IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN TERPADU TIPE SHARED UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA SMK PADA TOPIK LIMBAH DI LINGKUNGAN KERJA.

(1)

DI LINGKUNGAN KERJA

TESIS

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam

Oleh:

Ambar Pangaribowo Sakti NIM 1202014

PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014


(2)

DI LINGKUNGAN KERJA

Oleh

Ambar Pangaribowo Sakti S.Pd UPI Bandung, 2008

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan IPA

© Ambar Pangaribowo Sakti 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

(4)

BELAJAR SISWA SMK PADA TOPIK LIMBAH

DI LINGKUNGAN KERJA

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas implementasi pembelajaran terpadu tipe shared dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan motivasi belajar siswa SMK pada topik limbah di lingkungan kerja serta tanggapan setelah mengikuti pembelajaran. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi eksperiment dengan rancangan Randomized Pretest-Posttest Control Group Design. Subjek penelitian kelas XI program otomotif salah satu SMKN di kota Bandung tahun ajaran 2013/2014 dengan dua kelas yaitu kelas eksperimen (pembelajaran terpadu tipe shared) dan kelas kontrol (pembelajaran direct instrcution). Instrumen yang digunakan berupa tes berpikir kritis, skala motivasi, lembar observasi, dan angket tanggapan. Data pretes, postes, dan N-gain kemudian diuji secara kuantitatif dengan uji perbedaan dua rata-rata. Hasil analisis menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran tipe shared dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan motivasi belajar siswa secara signifikan dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran direct instruction. Dari keseluruhan siswa menanggapi positif penerapan pembelajaran terpadu tipe shared pada topik limbah di lingkungan kerja.

Kata kunci: Berpikir kritis, Motivasi Belajar, Pembelajaran Terpadu Tipe Shared, Limbah di Lingkungan Kerja


(5)

PERNYATAAN i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN MOTIVASI BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN TERPADU TIPE SHARED PADA MATERI LIMBAH ... 8

A. Kemampuan Berpikir Kritis ... 8

B. Motivasi Belajar ... 12

C. Pembelajaran Terpadu Tipe Shared ... 17

D. Kajian Materi Limbah ... 21

E. Hipotesis ... 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 29

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 29


(6)

E. Proses Pengembangan Instrumen ... 34

1. Tingkat Kesukaran ... 34

2. Daya Pembeda ... 35

3. Validitas ... 36

4. Reliabilitas ... 37

F. Prosedur Penelitian ... 41

G. Teknik Pengolahan Data ... 43

H. Alur Penelitian ... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 50

A. Hasil Penelitian ... 50

1. Kemampuan Berpikir Kritis ... 53

2. Motivasi Belajar Siswa... 67

3. Angket Tanggapan Pembelajaran ... 79

4. Observasi Proses Pembelajaran ... 83

B. Pembahasan ... 85

1. Implementasi Pembelajaran Terpadu Tipe Shared untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ... 85

2. Implementasi Pembelajaran Terpadu Tipe Shared untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa ... 92

3. Tanggapan Siswa Terhadap Pembelajaran Terpadu Tipe Shared ... 97

4. Keterbatasan Penelitian... 99

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 100


(7)

LAMPIRAN ... 106

DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Aspek Kegiatan Pembelajaran Terpadu Tipe Shared dan Direct Instruction ... 20

Tabel 2.2 Aspek Pembelajaran pada Kompetensi Kejuruan Mendiagnosis Gangguan Sistem Bahan Bakar ... 24

Tabel 2.3 Keterkaitan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran IPA dan Kompetensi Kejuruan ... 27

Tabel 3.1 The Randomized Pretest-Posttest Control Group Design.... 30

Tabel 3.2 Jenis Instrumen Penelitian... 32

Tabel 3.3 Kriteria Tingkat Kesukaran ... 35

Tabel 3.4 Kriteria Daya Pembeda ... 36

Tabel 3.5 Kriteria Validitas Butir Soal ... 37

Tabel 3.6 Kriteria Reliabilitas Butir Soal ... 38

Tabel 3.7 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Soal Berpikir Kritis ... 39

Tabel 3.8 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Skala Motivasi Belajar... 40

Tabel 3.9 Kategori Perolehan Nilai Indeks Gain ... 44

Tabel 3.10 Kriteria Koefisien Korelasi ... 47

Tabel 4.1 Rekapitulasi Persemtase Aktivitas Guru Ketika Pembelajaran ... 50

Tabel 4.2 Matriks Soal Kemampuan Berpikir Kritis ... 53

Tabel 4.3 Nilai Persentase Pretes, Postes dan Indeks Gain Sub Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Melalui Pembelajaran Terpadu Tipe Shared dan Direct Instruction ... 54


(8)

Kritis Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 61 Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas Pretes Kemampuan Berpikir Kritis

Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 62 halaman Tabel 4.7 Hasil Uji Uji-t Pretes Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 63 Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas Data Postes Kemampuan Berpikir Kritis

Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 64 Tabel 4.9 Hasil Uji Homogenitas Postes Kemampuan Berpikir Kritis

Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 64 Tabel 4.10 Hasil Uji Mann-Whitney Postes Kemampuan Berpikir Kritis

Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 65 Tabel 4.11 Hasil Uji Normalitas Data Indeks Gain Kemampuan Berpikir

Kritis Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 66 Tabel 4.12 Hasil Uji Homogenitas Indeks Gain Kemampuan Berpikir

Kritis Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 66 Tabel 4.13 Hasil Uji Mann-Whitney Indeks Gain Kemampuan Berpikir

Kritis Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 67 Tabel 4.14 Matriks Soal Motivasi Belajar ... 68 Tabel 4.15 Nilai Persentase Indikator Motivasi Belajar Siswa Melalui

Pembelajaran Terpadu Tipe Shared dan Direct Instruction.... 68 Tabel 4.16 Rekapitulasi Pretes, Postes, dan Indeks Gain Motivasi Belajar

Siswa pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 71 Tabel 4.17 Hasil Uji Normalitas Data Pretes Motivasi Belajar Siswa

Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 72 Tabel 4.18 Hasil Uji Homogenitas Pretes Motivasi Belajar Siswa Kelas


(9)

Tabel 4.20 Hasil Uji Normalitas Data Postes Motivasi Belajar Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 74 Tabel 4.21 Hasil Uji Homogenitas Postes Motivasi Belajar Siswa Kelas

Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 75

halaman Tabel 4.22 Hasil Uji-t Postes Motivasi Belajar Siswa Kelas Eksperimen

dan Kelas Kontrol ... 75 Tabel 4.23 Hasil Uji Normalitas Data Indeks Gain Motivasi Belajar

Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 76 Tabel 4.24 Hasil Uji Homogenitas Indeks Gain Motivasi Belajar Siswa

Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 77 Tabel 4.25 Hasil Uji Mann-Whitney Indeks Gain Motivasi Belajar Siswa

Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 77 Tabel 4.26 Hasil Uji Korelasi Product Moment Pearson Indikator

Motivasi Belajar Siswa Kelas Eksperimen ... 78 Tabel 4.27 Hasil Angket Pendapat Siswa... 80 Tabel 4.28 Rekapitulasi Persentase Aktivitas Siswa Ketika


(10)

Gambar 3.1 Pembelajaran Terpadu Tipe Shared ... 17 Gambar 3.2 Alur Penelitian... 49 Gambar 4.1 Persentase Rata-rata Pretes Sub Indikator Kemampuan

Berpikir Kritis Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 55 Gambar 4.2 Persentase Rata-rata Postes Sub Indikator Kemampuan

Berpikir Kritis Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 57 Gambar 4.3 Indeks Gain Sub Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 59 Gambar 4.4 Perbandingan Persentase Pretes Indikator Motivasi

Pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 69 Gambar 4.5 Perbandingan Persentase Postes Indikator Motivasi


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 107

Lampiran B. Instrumen Penelitian... 164

B.1 Kisi-kisi dan Instrumen Soal Berpikir Kritis ... 165

B.2 Kisi-kisi dan Instrumen Motivasi Belajar Siswa ... 191

B.3 Kisi-kisi dan Instrumen Angket Tanggapan Siswa... 197

B.4 Kisi-kisi dan Instrumen Observasi Kegiatan Siswa... 202

B.5 Kisi-kisi dan Instrumen Observasi Kegiatan Guru ... 205

Lampiran C. Indikator Kemampuan Berpikir Kritis ... 208

Lampiran D. Hasil Uji Coba Instrumen ... 213

D.1 Hasil Uji Coba Kemampuan Berpikir Kritis... 214

D.2 Hasil Uji Coba Motivasi Belajar Siswa ... 219

Lampiran E. Hasil Penelitian... 225

E.1 Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ... 226

E.2 Nilai Motivasi Belajar Siswa ... 228

E.3 Uji Normalitas Berpikir Kritis... 244

E.4 Uji Normalitas Motivasi Belajar Siswa ... 249

E.5 Uji Korelasi Indikator Motivasi ... 254

E.6 Hasil Pengolahan Data Angket Siswa... 255

Lampiran F. Analisis Langkah Pembelajaran dan Analisis Konsep ... 262

F.1 Analisis Langkah Pembelajaran... 263

F.2 Analisis Konsep ... 265

F.3 Pembelajaran Terpadu Tipe Shared... 269


(12)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Sekolah Menengah Kejuruan sebagai salah satu tempat menempuh ilmu pengetahuan dan mengembangkan keterampilan mempunyai muara agar lulusannya memiliki kemampuan, keterampilan, serta ahli di dalam bidang ilmu tertentu dan terampil untuk diaplikasikan di dunia kerja. Berbeda dengan pendidikan umum, pendidikan kejuruan memiliki karakteristik tersendiri. Pendidikan kejuruan harus berorientasi pada kebutuhan dunia kerja (demand driven), harus selalu mengikuti perkembangan teknologi, pembelajarannya harus diarahkan pada peningkatan kualitas keterampilan dan penilaian harus mengacu pada standar dunia kerja/ industri. Evans (dalam Muslim, 2008) merumuskan pendidikan kejuruan bertujuan untuk: (1) memenuhi kebutuhan masyarakat akan tenaga kerja; (2) meningkatkan pilihan pendidikan bagi setiap individu; (3) mendorong motivasi untuk belajar terus.

Keberadaan sumber daya manusia yang terampil dan kritis merupakan tuntutan yang sangat diperlukan oleh dunia pendidikan khususnya SMK. Kompetensi yang dikembangkan peserta didik di SMK digunakan baik dalam menghadapi dunia kerja atau usaha maupun untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Kemampuan memecahkan masalah, kecakapan membuat keputusan, beradaptasi, dan kecakapan untuk mengorganisasi merupakan beberapa kompetensi yang harus dikembangkan untuk bertindak dalam pekerjaan (Kuswana, 2013, hlm. 42). Maka dari itu, untuk mempersiapkan generasi yang siap menghadapi perkembangan teknologi dan informasi, sudah saatnya dirancang pembelajaran yang dapat melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi dan


(13)

mendorong motivasi peserta didik. Salah satu kemampuan berpikir tingkat tinggi yang harus dikembangkan adalah kemampuan berpikir kritis.

Salah satu mata pelajaran yang potensial membangun keterampilan berpikir tingkat tinggi adalah IPA. Karakteristik pembelajaran IPA yakni bukan hanya suatu kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan yang pembelajarannya menekankan pada pengalaman langsung secara ilmiah. IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat di identifikasi dan dipecahkan melalui prosedur yang benar. Mata pelajaran IPA di SMK merupakan mata pelajaran adaptif yang berperan menunjang kemampuan peserta didik dalam kompetensi program keahliannya dan mempersiapkan kemampuan peserta didik agar dapat mengembangkan program keahliannya pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi.

Pandangan peserta didik terhadap mata pelajaran IPA akan sangat berpengaruh terhadap motivasi belajar mereka. Motivasi adalah sesuatu yang penting keberadaaannya dalam proses belajar. Bila pelajaran tidak sesuai dengan minatnya, maka peserta didik tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya. Hasil penelitian Suryana (2013) melalui analisis data secara kualitatif dan deskriptif menunjukkan bahwa faktor utama penyebab terjadinya kesulitan belajar siswa SMK adalah motivasi belajar siswa yang sangat minim. Temuan dari penelitiannya yaitu bahwa salah satu penyebab rendahnya motivasi belajar siswa adalah strategi pembelajaran yang monoton di sekolah.

Keberhasilan proses belajar mengajar salah satunya dipengaruhi oleh faktor strategi pembelajaran. Strategi pembelajaran sebagai suatu seni dan ilmu untuk membawakan pengajaran di kelas sedemikian rupa sehingga tujuan yang telah ditetapkan dalam kurikulum bisa dicapai secara efektif dan efisien (Kurniawan, 2011, hlm 33). Pentingnya pemilihan strategi


(14)

pembelajaran yang tepat dapat menimbulkan motivasi belajar peserta didik sehingga tujuan dari proses belajar mengajar akan tercapai. Iswanti (2013) melalui penelitiannya di SMK menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang berarti dari motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajarnya dan diharapkan adanya tindak lanjut penelitian untuk mencari faktor-faktor lain yang mempengaruhi motivasi belajar siswa.

IPA di Sekolah Menengah Kejuruan termasuk ke dalam kelompok mata pelajaran adaptif yang berperan dalam memberikan kontribusi terhadap pencapaian kompetensi keahlian peserta didik. Komponen dasar kejuruan (adaptif) bertujuan untuk memberi bekal penunjang bagi penguasaan keahlian profesi dan bekal kemampuan pengembangan diri untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Firdausi dan Barnawi 2012, hlm. 23). Standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran IPA SMK/MAK dalam depdiknas, dijelaskan bahwa mata pelajaran IPA merupakan mata pelajaran adaptif, yang bertujuan membekali peserta didik dasar pengetahuan tentang hukum-hukum kealaman serta makhluk hidup dan tidak hidup yang menjadi dasar sekaligus berfungsi mengantarkan peserta didik guna mencapai kompetensi program keahliannya. Ruang lingkup mata pelajaran IPA di SMK diantaranya meliputi aspek: (1) gejala-gejala alam, (2) polusi dan pencemaran lingkungan, serta (3) ekosistem, komponen ekosistem, keseimbangan lingkungan, dan AMDAL.

Konsep limbah merupakan salah satu konsep yang perlu dibelajarkan di SMK, salah satunya SMK program keahlian otomotif. Pengetahuan atau informasi mengenai konsep ini sangat terkait dengan dunia industri. Terdapat beberapa standar kompetensi terkait limbah pada mata pelajaran kompetensi kejuruan program keahlian otomotif di SMK, diantaranya adalah memelihara atau servis sistem bahan bakar bensin dengan kompetensi dasar mendiagnosis dan memperbaiki gangguan pada sistem bahan bakar bensin. Sikap, pengetahuan dan keterampilan harus dimiliki


(15)

peserta didik terkait prosedur pemeliharaan sistem bahan bakar dan gas buang dengan selalu memperhatikan faktor-faktor keselamatan kerja dan lingkungan berdasarkan SOP (Standard Operational Procedure), UU K3 (Undang-undang Kesehatan dan Keselamatan Kerja), dan kebijakan perusahaan. Topik limbah dipilih karena dalam topik ini banyak permasalahan-permasalahan yang akrab dengan lingkungan atau kehidupan sehari-hari dan layak dikritisi termasuk mengenai dampak dan penanganannya. Hal ini relevan dengan hasil penelitian Feireabend (2011) yang menyimpulkan bahwa pendekatan pengajaran harus dimulai dengan isu sosial yang relevan saat ini, otentik dan kontroversial.

Untuk proses belajar mengajar yang berkualitas, pemilihan model, metode atau pendekatan pembelajaran yang sesuai untuk peserta didik dan materi pelajaran yang diajarkan akan menentukan keberhasilan di dalam proses pembelajaran. Penelitian yang telah dilakukan Fathulena (2013) menunjukkan rata-rata peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa SMK melalui model problem solving yang diawali penyampaian permasalahan yang terjadi di industri berada pada kategori sedang terkait dengan materi termokimia. Penelitian di SMK juga telah dilakukan oleh Juwita (2013) dengan menerapkan problem based learning pada standar kompetensi mengolah hasil ternak unggas di SMKN 2 Cianjur dan hasil analisisnya menunjukkan peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa yang menerapkan model PBL lebih baik dari pada kelas kontrol. Terkait pendekatan pembelajaran, penelitian telah dilakukan oleh Malsina (2013) hasilnya menunjukkan bahwa keterpaduan dengan tipe terhubung (connected teaching) efektif dalam meningkatkan pemahaman siswa, menjadikan pemahaman yang lebih kompleks dan utuh serta lingkungan belajar yang lebih terstruktur.

Di dalam prakteknya, guru-guru IPA di SMK banyak menghadapi kendala dalam mengemas materi, memilih model, pendekatan, strategi dan


(16)

metode pembelajaran yang dapat memfasilitasi peserta didik untuk melihat keterhubungan fakta dan konsep-konsep IPA dengan bidang keahlian mereka. Hal ini dapat mengakibatkan proses belajar IPA berlangsung tidak efektif, peserta didik akan tetap beranggapan bahwa IPA tidak terintegrasi dengan kompetensi kejuruan sehingga kurang diperlukan dalam kehidupan mereka terlebih menunjang keahlian mereka di dunia industri.

Pembelajaran IPA di SMK dapat dilaksanakan melalui berbagai pendekatan pembelajaran, salah satunya adalah pembelajaran terpadu yang merupakan suatu aplikasi salah satu pendekatan pembelajaran yang bertujuan untuk membuat proses pembelajaran menjadi relevan dan bermakna bagi peserta didik. Terdapat sejumlah tipe pembelajaran terpadu yang dapat dilakukan untuk mengintegrasikan materi di dalam proses pembelajarannya. Berdasarkan adanya keterkaitan konsep mengenai topik limbah antara dua disiplin ilmu yaitu mata pelajaran IPA dan kompetensi kejuruan maka sebagai alternatif untuk mengintegrasikan konsep tersebut adalah melalui pembelajaran terpadu tipe shared. Pembelajaran terpadu tipe shared adalah pembelajaran yang menyajikan materi dengan perencanaan tim dan atau pengajaran yang melibatkan dua disiplin ilmu dengan difokuskan pada konsep, keterampilan, dan sikap-sikap (attitudes) yang sama (Fogarty, 1991, hlm. 45).

Studi pendahuluan yang telah dilakukan di salah satu SMK negeri di Kota Bandung (2013), menunjukkan adanya temuan terkait dengan pembelajaran IPA, diantaranya: pembelajaran yang masih bersifat teacher centered, kurangnya guru dalam memahami konsep materi yang diajarkan, kesulitan guru dalam memunculkan minat belajar peserta didik, dan kurang optimalnya penerapan metode pembelajaran yang dilakukan. Hal ini menyebabkan aktivitas peserta didik dalam pembelajaran menjadi kurang kondusif, menganggap materi IPA menjadi tidak penting untuk dipelajari


(17)

dan fungsi IPA sebagai mata pelajaran adaptif tidak terpenuhi. Berdasarkan latar belakang dan hasil studi kasus yang telah dilakukan, maka penelitian ini mencoba mengembangkan pembelajaran IPA terpadu dengan tipe shared di SMK, sebagai upaya untuk memfasilitasi keterkaitan antara mata pelajaran IPA dengan mata pelajaran kompetensi kejuruan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka rumusan masalahannya adalah “Bagaimanakah pengaruh implementasi pembelajaran terpadu tipe shared terhadap kemampuan berpikir kritis dan motivasi belajar siswa SMK pada topik limbah di lingkungan kerja?”

Agar penelitian lebih terarah, rumusan masalah dijabarkan ke dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah perbedaan kemampuan berpikir kritis antara siswa yang mendapatkan pembelajaran melalui implementasi tipe shared dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran direct instruction pada topik limbah di lingkungan kerja?

2. Bagaimanakah perbedaan motivasi belajar antara siswa yang mendapatkan pembelajaran melalui implementasi tipe shared dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran direct instruction pada topik limbah di lingkungan kerja?

3. Bagaimana pendapat siswa mengenai pembelajaran terpadu tipe shared pada topik limbah di lingkungan kerja?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk memperoleh pembelajaran yang dapat memfasilitasi keterkaitan antara IPA sebagai mata pelajaran adaptif dengan kompetensi kejuruan sebagai mata pelajaran produktif. Berdasarkan tujuan umum tersebut dijabarkan lebih lanjut menjadi tujuan khusus sebagai berikut:


(18)

1. Untuk mendapatkan informasi mengenai efektifitas pembelajaran terpadu tipe shared dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa antara kelas yang menggunakan pembelajaran terpadu tipe shared dengan kelas yang menggunakan pembelajaran direct instruction pada topik limbah di lingkungan kerja.

2. Untuk mendapatkan informasi mengenai efektifitas pembelajaran terpadu tipe shared dalam meningkatkan motivasi belajar siswa antara kelas yang menggunakan pembelajaran terpadu tipe shared dengan kelas yang menggunakan pembelajaran direct instruction pada topik limbah di lingkungan kerja.

3. Untuk mengetahui pendapat peserta didik mengenai pembelajaran terpadu tipe shared pada topik limbah di lingkungan kerja.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat di dalam proses pembelajaran IPA, antara lain:

1. Bagi guru.

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif dalam memilih tipe pembelajaran untuk diterapkan pada pembelajaran IPA di SMK.

2. Bagi siswa.

Melalui pembelajaran tipe shared siswa dapat melihat jelas relevansi antar mata pelajaran melalui satu topik sehingga dapat lebih memahami konsep-konsep IPA dalam mendukung mata pelajaran produktif. Kemampuan berpikir kritis siswa dilatih untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah dan membuat keputusan. Selain itu, siswa dapat menjadi lebih termotivasi dalam belajar.


(19)

Hasil penelitian ini dapat memberikan ide untuk diteliti lebih lanjut melalui materi lain yang disajikan dengan tipe shared dan dapat dijadikan sebagai rujukan untuk mengembangkan pendidikan melalui tipe-tipe pembelajaran terpadu lainnya.


(20)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di SMK Negeri 8 Bandung yang merupakan kelompok bidang keahlian teknologi dan rekayasa. Pemilihan lokasi penelitian didasarkan karena SMKN 8 sebagai sekolah dengan satu pendalaman keahlian dalam bidang otomotif. Hal ini tentunya akan menghasilkan informasi yang lebih terfokus dan mendalam bagi peneliti. Selain itu, SMKN 8 Bandung mempunyai fasilitas pembelajaran yang mendukung sehingga memiliki peluang yang potensial untuk dikembangkan.

2. Subjek Penelitian

Subjek pada penelitian ini adalah peserta didik kelas XI program keahlian Teknik Otomotif tahun pelajaran 2013/2014 sebanyak dua kelas. Satu kelas menggunakan pembelajaran terpadu tipe shared sebagai kelas ekpserimen dan satu kelas menggunakan pembelajaran langsung (direct instruction) sebagai kelas kontrol. Pengambilan sampel dilakukan menggunakan teknik cluster random sampling. Alasan pemilihan sampel menggunakan teknik cluster random sampling karena pengambilan sampel dilakukan secara acak pada jenjang yang sama berdasarkan kelompok/ kelas yang sudah ada. Siswa pada kelompok/ kelas dianggap memiliki karakteristik dan kesempatan yang sama dari keseluruhan populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel penelitian.


(21)

Metode penelitian yang digunakan adalah quasi experiment, yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Desain penelitiannya Randomized Pretest-Posttest Control Group Design, dengan dua kelompok penelitian, yaitu kelompok eksperimen yang menggunakan pembelajaran terpadu tipe shared dan kelompok kontrol menggunakan pembelajaran langsung (direct instruction). Desain penelitian tersebut digambarkan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1.

The Randomized Pretest-Posttest Control Group Design

Kelompok Pretes Perlakuan Postes

Eksperimen O1 X1 O2

Kontrol O1 X2 O2

(Fraenkel & Wallen, 2006, hlm. 274) Keterangan:

O1 = Pretes (tes awal)

X1 = Perlakuan pembelajaran menggunakan pembelajaran terpadu tipe shared

X2 = Perlakuan pembelajaran menggunakan pembelajaran langsung (direct instruction).

O2 = postes (tes akhir)

C. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahan dalam menafsirkan beberapa istilah yang digunakan, maka diperlukan penjelasan tentang beberapa istilah dalam penelitian ini agar lebih efektif dan operasional. Istilah-istilah tersebut antara lain:

a Kemampuan berpikir kritis adalah suatu kemampuan berpikir menurut logika tertentu yang dimilki siswa dan digunakan untuk memecahkan


(22)

masalah yang dihadapinya. Adapun indikator kemampuan berpikir kritis yang diteliti adalah:

1) Kemampuan dalam memberikan penjelasan sederhana (elementary clarification) dengan sub indikator memfokuskan pertanyaan (dengan perincian: mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan dan mengidentifikasi/ merumuskan kriteria untuk menemukan jawaban yang mungkin); menganalisis argumen (dengan perincian: mengidentifikasi dan menangani kerelevanan dan ketidakrelevanan); dan bertanya dan menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan/ tantangan (dengan perincian: kemampuan menjawab pertanyaan “mengapa”).

2) Kemampuan membangun keterampilan dasar (basic support) dengan sub indikator menyesuaikan dengan sumber (dengan perincian: kemampuan memberikan alasan).

3) Kemampuan menyimpulkan (inference) dengan sub indikator menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi (dengan perincian: menggeneralisasi).

4) Kemampuan memberikan penjelasan lebih lanjut (advanced clarification) dengan sub indikator mendefinisikan istilah dan mempertimbangkannya (dengan perincian: definisi bentuk operasional).

5) Kemampuan menyusun strategi dan taktik (strategy and tactics) dengan sub indikator berinteraksi dengan orang lain (dengan perincian: memberi label).

Kemampuan berpikir kritis dinilai dengan menggunakan jenis tes uraian sebanyak 8 butir soal. Skor maksimal dari masing-masing butir soal kemampuan berpikir kritis adalah 4, sehingga skor total maksimalnya adalah 32.


(23)

b Motivasi belajar dalam penelitian ini adalah motivasi belajar yang dijaring dengan menggunakan skala motivasi terkait pembelajaran terpadu tipe shared yang telah dilakukan. Indikator motivasi belajar yang digunakan meliputi attention (perhatian), relevance (keterkaitan), confidence (keyakinan/ rasa percaya diri) dan satisfaction (kepuasan). Motivasi belajar siswa dinilai dengan menggunakan skala motivasi sebanyak 24 buitr pernyataan. Skor maksimal dari masing-masing butir pernyataan adalah 4, sehingga skor total maksimalnya adalah 96.

c Pembelajaran terpadu tipe shared dalam penelitian ini merupakan pembelajaran dengan melibatkan dua disiplin ilmu yaitu IPA sebagai mata pelajaran adaptif dan kompetensi kejuruan sebagai mata pelajaran produktif melalui pendekatan saintifik. Pedoman pembelajaran terpadu tipe shared dilakukan berdasarkan RPP terpadu tipe shared dan keterlaksanaan pembelajarannya dilakukan dengan menggunakan lembar observasi aktivitas guru ketika pembelajaran.

d Pembelajaran direct instruction merupakan pembelajaran langsung yang umumnya biasa digunakan di sekolah, yaitu mengkondisikan guru untuk membelajarkan secara langsung materi pelajaran dan di dominasi oleh metode ceramah melalui pendekatan saintifik.

e Limbah di lingkungan kerja yang dikaji dalam penelitian ini adalah limbah otomotif gas. Pemilihan jenis limbah ini didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar yang diajarkan di tingkat yang sama dan relevan antara mata pelajaran IPA dengan mata pelajaran kompetensi kejuruan.

D. Instrumen Penelitian

Pengumpulan data diperoleh melalui tes kemampuan berpikir kritis (pretes dan postes), skala motivasi (pretes dan postes), lembar observasi


(24)

aktivitas guru, lembar observasi aktivitas siswa dan angket tanggapan siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2.

Jenis instrumen penelitian No Jenis

instrument

Tujuan instrumen Sumber data Waktu 1 Tes

kemampuan berpikir kritis

Menganalisis kemampuan beripikir kritis dengan menggunakan jenis tes uraian sebanyak 8 soal yang masing-masing memuat sub indikator kemampuan berpikir kritis yang diteliti.

Peserta didik Awal dan akhir kegiatan pembelajaran

2 Skala motivasi belajar peserta didik

Menganalisis pengaruh penerapan pembelajaran terpadu tipe shared terhadap motivasi peserta didik berdasarkan indikator motivasi yang diteliti.

Peserta didik Awal dan akhir kegiatan pembelajaran

3 RPP terpadu tipe shared

Disusun sebagai pedoman dalam melaksanakan pembelajaran terpadu tipe shared untuk 5 kali pertemuan.

Silabus mata pelajaran IPA dan kompetensi kejuruan

Selama proses pembelajaran

4 Lembar observasi kegiatan peserta didik

Mendeskripsikan aktivitas peserta didik selama melakukan kegiatan pembelajaran terpadu tipe shared. Lembar observasi berupa daftar cheklist pengamatan yang terdiri dari aspek dalam diskusi kelompok, meliputi: keaktifan, rasa keingintahuan, dan kesulitan. Serta aspek yang diamati dalam diskusi kelas meliputi: perhatian, keaktifan dan tingkah laku yang tidak relevan ketika diskusi berlangsung.

Peserta didik Selama proses pembelajaran

5 Lembar observasi

Mendeskripsikan aktivitas guru selama melakukan kegiatan

Guru Selama proses pembelajaran


(25)

No Jenis instrument

Tujuan instrumen Sumber data Waktu kegiatan guru pembelajaran terpadu tipe

shared. Lembar observasi berupa daftar cheklist pengamatan yang meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup ketika berlangsungnya proses pembelajaran.

6 Angket tanggapan peserta didik

Mengetahui tanggapan peserta didik mengenai kemampuan berpikir kritis dan kegiatan pembelajaran terpadu tipe shared

Peserta didik Akhir kegiatan pembelajaran

Hasil dari penelitian ini berupa data kualitatif maupun kuantitatif. Data kualitatif didapat dari instrumen pendukung berupa lembar observasi aktivitas siswa dan guru, serta angket tanggapan siswa mengenai pembelajaran yang telah dilakukan. Data ini akan menjadi data tambahan bagi peneliti untuk menganalisis keberlangsungan proses pembelajaran dan pengaruhnya terhadap kemampuan berpikir kritis dan motivasi belajar siswa.

E. Proses Pengembangan Instrumen

Instrumen-instrumen yang digunakan dalam penelitian terlebih dahulu di judge kelayakannya oleh dosen ahli dari segi konten atau materi ajar dan kaidah-kaidah evaluasi melalui proses judgment. Setelah melalui tahap judgment, dilakukan uji coba instrumen untuk mengukur tingkat kesukaran, daya pembeda, validitas, dan reliabilitas.

Tahapan analisis data untuk mengetahui kelayakan instrumen dilakukan melalui proses pengembangan instrumen hasil uji coba dengan langkah-langkah sebagai berikut:


(26)

1. Tingkat Kesukaran.

Tingkat kesukaran adalah proporsi dari keseluruhan siswa yang menjawab benar pada butir soal tersebut. Tingkat kesukaran merupakan suatu paramater untuk menyatakan bahwa item soal adalah sukar, sedang atau mudah. Untuk menghitung tingkat kesukaran soal dapat dilakukan melalui program ANATES V.4 atau secara konvensional menggunakan rumus sebagai berikut:

JS B P Keterangan:

P = Indeks kesukaran

B = Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes

Nilai tingkat kesukaran diinterpretasikan dengan menggunakan kriteria berikut

Tabel 3.3.

Kriteria Tingkat Kesukaran

Tingkat Kesukaran Kriteria

0,00-0,30 0,31-0,70 0,71-1,00

Sukar Sedang Mudah

(Arikunto, 2013, hlm. 225)

Dari hasil perhitungan uji coba soal, diperoleh tingkat kesukaran tiap butir soal uraian kemampuan berpikir kritis yang dapat dilihat pada Tabel 3.7. mengenai rekapitulasi hasil uji coba soal berpikir kritis. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran D.

2. Daya Pembeda.

Daya pembeda adalah kemampuan soal untuk membedakan antara siswa berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan


(27)

rendah. Untuk menentukan daya pembeda, dapat dihitung dengan menggunakan program ANATES V.4 atau secara konvensional dengan rumus:

Jb Bb Ja Ba D   Keterangan:

D = Indeks diskriminasi (daya pembeda) JA = Banyaknya peserta kelompok atas JB = Banyaknya peserta kelompok bawah

BA= Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab dengan benar.

BB= Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab dengan benar.

Kriteria untuk menentukan daya pembeda, dapat dilihat pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4. Kriteria Daya Pembeda

Daya Pembeda Kriteria

0,00-0,20 0,21-0,40 0,41-0,70 0,71-1,00

Jelek (poor) Cukup (satistifactory)

Baik (good) Baik sekali (excellent) (Arikunto, 2013, hlm. 232) Dari hasil perhitungan uji coba soal kemampuan berpikir kritis, diperoleh daya pembeda tiap butir soal yang disajikan dalam Tabel 3.7. mengenai rekapitulasi hasil uji coba kemampuan berpikir kritis. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran D.

3. Validitas.

Pengujian validitas digunakan untuk mengukur sampai seberapa besar ketepatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsinya. Dalam


(28)

menentukan validitas butir soal, dilakukan dengan menggunakan program ANATES V.4 atau secara konvensional menggunakan rumus korelasi Product Moment sebagai berikut:

 





 2 2 2 2

) ( )

( X N Y Y

X N Y X XY N Rxy Keterangan:

Rxy = Koefisien korelasi antara variabel X dan Y N = Jumlah butir soal

X = Skor tiap item Y = Skor soal

Nilai Rxy yang diperoleh dapat diinterpretasikan untuk

menentukan validitas butir soal dengan kriteria validitas butir soal dapat dilihat pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5.

Kriteria Validitas Butir Soal

Validitas Kriteria

0,800 – 1,00 0,600 – 0,800

0,400– 0,600 0,200 – 0,400 0,00– 0,200

Sangat tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat rendah

(Arikunto, 2013, hlm. 89)

Pada penelitian ini jumlah soal kemampuan berpikir kritis yang dipergunakan adalah 8 soal uraian yang memuat setiap indikator kemampuan berpikir kritis, hasilnya dapat dilihat pada Tabel 3.7. mengenai rekapitulasi hasil uji coba kemampuan berpikir kritis.

Untuk skala motivasi terdiri dari 28 soal skala motivasi belajar siswa pengujian validitas menggunakan rumus uji correlate bivariate product moment pada program SPSS 17.0 for window. Hasil


(29)

perhitungan data dapat dilihat pada Tabel 3.8. mengenai rekapitulasi hasil uji coba skala motivasi belajar siswa. Data perhitungan terhadap validitas soal dapat dilihat pada Lampiran D.

4. Reliabilitas.

Pengujian reliabilitas digunakan untuk mengetahui tingkat ketetapan/ kestabilan dan konsistensi suatu alat pengumpul data. Untuk memperoleh data yang dapat dipercaya, instrumen penelitian yang digunakan harus reliabel. Instrumen memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi jika memiliki unsur keajegan dalam menentukan hasil belajar. Untuk menghitung reliabilitas, dapat menggunakan program ANATES V.4 atau secara konvensional menggunakan rumus K-R.20:

Kr20 =

 

              2 h L 2 h L h L W W 667 , 0 W W W W n 2 1 1 k k Keterangan:

Kr20 = Reliabilitas tes k = Jumlah item

WL = Salah pada tiap item pada kelompok rendah Wh = Salah pada tiap item pada kelompok tinggi n = 27% dari jumlah siswa keseluruhan

Untuk reliabilitas instrumen dapat menggunakan kriteria sebagai berikut:

Tabel 3.6.

Kriteria Reliabilitas Butir Soal

R Kriteria

0,800 – 1,00 0,600 – 0,800

Sangat tinggi Tinggi


(30)

0,400 – 0,600 0,200 – 0,400 0,000 – 0,200

Cukup Rendah Sangat rendah

(Arikunto, 2013, hlm. 89)

Analisis reliabilitas hasil uji coba soal berpikir kritis yang telah dilakukan, diperoleh koefisien reliabilitas tes sebesar 0,89. Berdasarkan kriteria reliabilitas pada Tabel 3.6. dapat disimpulkan bahwa soal instrumen ini diinterpretasikan sebagai soal yang memiliki reliabilitas sangat tinggi.

Uji reliabilitas untuk skala motivasi dilakukan dengan menggunakan teknik cronbach’s alpha pada program SPSS 17.0 for window. Berdasarkan hasil analisis menggunakan teknik alpha cronbach didapat koefisien reliabilitas sebesar 0,798. Nilai reliabilitas instrumen ini dikonsultasikan ke tabel r dan dinterpretasikan terhadap nilai r, menunjukkan bahwa instrumen secara keseluruhan memiliki reliabel tinggi. Data perhitungan dapat dilihat pada Lampiran D.

Analisis hasil uji coba soal kemampuan berpikir kritis dilakukan pada soal kemampuan berpikir kritis dengan jumlah soal sebanyak 8 butir soal yang meliputi tingkat kesukaran, daya pembeda, validitas dan reliabilitas soal. Untuk data lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.7.

Tabel 3.7.

Rekapitulasi Hasil Uji Coba Soal Berpikir Kritis No.

Soal

Validitas Reliabilitas Daya Pembeda Tingkat Kesukaran Ket. Nilai Interpretasi Nilai Interpretasi Nilai Interpretasi Nilai Interpretasi

1 0,79 Tinggi

0,89 Sangat

0,43 Cukup 0,75 Mudah Dipakai 2 0,69 Tinggi 0,40 Cukup 0,73 Mudah Dipakai 3 0,57 Cukup 0,28 Cukup 0,67 Sedang Dipakai 4 0,56 Cukup 0,28 Cukup 0,67 Sedang Dipakai


(31)

5 0,54 Cukup tinggi 0,21 Cukup 0,67 Sedang Dipakai 6 0,75 Tinggi 0,31 Cukup 0,69 Sedang Dipakai 7 0,69 Tinggi 0,28 Cukup 0,67 Sedang Dipakai 8 0,67 Tinggi 0,31 Cukup 0,69 Sedang Dipakai

Berdasarkan data yang diperoleh, soal dengan validitas tinggi adalah soal dengan nomor 1, 2, 6, 7, dan 8. Soal dengan validitas cukup adalah soal dengan nomor 3, 4, dan 5. Untuk tingkat kesukaran terdiri dari 6 soal dengan kategori sedang, dan 2 soal dengan kategori mudah. Berdasarkan kriteria daya pembeda 8 soal yang diuji coba berada pada kategori cukup. Untuk hasil reliabilitas dari 8 butir soal berpikir kritis diperoleh nilai koefisien reliabilitas adalah 0,89 yang artinya tes ini tergolong memiliki reliabilitas tinggi. Hasil yang diperoleh dari 8 soal yang telah diuji cobakan dan dianalisis, maka ke delapan soal tersebut dapat digunakan sebagai instrumen pengambilan data pada penelitian.

Analisis hasil uji coba motivasi belajar siswa dilakukan dengan jumlah soal yang diujicobakan sebanyak 28 butir soal yang meliputi analisis validitas dan reliabilitas soal. Hasil uji coba skala motivasi belajar lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.8.

Tabel 3.8.

Rekapitulasi Hasil Uji Coba Skala Motivasi Belajar

No. Soal Validitas Reliabilitas Ket.

Nilai Interpretasi Nilai Interpretasi

1 0,54 Cukup Dipakai

2 0,61 Cukup Dipakai

3 0,54 Cukup Dipakai

4 0,55 Cukup Dipakai

5 0,59 Cukup Dipakai

6 0,60 Tinggi Dipakai

7 0,45 Cukup Dipakai

8 0,34 Rendah Direvisi

9 0,39 Rendah Direvisi

10 0,42 Cukup Dipakai


(32)

No. Soal Validitas Reliabilitas Ket. Nilai Interpretasi Nilai Interpretasi

12 0,35 Rendah

0,79 Tinggi

Direvisi

13 0,22 Rendah Direvisi

14 0,72 Sangat tinggi Dipakai

15 0,63 Tinggi Dipakai

16 0,54 Cukup Dipakai

17 0,49 Cukup Dipakai

18 0,36 Rendah Direvisi

19 0,40 Cukup Dipakai

20 0,63 Tinggi Dipakai

21 0,58 Cukup Dipakai

22 0,70 Tinggi Dipakai

23 0,46 Cukup Dipakai

24 0,32 Rendah Direvisi

25 -0,09 Sangat rendah Dibuang

26 -0,27 Sangat rendah Dibuang

27 -0,03 Sangat rendah Dibuang

28 0,16 Sangat rendah Dibuang

Hasil uji validitas yang telah diinterpretasikan terhadap nilai r maka dapat disimpulkan untuk item nomor 25, 26, 27 dan 28 sangat rendah sehingga item tersebut tidak dipakai. Item nomor 8, 9, 12, 13, 18, dan 24 direvisi. Serta item nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 10, 11, 14, 15, 16, 17, 19, 20, 21, 22, 23, 25, 26, 27 dan 28 dipakai dalam penelitian.

Untuk reliabilitas, nilai r hitung dikonsultasikan ke tabel r product moment dan dinterpretasikan terhadap koefisien korelasi yang diperoleh

Berdasarkan hasil analisis butir soal uraian uji coba soal kemampuan berpikir kritis dan skala motivasi belajar siswa, maka peneliti menentukan sebanyak delapan soal kemampuan berpikir kritis yang masing-masing terdiri dari sub indikator kemampuan berpikir kritis dan 24 item motivasi belajar siswa yang terdiri dari empat indikator motivasi yaitu: attention (5 item), relevance (6 item),


(33)

confidence (7 item),dan satisfaction (6 item) untuk dipakai dalam penelitian.

F. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini terdiri dari beberapa tahap yakni tahap persiapan penelitian, tahap pelaksanaan penelitian, dan tahap akhir penelitian, berikut beberapa tahap prosedur penelitian:

a Tahap Persiapan Penelitian

Tahap persiapan penelitian meliputi:

1) Melakukan analisis standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran IPA dan mata pelajaran kompetensi kejuruan. 2) Melakukan observasi awal mengenai sumber belajar dan isu

terkait bidang keahlian.

3) Menyusun perangkat pembelajaran yang akan diujikan.

4) Menyusun instrumen penelitian yang meliputi tes kemampuan berpikir kritis, skala motivasi belajar, RPP, lembar observasi aktivitas guru, lembar observasi aktivitas siswa dan angket tanggapan siswa mengenai pembelajaran yang telah dilakukan. 5) Pemberian penilaian (judgement) terhadap instrumen penelitian

kepada dosen ahli. Pemberian judgement bertujuan pertama, untuk mengetahui validitas isi yakni tes dapat mengukur keabsahan isi materi dan tujuan pembelajaran. Soal uraian dilakukan judgement validitas isi oleh pakar ahli. Kedua, validitas konstruksi yakni tes dikatakan memiliki validitas konstruksi apabila butir-butir soal dapat mengukur aspek berpikir peserta didik.

6) Melaksanakan uji instrumen penelitian dengan mengujicobakan instrumen di kelas lain (kelas di luar subjek penelitian).


(34)

7) Menganalisis hasil uji coba instrumen, yang meliputi analisis daya pembeda, tingkat kesukaran, validitas dan reliabilitas. 8) Melakukan perbaikan instrumen yang nantinya dipakai untuk

tahap pelaksanaan penelitian. b Tahap Pelaksanaan Penelitian

Tahap pelaksanaan penelitian meliputi:

1) Melakukan tes awal (pretes) yang terdiri dari tes kemampuan berpikir kritis dan skala motivasi belajar.

2) Melaksanakan proses belajar mengajar melalui pembelajaran terpadu tipe shared pada kelas eksperimen dan pembelajaran direct instruction pada kelas kontrol.

3) Melakukan observasi aktivitas siswa, observasi kegiatan guru dan penilaian presentasi selama proses pembelajaran melalui pembelajaran terpadu tipe shared pada kelas eksperimen dan pembelajaran direct instruction pada kelas kontrol.

4) Melakukan tes akhir (postes) yang terdiri dari tes kemampuan berpikir kritis dan skala motivasi belajar.

5) Memberikan angket tanggapan kepada siswa mengenai kegiatan pembelajaran terpadu tipe shared yang telah dilakukan.

c Tahap akhir

1) Mengolah data hasil penelitian yang telah diperoleh.

2) Membuat kesimpulan berdasarkan hasil analisis dari semua data yang diperoleh.

3) Menyusun laporan penelitian. G. Teknik Pengolahan Data

Data yang diperoleh berdasarkan penelitian berupa data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif berupa hasil tes kemampuan berpikir kritis dan hasil pengukuran skala motivasi belajar. Sedangkan data


(35)

kualitatif berupa hasil observasi aktivitas siswa selama proses pembelajaran, hasil observasi aktivitas guru dan angket tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran yang dianalisis secara deskriptif. Analisis statistik yang digunakan meliputi analisis deskriptif dan analisis inferensial. Analisis statistik deskriptif digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap obyek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa membuat kesimpulan yang berlaku secara umum (Sugiyono, 2011, hlm. 29).

Statistika deskriptif hanya mereduksi, menguraikan atau memberikan keterangan suatu data, fenomena atau keadaan ke dalam beberapa besaran untuk disajikan secara bermakna dan mudah dimengerti. Statisika ini hanya berfungsi menguraikan dan menerangkan keadaan, persoalan tanpa menarik suatu kesimpulan terhadap data yang lebih luas atau populasi (Susetyo, 2012, hlm. 4).

Sedangkan statistik inferensial digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya akan digeneralisasikan (diinferensikan) untuk populasi dimana sampel itu diambil (Sugiyono, 2011, hlm. 23). Statistika inferensial merupakan bagian dari statisika yang membahas cara melakukan analisis data, menaksir, meramalkan dan menarik kesimpulan terhadap data, fenomena, persoalan yang lebih luas atau populasi berdasarkan sebagian (sampel) dari populasi. Statistika inferensial membuat kesimpulan berdasarkan pendugaan dari sebagian atau sampel data dan pengujian hipotesis (Susetyo, 2012, hlm. 6). Statistik inferensial meliputi statistik parametrik dan non parametrik. Statistik parametrik memerlukan syarat terpenuhinya asumsi, yaitu data yang dianalisis harus berdistribusi normal dan data kedua kelompok yang diuji harus homogen.

Adapun yang dilakukan dalam teknik pengolahan data statistik setelah data terkumpul, adalah sebagai berikut:


(36)

Setelah data diperoleh, dilakukan pengolahan data dengan perhitungan menggunakan kriteria yang telah ditentukan. Adapun langkah-langkah pengolahannya sebagai berikut:

1) Penskoran tiap butir soal hasil pretes dan postes.

2) Untuk analisis data skala motivasi belajar, terlebih dahulu dilakukan penyekoran dengan menggunakan skala Likert 1-4 yaitu dengan cara menjumlahkan skor tiap jawaban pernyataan yang diberikan. Skor untuk jawaban sangat setuju (SS) 4, setuju (S) 3, tidak setuju (TS) 2, dan sangat tidak setuju (STS) 1 untuk pernyataan positif sedangkan untuk pernyataan negatif penskoran dilakukan sebaliknya.

3) Perhitungan N-gain.

Setelah data diolah dalam bentuk skor. Perhitungan dilanjutkan dengan N-gain yang bertujuan untuk mengetahui kualitas peningkatan nilai antara pretes dan postes. Rumus menghitung N-gain adalah dengan rumus:

Skor siswa =

awal tes skor maksimal skor

awal tes skor akhir

tes skor

 

Setelah diperoleh nilai indeks gain, maka dapat dikategorikan ke dalam kriteria sebagai berikut:

Tabel 3.9.

Kategori Perolehan Nilai Indeks Gain

Rentang nilai Kategori

g > 0,71 Tinggi

0,30 ≤ g ≤0,70 Sedang

g < 30 Rendah

(Hake, 1999)


(37)

Uji normalitas dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa subjek diambil dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Sugiyono (2007, hlm. 95) menjelaskan bahwa statistik parametrik digunakan apabila data yang digunakan berdistribusi normal dan statistika nonparametrik digunakan apabila data yang digunakan tidak normal. Untuk uji normalitas pada penelitian ini, digunakan uji statistik

Kolmogorov-Smirnov, sedangkan perhitungannya

menggunakan perangkat lunak SPSS 17.0 for windows.

Hipotesis yang digunakan untuk mengetahui normalitas data adalah sebagai berikut:

H0: Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal

H1: Sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

Kriteria pengujian berdasarkan taraf signifkansi 5% adalah:

H0: Diterima jika nilai signifikansinya > 0,05 H0: Ditolak jika nilai signifikansinya < 0,05 5) Uji Homogenitas.

Uji homogenitas antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan untuk mengetahui varians kedua kelompok sama atau berbeda. Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji Homogenity of Varians (Levene Statistics) pada perangkat lunak SPSS 17 for windows. Hipotesis yang digunakan untuk menghitung homogenitas suatu data adalah sebagai berikut :

H0 : , varians data skor pretes kemampuan berpikir kritis siswa kedua kelas homogen.


(38)

kritis siswa kedua kelas tidak homogen. Kriteria pengujian berdasarkan taraf signifkansi 5% adalah: H0: Diterima jika nilai signifikansinya > 0,05

H0: Ditolak jika nilai signifikansinya < 0,05 6) Uji Perbedaan Dua Rata-rata.

Apabila sebaran data berdistribusi normal dan varians kedua kelompok sampel homogen, maka uji perbedaan rata-rata menggunakan uji t independent sample test. Apabila sebaran data berdistribusi tidak normal, maka uji perbedaan rata-rata menggunakan statistik non parametrik melalui uji Mann-Whitney.

Rumusan hipotesis yang diuji adalah:

H0: Tidak terdapat perbedaan rata-rata antara siswa yang mendapatkan pembelajaran terpadu tipe shared dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran direct instruction.

H1: Terdapat perbedaan rata-rata antara siswa yang mendapatkan pembelajaran terpadu tipe shared dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran direct instruction.

Kriteria pengujian berdasarkan P-value (significance atau sig.) 5% sebagai berikut:

H0: Diterima jika nilai signifikansinya > 0,05 H0: Ditolak jika nilai signifikansinya < 0,05

Hasil perhitungan uji perbedaan dua rata-rata dilakukan dengan bantuan perangkat lunak Software SPSS 17.0 for windows.

7) Uji Korelasi.

Uji korelasi dilakukan untuk mengetahui hubungan di antara indikator-indikator motivasi yang diteliti. Perhitungan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa populasi asal


(39)

sampel mempunyai dua varian yang sama (homogen) dan berdistribusi normal sehingga untuk mengetahui hubungan diantara indikator motivasi dilakukan dengan menggunakan uji korelasi product moment Pearson pada program software SPSS 17 for windows. Kriteria koefisien korelasi menurut Arikunto (2013, hlm. 89) dapat dilihat pada Tabel 3.10.

Tabel 3.10.

Kriteria Koefisien Korelasi Besarnya nilai r Interpretasi Antara 0,800 sampai dengan 1,00 Sangat tinggi Antara 0,600 sampai dengan 0,800 Tinggi Antara 0,400 sampai dengan 0,600 Cukup Antara 0,200 sampai dengan 0,400 Rendah Antara 0,000 sampai dengan 0,200 Sangat rendah (Tak

berkorelasi) Arikunto (2013, hlm. 89)

Indeks korelasi dapat diketahui dari: arah korelasi, ada tidaknya korelasi, interpretasi tinggi rendahnya korelasi dan signifikan tidaknya harga r. Adanya angka negatif pada perhitungan, menunjukkan adanya kebalikan urutan atau korelasi yang berlawanan arah.

b Analisis data kualitatif.

Data kualitatif terdiri dari hasil observasi aktivitas siswa, hasil observasi aktivitas guru dan angket tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran yang telah dilakukan. Pengolahan data dianalisis dengan menghitung frekuensi jumlah jawaban atau aktivitas yang dilakukan


(40)

guru dan siswa. Rumus menghitung persentase aktivitas yang dilakukan selama proses pembelajaran adalah sebagai berikut:

Keterangan:

P= Persentase jumlah aktivitas yang dilakukan f = Frekuensi atau jumlah pada item tersebut N = Jumlah keseluruhan

Hasil dari pengolahan data kualitatif kemudian dianalisis secara deskriptif.

H. Alur Penelitian

Untuk memperjelas penyusunan laporan, dibuat alur pelaksanaan penelitian yang dijelaskan pada gambar 3.2. berikut ini.

Pengajuan proposal

Seminar proposal

Pembuatan instrumen

Instrumen Pembelajaran Instrumen Evaluasi Instrumen Pendukung

P = N

f


(41)

Gambar 3.2. Alur Penelitian.

Pengujian instrumen

Analisis dan revisi instrumen

Pelaksanaan pembelajaran direct instruction

Pembahasan Temuan Penelitian

Kesimpulan

Expert judgement

Kelas eksperimen

Pretes

Analisis data Pretes

Pelaksanaan pembelajaran terpadu tipe shared

Kelas Kontrol


(42)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran terpadu tipe shared dapat memfasilitasi keterkaitan antara IPA sebagai mata pelajaran adaptif dengan kompetensi kejuruan sebagai mata pelajaran produktif hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan kemampuan berpikir kritis dan peningkatan motivasi belajar siswa. Secara khusus kesimpulan dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Implementasi pembelajaran terpadu tipe shared dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa secara signifikan lebih baik dibandingkan siswa yang belajar melalui pembelajaran direct instruction.

2. Implementasi pembelajaran terpadu tipe shared dapat meningkatkan motivasi belajar siswa secara signifikan lebih baik dibandingkan siswa yang belajar melalui pembelajaran direct instruction.

3. Respon siswa dalam pembelajaran terpadu tipe shared bervariasi, secara umum sebanyak 90,62% siswa senang dengan metode pembelajaran yang dilakukan dengan alasan yang beragam, diantaranya: menambah pengetahuan mengenai limbah dan bermanfaat untuk kepentingannya di lingkungan kerja. Adapun sebagian besar siswa yakni sebanyak 96,87% berpendapat bahwa pembelajaran terpadu tipe shared yang telah dilakukan cocok untuk diterapkan dalam mata pelajaran IPA dan kompetensi kejuruan.


(43)

B. Saran

Pembelajaran terpadu tipe shared dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran di SMK, khususnya untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan motivasi belajar siswa. Sekiranya sebelum pembelajaran dimulai guru harus melakukan pemetaan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang berkaitan antara kedua mata pelajaran dan melakukan kerjasama yang optimal dengan guru mata pelajaran kejuruan sehingga kolaboratif yang dilakukan menjadi lebih efektif.

Ketika pembelajaran berlangsung, diusahakan semua siswa dapat memanfaatan media pembelajaran agar mendapatkan kesempatan yang sama untuk berpartisipasi ketika mengikuti pembelajaran. Selain itu, diperlukan perhatian dalam pemberian reward agar siswa menjadi lebih aktif dan merasa terlibat dalam pembelajaran yang akan menimbulkan kepuasan dalam diri siswa.

Diperlukan penelitian yang lebih lanjut mengenai implementasi pembelajaran terpadu tipe shared dengan kondisi sekolah tertentu pada topik bahasan yang lain. Selain itu penelitian selanjutnya dapat mengkaji sub indikator berpikir kritis yang lain dan pengembangan indikator motivasi untuk melihat kebermaknaan secara menyeluruh pengaruh pembelajaran terpadu terhadap kedua aspek tersebut.


(44)

Ambar Pangaribowosakti, 2014

Implementasi Pembelajaran Terpadu Tipe Shared Untuk M eningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Satuan Pendidikan : SMK

Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam dan Kompetensi Kejuruan

Topik : Limbah di Lingkungan Kerja

Kelas/Semester : XI/ Genap

Pertemuan ke- : 1

Alokasi Waktu : 2 x 45 menit

A. Kompetensi Inti

1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

SK KOMPETENSI

KEJURUAN (PRODUKTIF)

TOPIK IPA


(45)

Ambar Pangaribowosakti, 2014

Memelihara/ servis

sistem bahan bakar bensin

LIMBAH DI LINGKUNGA N KERJA

Memahami polusi dan

dampaknya terhadap

manusia dan

lingkungan

B. Standar Kompetensi

1. Memahami polusi dan dampaknya terhadap manusia dan lingkungan

2. Memelihara/ servis sistem bahan bakar bensin

C. Kompetensi Dasar

1.1 Mengidentifikasi jenis limbah di lingkungan kerja 1.2 Mendeskripsikan cara-cara menangani limbah.

1.3 Mendiagnosis gangguan pada sistem bahan bakar bensin. 1.4 Memperbaiki gangguan sistem bahan bakar bensin.

D. Indikator

1. Mendeskripsikan dengan benar pengertian limbah sebagai buangan hasil akibat aktivitas manusia yang akan mengganggu kesetimbangan alam jika jumlahnya melebihi nilai ambang batas.

2. Mengidentifikasi macam-macam limbah berdasarkan sumber yang ada di lingkungan kerja.

3. Melakukan pemilihan metode penanganan limbah berdasarkan hasil studi di lingkungan kerja dengan baik.

4. Melakukan pemeliharaan/ servis komponen-komponen sistem bahan bakar bensin sesuai dengan SOP, K3 dan kebijakan perusahaan.

5. Mendiagnosa gangguan pada sistem bahan bakar sepeda motor berdasarkan SOP (Standard Operation Procedures), undang-undang K 3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja), peraturan perundang-undangan dan prosedur/ kebijakan perusahaan diikuti..


(46)

Ambar Pangaribowosakti, 2014

Implementasi Pembelajaran Terpadu Tipe Shared Untuk M eningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis

6. Menjelaskan cara memperbaiki gangguan pada sistem bahan bakar sesuai berdasarkan SOP (Standard Operation Procedures), undang-undang K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja), peraturan perundang-undangan dan prosedur/ kebijakan perusahaan diikuti.

E. Tujuan Pembelajaran

Setelah kegiatan belajar mengajar,peserta didik dapat :

1. Memberikan contoh permasalahan yang berkaitan dengan limbah di lingkungan kerja dengan benar.

2. Menjelaskan pengelompokkan limbah dan indikator polusi dengan tepat.

F. Karakter Peserta Didik yang Diharapkan

1. Rasa ingin tahu: memiliki keingingtahuan untuk menambah wawasan dengan menggali dari berbagai sumber terkait limbah pada kendaraan bermotor.

2. Tanggung jawab: melaksanakan kewaijbannya sebagai warga negara yang baik yaitu menjaga dan melestarikan lingkungan.

3. Kerja sama: bersosialisasi dengan antar anggota kelompok dalam melaksanakan tugas dan memecahkan masalah.

4. Peduli sosial: sebagai makhluk sosial diharapkan peserta didik dapat saling membantu satu sama lain baik di lingkungan sekolah maupun masyarakat.

5. Peduli lingkungan: memiliki sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.


(47)

Ambar Pangaribowosakti, 2014 G. Materi Pembelajaran

1. Permasalahan limbah di lingkungan kerja. 2. Macam-macam limbah dan indikator polusi.

H. Strategi, Pendekatan, Metode dan Model Pembelajaran

1. Strategi pembelajaran : Individual work (tugas mandiri) 2. Pendekatan pembelajaran : Saintifik

3. Metode pembelajaran : Diskusi, tanya jawab, “playing card”

4. Model pembelajaran : Pembelajaran terpadutipe shared

I. Langkah-langkah Pembelajaran

No. Langkah-langkah pembelajaran Alokasi Waktu 1. Kegiatan pendahuluan

a. Peserta didik berdoa bersama, di lanjutkan dengan absensi kehadiran peserta didik dan membersihkan sampah di area kelas dan sekitarnya

b. Orientasi

1) Peserta didik diarahkan untuk selalu mensyukuri anugerah Tuhan.

2) Peserta didik diarahkan untuk menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu; bertanggung jawab; dapat bekerja sama; peduli sosial dan peduli lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi sikap dalam proses pembelajaran.

c. Apersepsi, peserta didik menyimak permasalahan-permasalahan terkait limbah yang ditemukan di lingkungan kerja.

d. Motivasi, peserta didik mendapat informasi tentang manfaat mempelajari topik limbah dan keterkaitannya dengan kompetensi keahlian.

e. Pemberian Acuan, peserta didik mendapat informasi tentang: 1) Tujuan yang harus dicapai

2) Tugas-tugas yang harus dikerjakan

10 „

2. Kegiatan Inti

a. Mengamati

1) Peserta didik menyimak tayangan infokus mengenai


(48)

Ambar Pangaribowosakti, 2014

Implementasi Pembelajaran Terpadu Tipe Shared Untuk M eningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis

No. Langkah-langkah pembelajaran Alokasi Waktu kondisi udara yang tercemar dan tidak tercemar. Serta

tayangan mengenai papan ISPU.

2) Setiap peserta didik menerima dan mengamati kartu yang berisi pertanyaan mengenai limbah dan indikator polusi.

b. Menanya

1) Melalui tayangan infokus, peserta didik bertanya jawab mengenai:

a) Apakah yang membedakan udara yang terkena polusi dan udara yang tidak terkena polusi?

b) Apakah manfaat dari papan ISPU?

2) Melalui kartu yang diterima, setiap peserta didik bertanya jawab mengenai pertanyaan sesuai dengan tugasnya.

c. Menalar

1) Melalui kegiatan diskusi, peserta didik menjelaskan mengenai

a) Perbedaan udara yang terkena polusi dan udara yang tidak terkena polusi

b) Manfaat adanya papan ISPU

2) Melalui kajian literatur, peserta didik memaparkan pengetahuannya untuk dapat menjelaskan tugas mengenai limbah dan indikator polusi dari setiap kartu yang diterimanya

d. Mencoba

Peserta didik mencoba memecahkan masalah dengan mencari jawaban tugas dari berbagai buku sumber baik IPA maupun kompetensi kejuruan.

e. Mengkomunikasikan

Peserta didik menampilkan hasil kajiannya tentang limbah dan indikator polusi melalui presentasi di depan kelas.

3. Kegiatan Penutup

a Peserta didik melaksanakan evaluai lisan untuk mengetahui pemahaman materi yang telah disampaikan. b Peserta didik melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan berdasarkan diskui dan tanya jawab.

c Peserta didik mendapat tugas mempelajari macam-macam limbah gas yang dihasilkan dari gas buang kendaraan bermotor.


(49)

Ambar Pangaribowosakti, 2014

No. Langkah-langkah pembelajaran Alokasi Waktu d Sebelum mengakhiri pelajaran, peserta didik

membersihkan sampah di area kelas dan sekitarnya. e Peserta didik berdoa bersama-sama dan mengakhiri

pembelajaran.

J. Sumber Belajar

1. Buku IPA untuk SMK dan MAK Kelas XI

2. Modul pemeliharaan servis sistem bahan bakar bensin 3. Kartu tugas

K. Penilaian

1. Prosedur tes : proses dan akhir 2. Jenis tes : lisan

3. Bentuk tes : soal lisan, lembar penilaian presentasi 4. Soal : terlampir

5. Penskoran : terlampir 6. Kunci jawaban : terlampir

Lembar Penilaian Presentasi

.

NO Nama Siswa ASPEK PENILAIAN TOTAL

NILAI

NILAI AKHIR

1 2 3 4 5

Kerapihan berpakaian

Kejelasan menyampaika

n informasi

Kesesuaian materi

Kemampuan menjawab pertanyaan

Kelancaran berbicara


(50)

Ambar Pangaribowosakti, 2014

Implementasi Pembelajaran Terpadu Tipe Shared Untuk M eningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Kriteria penskoran :

Angka 4 : sangat baik Angka 3 : baik Angka 2 : cukup Angka 1 : kurang

INSTRUMEN TES LISAN

Skor : Skor yang diperoleh x nilai maksimal (10,00) Skor maksimal


(51)

Ambar Pangaribowosakti, 2014

PEMBAHASAN dan PENSKORAN SOAL LISAN

SOAL NO JAWABAN SOAL LISAN

1 CO2, CO, NO2, Hidrokarbon.

2 SO2

3 Berwarna dan berbau

4 Untuk memberikan informasi mengenai konsentrai senyawa-senyawa polutan di udara

5 Populasi dari keberadaan organisme lumut kerak (Lichenes) 6 Catalytic converter berfungsi mengurangi produksi gas

karbon monoksida dan hidrokarbon dari hasil pembakaran kendaraan bermotor

7 Wet scrubber berfungsi menghilangkan gas sulfur dioksida

SOAL LISAN

1. Sebutkan 3 contoh limbah gas yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor...

2. Contoh limbah berwujud gas yang tidak berwarna tapi berbau tajam ...

3. Sebutkan indikator fisik polusi udara ... 4. Apakah manfaat dari adanya papan ISPU ... 5. Apa yang menjadi indikator biologi polusi udara ....

6. Apa fungsi dari catalytic converter pada kendaraan bermotor...

7. Apakah fungsi dari wet scrubber...

8. Sebutkan 3 contoh limbah B3 yang ada di bengkel kendaraan bermotor ...

9. Sebutkan 2 dampak dari polusi udara...


(52)

Ambar Pangaribowosakti, 2014

Implementasi Pembelajaran Terpadu Tipe Shared Untuk M eningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis

dari hasil pembakaran bahan bakar. 8 Aki (accu), oli kendaraan, bahan bakar

9 Pemanasan global, hujan asam, asbut (asap kabut)

10 Peristiwa tertahannya atau terperangkapnya panas matahari di lapisan atmosfer oleh gas-gas rumah kaca.

PENSKORAN NILAI SOAL LISAN

SKOR KRITERIA KRITERIA PENSKORAN

KETERANGAN 4 Sangat baik Jawaban sangat jelas dan lengkap

3 Baik Jawaban lengkap

2 Cukup Jawaban kurang lengkap 1 Kurang Jawaban tidak lengkap

LAMPIRAN

Kartu Tugas:

Jelaskan dengan lengkap mengenai istilah-istilah yang terdapat pada kartu tugas berikut:

Karakteristik gas SO2

Karakteristik gas NO2

Karakteristik Gas CO

Karakteristik hidrokarbon Kelompok lumut

kerak Fruticose Chlorofluorcarbo n (CFC)

Kelompok lumut kerak

Crustose

Acid rain

Kelompok lumut kerak Foliose

Katup termostat

Polutan primer udara

Polutan sekunder


(53)

Ambar Pangaribowosakti, 2014

Nilai Oktan Pemanasan global

Pressure regulator

Efek rumah kaca

Silicon chip

Asap kabut Limbah B3 otomotif

Muffler

Wet scrubber Catalytic converter

ISPU (Indeks Standar Pencemar

Udara)


(54)

Ambar Pangaribowosakti, 2014

Implementasi Pembelajaran Terpadu Tipe Shared Untuk M eningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Satuan Pendidikan : SMK

Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam dan Kompetensi Kejuruan

Topik : Limbah di Lingkungan Kerja

Kelas/Semester : XI/ Genap

Pertemuan ke- : 2

Alokasi Waktu : 2 x 45 menit

A. Kompetensi Inti

1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,

peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,

prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak

terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.


(55)

Ambar Pangaribowosakti, 2014

1. Memahami polusi dan dampaknya terhadap manusia dan lingkungan

2. Memelihara/ servis sistem bahan bakar bensin

C. Kompetensi Dasar

1. Mengidentifikasi jenis limbah di lingkungan kerja

2. Mendeskripsikan cara-cara menangani limbah.

3. Mendiagnosis gangguan pada sistem bahan bakar bensin.

4. Memperbaiki gangguan sistem bahan bakar bensin.

D. Indikator

1. Mendeskripsikan dengan benar pengertian limbah sebagai buangan hasil

akibat aktivitas manusia yang akan mengganggu kesetimbangan alam jika jumlahnya melebihi nilai ambang batas.

2. Mengidentifikasi macam-macam limbah berdasarkan sumber yang ada di

lingkungan kerja.

3. Melakukan pemilihan metode penanganan limbah berdasarkan hasil studi

di lingkungan kerja dengan baik.

4. Melakukan pemeliharaan/ servis komponen-komponen sistem bahan

bakar bensin sesuai dengan SOP, K3 dan kebijakan perusahaan.

5. Mendiagnosa gangguan pada sistem bahan bakar sepeda motor berdasarkan SOP (Standard Operation Procedures), undang-undang K 3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja), peraturan perundang-undangan dan prosedur/ kebijakan perusahaan diikuti..

6. Menjelaskan cara memperbaiki gangguan pada sistem bahan bakar sesuai

berdasarkan SOP (Standard Operation Procedures), undang-undang K3

(Keselamatan dan Kesehatan Kerja), peraturan perundang-undangan dan prosedur/ kebijakan perusahaan diikuti.


(1)

Ambar Pangaribowosakti, 2014

Implementasi Pembelajaran Terpadu Tipe Shared Untuk M eningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan M otivasi Belajar Siswa SM K Pada Topik Limbah Di

Lingkungan Kerja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

LABEL KONSEP

DEFINISI KONSEP JENIS KONSEP

ATRIBUT POSISI

CONTOH NON

CONTOH

KRITIS VARIABEL SUPER

ORDINAT KOORDINAT SUBORDINAT Sistem bahan

bakar injeksi

Sistem bahan bakar yang menggunakan ECU (Electronic Control Unit) untuk mengontrol penyuntikkan bahan bakar

Konsep konkret

 Sistem bahan bakar

 ECU (Electronic Control Unit)  Penyuntikan bahan bakar  Sensor RPM  Suhu mesin  Suhu udara  Posisi throttle Sistem bahan bakar

Sistem bahan bakar

karburator

Single point injection

Multi point injection

Vario, Mio j, Yamaha Vxion, Supra x 125 injection, Suzuki shogun 125 FI

Yamaha Alfa, Suzuki tornado GX

Single point injection

Sistem injeksi yang injector-nya terletak di throttle body pada intake dan bensin disemprotkan ditengah-tengah intake

Konsep konkret

 Sistem injeksi  Injector

terletak di

throttle body

pada intake  Bensin

disemprotka n di tengah-tengah intake  Panjang intake Sistem bahan bakar injeksi

Multi point injection

- Honda supra x 125, Suzuki shogun 125 FI

Vespa PX, Vespa super

Multi point injection

Sistem injeksi yang mempunyai injector pada setiap saluran dan bensin

disemprotkan ke

Konsep konkret 

Sistem injeksi  Injector ada di setiap saluran  Bensin disemprotka  Jumlah penyempr otan Sistem bahan bakar injeksi

Single point injection

- Chevrolet spin, Mitsubishi lancer GTi 1800

Yamaha Vxion, Honda supra x 125


(2)

Ambar Pangaribowosakti, 2014

Implementasi Pembelajaran Terpadu Tipe Shared Untuk M eningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan M otivasi Belajar Siswa SM K Pada Topik Limbah Di

Lingkungan Kerja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

LABEL KONSEP

DEFINISI KONSEP JENIS KONSEP

ATRIBUT POSISI

CONTOH NON

CONTOH

KRITIS VARIABEL SUPER

ORDINAT KOORDINAT SUBORDINAT masing-masing

salurannya

n ke masing-masing salurannya


(3)

Ambar Pangaribowosakti, 2014

Implementasi Pembelajaran Terpadu Tipe Shared Untuk M eningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis

dan M otivasi Belajar Siswa SM K Pada Topik Limbah Di Lingkungan Kerja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, A. (2007). Memahami Berpikir Kritis. [On Line]. Tersedia di:

http://re-searchengines.com/1007arief3.html. Diakses 08 Januari 2014.

Achmad, R. (2004). Kimia Lingkungan. Yogyakarta: Penerbit Andi

Agboeze, M. U., Onu, M.F., & Ugwoke., E. (2013). Enhancement of Critical

Thinking Skills of Vocational and Adult Education Students for

Entrepreneurship Developmen in Nigeria. Journal of Education and

Practice, 4 (17), hlm. 116-123.

Arikunto, S. (2013). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Costa, A.L. (1985). Developing Minds: A Resource Book for Teaching Thinking. Virginia: Association for Supervision and Curriculum Development.

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Kurikulum SMK edisi 2006. Jakarta: Depdiknas.

Dzaki, MF. (2009). Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction) [Online].

Tersedia di:

http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2009/03model-pengajaran-lansgung-direct.html. Diakses 24 Juli 2014.

Ennis, R. H. (1981). Critical Thinking. New York: New York Times Company. Ernawati, dkk. (2008). Ilmu Pengetahuan Alam untuk SMK dan MAK kelas XI.

Jakarta: Erlangga.

Fathulena, D.K. (2013). Pengembangan Model Pembelajaran Problem Solving

Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SMK. (Tesis).

Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Feierabend, T. & Eilks, I. (2011). Learning Chemistry and Mimicking Political


(4)

Ambar Pangaribowosakti, 2014

Implementasi Pembelajaran Terpadu Tipe Shared Untuk M eningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis

dan M otivasi Belajar Siswa SM K Pada Topik Limbah Di Lingkungan Kerja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Evaluating a Lesson Plan On Bioethanol As a Fuel [Online]. Tersedia di:

http://www.esera.org/media/conferences/Book5.pdf. Diakses 31 Januari

2014.

Firdausi, A. & Barnawi. (2011). Profil Guru SMK Profesional. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Fogarty, R. (1991). The Mindful School – How to Integrate the Curricula. Illionis:

Skylights Publishing.

Fraenkel, J.R. & Wallen, N.E. (2006). How To Design and Evaluate Research in

Education.Edisi 6. New York: The McGraw Hill Companies.

Ginting, P. (2008). Sistem Pengelolaan Lingkungan dan Limbah Industri. Bandung: Yrama Widya.

Gintings, A. (2010). Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Humanoria.

Hake, R. (1999). Analyzing Change/ Gains Score. [Online]. Tersedia di:

http://www.physics.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf. Diakses

31 Januari 2014.

Hassoubah, ZI. (2008). Mengasah Pikiran Kreatif dan Kritis. Bandung: Nuansa. Iswanti, Konsulata. (2013). Pengaruh Motivasi Siswa Terhadap Prestasi Belajar

Pada Mata Pelajaran Praktik Kerja Kayu Di SMKN 5 Bandung. (Tesis).

Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Juwita, R. (2013). Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem

Based Learning) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Standar Kompetensi Mengolah Hasil Ternak Unggas Di SMKN2 Cilaku Cianjur.

(Skripsi). Jurusan Pendidikan Teknologi Agroindustri FPTK, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Klein, D. & Keller, J.M. (1990). Influence of Student, Locus of Control, and Type of Instructional Control on Performance and Confidence. The Journal of


(5)

Ambar Pangaribowosakti, 2014

Implementasi Pembelajaran Terpadu Tipe Shared Untuk M eningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis

dan M otivasi Belajar Siswa SM K Pada Topik Limbah Di Lingkungan Kerja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Keller, J. (2000). How to Integrate Learner Motivation Planning Into Lesson

Planning: The ARCS Model Approach. Tersedia di:

http://apps.fischlerschool.nova.edu/toolbox/instructionalproducts/itde8005/w eeklys/2000-keller-arcslessonplanning.pdf. Diakses 11 Januari 2014.

Keller, J. (2006). Official Site of John Keller’s ARCS Model. [Online]. Tersedia

di: http://www.arcsmodel.com. Diakses 8 Januari 2014.

Kurniawan, D. (2011). Pembelajaran Terpadu Teori, Praktik dan Penilaian. Bandung: Pustaka Cendekia Utama.

Kuswana, W.S. (2012). Filsafat Pendidikan Teknologi Vokasi dan Kejuruan. Bandung: Alfabeta

Kuswana, W.S. (2013). Dasar-dasar Pendidikan Vokasi dan Kejuruan. Bandung: Alfabeta.

Maslina. (2013). Analisis Pemahaman Konsep Siswa SMA Dalam Pembelajaran

Pencemaran Lingkungan Menggunakan Connected Teaching. (Skripsi)

Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Muslim. (2008). Pendidikan Kejuruan di Indonesia. [Online]. Tersedia di: http://tutomu.files.wordpress.com/2007/02sekilas-pendidikan-kejuruan.pdf. Diakses 31 Januari 2014.

Mustaji. (tanpa tahun). Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif

Dalam Pembelajaran [Online]. Tersedia di:

http://pasca.tp.ac.id/site/pengembangan-kemampuan-berpikir-kritis-dan-kreatif-dalam-pembelajaran. Diakses 8 Januari 2014.

Sakti, A.P. (2008). Profil Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui

Pembelajaran Kooperatif Teknik Numbered Heads Pada Konsep Sistem

Peredaran Darah. (Skripsi). Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA,


(6)

Ambar Pangaribowosakti, 2014

Implementasi Pembelajaran Terpadu Tipe Shared Untuk M eningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis

dan M otivasi Belajar Siswa SM K Pada Topik Limbah Di Lingkungan Kerja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sakti, A.P. & Kosasih, E.Y. (2013). Laporan Studi Kasus Pembelajaran IPA di

SMK. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Santrock, J.W. (2003). Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga. Sardiman, A.M. (2014). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:

Grafindo.

Siregar, E. & Nara, H. (2010). Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia Indonesia.

Sugiyono. (2007). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Surtikanti, H.K. (2009). Biologi Lingkungan. Bandung: Prisma Press Prodaktama. Suryana, N. (2013). Analisis Siswa Berkesulitan Belajar: Studi Kasus di Jurusan

Teknik Audio Video SMK Negeri 6 Bandung. (Skripsi). Jurusan Pendidikan

Teknik Elektro. Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Susetyo, B. (2012). Statistika Untuk Analisis Data Penelitian. Bandung: Refika Aditama.

Sutrisno. (2007). Ilmu Pengetahuan Alam untuk SMK kelas XI. Bogor: Yudhistira. Triyono, W. (2009). Modul Pemeliharaan/ Servis Sistem Bahan Bakar Bensin

untuk SMK dan MAK. Jakarta: Erlangga.

Wulandari, Kurnia, Sunarya. (2013). Pembelajaran Praktikum Berbasis Inkuiri

Terbimbing Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Pada Materi Laju Reaksi [Online], Vol.1 No. 1 Mei 2013. Tersedia di:

http://journal.fpmipa.upi.edu/index.php/jrppk/article/view/210/125. Diakses