KONTRIBUSI PERSEPSI SISWA TENTANG LAYANAN BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA: Studi Deskripsif Terhadap Siswa Kelas VIII SMPN 10 Bandung Tahun Ajaran 2012-2013.
KONTRIBUSI PERSEPSI SISWA TENTANG LAYANAN BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA
(StudiDeskripsifTerhadapSiswaKelas VIII SMPN 10 Bandung TahunAjaran 2012-2013)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh
GENTRA AGNA LIGAR BINANGKIT 0800022
JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013
(2)
KONTRIBUSI PERSEPSI SISWA TENTANG
LAYANAN BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP
MOTIVASI BELAJAR SISWA
Oleh
Gentra Agna Ligar Binangkit
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Gentra Agna Ligar Binangkit2013 Universitas Pendidikan Indonesia
April 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
(3)
KONTRIBUSI PERSEPSI SISWA TENTANG LAYANAN BIMBINGANBELAJAR TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA
(StudiDeskripsifterhadapSiswaKelas VIII SMPN 10 Bandung TahunAjaran 2012-2013)
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH: PEMBIMBINGI
Drs. Yaya Sunarya, M.Pd. Nip. 19591130 198703 1 002
PEMBIMBING II
Dra. S.A. Lily Nurillah, M.Pd. Nip. 19580114 198603 2 002
Mengetahui,
Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia
Dr. Nandang Rusmana, M.Pd. Nip. 196005 1198603 1 004
(4)
ABSTRAK
Gentra Agna Ligar Binangkit, 0800022 (2013). Kontribusi Persepsi Siswa tentang Layanan Bimbingan Belajar terhadap Motivasi Belajar Siswa (Studi Deskriptif terhadap Siswa Kelas VIII SMPN 10 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)
Motivasi Belajar merupakan dorongan yang datang dari dalam diri atau luar diri individu untuk melakukan kegiatan belajar. Terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi motivasi belajar yaitu faktor internal dan eksternal. Salah satu dorongan yang berasal dari luar diri/faktor eksternal adalah melalui kegiatan layanan bimbingan belajar disekolah. Layanan Bimbingan Belajar disekolah akan dirasakan manfaatnya atau tidak oleh siswa tergantung bagaimana siswa mempersepsinya. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh (1) gambaran persepsi siswa tentang layanan bimbingan belajar siswa kelas VIII SMPN 10 Bandung, (2) gambaran motivasi belajar siswa kelas VIII SMPN 10 Bandung, dan (3) kontribusi persepsi siswa tentang layanan bimbingan belajar terhadap motivasi belajar siswa kelas VIII SMPN 10 Bandung. Metode yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) persepsi siswa tentang layanan bimbingan belajar kelas VIII SMPN 10 Bandung berada pada kategori sedang, (2) motivasi belajar siswa kelas VIII SMPN 10 Bandung berada pada kategori sedang, dan (3) terdapat kontribusi yang signifikan sebesar 8,5%antara persepsi siswa tentang layanan bimbingan belajar terhadap motivasi belajar siswa. Rekomendasi penelitian ditujukan kepada (1) guru BK agar dapat meningkatkan kinerjanya dalam memberikan layanan bimbingan belajar kepada siswa, sehingga persepsi siswa terhadap layanan bimbingan belajar di sekolah meningkat dan menjadi lebih baik, serta dapat mengembangkan program bimbingan belajar yang lebih menekankan pada layanan responsif bimbingan belajar dan layanan perencanaan individual bimbingan belajar; dan (2) bagi peneliti selanjutnya yaitu dapat menguji pengaruh layanan bimbingan belajar terhadap motivasi belajar siswa, dengan cara melakukan uji coba pemberian layanan bimbingan secara langsung, atau dapat mengkontribusikan variabel lain seperti bimbingan teman sebaya atau pola asuh orangtua terhadap motivasi belajar siswa.
Kata kunci : Persepsi,Bimbingan Belajar,Motivasi Belajar
Konstribusi Persepsi Siswa Tentang Layanan Bimbingan Belajar Terhadap Motivasi Belajar Siswa
(5)
ABSTRAK
Gentra Agna Ligar Binangkit, 0800022 (2013). Contributions Student’s Perceptions of Tutoring Services for Student Motivation (Descriptive Study of the Grade VIII SMPN 10 Bandung in Academic Year 2012-2013)
Learning Motivation is an impulse that comes from inside or outside of the individual to conduct learning activities. There are two factors that can affect the motivation to learn, internal and external factors. One of the encouragement that comes from the outside/external factors through school tutoring services. Tutoring services in schools will feel the benefits or not depends on how the students percept that. This study aimed to obtain (1) description of students' perceptions about tutoring service class VIII SMPN 10 Bandung, (2) description of the grade VIII student motivation SMPN 10 Bandung, and (3) the contribution of students' perceptions about tutoring services to the students' motivation grade VIII SMPN 10 Bandung. The method that is used is descriptive quantitative approach. The results showed that (1) students' perceptions about tutoring service class VIII SMPN 10 Bandung in middle category, (2) the grade VIII student motivation SMPN 10 Bandung in middle category, and (3) there is a significant contribution of 8.5% between students 'perceptions about tutoring services to the students' motivation. Research recomendation is proofed to (1) counselors, in order to improve its performance in providing tutoring services to students, so that students' perceptions of school tutoring services increase and become better and be able to develop a tutoring program that put more emphasis on tutoring and responsive service planning individualized tutoring services, and (2) for
researcher, furthermore is to to examine the effects of tutoring service to student’s
motivation, by live tutoring trial or contribute another variable such as friend
tutoring or parenting pattern to student’s motivation.
(6)
V
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
UCAPAN TERIMAKASIH... ii
ABSTRAK ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR GRAFIK ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi dan Rumusan masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Metode dan Pendekatan Penelitian ... 7
F. Sistematika Penulisan ... 7
BAB II MOTIVASI BELAJAR, PERSEPSI DAN LAYANAN BIMBINGAN BELAJAR DI SEKOLAH A. Motivasi Belajar ... 9
1. Pengertian Motivasi Belajar ... 9
2. Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar ... 16
3. Prinsip Motivasi Belajar ... 18
4. Karakteristik Motivasi Belajar ... 18
B. Layanan Bimbingan Belajar ... 19
1. Pengertian Bimbingan ... 19
2. Pengertian Layanan Bimbingan Belajar ... 23
3. Tujuan Layanan Bimbingan Belajar ... 24
4. Teknik Layanan Bimbingan Belajar ... 26
C. Persepsi... 27
1. Pengertian Persepsi ... 27
2. Faktor-faktor yang Berperan dalam Persepsi ... 28
3. Proses Persepsi ... 29
D. Persepsi Siswa Tentang Layanan Bimbingan Belajar ... 30
E. Peranan Layanan Bimbingan Belajar untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa... 31
F. Penelitian Terdahulu yang Relevan... 36
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Populasi Penelitian ... 39
B. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 40
C. Definisi Operasional Variabel ... 41
(7)
2. Motivasi Belajar ... 42
D. Instrumen Penelitian... 43
E. Proses Pengembangan Instrumen ... 44
1. Angket Persepsi Siswa tentang Layanan Bimbingan Belajar 44 a) Pengembangan Kisi-kisi Instrumen ... 44
b) Uji Kelayakan Instrumen (Judgement) ... 46
c) Uji Keterbacaan Item ... 46
d) Uji Validitas Item ... 46
e) Reliabilitas ... 48
f) Teknik Analisis Data dan Pengolahan Data ... 51
2. Angket Motivasi Belajar ... 53
a) Pengembangan Kisi-kisi Instrumen ... 53
b) Uji Kelayakan Instrumen (Judgement) ... 54
c) Uji Keterbacaan Item ... 55
d) Uji Validitas Item ... 55
e) Reliabilitas ... 56
f) Teknik Analisis Data dan Pengolahan Data ... 58
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Persepsi Siswa Tentang Layanan ... 61
Bimbingan Belajar Siswa Kelas VIII SMPN 10 Bandung Tahun Ajaran 2012-2013 1. Persepsi Siswa tentang Layanan Dasar Bimbingan Belajar .. 63
2. Persepsi Siswa tentang Layanan Responsif Bimbingan Belajar ... 68
3. Persepsi Siswa tentang Layanan Perencanaan Individual Bimbingan Belajar ... 71
B. Gambaran Umum Motivasi Belajar Siswa Kelas VIII ... 76
SMPN 10 Bandung Tahun Ajaran 2012-2013 1. Motivasi Belajar Aspek Durasi kegiatan... 79
2. Motivasi Belajar Apek Frekuensi Kegiatan ... 82
3. Motivasi Belajar Aspek Persistensi ... 84
4. Motivasi Belajar Aspek Ketabahan, Keuletan dan Kemampuan Menghadapi Rintangan untuk Mencapai Tujuan ... 87
5. Motivasi Belajar Aspek Devosi dan Pengorbanan Mencapai Tujuan ... 90
6. Motivasi Belajar Aspek Tingkat Aspirasi ... 93
7. Motivasi Belajar Aspek Tingkat Kualifikasi yang Dicapai dari Kegiatan ... 96
8. Motivasi Belajar Aspek Arah Sikap terhadap Kegiatan ... 98
C. Kontribusi Persepsi Siswa tentang Layanan ... 104 Bimbingan Belajar terhadap Motivasi Belajar Siswa
(8)
BAB VKESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan ... 109 B. Rekomendasi ... 110
DAFTAR PUSTAKA ... 112
(9)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dilihat dari sisi perkembangan, siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) berada pada masa remaja. Menurut Hurlock (Sobur, 2003:134) masa remaja merupakan masa peralihan atau transisi dari anak-anak menuju dewasa, pada masa transisi ini individu mulai merasakan berbagai perubahan dalam dirinya baik dalam fisik, sosial, moral, dan intelektual.
Ada sebelas tugas perkembangan yang harus dicapai oleh siswa SMP menurut Havighurs (Yusuf, 2007:74-93) salah satunya adalah mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang diperlukan bagi warga negara. Individu hendaknya dapat mengembangkan minatnya terhadap sesuatu dan memiliki motivasi untuk belajar.
Motivasisiswauntukbelajarmerupakankecenderungansiswauntukmenemuk ankegiatanakademik yang berartidanberharga bagi dirinya (Brophy,2004:12).Artinya siswa dituntut untuk dapat mencari berbagai kegiatan yang bermanfaat bagi dirinya demi ketercapaian belajar.
Pentingnyamotivasibelajarbagi siswa adalah: 1)
untukmenyadarkankedudukansiswa pada awal belajar, proses danhasilakhir, 2)
mendapatkaninformasitentangkekuatanusahabelajar, 3)
mengarahkankegiatanbelajar, 4) membesarkansemangatbelajar, dan 5) menyadariakanpembelajaran (Rosyadi, 2010:69).
Siswa yang termotivasi belajar dan berhasil mencapai prestasi belajar yang ditetapkan (kesuksesan), akan dipandang sebagai siswa yang memilikimotivasi belajar yang tinggi oleh guru dan siswa-siswa lain, sebaliknya siswa yang tidak berhasil (gagal) mencapai prestasi yang telah ditetapkan akan dipandang sebagai siswa yang tidakmemilikimotivasi belajar dan usaha (Ahmadi & Supriyono,
(10)
belumdapatmemaksimalkanpotensibelajar, sepertihasil penelitian dari Yusuf, (2008:34) menemukan bahwa :
a) masih banyaksiswa yang kurangmemilikikebiasaanbelajar yang baik; b)
kurangnyamemahamicarabelajar yang efektif; c)
kurangnyamemahamicaramengatasikesulitanbelajar; d)
kurangnyamemahamicaramembacabuku yang efektif; e)
kurangnyacaramembagiwaktudalam belajar; dan f)
kurangnyamenyenangimatapelajarantertentu.
Hasilstudi pendahuluan yang dilakukan di SMPN 10 Bandung melalui wawancara kepada guru bimbingan dan konseling berkenaan dengan: 1) antusiasme siswa pada saat belajar di kelas, 2) sikap siswa dalam mengikuti setiap pelajaran, serta 3) semangat siswa dalam belajar, guru BK menyatakan bahwa tidak semua siswa antusias pada saat pembelajaran berlangsung, banyak siswa yang terlihat tidak fokus pada saat pembelajaran, tetapi tidak sedikit pula yang terlihat bersemangatsaat pembelajaran di kelas berlangsung. Siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi dapat terlihat dari aktifnya ia saat pembelajaran berlangsung, sedangkan yang kurang memiliki motivasi belajar tinggi ialah siswa yang lebih terlihat pasif di kelas.
Wawancara dilakukan pula kepada tiga orang siswa kelas VIII berkenaan masalah belajar, dua orang siswa mengalami penurunan nilai-nilai pelajaran pada mata pelajaran MIPA dan IPS, saat berada di kelas VII mereka memiliki nilai pelajaran yang cukup baik dengan rata-rata delapan, akan tetapi saat naik ke kelas VIII mulai mengalami penurunan nilai dikarenakan pengaruh dari media elektronik seperti televisi dan internet, serta banyak bermain dengan teman sebayanya. Satu siswa lainnya, memliki nilai yang stabil saat kelas VII, akan tetapi mulai mengalami penurunan saat mulai masuk kelas VIII semester dua, dan mata pelajaran yang cenderung drastis penurunannya adalah pelajaran matematika. Siswa ini mengalami penurunan nilai dikarenakan merasa jenuh dalam belajar dan cara mengajar guru yang cenderung sama dari kelas VII sampai kelas VIII. Hal ini yang menunjukkan adanya indikasi kurangnya motivasi belajar siswa kelas VIII SMPN 10 Bandung. Siswa yang memilikimotivasibelajar yang rendahjikadibiarkan, akanterjadisebuahstagnasibelajar yang
(11)
berujungpadakejenuhan, tidakkreatif, bahkanpenurunankualitasbelajar (Hattip, 1997:2).
Hasil penelitian Rosyadi (2010) pada siswa kelas VIII di salah satu SMP di kota Bandung, ditemukan bahwa ada indikasi rendahnya motivasi belajar siswa di SMP tersebut, terlihat dari perilaku siswa yang menampakkan keengganan masuk sekolah, kurangnya perhatian terhadappelajaran, kurangnya ketekunan dan keuletan siswa dalam belajar, serta siswacepat bosan dan rendahnya minat pada kegiatan belajar.
Ada duafaktor yang dapatmempengaruhimotivasibelajar siswa,yaitu: a) Motivasi Intrinsik yang merupakan motif yang muncul dalam diri
individu, seperti: kesehatan, intelegensi, minat, bakat, kematangan dan kesiapan diri.
b) Motivasi Ekstrinsik yang merupakan motif yang berfungsi karena ada perangsang dari luar, seperti : 1) faktor keluarga, cara orang tua mendidik, suasana rumah. 2) faktor sekolah, metode mengajar dan kurikulum, relasi staf sekolah dan siswa, programbimbingan di sekolah. 3) faktor masyarakat, kegiatan siswa dalam masyarakat, media masa dan teman bergaul. (Slameto, 2003:54).
Lingkungan sekolah merupakan salah satu faktor eksternal yang dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa. Staf sekolah, khususnya guru bimbingan dan konseling seyogyanya dapat memberikan layanan bimbingan yang tepat bagi perkembangan kognitif siswa. Layanan bimbingan dan konseling mencakup empat bidang garapan, yaitu : 1) Bidang Pribadi, 2) Bidang Sosial, 3) Bidang Belajar, dan 4) Bidang Karir. Dalam memotivasi siswa untuk belajar, kegiatan yang diberikan ialah berupa layanan bimbingan belajar.
Nurihsan (2006:15) menjelaskan layanan bimbinganbelajar diarahkan untuk membantu individu dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah akademik/belajar. Layanan bimbingan belajar di sekolah memiliki peranan untuk mengatasi masalah rendahnya motivasi belajar. Salah satu tugas yang menjadi tanggung jawab layanan bimbingan dan konseling adalah memajukan, merangsang, dan membimbing proses belajar siswa. Dalam bimbingan belajar,
(12)
pembimbing berupaya memfasilitasi individu dalam mencapai tujuan akademik yang diharapkan, dan memotivasi siswa merupakan salah satu langkah awal yang harus diberikan dalam pelayanan bimbingan dan konseling khususnya bimbingan belajar.
Mengacu pada pendapat Muro dan Kottman(Abkin, 2008:207-214) mengemukakan bahwa program bimbingan yang komprehensif diklasifikasikan ke dalam empat jenis layanan utama yaitu : 1) layanan dasar; 2) layanan responsif; 3) layanan perencanaan individual; dan 4) dukungan sistem. Layanan bimbingan dan konseling khususnya berkenaan dengan masalah belajar merupakan bagian dari suatu program bimbingan. Nurihsan (2007:31-34) menjelaskan bahwa layanan bimbingan belajar akan mencakup unsur-unsur sebagai berikut:
1. Layanan Dasar Bimbingan Belajar yang berisikan mengenai:
a) Kegiatan belajar menurut ajaran agama yang dianut siswa, b) mempelajari pengaruh perubahan fisik dan psikis terhadap kegiatan belajar, c) mempelajari pengaruh hubungan teman sebaya terhadap kegiatan belajar, d) mempelajari pengaruh nilai dan cara berperilaku pribadi dan sosial dalam kehiduan yang lebih luas dalam kegiatan belajar, e) mempelajari pengaruh positif bakat dan minat sendiri terhadap kegiatan belajar, f) mempelajari motivasi, sikap, kebiasaan, keterampilan belajar di dalam dan diluar kelas, g) mempelajari pengaruh positif dari gambaran kehidupan mandiri, emosional, sosial dan ekonomi dalam kegiatan belajar, dan h) mempelajari pengaruh sistem etika dan nilai bagi pedoman hidup sebagai pribadi dan anggota masyarakat dalam kegiatan belajar.
2. Layanan Responsif Bimbingan Belajar bertujuan membantu siswa mengembangkan perilaku belajarnya melalui materi atau topik-topik cara belajar efektif dan cara mengatasi kesulitan belajar.
3. Layanan Perencanaan Individual Bimbingan Belajar bertujuan untuk membantu seluruh individu membuat dan mengimplementasikan rencana-rencana pendidikan atau belajar. Tujuan utamanya untuk membantu individu memantau dan memahami pertumbuhan dan perkembangan dirinya.
Adanya layanan bimbingan belajar di sekolah, seyogyanya dapat memberikan sumbangan yang berarti terhadap motivasi belajar siswa, dan siswa paham mengenai peran layanan bimbingan belajar yang disampaikan guru BK,
(13)
akan tetapi semua itu tergantung pandangan siswa terhadap kegiatan layanan bimbingan belajar di sekolah.
Pandangan atau persepsi adalah proses ketika kita menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang mempengaruhi indra kita (Sobur, 2003:445). Yusuf (Sobur, 2003:446) menyebutkan persepsi sebagai pemaknaan hasil pengamatan. Melalui persepsi, siswa dapat melihat dan juga merasakan dampak yang diperoleh dari kegiatan layanan bimbingan belajar di sekolah bagi dirinya. Jika persepsi siswa mengenai kegiatan layanan bimbingan belajar yang diberikan guru BK di rasakan baik dalam meningkatkan motivasi belajarnya maka layanan bimbingan belajar dapat dikatakan memiliki kontribusi yang baik terhadap motivasi belajar.
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah
Motivasibelajarmerupakan keseluruhandayapenggerak di dalamdirisiswa
yang menimbulkankegiatanbelajaragar tujuan yang
dikehendakisiswadalambelajartercapai (Sardiman, 1996:75).Dalam proses belajar, motivasisangatdiperlukan, sebabseseorang yang tidakmempunyaimotivasibelajar,
tidakakanmungkinmelakukanaktivitasbelajar.Jikasiswa yang
tidakmemilikimotivasibelajar, biasanyatidakmemilikiminat, ketekunan, kegairahan yang tinggiuntukbelajar,makadariituperluadanyabantuan yang dilakukanpihaksekolahyaitudenganmemberikanlayananbimbingandankonseling di sekolah, khususnya yang berkaitandenganbelajar.
Melaluilayananbimbinganbelajar, siswadapat di
berikanbimbingandandiarahkanuntukmembantunyadalammenghadapidanmenyele saikanmasalah-masalahakademik/belajar (Nurihsan, 2006:15). Bimbinganbelajartersebutdapatberupabimbinganbelajarefektif,
bimbinganmeningkatkanmotivasibelajar, bimbinganbelajarmata-matapelajaran, bimbinganmenghadapiujiandanmengerjakantugas,
bimbinganpengembangandisiplinbelajar. Berhasil atau tidaknya kegiatan layanan bimbingan belajar yang dilakukan guru BK, tergantung pada pandangan atau persepsi siswa tersebut terhadap layanan bimbingan belajar.
(14)
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dipaparkan, maka penelitian dirumuskan sebagai berikut:
a. Bagaimana gambaranpersepsi siswa tentang layanan bimbingan belajar yang diterima siswa kelas VIII SMPN 10 Bandung Tahun Ajaran 2012-2013.
b. Bagaimana gambaranmotivasibelajarsiswakelas VIII SMPN10 Bandung TahunAjaran 2012-2013.
c. Seberapa besar kontribusi/sumbangan persepsi siswa tentang layanan bimbingan belajar terhadap motivasi belajar siswa kelas VIII SMPN 10 Bandung Tahun Ajaran 2012-2013.
C. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuanpenelitianiniadalahuntuk mengungkapkan kontribusi layanan bimbingan belajar terhadap motivasi belajar siswa.Secaralebihrinci, penelitianinidimaksudkanuntuk :
a. Memperoleh gambaran persepsi siswa tentang layanan bimbingan belajar yang diterima siswa kelas VIII SMPN 10 Bandung Tahun Ajaran 2012-2013.
b. Memperoleh gambaran motivasi belajar siswa kelas VIII SMPN 10 Bandung Tahun Ajaran 2012-2013.
c. Memperoleh gambaran seberapa besar kontribusi/sumbangan persepsi siswa tentang layanan bimbingan belajar terhadap motivasi belajar siswa kelas VIII SMPN 10 Bandung Tahun Ajaran 2012-2013.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yangdapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut. a. Bagi pihak sekolah, dapat memberikan masukan mengenai gambaran
persepsi siswa tentang layanan bimbingan belajar dan motivasibelajar siswa kelas VIII di SMPN 10 Bandung, sehingga pihak sekolah dapat mempergunakannya sebagai acuan perbaikan kegiatan bimbingan dan konseling serta motivas belajar siswa di sekolah.
(15)
b. Bagi Guru Pembimbing, dapat dijadikan suatu pedoman sebagai bahan pertimbangan untuk mengembangkan pemberian layanan bimbingan belajar yang sesuai tugas perkembangan siswa serta merumuskan suatu program bimbingan dan konseling khususnya pada bidang belajar seperti dalam hal motivasi belajar siswa, belajar efektif dan disiplin dalam belajar. c. Bagi jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan
Dapat menjadi tambahan referensi konseptual tentang pengembangan layanan bimbingan belajar yang efektif sehingga di rumuskan menjadi
suatu program bimbingan demi
membangundanmeningkatkanmotivasibelajarsiswauntukmencapaiprestasi yang maksimal.
E. Pendekatan dan Metode Penelitian
Pendekatan pada
penelitianinidilakukandenganmenggunakanpendekatankuantitatif.Metode yang
digunakan adalah metodedeskriptifyaitumetode yang
diarahkanuntukmemecahkanmasalahdengancaramemaparkanataumenggambarkan apaadanyahasilpenelitian. Metodedeskriptif digunakan, karenadiharapkandapat
memperolehgambaranmotivasibelajarsiswa di
sekolahdanpersepsisiswatentanglayananbimbingandankonselingbelajar.
Alat pengumpul data atau instrumen yang digunakan adalah angket atau kuisioner. Instrumen berupa angket digunakan untuk mendapatkan data mengenai persepsi siswa tentang layanan bimbingan belajar serta motivasi belajar siswa dalam bentuk skala sikap likert yang berupa pernyataan. Gambaran persepsi siswa tentang layanan bimbngan dan konseling belajar dan motivasi belajar siswa diukur melalui indikator-indikator dari masing-masing aspek persepsi siswa tentang layanan BK belajar dan motivasi belajar siswa.
F. Sistematika Penulisan
Rancangan penulisan skripsi terdiri dari 5 bab, antara lain: Bab I pada skripsi ini mengungkapkan latar belakang masalah, identifikasi dan rumusan
(16)
masalah,tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode dan pendekatan penelitian, serta sistematika penulisan. Bab II terdiri dari ringkasan teori yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti, dan penelitian terdahulu yang relevan. Bab III merupakan penjabaran metodologi penelitian yang meliputi lokasi dan subjek populasi/sampel penelitian, metode penelitian, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data. Bab IV berisi laporan hasil penelitian dan pembahasan. Bab V berisi uraian kesimpulan dari hasil penelitian serta rekomendasi bagi guru BK, dan peneliti selanjutnya untuk pengembangan lebih lanjut.
(17)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Populasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 10Bandung, Jl. Rd. Dewi Sartika No. 115 Telepon (022) 5210133 Bandung. Alasanmemilih SMPN 10 Bandung sebagai tempat penelitian karena di SMPN 10 Bandung melaksanakan layanan bimbingan dan konseling yang terjadwal satu minggu satu kali dikelas dan itu yang menjadi salah satu tolak ukur siswa untuk mempersepsi layanan bimbingan dan konseling khususnya dalam belajar yang akan dilihat dampaknya bagi motivasi belajar siswa.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMPN 10 Bandung yang berjumlah 340 siswa. Arikunto (2010:173) mengatakan bahwa populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Adapun anggota populasi adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1 Populasi Penelitian
Siswa Kelas VIII SMPN 10 Bandung
No Kelas Jumlah Siswa
1 VIII A 37
2 VIII B 38
3 VIII C 38
4 VIII D 38
5 VIII E 38
6 VIII F 38
7 VIII G 38
8 VIII H 37
9 VIII I 38
Jumlah 340
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah seluruh siswa kelas VIII SMPN 10 Bandung, penelitian ini dinamakan penelitian sensus. Proses penelitiannya sebagai berikut:
(18)
Gambar 3.1 Proses Penelitian Populasi
Sumber: Arikunto (2010:174)
B. Pendekatan dan Metode Penelitian
Pendekatan ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.Pendekatan kuantitatif berdasarkan pada fenomena objektif yang dikaji secara kuantitatif dengan menggunakan angka-angka, pengolahan statistik, terstuktur dan percobaan terkontrol (Syaodih, 2010:53). Pendekatan kuantitatif dalam penelitian ini digunakan dalam mengukur motivasi belajar siswa dan layanan bimbingan belajar yang diterima siswa. Data hasil penelitian yang berupa skor (angka-angka) akan diproses melalui pengolahan statistik yang selanjutnya dideskripsikan untuk mendapatkan gambaran motivasi belajar siswa dan persepsi siswa tentang layanan bimbingan belajar di sekolah melalui metode deskriptif.
Metode deskriptif adalah metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena yang ada, yang berlangsung saat ini atau saat lampau dengan apa adanya (Syaodih, 2003:54). Metode deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk menggambaran motivasi belajar siswa dan persepsi siswa tentang layanan bimbingan belajar apa adanya sesuai hasil yang diperoleh. Setelah memperoleh data aktual melalui pendekatan kuantitatif, kemudian mendeskripsikannya dan menguji kontribusi persepsi siswa tentang layanan bimbingan belajar terhadap motivasi belajar siswa.
Berlaku untuk populasi
Disimpulkan
Populasi Dianalisis
(19)
C. Definisi Operasional Variabel
1. Persepsi Siswa tentang Layanan Bimbingan Belajar
Persepsi siswa tentang layanan bimbingan belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu pandangan atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru BK melalui kegiatan layanan bimbingan belajar. Kemampuan seseorang untuk menerima stimuli memiliki batasan-batasan, batasan batasan tersebut dapat mempengaruhi proses persepsi dan batasan persepsi mengenai layanan bimbingan belajar ini adalah mengenai apa yang dapat dilakukan, apa yang diinginkan, apa yang diperlukan, apa yang coba diterima, dan apa yangcoba untuk dipersepsi oleh siswa.Layanan bimbingan belajar yang diberikan guru BK yaitu berupa materi dan metode bimbingan seperti kegiatan tanya jawab, diskusi, kegiatan penugasan, tayangan slide show, simulasi dan penjelasan guru BK secara langsung yang di sampaikan melalui :
a) Layanan Dasar Bimbingan Belajar
Layanan dasar bimbingan belajar merupakan pemberian bantuan kepada seluruh siswa untuk mengembangkan perilaku efektif dan meningkatkan keterampilan hidupnya berkaitan masalah belajar. Isi layanan dasar bimbingan belajar ialah:
1) Materi mengenai kegiatan belajar menurut ajaran agama yang dianut siswa, 2) mempelajari pengaruh perubahan fisik dan psikis terhadap kegiatan belajar, 3) mempelajari pengaruh hubungan teman sebaya terhadap kegiatan belajar, 4) mempelajari pengaruh nilai dan cara berperilaku pribadi dan sosial dalam kehiduan yang lebih luas dalam kegiatan belajar, 5) mempelajari pengaruh positif bakat dan minat sendiri terhadap kegiatan belajar, 6) mempelajari motivasi, sikap, kebiasaan, keterampilan belajar di dalam dan diluar kelas, 7) mempalajari pengaruh positif dari gambaran kehidupan mandiri, emosional, sosial dan ekonomi dalam kegiatan belajar, dan 8) mempelajari pengaruh sistem etika dan nilai bagi pedoman hidup sebagai pribadi dan anggota masyarakat dalam kegiatan belajar.
b) Layanan Responsif Bimbingan Belajar
Layanan responsif bimbingan belajar merupakan layanan bimbingan yang bertujuan membantu memenuhi kebutuhan yang dirasakan sangat penting oleh
(20)
siswa dengan topik-topik carabelajar efektif dan cara mengatasi kesulitan belajar yang dilakukan melalui konseling kelompok, konseling individual atau konsultasi.
c) Layanan Perencanaan Individual Bimbingan Belajar
Layanan perencanaan individual bimbingan belajar merupakan bimbingan untuk membantu seluruh siswa membuat dan mengimplementasikan rencana-rencana siswa mengenai perencana-rencanaan belajar dan perencana-rencanaan studi lanjutan, yang bisa dilakukan melalui konseling individual dan bimbingan individual.
Berdasarkan pemaparan yang telah di kemukakan, penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran mengenai persepsi siswa kelas VIII SMPN 10 Bandung terhadap kegiatan layanan bimbingan belajar. Kegiatan yang di persepsi siswa adalah: 1) Layanan Dasar bimbingan belajar, 2) Layanan Responsif bimbingan belajar, dan 3) Layanan Perencanaan Individual bimbingan belajar. Materi layanan bimbingan belajar yang diberikan guru BK, dapat diterima atau tidak oleh siswa, tergantung siswa mempersepsinya, apakah sesuai atau tidak dengan harapannya.
2. Motivasi Belajar
Motivasi belajar dalam penelitian ini adalah keinginan atau dorongan yang dimiliki siswa untuk dapat memahami pelajaran dengan baik, memiliki pengetahuan yang luas, sehingga dapat merubah diri menjadi lebih baik untuk mencapai tujuan belajar.Syamsudin, (2007:40) mengemukakan bahwa meskipun motivasi belajar merupakan usaha atau suatu kekuatan yang dapat dilakukan seseorang, namun tidaklah merupakan suatu substansi yang dapat diamati, yang dapat dilakukan adalah mengidentifikasi indikatornya. Adapun indikator untuk mengukur besar tidaknya motivasi belajar siswa adalah melalui indikator sebagai berikut :
1) Durasi kegiatannya (berapa lama kemampuan penggunan waktunya untuk melakukan kegiatan).
2) Frekuensi kegiatannya (seberapa sering kegiatan dilakukan dalam periode waktu tertentu).
(21)
4) Ketabahan, keuletan dan kemampuan dalam menghayati rintangan dan kesulitan untuk mencapai tujuan.
5) Devosi (pengabdian) dan pengorbanan (uang, tenaga, fikiran bahkan jiwanya atau nyawanya) untuk mencapai tujuan.
6) Tingkat aspirasinya (maksud, rencana, cita-cita, sasaran atau target) yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan.
7) Tingkat kualifikasi atau prestasi atau produk atau out put yang dicapai dari kegiatannya (berapa banyak, memadai atau tidak, memuaskan atau tidak). 8) Arah sikapnya terhadap kegiatan
D. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket yang terdiri dari angket tentang motivasi belajar dan persepsi siswa tentang layanan bimbingan belajar yang dilakukan guru BK di sekolah. Jenis angket yang digunakan peneliti adalah angket tertutup, yaitu responden diberi sejumlah pernyataan yang menggambarkan keadaan nyata yang dirasakan siswa mengenai motivasi belajarnya dan layanan bimbingan belajar yang di dapatkannya selama berada di sekolah. Pernyataan ini diberikan guna mengungkap gambaran motivasi belajar siswa dan persepsi siswa mengenai layanan bimbingan belajar.
Alat yang digunakan dibuat dalam bentuk skala Likert. Penskoran untuk alternatif jawab skala Likert ialah dalam bentuk daftar check list ( √ ).Skala Likert
digunakan untuk mengukur sikap mengenai motivasi belajar, dan persepsi siswa tentang layanan bimbingan belajar. Pilihan jawaban setiap item memiliki gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, dengan alternatif jawaban sebagai berikut:
Tabel 3. 2
Pola Skor Opsi Alternatif Respons
Model Summated Ratings (Likert)
Persepsi Siswa tentang Layanan Bimbingan Belajar dan Motivasi Belajar Alternatif Jawaban
Pemberian Skor Positif
(favorable)
Negatif
(22)
Sangat Sesuai (SS) 5 1
Sesuai (S) 4 2
Kurang Sesuai (KS) 3 3
Tidak Sesuai (TS) 2 4
Sangat Tidak Sesuai (STS) 1 5
E. Proses Pengembangan Instrumen
Dalam penelitian ini digunakan dua macam instrumen yaitu angket mengenai persepsi siswa tentang layanan bimbingan belajar dan motivasi belajar. Kisi-kisi instrumen penelitian dapat di jabarkan sebagai berikut:
1. Angket Persepsi Siswa tentang Layanan Bimbingan Belajar a) Pengembangan Kisi-kisi Instrumen
Berikut ini merupakan kisi-kisi instrumen untuk menggambarkan persepsi siswa tentang layanan bimbingan belajar siswa kelas VIII SMPN 10 Bandung yang ditampilkan dalam tabel 3.3
Tabel 3. 3
Kisi-kisi Instrumen Persepsi Siswa tentang Layanan Bimbingan Belajar (Sebelum Uji Coba)
Komponen Aspek Indikator No. Butir Soal
(+) (-) Layanan Dasar
Bimbingan Belajar
1. Menerima materi belajar menurut ajaran agama
Dapat memahami ajaran Agama yang dianut
1,2,3,4, 5
2. Menerima materi mengenai
pengaruh
perubahan fisik & psikis terhadap kegiatan belajar
Memahami bentuk perubahan fisik dan psikis dalam kegiatan belajar
6,7
-3. Menerima materi pengaruh hubungan
teman sebaya
terhadap kegiatan belajar (positif-negatif)
Dapat memahami dan memilih teman yang berpengaruh positif dalam belajar
8,9
-Dapat memahami teman yang
berpengaruh negatif dalam belajar
(23)
-4. Menerima materi mengenai cara berperilaku pribadi & sosial dalam belajar
Memahami cara berperilaku yang baik dalam kehidupan sehari-hari
12,13, 14,15
16
5. Menerima materi mengenai pengaruh positif kemampuan bakat, dan minat terhadap kegiatan belajar
Dapat memahami fungsi minat dan bakat yang dimiliki
17,18, 19
6. Menerima materi mengenai motivasi,
sikap, dan
kebiasaan belajar di dalam/luar kelas
Memahami peran motivasi dalam belajar
20,21
-Memahami perlunya memiliki kebiasaan belajar yang baik
22,23
-7. Menerima materi mengenai pengaruh
positif dari
gambaran
kehidupan mandiri emosional, sosial, ekonomi dalam belajar
Dapat memahami kehidupan mandiri secara emosional, sosial dan ekonomi 25,26, 27,28, 29,30, 31,32 24
8. Menerima materi mengenai pengaruh etika & nilai bagi pedoman hidup sebagai pribadi, anggota
masyarakat dalam belajar
Dapat mengetahui dan memahami etika yang berlaku di masyarakat
33,34, 35 -Layanan Responsif Bimbingan Belajar 1. Mendapat informasi
mengenai cara belajar efektif
Dapat memahami bentuk kegiatan belajar efektif
36,37, 38
-2. Mendapat
informasi cara mengatasi
kesulitan belajar
Dapat memahami cara menyelesaikan
kesulitan belajar
39,41 40,42
Layanan Perencanaan Individual BimbinganBelaj 1. Mendapat informasi Perencanaan Belajar
Dapat mengetahui dan merumuskan kegiatan belajar
43,44, 45
(24)
ar 2. Mendapat informasi
Perencanaan Studi Lanjutan
Dapat mengetahui dan merumuskan kelanjutan studi
47,48
-b) Uji Kelayakan Instrumen (Judgement)
Intrumen yang telah disusun selanjutnya ditimbang (judgement) oleh tiga orang ahli yaitu dosen Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia.Judgement dilakukan untuk mengetahui tingkat kelayakan instrumen baik dari segi isi, konstruk dan bahasa dari item pernyataan. Uji kelayakan instrumen ini dilakukan mulai tanggal 4-17 Desember 2012. Dibawah ini merupakan hasil judgement angket persepsi siswa tentang layanan bimbingan belajar yang ditampilkan pada tabel 3.4 sebagai berikut :
Tabel 3.4
Hasil Judgement Angket Persepsi Siswa tentang Layanan Bimbingan Belajar
No Kesimpulan No Item Jml
1 Memadai 7,8,9,12,13,14,21,22,23,26,27,28,29,30,31,32,33,34 ,35,36,37,38,39,43,45,47,48
27 2 Revisi 1,2,3,4,5,6,10,11,15,16,17,18,20,25,41,42,44 17
3 Tambahan 19,24,40,46 4
c) Uji Keterbacaan Item
Uji keterbacaan dilakukan untuk mengetahui tingkat keterbacaan dari tiap item pernyataan. Uji keterbacaan dilakukan pada tanggal 7 Januari 2013 kepada tiga siswa kelas VIII di sekolah yang berbeda, sehingga setiap item pernyataan bisa dimengerti dan dijadikan sebagai instrumen untuk mengungkap persepsi siswa tentang layanan bimbingan belajar siswa kelas VIII di SMPN 10 Bandung.
Setelah uji keterbacaan, pernyataan-pernyataan yang tidak dipahami kemudian direvisi sesuai dengan kebutuhan sehingga dapat dimengerti oleh siswa SMPN 10 Bandung yang kemudian dilakukan uji validitas item.
d) Uji Validitas Item
Setelah uji keterbacaan dilakukan sesuai prosedur kepada tiga dosen ahli Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, kemudian item-item yang telah
(25)
dinyatakan layak untuk digunakan sebanyak 48 item tersebut dilihat oleh guru BK disekolah untuk memastikan materi dalam pernyataan-pernyataan yang disebarkan sudah disampaikan atau belum kepada siswa. Setelah proses seleksi, di perolehlah 40 item yang dapat digunakan.
Langkah selanjutnya yakni menguji validitas dan reliabilitas instrumen. Suatu instumen dapat dikatakan valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2008:121).
Berkaitan dengan pengujian validitas instrumen, Arikunto (2008:70) menjelaskan bahwa validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kehandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Untuk menguji validitas alat ukur, terlebih dahulu dicari harga korelasi antara bagian-bagian dari alat ukur secara keseluruhan dengan cara mengkorelasikan setiap butir/item alat ukur dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir/item.
Untuk menguji tingkat validitas empiris instrumen, pengujian validitas item dicobakan pada sasaran penelitian dengan rumus yang ditetapkan oleh Pearson yang dikenal dengan korelasi Product Moment.Diambil 60 siswa secara acak dari sembilan kelas VIII yang ada di SMPN 10 Bandung sebagai data tryout
untuk dijadikan tolak ukur uji validitas item, untuk kemudian item yang valid digunakan dan yang tidak valid dibuang. Setelah itu, kemudian mencari nilai t-hitung untuk setiap butir pernyataan, setelah diperoleh thitung langkah selanjutnya adalah membandingkannya denganttabel. Untuk mengetahui tingkat signifikansinya dengan ketentuan thitung > ttabel dengan tingkat kesalahan 5% atau dengan taraf signifikansi 95% (α = 0,05 dan dk = n−2). Kaidah keputusan : Jika thitung > ttabel berarti butir pernyataan valid, sebaliknya jika thitung < ttabel berarti butir pernyataan tidak valid. Nilai t-tabel untuk � = 0,05 dengan derajat kebebasan (dk = 60-2) adalah 1,672.
Berikut dalam tabel 3.5 merupakan item-item pernyataan yang valid, dan perhitungan antara skor item dan skor total (rxy) persepsi siswa tentang layanan bimbingan belajar beserta perhitungan t-hitung dan t-tabel terlampir. (Lampiran hal 123)
(26)
Tabel 3.5
Hasil Uji Validitas Instrumen Persepsi Siswa
tentang Layanan Bimbingan Belajar Siswa Kelas VIII SMPN 10 Bandung
Kesimpulan Nomor Pernyataan Jumlah
Valid 1,2,3,4,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17,18,19,20,21,22 ,23,24,25,26,27,28,30,31,32,33,34,35,36,37,38,39,40
38
Tidak Valid 5,29 2
Berdasarkan hasil pengujian tersebut, dapat disimpulkan bahwa instrumen persepsi siswa tentang layanan bimbingan belajar memiliki validitas isi yang tinggi.
e) Reliabilitas
Uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengetahui keterandalan alat ukur atau ketetapan alat ukur. Jika suatu alat ukur yang memiliki reliabilitas baik maka alat ukur tersebut dapat memberikan skor yang relatif sama pada seorang responden jika responden mengisi kuesioner itu pada waktu yang berbeda.
Metode yang digunakan dalam pengujian reliabilitas instrumen adalah dengan menggunakan rumus Alpha. Menurut Arikunto (2010:239) untuk uji reliabilitas yang skornya merupakan rentangan antara beberapa nilai atau berbentuk skala dapat menggunakan rumus Alpha sebagai berikut :
Keterangan:
r 11 = Reliabilitas instrumen
k = Banyaknya butir soal
∑Si = Jumlah varians butir St = Varians total
(Arikunto, 2010:239)
Perhitungan reliabilitas dilakukan dengan bantuan program SPSS 16.0 dan
(27)
Tabel 3.6
Tingkat Reliabilitas Instrumen Persepsi Siswa tentang Layanan Bimbingan Belajar
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.937 38
Berdasarkan tabel 3.6 didapatkan koefisien Cronbach's Alpha adalah 0,937 yang berada pada tingkat reliabilitas sangat kuat. Berdasarkan hasil tersebut, dapatlah disimpulkan bahwa instrumen persepsi siswa tentang layanan bimbingan belajar dapat digunakan dengan baik dan dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data mengenai persepsi siswa tentang layanan bimbingan belajar.
Setelah melalui serangkaian uji coba sesuai ketentuan yang telah dikemukakan, maka dalam pengembangan kisi-kisi angket persepsi siswa tentang layanan bimbingan belajar untuk siswa kelas VIII SMPN 10 Bandung mengalami perubahan yang ditampilkan pada tabel 3.7 sebagai berikut:
Tabel 3.7
Kisi-kisi Instrumen Persepsi Siswa tentang Layanan Bimbingan Belajar Siswa Kelas VIII SMPN 10 Bandung
(Setelah Uji Coba)
Komponen Aspek Indikator Nomor
Valid
Nomor Item Baru Layanan Dasar
Bimbingan Belajar
1. Menerima materi belajar menurut ajaran agama
Dapat memahami ajaran Agama yang dianut
1,2,3,4 1,2,3,4
2. Menerima materi pengaruh hubungan
teman sebaya
terhadap kegiatan belajar (positif-negatif)
Dapat memahami dan memilih teman yang berpengaruh positif dalam belajar
6 5
Dapat memahami teman yang
berpengaruh negatif dalam belajar
7,8 6,7
3. Menerima materi mengenai cara berperilaku pribadi
Memahami cara berperilaku yang baik dalam kehidupan
9,10, 11,12
8,9, 10,11
(28)
& sosial dalam belajar
sehari-hari
4. Menerima materi mengenai pengaruh positif kemampuan bakat, dan minat terhadap kegiatan belajar
Dapat memahami fungsi minat dan bakat yang dimiliki
13,14, 15
12,13, 14
5. Menerima materi mengenai motivasi,
sikap, dan
kebiasaan belajar di dalam/luar kelas
Memahami peran motivasi dalam belajar
16,17 15,16
Memahami perlunya memiliki kebiasaan belajar yang baik
18,19 17,18
6. Menerima materi mengenai pengaruh
positif dari
gambaran
kehidupan mandiri emosional, sosial, ekonomi dalam belajar
Dapat memahami kehidupan mandiri secara emosional, sosial dan ekonomi 20,21, 22,23, 24,25, 26,27 19,20, 21,22, 23,24, 25,26
7. Menerima materi mengenai pengaruh etika & nilai bagi pedoman hidup sebagai pribadi, anggota
masyarakat dalam belajar
Dapat mengetahui dan memahami etika yang berlaku di masyarakat
28,30 27,28
Layanan Responsif Bimbingan Belajar 1. Mendapat informasi
mengenai cara belajar efektif
Dapat memahami bentuk kegiatan belajar efektif 31,32, 33 29,30, 31 2. Mendapat
informasi cara mengatasi
kesulitan belajar
Dapat memahami cara menyelesaikan
kesulitan belajar
34,35 32,33
Layanan Perencanaan Individual BimbinganBelaj 1. Mendapat informasi Perencanaan Belajar
Dapat mengetahui dan merumuskan kegiatan belajar
(29)
ar 2. Mendapat informasi
Perencanaan Studi Lanjutan
Dapat mengetahui dan merumuskan kelanjutan studi
39,40 37,38
F. Teknik Analisis Data dan Pengolahan Data
Data yang diperoleh dari hasil penyebaran instrumen kemudian diolah dengan menetapkan tingkat persepsi siswa tetang layanan bimbingan belajar, apakah berada pada tingkatan yang tinggi, sedang atau rendah.
Sebagaimana yang telah dikemukakan dalam tahap validitas item, instrumen yang disebarkan pada siswa, setelah melalui tahap judgement kepada dosen ahli, selanjutnya dilakukan pemeriksaan oleh guru BK untuk melihat apakah aspek dan materi yang dibuat dalam bentuk pernyataan telah diberikan atau belum kepada siswa. Aspek atau materi yang belum disampaikan kemudian di abaikan dan yang sudah disampaikan pada siswa digunakan untuk selanjutnya dapat dipersepsi siswa.
Untuk mengetahui gambaran persepsi siswa tentang layanan bimbingan belajar digunakan kategorisasi jenjang (ordinal), tujuannya adalah untuk menempatkan siswa ke dalam kelompok-kelompok berdasarkan atribut yang diukur (Azwar, 2010:107).
Kategorisasi jenjang pada instrumen persepsi siswa tentang layanan bimbingan belajar akan mengelompokkan siswa ke dalam tiga tingkatan, yaitu: tinggi, sedang, rendah. Perhitungan kategorisasi jenjang untuk instrumen persepsi siswa tentang layanan bimbingan belajar dapat dihitung sebagai berikut :
a. Mencari skor ideal = jumlah skor valid X skor terbesar = 38 X 5
= 190
b. Mencari skor terendah = jumlah skor valid X skor terkecil = 38 X 1
(30)
Penentuan kriteria di dasarkan pada skala kontinum, bahwa pergerakan skala dimulai dari daerah unfavorable (-) sampai ke daerah favorable (+). Skala kontinum ini, jika ditunjukkan dalam garis akan tampak pada diagram 3.2 berikut:
1 2 3 4 5
1,5 2,5 3,5 4,5
R S T
Diagram 3.2 Skala Kontinum
Skala kontinum ini digunakan sebagai patokan dalam menentukan kategori dari skor. Dalam penggunaannya, setiap range dalam kriteria di atas dikalikan dengan jumlah item persepsi siswa tentang layanan bimbingan belajar yaitu sebanyak 38 item. Hasil perhitungan tersebut akan menunjukkan kategorisasi untuk menggambarkanpersepsi siswa tentang layanan bimbingan belajar secara umum. Adapun kategorisasi secara khusus seperti berdasarkan komponen layanan bimbingan, dihitung sesuai skala kontinumyang telah dikemukakan.
Tabel 3.8
Kualifikasi Persepsi Siswa tentang Layanan Bimbingan Belajar Rentang
Skor
Kategori Kualifikasi
134 - 190 Tinggi Pada kategori ini, siswa sangat memahami apa yang dapat dilakukan, apa yang diinginkan, apa yang diperlukan, apa yang diterima, dan apa yangcoba untuk di persepsi dalam kegiatan layanan bimbingan belajar yang diberikan guru BK yang disampaikan melalui materi dan metode bimbingan seperti kegiatan tanya jawab, diskusi, kegiatan penugasan, tayangan slide show, simulasi dan penjelasan guru BK secara langsung yang terangkum dalam layanan dasar bimbingan belajar, layanan responsif bimbingan belajar dan layanan perencanaan individual bimbingan belajar.
96 - 133 Sedang Pada kategori ini, siswa cukup memahami apa yang dapat dilakukan, apa yang diinginkan, apa yang diperlukan, apa yang diterima, dan apa yangcoba untuk di persepsi dalam kegiatan layanan bimbingan
(31)
belajar yang diberikan guru BK yang disampaikan melalui materi dan metode bimbingan seperti kegiatan tanya jawab, diskusi, kegiatan penugasan, tayangan slide show, simulasi dan penjelasan guru BK secara langsung yang terangkum dalam layanan dasar bimbingan belajar, layanan responsif bimbingan belajar dan layanan perencanaan individual bimbingan belajar.
38 - 95 Rendah Pada kategori ini, siswa kurang memahami apa yang dapat dilakukan, apa yang diinginkan, apa yang diperlukan, apa yang diterima, dan apa yangcoba untuk di persepsi dalam kegiatan layanan bimbingan belajar yang diberikan guru BK yang disampaikan melalui materi dan metode bimbingan seperti kegiatan tanya jawab, diskusi, kegiatan penugasan, tayangan slide show, simulasi dan penjelasan guru BK secara langsung yang terangkum dalam layanan dasar bimbingan belajar, layanan responsif bimbingan belajar dan layanan perencanaan individual bimbingan belajar.
2. Angket Motivasi Belajar
a) Pengembangan Kisi-kisi Instrumen
Dibawah ini merupakan kisi-kisi instrumen untuk menggambarkan motivasi belajar siswa kelas VIII SMPN 10 Bandung yang ditampilkan dalam tabel 3.9
Tabel 3.9
Kisi-kisi Instrumen Motivasi Belajar Siswa (Sebelum Uji Coba)
No Aspek Indikator No. Butir Soal
(+) (-)
1 Durasi (berapa lama kemampuan
penggunan waktu untuk melakukan kegiatan)
Waktu yang digunakan untuk belajar di sekolah dan dirumah
1,2,3,4
-2 Frekuensi (seberapa sering kegiatan dilakukan dalam periode waktu tertentu)
Frekuensi mengulang kembali pelajaran yang telah dipelajari di sekolah
5,6,8,9 7
(32)
dan kelekatannya pada tujuan kegiatan)
tujuan belajar 12,13
4 Ketabahan,keuletan, kemampuan
menghadapi kesulitan
Tidak mudah putus asa dalam belajar dan mencapai tujuan
16,17, 19
18
Usaha menyelesaikan tugas dengan kemampuan sendiri
20,22 21,23 Kemampuan menghadapi
kesulitan belajar
24, 25,26
-5 Devosi (pengabdian
dan pengorbanan) untuk mencapai tujuan
Menerima dan mengerjakan tugas dengan baik
27,28
-Pengabdian dan
pengorbanan dalam proses belajar
29,30, 31,32
33
6 Tingkatan aspirasi (rencana, cita-cita, sasaran atau target) yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan. Keinginan memperoleh hasil terbaik 34,35, 36,38 37 Adanya keinginan melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi
39,41 40,42
7 Tingkatan kualifikasi atau prestasi yang dicapai
Berhasil mencapai tujuan yang diinginkan
43,44, 45,46
47
8 Arah sikap terhadap kegiatan
Melakukan kegiatan yang bermanfaat bagi diri
48,49, 50,51
-b) Uji Kelayakan Instrumen (Judgement)
Intrumen yang telah disusun selanjutnya ditimbang (judgement) oleh 3 orang ahli yaitu dosen jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia. Judgement dilakukan untuk mengetahui tingkat kelayakan instrumen baik dari segi isi, konstruk dan bahasa dari item pernyataan. Judgement Instrumen dilaksanakan pada tanggal 4-17 Desember 2012. Berikut ini merupakan hasil judgement angket motivasi belajar yang ditampilkan pada tabel 3.10 sebagai berikut :
Tabel 3.10
Hasil Judgement Angket Motivasi Belajar
No Kesimpulan No Item Jml
(33)
26,27,28,29,30,31,32,33,34,35,36,37,38,39,40,41,42, 43,44,45,46,47,48,49,50,51
2 Revisi 4,5,11,25 4
3 Buang 5 1
c) Uji Keterbacaan Item
Uji keterbacaan dilakukan untuk mengetahui tingkat keterbacaan dari tiap item pernyataan. Uji keterbacaan dilakukan pada tanggal 7 Januari 2013 kepada tiga siswa kelas VIII di sekolah berbeda, sehingga setiap item pernyataan bisa dimengerti dan dijadikan sebagai instrumen untuk mengungkap motivasi belajar siswa kelas VIII di SMPN 10 Bandung.
Setelah uji keterbacaan untuk pernyataan-pernyataan yang tidak dipahami kemudian direvisi sesuai dengan kebutuhan sehingga dapat dimengerti oleh siswa SMPN 10 Bandung yang kemudian dilakukan uji validitas.
d) Uji Validitas Item
Setelah uji keterbacaan dilakukan, langkah selanjutnya yakni menguji validitas dan reliabilitas instrument. Suatu instrumen dapat dikatakan valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2008:121).
Berkaitan dengan pengujian validitas instrumen, Arikunto (2008:70) menjelaskan bahwa validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kehandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Berkaitan dengan pengujian validitas instrumen, Arikunto (2008:70) menjelaskan bahwa validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kehandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Untuk menguji validitas alat ukur, terlebih dahulu dicari harga korelasi antara bagian-bagian dari alat ukur secara keseluruhan dengan cara mengkorelasikan setiap butir/item alat ukur dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir/item. Untuk menguji tingkat validitas empiris instrumen, pengujian validitas item dicobakan pada sasaran penelitian dengan rumus yang ditetapkan oleh Pearson yang dikenal dengan korelasi Product Moment. Diambil 60 siswa secara acak dari sembilan kelas VIII yang ada di SMPN 10 Bandung sebagai datatryout
(34)
digunakan dan yang tidak valid dibuang. Setelah itu, kemudian mencari nilai t-hitung untuk setiap butir pernyataan dengan rumus uji-t yang telah di paparkan. Setelah diperoleh thitung langkah selanjutnya adalah membandingkannya dengan ttabel. Untuk mengetahui tingkat signifikansinya dengan ketentuan thitung > ttabel dengan tingkat kesalahan 5% atau dengan taraf signifikansi 95% (α=
0,05 dan dk = n−2). Kaidah keputusan : Jika thitung > ttabel berarti butir
pernyataan valid, sebaliknya jika thitung < ttabel berarti butir pernyataan tidak valid. Nilai t-tabel untuk � = 0,05 dengan derajat kebebasan (dk = 60-2) adalah 1,672.
Berikut dalam tabel 3.11 hasil uji validitas instrumen motivasi belajar siswa kelas VIII SMPN 10 Bandung,dan perhitungan antara skor item dan skor total (rxy) motivasi belajar beserta perhitungan t-hitung dan t-tabel terlampir.
(Lampiran hal 124).
Tabel 3.11
Hasil Uji Validitas Instrumen Motivasi Belajar Siswa Kelas VIII SMPN 10 Bandung
Kesimpulan Nomor Pernyataan Jumlah
Valid 1,2,3,4,5,7,8,9,10,11,12,15,16,18,21,22,24,25,26,27,29, 30,31,32,33,34,35,36,37,38,29,40,42,43,44,45,46,47,48, 49,50
41
Tidak Valid 6,13,14,17,19,20,23,28,41 9
Berdasarkan hasil pengujian tersebut, dapat disimpulkan bahwa instrumen motivasi belajar memiliki validitas isi yang tinggi.
e) Reliabilitas
Uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengetahui keterandalan alat ukur atau ketetapan alat ukur. Jika suatu alat ukur yang memiliki reliabilitas baik maka alat ukur tersebut dapat memberikan skor yang relatif sama pada seorang responden jika responden mengisi kuesioner itu pada waktu yang berbeda.
Metode yang digunakan dalam pengujian reliabilitas instrumen adalah dengan menggunakan rumus Alpha. Menurut Arikunto (2010:239) untuk uji reliabilitas yang skornya merupakan rentangan antara beberapa nilai atau berbentuk skala dapat menggunakan rumus Alpha sebagai berikut :
(35)
Keterangan:
r 11 = Reliabilitas instrumen
k = Banyaknya butir soal
∑Si = Jumlah varians butir St = Varians total
(Arikunto, 2010:239) Perhitungan reliabilitas dilakukan dengan bantuan program SPSS 16.0 dan
Microsoft Excel 2007, diperoleh hasil sebagai berikut.
Tabel 3.12
Tingkat Reliabilitas Instrumen Motivasi Belajar Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.877 41
Berdasarkan tabel 3.17 didapatkan koefisien Cronbach's Alpha adalah 0,877 yang berada pada tingkat reliabilitas sangat kuat. Berdasarkan hasil tersebut, dapatlah disimpulkan bahwa instrumen motivasi belajar dapat digunakan dengan baik dan dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data mengenai motivasi belajar.
Setelah melalui serangkaian uji coba sesuai ketentuan yang telah dikemukakan, maka dalam pengembangan kisi-kisi angket motivasi belajar untuk siswa kelas VIII SMPN 10 Bandung mengalami perubahan yang ditampilkan pada tabel 3.18 sebagai berikut:
Tabel 3.13
Kisi-kisi Instrumen Motivasi Belajar Siswa Kelas VIII SMPN 10 Bandung
(Setelah Uji Coba)
No Aspek Indikator Nomor
Valid
Nomor Item Baru
1 Durasi (berapa lama kemampuan
penggunan waktu
Waktu yang digunakan untuk belajar di sekolah dan dirumah
1,2,3 1,2,3
� 11 = k
k−1 1−
�� ��
(36)
untuk melakukan kegiatan)
2 Frekuensi (seberapa sering kegiatan dilakukan dalam periode waktu tertentu)
Frekuensi mengulang kembali pelajaran yang telah dipelajari di sekolah
4,5,7,8 4,5,6,7
3 Persistensi (ketepatan dan kelekatannya pada tujuan kegiatan)
Optimis dalam mencapai tujuan belajar
9,10,11 ,12
8,9,10, 11 4 Ketabahan,keuletan,
kemampuan
menghadapi kesulitan
Tidak mudah putus asa dalam belajar dan mencapai tujuan
15,16, 18
12,13, 14 Usaha menyelesaikan tugas
dengan kemampuan sendiri
21,22 15,16 Kemampuan menghadapi
kesulitan belajar
24, 25 17,18 5 Devosi (pengabdian
dan pengorbanan) untuk mencapai tujuan
Menerima dan mengerjakan tugas dengan baik
26,27 19,20 Pengabdian dan
pengorbanan dalam proses belajar
29, 30, 31,32
21,22, 23,24 6 Tingkatan aspirasi
(rencana, cita-cita, sasaran atau target) yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan. Keinginan memperoleh hasil terbaik 33,34, 35,36, 37 25,26, 27,28, 29 Adanya keinginan melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi
38,39, 40,
30,31, 32 7 Tingkatan kualifikasi
atau prestasi yang dicapai
Berhasil mencapai tujuan yang diinginkan 42,43, 44,45, 46 33,34, 35,36, 37 8 Arah sikap terhadap
kegiatan
Melakukan kegiatan yang bermanfaat bagi diri
47,48, 49,50
38,39, 40,41
f) Teknik Analisis Data dan Pengolahan Data
Data-data yang diperoleh dari hasil penyebaran instrumen kemudian diolah dengan menetapkan tingkat motivasi belajar siswa berada pada tingkatan yang tinggi, sedang atau rendah.
Kategorisasi jenjang pada instrumen motivasi belajar akan mengelompokkan siswa ke dalam tiga tingkatan, yaitu: tinggi, sedang, rendah.
(37)
Perhitungan kategorisasi jenjang untuk instrumen motivasi belajar dapat dihitung sebagai berikut :
a. Mencari skor ideal = jumlah skor valid X skor terbesar = 41 X 5
= 205
b. Mencari skor terendah = jumlah skor valid X skor terkecil = 41 X 1
= 41
Penentuan kriteria di dasarkan pada skala kontinum, bahwa pergerakan skala dimulai dari daerah unfavorable (-) sampai ke daerah favorable (+). Skala kontinum ini, jika ditunjukkan dalam garis akan tampak pada diagram 3.3 berikut:
1 2 3 4 5
1,5 2,5 3,5 4,5
R S T
Diagram 3.3 Skala Kontinum
Skala kontinum ini digunakan sebagai patokan dalam menentukan kategori dari skor. Dalam penggunaannya, setiap range dalam kriteria di atas dikalikan dengan jumlah item motivasi belajar yaitu sebanyak 41 item. Hasil perhitungan tersebut akan menunjukkan kategorisasi untuk menggambarkanmotivasi belajar siswa secara umum. Adapun kategorisasi secara khusus seperti berdasarkan aspek, dihitung sesuai skala kontinumyang telah dikemukakan.
Tabel 3.14
Kualifikasi Motivasi Belajar Rentang
Skor
Kategori Kualifikasi
165 - 205 Tinggi Pada kategori ini, siswa memiliki keinginan atau dorongan yang sangat tinggi untuk dapat memahami pelajaran dengan baik, memiliki pengetahuan yang luassehingga dapat merubah diri menjadi lebih baik dan mencapai tujuan belajar, memiliki kemampuan untuk mengatur waktu dalam melakukan kegiatan, menjadwalkan kegiatan yang akan dilakukan, tepat
(38)
waktu dalam melaksanakan tugas, ulet dan menghayati tugas yang dikerjakan, mengorbankan waktu lebih banyak dalam belajar, memiliki cita-cita yang ingin diraih, dapat berprestasi dan mampu berkomitmen penuh pada keputusan belajar yang diambilnya.
83 – 164 Sedang Pada kategori ini, siswa memiliki keinginan atau dorongan yangcukup tinggi untuk dapat memahami pelajaran dengan baik, memiliki pengetahuan yang luas, sehingga dapat merubah diri menjadi lebih baik dan mencapai tujuan belajar, memiliki kemampuan untuk mengatur waktu dalam melakukan kegiatan, menjadwalkan kegiatan yang akan dilakukan, tepat waktu dalam melaksanakan tugas, ulet dan menghayati tugas yang dikerjakan, mengorbankan waktu lebih banyak dalam belajar, memiliki cita-cita yang ingin diraih, dapat berprestasi dan mampu berkomitmen penuh pada keputusan belajar yang diambilnya.
41 – 82 Rendah Pada kategori ini, siswa memiliki keinginan atau dorongan yang rendah untuk dapat memahami pelajaran dengan baik, memiliki pengetahuan yang luas, sehingga dapat merubah diri menjadi lebih baik dan mencapai tujuan belajar, memiliki kemampuan untuk mengatur waktu dalam melakukan kegiatan, menjadwalkan kegiatan yang akan dilakukan, tepat waktu dalam melaksanakan tugas, ulet dan menghayati tugas yang dikerjakan, mengorbankan waktu lebih banyak dalam belajar, memiliki cita-cita yang ingin diraih, dapat berprestasi dan mampu berkomitmen penuh pada keputusan belajar yang diambilnya.
(39)
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan data dan pembahasan yang telah di paparkan pada bab sebelumnya, dalam penelitian ini penulis dapat mengambil kesimpulan yang merujuk pada rumusan masalah yang telah diajukan pada penelitian ini sebagai berikut:
1. Secara umum, gambaran persepsi siswa tentang layanan bimbingan belajar peserta didik kelas VIII SMPN 10 Bandung Tahun Ajaran 2012-2013 berada pada kategori sedang. Artinya, siswa cukup memahami apa yang dapat dilakukan, apa yang diinginkan, apa yang diperlukan, apa yang diterima, dan apa yang coba untuk di persepsi dalam kegiatan layanan bimbingan belajar yang diberikan guru BK yang disampaikan melalui materi dan metode bimbingan seperti kegiatan tanya jawab, diskusi, kegiatan penugasan, tayangan slide show, simulasi dan penjelasan guru BK secara langsung yang terangkum dalam layanan dasar bimbingan belajar, layanan responsif bimbingan belajar dan layanan perencanaan individual bimbingan belajar.
Dilihat dari ketiga komponen layanan bimbingan belajar, persepsi siswa tentang layanan dasar bimbingan belajar, memiliki nilai pencapaianpaling tinggi diantara komponen lainnya, artinya pemahaman siswa pada layanan dasar bimbingan belajar sudah sangat baik.
2. Secara umum, gambaran motivasi belajar peserta didik kelas VIII SMPN 10 Bandung Tahun Ajaran 2012-2013 berada pada kategori sedang.Artinya, siswa memiliki keinginan atau dorongan yang cukup tinggi untuk dapat memahami pelajaran dengan baik, cukup memiliki pengetahuan yang luas untuk dapat merubah diri menjadi lebih baik dan mencapai tujuan belajar, cukup memiliki kemampuan untuk mengatur waktu dalam melakukan kegiatan, cukup dapat menjadwalkan kegiatan yang akan dilakukan, cukup tepat waktu dalam melaksanakan tugas, cukup
(40)
ulet dan menghayati tugas yang dikerjakan, dapatmengorbankan waktu dalam belajar, memiliki cita-cita yang ingin diraih, dapatberprestasi dan berkomitmen pada keputusan belajar yang diambilnya.
Dilihat dari delapan aspek motivasi belajar siswa, aspek Persistensi memiliki nilai pencapaianpaling tinggi diantara aspek lainnya, artinya motivasi belajar siswa sangat tinggi dalam hal optimisme dalam mencapai tujuan.
3. Persepsi siswa tentang layanan bimbingan belajar memilikikorelasisebesar 0,291 atau kontribusi sebesar 8,5% terhadap motivasi belajar siswa, sehingga dapatlah disimpulkan persepsi siswa tentang layanan bimbingan belajar berkontribusi signifikan terhadap motivasi belajar siswa kelas VIII SMPN 10 Bandung Tahun Ajaran 2012-2013.
B. Rekomendasi
Sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian, berikut dikemukakan rekomendasi hasil penelitian bagi pihak terkait.
1. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling di Sekolah
a. Nilai kontribusi persepsi siswa tentang layanan bimbingan belajar terhadap motivasi belajar siswa memiliki angka yang kecil yaitu sebesar 8,5% artinya 91,5% banyak dipengaruhi faktor lain, dengan demikian guru BK hendaknya dapat meningkatkan kinerjanya dalam memberikan layanan bimbingan belajar kepada siswa, agar persepsi siswa terhadap layanan bimbingan belajar di sekolah menjadi lebih baik dan meningkat. Jika kinerja guru BK dalam memberikan layanan bimbingan belajar itu baik, maka siswa dapat memandang layanan bimbingan belajar berpengaruh baik pula pada motivasi belajarnya, yang hasilnya dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
b. Guru bimbingan dan konseling dapat mengembangkan program bimbingan belajar yang lebih menekankan pada layanan responsif bimbingan belajar dan layanan perencanaan individual bimbingan
(41)
belajar karena merupakan layanan yang memiliki nilai ketercapaian terendah.
c. Guru bimbingan dan konseling dapat memanfaatkan data siswa pada aspek motivasi belajar terendah yaitu durasi kegiatan, dan aspek motivasi belajar rendah lainnya yaitu frekuensi kegiatan, ketabatan, keuletan dan kemampuan dalam menghayati rintangan dan kesulitan untuk mencapai tujuan, devosi untuk mencapai tujuan, tingkat aspirasi terhadap kegiatan, tingkat kualifikasi/prestasi yang hendak dicapai, dan arah sikap terhadap kegiatan, sebagai bahan pertimbangan merumuskan kegiatan layanan bimbingan belajar bagi siswa.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
a. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengkontribusikan variabel lain seperti bimbingan teman sebaya atau pola asuh orangtua terhadap motivasi belajar siswa, karenateman sebaya dan pola asuh orangtua merupakan bentuk motivasi eksternal yang dapat mempengaruhi motivasi belajar.
b. Penelitian ini mengukur kontribusi persepsi siswa tentang layanan bimbingan belajar terhadap motivasi belajar siswa kelas VIII, peneliti selanjutnya dapat meneliti kontribusi persepsi siswa tentang layanan bimbingan belajar terhadap motivasi belajar siswa pada jenjang yang berbeda seperti kelas VII, IX atau pada siswa Sekolah Menengah Atas. c. Peneliti selanjutnya dapat menguji pengaruh layanan bimbingan
belajar terhadap motivasi belajar siswa, dengan cara melakukan uji coba pemberian layanan bimbingan secara langsung.
(42)
112
DAFTAR PUSTAKA
Abkin. (2007). Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Departemen Pendidikan Nasional.
Ahmadi, A dan Supriyono. (2004). Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta. Atkinson,R.L. et al. (2004). Intriduction to Psychology (Terjemah). San Diego:
Harcourt Brace & Company
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.
Azwar, S. (2012). Penyusunan Skala Psikologis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Brophy, J. (2004). Motivating Stdents to Learn (second edition). London :
Lawrence Erlbaum Associates, Publishers
Chun, S. et.al . (2001). Relationships Among Student Motivation, Attitude, Learning Styles, And Achievement. Journal of Agricultural Education. Volume 42, Issue 4, 2001
Episentrum. (2011). Motivasi Belajar. [Online] Tersedia : http://episentrum.com/artikel-psikologi/motivasi-belajar/ (November 2011)
Hattip, M. (1997). Kontribusi Motivasi Belajar Terhadap Sikap dan Kebiasan Belajar Siswa. Disertasi. Fakultas Pasca Sarjana IKIP Bandung. Tidak diterbitkan
Hamalik, O. 1992. Proses Belajar Mengajar. Bandung : Bumi Aksara
Mulyaniapi, T. (2000). Hubungan antara Iklim Komunikasi dalam Organisasi dengan Kinerja Pimpinan Cabang Persatuan Islam Istri. Skripsi Bidang Kajian Masyarakat Fikom Unisba.
Herlina, U. (2010). Program Bimbingan dan Konseling untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Sekolah Menengah Pertama : Penelitian Tindakan Kolaboratif Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas VIII Di Sekolah Menengah Pertama Negeri 14 Pontianak. Tesis pada FIP UPI Bandung, tidak diterbitkan.
(43)
Mc.Clelland, Atkinson, Clark & Lowell. (1953). The Achievment Motive. NewYork: Halsted Press
Mc.Clelland, D.C. (1985). Human Motivation. Illinois : Scott, Foresman & Company.
Mar’at. (1982). Sikap Manusia, Perubahan serta Pengukurannya. Jakarta : Ghalia Indonesia
Nurihsan, J. (2003). Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Bandung: Mutiara. __________. (2006). Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan.
Bandung : PT Refika Aditama
__________. (2006). Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling. Bandung : PT Refika Aditama.
Riduwan. (2012). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung : Alfabeta.
Rosyadi. (2010). Quantum Learning Sebagai Metode Bimbingan Belajar Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa. Skripsi Jurusan PPB : Tidak diterbitkan
Rakhmat, J. (1986). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remadja Karya.
Santrock, J.W. (2004). Psikologi Pendidikan (terjemahan). Jakarta : Kencana Perdana Media Group Sardiman A. M. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sardiman .A. M. (1996). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sari, S.P. (2011). Hubungan Antara Stabilitas Emosi dengan Motivasi Belajar
Siswa dan Implikasinya
Terhadap Bimbingan dan Konseling:Studi Deskriptif Terhadap Siswa Kelas VIII SMP Pasundan 1 bandung Tahun Ajaran 2010/2011. Skripsi pada FIP UPI Bandung, tidak diterbitkan.
Sarwono, J. (2007). Analisis Jalur Untuk Riset Bisnis dengan SPSS. Yogyakarta : C.V Andi
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : PT Rineka Cipta
(44)
Sobur, A. (2003). Psikologi Umum. Bandung: CV Pustaka Setia Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung : Tarsito.
Suganda, H.A.M. (2007). Pentingnya Layanan Bimbingan untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa. Jurnal Kependidikan.
Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta
Suherman, U. (2007). Manajemen Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Madani Surya, M. (1988). Dasar-dasar konseling pendidikan (Teori dan Konsep).
Yogyakarta: Kota Kembang.
Syamsudin, A. (2007). Psikologi Kependidikan. Bandung : Pustaka Martiana Syaodih, N. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosda
Karya
Syah, M. (2004). Psikologi Penddidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung : Rosda Karya.
Uno, H. B. (2009). Teori Motivasi dan Pengukurannya. Analisis di Bidang Pendidikan. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Walgito, B. (2005). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : Andi Offset Wikipedia. (2011). Kontribusi. Diakses dari http://id.wikipedia.org
Winkel, W.S. (1996). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: Gramedia.
Yusuf LN, S, dan Juntika Nurihsan. (2008). Landasan Bimbingan dan Konseling.
Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Yusuf LN, S. (2009). Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung : Rizqi Press
(1)
109
Gentra Agna Ligar Binangkit, 2013
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan data dan pembahasan yang telah di paparkan pada bab sebelumnya, dalam penelitian ini penulis dapat mengambil kesimpulan yang merujuk pada rumusan masalah yang telah diajukan pada penelitian ini sebagai berikut:
1. Secara umum, gambaran persepsi siswa tentang layanan bimbingan belajar peserta didik kelas VIII SMPN 10 Bandung Tahun Ajaran 2012-2013 berada pada kategori sedang. Artinya, siswa cukup memahami apa yang dapat dilakukan, apa yang diinginkan, apa yang diperlukan, apa yang diterima, dan apa yang coba untuk di persepsi dalam kegiatan layanan bimbingan belajar yang diberikan guru BK yang disampaikan melalui materi dan metode bimbingan seperti kegiatan tanya jawab, diskusi, kegiatan penugasan, tayangan slide show, simulasi dan penjelasan guru BK secara langsung yang terangkum dalam layanan dasar bimbingan belajar, layanan responsif bimbingan belajar dan layanan perencanaan individual bimbingan belajar.
Dilihat dari ketiga komponen layanan bimbingan belajar, persepsi siswa tentang layanan dasar bimbingan belajar, memiliki nilai pencapaianpaling tinggi diantara komponen lainnya, artinya pemahaman siswa pada layanan dasar bimbingan belajar sudah sangat baik.
2. Secara umum, gambaran motivasi belajar peserta didik kelas VIII SMPN 10 Bandung Tahun Ajaran 2012-2013 berada pada kategori sedang.Artinya, siswa memiliki keinginan atau dorongan yang cukup tinggi untuk dapat memahami pelajaran dengan baik, cukup memiliki pengetahuan yang luas untuk dapat merubah diri menjadi lebih baik dan mencapai tujuan belajar, cukup memiliki kemampuan untuk mengatur waktu dalam melakukan kegiatan, cukup dapat menjadwalkan kegiatan yang akan dilakukan, cukup tepat waktu dalam melaksanakan tugas, cukup
(2)
Gentra Agna Ligar Binangkit, 2013
ulet dan menghayati tugas yang dikerjakan, dapatmengorbankan waktu dalam belajar, memiliki cita-cita yang ingin diraih, dapatberprestasi dan berkomitmen pada keputusan belajar yang diambilnya.
Dilihat dari delapan aspek motivasi belajar siswa, aspek Persistensi memiliki nilai pencapaianpaling tinggi diantara aspek lainnya, artinya motivasi belajar siswa sangat tinggi dalam hal optimisme dalam mencapai tujuan.
3. Persepsi siswa tentang layanan bimbingan belajar memilikikorelasisebesar 0,291 atau kontribusi sebesar 8,5% terhadap motivasi belajar siswa, sehingga dapatlah disimpulkan persepsi siswa tentang layanan bimbingan belajar berkontribusi signifikan terhadap motivasi belajar siswa kelas VIII SMPN 10 Bandung Tahun Ajaran 2012-2013.
B. Rekomendasi
Sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian, berikut dikemukakan rekomendasi hasil penelitian bagi pihak terkait.
1. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling di Sekolah
a. Nilai kontribusi persepsi siswa tentang layanan bimbingan belajar terhadap motivasi belajar siswa memiliki angka yang kecil yaitu sebesar 8,5% artinya 91,5% banyak dipengaruhi faktor lain, dengan demikian guru BK hendaknya dapat meningkatkan kinerjanya dalam memberikan layanan bimbingan belajar kepada siswa, agar persepsi siswa terhadap layanan bimbingan belajar di sekolah menjadi lebih baik dan meningkat. Jika kinerja guru BK dalam memberikan layanan bimbingan belajar itu baik, maka siswa dapat memandang layanan bimbingan belajar berpengaruh baik pula pada motivasi belajarnya, yang hasilnya dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
b. Guru bimbingan dan konseling dapat mengembangkan program bimbingan belajar yang lebih menekankan pada layanan responsif bimbingan belajar dan layanan perencanaan individual bimbingan
(3)
111
Gentra Agna Ligar Binangkit, 2013
belajar karena merupakan layanan yang memiliki nilai ketercapaian terendah.
c. Guru bimbingan dan konseling dapat memanfaatkan data siswa pada aspek motivasi belajar terendah yaitu durasi kegiatan, dan aspek motivasi belajar rendah lainnya yaitu frekuensi kegiatan, ketabatan, keuletan dan kemampuan dalam menghayati rintangan dan kesulitan untuk mencapai tujuan, devosi untuk mencapai tujuan, tingkat aspirasi terhadap kegiatan, tingkat kualifikasi/prestasi yang hendak dicapai, dan arah sikap terhadap kegiatan, sebagai bahan pertimbangan merumuskan kegiatan layanan bimbingan belajar bagi siswa.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
a. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengkontribusikan variabel lain seperti bimbingan teman sebaya atau pola asuh orangtua terhadap motivasi belajar siswa, karenateman sebaya dan pola asuh orangtua merupakan bentuk motivasi eksternal yang dapat mempengaruhi motivasi belajar.
b. Penelitian ini mengukur kontribusi persepsi siswa tentang layanan bimbingan belajar terhadap motivasi belajar siswa kelas VIII, peneliti selanjutnya dapat meneliti kontribusi persepsi siswa tentang layanan bimbingan belajar terhadap motivasi belajar siswa pada jenjang yang berbeda seperti kelas VII, IX atau pada siswa Sekolah Menengah Atas. c. Peneliti selanjutnya dapat menguji pengaruh layanan bimbingan
belajar terhadap motivasi belajar siswa, dengan cara melakukan uji coba pemberian layanan bimbingan secara langsung.
(4)
112
Gentra Agna Ligar Binangkit, 2013
DAFTAR PUSTAKA
Abkin. (2007). Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan
Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Departemen
Pendidikan Nasional.
Ahmadi, A dan Supriyono. (2004). Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta. Atkinson,R.L. et al. (2004). Intriduction to Psychology (Terjemah). San Diego:
Harcourt Brace & Company
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.
Azwar, S. (2012). Penyusunan Skala Psikologis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Brophy, J. (2004). Motivating Stdents to Learn (second edition). London :
Lawrence Erlbaum Associates, Publishers
Chun, S. et.al . (2001). Relationships Among Student Motivation, Attitude,
Learning Styles, And Achievement. Journal of Agricultural Education.
Volume 42, Issue 4, 2001
Episentrum. (2011). Motivasi Belajar. [Online] Tersedia : http://episentrum.com/artikel-psikologi/motivasi-belajar/ (November 2011)
Hattip, M. (1997). Kontribusi Motivasi Belajar Terhadap Sikap dan Kebiasan
Belajar Siswa. Disertasi. Fakultas Pasca Sarjana IKIP Bandung. Tidak
diterbitkan
Hamalik, O. 1992. Proses Belajar Mengajar. Bandung : Bumi Aksara
Mulyaniapi, T. (2000). Hubungan antara Iklim Komunikasi dalam Organisasi
dengan Kinerja Pimpinan Cabang Persatuan Islam Istri. Skripsi Bidang
Kajian Masyarakat Fikom Unisba.
Herlina, U. (2010). Program Bimbingan dan Konseling untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Sekolah Menengah Pertama : Penelitian Tindakan
Kolaboratif Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
Kelas VIII Di Sekolah Menengah Pertama Negeri 14 Pontianak. Tesis
pada FIP UPI Bandung, tidak diterbitkan.
(5)
113
Gentra Agna Ligar Binangkit, 2013
Mc.Clelland, Atkinson, Clark & Lowell. (1953). The Achievment Motive. NewYork: Halsted Press
Mc.Clelland, D.C. (1985). Human Motivation. Illinois : Scott, Foresman & Company.
Mar’at. (1982). Sikap Manusia, Perubahan serta Pengukurannya. Jakarta : Ghalia Indonesia
Nurihsan, J. (2003). Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Bandung: Mutiara. __________. (2006). Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan.
Bandung : PT Refika Aditama
__________. (2006). Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling. Bandung : PT Refika Aditama.
Riduwan. (2012). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan dan Peneliti
Pemula. Bandung : Alfabeta.
Rosyadi. (2010). Quantum Learning Sebagai Metode Bimbingan Belajar Untuk
Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa. Skripsi Jurusan PPB : Tidak
diterbitkan
Rakhmat, J. (1986). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remadja Karya.
Santrock, J.W. (2004). Psikologi Pendidikan (terjemahan). Jakarta : Kencana Perdana Media Group Sardiman A. M. 1996. Interaksi dan Motivasi
Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sardiman .A. M. (1996). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sari, S.P. (2011). Hubungan Antara Stabilitas Emosi dengan Motivasi Belajar
Siswa dan Implikasinya
Terhadap Bimbingan dan Konseling:Studi Deskriptif Terhadap Siswa
Kelas VIII SMP Pasundan 1 bandung
Tahun Ajaran 2010/2011. Skripsi pada FIP UPI Bandung, tidak
diterbitkan.
Sarwono, J. (2007). Analisis Jalur Untuk Riset Bisnis dengan SPSS. Yogyakarta : C.V Andi
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : PT Rineka Cipta
(6)
Gentra Agna Ligar Binangkit, 2013
Sobur, A. (2003). Psikologi Umum. Bandung: CV Pustaka Setia Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung : Tarsito.
Suganda, H.A.M. (2007). Pentingnya Layanan Bimbingan untuk Meningkatkan
Motivasi Belajar Siswa. Jurnal Kependidikan.
Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta
Suherman, U. (2007). Manajemen Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Madani Surya, M. (1988). Dasar-dasar konseling pendidikan (Teori dan Konsep).
Yogyakarta: Kota Kembang.
Syamsudin, A. (2007). Psikologi Kependidikan. Bandung : Pustaka Martiana Syaodih, N. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosda
Karya
Syah, M. (2004). Psikologi Penddidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung : Rosda Karya.
Uno, H. B. (2009). Teori Motivasi dan Pengukurannya. Analisis di Bidang
Pendidikan. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Walgito, B. (2005). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : Andi Offset Wikipedia. (2011). Kontribusi. Diakses dari http://id.wikipedia.org
Winkel, W.S. (1996). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: Gramedia.
Yusuf LN, S, dan Juntika Nurihsan. (2008). Landasan Bimbingan dan Konseling.
Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Yusuf LN, S. (2009). Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung : Rizqi Press