MAKNA SIMBOL TARI TELU SERANGKAI PADA MASYARAKAT KARO.

(1)

MAKNA SIMBOL TARI TELU SERANGKAI

PADA MASYARAKAT KARO

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

SISKA ERNITA BATUBARA

2113340048

JURUSAN SENDRATASIK

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


(2)

ABSTRAK

SISKA ERNITA BATUBARA, NIM 2113340048, Makna Simbol Tari Telu Serangkai Pada Masyarakat Karo. Fakultas Bahasa Dan Seni, Universitas Negeri Medan. 2015

Penelitian ini membahas tentang tari Telu Serangkai yang ada di Desa Seberaya Kabupaten Karo yang bertujuan untuk mengetahui makna simbol tari Telu Serangkai.

Untuk membahas tujuan penelitian diatas digunakan teori yang berhubungan dengan topik penelitian, seperti teori makna dari Anderson dalam Anya Peterson terjemahan F.X Widaryanto(2001:211-212), teori simbol dari Sumandiyo Hadi dalam bukunya Sosiologi Tari (2005:22). Metodologi penelian pada penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif, teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi kepustakaan, observasi, wawancara, dokumentasi.

Waktu penelitian yang digunakan untuk membahas tari Telu Serangkai selama dua bulan, yaitu dari bulan Juni sampai Agustus 2015. Lokasi penelitian adalah Desa Seberaya Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, simbol tari Telu Serangkai ini adalah percintaan muda-mudi pada masyarakat Karo. Makna simbol percintaan tersebut dijabarkan dari setiap gerak yang dilakukan, yaitu: gerak hormat, gerak sada tan, gerak tan erputar, gerak tan datas bara, gerak ngelegi pudun, gerak mulih, busana yang dikenakan oleh penari perempuan, yaitu: tudung, rudang-rudang, langge-langge, kebaya, dan songket, busana yang digunakan oleh penari laki-laki, yaitu: bulang-bulang, cengkok-cengkok, baju, sampan, dan celana, serta pola lantainya, yaitu membentuk dua baris berbanjar.


(3)

ABSTRACT

SISKA ERNITA BATUBARA, NIM 2113340048, Telu Serangkai Dance Symbol Meaning Ones At Karo Society. Faculty of Language and Art, State University of Medan. 2015

This study discusses the Triad Telu Serangkai dance in the village of Karo Seberaya which aims to determine the meaning of the symbol of dance Telu

serangkai Triad.

To discuss the above research purposes used the theory related to the topic of research, such as the theory of meaning from Anderson in FX translation Widaryanto Anya Peterson (2001: 211-212), the theory of the symbol of Sumandiyo Hadi in his Sociology of Dance (2005: 22). Methodology The study presented in this research use descriptive qualitative data collection techniques done with literature study, observation, interviews, documentation. The research was used to discuss the Triad telu dance for two months, from June to August 2015. The research location is the village of the District Seberaya

Tigapanah Karo.

Based on research that has been done, the symbol of the dance are the Ones telu young romance in the Karo people. The meaning of the symbol of romance is derived from every movement made, namely: the motion of respect, motion sada tan, motion tan erputar, motion tan datas coals, motion ngelegi pudun, motion mulih, the garment worn by the female dancers, namely: hoods, rudang-rudang , Langge-Langge, kebaya, and songket, clothing that is used by the male dancers, namely: headdress-headdress, twisted-twisted, clothing, canoes, and pants, as well as floor pattern, ie forming two rows.


(4)

ABSTRACT

SISKA Ernita COAL, NIM 2113340048, telu Dance Symbol Meaning Ones At Karo Society. Faculty of Language and Art, State University of Medan. 2015 This study discusses the Triad telu dance in the village of Karo Seberaya which

aims to determine the meaning of the symbol of dance telu Triad. To discuss the above research purposes used the theory related to the topic of

research, such as the theory of meaning from Anderson in FX translation Widaryanto Anya Peterson (2001: 211-212), the theory of the symbol of

Sumandiyo Hadi in his Sociology of Dance (2005: 22).

Methodology The study presented in this research use descriptive qualitative data collection techniques done with literature study, observation, interviews, documentation.

The research was used to discuss the Triad telu dance for two months, from June to August 2015. The research location is the village of the District Seberaya Tigapanah Karo.

Based on research that has been done, the symbol of the dance are the Ones telu young romance in the Karo people. The meaning of the symbol of romance is derived from every movement made, namely: the motion of respect, motion sada tan, motion tan erputar, motion tan datas coals, motion ngelegi pudun, motion mulih, the garment worn by the female dancers, namely: hoods, rudang-rudang , Langge-Langge, kebaya, and songket, clothing that is used by the male dancers, namely: headdress-headdress, twisted-twisted, clothing, canoes, and pants, as well as floor pattern, ie forming two

rows berbanjar.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan Rahmat dan KasihNya, sehingga penulis dapat menyelesikan Skripsi ini dengan judul “Makna Simbol Tari Telu Serangkai Pada Masyarakat Karo. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana S1 Jurusan Sendratasik Program Studi Pendidikan Tari, Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan.

Banyak bantuan dan dukungan yang penulis dapatkan dalam menyelesaikan Skripsi ini. Untuk itu rasa hormat dan ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada:

1. Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd Rektor Universitas Negeri Medan.

2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan.

3. Uyuni Widiastuti, M.Pd Ketua Jurusan Sendratasik Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan.

4. Sitti Rahmah, S.Pd, M.Si Ketua Program Studi Pendidikan Tari dan sekaligus sebagai Dosen Pembimbing Skripsi I.

5. Dra. Dilinar Adlin, M.Pd Pembimbing Skripsi II.

6. Irwansyah, M.Sn Dosen Pembimbing Akademik penulis sekaligus Dosen Penguji I.

7. Yusnizar Heniwaty, S.S.T, M.Hum Dosen Penguji II.

8. Dosen Pengajar di Jurusan Sendratasik khususnya Program Studi Pendidikan Tari yang telah banyak memberikan ilmunya dan motivasi dalam menyelesaikan perkuliahan.

9. Mhd, Abror Harahap, SE yang banyak membantu dan membimbing penulis dalam proses pemberkasan.

10. Teristimewa ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada kedua orangtua tercinta Hotman Batubara dan Herdimawati Br Sitompul yang memberikan dukungan, semangat, dana, dan doanya. Kepada keempat


(6)

adik penulis, Andika Pratama Batubara, Lazuari Batubara, Iven Baga Batubara, dan Brayen Jhon’s Batubara serta keluarga yang selalu mendukung penulis.

11. Khususnya Hendro Sonly Manullang, SE yang selalu setia menemani penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini, serta keluarganya yang selalu memberikan dorongan dan motivasi kepada penulis.

12. Seluruh Parhalado dan jemaat Gereja HKBP Eben Ezer Perumahan Milala yang selalu memberi doanya kepada penulis.

13. Teman-teman Prodi Pendidkan Tari, khususnya Stambuk 2011 Universitas Negeri Medan yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu

14. Narasumber yang telah memberi informasi dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini.

Tulisan ini mungkin belum mencapai hasil yang maksimal, untuk itu saran dan masukan yang konstruktif dari pembaca sangat diharapkan penulis untuk kesempurnaan tulisan ini. Semoga Skripsi ini bisa memberi konstribusi dan membantu terhadap kegiatan penelitian-penelitian relevan selanjutnya. Penulis berharap semoga kebaikan yang telah diberikan seluruh pihak mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Esa. Amin.

Medan, September 2015 Penulis

Siska Ernita Batubara NIM. 2113340048


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian... 7

F. Manfaat Penelitian... 8

BAB II LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL 9 A. Landasan Teoritis ... 9

1. Teori Makna... 9

2. Teori Simbol ... 10

3. Pengertian Tari... 11

B. Kerangka Konseptual ... 12

BAB III METODE PENELITIAN ... 14

A. Metode Penelitian ... 14

B. Lokasi dan Waktu Penelitian... 15

1. Lokasi Penelitian ... 15

2. Waktu Penelitian... 15

C. Populasi dan Sampel... 16

1. Populasi... 16


(8)

D. Teknik Pengumpulan Data ... 17

1. Studi Kepustakaan ... 17

2. Observasi ... 19

3. Wawancara ... 20

4. Dokumentasi ... 20

E. TeknikAnalisis Data ... 20

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 22

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 22

1. Letak Geografis ... 22

2. Sistem Mata Pencaharian dan Sistem Kemasyarakatan .... 25

3. Sistem Kekerabatan... 26

B. Pembahasan... 29

1. Tari Telu Serangkai... 29

2. Makna Simbol pada Tari Telu Serangkai ... 30

2.a. Gerak... 30

2.b. Busana ... 41

2.c. Pola Lantai ... 46

3. Musik Iringan ... 47

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 50

A. Kesimpulan ... 50

B. Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 52

DAFTAR ACUAN INTERNET... 53 GLOSARIUM


(9)

(10)

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Skema Kerangka Konseptual ... 13 Gambar 4.1. Peta Kecamatan Tigapanah ... 22 Gambar 4.2. Gendang Lima Sendalanen ... 49


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Pengklasifikasian Merga Silima... 26

Tabel 4.2. Pengklasifikasian Sistem Kekerabatan Masyarakat Karo... 28

Tabel 4.3. Gambaran Cerita Tari Telu Serangkai Per Babak... 29

Tabel 4.4. Gerak Yang Terdapat Pada Tari Telu Serangkai ... 31

Tabel 4.5. Busana Perempuan... 41

Tabel 4.6. Busana Laki-laki ... 44


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara yang dikenal dunia kaya akan suku dan kebudayaan. Kebudayaan merupakan kebiasaan yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat dan memiliki norma, nilai serta aturan yang telah dibenarkan dan disepakati oleh masyarakat tersebut yang menjadi pedoman bagi masyarakat dalam setiap melakukan aktivitas. Kebudayaan tersebut berlangsung dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Menurut E.B. Taylor dalam Soekanto

(1990:172) “kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan,

kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat dan lain kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat”.

Salah satu kegiatan yang merupakan hasil dari kebiasaan masyarakat adalah kesenian. Berbicara tentang kesenian, kesenian merupakan sarana yang digunakan untuk mengekspresikan rasa keindahan dari jiwa manusia yang diciptakan sebagai media ungkap untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu dan dilaksanakan pada berbagai kegiatan sesuai fungsinya baik itu upacara, hiburan, maupun pertunjukan. Sebuah kesenian harus memiliki wujud atau bentuk agar dapat diterima secara inderawi (dilihat, didengar, atau dilihat dan didengar) dan setiap bentuk memiliki makna tertentu. Kesenian tersebut dimiliki oleh setiap etnis di Indonsia.


(14)

Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi yang memiliki keberagaman etnis, mulai dari Melayu, Batak Toba, Batak Simalungun, Karo, Dairi, Tapanuli Selatan, Pesisir Sibolga, dan Nias. Setiap etnis tersebut memiliki tari daerahnya masing-masing. Tari itulah yang mencerminkan kebudayaan etnis setiap daerah dan menjadi penanda identitas setiap daerahnya masing-masing.

Tari merupakan bagian dari kesenian yang menyimpan dokumen mengenai gambaran hidup yang muncul dari kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan

masyarakatnya. “Tari adalah sesuatu yang terjadi ketika tubuh manusia bergerak

dalam pola terarah secara sadar melakukan gerak tertentu dan manusia lain

melakukan fenomena itu” menurutNurwani (2011:3). Tari merupakan wujud atau bentuk dan perasaan manusia, dimana tari itu juga dapat menyampaikan suatu pesan. Gerak tari merupakan simbol dari berbagai ekspresi. Gerak sebagai media ungkap berfungsi mengkomunikasikan maksud yang ingin disampaikan. Sumandiyo (2006:25) menjelaskan bahwa tari dipandang sebagai simbol atau lambang untuk “mengatakan sesuatu tentang sesuatu”, yaitu makna dan pesan

untuk diserap dan dipahami.

Masyarakat Karo saat ini menempati beberapa daerah Kabupaten di Sumatera Utara yang terdiri atas, Kabupaten Karo, Kabupaten Langkat, Kabupaten Simalungun, Kabupaten Deli Serdang, dan Kabupaten Dairi. Suku


(15)

terdapat di Tanah Karo, merupakan gambaran hidup yang muncul dari kebiasaan-kebiasaan dan kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh masyarakat Karo. Sebagai salah satu contoh dari kebiasaan atau kegiatan masyarakat tersebut ialah berkomunikasi antar individu dalam kehidupan sosialnya. Setelah mengamati kegiatan-kegiatan tersebut, para seniman tertarik untuk mulai mendistilisasi gerakan-gerakan, hingga tercipta gerakan-gerakan yang indah dan bermakna yang sering disebut dengan tari.

Tari bagi masyarakat Karo sangat berperan dalam kehidupan, salah satunya adalah sebagai sistem simbol. Sistem simbol yang dimaksud adalah bahwa di dalam tari terdapat ekspresi atau ungkapan yang mengandung arti dan maksud tertentu. Pada masyarakat Karo terdapat tari tradisi dan tari kreasi. Beberapa tari tradisi, diantaranya adalah Tari Lima Serangkai, Tari Piso Surit, Tari Terang Bulan, Tari Telu Serangkai, sedangkan tari kreasi, diantaranya adalah Tari Biring Manggis, Tari Cikecur, Tari Mbuah Page dan sebagainya. Tari pada masyarakat Karo selalu ditampilkan dan digunakan pada aktifitas-aktifitas, diantaranya aktifitas upacara/ritual, aktivitas adat, aktivitas sayembara, serta aktivitas Guro-guro Aron.

Pada penelitian ini penulis hanya memfokuskan pada tari Telu Serangkai yang selalu ditampilkan dalam aktivitas Guro-guro Aron. Tari Telu Serangkai yang diperkirakan ada sejak tahun 1956 yang merupakan tarian yang bersifat hiburan. Tari Telu Serangkai merupakan tari tradisional yang bersifat komunal yang penciptanya tidak dapat diketahui (wawancara dengan narasumber ibu Ponten br Karo sekali, 9 Mei 2015). Tari tradisional adalah semua tarian yang


(16)

telah mengalami perjalanan sejarah yang cukup lama, yang selalu bertumpu pada pola-pola tradisi yang telah ada (Soedarsono,1986:93).

Gendang guro Aron berasal dari kata guro dan Aron. Guro-guro artinya senda gurau atau bermain, sedangkan Aron artinya muda-mudi dalam satu kelompok kerja berbentuk arisan untuk mengerjakan ladang. Gendang Guro-guro Aron merupakan suatu pertunjukan seni budaya karo yang dilakukan oleh muda-mudi yang terdapat dalam kelompok kerja yang mengerjakan ladang, dengan menampilkan Gendang Karo dan perkolong-kolong (penyanyi) diiringi tarian yang dilakukan oleh muda mudi. Guro-guro Aron awalnya berkaitan dengan kegiatan pertanian pada masyarakat Karo. Kegiatan ini juga masih dilakukan masyarakat Karo hingga saat ini. Guro-guro Aron merupakan salah satu sarana hiburan bagi masyarakat Karo, selain itu kegiatan ini juga menjadi ajang bagi muda-mudi untuk mencari pasangan (Sitti Rahma, 2004:7-9).

Pada saat pelaksanaan Gendang Guro-guro Aron, keterlibatan unsur kekerabatan masyarakat Karo yang tergabung pada Rakut Si Telu mempunyai peranan yang sangat penting walaupun secara teknis pelaksanaannya dilakukan oleh muda-mudi yang tergabung dalam kelompok aron. Keindahan dalam suatu tarian tidak terlepas dari unsur pembentuk, maka unsur pembentuk tarian tersebut adalah: 1. Gerak endek (gerak naik turun) 2. Gerak jole (gerak goyang badan) 3.


(17)

Bagi masyarakat Karo, gerakan tari (landek) selalu berhubungan dengan simbol tertentu. Simbol yang dimaksud adalah menggambarkan makna yang terkandung pada tari Telu Serangkai, yaitu menceritakan sifat manusia (hubungan dengan individu maupun hubungan dengan kehidupan sosialnya). Tari Telu Serangkai ini menceritakan tentang muda mudi yang bertemu dan ertutur (cara menentukan hubungan kekerabatan berdasarkan merga). Tari Telu Serangkai ditarikan oleh muda mudi dalam bentuk kelompok (biasanya tiga pasang, lima pasang, delapan pasang, dan sebelas pasang muda-mudi). Busana dalam tari Telu Serangkai juga terdapat beberapa simbol yang mengandung makna atau maksud tertentu.

Dalam tari, peranan musik sangat penting karena musik juga merupakan unsur yang dapat membantu penari masuk kedalam penghayatan, agar penari mampu menyampaikan pesan dengan baik dan tari itu menjadi lebih indah. Menurut Soedarsono (1986:109) dikatakan bahwa musik dalam tari bukan hanya sekedar iringan, tetapi musik adalah partner tari yang secara langsung dapat mendukung dan memperkuat sajian tari. Untuk penyajian tari Telu Serangkai menggunakan ensembel Gendang Lima Sedalanen (gendang singindungi, gendang singanaki, penganak, sarune, dan gung).

Tari bukan hanya sebagai seni pertunjukan, tetapi di dalam tari juga terdapat simbol didalamnya. Simbol-simbol tersebut dapat dilihat dari gerak, busana, musik, dan pola lantai. Begitu halnya pada Tari Telu Serangkai, yang terdiri dari simbol- simbol dan setiap simbol memiliki makna tertentu. Berdasarkan itu penulis tertarik mengangkat topik ini menjadi sebuah penelitian


(18)

dengan judul penelitianMakna Simbol Tari Telu Serangkai Pada Masyarakat Karo.

B. Identifikasi Masalah

Peneliti membuat identifikasi masalah dengan sangat terperinci agar peneliti dapat mengenal lebih dekat permasalahan apa yang akan ditemukan saat melakukan penelitian dilapangan. Identifikasi masalah merupakan bagian pertanyaan yang ada dibenak peneliti. Hal ini juga saman dengan pendapat M. Hariwijaya(2008:38) menyatakan bahwa:

“berikutnya adalah mencari titik masalah yang akan dikaji dalam

penelitian skripsi anda,sikap kritis dalam menemukan masalah merupakan hal yang penting yang harus dimiliki oleh setiap peneliti, dan suatu penelitian selalu di awali denganlangkah

mengidentifikasikan masalah”.

Tujuan identifikasi masalah adalah agar penelitian yang dilakukan terarah dan cakupan masalah yang akan dibahas tidak terlalu luas, berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka masalah yang di identifikasikan sebagai berikut :

1. Bagaimana makna simbol tari Telu Serangkai pada masyarakat Karo? 2. Bagaimana struktur tari Telu Serangkai pada masyarakat Karo? 3. Apa fungsi tari Telu Serangkai pada masyarakat Karo?


(19)

masalah yang di identifikasi serta keterbatasan waktu, dana, serta kemampuan peneliti, maka peneliti melakukan pembatasan masalah.

Dengan demikian dari inditifikasi masalah yang ada maka pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana makna simbol tari Telu Serangkaipada Masyarakat Karo”.

D. Rumusan Masalah

Dari pembatasan masalah di atas untuk lebih memfokuskan dan memusatkan masalah yang akan di teliti maka masalah harus dirumuskan. Perumusan masalah merupakan pertanyaan mengenai ruang lingkup permasalahan yang akan diteliti. Dalam perumusan masalah diharapkan untuk memperkecil batasan-batasan masalah dan lebih mempertajam arah penelitian. Perumusaan masalah disajikan secara singkat dalam bentuk kalimat tanya, yang isisnya mencerminkan adanya permasalahan yang perlu dipecahkan atau yang perlu untuk dijawab. Adapun rumusan masalah dalam peneitian ini adalah sebagai berikut

Bagaimana makna simbol tari Telu Serangkaipada Masyarakat Karo”.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah pernyataan mengenai ruang lingkup kegiatan yang akan dilakukan berdasarkan masalah yang dirumuskan. Menurut Hendra Mahayana (2010:54) menyatakan tujuan penelitian merupakan sasaran hasil yang ingin dicapai dalam penelitian ini, sesuai dengan fokus yang telah dirumuskan. Dalam membuat tujuan seorang peneliti harus mengungkapkan sasaran yang ingin


(20)

dicapai dalam penelitian. Dari perumusan masalah yang ada peneliti memiliki beberapa tujuan yang harus dicapai dalam penelitian iniadalah “Mendeskripsikan makna simbol tari Telu Serangkai pada Masyarakat Karo”.

F. Manfaat Penelitian

Setiap penelitian harus memiliki hasil yang bermanfaat baik bagi peneliti, lembaga, instansi, maupun orang lain yang membacanya. Beberapa manfaat yang bisa menjadi pedoman dan informasi bagi peneliti dan pembaca, antara lain :

1. Bagi peneliti dapat menambah pengetahuan mengenai tari Telu Serangkai pada Masyarakat Karo.

2. Bagi peneliti dan Jurusan Sendratasik sebagai sumber informasi mengenai bentuk dan makna simbol tari Telu Serangkai pada Masyarakat Karo. 3. Sebagai bahan motivasi bagi setiap pembaca, khususnya yang menekuni

atau mendalami pendidikan kesenian dan kebudayaan khususnya seni tari. 4. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai referensi bagi peneliti

peneliti lainnya yang hendak meneliti kesenian Masyarakat Karo.

5. Sebagai upaya penkodumentasian yang dapat menambah referensi tentang budaya Karo terutama keseniannya, serta sebagai data aset kesenian Karo


(21)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari yang telah diteliti dan diuraikan yang sudah dijelaskan dari latar belakang sampai dengan pembahasaan, maka penulis dapat menyimpulkan dari keseluruhan hasil penelitian terhadapMakna Tari Telu Serangkai Pada Masyarakat Karo.

Kesimpulan dimulai dari keterangan yang menjelaskan bahwa:

1. Tari Telu Serangkai merupakan tari tradisi yang berasal dari Kabupaten Karo yang dilaksanakan pada acara Guro-Guro Aron.

2. Tari Telu Serangkai ini adalah simbol pervintaan pasangan muda-mudi pada masyarakat Karo, dimana makna simbolnya dapat di jabarkan melalui gerak, busana, dan pola lantai.

3. Di dalam tari Telu Serangkai terlibat sistem kekerabatan masyarakat Karo, karena di dalam tarian ini terjadi proses ertutur (menetukan sistem kekerabatan berdasarkan marga).

4. Untuk penyajian Tari Telu Serangkai digunakan ensembel Gendang Lima Sendalanen, yaitu seperangkat alat musik yang terdiri dari gendang singindungi, gendang singanaki (lebih kecil dari gendang indung), gung, penganak (lebih kecil dari gung), sarunei. Gendang Lima Sendalanan inilah yang menjadi musik pengiring para penari dalam menyajikan tari Telu Serangkai.


(22)

51

5. Busana yang digunakan oleh penari perempuan padatari Telu Serangkaiyaitu: tudung, rudang-rudang, langge-langge, kebaya, dan songket, sedangkan buasana yang digunakan oleh penari laki-laki yaitu: bulang, cengkok-cengkok, baju, sampan, dan celana, masing-masing busana yang dipakai memiliki makna tertentu.

B. Saran

Berdasarkan beberapa kesimpulan yang telah diuraikan diatas, maka penulis dapat memberikan beberapa saran, yaitu:

1. Peneliti berharap kepada pemerintah Kabupaten Karo agar selalu memberikan perhatian terhadap kesenian.

2. Kepada institusi dan orang yang ahli di bidang kebudayaan, khususnya di Tanah Karo agar lebih memperhatikan dan memberi pengarahan, pengenalan, dan pelatihan kepada masyarakat untuk tetap melestarikan kebudayaan.

3. Kepada seluruh seniman Karo, agar lebih memperhatikan Kesenian Karo agar tidak hilang atau mengalami pergeseran serta dipengaruhi oleh suku lain bahkan bangsa lain .


(23)

(24)

52

DAFTAR PUSTAKA

Adelina S, Christi Nova, dalam skiripsinya yang berjudul “Karakteristik Landek

Pada Masyarakat Karo”.Skripsi. Medan: Universitas Negeri Medan.

Br Sitepu, Chintya. 2008.“Peranan Ansambel Gendang Lima Sendalanen Dalam

Tari Topeng Gundala-Gundala Seberaya Di Desa Seberaya Kecamatan

Tiga Panah Kabupaten Karo”. Skripsi. Medan: Universitas Negeri

Medan.

Hadi, Y. Sumandiyo. 2005. “Sosiologi Tari”.Penerbit Pustaka-Yogyakarta. Heryanti, Shelvi “Tari Piso Surit pada Masyarakat Karo Kajian Komparatif

Terhadap Gaya Dan Nilai Estetika di Kabupaten Karo dan Kabupaten

Langkat”.Skripsi. Medan: Universitas Negeri Medan.

Karo Sekali, Jimmy. 2004. “Peranan Tari (Landek) Mbaba Kampil Pada Acara

Perkawinan Batak Karo Di Jambur Pamere Medan””. Skripsi. Medan:

Universitas Negeri Medan.

Murgianto, Sal. 1983. “Koreografi (Pengantar Dasar Komposisi Tari. Padang. Nurwani. 2011. “Pengetahuan Tari”, Fakultas Bahasa dan Seni. Medan:

Universitas Negeri Medan.

Parani, Yulianti. 2011.Sejarah Tari dalam Inggit Prastiawan, dkk. Unimed Press : Universitas Negeri Medan.

Royce, Anya Peterson. 2007. “Antropologi Tari”. Terjemahan FX. Widaryanto. Bandung: STSI. Press Bandung.

Rahma, Sitti. 2004. “Guro-Guro Aron Pada Masyarakat Karo; Kajian Terhadap

Perubahan Bentuk Pertunjukan”. Thesis untuk mendapat gelar Magister Sains (M.Sc) Universitas Negeri Medan.


(25)

53

Soedarsono. 1977. “Tari-tari Indonesia”. Jakarta: Proyek Pengembangan Madia Kebudayaan Direktorat Jendral Kebudayaan.

Sachari, Agus. 2002. Estetika (Makna, Simbol dan Gaya), Bandung: ITB.

Surakhmad.1990. “Metodologi Penelitian”.Jakarta : PT. Rineka Cipta.

DAFTAR ACUAN INTERNET

http://silima-merga.blogspot.com

http://peta-kecamatan-tigapanah.blogspot.com http://budaya karo.blogspot.com


(1)

beberapa tujuan yang harus dicapai dalam penelitian iniadalah “Mendeskripsikan makna simbol tari Telu Serangkai pada Masyarakat Karo”.

F. Manfaat Penelitian

Setiap penelitian harus memiliki hasil yang bermanfaat baik bagi peneliti, lembaga, instansi, maupun orang lain yang membacanya. Beberapa manfaat yang bisa menjadi pedoman dan informasi bagi peneliti dan pembaca, antara lain :

1. Bagi peneliti dapat menambah pengetahuan mengenai tari Telu Serangkai pada Masyarakat Karo.

2. Bagi peneliti dan Jurusan Sendratasik sebagai sumber informasi mengenai bentuk dan makna simbol tari Telu Serangkai pada Masyarakat Karo. 3. Sebagai bahan motivasi bagi setiap pembaca, khususnya yang menekuni

atau mendalami pendidikan kesenian dan kebudayaan khususnya seni tari. 4. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai referensi bagi peneliti

peneliti lainnya yang hendak meneliti kesenian Masyarakat Karo.

5. Sebagai upaya penkodumentasian yang dapat menambah referensi tentang budaya Karo terutama keseniannya, serta sebagai data aset kesenian Karo


(2)

A. Kesimpulan

Dari yang telah diteliti dan diuraikan yang sudah dijelaskan dari latar belakang sampai dengan pembahasaan, maka penulis dapat menyimpulkan dari keseluruhan hasil penelitian terhadapMakna Tari Telu Serangkai Pada Masyarakat Karo.

Kesimpulan dimulai dari keterangan yang menjelaskan bahwa:

1. Tari Telu Serangkai merupakan tari tradisi yang berasal dari Kabupaten Karo yang dilaksanakan pada acara Guro-Guro Aron.

2. Tari Telu Serangkai ini adalah simbol pervintaan pasangan muda-mudi pada masyarakat Karo, dimana makna simbolnya dapat di jabarkan melalui gerak, busana, dan pola lantai.

3. Di dalam tari Telu Serangkai terlibat sistem kekerabatan masyarakat Karo, karena di dalam tarian ini terjadi proses ertutur (menetukan sistem kekerabatan berdasarkan marga).

4. Untuk penyajian Tari Telu Serangkai digunakan ensembel Gendang Lima Sendalanen, yaitu seperangkat alat musik yang terdiri dari gendang singindungi, gendang singanaki (lebih kecil dari gendang indung), gung, penganak (lebih kecil dari gung), sarunei. Gendang Lima Sendalanan inilah yang menjadi musik pengiring para penari dalam menyajikan tari Telu Serangkai.


(3)

51

5. Busana yang digunakan oleh penari perempuan padatari Telu Serangkaiyaitu: tudung, rudang-rudang, langge-langge, kebaya, dan songket, sedangkan buasana yang digunakan oleh penari laki-laki yaitu: bulang, cengkok-cengkok, baju, sampan, dan celana, masing-masing busana yang dipakai memiliki makna tertentu.

B. Saran

Berdasarkan beberapa kesimpulan yang telah diuraikan diatas, maka penulis dapat memberikan beberapa saran, yaitu:

1. Peneliti berharap kepada pemerintah Kabupaten Karo agar selalu memberikan perhatian terhadap kesenian.

2. Kepada institusi dan orang yang ahli di bidang kebudayaan, khususnya di Tanah Karo agar lebih memperhatikan dan memberi pengarahan, pengenalan, dan pelatihan kepada masyarakat untuk tetap melestarikan kebudayaan.

3. Kepada seluruh seniman Karo, agar lebih memperhatikan Kesenian Karo agar tidak hilang atau mengalami pergeseran serta dipengaruhi oleh suku lain bahkan bangsa lain .

4. Kepada generasi muda diharapkan untuk bangga terhadap budayanya sendiri dan dapat mempelajari lebih dalam lagi Kesenian lokal, termasuk tarian tradisional Karo secara baik dan benar sesuai dengan norma adat istiadat guna pelestarian budaya.


(4)

(5)

52

DAFTAR PUSTAKA

Adelina S, Christi Nova, dalam skiripsinya yang berjudul “Karakteristik Landek Pada Masyarakat Karo”.Skripsi. Medan: Universitas Negeri Medan. Br Sitepu, Chintya. 2008.“Peranan Ansambel Gendang Lima Sendalanen Dalam

Tari Topeng Gundala-Gundala Seberaya Di Desa Seberaya Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo”. Skripsi. Medan: Universitas Negeri Medan.

Hadi, Y. Sumandiyo. 2005. “Sosiologi Tari”.Penerbit Pustaka-Yogyakarta. Heryanti, Shelvi “Tari Piso Surit pada Masyarakat Karo Kajian Komparatif

Terhadap Gaya Dan Nilai Estetika di Kabupaten Karo dan Kabupaten Langkat”.Skripsi. Medan: Universitas Negeri Medan.

Karo Sekali, Jimmy. 2004. “Peranan Tari (Landek) Mbaba Kampil Pada Acara Perkawinan Batak Karo Di Jambur Pamere Medan””. Skripsi. Medan: Universitas Negeri Medan.

Murgianto, Sal. 1983. “Koreografi (Pengantar Dasar Komposisi Tari. Padang. Nurwani. 2011. “Pengetahuan Tari”, Fakultas Bahasa dan Seni. Medan:

Universitas Negeri Medan.

Parani, Yulianti. 2011.Sejarah Tari dalam Inggit Prastiawan, dkk. Unimed Press : Universitas Negeri Medan.

Royce, Anya Peterson. 2007. “Antropologi Tari”. Terjemahan FX. Widaryanto. Bandung: STSI. Press Bandung.

Rahma, Sitti. 2004. “Guro-Guro Aron Pada Masyarakat Karo; Kajian Terhadap Perubahan Bentuk Pertunjukan”. Thesis untuk mendapat gelar Magister Sains (M.Sc) Universitas Negeri Medan.

Sumardjo, Jakob. 1999. “Filsafat Seni”. Bandung: ITB.

Sitepu, Sempa, Dkk. 1995. “Pilar Budaya Karo”.Medan: Perc. Bali.

Sumandiono. 2005. “Apresiasi Simbol Dalam Seni Tari”. Bandung: CV. Bintang Warli Artika.


(6)

Soedarsono. 1977. “Tari-tari Indonesia”. Jakarta: Proyek Pengembangan Madia Kebudayaan Direktorat Jendral Kebudayaan.

Sachari, Agus. 2002. Estetika (Makna, Simbol dan Gaya), Bandung: ITB. Surakhmad.1990. “Metodologi Penelitian”.Jakarta : PT. Rineka Cipta.

DAFTAR ACUAN INTERNET

http://silima-merga.blogspot.com

http://peta-kecamatan-tigapanah.blogspot.com http://budaya karo.blogspot.com