PENDAHULUAN Konsep Pendidikan Islam Ibnu Khaldun Relevansinya Terhadap Pendidikan Nasional.

(1)

1

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan sistem yang ada lainnya guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dalam segala aspek kehidupan. Dilihat dari prosesnya, pendidikan akan berlangsung secara terus menerus seiring dengan dinamika perubahan setting sosial budaya masyarakat dari zaman ke zaman.

Merupakan sesuatu yang mustahil jika kita memahami pendidikan Islam tanpa memahami Islam sendiri, suatu kekuatan yang memberi hidup bagi suatu peradaban raksasa yang salah satu buahnya adalah pendidikan. Pendidikan Islam bila dilihat dari sisi pentingnya, maka suatu pendidikan yang sangat urgen bagi kehidupan manusia karena terkait langsung dengan segala potensi yang dimiliki, merubah suatu peradaban, sosial masyarakat dan faktor manusia menuju kemajuan diperlukan suatu pendidikan, sebab pendidikan merupakan suatu sistem yang dapat memberikan kontribusi paradigma baru.1

Sains Islam berwujud dari perkawinan antara semangat yang berasal dari al-Qur an dengan sains-sains yang sudah ada dari berbagai peradaban yang diwarisi Islam dan dirubahnya melalui kekuasaan

1


(2)

spiritualnya menjadi bentuk yang baru, sekaligus berbeda dari dan berlanjutan dengan apa yang telah ada sebelumnya.2

Proses pemindahan budaya dari peradaban-peradaban kuno yang ditulis dalam bahasa Yunani, Syriac, Sanskrit, dan Pahlavi ke dalam bahasa Arab adalah suatu peristiwa yang sangat luar biasa dalam sejarah pemindahan budaya. Dimana peradaban baru tersebut memusatkan tenaganya untuk menerjemahkan, dan mendirikan pusat-pusat pendidikan seperti Baitul Hikmah, Al-Azhar, al-Zitunah, al-Qurawiyin dan lain

sebagainya. Sehingga dalam kurun waktu kurang dari 150 tahun sebagian besar karya dari peradaban kuno telah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Dengan inilah maka bahasa Arab menjadi bahasa ilmiah dan menjadi dasar berkembangnya pendidikan Islam selanjutnya.

Penerjemahan ini menjadi bahan utama dimana intelektual Islam berpijak dan selanjutnya akan muncul menjadi disiplin ilmu pengetahuan yang sekaligus berbeda yang didasarkan atas konsep Islam. Konsep yang menjadi pangkal perkembangan pendidikan Islam dan didasarkan atas konsep hirarki pengetahuan, yang banyak dibicarakan oleh ahli pendidikan dizamannya, salah satu diantaranya Ibnu Khadun.3

Ibnu Khaldun dikenal sebagai salah seorang penulis Muslim terbesar yang kemasyhuran dan pemikiran-pemikiran beliau senantiasa bersinar di setiap zaman. Beliau juga sebagai peletak dasar-dasar falsafah

2Ibid, h.27 3Ibid, h.29


(3)

sejarah dan sosiologi,4 ahli ekonomi dan perancang pendidikan dalam memakmurkan masyarakat sebagaimana ditulis dalam karya monumentalnya yakni kitabMuqaddimah.

Kecemerlangan pikiran Ibnu Khaldun sebagai seorang ahli sejarah dan ahli pendidikan disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya karena ia mendapatkan anugerah kecerdasan fitriyah yang luar biasa, ia juga mempunyai kemampuan dalam mengadakan pengamatan dan mengaitkan antara sebab dan musababnya, ia mempunyai mempunyai pengalaman dalam bidang politik dengan berbagai intriknya, dan juga hasil pengembaraannya antara Barat dengan Timur, dan antara Eropa dengan Asia, juga menyeberang ke Afrika Utara dengan berbagai kondisi kehidupannya.5

Beliau dipandang sebagai seorang alimyang memiliki kepribadian

unggul. Selain itu beliau memiliki kecerdasan tinggi, berwawasan luas dalam menganalisis berbagai peristiwa yang terjadi semasa hidupnya. Sehingga seluruh gejala dari peristiwa tersebut dapat beliau rangkum melalui pemikiran yang kreatif, dengan menetapkan hukum-hukum secara logis dan didukung oleh fakta-fakta yang lengkap, dansahih.

Salah seorang pemikir Barat, Charles Issawi memberikan pengakuan terhadap kebesaran Ibnu Khaldun karena kemampuannya

4 Ali Abdulwahid Wafi

, Ibnu Khaldun, Riwayat dan karyanya, diterjemahkan oleh Akhmadi Thoha ( Jakarta: Grafitipers, 1985 ), h.5

5

Fathiyyah Hasan Sulaiman,Pandangan Ibnu Khaldun Tentang Ilmu dan Pendidikan,


(4)

memecahkan berbagai persoalan yang menguasai manusia, seperti kodrat dan sifat masyarakat, pengaruh iklim dan pekerjaan, serta metode pendidikan yang paling baik.6 Sesuai dengan pernyataan tersebut di atas, Ibnu Khaldun memperoleh dan memiliki ilmu pengetahuan yang luas diperoleh dengan membaca, mempelajari kitab-kitab, pengamatan dan pengalaman selama mengembara, dan bergaul dengan berbagai bangsa dan negara.

Ilmu dan pendidikan tidak lain merupakan salah satu gejala sosial yang menjadi ciri khas jenis insani.7 Ibnu Khaldun memandang bahwa ilmu dan pendidikan sebagai suatu gejala konklusif yang lahir dari terbentuknya masyarakat dan perkembangan di dalam tahapan kebudayaan dan mendorong manusia untuk memiliki pengetahuan yang penting baginya didalam kehidupan yang sederhana pada periode-periode pertama pembentukan masyarakat. Lalu lahirlah ilmu-ilmu sejalan dengan perjalanan masa, karena ilmu lahir dari kebimbangan pikiran. Kemudian lahir pula pendidikan sebagai akibat adanya kesenangan manusia untuk memahami dan menelaah pengetahuan. Jadi ilmu dan pendidikan merupakan dua anak yang lahir dari kehidupan yang berkebudayaan dan bekerja untuk melestarikan dan meningkatkannya.

Dan oleh karena Ibnu Khaldun berpendapat bahwa pendidikan berusaha untuk melahirkan masyarakat yang berkebudayaan serta berusaha

6Charles Issawi,

Ibnu Khaldun, Pilihan dan Muqaddimah, filsafat Islam tentang Sejarah, ( cet II;

Jakarta: Tinta Mas, 1962 ), h. 2


(5)

untuk melestarikan eksistensi masyarakat selanjutnya,8 maka pendidikan akan mengarahkan kepada pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas.

Manusia menurutnya adalah bukan merupakan produk nenek moyang, akan tetapi adalah produk kebiasaan-kebiasaan sosial.9Karena itu lingkungan sosial merupakan pemegang tanggung jawab dan sekaligus memberikan corak penilaian seorang manusia. Hal ini memberikan arti bahwa seorang pendidik menempati posisi yang sentral dalam rangka membentuk manusia ideal seperti yang diinginkan.

Manusia sebagai khalifah fil ardli, dibekali oleh Allah SWT akal

pikiran, untuk mengatur, merekayasa, dan mengolah sumber daya alam untuk keperluan seluruh umat manusia, sehingga manusia memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat. Maka manusia dikatakan sebagai makhluk yang berpikir. Oleh karena itu manusia mampu melahirkan ilmu ( pengetahuan ) dan teknologi, yang mana sifat-sifat semacam ini tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Ilmu pengetahuan itu dijadikan sebagai salah satu modal dasar untuk mengolah sumber daya alam, agar manusia dapat lebih mengembangkan potensinya dalam mengenal dan mengabdikan dirinya kepada Allah SWT, karenanya manusia dituntut

8 Ibnu Khaldun

, Muqaddimah, diterjemahkan oleh Akhmadi Thoha ( Cet II; Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000 ), h.541

9 Ahmad Syafii Maarif,

Ibnu Khaldun Dalam Pandangan Penulis Barat dan Timur, ( Jakarta:


(6)

untuk selalu berusaha mencari dan menemukan ilmu baru untuk memudahkan kehidupan umat manusia sebagai anggota masyarakat.

Hasan Langgulung memandang bahwa tugas-tugas pendidikan Islam pada tahap pembentukan masyarakat, yaitu dengan cara:

1. Menolong masyarakat membina hubungan-hubungan sosial yang serasi, setia kawan, kerjasama, interpenden dan seimbang.

2. Mengukuhkan hubungan di kalangan kaum muslimin dan menguatkan kesetia kawannya melaui penyatuan pemikiran, sikap dan nilai-nilai. 3. Memberi sumbangan dalam perkembangan masyarakat Islam. 4. Mengukuhkan identitas budaya Islam.10

Sehubungan dengan hal tersebut, Prof. Dr. Muchtar Bukhari11 berpendapat bahwa dengan tingkatan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perubahan-perubahan zaman yang sangat pesat maka tuntutan masyarakat terhadap pendidikanpun semakin tinggi. Tuntutan masyarakat terhadap pelaksanaan pendidikan harus memiliki tiga kemampuan, yaitu: 1. Kemampuan untuk mengetahui pola perubahan dan kecenderungan

yang sedang berjalan.

2. Kemampuan untuk menyusun gambaran tentang dampak yang akan ditimbulkan oleh kecenderungan yang akan terjadi.

3. Kemampuan untuk menyusun program penyesuaian diri yang akan ditempuhnya dalam jangka waktu tertentu.

10Ahmad D. Marimba,

Filsafat Pendidikan Islam,( Bandung; Al-Ma'arif, 1984 ), h.23

11


(7)

Kegagalan untuk mengembangkan tiga kemampuan diatas akan berakibat bahwa suatu sistem pendidikan terperangkap oleh rutinitas bahkan suatu sistem pendidikan akan membatu dan menjadi fosil.

Pendidikan merupakan salah satu tradisi umat manusia sebagai upaya menyiapkan generasi penerus agar dapat bersosialisasi dan beradaptasi dengan budaya yang mereka anut. Artinya, secara ilmiah terdapat proses upaya regenerasi. Sehingga eksistensi peradaban manusia dapat terjaga dan berkembang.

Tantangan pendidikan dewasa ini untuk menghasilkan dan mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas semakin berat. Pendidikan tidak hanya memberikan pengetahuan terkini, namun juga harus membentuk dan membangun sistem keyakinan dan karakter kuat setiap peserta didik sehingga mampu mengembangkan potensi diri dan menemukan tujuan hidupnya.

Sehubungan dengan pernyataan diatas, terwujudlah fungsi dan tujuan pendidikan Nasional yang tertuang dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II pasal 3 menyatakan bahwa:

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada


(8)

Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab .12

Pendidikan Nasional pada dasarnya adalah usaha membangun manusia Indonesia menjadi manusia budaya yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan mengusahakan perkembangan spiritual, sikap dan nilai hidup, pengetahuan, ketrampilan, pengembangan estetik, serta perkembangan jasmani sehingga manusia dapat mengembangkan dirinya, bersama dengan sesama manusia membangun masyarakat, serta membudayakan alam sekitarnya.

Pendidikan pada hakikatnya harus memungkinkan perkembangan tiga hubungan dasar kehidupan manusia: hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa, hubungan manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan alam. Oleh sebab itu, pendidikan Nasional harus mampu membina dan meningkatkan kemampuan berkomunikasi, kesadaran masyarakat, dan kesadaran lingkungan.13

Dasar pendidikan Nasional adalah Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Pendidikan Nasional bertujuan membentuk manusia Indonesia sebagai pribadi dan sebagai warga masyarakat yang mampu

12 Republik Indonesia, Undang-undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, dalam M. Furqon Hidayatullah, Pendidikan Karakter: Membangun Peradaban Bangsa

( cet. I, Surakarta: Yuma Pressindo, 2010 ), h.2

13

I.L. Pasaribu & B. Simanjuntak, Pendidikan Nasional ( Tinjauan Paedagogik Teoritis ),


(9)

membangun diri sendiri dan ikut membangun bangsa. Untuk mewujudkan dasar pendidikan tersebut, maka secara terus menerus pendidikan Nasional dibina dan dikembangkan untuk mencapai tujuan pendidikan Nasional sebagaimana disebutkan dalam Undang-undang RI Nomor 20 tahun 2003 Bab II pasal 3 yaitu membangun manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab.

Untuk mewujudkan tujuan pendidikan tersebut maka peran pendidikan sangat menentukan, terutama dalam pembentukan sikap mental, karena sikap mental yang positif sangat dibutuhkan dalam rangka proses alih generasi.14 Ibnu Khaldun dengan gagasan dan pemikirannya yang cemerlang, dapat memunculkan generasi-generasi penerus pemikir ilmu pengetahuan yang dapat kita saksikan bersama dewasa ini dengan pemikiran-pemikiran yang terus berkembang sesuai dengan perkembangan pemikiran pendidikan pada beberapa abad terakhir ini.

Dari beberapa wacana tersebut, jelaslah bahwa pendidikan Islam adalah sistem kependidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh manusia. Disamping itu prinsip-prinsip Islam menjadi dasar pendidikan Islam dan menjadi pedoman seluruh aspek kehidupan muslim.

14Abdul Khaliq dkk,


(10)

Dari permasalahan diatas, nampaknya perlu dikaji lebih mendalam mengenai konsep pendidikan Islam Ibnu Khaldun relevansinya dengan pendidikan Nasional. Besar harapan bahwa umat muslim khususnya para pendidik generasi penerus bangsa dapat meneruskan cita-cita mulia pemikir-pemikir pendidikan Islam dengan karya-karya berupa konsep-konsep pendidikan Islam dengan membangkitkan kembali semangat ilmiah para pakar keilmuan Islam tanpa mengesampingkan pendidikan Nasional. Maka penulis kaitannya dalam hal ini berupaya untuk menelisik lebih mendalam dan akan membatasi permasalahannya hanya kepada konsep pendidikan Islam yang didefinisikan Ibnu Khaldun relevansinya dengan pendidikan Nasional.

B. Rumusan Masalah

Berangkat dari uraian-uraian yang telah dipaparkan di atas maka penulis menguraikan dalam beberapa rumusan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Apa yang melatarbelakangi pemikiran Ibnu Khaldun berkenaan dengan konsep pendidikan Islam?

2. Bagaimana relevansi konsep pendidikan Islam Ibnu Khaldun terhadap pendidikan Nasional?


(11)

C. Tujuan Penelitian

Penulis melakukan penelitian tentang konsep pendidikan Islam Ibnu Khaldun relevansinya terhadap pendidikan Nasional ini dengan tujuan sebagai berikut:

1. Menemukan alasan yang melatarbelakangi pemikiran Ibnu Khaldun berkenaan dengan konsep pendidikan Islam

2. Mendeskripsikan relevansi konsep pendidikan Islam Ibnu Khaldun terhadap pendidikan Nasional

D. Manfaat Penelitian

Selanjutnya manfaat yang bisa diambil dari hasil penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

a. Menambah khazanah pengetahuan dan perbendaharaan pustaka serta literatur-literatur pendidikan khususnya pendidikan Islam bagi kalangan akademisi maupun institusi-institusi pendidikan Islam. b. Menjadi rujukan dan bahan pengembangan keilmuan kependidikan

Islam secara umum.

c. Dapat digunakan sebagai pertimbangan masukan dalam penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan pendidikan Islam.


(12)

2. Manfaat Praktis

Adapun manfaat praktis yang bisa diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai bahan atau pedoman bagi kalangan akademisi, baik itu pendidik, peneliti, pengambil kebijakan, serta institusi-intitusi pendidikan Islam secara umum dalam merumuskan arah, tujuan, kurikulum serta metode-metode pendidikan Islam guna merealisasikan tujuan akhir dari pendidikan Islam yaitu terciptanya bangunan kepribadian Islam dalam tataran individu dan masyarakat dalam rangka memenuhi seruan Allah SWT menjadi hamba yang shalih dan

khalifahyang bertugas memakmurkan bumi.

E. Kajian Pustaka

Berkaitan dengan penulisan tesis ini, telah diupayakan penelusuran pembahasan-pembahasan yang terkait dengan obyek masalah tentang Konsep Pendidikan Islam Ibnu Khaldun Relevansinya Terhadap Pendidikan Nasional.

Dari beberapa penelusuran yang telah peneliti lakukan terhadap karya-karya ilmiah, hasil penelitian, maupun journal-journal, berikut ini beberapa karya ilmiah yang relevan dengan tema penelitian yang bisa peneliti ketengahkan diantaranya adalah:

Penelitian dengan judul Konsep Manusia Menurut Ibnu Khaldun dan Implikasinya Pada Wacana Intelektualisme Kependidikan Islam yang


(13)

penelitiannya bahwa manusia secara eksistensial adalah makhluk yang terdiri dari dwimatra, jasmani dan rohani. Yang mana kesempurnaan manusia dalam pandangan Ibnu Khaldun ditandai dengan optimalnya fungsi-fungsi struktur eksistensinya. Dalam perkembangan menuju kesempurnaan dirinya, manusia bisa menempuh melalui dua cara, yaitu dengan mengembangkan sains dan melakukan riyadhah. Yang pertama, ia

memaksimalkan fungsi akal, sedang yang kedua ia memaksimalkan fungsi

qalb.15

Selain itu, penelitian dengan judul Konsep Pemikiran Ibnu Khaldun: Suatu Kajian Terhadap Elemen-Elemen Kemasyarakatan Islam

yang disusun oleh Syahru Riza. Penelitian ini memfokuskan obyek

penelitiannya pada aspek-aspek kemasyarakatan yang meliputi aspek sejarah, budaya, lingkungan, dan tamaddun. Ibnu Khaldun menyarankan

supaya pendidikan yang bermartabat tinggi haruslah memperhatikan aspek-aspek kemasyarakatan dalam proses pembelajaran dan pengajaran.16 Kemudian penelitian dengan judul Teori-teori Sejarah Ibnu Khaldun dan Implikasinya Pada Penulisan Sejarah Pendidikan Islamyang

disusun oleh Toto Suharto. yang bermaksud mengungkap dan menelusuri

teori-teori sejarah Ibnu Khaldun ditinjau dari sudut epistimologi keilmuan, kemudian dicarikan implikasinya pada penulisan sejarah pendidikan Islam.

15 Abdul Rahman,

Konsep Manusia Menurut Ibnu Khaldun dan Implikasinya Pada Wacana Intelektualisme Kependidikan Islam,UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 1997

16

Syahru Riza, Konsep Pemikiran Ibnu Khaldun: Suatu Kajian Terhadap Elemen-Elemen Kemasyarakatan Islam,Universiti Sains Malaysia, Malaysia, 2008


(14)

Ibnu Khaldun telah menggunakan ilm al- umran ( ilmu sosial dan ilmu

kultur ) sebagai alat bantu dalam menginterprestasikan peristiwa sejarah. Teori sejarah seperti yang dikemukakan Ibnu Khaldun pada dasarnya berimplikasi bahwa sejarah pendidikan Islam seyogyanya ditulis mengikuti pola penulisan studi sejarah kritis yang mampu menjawab pertanyaan bagaimana dan mengapa. Studi sejarah pendidikan Islam harus dilakukan sedemikian rupa sehingga menjadi studi sejarah ilmiah.17

Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka penulis perlu menjelaskan objek kajian yang menjadi pembeda antara topik pembahasan tesis penulis dengan karya-karya di atas. Adapun objek kajian yang dimaksud penulis sebagai pembeda adalah bahwa topik pembahasan penulis menitikberatkan pada Konsep Pendidikan Islam yang merupakan hasil buah pemikiran dari Ibnu Khaldun.

F. Kerangka Teoritik

1. Pengertian Pendidikan dalam Islam

a. Tinjauan Kebahasaan

Pendidikan dalam konteks Islam dikenal dengan istilah yang beragam, yang masing-masing istilah dianggap memiliki makna yang dekat dan tepat dengan makna pendidikan yaitu at-tarbiyah, at-ta lim,danat-ta dib.

17

Toto Suharto, Teori-teori Sejarah Ibnu Khaldun dan Implikasinya Pada Penulisan Sejarah Pendidikan Islam, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta


(15)

Pemakaian ketiga istilah tersebut, terlebih lagi jika pengkajiannya didasarkan atas sumber pokok ajaran Islam ( Al-Qur an dan As-Sunnah ), selain akan memberikan pemahaman yang luas tentang pengertian pendidikan Islam, secara substansial-filosofis pun akan memberikan gambaran mendalam tentang bagaimana sebenarnya hakikat dari pendidikan Islam.18 Untuk itu, berikut ini penjelasan singkat tentang pengertian istilah pendidikan tersebut.

1) Tarbiyah

Menurut istilahtarbiyahberasal dari tiga kata, yaitu:

a) Rabaa yarbuu

(

)

yang berarti bertambah dan

tumbuh

b) Rabiya yarba

(

)

yang berarti tumbuh dan

berkembang

c) Rabba yarubbu

(

)

yang berarti memperbaiki,

menguasai, dan memimpin, menjaga dan memelihara.19

Dengan demikian, kata tarbiyah itu mempunyai arti yang

sangat luas dan bermacam-macam dalam penggunaannya, dan dapat diartikan menjadi makna pendidikan, perbaikan, peningkatan, pengembangan, penciptaan, dan keagungan yang

18 Tedi Priatna,

Reaktualisasi Paradigma Pendidikan Islam, ( Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004 ), h. 28

19Abdullah, Rahman.,

Aktualisasi Kosep Dasar Pendidikan Islam, ( Yogyakarta: UII Press, 2002 )


(16)

kesemuanya ini menuju dalam rangka kesempurnaan sesuatu sesuai dengan kedudukannya .20

Adapun pengertian tarbiyah jika dikaitkan dengan alam semesta mempunyai arti pemeliharaan dan pemenuhan segala kebutuhan serta menjaga sebab-sebab eksistensinya supaya dapat berkembang secara sempurna.

2) Ta lim

At-Ta lim

(

)

secara etimologi berasal dari kata kerja allama

(

)

yang berarti mengajar . Dan juga makna ta lim

dapat diartikan pengajaran .

Di samping itu, kata allama memberi pengertian sekadar

memberi tahu atau memberi pengetahuan, tidak mengandung arti pembinaan kepribadian, karena sedikit sekali kemungkinan ke arah pembentukan kepribadian yang disebabkan pemberian pengetahuan, sebagaimana dalam firman Allah SWT:



....



Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama ( benda-benda ) seluruhnya ( QS. Al-Baqarah: 31 ).


(17)

Selain itu juga istilahta limyang berasal dari kata allama

berarti mengajar ( pengajaran ), yaitu transfer ilmu pengetahuan. Padahal ilmu pengetahuan hanya sebagian saja dari unsur yang ditransformasikan dalam pendidikan Islam. Namun, dalam konteks lain ta lim masih terbatas kepada pengenalan , belum sampai

kepada pengakuan sebagaimana menjadi unsur penting dalam konsep pendidikan Islam. Pengenalan dan pengakuan merupakan dua hal penting. Pengenalan yang benar akan membawa kepada pengakuan yang benar, maka dalam kerangka inilah makna pengajaran yang juga mengandung makna pendidikan dinyatakan dalam konsep pendidikan Islam dirumuskan pengenalan dan pengakuan tentang tempat-tempat yang benar ( tepat ) dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan ( keteraturan penciptaan sedemikian rupa ), sehingga membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan akan tempat Tuhan yang tepat .21

Muhammad Naquib Al Attas mengartikan kata ta lim

sebagai proses pengajaran tanpa adanya pengenalan secara mendasar. Menurutnya, jika istilah ta limdisamakan dengan istilah tarbiyah, maka ta lim mempunyai makna pengenalan tempat

segala sesuatu, sehingga maknanya menjadi lebih universal


(18)

ketimbang istilah tarbiyah, sebab at-tarbiyah tidak meliputi segi

pengetahuan dan hanya mengacu pada kondisi eksternal.22

Ta lim mengacu pada makna pendidikan secara yang

umum, karena pengertian ta lim hanya sekedar memberi

pengetahuan, tanpa mengandung arti pembinaan kepribadian atau arah yang lebih mendalam lagi dalam pendidikan.

3) Ta dib

Istilah ta dib mengandung pengertian sebagai proses

pengenalan dan pengakuan secara berangsur-angsur yang ditanamkan dalam diri manusia tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan, kemudian membimbing dan mengarahkannya kepada pengakuan dan pengenalan kekuasaan dan keagungan Tuhan di dalam tatanan wujud dan keberadaan-Nya.23

Sedangkan istilahta dib berasal dari kata adab. Istilah adab

dianggap mewakili makna utama pendidikan Islam. Di samping itu, juga adab adalah disiplin tubuh, jiwa, dan ruh; disiplin yang menegaskan pengenalan dan pengakuan tempat yang tepat hubungannya dengan kemampuan dan potensi jasmaniah,

22 Muhammad Naquib Al Attas,

The Concept of Education in Islam, dalam Tedi Priatna, Reaktualisasi Paradigma Pendidikan Islam, ( Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004 ), h.29

23Tedi Priatna,


(19)

intelektual, dan ruhaniah; pengenalan dan pengakuan akan kenyataan bahwa ilmu dan wujud ditata secara hierarkis sesuai dengan tingkat (maratib) dan derajatnya (darajat).

Hal ini disebabkan, karena dalam adab akan tercermin keadilan dan kearifan ( hikmah ). Oleh karena itu, penekanan adab mencakup amal dan ilmu, sehingga mengkombinasikan ilmu dan amal serta adab secara harmonis, ketiganya sebagai pendidikan. Pendidikan dalam kenyataannya adalah ta dib, karena adab

sebagaimana didefinisikan mencakup ilmu dan amal sekaligus. Sebagaimana dalam sabda Rasulullah SAW:

ـ

]

[

٢ ٤

Tuhan telah mendidikku, maka ia sempurnakan pendidikanku ( HR. Abu Mas ud )

Adapun kata ta dib secara bahasa merupakan bentuk

masdar dari kata addaba (

)

yang berarti memberi adab,

mendidik. Namun adab dalam kehidupan sering diartikan sopan santun yang mencerminkan kepribadian.25

Ta dib mempunyai penekanan pada penguasaan ilmu yang

benar dalam diri seseorang agar menghasilkan kemantapan amal dan tingkah laku yang baik.

24

Abdul Karim Ibn Abdullah Al-Hadhir,Al-Haditsu-d-dhaif wa Hukmu-l-ihtijaaj bih,t.t


(20)

Kemudian Abdurrahman Al-Bani merumuskan definisi pendidikan justru dari kata at-tarbiyah yang mencakup empat

unsur, yaitu:

1. Menjaga dan memelihara pertumbuhan fitrah manusia. 2. Mengembangkan seluruh potensi.

3. Mengarahkan seluruh fitrah dan potensi manusia menuju kesempurnaan.

4. Melaksanakan secara bertahap sesuai dengan irama perkembangan anak.26

Dengan kata lain, at-tarbiyah mempunyai unsur penjagaan

dan pemeliharaan fitrah manusia yang dikembangkan dan diarahkan secara bertahap guna mencapai kesempurnaan sesuai dengan tumbuh kembang anak.

2. Pengertian Pendidikan Islam

Untuk memahami pendidikan Islam, perlu ditegaskan kembali bahwa kata Islam merupakan kata kunci yang berfungsi sebagai sifat, penegas dan pemberi ciri khas pada kata pendidikan.27 Dengan demikian, pendidikan Islam diartikan sebagai pendidikan yang memiliki ciri khas Islami, yang dengan ciri tersebut ia menjadi berbeda dengan model pendidikan lainnya.

26Abdurrahman al-Nahlawi, dalam Ahmad Tafsir,

Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, ( cet

IV, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004 ), h.29

27Tedi Priatna,


(21)

Pemahaman tersebut membawa konsekuensi logis bahwa penempatan Islam setelah kata pendidikan mengindikasikan adanya konsep pendidikan dalam ajaran Islam.

Islam sebagai suatu agama yang sempurna dan komperhensif telah memberikan pijakan yang jelas tentang tujuan dan hakikat pendidikan, yakni memberdayakan potensi fitrah manusia yang condong kepada nilai-nilai kebenaran dan kebajikan agar ia dapat menfungsikan dirinya sebagai hamba sebagaimana termaktub dalam firman-Nya





Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya ( QS. Asy-Syams: 8 )







dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku ( QS. Adz-Dzariyat: 56 )

Oleh sebab itu, pendidikan dapat pula diartikan sebagai suatu proses pembinaan seluruh potensi manusia sebagai makhluk yang beriman dan bertakwa, berfikir dan berkarya, untuk kemaslahatan diri dan lingkungannya.

Islam sebagai panduan hidup manusia bukan hanya sekedar agama seperti yang dipahami selama ini, tetapi meliputi seluruh aspek dan kebutuhan hidup manusia. Mengingat seluruh tradisi


(22)

keagamaan dalam sejarah umat manusia mulai dari nabi Adam diklaim sebagai Islam dan seluruh alam seisinya sebagai ayat-ayat Tuhan.

Sebagai sumber ajaran Islam, al- Qur an dan as-Sunnah sejak awal telah menancapkan revolusi dan telah menaruh perhatian yang besar terhadap masalah pendidikan dan pengajaran. Langkah yang ditempuh al Qur an ini ternyata amat strategis dalam upaya mengangkat martabat kehidupan manusia. Kini diakui dengan jelas bahwa pendidikan merupakan jembatan yang menyeberangkan orang dari keterbelakangan menuju kemajuan, dan dari kehinaan menuju kemuliaan, serta dari ketertindasan menjadi merdeka, dan seterusnya. Bahkan Nabi Muhammad SAW telah mencanangkan program pendidikan seumur hidup (long life education).

Kemudian pengertian pendidikan Islam menurut Dr. Yusuf Qardhawi sebagaimana dikutip Azyumardi Azra memberi pengertian pendidikan Islam yaitu pendidikan manusia seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan keterampilannya. Karena pendidikan Islam menyiapkan manusia untuk hidup dan menyiapkan untuk menghadapi masyarakat dengan segala kebaikan dan kejahatannya, manis pahitnya.28

28Yusuf Qardhawi dalam Azyumardi Azra,

Pendidikan Islam, Tradisi dan Modernisasi Menuju Millenium Baru, ( Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2000 ), h.5


(23)

Ahmad Tafsir menyimpulkan pendidikan Islam adalah bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.29

Endang Saefuddin Anshari memberi pengertian secara lebih tehnis, pendidikan Islam sebagai proses bimbingan ( pimpinan, tuntunan dan usulan ) oleh subyek didik terhadap perkembangan jiwa ( pikiran, perasaan, kemauan, intuisi ), dan raga obyek didik dengan bahan-bahan materi tertentu, pada jangka waktu tertentu, dengan metode tertentu dan dengan alat perlengkapan yang ada ke arah terciptanya pribadi tertentu disertai evaluasi sesuai ajaran Islam.30 Pendidikan Islam adalah suatu proses pembentukan individu berdasarkan ajaran-ajaran Islam yang diwahyukan Allah SWT kepada Muhammad SAW.31

Dari beberapa pengertian tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan islam pada hakikatnya adalah pendidikan manusia seutuhnya sebagai proses bimbingan oleh pendidik terhadap perkembangan jiwa dan raga peserta didik sesuai dengan ajaran Islam.

29Ahmad Tafsir,

Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, ( cet IV, Bandung: Remaja Rosdakarya,

2004 ), h.32

30 Endang Saefuddin Anshari,

Pokok-Pokok Pikiran tentang Islam, ( Jakarta: Usaha Enterprise, 1976 ), h. 85

31Azyumardi Azra,

Esei-esei Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam,( Jakarta: Logos Wacana


(24)

G. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan atau studi pustaka yang lebih populer dengan istilah library research, yaitu model penelitian

yang ( datanya diperoleh ) dilakukan terhadap informasi yang didokumentasikan dalam bentuk tulisan baik dalam bentuk buku, jurnal, paper, tulisan lepas, internet, annual report dan bentuk dokumen tulisan

lainnya yang memiliki keterkaitan dengan objek penelitian serta memiliki akurasi dengan fokus permasalahan yang akan dibahas32.

Dalam metode pengumpulan data, penulis menggunakan dokumentasi ( documentation research method ). Model metode

dokumentasi yaitu model penelitian dengan mencari data dengan menggunakan catatan peristiwa yang sudah berlalu, dokumen tersebut bisa berupa tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan( life histories ), ceritera, biografi dan lain-lain.33

Sumber data ini terdiri dari sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer, penulis menggunakan hasil pola pemikiran dari Ibnu Khaldun yaitu Muqaddimah yang telah diterjemahkan oleh

Ahmadie Thoha. Penggunaan buku terjemahan ini dijadikan sebagai

pegangan oleh penulis karena buku tersebut dianggap representatif

32Suharsimi Arikunto,

Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, ( Jakarta: PT Rineka Cipta,

2002 ), h.244

33 Sugiyono,


(25)

menggambarkan pemikiran Ibnu Khaldun sebagaimana dalam kitab aslinya.

Adapun data sekunder bersumber pada tulisan dan jurnal tentang konsep pendidikan Islam, seperti: Pandangan Ibnu Khaldun Tentang Ilmu dan Pendidikan ( Fathiyyah Hasan Sulaiman ), Ibnu Khaldun, Riwayat dan karyanya ( Ali Abdulwahid Wafi ), Falsafah Pendidikan Islam ( Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany ), Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam ( Athiyah al Abrasyi ). Selain sumber data primer dan sekunder, penulis juga menggunakan sumber tulisan yang berkaitan dengan tema tesis ini.

H. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah pembahasan dalam pemecahan masalah penulisan, penelitian ini dibuat dalam satu sistematika yang terdiri dari lima bab yang saling berkaitan.

Bab I pendahuluan, yang menjelaskan tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Landasan Teoritik, Metode Penelitian, serta dilengkapi dengan Sistematika Pembahasan untuk mempermudah membaca alur pikiran yang ada.

Bab II mengemukakan tentang biografi Ibnu Khaldun, corak pemikiran, dan karya-karya beliau.


(26)

Bab III mengemukakan tentang tinjauan teoritik berupa Konsep Pendidikan Islam, dan membahas berbagai macam metode pendidikan Islam buah pemikiran Ibnu Khaldun.

Bab IV merupakan bab inti dari tesis ini, yaitu analisa Konsep Pendidikan Islam Ibnu Khaldun Relevansinya Terhadap Pendidikan Nasional

Bab V adalah penutup, dengan memberikan kesimpulan dari hasil penelitian ini dan saran-saran yang mungkin dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi yang membutuhkan, serta lampiran lainnya yang berhubungan dengan tesis ini.


(1)

Pemahaman tersebut membawa konsekuensi logis bahwa penempatan Islam setelah kata pendidikan mengindikasikan adanya konsep pendidikan dalam ajaran Islam.

Islam sebagai suatu agama yang sempurna dan komperhensif telah memberikan pijakan yang jelas tentang tujuan dan hakikat pendidikan, yakni memberdayakan potensi fitrah manusia yang condong kepada nilai-nilai kebenaran dan kebajikan agar ia dapat menfungsikan dirinya sebagai hamba sebagaimana termaktub dalam firman-Nya





Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan

dan ketakwaannya ( QS. Asy-Syams: 8 )







dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan

supaya mereka mengabdi kepada-Ku ( QS. Adz-Dzariyat: 56 )

Oleh sebab itu, pendidikan dapat pula diartikan sebagai suatu proses pembinaan seluruh potensi manusia sebagai makhluk yang beriman dan bertakwa, berfikir dan berkarya, untuk kemaslahatan diri dan lingkungannya.

Islam sebagai panduan hidup manusia bukan hanya sekedar agama seperti yang dipahami selama ini, tetapi meliputi seluruh aspek dan kebutuhan hidup manusia. Mengingat seluruh tradisi


(2)

keagamaan dalam sejarah umat manusia mulai dari nabi Adam diklaim sebagai Islam dan seluruh alam seisinya sebagai ayat-ayat Tuhan.

Sebagai sumber ajaran Islam, al- Qur an dan as-Sunnah sejak awal telah menancapkan revolusi dan telah menaruh perhatian yang besar terhadap masalah pendidikan dan pengajaran. Langkah yang ditempuh al Qur an ini ternyata amat strategis dalam upaya mengangkat martabat kehidupan manusia. Kini diakui dengan jelas bahwa pendidikan merupakan jembatan yang menyeberangkan orang dari keterbelakangan menuju kemajuan, dan dari kehinaan menuju kemuliaan, serta dari ketertindasan menjadi merdeka, dan seterusnya. Bahkan Nabi Muhammad SAW telah mencanangkan program pendidikan seumur hidup (long life education).

Kemudian pengertian pendidikan Islam menurut Dr. Yusuf Qardhawi sebagaimana dikutip Azyumardi Azra memberi pengertian pendidikan Islam yaitu pendidikan manusia seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan keterampilannya. Karena pendidikan Islam menyiapkan manusia untuk hidup dan menyiapkan untuk menghadapi masyarakat dengan segala kebaikan dan kejahatannya, manis pahitnya.28

28Yusuf Qardhawi dalam Azyumardi Azra,

Pendidikan Islam, Tradisi dan Modernisasi Menuju Millenium Baru, ( Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2000 ), h.5


(3)

Ahmad Tafsir menyimpulkan pendidikan Islam adalah bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.29

Endang Saefuddin Anshari memberi pengertian secara lebih tehnis, pendidikan Islam sebagai proses bimbingan ( pimpinan, tuntunan dan usulan ) oleh subyek didik terhadap perkembangan jiwa ( pikiran, perasaan, kemauan, intuisi ), dan raga obyek didik dengan bahan-bahan materi tertentu, pada jangka waktu tertentu, dengan metode tertentu dan dengan alat perlengkapan yang ada ke arah terciptanya pribadi tertentu disertai evaluasi sesuai ajaran Islam.30 Pendidikan Islam adalah suatu proses pembentukan individu berdasarkan ajaran-ajaran Islam yang diwahyukan Allah SWT kepada Muhammad SAW.31

Dari beberapa pengertian tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan islam pada hakikatnya adalah pendidikan manusia seutuhnya sebagai proses bimbingan oleh pendidik terhadap perkembangan jiwa dan raga peserta didik sesuai dengan ajaran Islam.

29Ahmad Tafsir,

Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, ( cet IV, Bandung: Remaja Rosdakarya,

2004 ), h.32

30 Endang Saefuddin Anshari,

Pokok-Pokok Pikiran tentang Islam, ( Jakarta: Usaha Enterprise, 1976 ), h. 85

31Azyumardi Azra,

Esei-esei Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam,( Jakarta: Logos Wacana


(4)

G. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan atau studi pustaka yang lebih populer dengan istilah library research, yaitu model penelitian

yang ( datanya diperoleh ) dilakukan terhadap informasi yang didokumentasikan dalam bentuk tulisan baik dalam bentuk buku, jurnal, paper, tulisan lepas, internet, annual report dan bentuk dokumen tulisan

lainnya yang memiliki keterkaitan dengan objek penelitian serta memiliki akurasi dengan fokus permasalahan yang akan dibahas32.

Dalam metode pengumpulan data, penulis menggunakan dokumentasi ( documentation research method ). Model metode

dokumentasi yaitu model penelitian dengan mencari data dengan menggunakan catatan peristiwa yang sudah berlalu, dokumen tersebut bisa berupa tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan( life histories ), ceritera, biografi dan lain-lain.33

Sumber data ini terdiri dari sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer, penulis menggunakan hasil pola pemikiran dari Ibnu Khaldun yaitu Muqaddimah yang telah diterjemahkan oleh

Ahmadie Thoha. Penggunaan buku terjemahan ini dijadikan sebagai

pegangan oleh penulis karena buku tersebut dianggap representatif

32Suharsimi Arikunto,

Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, ( Jakarta: PT Rineka Cipta,

2002 ), h.244

33 Sugiyono,


(5)

menggambarkan pemikiran Ibnu Khaldun sebagaimana dalam kitab aslinya.

Adapun data sekunder bersumber pada tulisan dan jurnal tentang konsep pendidikan Islam, seperti: Pandangan Ibnu Khaldun Tentang Ilmu dan Pendidikan ( Fathiyyah Hasan Sulaiman ), Ibnu Khaldun, Riwayat dan karyanya ( Ali Abdulwahid Wafi ), Falsafah Pendidikan Islam ( Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany ), Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam ( Athiyah al Abrasyi ). Selain sumber data primer dan sekunder, penulis juga menggunakan sumber tulisan yang berkaitan dengan tema tesis ini.

H. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah pembahasan dalam pemecahan masalah penulisan, penelitian ini dibuat dalam satu sistematika yang terdiri dari lima bab yang saling berkaitan.

Bab I pendahuluan, yang menjelaskan tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Landasan Teoritik, Metode Penelitian, serta dilengkapi dengan Sistematika Pembahasan untuk mempermudah membaca alur pikiran yang ada.

Bab II mengemukakan tentang biografi Ibnu Khaldun, corak pemikiran, dan karya-karya beliau.


(6)

Bab III mengemukakan tentang tinjauan teoritik berupa Konsep Pendidikan Islam, dan membahas berbagai macam metode pendidikan Islam buah pemikiran Ibnu Khaldun.

Bab IV merupakan bab inti dari tesis ini, yaitu analisa Konsep Pendidikan Islam Ibnu Khaldun Relevansinya Terhadap Pendidikan Nasional

Bab V adalah penutup, dengan memberikan kesimpulan dari hasil penelitian ini dan saran-saran yang mungkin dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi yang membutuhkan, serta lampiran lainnya yang berhubungan dengan tesis ini.