PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG (EXPLICIT INSTRUCTION) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL LAMBANG BILANGAN DAN PENJUMLAHAN PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN : PenelitianTindakan Kelas di Kelas III SLB C Budi Nurani Kota Sukabumi.

(1)

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG

(EXPLICIT INSTRUCTION) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL LAMBANG BILANGAN DAN PENJUMLAHAN PADA

SISWA TUNAGRAHITA RINGAN

(PenelitianTindakan Kelas di Kelas III SLB C Budi Nurani Kota Sukabumi)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Pendidikan Jenjang Strata Satu Jurusan Pendidikan Khusus

DIAJUKAN OLEH : ALI MURTADHO FUDHOLY

0909526

JURUSAN PENDIDIKAN KHUSUS FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013


(2)

Ali Murtadho Fudholy, 2013

Penggunaan Model Pembelajaran Langsung (Explicit Instruction) Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan Dan Penjumlahan Pada Siswa Tunagrahita Ringan (PenelitianTindakan Kelas di Kelas III SLB C Budi Nurani Kota Sukabumi)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG

(EXPLICIT INSTRUCTION) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL LAMBANG BILANGAN DAN PENJUMLAHAN PADA

SISWA TUNAGRAHITA RINGAN

Oleh

Ali Murtadho Fudholy

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Ali Murtadho Fudholy 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

September 2013

Hak cipta dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, Dengan dicetak ulang, difotocopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN ALI MURTADHO FUDHOLY

0909526

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG

(EXPLICIT INSTRUCTION) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL LAMBANG BILANGAN DAN PENJUMLAHAN PADA

SISWA TUNAGRAHITA RINGAN

(PenelitianTindakan Kelas di Kelas III SLB C Budi Nurani Kota Sukabumi) DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

Pembimbing I

Drs. H. Maman Abdurahman Saepulrahman, M.Pd NIP.19570613.198503.1.001

Pembimbing II

Dr. Atang Setiawan, M.Pd NIP.19560412.198301.1.001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Khusus

Drs. Sunaryo, M.Pd NIP.19560722.198503.1.001


(4)

Ali Murtadho Fudholy, 2013

Penggunaan Model Pembelajaran Langsung (Explicit Instruction) Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan Dan Penjumlahan Pada Siswa Tunagrahita Ringan (PenelitianTindakan Kelas di Kelas III SLB C Budi Nurani Kota Sukabumi)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Penelitian ini dilatar belakangi dengan kemampuan anak tunagrahita dalam mengenal lambang bilangan dan penjumlahan 1 sampai 20 masih tergolong rendah, proses pembelajaran yang secara rutin dilaksanakan lebih bersifat teoritis dengan penyampaian bahan pelajarannya cenderung didominasi dengan metode ceramah yang dirasakan belum mencapai tujuan pembelajaran secara optimal, sehingga dalam kegiatan belajar mengajar siswa hanya bersifat pasif. Penelitian ini bermaksud menerapkan tahapan model pembelajaran langsung (explicit instruction) untuk meningkatkan kemampuan mengenal lambang bilangan dan penjumlahan pada siswa tunagrahita ringan. Penelitian ini dilaksanakan di SLB C Budi Nurani Kota Sukabumi yang subjek penelitiannya adalah siswa kelas III dengan jumlah siswa yang terdiri dari 2 orang laki-laki dan 1 orang perempuan. Metode yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang bertujuan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang terdapat di dalam kelas, dengan kata lain untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran dan berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa. Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga siklus yang terdiri atas: (1) Perencanaan.(2) Pelaksanaan.(3) Observasi (4) Refleksi. Perencanaan dimulai dengan menyiapkan instrument-instrument pembelajaran dan pengumpulan data yang terdiri atas lembar observasi, alat evaluasi, RPP. Hasil penelitian menunjukan bahwa setelah penelitian ini dilaksanakan ada peningkatan hasil belajar siswa, hal ini terlihat dari nilai rata-rata tes yang diperoleh siswa tiap siklusnya naik. Nilai rata-rata pre tes 39,33 siklus pertama 47,33 siklus kedua 60,00 siklus ketiga 81,33. Dengan demikian penggunaan tahapan model pembelajaran langsung (Explicit Instruction) dapat meningkatkan kemampuan hasil belajar siswa kelas III SLB C Budi Nurani pada mata pelajaran matematika. Penguasaan kelas dan penerapan tahapan model pembelajaran langsung pada kegiatan belajar mengajar menjadi salah satu faktor penting keberhasilan pembelajaran, untuk meningkatkan kemampuan siswa hendaknya guru melakukan assesmen terlebih dahulu yang berkaitan dengan kemampuan membilang anak, serta bagi orang tua di rumah dapat mengulang dan melanjutkan program pembelajaran yang sudah dilakukan guru di sekolah.


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GRAFIK ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Sasaran Tindakan ... 4

C. Rumusan Masalah ... 4

D. Hipotesis Tindakan ... 5

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 5

BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Dasar Anak Tunagrahita ... 7

1. Pengertian Anak Tunagrahita Ringan ... 7

2. Klasifikasi Anak Tunagrahita ... 11

B. Pembelajaran Matematika dan Penjumlahan ... 12

1. Konsep Dasar Pembelajaran Matematika dan Penjumlahan... 12

2. Kemampuan Belajar Matematika Anak Tunagrahita Ringan ... 14

3. Konsep Dasar Mengenal Lambang Bilangan 1 sampai 20 ... 15

C. Konsep Dasar Pembelajaran Langsung ... 17

1. Konsep-konsep Pembelajaran ... 17

2. Model Pembelajaran Langsung ... 19

D. Kerangka Berpikir ... 22

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 25


(6)

Ali Murtadho Fudholy, 2013

Penggunaan Model Pembelajaran Langsung (Explicit Instruction) Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan Dan Penjumlahan Pada Siswa Tunagrahita Ringan (PenelitianTindakan Kelas di Kelas III SLB C Budi Nurani Kota Sukabumi)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

1. Tahap Perencanaan ... 27

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan ... 28

3. Tahap Pengamatan ... 29

4. Tahap Refleksi ... 29

C. Setting Penelitian ... 30

D. Variabel Penelitian ... 32

E. Instrumen Pengumpulan Data ... 32

F. Teknik Pengumpulan Data ... 33

G. Teknik Pengolahan Data ... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 39

1. Deskripsi Pelaksanaan Siklus ke-1 ... 40

2. Deskripsi Pelaksanaan Siklus ke-2 ... 51

3. Deskripsi Pelaksanaan Siklus ke-3 ... 62

B. Pembahasan dan Hasil Penelitian ... 73

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 76

B. Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 80 LAMPIRAN


(7)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Konsep Dasar Pembelajaran ... 19

Tabel 2.2 Tahap Pembelajaran Langsung ... 20

Tabel 3.1 Subjek Penerima Tindakan ... 31

Tabel 3.2 Pedoman Penilaian ... 35

Tabel 3.3 Standarisasi Penguasaan ... 37

Tabel 3.4 Rata-rata Penyerapan Kelas ... 38

Tabel 4.1 Hasil Pre tes ... 40

Tabel 4.2 Hasil Tes Siklus ke-1 ... 42

Tabel 4.3 Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus ke-1 ... 43

Tabel 4.4 Hasil Tes Siklus ke-2 ... 53

Tabel 4.5 Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus ke-2 ... 55

Tabel 4.6 Hasil Tes Siklus ke-3 ... 65

Tabel 4.7 Data Peningkatan Penyerapan Selama Penelitian ... 65


(8)

Ali Murtadho Fudholy, 2013

Penggunaan Model Pembelajaran Langsung (Explicit Instruction) Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan Dan Penjumlahan Pada Siswa Tunagrahita Ringan (PenelitianTindakan Kelas di Kelas III SLB C Budi Nurani Kota Sukabumi)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GRAFIK

Halaman


(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan luar biasa adalah bentuk layanan pendidikan yang menangani anak berkebutuhan khusus, termasuk anak tunagrahita ringan. Banyak istilah yang digunakan untuk menyebut anak tunagrahita, namun semua mengarah pada satu arti, yaitu mereka mempunyai fungsi intelegensi di bawah rata-rata dengan adanya ketidakmampuan dalam perilaku adaptif dan terjadi selama masa perkembangan sampai usia 18 tahun. Menurut

Rocyadi dan Alimin (2004:12), bahwa “anak tunagrahita memiliki

kemampuan dalam hal linguistik, logika matematika, musikal, natural, intrapersonal, interpersonal, tetapi komponen tersebut tidak sebaik mereka yang bukan tunagrahita”. pendidikan luar biasa secara sadar terus menerus meningkatkan mutu pendidikan dengan sebaik-baiknya.

Salah satu cabang ilmu pengetahuan yang sangat penting dipelajari oleh siswa adalah matematika, tidak terkecuali bagi orang-orang yang memiliki kebutuhan khusus. Dengan mempelajari matematika, akan dirasakan manfaat yang nyata dalam setiap praktek kehidupan. Hal ini menumbuhkan kesadaran orang tua dan pendidik untuk memberikan bekal keterampilan matematika kepada anak sedini mungkin.

Berbagai usaha pembaharuan kurikulum, perbaikan sistem pengajaran, peningkatan kualitas kemampuan guru, dan lain sebagainya, merupakan suatu upaya ke arah peningkatan mutu pembelajaran matematika. Banyak hal yang dapat ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut, salah satunya adalah bagaimana cara menciptakan suasana belajar yang baik, mengetahui kebiasaan dan kesenangan belajar siswa agar siswa bergairah dan berkembang sepenuhnya selama proses belajar berlangsung, untuk itu seharusnya guru mencari informasi tentang kondisi mana yang dapat meningkatkan pembelajaran di sekolah luar biasa.


(10)

2

Ali Murtadho Fudholy, 2013

Penggunaan Model Pembelajaran Langsung (Explicit Instruction) Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan Dan Penjumlahan Pada Siswa Tunagrahita Ringan (PenelitianTindakan Kelas di Kelas III SLB C Budi Nurani Kota Sukabumi)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan masalah yang ditemukan di lapangan, ternyata anak tunagrahita ringan kelas D3 di SLB Bagian C Budi Nurani Kota Sukabumi mengalami kesulitan dalam mengenal lambang bilangan dan penjumlahan 1 sampai 20. Adapun kesulitan-kesulitan yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Kesulitan dalam menyebutkan lambang bilangan, mereka hanya dapat menyebutkan bilangan satu, dua, tiga dan seterusnya tanpa mengetahui lambang bilangannya.

2. Siswa selalu salah dalam memilih kartu bilangan yang disebutkan guru. 3. Siswa tidak dapat menunjukan bilangan sesuai dengan perintah, mereka

hanya dapat menunjukan bilangan yang ditampilkan secara urut.

4. Siswa cenderung main tebak-tebakan dalam mencocokan jumlah benda dengan lambang bilangan atau sebaliknya mencocokan lambang bilangan dengan jumlah obyek benda.

5. Siswa belum lancar dalam menulis lambang bilangan, siswa suka tertukar antara angka dengan huruf seperti angka 2 dengan huruf S, 9 dengan g dan 6 dengan b.

Rendahnya tingkat berpikir siswa tunagrahita menjadi sebuah tantangan besar bagi para pendidik. Siswa tunagrahita ringan mengalami kesulitan dalam mengenal lambang bilangan dan penjumlahan 1 sampai 20, disebabkan karena metode dalam mengajar yang digunakan tidak sesuai dengan kondisi siswa, sehingga siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep angka, untuk membantu mempelajari materi tentang mengenal lambang bilangan dan penjumlahan tersebut diperlukan model pembelajaran yang dapat memperjelas materi pelajaran serta dapat menunjang kegiatan belajar anak. Oleh karena itu, peran model pembelajaran sangat penting keberadaannya bagi anak tunagrahita dan guru dituntut harus merancang dan melaksanakan program pengalaman belajar dengan tepat agar siswa tunagrahita memperoleh pengetahuan secara utuh sehingga pembelajaran lebih bermakna. Bermakna disini berarti bahwa siswa akan dapat memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan nyata.


(11)

Dalam memahami persoalan pengenalan lambang bilangan dan penjumlahan pada anak tunagrahita ringan sebelum pada simbol (+, angka-angka) perlu diperagakan dulu dengan konkrit atau melalui gambar, kemudian ke angka yang tujuannya agar siswa dapat memahami kalimat matematika dengan simbol terhadap soal yang diberikan secara langkah demi langkah dan bertahap. Oleh karena itu, salah satu model pembelajaran yang diperlukan untuk memberikan pelajaran matematika diantaranya model pembelajaran langsung agar dapat membantu siswa untuk memahami konsep penjumlahan secara bertahap dengan pola selangkah demi selangkah.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model pembelajaran langsung (Exsplicit Instruction), karena model pembelajaran ini cocok untuk menyampaikan materi yang sifatnya algoritma-prosedural langkah demi langkah bertahap. Tahapan pembelajarannya adalah: pada tahap orientasi guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan siswa dalam suasana siap belajar, tahap presentasi guru mendemontasikan pengetahuan pembelajaran tahap demi tahap sehingga anak mengerti akan materi yang disampaikan guru, tahap latihan terstruktur guru memberikan latihan-latihan guna mengecek pemahaman siswa, tahap latihan terbimbing yaitu guru memberikan latihan keterampilan dengan menggunakan berbagai media sehingga memudahkan anak mengerti tentang materi yang diberikan guru, dan tahap latihan mandiri guru mempersiapkan latihan untuk siswa dengan memberikan kesempatan untuk latihan lanjutan dan penerapan pembelajaran yang dipelajari pada kehidupan sehari-hari

Peneliti merasa penting untuk berupaya menciptakan kondisi pembelajaran yang dapat menstimulasi anak untuk terdorong ke arah kemajuan perkembangan fisik dan mental yang ideal, karena melalui unsur kebebasan yang menyenangkan, menggembirakan, dan aktivitas yang seolah-olah tidak didasarkan atas tuntutan pemenuhan kewajiban, akan membantu memperingan beban psikis mereka menghadapi berbagai pemecahan masalah belajar.


(12)

4

Ali Murtadho Fudholy, 2013

Penggunaan Model Pembelajaran Langsung (Explicit Instruction) Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan Dan Penjumlahan Pada Siswa Tunagrahita Ringan (PenelitianTindakan Kelas di Kelas III SLB C Budi Nurani Kota Sukabumi)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Melalui penerapan model pembelajaran langsung (Explicit Instruction) diharapkan akan mampu menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan memungkinkan terjadinya peningkatan perhatian, kesiapsediaan, keterlibatan serta partisipasi anak dalam belajar yang akan menjembatani tercapainya tujuan penelitian yaitu meningkatnya kemampuan anak dalam mengenal lambang bilangan dan penjumlahan 1 sampai 20.

B. Sasaran Tindakan

Sasaran dalam penelitian tindakan ini adalah anak tunagrahita ringan kelas III SLB C Budi Nurani Kota Sukabumi sebanyak 3 orang yang mengalami kesulitan dalam mengenal lambang bilangan dan penjumlahan 1 sampai 20 yang tercermin pada rendahnya ketercapaian nilai hasil belajar siswa pada materi bilangan.

C. Rumusan Masalah

Permasalahan yang menjadi fokus penelitian ini adalah penggunaan model pembelajaran langsung dalam upaya meningkatkan kemampuan mengenal lambang bilangan dan penjumlahan 1 sampai 20. Untuk membantu melaksanakan penelitian, rumusan masalahnya diperinci menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran langsung (explicit Instruction) pada siswa kelas III SLB C Budi Nurani Kota Sukabumi dalam mata pelajaran matematika?

2. Apakah penggunaan model pembelajaran langsung (explicit Instruction) dapat meningkatkan kemampuan mengenal lambang bilangan dan penjumlahan 1 sampai 20 pada siswa kelas III SLB C Budi Nurani Kota Sukabumi

3. Bagaimana hasil belajar siswa dalam mengenal lambang bilangan dan penjumlahan melalui penggunaan model pembelajaran langsung (explicit intruction)?


(13)

D. Hipotesis Tindakan

Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut : Penggunaan Model Pembelajaran langsung (Explicit Instruction) dapat meningkatkan kemampuan mengenal lambang bilangan dan penjumlahan 1 sampai 20 pada siswa tunagrahita ringan kelas III SB C Budi Nurani Kota Sukabumi

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tujuan dalam penelitian akan sangat membantu terhadap pencapaian hasil yang optimal dan dapat memberikan arah terhadap kegiatan yang dijalankan dalam penelitian itu. Tujuan dari penelitian tindakan kelas yang dilakukan ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa tunagrahita khususnya pada mata pelajaran matematika dengan sub bahasan mengenal lambang bilangan dan penjumlahan bilangan 1 sampai 20. Berdasarkan tujuan dalam penelitian tersebut, maka PTK memiliki tujuan umum dan khusus.

1. Tujuan Penelitian a. Tujuan Umum

Memperoleh gambaran yang jelas tentang penerapan model pembelajaran langsung (explicit instruction) dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa tunagrahita ringan kelas III SDLB C Budi Nurani Kota Sukabumi.

b. Tujuan Khusus

1) Untuk meningkatkan hasil belajar dalam mengenal lambang bilangan dan penjumlahan 1 sampai 20 pada siswa tunagrahita ringan kelas III SDLB C Budi Nurani Kota Sukabumi

2) Untuk memperbaiki pembelajaran yang dilakukan oleh guru/peneliti, baik secara bertahap maupun terus menerus pada materi penjumlahan.


(14)

6

Ali Murtadho Fudholy, 2013

Penggunaan Model Pembelajaran Langsung (Explicit Instruction) Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan Dan Penjumlahan Pada Siswa Tunagrahita Ringan (PenelitianTindakan Kelas di Kelas III SLB C Budi Nurani Kota Sukabumi)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

2. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan akan memiliki kontribusi bagi hasil belajar siswa tunagrahita, peningkatan dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru dan sebagai salah satu acuan atau alternatif pilihan dalam mengatasi masalah yang dihadapi guru.

a. Kegunaan PTK bagi guru/peneliti :

1) Peningkatan kinerja guru dalam pembelajaran lambang bilangan dan penjumlahan 1 sampai 20 dengan penerapan model pembelajaran langsung (explicit instruction).

2) Memberikan gambaran yang lebih jelas tentang penggunaan model pembelajaran langsung (explicit instruction) untuk meningkatkan kemampuan dalam mengenal lambang bilangan dan penjumlahan. 3) Memberikan solusi atas kesulitan dalam pembelajaran mengenal

lambang bilangan dan penjumlahan 1 sampai 20

4) Meningkatkan kualitas pembelajaran matematika khususnya materi mengenal lambang bilangan dan penjumlahan

b. Kegunaan penelitian bagi siswa

1) Meningkatkan hasil belajar siswa tentang pemahaman konsep lambang bilangan dan penjumlahan.

2) Meningkatkan motivasi siswa dalam belajar penjumlahan.

3) Terciptanya pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.

c. Kegunaan penelitian bagi sekolah

1) Dapat meningkatkan mutu pembelajaran keseluruhan dalam upaya meningkatkan mutu sekolah.

2) Dapat meningkatkan mutu pendidikan dan kepercayaan masyarakat terhadap sekolah.

3) Sebagai masukan dalam rangka pembinaan dan peningkatan profesionalisme guru.

4) Menumbuhkan iklim kerjasama yang kondusif untuk memajukan sekolah.


(15)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini mempunyai tujuan untuk memecahkan permasalahan pokok, yaitu untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika dengan memperbaiki efisiensi dan efektivitas pembelajaran melalui penggunaan model pembelajaran langsung (explicit instruction) dalam aktivitas belajarnya. Melalui penelitian ini diharapkan ada solusi terbaik untuk mengatasi permasalahan yang ada dalam proses pembelajaran. Maka, penelitian ini menggunakan metode penelitian Classroom Action Research atau penelitian tindakan kelas (PTK).

Rustam dan Mundilarto (2004:1), menjelaskan bahwa penelitian tindakan kelas (PTK) adalah sebuah penelitian yang dilakukan oleh guru dikelasnya sendiri dengan jalan merancang, melaksanakan dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan parsitipatif dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru sehingga hasil belajar siswa semakin meningkat.

Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru atau dosen dikelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat (Wardani& Julaeha, 2002:5).

Berdasarkan pengertian diatas dapat dipahami peneliti bahwa intinya penelitian tindakan kelas adalah suatu aktivitas merefleksi diri untuk mencermati proses pembelajaran dengan melakukan tindakan rencana yang baru, bertujuan memperbaiki kualitas dan kinerja para praktisi pendidikan, dilakukan oleh siswa dan guru di dalam suatu kelas untuk memperoleh data dan informasi.

Penggunaan metode penelitian tindakan kelas ini didasarkan pemikiran bahwa melalui metode ini maka guru yang lebih mengenal keadaan kelasnya dapat melakukan penelitian secara langsung untuk memperbaiki dan


(16)

26

Ali Murtadho Fudholy, 2013

Penggunaan Model Pembelajaran Langsung (Explicit Instruction) Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan Dan Penjumlahan Pada Siswa Tunagrahita Ringan (PenelitianTindakan Kelas di Kelas III SLB C Budi Nurani Kota Sukabumi)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

meningkatkan kualitas pembelajaran disesuaikan dengan permasalahan yang ada.

Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk adanya perbaikan dan meningkatkan layanan guru dalam proses pembelajaran kepada siswa. Oleh karena itu fokus penelitian tindakan kelas ini tindakan-tindakan alternatif yang direncanakan guru, kemudian dicobakan, dan dievaluasi apakah tindakan-tindakan alternative itu dapat memecahkan persoalan yang terjadi dalam proses pembelajaran yang dihadapi guru.

Banyak manfaat yang dapat diraih dengan dilakukannya penelitian tindakan kelas, terutama dalam pendidikan atau pembelajaran di kelas (Hermawan, dkk 2007:80), antara lain mencakup: (1) inovasi pembelajaran; (2) pengembangan kurikulum ditingkat sekolah dan tingkat kelas; (3) peningkatan profesionalisme guru.

Penggunaan metode penelitian tindakan kelas dalam penelitian ini dilakukan dalam siklus yang terdiri dari empat langkah penting yang harus dilakukan adalah pengembangan perencanaan (plan), tindakan (act), pengamatan (observe), dan perenungan (reflect). Keempat langkah ini dilakukan secara intensif dan sistematis.

B. Siklus Tindakan

Siklus tindakan dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini, peneliti menggunakan model spiral dari Kemmis dan Taggart yang dikembangkan pada tahun 1988 Wiriatmodjo, R. (2005 : 66) dimana penelitian ini dilaksanakan melalui beberapa siklus, satu siklus yang terdiri dari 1 tindakan.

Dalam penelitian tindakan kelas ini direncanakan menggunakan tiga siklus, akan tetapi hal ini bersifat sementara yang mana tidak berpatok terhadap tiga siklus yang direncanakan, yaitu bisa saja bertambah menjadi empat siklus. Maka penelitian ini akan dilanjutkan dan apabila sudah mencapai siklus ketiga, maka penelitian akan diakhiri. Akan tetapi, batas


(17)

maksimal yang diambil oleh peneliti yaitu tiga siklus hal ini dengan maksud untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

Alur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Kemmis danTaggart

Wiriatmodjo, R. (2005 : 66)

Sejalan dengan tahapan-tahapan penelitian tindakan kelas seperti yang dijelaskan sebelumnya, secara operasional keempat fase tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Tahap Perencanaan (Planning)

Pada tahap perencanaan ini, peneliti dan teman sejawat bersama-sama menyusun rencana perbaikan berdasarkan permasalahan yang ditemukan dilapangan yaitu:

a. Anak kesulitan dalam mengingat angka

b. Belum mengerti berapa hasil penjumlahan dua bilangan c. Belum tahu simbol penjumlahan

d. Kesulitan dalam menulis angka/ lambang bilangan

Sebelum penelitian tindakan ini dilaksanakan, terlebih dahulu disusun perencanaan yang sistematis sehingga nantinya memudahkan peneliti di


(18)

28

Ali Murtadho Fudholy, 2013

Penggunaan Model Pembelajaran Langsung (Explicit Instruction) Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan Dan Penjumlahan Pada Siswa Tunagrahita Ringan (PenelitianTindakan Kelas di Kelas III SLB C Budi Nurani Kota Sukabumi)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

dalam pelaksanaan tindakan. Adapun perencanaan yang dimaksud adalah sebagai berikut:

a. Menyusun rencana pembelajaran (RPP) yang akan dilaksanakan dalam setiap siklus

b. Mengadakan tes awal untuk mendapatkan gambaran awal mengenai kondisi pembelajaran mengenal lambang bilangan penjumlahan 1-20 c. Menyiapkan alat peraga yang dianggap relevan dalam menciptakan

kondisi belajar serta mendukung terhadap ketercapaian hasil belajar siswa

d. Menyiapkan instrument observasi, tentang materi lambang bilangan dan penjumlahan 1-20

e. Membuat alat tes untuk mengukur kemampuan siswa dalam mengenal lambang bilangan dan penjumlahan 1-20

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Pada tahap ini peneliti melaksanakan tindakan yaitu melakukan proses pembelajaran berdasarkan materi yang telah disusun dalam model pembelajaran yang telah dilengkapi untuk diuji. Peneliti bisa mengamati dan mengetahui kelemahan yang terjadi, dalam melakukan perubahan-perubahan atau perbaikan-perbaikan tersebut dan apa yang terjadi dapat dikembangkan bersama guru, sehingga model pembelajaran langsung ini menjadi epektif.

Dalam tahapan ini yang bertindak sebagai guru adalah peneliti sedangkan teman sejawat sebagai pengamat (observer), sehingga dalam penelitian ini teman sejawat sebagai pengamat dapat lansung secara obyektif mengamati proses pembelajaran yang akan dilakukan oleh peneliti sebagai guru yang memberi tindakan. Pelaksanaan tindakan kelas menggunakan alat pengumpul data sebagai alat bantu dalam pengamatan. Disepakati pula bahwa selama kegiatan penelitian siswa diupayakan belajar seperti biasa dan kehadiran tim (observer) tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar yang sedang berlangsung.


(19)

Adapun fokus utama dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar peningkatan kemampuan mengenal lambang bilangan dan penjumlahan pada siswa tunagrahita kelas III SDLB C Budi Nurani Kota Sukabumi dengan menggunakan model pembelajaran langsung (Expilit Instruction).

Penelitian mengupayakan suatu tindakan yang dilaksanakan agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi mengenal lambang bilangan dan penjumlahan dengan menggunakan model pembelajaran langsung (Expilit Instruction) yang dilaksanakan dalam tiga siklus.

3. Tahap Pengamatan (Observing)

Kegiatan observasi merupakan upaya mengamati dan dilakukan pada saat pelaksanaan/selama tindakan dilakukan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan. Pengamat (observer) mengobservasi aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran Matematika dalam meningkatkan kemampuan penjumlahan melalui model pembelajaran langsung.

Hasil observasi merupakan catatan-catatan tentang keseluruhan kegiatan proses belajar mengajar dari awal hingga akhir guna menghasilkan temuan selama kegiatan observasi berlangsung dalam upaya untuk merencanakan tindakan-tindakan selanjutnya agar tercapai tujuan yang diharapkan peneliti.

4. Tahap Refleksi (Reflecting)

Tahap ini dilakukan setelah satu tindakan dilaksanakan. Kegiatan yang dilakukan pada tahap refleksi adalah melakukan pengkajian dan evaluasi diri secara menyeluruh terhadap tindakan yang sudah dilakukan. Pada setiap akhir tindakan, peneliti dan observer mendeskripsikan hasil pelaksanaan pada tindakan selanjutnya.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Merenungkan kembali mengenai kekuatan dan kelemahan dari tindakan yang dilakukan


(20)

30

Ali Murtadho Fudholy, 2013

Penggunaan Model Pembelajaran Langsung (Explicit Instruction) Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan Dan Penjumlahan Pada Siswa Tunagrahita Ringan (PenelitianTindakan Kelas di Kelas III SLB C Budi Nurani Kota Sukabumi)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

b. Menjawab tentang penyebab situasi dan kondisi yang terjadi selama pelaksanaan tindakan.

c. Memprediksi solusi pengembangan tindakan atas munculnya keluhan

d. Mengidentifikasi kendala atau ancaman yang mungkin dihadapi e. Melakukan rencana pengembangan tindakan untuk siklus

berikutnya.

Hasil refleksi digunakan untuk menetapkan langkah lebih lanjut dalam upaya mencapai tujuan PTK. Berdasarkan pengamatan observer selama penelitian tindakan.

C. Setting Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kelas secara langsung dengan berhadapan langsung dengan anak, ada mitra / guru lain untuk membantu, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) atau di singkat dengan PTK, peneliti melakukan suatu tindakan sekaligus mengamati proses belajar mengajar aritmatika (berhitung).

Metode ini untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses belajar mengajar dan keefektipan kegiatan yang dilakukan guru di dalam kelas ketika mereka memperbaiki cara mengajar, Zainal Aqib (2007 : 19).

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di SLB C Budi Nurani Kelurahan Sudajaya Hilir Kecamatan Baros Kota Sukabumi pada semester II tahun pelajaran 2012-2013. Penelitian ini dilakukan di kelas secara langsung dengan kolaborasi antara penulis dengan teman sejawat (guru kelas, guru PNS golongan IV/a), seorang tenaga tata usaha, subjek penerima tindakan yaitu 3 orang siswa kelas III SDLB C yang terdiri dari 2 orang siswa laki-laki dan 1 orang perempuan. Adapun nama-namanya sebagai berikut:


(21)

Tabel 3.1

Subjek Penerima Tindakan

No Nama Umur Keterangan

1 JS 14 Tahun L

2 S 12 Tahun L

3 ACP 13 Tahun P

Dari hasil observasi awal yang dilakukan terhadap siswa kelas III SDLB C Budi Nurani Kota Sukabumi sebanyak tiga orang yang dilakukan oleh peneliti mendapat hasil kemampuan awal tiap siswa, diantaranya:

a. Kemampuan awal (JS)

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap JS yang berusia 14 tahun dapat dikemukakan bahwa JS dalam penilaian penjumlahan kesamping cukup, simbol penjumlahan sudah tahu, nilai dan tempat belum paham, berhitung 1-10 sudah baik tetapi kalau di acak JS kesulitan dalam mengingat angka, membilang bisa, menulis lambang bilangan 1-20 cukup kecuali penulisan angka dua suka tertukar dengan hurup S.

b. Kemampan awal (S)

Berdasarkan hasil pengamatan tehadap S yang berusia 12 tahun dapat dikemukakan bahwa dalam penilaian penjumlahan kesamping cukup, belum tahu simbol penjumlahan, belum tahu nilai dan tempat, menulis lambang bilangan 1-20 masih banyak yang tertukar terutama angka 6-9, 2-4, kesulitan menulis angka 8, membilang 1-20 sudah cukup meskipun dalam membilangnya selalu tidak berurutan seperti 15 langsung ke 19. c. Kemampuan awal (ACP)

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap ACP yang berusia 13 tahun dapat dikemukakan bahwa dalam penilaian penjumlahan ke samping cukup, belum tahu simbol penjumlahan dan tempat serta nilai, mengenal lambang bilangan 1-20 cukup, dan membilang 1-20 cukup meskipun dalam membilangnya selalu tidak berurutan dari 9 langsung ke 15 dan harus di ulang, kurang lancar dalam menulis lambang bilangan.


(22)

32

Ali Murtadho Fudholy, 2013

Penggunaan Model Pembelajaran Langsung (Explicit Instruction) Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan Dan Penjumlahan Pada Siswa Tunagrahita Ringan (PenelitianTindakan Kelas di Kelas III SLB C Budi Nurani Kota Sukabumi)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian merupakan sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh suatu penelitian tentang suatu konsep pengertian tertentu, sebagai titik perhatian dari suatu penelitian.

Variable terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. 1. Variabel bebas

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat. Dalam hal ini kemampuan mengenal lambang bilangan dan penjumlahan merupakan variabel bebas, yang melatarbelakangi suatu perlakuan berpengaruh terhadap hasil dan merupakan cerminan terhadap sesuatu yang diinginkan atau dituju.

2. Variable terikat

Variabel terikat merupakan dampak yang ditimbulkan akibat variabel bebas atau variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Dalam hal ini penggunaan model pembelajaran langsung merupakan variabel terikat.

E. Instrumen Pengumpulan Data

Instrument tes yang disusun adalah berupa butir-butir penjumlahan lambang bilangan 1 sampai 20, yang merupakan indikator soal menyebutkan, menunjukan, memilih, mengambil, mencocokan, menempel, menyusun, menghitung, menghubungkan serta menuliskan.

Instrument non tes di buat dalam bentuk lembar pengamatan sikap anak dalam mengikuti pembelajaran, perhatian, kerjasama, minat belajar, serta etika anak dalam mengungkapkan keinginan.

Teknik pengumpulan data untuk melihat seberapa besar pengaruh intervensi model pembelajaran langsung terhadap peningkatan hasil belajar dalam mengenal lambang bilangan dan penjumlahan 1 sampai 20 bagi anak tunagrahita ringan SDLB C kelas III SLB C Budi Nurani Kota Sukabumi dilakukan melalui tes, sedangkan untuk melihat tentang


(23)

perubahan proses pembelajaran dilaksanakan dengan non tes, yaitu melakukan pengamatan terhadap sikap anak ketika anak mengikuti kegiatan pembelajaran.

Tes hasil belajar disusun dalam bentuk lisan dan peragaan yang berjumlah 5 item. Isi tes mencakup penjumlahan 1 sampai 20. Berdasarkan hasil belajar yang diperoleh maka dapat ditentukan tingkat hasil belajar siswa sesuai dengan yang diuraikan diatas.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dengan dua cara, yaitu dengan menggunakan tes dan non tes. Pengumpulan data tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Tes sebagai alat pengumpul data

Pengumpulan data dengan tes diambil dengan cara memberikan tes kepada siswa. Tes digunakan untuk memperoleh data tentang hasil belajar siswa dalam penggunaan model pembelajaran langsung (explicit instruction) untuk meningkatkan kemampuan mengenal lambang bilangan dan penjumlahan 1 sampai 20.

2. Non-tes sebagai alat pengumpul data

Pengumpulan data dengan non-tes diperoleh melalui:

a. Lembar observasi, digunakan untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa atau situasi pembelajaran pada saat dilaksanakannya tindakan

b. Catatan lapangan, digunakan untuk merekam berbagai aspek pembelajaran di kelas saat pelaksanaan tindakan. Seperti suasana kelas, hubungan interaksi guru dengan siswa, interaksi siswa dengan siswa. Catatan ini bisa menjadi bahan diskusi untuk membandingkan catatan peneliti mengenai pelaksanaan tindakan di lapangan


(24)

34

Ali Murtadho Fudholy, 2013

Penggunaan Model Pembelajaran Langsung (Explicit Instruction) Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan Dan Penjumlahan Pada Siswa Tunagrahita Ringan (PenelitianTindakan Kelas di Kelas III SLB C Budi Nurani Kota Sukabumi)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

c. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) digunakan untuk memperoleh data tentang keterkaitan antara perencanaan dengan pelaksanaan tindakan.

Setiap hasil pengamatan dicatat dan didokumentasikan sesuai dengan butir-butir yang tercantum pada alat pengumpul data. Dalam pelaksanaan pengamatan, pemantauan dilakukan dengan cara komptehensif agar gejala-gejala yang direncanakan dapat terlaksana dengan lengkap baik itu yang bersifat mendukung maupun menghambat efektifitas tindakan.

Pengumpulan data dilakukan pada setiap aktivitas sesuai dengan petunjuk pelaksanaan penelitian tindakan kelas (Suyanto, 1996). Pada penelitian ini tahap pengumpulan data dilakukan pada saat:

a. Observasi awal dan identifikasi awal permasalahan

b. Pelaksanaan, analisis dan refleksi tindakan pembelajaran siklus I c. Pelaksanaan, analisis dan refleksi tindakan pembelajaran siklus II d. Pelaksanaan, analisis dan refleksi tindakan pembelajaran siklus III e. Evaluasi terhadap pelaksanaan tindakan siklus I, siklus II, dan siklus

III

f. Menganalisis peningkatan keterampilan proses sains dan sikap ilmiah siswa

G. Teknik Pengolahan Data 1. Analisis Data

Analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis data yang menunjukan proses peningkatan keterampilan mengenal lambang bilangan dan penjumlahan siswa dan pencapaian nilai mata pelajaran matematika. Data diperoleh dari hasil observasi, catatan lapangan, hasil LKS dan hasil tes siswa yang diberikan. Pengumpulan data yang akan peneliti lakukan yaitu dengan cara mengumpulkan seluruh data hasil dari instrumen/alat pengumpul data yang sudah dirancang sebelumnya.


(25)

2. Penyekoran

Tes yang diberikan berbentuk kinerja, setiap jawaban diberi skor dan bobot tertentu, untuk jawaban yang lebih komplek diberi skor bervariasi berdasarkan tingkat kesulitan. Hasil presentasi tersebut diinterprestasikan berdasarkan tabel dibawah ini

Tabel 3.2 Pedoman penilaian

No Aspek Tugas Pedoman penskoran Skor

Anak

1

Menyebutkan lambang bilangan 1 sampai 10 secara

urut

Skor 10 = dapat menyebutkan 10 lambang bilangan dengan benar

Skor 9 = dapat menyebutkan 9 lambang bilangan dengan benar

Skor 8 = dapat menyebutkan 8 lambang bilangan dengan benar

Skor 7 = dapat menyebutkan 7 lambang bilangan dengan benar

Skor 6 = dapat menyebutkan 6 lambang bilangan dengan benar Skor 5 = dapat menyebutkan 5 lambang bilangan dengan benar Skor 4 = dapat menyebutkan 4 lambang bilangan dengan benar Skor 3 = dapat menyebutkan 3 lambang bilangan dengan benar Skor 2 = dapat menyebutkan 2 lambang bilangan dengan benar Skor 1 = dapat menyebutkan 1 lambang bilangan dengan benar

2 Menunjukan lambang

bilangan sesuai perintah

Skor 10 = dapat menunjukan 10 lambang bilangan dengan benar

Skor 9 = dapat menunjukan 9 lambang bilangan dengan benar Skor 8 = dapat menunjukan 8 lambang bilangan dengan benar Skor 7 = dapat menunjukan 7 lambang bilangan dengan benar Skor 6 = dapat menunjukan 6 lambang bilangan dengan benar Skor 5 = dapat menunjukan 5 lambang bilangan dengan benar Skor 4 = dapat menunjukan 4 lambang


(26)

36

Ali Murtadho Fudholy, 2013

Penggunaan Model Pembelajaran Langsung (Explicit Instruction) Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan Dan Penjumlahan Pada Siswa Tunagrahita Ringan (PenelitianTindakan Kelas di Kelas III SLB C Budi Nurani Kota Sukabumi)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu bilangan dengan benar Skor 3 = dapat menunjukan 3 lambang bilangan dengan benar Skor 2 = dapat menunjukan 2 lambang bilangan dengan benar Skor 1 = dapat menunjukan 1 lambang bilangan dengan benar

3

Menuliskan lambang bilangan (1-10) dengan cara

menebalkan

Skor 10 = dapat menuliskan 10 lambang bilangan dengan benar

Skor 9 = dapat menuliskan 9 lambang bilangan dengan benar Skor 8 = dapat menuliskan 8 lambang bilangan dengan benar Skor 7 = dapat menuliskan 7 lambang bilangan dengan benar Skor 6 = dapat menuliskan 6 lambang bilangan dengan benar Skor 5 = dapat menuliskan 5 lambang bilangan dengan benar Skor 4 = dapat menuliskan 4 lambang bilangan dengan benar Skor 3 = dapat menuliskan 3 lambang bilangan dengan benar Skor 2 = dapat menuliskan 2 lambang bilangan dengan benar Skor 1 = dapat menuliskan 1 lambang bilangan dengan benar

4

Memasangkan angka yang ada dengan angka yang sama

di pola burung kakak tua

Skor 10 = dapat memasangkankan 10 angka yang sama dengan benar Skor 9 = dapat memasangkankan 9 angka yang sama dengan benar Skor 8 = dapat memasangkan 8

angka yang sama dengan benar Skor 7 = dapat memasangkan 7

angka yang sama dengan benar Skor 6 = dapat memasangkan 6

angka yang sama dengan benar Skor 5 = dapat memasangkan 5

angka yang sama dengan benar Skor 4 = dapat memasangkan 4

angka yang sama dengan benar Skor 3 = dapat memasangka 3

angka yang sama dengan benar Skor 2 = dapat memasangkan 2

angka yang sama dengan benar Skor 1 = dapat memasangkan 1


(27)

5 Menjumlahkan benda konkrit dan menuliskan angkanya

Skor 4 = dapat menyelesaikan 4 soal dengan benar

Skor 3 = dapat menyelesaikan 3 soal dengan benar

Skor 2 = dapat menyelesaikan 2 soal dengan benar

Skor 1 = dapat menyelesaikan 1 soal dengan benar

6

Menjumlahkan benda semi konkrit dan menuliskan

angkanya

Skor 6 = dapat menyelesaikan 6 soal dengan benar

Skor 5 = dapat menyelesaikan 5 soal dengan benar

Skor 4 = dapat menyelesaikan 4 soal dengan benar

Skor 3 = dapat menyelesaikan 3 soal dengan benar

Skor 2 = dapat menyelesaikan 2 soal dengan benar

Skor 1 = dapat menyelesaikan 1 soal dengan benar

3. Menghitung rata-rata

Rata-rata hitung hasil siswa dapat dihitung dengan pensekoran menggunakan kriteria mutlak sebagai berikut:

Skor perolehan

Skor ideal/ maksimum X 100

Penghitungan rata-rata dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 3.3

Standarisasi penguasaan

No Aspek kemampuan yang dinilai skor Penilaian JS S ACP 1 Menyebutkan lambang bilangan 1 sampai 10

secara urut

10

2 Menunjukan lambang bilangan sesuai perintah 10 3 Menuliskan lambang bilangan (1-10) dengan

cara menebalkan


(28)

38

Ali Murtadho Fudholy, 2013

Penggunaan Model Pembelajaran Langsung (Explicit Instruction) Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan Dan Penjumlahan Pada Siswa Tunagrahita Ringan (PenelitianTindakan Kelas di Kelas III SLB C Budi Nurani Kota Sukabumi)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu 4 Memasangkan angka yang ada dengan angka

yang sama di pola burung kakak tua

10

5 Menjumlahkan benda konkrit dan menuliskan angkanya

4

6 Menjumlahkan benda semi konkrit dan menuliskan angkanya

6

Skor perolehan 50

Skor maksimum 50

Skor perolehan

Skor maksimum X 100

Menghitung presentase penguasaan kelas atas bahan yang telah disajikan. Rumus yang digunakan menghitung tingkat penyerapan kelas terhadap materi mengenal lambang bilangan dan penjumalahan 1 sampai 20 adalah sebagai berikut:

Jumlah presentase jawaban yang benar yang dicapai Setiap siswa dalam tes keseluruhan

Jumlah siswa yang mengikuti tes X 100

Tabel 3.4

Rata-rata penyerapan kelas

No Nama Nilai Siklus 1 Rata-rata

1 JS 40 13,3

2 S 34 11,3

3 ACP 44 14,6

Jumlah skor rata-rata = 118 x 100% = 39,33 3


(29)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan

Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan pada rentang waktu dari awal bulan Februari sampai Juni 2013 dengan judul “Penggunaan Model Pembelajaran Langsung (Explicit Instruction) Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan dan Penjumalahan Pada Siswa

Tunagrahita Ringan” (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas III SLB C Budi

Nurani Kota Sukabumi), secara umum ternyata mampu memperoleh gambaran peningkatan kemampuan anak dalam mengenal lambang bilangan dan penjumlahan serta secara umum dapat ditarik kesimpulan bahwa melalui tahapan model pembelajaran langsung siswa dibimbing untuk lebih mengenal lambang bilangan dan penjumlahan, pada tahap orientasi guru mempersiapkan dan menjelaskan materi yang akan diberikan pada siswa, kemudian tahap presentasi guru mendemontrasikan tentang pengenalan lambang bilangan dan penjumlahan dengan menggunakan media puzzle angka, pada tahap latihan terstruktur siswa dibimbing oleh guru menyebutkan lambang bilangan 1 sampai 20 secara berulang-ulang supaya siswa hapal, pada tahap latihan terbimbing guru membimbing siswa mengenal lambang bilangan dengan menggunakan media dan benda konkrit yang ada di dalam kelas bertujuan agar siswa lebih paham dengan konsep pembelajaran mengenai lambang bilangan dan penjumlahan yang diberikan oleh guru, dengan latihan mandiri guru memberikan LKS pada siswa untuk dikerjakan bertujuan untuk menilai sejauhmana pemahaman siswa akan pembelajaran mengenal lambang bilangan dan penjumlahan yang telah dikuasai siswa.

Adapun hasil dari pelaksanaan pembelajaran pada siswa, secara khusus ternyata mampu:

1. Meningkatkan hasil belajar dalam mengenal lambang bilangan dan penjumlahan pada siswa tunagrahita ringan kelas D3 di SLB Bagian C Budi Nurani Kota Sukabumi


(30)

77

Ali Murtadho Fudholy, 2013

Penggunaan Model Pembelajaran Langsung (Explicit Instruction) Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan Dan Penjumlahan Pada Siswa Tunagrahita Ringan (PenelitianTindakan Kelas di Kelas III SLB C Budi Nurani Kota Sukabumi)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

2. Memperbaiki pembelajaran yang dilakukan guru/peneliti baik secara bertahap maupun terus menerus pada materi penjumlahan

Hal itu dapat dilihat dari taraf kemampuan siswa berdasarkan hasil refleksi dari setiap siklus:

Siklus kesatu belum mencapai peningkatan, kekurangannya adalah materi pembelajaran lambang bilangan dan penjumlahan yang dijelaskan guru dengan menggunakan model pembelajaran langsung belum dipahami siswa, guru kurang memberikan motivasi dan pertanyaan sehingga siswa kurang merespon, semangat kerja guru juga perlu ditingkatkan supaya situasi kelas menjadi hidup, bimbingan terhadap siswa yang mendapat kesulitan dalam pembelajaran masih kurang sehingga guru perlu memberikan bimbingan dan arahan yang lebih baik lagi pada siklus kedua supaya dipahami oleh siswa. Sedangkan pada siklus kedua sudah mulai ada peningkatan, dimana satu orang siswa sudah cukup memahami lambang bilangan dan penjumlahan yang dijelaskan guru sehingga anak mampu menyelesaikan soal penjumlahan pada lks yang diberikan namun dua orang masih perlu bimbingan lagi karena dari hasil tes yang diberikan guru nilainya belum mencapai optimal, motivasi yang diberikan pada siswa sudah cukup sehingga siswa mau belajar tetapi siswa masih belum bisa menghubungkan lambang bilangan dengan jumlah gambar dan dalam memasangkan lambang bilangan pada puzzle pola burung kakak tua anak belum baik sehingga guru perlu memberikan arahan dan bimbingan supaya siswa lebih mengerti dan lebih paham, adapun semangat kerja guru pada siklus kedua sudah cukup baik. Pada siklus ketiga materi yang dijelaskan guru sudah cukup baik terbukti penguasaan siswa terhadap lambang bilangan dan penjumlahan sudah meningkat dibanding dengan siklus sebelumnya, proses pembelajaran secara umum sudah cukup baik ada peningkatan, dalam aspek perencanaan mulai dari kegiatan sampai evaluasi sudah cukup baik, atat atau media, strategi, metode dan tahap-tahap dari model pembelajaran langsung yang digunakan cukup mendukung pada hasil pembelajaran dan bimbingan yang diberikan guru sudah cukup baik.


(31)

Dengan demikian nilai yang ditunjukan dengan pencapaian KKM melebihi standar yang ditetapkan sekolah dan ada peningkatan/kemajuan sehingga dengan menggunakan tahapan model pembelajaran langsung dapat meningkatkan kemampuan siswa tunagrahita ringan dalam mengenal lambang bilangan dan penjumlahan 1 sampai 20 di SLB bagian C Budi Nurani Kota Sukabumi.

B. Saran

Dalam meningkatkan kemampuan mengenal lambang bilangan dan penjumlahan bagi siswa tunagrahita ringan harus memperhatikan beberapa hal dan membutuhkan keterlibatan berbagai pihak. Untuk itu perlu diperhatikan saran-saran sebagai berikut:

1. Bagi Guru

Untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mengenal lambang bilangan dan penjumlahan, perlu dilakukan asesmen terlebih dahulu yang berkaitan dengan kemampuan membilang anak tunagrahita ringan. Guru dapat mengembangkan alat asesmen sendiri, yaitu dengan cara membuat sejumlah soal yang dapat menggambarkan kemampuan awal berhitung/membilang anak tunagrahita ringan disesuaikan dengan kemampuan anak. melalui penggunakan alat/benda konkrit yang ada disekitar anak yang dijadikan alat asessmen diharapkan lebih mudah di pahami dan cepat dimengerti oleh anak.

2. Pihak Sekolah

Saran bagi sekolah agar menyediakan alat-alat atau sumber-sumber pembelajaran berhitung, khususnya membilang dan menjumlahkan agar anak tunagrahita ringan dapat belajar mengenal lambang bilangan dan penjumlahan. Untuk menyediakan alat atau sumber pembelajaran itu, sekolah dapat meminta bantuan dengan pengajuan proposal kepada instansi terkait atau melalui lembaga swadaya masyarakat (LSM), pemerhati anak berkebutuhan khusus yang peduli pada pendidikan bagi


(32)

79

Ali Murtadho Fudholy, 2013

Penggunaan Model Pembelajaran Langsung (Explicit Instruction) Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan Dan Penjumlahan Pada Siswa Tunagrahita Ringan (PenelitianTindakan Kelas di Kelas III SLB C Budi Nurani Kota Sukabumi)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

anak berkebutuhan khusus. Sekolah dapat pula bekerjasama dengan orangtua siswa untuk pengadaan alat/sumber belajar ini.

3. Orangtua

Orang tua di rumah dapat mengulang dan melanjutkan program pembelajaran membilang dan menjumlahkan yang sudah dilakukan guru di sekolah. Caranya, orangtua harus menjalin komunikasi dengan guru mengenai perkembangan anaknya bertanya cara belajar di sekolah agar sejalan dengan cara belajar di rumah

4. Peneliti selanjutnya

Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa dengan penggunaan model pembelajaran langsung (explicit instruction), siswa dengan mudah mengenal lambang bilangan dan penjumlahan atau kemampuan siswa dapat meningkat dengan lambang bilangan oleh karena itu untuk peneliti selanjutnya disarankan untuk meneliti dengan menggunakan model pembelajaran lain misalnya Picture And Picture dengan langkah-langkah pembelajaran:

a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai b. Menyajikan materi sebagai pengantar

c. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi

d. Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian

memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis e. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut f. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menamkan

konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai g. Kesimpulan/rangkuman


(33)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Aqib. (2010). Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru SD, SLB dan TK. Bandung: CV Yrama Widya

Asrori. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Wacana Prima Arsyad. (1997). Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Alimin. (2003). Hambatan Belajar dan Hambatan Perkembangan Pada Anak Tunagrahita. Bandung: Pasca Sarjana UPI

Baihaqi, Sunardi, Nurahmi, Akhlan, Heryati. (2005) Psikiatri (Konsep Dasar dan Gangguan-Gangguan). Bandung: Refika Aditama

Delphie. (2005). Matematika untuk Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: Pustaka Bani Quraisy

Depdiknas. (2006). Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa

Depdikbud. (2010). Model-Model Pembelajaran PAKEM Anak Berkebutuhan Khusus. Bogor: PLPG Rayon 35 Pakuan Bogor

Eggen, Kauchak. (2012). Strategi dan Model Pembelajaran Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berpikir. Jakarta: Indeks

Khafid. (2006). Pelajaran Matematika. Jakarta: Penerbit Erlangga

Muhardjito. (2005). Model-Model PTK. Jakarta: Direktorat Pendidikan Luar Biasa

Prawiladilaga. (2009). Prisip Desain Pembelajaran Intructional Design Principles. Jakarta: Kencana Prenada Media group

Suherman, Winataputra. (1992). Materi Pokok Strategi Belajar Mengajar Matematika. Jakarta: Universitas Terbuka


(34)

81

Ali Murtadho Fudholy, 2013

Penggunaan Model Pembelajaran Langsung (Explicit Instruction) Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan Dan Penjumlahan Pada Siswa Tunagrahita Ringan (PenelitianTindakan Kelas di Kelas III SLB C Budi Nurani Kota Sukabumi)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Sanjaya. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Sutjihati. (1996). Diktat Ilmu Kesehatan Anak untuk Calon Guru/ Guru SLB. Bandung: IKIP

Sapriya, Susilawati, Sadjarudin, Nurdin. (2007) Belajar dan Pembelajaran. Bandung: UPI Perss

Somantri. (2007). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: Refika Aditama

Wiriatmadja. (2009). Metode Penelitian Tindakan Kelas Untuk Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen. Bandung: Remaja Rosda Karya


(1)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan

Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan pada rentang waktu dari awal bulan Februari sampai Juni 2013 dengan judul “Penggunaan Model Pembelajaran Langsung (Explicit Instruction) Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan dan Penjumalahan Pada Siswa

Tunagrahita Ringan” (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas III SLB C Budi Nurani Kota Sukabumi), secara umum ternyata mampu memperoleh gambaran peningkatan kemampuan anak dalam mengenal lambang bilangan dan penjumlahan serta secara umum dapat ditarik kesimpulan bahwa melalui tahapan model pembelajaran langsung siswa dibimbing untuk lebih mengenal lambang bilangan dan penjumlahan, pada tahap orientasi guru mempersiapkan dan menjelaskan materi yang akan diberikan pada siswa, kemudian tahap presentasi guru mendemontrasikan tentang pengenalan lambang bilangan dan penjumlahan dengan menggunakan media puzzle angka, pada tahap latihan terstruktur siswa dibimbing oleh guru menyebutkan lambang bilangan 1 sampai 20 secara berulang-ulang supaya siswa hapal, pada tahap latihan terbimbing guru membimbing siswa mengenal lambang bilangan dengan menggunakan media dan benda konkrit yang ada di dalam kelas bertujuan agar siswa lebih paham dengan konsep pembelajaran mengenai lambang bilangan dan penjumlahan yang diberikan oleh guru, dengan latihan mandiri guru memberikan LKS pada siswa untuk dikerjakan bertujuan untuk menilai sejauhmana pemahaman siswa akan pembelajaran mengenal lambang bilangan dan penjumlahan yang telah dikuasai siswa.

Adapun hasil dari pelaksanaan pembelajaran pada siswa, secara khusus ternyata mampu:

1. Meningkatkan hasil belajar dalam mengenal lambang bilangan dan penjumlahan pada siswa tunagrahita ringan kelas D3 di SLB Bagian C Budi Nurani Kota Sukabumi


(2)

2. Memperbaiki pembelajaran yang dilakukan guru/peneliti baik secara bertahap maupun terus menerus pada materi penjumlahan

Hal itu dapat dilihat dari taraf kemampuan siswa berdasarkan hasil refleksi dari setiap siklus:

Siklus kesatu belum mencapai peningkatan, kekurangannya adalah materi pembelajaran lambang bilangan dan penjumlahan yang dijelaskan guru dengan menggunakan model pembelajaran langsung belum dipahami siswa, guru kurang memberikan motivasi dan pertanyaan sehingga siswa kurang merespon, semangat kerja guru juga perlu ditingkatkan supaya situasi kelas menjadi hidup, bimbingan terhadap siswa yang mendapat kesulitan dalam pembelajaran masih kurang sehingga guru perlu memberikan bimbingan dan arahan yang lebih baik lagi pada siklus kedua supaya dipahami oleh siswa. Sedangkan pada siklus kedua sudah mulai ada peningkatan, dimana satu orang siswa sudah cukup memahami lambang bilangan dan penjumlahan yang dijelaskan guru sehingga anak mampu menyelesaikan soal penjumlahan pada lks yang diberikan namun dua orang masih perlu bimbingan lagi karena dari hasil tes yang diberikan guru nilainya belum mencapai optimal, motivasi yang diberikan pada siswa sudah cukup sehingga siswa mau belajar tetapi siswa masih belum bisa menghubungkan lambang bilangan dengan jumlah gambar dan dalam memasangkan lambang bilangan pada puzzle pola burung kakak tua anak belum baik sehingga guru perlu memberikan arahan dan bimbingan supaya siswa lebih mengerti dan lebih paham, adapun semangat kerja guru pada siklus kedua sudah cukup baik. Pada siklus ketiga materi yang dijelaskan guru sudah cukup baik terbukti penguasaan siswa terhadap lambang bilangan dan penjumlahan sudah meningkat dibanding dengan siklus sebelumnya, proses pembelajaran secara umum sudah cukup baik ada peningkatan, dalam aspek perencanaan mulai dari kegiatan sampai evaluasi sudah cukup baik, atat atau media, strategi, metode dan tahap-tahap dari model pembelajaran langsung yang digunakan cukup mendukung pada hasil pembelajaran dan bimbingan yang diberikan guru sudah cukup baik.


(3)

Dengan demikian nilai yang ditunjukan dengan pencapaian KKM melebihi standar yang ditetapkan sekolah dan ada peningkatan/kemajuan sehingga dengan menggunakan tahapan model pembelajaran langsung dapat meningkatkan kemampuan siswa tunagrahita ringan dalam mengenal lambang bilangan dan penjumlahan 1 sampai 20 di SLB bagian C Budi Nurani Kota Sukabumi.

B. Saran

Dalam meningkatkan kemampuan mengenal lambang bilangan dan penjumlahan bagi siswa tunagrahita ringan harus memperhatikan beberapa hal dan membutuhkan keterlibatan berbagai pihak. Untuk itu perlu diperhatikan saran-saran sebagai berikut:

1. Bagi Guru

Untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mengenal lambang bilangan dan penjumlahan, perlu dilakukan asesmen terlebih dahulu yang berkaitan dengan kemampuan membilang anak tunagrahita ringan. Guru dapat mengembangkan alat asesmen sendiri, yaitu dengan cara membuat sejumlah soal yang dapat menggambarkan kemampuan awal berhitung/membilang anak tunagrahita ringan disesuaikan dengan kemampuan anak. melalui penggunakan alat/benda konkrit yang ada disekitar anak yang dijadikan alat asessmen diharapkan lebih mudah di pahami dan cepat dimengerti oleh anak.

2. Pihak Sekolah

Saran bagi sekolah agar menyediakan alat-alat atau sumber-sumber pembelajaran berhitung, khususnya membilang dan menjumlahkan agar anak tunagrahita ringan dapat belajar mengenal lambang bilangan dan penjumlahan. Untuk menyediakan alat atau sumber pembelajaran itu, sekolah dapat meminta bantuan dengan pengajuan proposal kepada instansi terkait atau melalui lembaga swadaya masyarakat (LSM), pemerhati anak berkebutuhan khusus yang peduli pada pendidikan bagi


(4)

anak berkebutuhan khusus. Sekolah dapat pula bekerjasama dengan orangtua siswa untuk pengadaan alat/sumber belajar ini.

3. Orangtua

Orang tua di rumah dapat mengulang dan melanjutkan program pembelajaran membilang dan menjumlahkan yang sudah dilakukan guru di sekolah. Caranya, orangtua harus menjalin komunikasi dengan guru mengenai perkembangan anaknya bertanya cara belajar di sekolah agar sejalan dengan cara belajar di rumah

4. Peneliti selanjutnya

Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa dengan penggunaan model pembelajaran langsung (explicit instruction), siswa dengan mudah mengenal lambang bilangan dan penjumlahan atau kemampuan siswa dapat meningkat dengan lambang bilangan oleh karena itu untuk peneliti selanjutnya disarankan untuk meneliti dengan menggunakan model pembelajaran lain misalnya Picture And Picture dengan langkah-langkah pembelajaran:

a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai

b. Menyajikan materi sebagai pengantar

c. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan

berkaitan dengan materi

d. Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian

memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis e. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut

f. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menamkan

konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai

g. Kesimpulan/rangkuman


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Aqib. (2010). Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru SD, SLB dan TK. Bandung: CV Yrama Widya

Asrori. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Wacana Prima Arsyad. (1997). Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Alimin. (2003). Hambatan Belajar dan Hambatan Perkembangan Pada Anak Tunagrahita. Bandung: Pasca Sarjana UPI

Baihaqi, Sunardi, Nurahmi, Akhlan, Heryati. (2005) Psikiatri (Konsep Dasar dan Gangguan-Gangguan). Bandung: Refika Aditama

Delphie. (2005). Matematika untuk Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: Pustaka Bani Quraisy

Depdiknas. (2006). Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa

Depdikbud. (2010). Model-Model Pembelajaran PAKEM Anak Berkebutuhan Khusus. Bogor: PLPG Rayon 35 Pakuan Bogor

Eggen, Kauchak. (2012). Strategi dan Model Pembelajaran Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berpikir. Jakarta: Indeks

Khafid. (2006). Pelajaran Matematika. Jakarta: Penerbit Erlangga

Muhardjito. (2005). Model-Model PTK. Jakarta: Direktorat Pendidikan Luar Biasa

Prawiladilaga. (2009). Prisip Desain Pembelajaran Intructional Design Principles. Jakarta: Kencana Prenada Media group

Suherman, Winataputra. (1992). Materi Pokok Strategi Belajar Mengajar Matematika. Jakarta: Universitas Terbuka


(6)

Sanjaya. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Sutjihati. (1996). Diktat Ilmu Kesehatan Anak untuk Calon Guru/ Guru SLB. Bandung: IKIP

Sapriya, Susilawati, Sadjarudin, Nurdin. (2007) Belajar dan Pembelajaran. Bandung: UPI Perss

Somantri. (2007). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: Refika Aditama

Wiriatmadja. (2009). Metode Penelitian Tindakan Kelas Untuk Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen. Bandung: Remaja Rosda Karya


Dokumen yang terkait

PENGGUNAAN METODE MAKE A-MATCH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN OPERASI HITUNG PENJUMLAHAN BILANGAN BULAT PADA SISWA TUNARUNGU KELAS V DI SLB B TUNAS HARAPAN KARAWANG.

0 0 39

PENGARUH LATIHAN MENGGAMBAR TEKNIK MOZAIK TERHADAP PENINGKATAN KONSENTRASI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SLB C BUDI NURANI KOTA SUKABUMI.

0 0 37

PENGGUNAAN MEDIA CONGKLAK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN DI KELAS III SDLB A BAKTI PERTIWI SUKABUMI.

0 2 16

PENINGKATAN KEMAMPUAN OPERASI PENJUMLAHAN 1-10 MELALUI MEDIA KARTU BILANGAN PADA ANAK TUNAGRAHITA KELAS II C DI SLB TARBIYATUL MUTA’ALIMIN KABUPATEN SUBANG.

1 6 27

PENGGUNAAN MEDIA SUMPIT SAMBUNG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL BENTUK BANGUN DATAR SEDERHANA BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS II SDLB C DI SLB B/C TUT WURI HANDAYANI.

0 0 39

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA TUNARUNGU PADA PELAJARAN MATEMATIKA MATERI PENJUMLAHAN PECAHAN : Penelitian Tindakan Kelas di kelas V SLB BC X Kabupaten Bandung.

1 2 44

PENGGUNAAN MEDIA KARTU BILANGAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONSEP BILANGAN 1-5 PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN : Single Subject Research (SSR) Terhadap Siswa Kelas dua di SLB Bandung Raya.

0 1 35

PENGGUNAAN MEDIA KARTU BILANGAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN OPERASI PENJUMLAHAN PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS 2 SDLB AT-TAQWA DI CISURUPAN KABUPATEN GARUT.

0 0 36

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA BALOK-BALOK ANGKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL LAMBANG BILANGAN ANAK CEREBRAL PALSY KELAS 1 SLB-D1 YPAC SURAKARTA.

0 0 16

EFEKTIVITAS MEDIA PERMAINAN PLAYDOUGH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL LAMBANG BILANGAN PADA ANAK AUTIS KELAS 1 SD DI SLB N 1 BANTUL.

1 1 134