PEMBELAJARAN TERPADU TIPE INTEGRATED KONSEP PERUBAHAN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN SIKAP ILMIAH SISWA SMP.

(1)

BERPIKIR KRITIS DAN SIKAP ILMIAH SISWA SMP

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam

oleh

TIKA RESTI PRATIWI 1302392

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015


(2)

PERUBAHAN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN SIKAP ILMIAH SISWA SMP

Oleh Tika Resti Pratiwi

S.Pd Universitas Negeri Semarang, 2013

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd) pada Sekolah Pascasarjana UPI Bandung

© Tika Resti Pratiwi 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2015

Hak Cipta dilindungi Undang-undang

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difotocoppy, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis


(3)

Tesis

PEMBELAJARAN TERPADU TIPE INTEGRATED KONSEP

PERUBAHAN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN SIKAP ILMIAH SISWA SMP

Oleh

Tika Resti Pratiwi 1302392

Disetujui dan Disahkan Oleh: Pembimbing

Dr. Muslim, M.Pd. NIP. 19640606199031003

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam

Dr.Phil. Ari Widodo, M.Ed NIP. 196705271992031001


(4)

KRITIS DAN SIKAP ILMIAH SISWA SMP

Tika Resti Pratiwi 1302392 ABSTRAK

Keterampilan berpikir kritis dan sikap ilmiah melalui pendidikan perlu ditingkatkan untuk menghadapi perkembangan IPTEK dengan bijak. Tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan sikap ilmiah siswa SMP melalui pembelajaran terpadu tipe integrated konsep perubahan, serta mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran. Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen dengan desain non-equivalent pretest and posttest control group. Penelitian dilakukan di salah satu SMP Negeri Kabupaten Cilacap. Instrumen penelitian ini terdiri atas tes pilihan ganda beralasan keterampilan berpikir kritis, performance checklist sikap ilmiah dan angket tanggapan. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian yaitu uji normalitas, uji homogenitas, uji N-Gain dan uji t. Temuan penelitian menunjukkan terjadi peningkatan keterampilan berpikir kritis kelas eksperimen sebesar 0,52 dengan kategori sedanglebih tinggi dibandingkan kelas kontrol sebesar 0,29 dengan kategori rendah. Peningkatan sikap ilmiah kelas eksperimen sebesar 0,68 dengan kategori sedang lebih tinggi dibandingkan peningkatan kelas kontrol sebesar 0,29 dengan kategori rendah. Hasil uji t nilai N-Gain keterampilan berpikir kritis dan sikap ilmiah menghasilkan penolakan terhadap Ho dengan probabilitas lebih kecil dari taraf signifikan. Dengan demikian menunjukkan pembelajaran terpadu tipe integrated konsep perubahan dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan sikap ilmiah siswa SMP. Hampir keseluruhan siswa memberikan tanggapan positif terhadap pembelajaran terpadu tipe integrated.

Kata kunci: pembelajaran terpadu, tipe integrated, keterampilan berpikir kritis, sikap ilmiah


(5)

CRITICAL THINKING SKILLS AND SCIENTIFIC ATTITUDE

Tika Resti Pratiwi 1302392 ABSTRACT

The purpose of this research is to improve junior high school students’ critical thinking skills and scientific attitude through integrated type on integrated learning and to describe the students’ response about the instructions. This research was using quasi-experimental methods with non-equivalent pre-test and post-test control group design. The research conducted at one of the junior high school in Cilacap district. Critical thinking test, scientific attitude performance checklist, questionnaire responses were used to collect data. The data showed that participant utilized integrated type in experimental groups performed significantly better than controls group on critical thinking test and scientific attitude performance checklist. The result showed that integrated type in science learning can lead to learning gains that exceed those critical thinking and scientific attitude in classes where mainly conventional science learning methods are used. Almost student all the students gave positive responses to integrated type on integrated learning.


(6)

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN TESIS ... ii

PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... vi

UCAPAN TERIMA KASIH ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 8

G. Struktur Organisasi Tesis ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR ... 11

A. Hakikat Pembelajaran IPA ... 11

B. Pembelajaran IPA Terpadu ... 14

C. Keterampilan Berpikir Kritis ... 24

D. Sikap Ilmiah ... 27

E. Penelitian yang Relevan ... 29

F. Tinjauan Materi ... 32

G. Kerangka Berpikir ... 42

H. Hipotesis Penelitian ... 45

BAB III METODE PENELITIAN... 46

A. Desain Penelitian ... 46


(7)

E. Prosedur Penelitian ... 59

F. Analisis Data ... 61

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ... 68

A. Temuan Penelitian ... 68

B. Pembahasan ... 78

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI ... 95

A. Simpulan ... 95

B. Implikasi ... 96

C. Rekomendasi ... 96

DAFTAR PUSTAKA ... 97

LAMPIRAN ... 101


(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang begitu cepat berimbas pada tuntutan perubahan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan memang selalu dikembangkan sesuai dengan kebutuhan manusia pada masanya. Sekarang tujuan pendidikan bukan lagi mencetak manusia yang hanya mampu membaca, menulis dan berhitung tetapi manusia yang mampu secara terampil berpikir dalam mengolah informasi. Keterampilan berpikir dalam mengolah informasi yang ada secara kritis akan membantu memahami dan mengatasi masalah yang muncul. Hal tersebut disampaikan oleh McTighe & Schollenberger (1985) bahwa keterampilan berpikir merupakan alat seseorang untuk memahami apa yang ada di lingkungannya dan menjadi dasar seseorang terampil dalam berkomunikasi dan memecahkan masalah. Pendapat yang sama diungkapkan Kuswana (2012) yang menyebutkan bahwa pengembangan keterampilan berpikir merupakan dasar untuk membangun pengetahuan, sikap, dan keterampilan motorik seseorang. Pengembangan keterampilan berpikir paling kuat menurut Costa (1985) adalah melalui pendidikan. Sependapat dengan hal tersebut, Amara (1981 dalam Jones et

al., 2012) menyebutkan bahwa keterampilan berpikir seseorang digunakan untuk

mendeteksi, menganalisis dan mengevaluasi kemungkinan yang akan terjadi di masa depan sangatlah penting untuk dikembangkan dalam pendidikan. Pendidikan hendaknya menjadikan kemampuan berpikir sebagai tujuan utama pendidikan dengan memberikan fasilitas pengembangan keterampilan berpikir yang lebih besar porsinya.

Keterampilan berpikir minimal yang perlu dikembangkan dalam menghadapi perkembangan IPTEK di abad 21 menurut Costa (1985) adalah keterampilan berpikir kritis (critical thinking). Hal sependapat disampaikan oleh Osborne (2007) bahwa penekanan pengembangan keterampilan berpikir kritis menjadi salah satu arah pendidikan sains untuk abad 21 sehingga dapat mengikuti perkembangan IPTEK. Keterampilan berpikir kritis termasuk dalam proses berpikir kompleks (complex thinking process) atau berpikir tingkat tinggi (higher


(9)

order thinking) yang mampu mengolah informasi disekitarnya untuk digunakan

dalam setiap kondisi yang muncul (Presseinsen, 1985).

Ilmu pengetahuan alam (IPA) sebagai salah satu mata pelajaran wajib pada sekolah di Indonesia juga perlu diperhatikan tujuan pendidikannya, termasuk pengembangan keterampilan berpikir kritis dalam pembelajaran IPA. Perlunya pengembangan keterampilan berpikir kritis siswa, sudah mulai disadari para ahli pendidikan Indonesia, namun belum secara maksimal dikembangkan termasuk dalam pembelajaran IPA. Hal ini terlihat pada hasil asesmen internasional yaitu

Programme Internationale for Student Assesment (PISA). PISA merupakan

asesmen internasional yang mengukur kemampuan siswa pada akhir usia wajib belajar (usia 15 tahun) di kelas IX dan X untuk mengetahui kesiapan menghadapi tantangan masyarakat pengetahuan. Penilaian yang dilakukan PISA berorientasi pada masa depan dengan menguji kemampuan siswa dalam menggunakan keterampilan dan pengetahuan IPA dalam konteks kondisi dalam kehidupan sehari-hari. Keikutsertaan Indonesia dalam PISA disajikan pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1 Posisi Negara Indonesia Dibandingkan Negara-Negara Lain Berdasarkan Studi PISA pada Mata Pelajaran IPA

No Tahun Skor Rata-rata Indonesia mata pelajaran IPA

Skor Rata-rata Internasional

Peringkat Indonesia

Jumlah Negara Peserta PISA

1 2000 393 500 38 41

2 2003 395 500 38 40

3 2006 393 500 50 57

4 2009 383 500 60 65

Sumber: http://litbang.kemdikbud.go.id

Hasil studi PISA berdasarkan Tabel 1.1 menunjukkan bahwa skor rata-rata siswa Indonesia untuk mata pelajaran IPA di bawah skor rata-rata internasional. Hal tersebut mengindikasikan siswa Indonesia belum bisa terampil menggolah konten IPA dalam menghadapi masalah kehidupan sehari-hari. Namun berdasarkan hasil UN SMP pada tahun yang sama yaitu Tahun 2008-2009 terdapat 93,74% dan Tahun 2009-2010 terdapat 89,88% siswa lulus dalam mata pelajaran IPA sebagai salah satu mata pelajaran yang diujikan. Hasil UN menunjukkan bahwa siswa telah mampu memahami, mengidentifikasi dan menerapkan contoh konsep IPA sesuai dengan kisi-kisi UN (BNSP, 2010).. Keterampilan berpikir seperti memahami, mengidentifikasi dan menerapkan contoh menurut Presseinsen (1985) termasuk dalam keterampilan berpikir dasar. Berdasarkan hasil PISA dan UN menunjukkan bahwa keterampilan berpikir siswa


(10)

Indonesia masih berada pada tatanan proses berpikir dasar, sehingga belum termasuk dalam proses berpikir kompleks seperti keterampilan berpikir kritis.

Proses berpikir dasar yang dimiliki anak-anak Indonesia masih perlu dikembangkan agar menjadi keterampilan berpikir kritis sebagai proses berpikir kompleks minimial yang perlu dikembangkan. Pengembangan keterampilan berpikir secara maksimal dilakukan melalui pembelajaran yang bermakna, karena pada dasarnya kemampuan berpikir seseorang selalu berkembang dan dapat dipelajari (Nickerson et al., 1985, dalam Tawil & Liliasari, 2013).

Hasil studi PISA menunjukkan pula siswa di Indonesia masih kesulitan dalam menyelesaikan suatu konteks permasalahan IPA yang relevan dengan kondisi kehidupan sehari-hari. Permasalahan alam di sekitar kita merupakan gabungan konsep-konsep Fisika, Kimia, Biologi, Ilmu Bumi, dan Astronomi yang telah dipelajari siswa di sekolah (Trefil & Hazen, 2010). Namun demikian menunjukkan siswa belum memahami IPA secara utuh, sehingga siswa belum mengerti bahwa konsep yang dimiliki setiap disiplin ilmu dalam rumpun IPA saling terkait dan memiliki peran dalam setiap kondisi IPA yang muncul. Untuk itu perlu dikembangkan pembelajaran yang memberi kesempatan siswa memaknai hubungan konsep antar disiplin ilmu rumpun IPA sehingga akan membantu siswa dalam menyelesaikan masalah IPA melalui pembelajaran terpadu lintas disiplin ilmu IPA. Pembelajaran terpadu lintas disiplin ilmu memungkinkan seseorang mendapatkan pengetahuan sebuah konsep yang utuh dengan mudah. Dengan demikian konsep IPA yang dibutuhkan pada kehidupan sehari-hari didapatkan oleh seseorang tanpa harus menjadi ilmuwan (Hewitt et al., 2007, Trefil & Hazen, 2010).

Kesadaran akan perlunya memahami IPA secara utuh ditunjukkan dengan adanya pembelajaran rumpun IPA di SD dan SMP sebagai satu mata pelajaran IPA terpadu. Hal ini tertuang pada Permendikbud No. 58 Tahun 2014 tentang pembelajaran IPA di SMP sesuai kurikulum 2013 yang menyatakan bahwa muatan IPA berasal dari disiplin Biologi, Fisika, Kimia dan Bumi dan Antariksa (IPBA) sehingga pembelajaran IPA disajikan dalam bentuk integrated science. Konsep materi Fisika, Kimia, Biologi dan IPBA dipadukan dengan harapan siswa mampu mengembangkan pengetahuan sebuah tema IPA secara utuh, sehingga


(11)

ketika menemui suatu masalah IPA siswa dapat mengidentifikasinya. Adapun kendala dalam pelaksanaan dilapangan dikarenakan guru yang mengajar IPA bukan merupakan lulusan atau ahli dalam IPA terpadu, maka guru IPA di SMP masih kesulitan melakukan pembelajaran IPA terpadu. bahkan ada kecenderungan lebih menenkankan pengajaran konten disiplin ilmu Fisika, Kimia, dan Biologi yang menjadi keahliannya. Hal ini sejalan dengan hasil studi kasus (2014) di salah satu SMP Negeri Kecamatan Sidareja hanya terdapat empat guru IPA lulusan S1 Pendidikan Biologi, sedangkan di salah satu SMP Negeri Kecamatan Kedungreja terdapat tiga guru IPA dengan satu guru lulusan S1 Pendidikan Fisika dan dua guru lulusan S1 Pendidikan Biologi. Hasil wawancara terhadap guru SMP tersebut juga menunjukkan guru Biologi kesulitan untuk mengajarkan materi Fisika, sehingga hanya secara searah diajarkan. Hal inilah yang masih menjadi faktor penyebab siswa belum memahami IPA secara utuh. Oleh karena itu diperlukan kajian tentang bagaimana cara melakukan keterpaduan IPA yang tepat sesuai materi dan kompetensi yang diharapkan.

Pentingnya pengembangan keterampilan berpikir siswa dan pemahaman IPA secara utuh dapat dicapai salah satunya melalui pembelajaran terpadu tipe

integrated. Tipe integrated mampu memadukan pembelajaran terpadu acrossdisiplinary (antar disiplin ilmu) yang lebih dari dua disiplin ilmu dengan

porsi materi yang sama (Forgaty, 1991). Konsep-konsep antar lintas disiplin ilmu IPA akan mengembangkan kemampuan siswa dalam crosslinking (saling silang) konsep. Adanya tuntutan kemampuan saling silang dalam pembelajaran terpadu antar disiplin ilmu menuntun siswa berpikir lebih kompleks dan meningkatkan kemampuan penalaran siswa (Ballstaedt, 1995; Bunder, 2003, dalam Schaal, 2010). Kemampuan saling silang difasilitasi tipe integrated secara khusus sebagai bagian overlapping (tumpang tindih). Bagian tumpang tindih merupakan karakteristik dari tipe integrated, dimana tumpang tindih sebagai irisan konsep lintas disiplin ilmu bukan hanya irisan semua disiplin ilmu yang dipadukan tetapi juga memiliki irisan antar anggota disiplin ilmu (Forgaty, 1991). Kemampuan saling silang ini membantu siswa berpikir kritis tentang sebuah konsep dengan memandang dari berbagai sudut ilmu, sehingga akan mudah dalam mencari solusi dalam kondisi tertentu. Hal itu disampaikan oleh Trefil & Hazen (2010) bahwa


(12)

salah satu pembelajaran yang dapat memfasilitasi kebutuhan berpikir kritis IPA adalah pembelajaran IPA terpadu tipe integrated. Hal tersebut sesuai pula dengan hasil penelitian Turpin & Cage (2004) dan hasil penelitian Plotrick et al. (2009) yang menunjukkan bahwa pembelajaran terpadu lintas disiplin ilmu dengan tipe

integrated akan mampu mempermudah siswa menguasai konsep secara utuh.

Pembelajaran tipe integrated mampu memfasilitasi pengembangan kemampuan siswa menguasai konten dan keterampilan (Fogarty, 1991). Selain itu, pembelajaran terpadu pada IPA juga akan meningkatkan efektif dan efisien sebuah pembelajaran (Trianto, 2014).

Pendidikan IPA selain diharapkan mampu mengembangkan kemampuan dan keterampilan berpikir juga mampu mengembangkan karakter kepribadian siswa. Pengembangan karakter siswa diakomodasi oleh pemerintah melalui program pendidikan karakter. Sejak 2 Mei tahun 2010, pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan kebudayaan mencanangkan pengembangan pendidikan karakter pada semua jenjang pendidikan baik tingkat dasar maupun tingkat menengah. Penerapan pendidikan karakter ini didasari oleh kejadian luar biasa yang menciderai nilai luhur budaya Indonesia yang dilakukan oleh hampir semua lapisan masyarakat, seperti tawuran antar pelajar dan antar mahasiswa, korupsi, pelecehan seksual, dsb. Salah satu kejadian yang menjadi sorotan akhir-akhir ini adalah masalah korupsi yang dilakukan oleh seseorang yang memiliki intelektual yang tinggi.

Karakter kepribadian siswa seperti karakter rasional, rasa ingin tahu, objektif, jujur, dan berpikiran terbuka dalam IPA sebenarnya telah diakomodasi sebagai aspek-aspek sikap ilmiah. Bahkan pengembangan sikap ilmiah sebagai salah satu hakikat IPA, namun dalam penerapannya belum secara optimal. Pada dasarnya sikap merupakan pembawaan seseorang yang dapat dipelajari, sehingga dapat dikembangkan menjadi lebih baik, salah satunya melalui pembelajaran (Dahar, 2011). Hal ini menunjukkan perlunya pembelajaran IPA yang memaksimalkan kembali pengembangan sikap ilmiah disamping kompetensi yang lain seperti keterampilan berpikir kritis.

Salah satu pengembangan sikap ilmiah dalam pembelajaran IPA menurut Dahar (2011) yaitu melalui kegiatan laboratorium. Dalam kegiatan tersebut selain


(13)

siswa mempelajari keterampilan dalam menggunakan alat laboratorium, siswa juga mempelajari bagaimana sikap-sikap seorang ilmuan. Oleh karena itu diperlukan pembelajaran IPA seperti kegiatan laboratorium yang mampu mengakomodasi sikap ilmiah disamping pengembangan kemampuan berpikir kritis dalam memahami IPA secara utuh. Pembelajaran tipe integrated merupakan pembelajaran yang mampu memadukan konten, keterampilan dan sikap, sehingga secara langsung ketiga komponen tersebut dapat dikembangkan lebih maksimal (Fogarty, 1991). Pengembangan keterampilan berpikir kritis yang diiringi pengembangan sikap ilmiah dalam sebuah pembelajaran IPA terpadu tipe

integrated diharapkan mampu menjawab tuntutan pencapaian kompetensi bidang

pendidikan.

Penelitian terkait pembelajaran terpadu telah dikembangkan oleh beberapa peneliti terdahulu (Turpin & Cage, 2004; Plotrick et al, 2009; Lin, 2013; Liliawati, 2014; Sakti, 2014). Hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa pembelajaran terpadu teruji dapat meningkatkan keterampilan proses sains, kemampuan berpikir kritis, kemampuan berargumentasi, penguasaan konsep sains, dan menjadikan kegiatan laboratorium lebih efisien. Namun tipe keterpaduan yang dilakukan hanya berupa konten, sedangkan keterpaduan yang melibatkan konten, keterampilan dan sikap belum dilakukan. Selain itu, belum terdapat penelitian mengenai pengaruh pembelajaran terpadu terhadap sikap ilmiah. Padahal sikap ilmiah penting untuk dikembangkan seperti yang telah diuraikan sebelumnya.

Perubahan merupakan salah satu tema besar dari konsep IPA yang diajarkan di tingkat SMP. Hal itu dikarenakan baik disiplin ilmu Biologi, Fisika maupun Kimia membahas tema perubahan sebagai dasar konsep tingkat selanjutnya seperti pembahasan konsep perubahan suhu sebagai konsep dasar pemahaman terhadap termodinamika. Pembelajaran konsep perubahan dari ketiga disiplin ilmu Biologi, Fisika, dan Kimia diberikan pada siswa SMP kelas VII. Namun demikian, konsep besar perubahan merupakan salah satu konsep abstrak yang dalam memahaminya membutuhkan keterampilan berpikir siswa. Selain itu, konsep besar perubahan terkait masalah kontekstual dalam lingkungan kehidupan sehari-hari merupakan satu kesatuan konsep, sehingga siswa perlu memahami konsep besar perubahan


(14)

ditinjau dari ketiga disiplin ilmu IPA tersebut. Berdasarkan hal tersebut, pembelajaran terpadu tipe integrated dalam penelitian ini menggunakan konsep perubahan sebagai konten yang akan dipadukan dalam mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan sikap ilmiah siswa.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan paparan latar belakang penelitian, maka:

1. Perlunya pendidikan yang memberikan pengembangan keterampilan berpikir, terutama berpikir kritis dengan porsi yang lebih banyak di Indonesia.

2. Perlunya pendidikan yang mampu mengakomodasi keterampilan berpikir kritis, sikap ilmiah dan pemahaman IPA secara utuh.

3. Belum mampunya siswa memahami konsep IPA secara utuh.

4. Penerapan pembelajaran terpadu masih belum sesuai, dikarenakan guru mata pelajaran IPA di SMP bukan merupakan lulusan IPA terpadu tetapi spesifik disiplin ilmu sehingga dalam melaksanakan pembelajaran terpadu masih berfokus pada satu disiplin ilmu.

C. Pembatasan Masalah

Adapun batasan masalah penelitian ini terkait dengan keterpaduan tipe

integrated (content, skills, attitude) dan kompetensi yang diuraikan sebagai

berikut:

1. Disiplin ilmu yang dipadukan pada penelitian ini yaitu disiplin ilmu Fisika, Kimia, dan Biologi.

2. Keterpaduan dalam penelitian ini, pada konten dan keterampilan akan berupa irisan baik antar disiplin atau irisan ketiganya karena berbasis konten perubahan. Sedangkan keterpaduan sikap yang diambil tidak berbasis konten, sehingga sama untuk ketiga disiplin ilmu yaitu sikap ilmiah.

3. Keterpaduan konten diambil dari KI 3 (KD 3.5, 3.6, dan 3.7), keterampilan dari KI 4 (KD 4.6, 4.8, 4.10, dan 4.11), dan keterpaduan sikap diambil dari KI 2 (KD 2.1) pada mata pelajaran IPA SMP kelas VII.

4. Pengukuran hanya akan dilakukan pada kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah siswa sebagai dampak penerapan pembelajaran terpadu tipe


(15)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang dan pembatasan masalah penelitian, maka

secara umum dapat dirumuskan masalah penelitiannya yaitu “bagaimanakah

peningkatan keterampilan berpikir kritis dan sikap ilmiah siswa melalui pembelajaran IPA terpadu tipe integrated pada konsep perubahan”. Penulis menjabarkan beberapa pertanyaan penelitian berikut:

1. Bagaimana peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa setelah mendapat pembelajaran IPA terpadu tipe integrated pada konsep perubahan?

2. Bagaimana peningkatan sikap ilmiah siswa yang mendapat pembelajaran IPA terpadu tipe integrated pada konsep perubahan?

3. Bagaimana tanggapan siswa tentang implementasi pembelajaran IPA terpadu tipe integrated pada konsep perubahan?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang akan dicapai oleh peneliti melalui penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa melalui pembelajaran IPA terpadu tipe integrated konsep perubahan dibandingkan pembelajaran konvensional.

2. Meningkatkan sikap ilmiah siswa melalui pembelajaran IPA terpadu tipe

integrated konsep perubahan dibandingkan pembelajaran konvensional.

3. Mendeskripsikan tanggapan siswa terhadap pembelajaran pembelajaran IPA terpadu tipe integrated konsep perubahan

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian terdiri atas manfaat teoritis dan manfaat praktis. Berikut diuraikan masing-masing manfaat penelitian:

1. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian dapat memperbanyak pengetahuan dan referensi tentang pembelajaran IPA secara terpadu


(16)

2. Manfaat Praktis

a) Bagi guru, penelitian ini dapat dijadikan masukan dalam mengembangkan pembelajaran IPA terpadu sebagai upaya peningkatan keterampilan berpikir kritis dan sikap ilmiah siswa.

b) Bagi guru, penelitian ini dapat dijadikan masukan dalam mengajarkan konsep perubahan secara terpadu.

c) Bagi siswa, penelitian ini dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan mengembangkan sikap ilmiah siswa.

d) Bagi peneliti, penelitian ini dapat dapat dijadikan referensi bagi peneliti lain untuk mengembangkan penelitian sejenis

G. Struktur Organisasi Tesis

Struktur organisasi tesis terdiri atas lima bab utama yang diuraikan sebagai berikut:

Bab pertama menyajikan latar belakang, identifikasi masalah penelitian, pembatasan masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian baik secara teoritis maupun praktis, definisi operasional, dan struktur organisasi tesis. Bab kedua merupakan kajian pustaka untuk memberikan konteks yang jelas terhadap topik atau permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini. Adapun kajian pustaka dalam penelitian terdiri dari hakikat pembelajaran IPA, pembelajaran terpadu mulai dari karakteristiknya sampai jenis pembelajaran terpadu tipe integrated, tinjauan keterpaduan konten, sikap, dan keterampilan dalam Kompetensi Dasar (KD), keterampilan berpikir kritis, sikap ilmiah, penelitian yang relevan, dan tinjauan materi perubahan. Bab ketiga ini merupakan bagian yang bersifat prosedural. Adapun penulisan dalam bab ketiga ini terdiri dari desain penelitian, pratisipan, populasi dan sampel, instrumen penelitian termasuk tahap ujicoba pembuatan instrumen, prosedur penelitian, dan analisis data yang digunakan dalam mengolah data hasil penelitian. Bab keempat menyampaikan dual hal utama, yakni temuan penelitian berdasarkan pengolahan dan analisis data dengan berbagai kemungkinan, dan pembahasan temuan penelitian. Adapun temuan penelitian diterdiri atas temuan penelitian keterampilan berpikir kritis, temuan penelitian sikap ilmiah, dan temuan penelitian


(17)

tanggapan siswa terhadap pembelajaran. Pembahasan terdiri atas karakateristik pembelajaran terpadu tipe integrated konsep besar perubahan, peningkatan keterampilan berpikir kritis, peningkatan sikap ilmiah siswa, dan tanggapan siswa terhadap pembelajaran. Bab kelima menyajikan simpulan, implikasi, dan rekomendasi penelitian. Simpulan disajikan secara umum dan dalam poin. Implikasi disajikan berdasarkan implikasi secara teoritis dan secara praktis. Rekomendasi diberikan berdasarkan simpulan dan implikasi dari peneltian kepada pemerintah, penyelenggara pendidikan, pelaku pendidikan, dan peneliti.


(18)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan metode kuasi eksperimen (quasi-experimental design). Desain yang diambil adalah non-equivalent pretest and posttest control group. Desain penelitian ini menggunakan

dua kelas yaitu satu untuk kelas eksperimen dan satu untuk kelas biasa sebagai kontrol (Creswell, 2013).

Kelas ekperimen adalah kelas yang diberi perlakuan pembelajaran terpadu tipe integrated konsep perubahan. Keterpaduan dalam penelitian ini meliputi disiplin ilmu Fisika, Kimia, dan Biologi yang dalam pelaksanaannya dalam mata pelajaran IPA. Kelas kontrol adalah kelas pembanding yang tidak diberikan perlakuan atau menggunakan pembelajaran konvensional. Pembelajaran konvensional dalam penelitian ini adalah pembelajaran terpadu tipe fragmented sesuai kurikulum sekolah yang berlaku yaitu disiplin ilmu Fisika, Kimia, dan Biologi dalam pertemuan yang terpisah dalam mata pelajaran IPA. Kedua kelas dalam desain ini diberikan pretest dan posttest (Creswell, 2013). Desain penelitian ini disajikan dalam Tabel 3.1 yang diadaptasi desain kuasi eksperimen oleh Creswell.

Tabel 3.1 Desain Non-Equivalent Pretest and Posttest Control Group

Kelas Eksperimen O X O

Kelas Kontrol O - O

Keterangan:

X : perlakuan yang diberikan yaitu pembelajaran IPA terpadu tipe integrated konsep besar perubahan

O : observation (keterampilan berpikir kritis siswa) sebelum dan sesudah perlakuan pembelajaran sebagai pretest dan posttest

B. Subyek Penelitian

Pada penelitian ini subyek penelitian adalah 68 siswa kelas kelas VII di SMP N 1 Sidareja semester genap tahun ajaran 2014/2015. Peneliti memilih siswa kelas VII SMP Negeri di salah satu Kabupaten Cilacap dengan alasan, karena


(19)

sekolah tersebut menggunakan kurikulum 2013. Selain itu, siswa tersebut merupakan kelompok siswa yang dirasa siap untuk menerima perlakuan penelitian ini baik secara waktu dan materi yang tersedia.

Pemilihan subyek dalam penelitian kuasi eksperimen baik dalam kelas eksperimen maupun kelas kontrol tidak diambil secara acak, melainkan menyesuaikan dengan kelas yang telah dipilih (Creswell, 2013). Pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling (sampel bertujuan). Adapun tujuan pemilihan subyek yaitu agar penelitian dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien terutama kondisi subyek penelitian, waktu penelitian, materi penelitian, kondisi tempat penelitian dan perizinan penelitian. Subyek dalam penelitian ini yaitu kelas VIIA dan Kelas VII B dengan masing-masing sebanyak 34 siswa.

Kekhasan subyek dalam penelitian ini dilihat dari kesiapan kondisi siswa yaitu (1) materi IPA yang telah diajarkan semester 1 sama dan sesuai dengan materi penelitian (bab perubahan fisika dan kimia diajarkan di semester 2), (2) mapel IPA di kedua kelas di hari yang sama dengan jam pelajaran (JP) berbeda, (3) kedua kelas diajarkan oleh guru yang sama dan guru dapat mengajar kelas kontrol (materi disesuaikan peneliti). Pengambilan kelas dilakukan secara acak atau random dalam penentuan kelas eksperimen dan kelas kontrol.

C. Definisi Operasional

1. Pembelajaran IPA terpadu tipe integrated yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pembelajaran IPA yang memadukan konten dan keterampilan pada konsep perubahan, serta sikap ilmiah dalam disiplin ilmu Biologi, Fisika, dan Kimia SMP kelas VII.

2. Keterampilan berpikir kritis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keterampilan berpikir siswa secara logis, sistematis dan aktif terhadap observasi dan komunikasi, informasi dan argumentasi untuk memutuskan apa yang akan dilakukan dalam memecahkan masalah konsep perubahan. Keterampilan berpikir kritis yang diteliti dalam penelitian ini yaitu

elementary clarification (membuat penjelasan/klarifikasi sederhana), basic support (membangun keterampilan dasar), inference (menarik kesimpulan), advanced clarification (membuat penjelasan/klarifikasi lanjut), dan strategi


(20)

and tactic (membangun strategi dan taktik). Pengukuran keterampilan

berpikir kritis dilakukan dengan menggunakan tes pilihan ganda.

3. Sikap ilmiah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kecenderungan siswa bertindak dalam menggunakan langkah-langkah ilmiah yang diukur saat rangkaian kegiatan praktikum. Sikap ilmiah pada penelitian ini diukur dengan performance checklist. Pengukuran dilakukan oleh tiga observer. Aspek sikap yang akan diukur yaitu rationality (rasional), curiousity (rasa ingin tahu), open mindedness (berpikiran terbuka), dan objectivity (objektif).

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tes keterampilan berpikir kritis berupa tes pilihan ganda beralasan, performance

checklist (daftar cek kegiatan) sikap ilmiah, dan angket tanggapan siswa.

1. Tes Keterampilan Berpikir Kritis

Instrumen untuk mengukur keterampilan berpikir kritis siswa yaitu tes pilihan ganda berasalan. Tes pilihan ganda beralasan ini diberikan sebagai pretest dan posttest. Tes pilihan ganda beralasan yang diberikan 20 butir soal yang dipilih dari 30 butir soal.

Soal pilihan ganda berasalan yang digunakan dalam penelitian ini merupakan soal yang dibuat sendiri oleh peneliti, sehingga diperlukan analisis btir agar mendapatkan soal yang valid dan reliabel. Peneliti membuat 30 butir soal pilihan ganda berasalan yang kemudian di analisis logical validity (validasi logis) dan empirical validity (validasi empiris).

a. Logical Validity (Validasi Logis)

Analisis validasi logis yaitu dengan mengkonsultasikan butir soal pada ahli penilai (expert judgment) untuk mendapatkan content validity (validasi isi) dan

construct validity butir butir soal. Ahli penilai yang digunakan untuk memvalidasi

yaitu lima ahli baik bidang pendidikan, asesmen, maupun konten IPA yang dapat dilihat pada Lampiran D.4. Analisis hasil validasi digunakan CVR (Content

Validity Ratio) dan CVI (Content Validity Indeks). Berikut diuraikan

langkah-langkah menggunakan CVR:


(21)

Data tanggapan responden yang diperoleh berupa daftar cek. Kriteria penilaian butir soal menurut Lawshe disajikan pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Kriteria Penilaian Butir Soal dari Lawshe

Kriteria Bobot

Ya 1

Tidak 0

2) Memberikan skor pada jawaban item dengan menggunakan CVR Menghitung nilai CVR (Rasio Validitas Konten)

... (3.1) Keterangan:

ne = jumlah responden yang menyatakan ya N = jumlah total responden

Ketentuan tentang indeks CVR:

(1).Jika jumlah responden yang menyatakan Ya kurang dari ½ total responden maka nilai CVR = -

(2).Jika jumlah responden yang menyatakan Ya ½ dari total responden maka nilai CVR = 0

(3).Jika seluruh responden menyatakan Ya maka CVR = 1 (hal ini diatur menjadi 0,99 disesuaikan dengan jumlah responden)

(4).Jika jumlah responden yang menyatakan Ya lebih dari ½ total responden maka nilai CVR = 0 – 0,99

Hasil perhitungan CVR dan CVI berupa angka 0-1 yang dapat dikaterogikan sesuai dengan Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Indeks CVR untuk Validasi Isi

Indeks CVR Kriteria

0,00 – 0,33 Tidak sesuai 0,34 – 0,67 Sesuai 0,68 – 1,00 Sangat sesuai

(Lawshe, 1975)

... (3.2) Perhitungan CVR dan CVI dilakukan pada setiap aspek pengukuran soal pilihan ganda berasalan yaitu kesesuaian soal dengan indikator berpikir kritis (Aspek 1), kesesuaian soal dengan indikator soal (Aspek 2), dan kesesuain soal dengan jawaban dan alasan jawaban (Aspek 3). Hasil perhitungan CVR dan CVI


(22)

soal pilihan ganda beralasan keterampilan berpikir kritis ketiga aspek disajikan pada Tabel 3.4 dan Tabel 3.5. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.1.

Tabel 3.4 Hasil CVR Soal Keterampilan Berpikir Kritis

Kriteria No soal Aspek 1 Nomor Soal Aspek 2 Nomor Sola Aspek 3 Tidak sesuai 1,3,13,29,30 1,3,6,13,13 1,3,13,29,30

Sesuai 2,4,6,7,8,12,14,15,16,17, 18,20,22,23,25,26,28

2,4,7,8,15,16,17,22, 25

2,4,6,7,8,12,14,15,16,17, 18,20,22,23,25,26,28 Sangat sesuai 5,9,10,11,19,21,24,27 5,9,10,11,12,19,20,21

,23,24,26,27,28,29,30 5,9,10,11,19,21,24,27

Tabel 3.5 Hasil CVI Soal Keterampilan Berpikir Kritis

Apek CVI Kriteria

1 0,63 Sesuai

2 0,72 Sangat sesuai

3 0,77 Sangat Sesuai

Berdasarkan hasil analisis CVR dan CVI soal dengan ktriteria tidak sesuai diperbaiki karena CVI ketiga aspek sesuai dan sangat sesuai. Selanjutnya setelah perbaikan dilakukan tahap ujicoba soal.

b. Empirical Validity (Validasi Empiris)

Validasi empiris dilakukan setelah penilaian oleh ahli dilakukan dengan menguji coba soal pilihan ganda beralasan terhadap siswa yang telah menempuh mata pelajaran IPA kelas VII dalam kurikulum 2013. Uji coba dilakukan pada siswa kelas VIII di lokasi penelitian. Total butir soal yang diuji cobakan sebanyak 30 butir soal. Uji coba dilakukan kepada 34 siswa. Penelitian ini menggunakan soal pilihan ganda beralasan karena:

a. menunjukkan apakah siswa benar-benar memahami permasalah dan terampil secara kritis menggunakan konsep IPA

b. mampu mencakup materi lebih banyak dan mendalam dalam satu butir soal Tabel 3.6 Penskoran Pilihan Ganda Berasalan

Jawaban Alasan Skor

Benar Benar 2

Benar Salah 1

Salah Benar 0

Salah Salah 0

Adapun penskoran pilihan ganda beralasan disajikan pada Tabel 3.6. Analisis yang digunakan pada hasil uji coba yaitu validitas, reabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda soal. Peneliti menggunakan aplikasi Anates 4.0


(23)

untuk mempermudah analisis, namun berikut dijelaskan pula penggunaan rumus analisis secara manual.

1) Analisis Validitas Butir Soal Pilihan Ganda

Validitas soal bentuk pilihan ganda beralasan menurut Siregar (2013, hlm. 48) dapat menggunakan rumus product moment sebagai berikut:

  

 

  2 2 2 2 Y Y N X X N Y X XY N

rxy ... (3.3)

Keterangan :

rxy : validitas yang akan dicari

ΣXY : jumlah perkalian skor butir X dan skor total Y X : jumlah skor butir X

Y : jumlah skor total Y N : jumlah responden

ΣX2 : jumlah kuadrat skor butir X ΣY2 : jumlah kuadrat skor total Y

Nilai rxy yang diperoleh disesuaikan dengan rtabel. Jika rxy > rtabel, butir soal valid. Berdasarkan tes uji coba soal, dari 30 soal yang diuji cobakan terdapat 20 soal dinyatakan valid. Data hasil validasi soal disajikan pada Tabel 3.7.

Tabel 3.7 Data Analisis Validasi Butir Soal

Kriteria Nomor butir soal

Valid 1,2,3,4,7,8,9,10,12,13,14,16,18,19,20,21,22,25,29,30 Tidak valid 5,6,11,15,17,23,24,26,27,28

2) Reliabilitas Butir Soal Pilihan Ganda

Uji Reliabilitas ini dilakukan untuk menentukan soal tes yang diujikan bersifat reliabel atau ajeg. Uji reabilitas yang digunakan yaitu Teknik Sperman Brown dengan cara belahan ganjil dan genap. Adapun rumus reliabilitas dengan teknik Sperman Brown menurut Siregar (2013, hlm 63-65) sebagai berikut:

  

 

  2 2 2 2 Y Y N X X N Y X XY N

rxy ... (3.4)

Keterangan:


(24)

X = Skor belahan ganjil Y = skor belahan genap n = banyak responden

... (3.5)

Keterangan:

Rxy = nilai korelasi

R11 = nilai reliabilitas instrumen

Adapun kriteria reliabilitas instrumen tes disajikan pada Tabel 3.8 dan Lampiran C.4. Setelah r11 diketahui, kemudian dibandingkan dengan harga rtabel. r11 yang diperoleh adalah 0,87 dalam kategori tinggi. Besarnya rtabel untuk responden 34 orang dengan taraf signifikansi 5% adalah 0,34. Karena r11> rtabel, maka instrumen tersebut reliabel.

Tabel 3.8 Kriteria Reliabilitas Instrumen Tes

Koefisien reliabilitas (r) Kriteria 0,8 ≤ r ≤ 1,0 Sangat Tinggi 0,6 ≤ r < 0,8 Tinggi 0,4 ≤ r < 0,6 Sedang 0,2 ≤ r < 0,4 Rendah 0,0 ≤ r < 0,2 Sangan Rendah

(Matlock & Hetzel, 1997) 3) Uji Tingkat Kesukaran Butir Soal Pilihan Ganda

Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran (difficulty index). Indeks kesukaran dinyatakan dengan bilangan antara 0-1. Taraf kesukaran soal objektif menurut Kusaeri & Suprananto (2012, hlm.174-175) dapat ditentukan menggunakan rumus:

P =

... (3.6)

Keterangan :

P = indeks kesukaran

B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar Js = jumlah seluruh siswa peserta tes

Analisis tingkat kesukaran butir soal berdasarkan aplikasi Anantes 4.0 diperoleh 4 soal dengan kategori sangat mudah, 9 soal dengan kategori sedang, 13 soal dengan kategori sukar, dan 4 soal dengan kategori sangat sukar. Hasil secara


(25)

lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 3.9. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.2.

Tabel 3.9 Data Tingkat Analisis Kesukaran

Kategori Nomor butir soal Jumlah

Sangat mudah 9,13,25,26 4

Mudah - -

Sedang 1,3,6,12,15,17,18,20,28 8

Sukar 2,4,5,7,8,10,14,16,19,23,24,25,27,30 14

Sangat sukar 11,21,22,29 4

4) Uji Daya Pembeda Butir Soal Pilihan Ganda

Daya pembeda butir soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang dapat menjawab soal dengan siswa yang tidak dapat menjawab soal. Daya beda soal menurut Kusaeri & Suprananto (2012, hlm. 175-177) dapat diihitung dengan persamaan 3.7. Kriteria daya pembeda soal disajikan pada Tabel 3.10.

DP = = PA-PB ... (3.7)

Keterangan:

DP = daya pembeda

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar JA = banyaknya peserta kelompok atas

JB = banyaknya peserta kelompok bawah

PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Tabel 3.10 Tingkat Daya Pembeda

Tingkat daya pembeda Kategori

4,00 – 1,00 Sangat memuaskan 0,30 – 0,39 Memuaskan 0,20 – 0,29 Tidak memuaskan 0,00 – 0,19 Sangat tidak memuaskan

Kusaeri & Suprananto (2012, hlm. 177) Analisis daya pembeda soal diperoleh 4 soal dengan kategori sangat memuaskan, 9 soal dengan kategori memuaskan, 9 soal dengan kategori tidak memuaskan, dan 8 soal dengan kategori sangat tidak memuaskan. Hasil secara lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 3.11. Analisis daya pembeda soal selengkapnya disajikan pada lampiran C.3.


(26)

Tabel 3.11 Data Analisis Daya Pembeda

Kategori Nomor butir soal Jumlah

Sangat memuaskan 2,3,9,13 4

Memuaskan 1,4,10,14,16,20,24,25,30 8

Tidak memuaskan 7,8,12,18,19,21,22,26,29 8 Sangat tidak memuaskan 5,6,11,15,17,23,27,28 7

5) Penentuan Instrumen Tes Tertulis Pilihan Ganda Beralasan

Penentuan instrumen tes tertulis dilakukan setelah analisis uji coba soal dengan validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda dan revisi butir soal yang masih belum memenuhi syarat. Adapun penentuan instrumen berdasarkan indikator keterampilan berpikir kritis yang dibutuhkan dalam pengukuran. Rekap hasil uji coba soal pilihan ganda dapat dilihat pada Tabel 3.12 dan Lampiran C.5.

Tabel 3.12 Rekap Hasil Uji Coba Soal Pilihan Ganda Beralasan

No soal

Daya Pembeda Tingkat Kesukaran

Validitas Keterangan Keputusan DP Kategori TK Kategori

1 33.33 M 38.89 Sd Valid Diterima Digunakan 2 50.00 SM 25.00 Sk Valid Diterima Digunakan 3 44.44 SM 50.00 Sd Valid Diterima Digunakan 4 33.33 M 16.67 Sk Valid Diterima Digunakan 5 16.67 STM 25.00 Sk Tidak valid Direvisi Tidak digunakan 6 5.56 STM 58.33 Sd Tidak valid Direvisi Tidak digunakan 7 27.78 TM 19.44 Skr Valid Diterima Digunakan 8 22.22 TM 16.67 Sk Valid Diterima Digunakan 9 50.00 SM 30.57 SMd Valid Diterima Digunakan 10 33.33 M 16.67 Sk Valid Diterima Digunakan 11 5.56 STM 13.89 SSk Tidak valid Diterima Tidak digunakan 12 27.78 TM 52.78 Sd Valid Direvisi Digunakan 13 61.11 SM 30.56 SMd Valid Diterima Digunakan 14 33.33 M 16.67 Sk Valid Diterima Digunakan 15 11.11 STM 38.89 Sd Tidak valid Direvisi Tidak digunakan 16 38.89 M 25.00 Sk Valid Diterima Digunakan 17 11.11 STM 33.33 Sd Tidak valid Direvisi Tidak digunakan 18 22.22 TM 33.33 Sd Valid Diterima Digunakan 19 22.22 TM 22.22 Sk Valid Diterima Digunakan 20 38.89 M 36.11 Sd Valid Diterima Digunakan 21 27.78 TM 11.11 SSk Valid Diterima Digunakan 22 22.22 TM 13.89 SSk Valid Diterima Digunakan 23 5.56 STM 19.44 Sk Tidak valid Direvisi Tidak digunakan 24 33.33 M 22.22 Sk Tidak valid Direvisi Tidak digunakan 25 38.89 M 30.56 SMd Valid Diterima Digunakan 26 27.78 TM 30.56 SMd Tidak valid Direvisi Tidak digunakan 27 16.67 STM 19.44 Sk Tidak valid Direvisi Tidak digunakan 28 11.11 STM 38.89 Sd Tidak valid Direvisi Tidak Digunakan 29 22.22 TM 11.11 SSk Valid Diterima Digunakan 30 33.33 M 22.22 Sk Valid Diterima Digunakan


(27)

Keterangan: SM: Sangat Memuaskan, M: Memuaskan, TM: Tidak Memuaskan, STM: Sangat Tidak Memuaskan, SMd: Sangat Mudah, M: Mudah, Sd: Sedang, Sk: Sukar, SSk: Sangat Sukar.

Berdasarkan hasil analisis soal uji coba instrumen tes tertulis, 20 soal yang digunakan oleh peneliti. Di antara 30 soal uji coba kemudian dipakai 20 soal untuk pretest dan posttest, yaitu soal nomor 1, 2, 3, 4, 7, 8, 9, 10, 11, 13, 14, 16, 18, 19, 20, 21, 22, 25, 29, 30. Adapun kisi-kisi butir soal pilihan ganda beralasan untuk mengukur keterampilan berpikir kritis disajikan pada Tabel 3.13.

Tabel 3.13 Kisi-kisi Tes Keterampilan Berpikir Kritis

Indikator Berpikir Kritis

Sub Indikator Berpikir Kritis (Kemampuan yang diminta)

Nomor soal Dalam Uji Coba Soal Nomor Soal Jumlah soal 1. Membuat klarifikasi sederhana

1. Memfokuskan pertanyaan 2

4

1

2 2

2. Menganalisis argument 13 8 2

3. Bertanya dan menjawab pertanyaan tentang suatu klarifikasi/penjelasan dan tantangan 8 10 11 4 6 7 3 2. Membangun keterampilan dasar

4. membangun kredibilitas suatu sumber

9 20

5

13 2

5. mengobservasi dan

mempertimbangkan hasil observasi - - - 3. Menarik

esimpulan

6. Membuat dan mempertimbangkan deduksi

15 16

9

10 2

7. Membuat dan mempertimbangkan

induksi 18 11 1

8. Membuat dan mempertimbangkan

nilai keputusan - - -

4. membuat klarifikasi lebih lanjut

9. Mendefinisikan istilah dan

mempertimbangkan definisi 22 14 1

10. Mengidentifikasi asumsi 23 24

15

16 2

5. Membangun strategi dan taktik

11. Memutuskan suatu tindakan 5 27 28 3 17 18 3 12. Berinteraksi dengan orang lain 19

30 31 12 19 20 3

Jumlah soal 20

2. Performance Checklist (Daftar Cek Kegiatan) Sikap Ilmiah

Performance checklist atau daftar cek kegiatan menurut Fraenkel (2012,

hlm. 122-124) merupakan salah satu instrumen daftar cek yang sering digunakan.

Performance checklist tersusun atas daftar perilaku yang menunjukan jenis sikap


(28)

kegiatan praktikum, maka pengamat hanya memberi tanda centang pada daftar. Praktikum kelas kontrol dan kelas eksperimen dilakukan sebanyak lima kali. Selama lima kegiatan praktikum pengamat mengamati aktivitas siswa. adapun acuan penskoran untuk daftar cek disajikan oleh Tabel 3.14.

Tabel 3.14 Penskoran Daftar Cek Kegiatan Sikap Ilmiah

Kondisi Skor

Muncul 1

Tidak muncul 0

Daftar cek kegiatan juga dibuat sendiri oleh peneliti dengan mengacu pada kisi-kisi sikap ilmiah Emina yang digunakan oleh Ataha dan Ogumogu (2013). Peneliti melakukan validasi isi dan validasi konstruk dengan menggunakan analisis validasi logis oleh lima ahli penilai. Hasil validasi logis dari 26 kegiatan siswa termasuk dalam sikap ilmiah selama praktikum disajikan pada Tabel 3.15. Rekap hasil validasi logis selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.16.

Tabel 3.15 Hasil CVR Daftar Cek Kegiatan Sikap Ilmiah

Kriteria Nomor kegitan

Tidak sesuai 20 Sesuai 21,22,23

Sangat sesuai 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17,18,19

Berdasarkan hasil CVR, analisis CVI sebesar 0,91 dengan kategori sangat baik. Hal ini menunjukkan kegiatan yang termasuk sikap ilmiah dapat digunakan, namun terdapat beberapa perbaikan dan penambahan kegiatan. Adapun kisi-kisi daftar cek kegiatan sikap ilmiah disajikan oleh Tabel 3.16.

Tabel 3.16 Kisi-kisi performance checklist (daftar cek kegiatan) sikap ilmiah

Aspek Sikap

Ilmiah Sikap Ilmiah

Nomor Pernyataan 1. Rasional 1. Berkomitmen untuk berpikiran rasional dalam

memecahkan masalah

2. Mencari dasar penyebab keadaan dan mengidentifikasi hubungan sebab akibat - 3. Berkeyakinan bahwa sains merupakan sarana

mempengaruhi lingkungan -

4. Kesadaran akan kesalahan manusia - 5. Keberanian untuk bertindak sesuai dengan

kewenangannya 1, 2, 3

2. Rasa ingin tahu 6. Berkeinginan untuk pengetahuan dan ide yang baru 4, 5, 6 7. Keinginan untuk menambah informasi 7, 8, 9 8. Mencari bukti untuk mendukung kesimpulan yang

berasal dari materi ilmiah 10, 11

9. Menunjukkan ketertarikan dalam penemuan ilmiah 12, 13 10. Keinginan untuk menjelaskan 14, 15, 16, 17


(29)

Tabel 3.16 (Lanjutan) Kisi-kisi performance checklist (daftar cek kegiatan) sikap ilmiah

Aspek Sikap

Ilmiah Sikap Ilmiah

Nomor Pernyataan 3. Berpikiran

terbuka

11. Kesediaan subjek data dan pendapat dengan di kritik

dan evaluasi orang lain 18, 19, 20

12. Kesediaan untuk mempertimbangkan bukti baru 21 13. Penolakan terhadap pendekatan tunggal dan kaku

terhadap orang, benda, dan ide-ide 22 4. Objektif 14. Lebih memilih untuk laporan didukung oleh bukti

daripada yang tidak didukung 23

15. Kepekaan terhadap akurasi data 24, 25 16. Lebih memilih untuk generalisasi ilmiah yang telah

melalui ujian tinjauan kritis 26

5. Keengganan dengan hal yang bersifat tahayul

17. Penolakan terhadap kepercayaan yang bersifat

takhayul -

18. Lebih memilih tinjauan/kajian ilmiah -

3. Angket Tanggapan Siswa

Tanggapan siswa terhadap pembelajaran terpadu tipe integrated akan menggunakan instrumen angket. Angket merupakan salah satu instrumen yang sering digunakan untuk mengungkap opini atau sikap anak terhadap suatu permasalahan. Angket penelitian ini akan mengungkap tanggapan siswa terhadap pembelajaran terpadu tipe integrated dalam konsep perubahan. Adapun tujuan pemberian angket tanggapan yaitu:

1. Mengungkapkan persepsi siswa tentang pembelajaran terpadu tipe

integrated pada konsep perubahan

2. Mengungkapkan minat siswa dalam mengikuti pembelajaran terpadu tipe

integrated pada konsep perubahan

3. Mengungkapkan pengembangan berpikir kritis dalam pembelajaran terpadu tipe integrated pada konsep perubahan

4. Mengungkapkan pengembangan sikap ilmiah dalam pembelajaran terpadu tipe integrated pada konsep perubahan

Angket diberikan pada akhir pembelajaran terpadu, setelah siswa mengalami pembelajaran terpadu pada kelas eksperimen. Angket tanggapan siswa berupa pertanyaan yang akan menjawab “ya” atau “tidak” terhadap sebuah pernyataan. Penyusunan instrumen tanggapan siswa dilakukan dengan melakukan konsultasi kepada ahli (expert judgment), untuk mendapatkan validasi isi (content validity) dan construct validity butir pernyataan secara logical validity. Acuan penskoran


(30)

untuk angket tanggapan disajikan oleh Tabel 3.17. Berdasarkan hasil validasi logis didapatkan 24 kegiatan yang terdiri dari empat aspek yang diukur. Hasil analisis validasi logis angket tanggapan siswa disajikan pada Tabel 3.18. Adapun hasil validasi logis selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.31.

Tabel 3.17 Penskoran Daftar Cek Kegiatan Siswa

Jawaban Skor

Ya 1

Tidak 0

Tabel 3.18 Hasil CVR Angket Tanggapan Siswa

Kriteria Nomor Pertanyaan

Tidak sesuai 1,3,6,13,14

Sesuai 2,4,7,8,11,12,16,17,18,22,25

Sangat sesuai 5,9,10,15,19,20,21,23,24,26,27,28,29,30

Hasil CVI sebesar 0,71 dalam kategori sangat memuaskan. Hasil tersebut menunjukkan angket tanggapan dapat digunakan namun dengan perbaikan dengan beberapa saran dari ahli penilai. Setelah melalui perbaikan didapatkan angket tanggapan dengan kisi-kisi disajikan pada Tabel 3.19.

Tabel 3.19 Kisi-kisi Angket Tanggapan Siswa Terhadap Pembelajaran

No Aspek Indikator pertanyaan Nomor

pertanyaan

Jumlah pertanyaan 1 Persepsi siswa tentang

pembelajaran terpadu tipe

integrated pada konsep

perubahan

1. Pentingnya mempelajari konsep

IPA terpadu 1,2,3,4,5 5

2. Pembelajaran terpadu tipe integrated memudahkan belajar IPA secara utuh

6,7,8,9 4 2 Mengungkapkan kesukaan

siswa dalam mengikuti pembelajaran terpadu tipe

integrated pada konsep

perubahan

3. Pembelajaran IPA pada umumnya

menyenangkan 10,11,12,13 4

4. Pembelajaran IPA terpadu tipe

integrated menyenangkan 14,15,16,17 4 Pengembangan berpikir

kritis dalam pembelajaran terpadu tipe integrated

pada konsep perubah

5. Pembelajaran tipe integrated dapat mengembangkan keterampilan

berpikir siswa 18,19,20 3

4 Pengembangan sikap ilmiah dalam pembelajaran terpadu tipe integrated

pada konsep perubahan

6. Pembelajaran tipe integrated dapat mengembangkan keingintahuan siswa

21 1

7. Pembelajaran tipe integrated dapat

mengembangkan objektifitas siswa 22 1 8. Pembelajaran tipe integrated dapat

mengembangkan berpikiran terbuka terhadap kondisi disekitarnya

23 1

9. Pembelajaran tipe integrated dapat mengembangkan berpikir rasional dan tidak percaya takhayul

24 1


(31)

E. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini memaparkan langkah-langkah peneliti melakukan penelitian dengan disajikan skema alur penelitiannya pada Gambar 3.1. Prosedur penelitian pembelajaran IPA terpadu tipe integrated dengan konsep besar perubahan dilakukan melalui tiga tahap yaitu tahap persiapan penelitian, tahap pelaksanaan penelitian, dan tahap pelaporan penelitian. Berikut diuraikan kegiatan penelitian pada tahap persiapan, pelaksanaan, dan akhir penelitian.

Gambar 3.1 Alur Penelitian Pembelajaran Terpadu IPA Tipe Integrated Pembuatan rancangan instrumen

dan pembelajaran

Validasi:

Expert judgment, uji coba, revisi

Pelaksanaan

Kelas eksperimen Kelas kontrol

Tes awal (pretest) Tes awal (pretest)

Tes akhir (posttest) Pembelajaran terpadu

tipe integrated

Pembelajaran terpadu konvensional (tipe

fragmented)

Angket tanggapan

Tes akhir (posttest) Performance

checklist untuk sikap ilmiah Studi pendahuluan

Studi literatur tentang materi

Studi literatur tentang keterampilan berpikir kritis

Studi literatur sikap ilmiah

Analisis data Temuan Kesimpulan


(32)

1. Tahap Persiapan Penelitian

Tahap persiapan penelitian meliputi penyusunan rancangan penelitian dalam proposal dengan mengkaji lapangan dan studi literatur, penyusunan perangkat pembelajaran dan instrumen pengukuran penelitian, dan melakukan uji coba instrumen yang diuraikan sebagai berikut:

a. Melakukan studi lapangan dan studi literatur berbagai sumber untuk mengidentifikasi masalah pendidikan, pembatasan masalah penelitian dan merumusakan masalah penelitian, serta menentukan tujuan penelitian

b. Menganalisis kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar (KD) dengan menganalisis tujuan pembelajaran IPA dalam kurikulum 2013 yang diterapkan di SMP tersebut

c. Menganalisis tujuan kognitif, afektif, dan psikomotorik dalam pembelajaran IPA disesuaikan dengan pembelajaran tepadu tipe integrated.

d. Menganalisis konsep-konsep dalam disiplin ilmu Fisika, Kimia, dan Biologi disesuaikan dengan KD dan tingkat kognitif siswa SMP kelas VII

e. Menganalisis indikator dari variabel yang telah ditentukan yaitu keterampilan berpikir kritis dan sikap ilmiah

f. Melakukan penyusunan perangkat pembelajaran IPA terpadu seperti RPP dan LKS untuk kegiatan praktikum

g. Melakukan penyusunan tes pilihan ganda beralasan untuk mengukur keterampilan berpikir kritis siswa, dafta cek kegiatan (performance

checklist) untuk mengukur sikap ilmiah siswa, dan angket tanggapan siswa

terhadap pembelajaran terpadu tipe integrated. 2. Tahap pelaksanaan penelitian

a. Memberikan tes awal (pretest) keterampilan berpikir kritis pada kelas eksperimen dan kelas kontrol

b. Melakukan pembelajaran IPA terpadu tipe integrated untuk kelas eksperimen dan pembelajaran IPA terpadu konvensional untuk kelas kontrol.

c. Melakukan penilaian sikap ilmiah selama pembelajaran melalui pembelajaran IPA terpadu tipe integrated pada kelas eksperimen dan pembelajaran IPA terpadu konvensional pada kelas kontrol


(33)

d. Melakukan tes akhir (posttest) keterampilan berpikir kritis pada kelas eksperimen dan kelas kontrol

e. Memberikan angket tanggapan kepada siswa kelas eksperimen mengenai pembelajaran terpadu tipe integrated yang telah dilakukan.

3. Tahap Akhir Penelitian

a. Menganalisis data yang diperoleh dari tes keterampilan berpikir kritis, daftar cek kegiatan sikap ilmiah, dan angket tanggapan siswa terhadap pembelajaran terpadu tipe integrated.

b. Menganalisis hasil temuan berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dengan melihat teori dan penelitian sebelumnya.

c. Melakukan penulisan laporan hasil temuan dan pembahasan penelitian. d. Melakukan publikasi hasil temuan penelitian.

F. Analisis Data

Hasil analisis data digunakan untuk memperoleh data peningkatan keterampilan berpikir kritis dan sikap ilmiah siswa, serta tanggapan siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran terpadu tipe integrated konsep perubahan. Sajian analisis data disesuaikan dengan pengukurannya.

1. Analisis data keterampilan berpikir kritis dan sikap ilmiah

Analisis data digunakan untuk mengukur peningkatan keterampilan berpikir kritis dan sikap ilmiah siswa setelah pembelajaran. Jenis data yang diperoleh harus berupa ordinal dan interval, maka harus diperhatikan dalam penggunaannya. Adapun langkah-langkah analisis data sebagai berikut:

a. Memberikan skor hasil tes dan daftar cek kegiatan siswa

Penskoran sesuai dengan kunci jawaban dan pedoman yang digunakan. b. Menentukan peningkatan dengan menghitung N-gain

Uji gain ternormalisasi digunakan untuk melihat besarnya peningkatan berpikir kritis dan sikap ilmiah setelah mengetahui pengaruh pembelajaran yang diberikan. Nilai gain berpikir kritis diperoleh dari data pretest dan posttest, sedangkan sikap ilmiah diperoleh dari data setiap praktikum dan praktikum ke-1 dan ke-5. Perhitungan gain ternormalisasi (N-gain) untuk nilai setiap siswa menurut Hake (1998) menggunakan persamaan 3.5, sedangan untuk rata-rata


(34)

kelas menggunakan persamaan 3.6. Adapun klasifikasi nilai N-gain disajikan oleh Tabel 3.20.

…(3.5) Keterangan:

= nilai Gain (N-gain)

= skor posttest (skor praktikum akhir) = skor pretest (skor praktikum awal) = skor maksimal

…(3.6) Keterangan:

= nilai N-gain rata-rata

= rata-rata skor posttest (skor praktikum akhir) = rata-rata skor pretest (skor praktikum awal) = skor maksimal

Tabel 3.20 Klasifikasi

Interpretasi > 0,70 Tinggi

0,30 ≤ ≤ 0,70 Sedang <0,30 Rendah

(Hake, 1998) c. Menguji normalitas data

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui data yang akan dianalisis berdistribusi normal atau tidak. Terdistribusi normal suatu data awal siswa menunjukkan pembelajaran dapat dilakukan tanpa ada syarat tertentu. Sedangkan makna terdistribusi normal untuk data hasil pembelajaran digunakan untuk menentukan uji selanjutnya dalam pengujian hipotesis berupa uji statistik parametrik atau nonparametrik. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan

2

 (Chi kuadrat). Uji normalitas dengan 2 menggunakan persamaan menurut Dowdy et al. (2004):


(35)

∑ ... (3.7) Keterangan :

= chi kuadrat

= frekuensi pengamatan

= frekuensi yang diharapkan (ekspektasi) k = jumlah kelas interval

Penentuan normalitas data digunakan hipotesis normalitas sebagai berikut: Ho : Data…. Normal;

Hi : Data Tidak normal;

Kriteria penolakan Ho pada uji normalitas yaitu “Tolak Ho bila dan terima Ho bila keadaan lainnya”.

d. Menguji homogenitas data

Uji homogenitas data hasil tes untuk menentukan uji hipotesis yang akan digunakan uji Fisher (uji F). Uji homogenitas dengan menggunakan uji F untuk dua populasi. Uji ini disebut juga dengan uji homogenitas varians yaitu bahwa variasi populasi kelompok sama besar dengan variasi populasi kelompok kedua. Uji F untuk dua populasi menurut Coladarci et al., (2011, hlm. 328) disajikan oleh persamaan 3.8.

… (3.8) = varians besar dari salah satu kelompok

= varians kecil dari salah satu kelompok

Penentuan homogenitas data digunakan hipotesis homogenitas sebagai berikut: Ho : (data homogen)

Hi : (data tidak homogen)

Kriteria penolakan Ho pada uji homogen yaitu “Tolak Ho bila dan terima Ho bila keadaan lainnya”.


(36)

e. Uji perbedaan dua sampel

Uji perbedaan dua sampel independen digunakan untuk mengetahui perbedaan dua data kelas eksperimen dan kontrol. Adapun alur pengujian mengajukan beberapa syarat yang disajikan oleh Gambar 3.2. Analisis data yang digunakan untuk melakukan uji perbedaan pada data normal (statistik parametrik) berdasarkan perlakukan menurut Coladarci et al. (2011, hlm. 275-296) adalah dengan menggunakan uji t dan uji t* dengan asumsi-asumsi. Data yang digunakan dengan uji t maupun t* adalah data interval.

Gambar 3.2 Bagan Alur Analisis Data Uji Beda Dua Kelas Kelas eksperimen Kelas kontrol

pretest posttest pretest posttest

N-gain N-gain

Statistik deskriptif Statistik inferensial Uji normalitas

Data terdistribusi normal

Data tidak terdistribusi normal

Uji Mann-Whiteney U-test

Uji homogenitas

Varians data homogen

Varians data tidak homogen

Uji t Uji t*


(37)

Berikut persamaan 3.9 untuk uji t:

̅ ̅

̅ ̅ …(3.9)

; ̅ ̅

Sedangkan persamaan 3.10 untuk uji t* (jika data tidak homogen) sebagai berikut: ̅ ̅

√( ) …(

3.10)

Dengan nilai (

)

Keterangan:

̅ = rata-rata data 1 (N-gain kelas eksperimen)

̅ = rata-rata data 2 (N-gain kelas kontrol) = derajat kebebasan

= jumlah data 1 (kelas eksperimen) = jumlah data 2 (kelas kontrol) = varians data 1

= varians data 2

f. Analisis peningkatan keterampilan berpikir kritis dan sikap ilmiah siswa 1) Melakukan uji perbedaan rata-rata skor pretest untuk mengetahui

keterampilan awal berpikir kritis siswa kedua kelas (eksperimen dan kontrol). Adapun kriteria pengujiannya sebagai berikut:

Ho: ; Tidak terdapat perbedaan rata-rata skor pretest keterampilan berpikir kritis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol Hi: ; Terdapat perbedaan rata-rata skor pretest keterampilan

berpikir kritis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol

Sedangkan hipotesis statistik untuk peningkatan sikap ilmiah siswa yaitu Ho: ; Tidak terdapat perbedaan rata-rata skor awal sikap ilmiah


(38)

Hi: ; Terdapat perbedaan rata-rata skor awal sikap ilmiah siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol

2) Menguji perbedaan rata-rata N-gain peningkatan kedua kelas dengan menggunakan uji satu pihak (kanan). Perhitungan ini digunakan untuk mengetahui peningkatan keterampilan berpikir kritis kelas eksperimen daripada kelas kontrol. Adapun hipotesis statistik untuk peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa yaitu

Ho: ; peningkatan keterampilan berpikir kritis melalui pembelajaran terpadu tipe integrated lebih kecil atau sama dengan peningkatan keterampilan berpikir kritis melalui pembelajaran konvensional

Hi: ; peningkatan keterampilan berpikir kritis melalui pembelajaran terpadu tipe integrated lebih tinggi signifikan dibandingkan peningkatan keterampilan berpikir kritis melalui pembelajaran konvensional

Sedangkan hipotesis statistik untuk peningkatan sikap ilmiah siswa yaitu Ho: ; peningkatan sikap ilmiah siswa melalui pembelajaran

terpadu tipe integrated lebih kecil atau sama dengan peningkatan sikap ilmiah siswa melalui pembelajaran konvensional

Hi: ; peningkatan sikap ilmiah siswa melalui pembelajaran terpadu tipe integrated lebih tinggi signifikan dibandingkan peningkatan sikap ilmiah siswa melalui pembelajaran konvensional

2. Angket Tanggapan

Data dari hasil angket tanggapan dianalisis dengan menghitung persentase jawaban siswa. Adapun persentase tanggapan siswa dapat menggunakan persamaan 3.13 dengan kriteria tanggapan sesuai Tabel 3.21.

R(%) =

…(3.13) Keterangan:

R (%) = Persentase tanggapan siswa


(39)

JP = Jumlah keseluruhan siswa

Tabel 3.21 Kriteria Tanggapan Siswa

R(%) Kriteria

R(%) = 0 Tidak seorang pun

0 < R(%) < 25 Sebagian kecil

25 ≤ R(%) < 50 Hanya setengahnya

R(%) = 50 Setengahnya

50 < R(%) < 75 Sebagian besar 75 ≤ R(%) < 100 Hampir seluruhnya

R(%) = 100 Seluruhnya


(40)

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan temuan penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengenai pembelajaran terpadu tipe integrated untuk meningkatkan ketrampilan berpikir kritis dan sikap ilmiah siswa SMP, diperoleh empat simpulan penelitian sebagai berikut:

1. Peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa yang mendapat pembelajaran IPA terpadu tipe integrated lebih tinggi secara signifikan dibanding dengan pembelajaran IPA terpadu konvensional. Peningkatan keterampilan berpikir kritis terjadi pada semua indikatornya dengan kategori peningkatan sedang yaitu membuat klarifikasi sederhana, membuat keterampilan dasar, kesimpulan, membuat klarifikasi lanjut, dan membangun strategi dan taktik. Indikator membuat klarifikasi sederhana merupakan indikator keterampilan berpikir kritis yang dapat ditingkatkan secara maksimal melalui pembelajaran terpadu tipe integrated.

2. Peningkatan sikap ilmiah setiap aspeknya siswa kelas yang mendapat pembelajaran IPA terpadu tipe integrated lebih besar dibandingkan dengan peningkatan siswa kelas dengan pembelajaran IPA terpadu konvensional. Peningkatan setiap aspek sikap ilmiah yaitu rasional, rasa ingin tahu, objektif, dan berpikiran terbuka juga diperoleh dengan kategori sedang. Rasional merupakan aspek sikap ilmiah yang dapat ditingkatkan secara maksimal melalui pembelajaran terpadu tipe integrated.

3. Tanggapan siswa terhadap pembelajaran terpadu tipe integrated hampir seluruhnya merupakan tanggapan positif. Hampir seluruh siswa percaya bahwa pembelajaran terpadu tipe integrated menyenangkan dan dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan sikap ilmiah siswa.


(41)

B. Implikasi

Adapun implikasi hasil penelitian ini ditinjau dari teoritis dan praktis yang diuraikan sebagai berikut:

1. Implikasi secara teoritis yaitu pembelajaran IPA secara terpadu tipe

integrated dapat membantu meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan

sikap ilmiah siswa.

2. Implikasi secara praktis yaitu guru dapat memilih pembelajaran terpadu tipe

integrated sebagai variasi pembelajaran IPA terpadu. Selain itu, materi dan

perangkat pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini sudah disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku.

C. Rekomendasi

Berdasarkan hasil temuan dan pembahasan penelitian peneliti merekomendasikan beberapa hal diantaranya untuk guru, sekolah, dan peneliti yang diuraikan sebagai berikut:

1. Rekomendasi diberikan kepada penyelenggara pendidikan seperti SMP yaitu perlunya penggunaan guru IPA yang mampu mengajarkan IPA secara terpadu dapat melalui lulusan sarjana IPA atau melalui pelatihan pembelajaran terpadu.

2. Rekomendasi ditujukan kepada guru sebagai salah satu pelaku pendidikan yaitu guru perlu merancang dan menerapkan pembelajaran terpadu dalam mata pelajaran IPA maupun keterpaduan dengan mata pelajaran yang lain di SMP, sehingga dapat mengembangkan kompetensi secara maksimal.

3. Rekomendasi diberikan kepada peneliti yang akan melanjutkan penelitian ini atau menjadikan temuan penelitian sebagai acuan penelitian yaitu (a) perlunya pengembangan keterpaduan disiplin ilmu (konten, sikap dan keterampilan) dalam pembelajaran terpadu tipe integrated, dan (b) peningkatan keterampilan berpikir kritis dan sikap ilmiah yang masih belum maksimal diperlukan keberlanjutan pembelajaran terpadu IPA tipe


(42)

DAFTAR PUSTAKA

Ataha, U. C. & Ogumogu, A.E. (2013). An investigation of the scientific attitude among science students in Secondary schools in Edo South Senatorial District Edo State. Journal of Education and Practice, 4(11), hlm. 12-16.

Azwar, S. (2013). Sikap manusia teori dan pengukurannya edisi ke-2. Yogyakarta: Pustaka pelajar.

Campbell, et al. (2010). Biologi edisi ke8 jilid 1. Jakarta: Erlangga

Carin, A.A. (1997). Teaching science through discovery 8th edition. New Jersey:

Prentice-Hall, Inc.

Coladarci, T., Cobb, C.D., Minium, E.W., & Clarke, R.B. (2011). Fundamental

statistical reasoning in edition. USA: John Willey & Sons, Inc.

Collete, A. T & Chiappetta. (1994). Science instruction in middle and scondary

school. New York : Mac Millan publishing company.

Costa, A.L. (Penyunting) (1985). Developing minds resources book for thinking. California: ASCD.

Creswell, J.W (2013).Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed (Terjemahan). Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Dahar, R.W. (2011). Teori-teori belajar & pembelajaran. Jakarta: Erlangga. Dowdy, S.M, et al. (2004). Statistics for research (3th edition). USA: Willey

Interscience.

Ennis, R.H. (1996). Critical thinking. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

Ennis, R.H. (1985) Goals For A Critical Thinking Curriculum. Dalam Costa, A.L. (Penyunting) Developing minds resources book for thinking. California: ASCD, hlm. 54-57.

Fisher, A. (2009). Berpikir kritis (sebuah pengantar). Jakarta: Erlangga.

Filsaime, D.K. (2008). Menguak rahasia berpikir kritis dan kritis (terjemahan). Jakarta: Prestasi Pustakarya.

Fraenkel, J.R., Wallen, N.E., & Hyun, H.H. (2012). How to design and evaluate

research in education (8th). USA: McGrawHill.

Fogarty, R. (1991) The mindful school how to integrate the curricula. New York: IRI/Skylight Publishing.

Furqon. (2013) Statistika terapan untuk penelitian. Bandung: Alfabeta.

Halliday, D., R. Resnick., & J. Walker. (2010). Fisika Dasar Jilid 1 Edisi 7


(1)

TIKA RESTI PRATIWI, 2015

PEMBELAJARAN TERPADU TIPE INTEGRATED KONSEP PERUBAHAN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN SIKAP ILMIAH SISWA SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan temuan penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengenai pembelajaran terpadu tipe integrated untuk meningkatkan ketrampilan berpikir kritis dan sikap ilmiah siswa SMP, diperoleh empat simpulan penelitian sebagai berikut:

1. Peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa yang mendapat pembelajaran IPA terpadu tipe integrated lebih tinggi secara signifikan dibanding dengan pembelajaran IPA terpadu konvensional. Peningkatan keterampilan berpikir kritis terjadi pada semua indikatornya dengan kategori peningkatan sedang yaitu membuat klarifikasi sederhana, membuat keterampilan dasar, kesimpulan, membuat klarifikasi lanjut, dan membangun strategi dan taktik. Indikator membuat klarifikasi sederhana merupakan indikator keterampilan berpikir kritis yang dapat ditingkatkan secara maksimal melalui pembelajaran terpadu tipe integrated.

2. Peningkatan sikap ilmiah setiap aspeknya siswa kelas yang mendapat pembelajaran IPA terpadu tipe integrated lebih besar dibandingkan dengan peningkatan siswa kelas dengan pembelajaran IPA terpadu konvensional. Peningkatan setiap aspek sikap ilmiah yaitu rasional, rasa ingin tahu, objektif, dan berpikiran terbuka juga diperoleh dengan kategori sedang. Rasional merupakan aspek sikap ilmiah yang dapat ditingkatkan secara maksimal melalui pembelajaran terpadu tipe integrated.

3. Tanggapan siswa terhadap pembelajaran terpadu tipe integrated hampir seluruhnya merupakan tanggapan positif. Hampir seluruh siswa percaya bahwa pembelajaran terpadu tipe integrated menyenangkan dan dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan sikap ilmiah siswa.


(2)

96

TIKA RESTI PRATIWI, 2015

PEMBELAJARAN TERPADU TIPE INTEGRATED KONSEP PERUBAHAN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN SIKAP ILMIAH SISWA SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Implikasi

Adapun implikasi hasil penelitian ini ditinjau dari teoritis dan praktis yang diuraikan sebagai berikut:

1. Implikasi secara teoritis yaitu pembelajaran IPA secara terpadu tipe

integrated dapat membantu meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan

sikap ilmiah siswa.

2. Implikasi secara praktis yaitu guru dapat memilih pembelajaran terpadu tipe

integrated sebagai variasi pembelajaran IPA terpadu. Selain itu, materi dan

perangkat pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini sudah disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku.

C. Rekomendasi

Berdasarkan hasil temuan dan pembahasan penelitian peneliti merekomendasikan beberapa hal diantaranya untuk guru, sekolah, dan peneliti yang diuraikan sebagai berikut:

1. Rekomendasi diberikan kepada penyelenggara pendidikan seperti SMP yaitu perlunya penggunaan guru IPA yang mampu mengajarkan IPA secara terpadu dapat melalui lulusan sarjana IPA atau melalui pelatihan pembelajaran terpadu.

2. Rekomendasi ditujukan kepada guru sebagai salah satu pelaku pendidikan yaitu guru perlu merancang dan menerapkan pembelajaran terpadu dalam mata pelajaran IPA maupun keterpaduan dengan mata pelajaran yang lain di SMP, sehingga dapat mengembangkan kompetensi secara maksimal.

3. Rekomendasi diberikan kepada peneliti yang akan melanjutkan penelitian ini atau menjadikan temuan penelitian sebagai acuan penelitian yaitu (a) perlunya pengembangan keterpaduan disiplin ilmu (konten, sikap dan keterampilan) dalam pembelajaran terpadu tipe integrated, dan (b) peningkatan keterampilan berpikir kritis dan sikap ilmiah yang masih belum maksimal diperlukan keberlanjutan pembelajaran terpadu IPA tipe


(3)

TIKA RESTI PRATIWI, 2015

PEMBELAJARAN TERPADU TIPE INTEGRATED KONSEP PERUBAHAN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN SIKAP ILMIAH SISWA SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Ataha, U. C. & Ogumogu, A.E. (2013). An investigation of the scientific attitude among science students in Secondary schools in Edo South Senatorial District Edo State. Journal of Education and Practice, 4(11), hlm. 12-16.

Azwar, S. (2013). Sikap manusia teori dan pengukurannya edisi ke-2. Yogyakarta: Pustaka pelajar.

Campbell, et al. (2010). Biologi edisi ke8 jilid 1. Jakarta: Erlangga

Carin, A.A. (1997). Teaching science through discovery 8th edition. New Jersey:

Prentice-Hall, Inc.

Coladarci, T., Cobb, C.D., Minium, E.W., & Clarke, R.B. (2011). Fundamental

statistical reasoning in edition. USA: John Willey & Sons, Inc.

Collete, A. T & Chiappetta. (1994). Science instruction in middle and scondary

school. New York : Mac Millan publishing company.

Costa, A.L. (Penyunting) (1985). Developing minds resources book for thinking. California: ASCD.

Creswell, J.W (2013).Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed (Terjemahan). Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Dahar, R.W. (2011). Teori-teori belajar & pembelajaran. Jakarta: Erlangga. Dowdy, S.M, et al. (2004). Statistics for research (3th edition). USA: Willey

Interscience.

Ennis, R.H. (1996). Critical thinking. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

Ennis, R.H. (1985) Goals For A Critical Thinking Curriculum. Dalam Costa, A.L. (Penyunting) Developing minds resources book for thinking. California: ASCD, hlm. 54-57.

Fisher, A. (2009). Berpikir kritis (sebuah pengantar). Jakarta: Erlangga.

Filsaime, D.K. (2008). Menguak rahasia berpikir kritis dan kritis (terjemahan). Jakarta: Prestasi Pustakarya.

Fraenkel, J.R., Wallen, N.E., & Hyun, H.H. (2012). How to design and evaluate

research in education (8th). USA: McGrawHill.

Fogarty, R. (1991) The mindful school how to integrate the curricula. New York: IRI/Skylight Publishing.

Furqon. (2013) Statistika terapan untuk penelitian. Bandung: Alfabeta.

Halliday, D., R. Resnick., & J. Walker. (2010). Fisika Dasar Jilid 1 Edisi 7


(4)

98

TIKA RESTI PRATIWI, 2015

PEMBELAJARAN TERPADU TIPE INTEGRATED KONSEP PERUBAHAN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN SIKAP ILMIAH SISWA SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hake, R.R. (1998) Interactive-Engagement Vs Traditional Methods: A Thousand-Students Survey of Mechanics Test Data for Introductory Physics Course.

American Journal of Physics, 66 (1): 64-74

Hewitt, P.G., Lyons, S., Suchoki, J., & Yeh, J. (2007) Conceptual integrated

sciences. San Francisco: Pearson Education, Inc.

Isnaeni, W. (2006). Fisiologi hewan. Yogyakarta: Kanisius.

Jones, A., Buntting, C., Hipkins, R., Mckim, A., Conner, L., & Saunders, K. (2012) Developing Students’ Futures Thinking in Science Education.

Research Science Education, 42 (1), hlm 678-708.

Kemendiknas. (2010). Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum dan Perbukuan.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2014) Permendikbud nomor 58 tahun

2014 tentang kurikulum 2013 sekolah menengah pertama/madrasah Tsanawiyah. Jakarta: Depdikbud.

Kurniawan, D. (2011) Pembelajaran Terpadu (Teori, Praktik dan Penilaian). Bandung: Pustaka Cendekia Utama.

Kusaeri & Suprananto. (2012). Pengukuran dan Penilaian Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Kuswana, W.S. (2012) Taksonomi Kognitif Perkembangan Ragam Berpikir. Bandung: Rosda.

Liliawati, W. (2014) Pengembangan program perkuliahan IPBA terintegrasi yang

mengakomodasi kecerdasan majemuk berorientasi penanaman karakter dan penguasaan konsep. Disertasi, Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan

Indonesia.

Lin, S.S. (2014) Science And Non-Science Undergraduate Students’ Critical Thinking And Argumentation Performance In Reading A Science News Report. International Journal of Science and Mathematics Education, 12 (1), hlm. 1023-1046.

Malamitsa, K., Kasoutas, M. & Kokkotas, P. (2009) Developing Greek Primary School Students’ Critical Thinking Through an Approach of Teaching Science which Incorporates Aspects of History of Science. Science & Education, 18 (2), hlm. 457-468.

Mustafa (2011). Proposing for Integration of Social Issues in School Curriculum.

Journal of Academic Research, 3 (1): 952-931.

Muqqoyah., Rusilowati, A. & Sulhadi (2010). Efektivitas Dan Efisiensi Model Pembelajaran Terpadu Tipe Intergrated Dalam Pembelajaran Tema Cahaya. JPFI, 6(1): 44-47.


(5)

TIKA RESTI PRATIWI, 2015

PEMBELAJARAN TERPADU TIPE INTEGRATED KONSEP PERUBAHAN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN SIKAP ILMIAH SISWA SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

McTighe & Schollenberger. (1985) Why Teach Thinking: A Statement of Rationale. Dalam Costa, A.L. (Penyunting) Developing minds resources book

for thinking. California: ASCD, hlm. 3-6.

Pangaribowo, A. (2014) Implementasi pembelajaran terpadu tipe shared untuk

meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan motivasi belajar siswa SMK pada topik limbah di lingkungan kerja. Tesis: Sekolah Pascasarjana,

Universitas Pendidikan Indonesia.

Pifati, A.I. & Farooq, M. (2012) Measurement of Scientific attitude of secondary school students in Pakistan. Academic Research International, 2 (2).

Plotrick, R. E., Varelas, M., & Fan, Q. (2009). An Integrated Earth Science, Astronomy, and Physics Course for Elementary Education Majors. Journal of

Geoscience Education, 57 (2), hlm. 152-158.

Pratiwi, T.R. & Muslim. (2015). Pembelajaran Terpadu Tipe Integrated Konsep Perubahan untuk Meningkatkan Sikap Ilmiah Siswa SMP. Prodising

Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2015. Badung: ITB

Presseisen, B.Z. (1985) Thinking Skills: Meaning and Models. Dalam Costa, A.L. (Penyunting) Developing minds resources book for thinking. California: ASCD, hlm. 43-48.

Riduwan (2012). Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Roa, D.B. (2003). Scientific attitude. New Delhi: Discovery Publishing. Sagala, S. (2013) Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Sanjaya, W. (2011) Strategi Pembelajaran Berorientasi Standart Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana

Sarwi & S. Khanafiyah. 2010. Pengembangan Keterampilan Kerja Ilmiah Mahasiswa Calon Guru Fisika Melalui Eksperimen Gelombang

Open-Inquiry .Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 6(1): 115-122.

Sarwi., Rusilowati, A. & Khanafiyah, S (2012). Implementasi Model Eksperimen Gelombang Open-Inquiry Untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis Mahasiswa Fisika. JPFI, 8 (1): 41-50.

Schaal, S., Bogner, F.X., & Girwidz, R. (2010). Concept Mapping Assessment of Media Assisted Learning in Interdisciplinary Science Education. Research In

Science Education, 40 (3), hlm. 339-352.

Siregar, S. (2013). Metode penelitian kuantitatif dilengkapi dengan perbandingan

perhitungan manual dan SPSS. Jakarta: Prenada Media.


(6)

100

TIKA RESTI PRATIWI, 2015

PEMBELAJARAN TERPADU TIPE INTEGRATED KONSEP PERUBAHAN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN SIKAP ILMIAH SISWA SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Stiggins, R.J. (1994). Student-centered classroom assessment. New York: Macmillan College Publishing Company.

Setyorini, U., Sukiswo, S.E. & Subali, B. (2011) Penerapan Model Problem Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP.

Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 7(1), hlm. 52-56.

Sudjana, N. (2009). Penilaian hasil proses belajar mengajar. Bandung: remaja Rosdakarya.

Su’ud, et al., (2006). Pembelajaran Terpadu. Bandung: UPI Press.

Sunarya, Y. (2010). Kimia Dasar 1 Berdasarkan prinsip-prinsip kimia terkini. Bandung: Yrama widya

Tawil, M. & Liliasari. (2013). Berpikir kompleks dan ilmplementasinya dalam

pembelajaran IPA. Makasar: Badan Penerbit UNM.

Tipler, A. (1998). Fisika jilid 2 (terjemahan). Jakarta: Erlangga

Trefil, J., & Hazen, R. M. (2010). Sciences an integrated approach sixth edition

international student version. United State: John Willey & Son (Asia).

Trianto. (2014). Model pembelajaran terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.

Trowbridge, L. W. & Bybee, R. W. (1990). Becoming a secondary school science

teacher. Melbourne : Merril Publishing Company.

Turpin, T., & Cage, B. N. (2004). The Effect of an Integrated, Activity-Based Science Curriculum on Student Achievement, Science Process Skills, and Science Attitude. Electronic Journal of Literacy trough Science, 3 (1), hlm. 1-7.

Wahono et al. (2014). Buku Elektronik Sekolah: Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Kelas VII Edisi Revisi. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Yu, K.C., Lin, K.Y., & Fan, S.C. (2014). An exploratory study on the application of conceptual knowledge and critical thinking to technological issues.

International Journal Technology Des Education, DOI

10.1007/s10798-014-9289-5.

Zion, M & Sadeh .I. (2007). Curiosity and open inquiry. JBE, 41(4): 162-168. Zion, M & Sadeh .I. (2012). Which Type of Inquiry Project Do High School

Biology Students Prefer: Open or Guided?. Research in Science Education, DOI 10.1007/s11165-011-9222-9.