menjadi identitas daerahnya sendiri, arena Sanggar Asem Gede merupakan sanggar asli Desa Jumbleng yang masih mempertahankan Tari Terbang Randu Kentir yang menjadi kebanggaan masyarakat desa tersebut.

3. Bagi pembaca dan khalayak umum, untuk dapat melanjutkan penelitian dalam iringan musik Tari Terbang Randu Kentir.

4. Untuk Pendidikan, diharapkan untuk memberikan informasi yang lebih lengkap terutama informasi mengenai Tari Terbang Randu Kentir, yang tergolong sebagai budaya kesenian yang harus dilestarikan.


(1)

32

terjun langsung ke lapangan.

2. Penyusunan Proposal

Setelah topik permasalahan dan judul telah disetujui, peneliti selanjutnya yaitu menyusun proposal penelitian. Dengan menyusun latar belakang, konteks dan fokus permasalahan, kerangka kerja teoretis, deskripsi data penelitian, dan verifikasi atau kesimpulan dan implikasinya yang akan menjadi bentuk skripsi.

Dalam proses penyusunanya, peneliti melalukan beberapa langkah-langkah dalam menyusun proposal . Dimana sebelumnya sekitar bulan September dewan skripsi mengumumkan bahwa mahasiswa yang akan mengikuti sidang proposal untuk mengumpulkan minimal tiga judul skripsi terlebih dahulu. Setelah pengumpulan judul skripsi, maka yang terpilih dari tiga judul itu adalah

“SIMBOL DAN MAKNA GERAK TARI TERBANG RANDU KENTIR DI

SANGGAR ASEM GEDE DESA JUMBLENG KECAMATAN LOSARANG

KABUPATEN INDRAMAYU”, dan dilakukan sidang skripsi sekitar bulan

November.

Pada tanggal 16 Januari 2014, peneliti melakukan bimbingan awal bersama dosen pembimbing yang di dalamnya membahas tentang pendahuluan bimbingan, schedule penelitian, target pencapaian, revisi proposal, diskusi judul skripsi, latar belakang masalah, dan identifikasi masalah. Dalam pertemuan pertama ini, setelah dianalisis bersama dosen pembimbing ada perubahan judul dan rumusan masalah menjadi “SIMBOL DAN MAKNA TARI TERBANG RANDU KENTIR DI SANGGAR ASEM GEDE DESA JUMBLENG

KABUPATEN INDRAMAYU” perubahan tersebut merujuk dari aturan

penulisan skripsi dalam buku panduan UPI yang menyebutkan bahwa dalam judul maksimal terdapat 14 kata, dan dalam rumusan masalah mengenai simbol dan makna gerak, rias dan busana.

Oleh karena itu, ada penghilangan kata gerak dalam judul dan kata Kecamatan Losarang. Setelah melaui beberapa kali bimbingan peneliti menyelesaikan proposal dan mendapatkan SK untuk penyusunan skripsi pada taggal 3 maret 2014.


(2)

3. Survei

Setelah menetapkan judul yang sudah disetujui oleh para pembimbing dan peneliti mendapatkan alamat tempat penelitian dari narasumber, peneliti melakukan survei ke tempat penelitian untuk memastikan kebenaran informasi yang didapatkan mengenai tempat penelitiannya dan menanyakan kebenaran atas data mentah yang didapat peneliti kepada pihak yang terkait yaitu Dede sebagai ketua Sanggar Asem Gede (sanggar yang diteliti).

Dalam penelitiannya telah dilakukan beberapa kali survei untuk penelitian, dimana peneliti mensurvei tempat yang di teliti yaitu Sanggar Asem Gede binaan Dede. Survei ini dilakukan terhitung dari sekitar minggu keempat bulan Desember sampai bulan Februari, dengan melakukan tiga kali survei. Survei awal dilakukan untuk memastikan tempat sesuai dengan alamat yang telah diberi oleh Dede, kemudian survei kedua menghadiri acara upacara adat ngunjung untuk mengetahui pertunjukan Tari Terbang Randu Kentir dimana Dede sudah memberikan Informasi sebelumnya guna membantu proses penelitian, dan survei ketiga beliau memberikan informasi untuk menghadiri salah satu murid bimbinganya yang bernama Dwi, untuk melakukan kegiatan ujian akhir di STSI Bandung dengan menampilkan Tari Terbang Randu Kentir dimana beliau bertindak sebagai koreografer sekaligus komposer. Dengan adanya survei ini dapat membantu peneliti dalam proses penyusunan dan memberikan apresiasi yang berguna bagi peneliti.

4. Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data yang sesuai dengan identifikasi masalah yaitu tentang gerak-gerak tari, tata rias dan kostum Tari Terbang Randu Kentir, dan data yang diperoleh tersebut dapat bersifat deskriptif dalam bentuk kata-kata maupun gambar. Data dapat diperoleh melalui wawancara, observasi, studi dokumentasi, dan stadi pustaka yaitu melalui internet, jurnal, artikel, sumber buku, skripsi dan sumber lainnya yang mendukung data penelitian.


(3)

34

5. Penyusunan Laporan

Secara umum laporan penelitian pada dasarnya merupakan upaya peneliti mengkomunikasikan hasil atau temuan yang diperoleh kepada pihak-pihak tertentu. Dalam menyusun laporan penelitian kualitatif, acuan pola yang digunakan memuat sekurang-kurangnya empat persoalan pokok, yaitu konteks dan identifikasi masalah, kerangka kerja teoretis, deskripsi data penelitian, dan verifikasi atau kesimpulan. (Agustina,2013:44)


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A.Kesimpulan

Tari Terbang Randu Kentir merupakan tarian yang termasuk dalam rumpun tari rakyat, karena tarian ini tumbuh dan berkembang di masyarakat dan menjadi identitas bagi masyarakat khususnya di Desa Jumbleng Kabupaten Indramayu. Tari Terbang Randu Kentir pada awalnya berfungsi sebagai upacara adat randu kentir. Dari masa ke masa Tari Terbang Randu Kentir tidak lagi terkenal, dan sekarang berfungsi sebagai tarian hiburan. Oleh karena itu dilakukan revitalisasi Tari Terbang Randu Kentir pada tanggal 18 Juni 2011 di Dago Bandung. Revitalisasi ini bertujuan untuk mempromosikan kembali Tari Terbang

Randu Kentir yang hampir punah sebagai warisan budaya khususnya Kabupaten

Indramayu.

Simbol dan makna gerak yang terkandung dalam Tari Terbang Randu

Kentir terdapat dalam gerak manji, gerak tunggak kebanjiran, gerak randa ngawe,

gerak serogan,dan gerak dederan. Simbol dan makna yang terkandung dalam gerak Tari Terbang Randu Kentir, sebagai berikut.

1. Simbol manji dengan makna yang terkandung merupakan gambaran keimanan seorang muslim yang mempercayai atau meyakini bahwa tuhannya itu satu yaitu Allah SWT.

2. Simbol tunggak kebanjiran dengan makna yang terkandung merupakan gambaran karakteristik air bah (banjir) yang meluap dan gambaran karakter air sungai yang deras dalam kisah hanyutnya Ki Dariwan di sungai Cimanuk.

3. Simbol randa ngawe merupakan makna tentang identitas maupun status Nyi Dariwan dalam kisahnya yang kehilangan suami dan pada akhirnya hidup menjadi atau randa dalam bahasa Indramayu.


(5)

104

4. Simbol serogan memiliki makna tetang mata pencaharian masyarakat Indramayu yang mayoritas bermata pencaharian sebagai nelayan dan petani kemudian digambarkan melalui gerak serogan.

5. Simbol dederan dengan makna Nyi Dariwan yang memperhatikan atau melihat dari kejauhan pohon randu yang hanyut di sungai Cimanuk dalam kisah Nyi Dariwan.

Simbol dan makna yang terkandung dalam rias dan busana terletak pada

iket wulung, sumping, dan motif batik lokcan yang terdapat pada samping atau tapih. Adapun rias busana Tari Terbang Randu Kentir pada awalnya mendapat

pengaruh dari budaya Hindu-Buddha, yang kemudian mendapat perubahan saat agama Islam masuk ke Indramayu pada saat itu. Budaya Hindu-Buddha yang nampak dapat dilihat dari kesenian Wayang Cepak, dimana kisahnya diambil dari cerita Mahabarata. Rias busana Tari Terbang Randu Kentir diadopsi dari tokoh Wayang Cepak yaitu Damar Wulan, hanya terdapat perbedaan yang terletak pada busana pelengkap yaitu sumping.

Simbol busana dalam Tari Terbang Randu Kentir tidak terlepas dari pengaruh budaya agama Islam dan masyarakat pendatang dari Cina. Simbol dan makna tersebut dapat dilihat dari simbol iket wulung yang digunakan Ki Kuwu Sangkan dalam menyebarkan agama Islam, simbol sumping yang digunakan berbentuk seperti tasbih (alat untuk berdzikir) yang merupakan budaya Islam, dan simbol motif lokcan sebagai pengaruh budaya Cina yang mempengaruhi perkembangan motif batik Indramayu melalui masyarakat pendatang (masyarakat Tionghoa).

Berdasarkan simbol dan makna yang terdapat pada gerak, rias, busana, dan peristiwa yang menjadi latar belakangnya. Maka dapat disimpulkan bahwa tari

Terbang Randu Kentir merupakan ungkapan atau perwujudan Ki Dariwan.

Adapun Kisahnya yang hanyut di sungai Cimanuk, menjadikan tarian ini sebagai tari daerah setempat, di Desa Jumbleng Indramayu. Dalam perkembangannya Tari Terbang Randu Kentir tidak terlepas dari pengaruh budaya yang berkembang pada saat itu, seperti pengaruh agama Hindu-Budha sampai agama Islam masuk ke


(6)

B.Rekomendasi

Kesenian terutama seni Tari Terbang Randu Kentir, merupakan tarian yang tumbuh dan berkembang di masyarakat. Kesenian dapat berkembang dan lestari bila dibantu dan didukung oleh berbagai pihak. Berdasarkan hasil penelitian yang diungkapkan, peneliti ingin menyampaikan saran kepada beberapa pihak yang terkait sebagai berikut.

1. Bagi Peneliti

Peneliti ini harus lebih memahami tentang segala aspek yang terdapat dalam Tari Terbang Randu Kentir terutama dalam filosofi, karena dalam menentukan simbol dan makna yang terkandung harus terlebih dahulu memahani filosofi tarian tersebut.

2. Kepada pelaku seni yaitu Dede Jaelani S. untuk lebih meningkatkan lagi kualitas dalam pengajaran dan membina generasi muda agar lebih memahami akan kesenian yang menjadi identitas daerahnya sendiri, arena Sanggar Asem Gede merupakan sanggar asli Desa Jumbleng yang masih mempertahankan Tari Terbang Randu Kentir yang menjadi kebanggaan masyarakat desa tersebut.

3. Bagi pembaca dan khalayak umum, untuk dapat melanjutkan penelitian dalam iringan musik Tari Terbang Randu Kentir.

4. Untuk Pendidikan, diharapkan untuk memberikan informasi yang lebih lengkap terutama informasi mengenai Tari Terbang Randu Kentir, yang tergolong sebagai budaya kesenian yang harus dilestarikan.