APLIKASI METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM MENENTUKAN KRITERIA PENILAIAN SUPPLIER.
APLIKASI METODE
ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS
DALAM MENENTUKAN KRITERIA PENILAIAN
SUPPLIER
Eri Wirdianto
1, Elpira Unbersa
21)
Laboratorium Perencanaan dan Optimasi Sistem Industri (POSI),
Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Andalas,
2)
Asisten Lab. POSI, Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas
Andalas
ABSTRAK
Supplier merupakan mitra bisnis yang memegang peranan sangat penting dalam menjamin ketersediaan barang pasokan yang dibutuhkan oleh perusahaan. Performansi supplier akan mempengaruhi performansi perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan perlu menilai supplier secara cermat dan kontinu. Penilaian supplier seharusnya didasarkan pada kriteria yang dapat menambah nilai saat ini (current value) dan nilai pada masa yang akan datang (future value). Selama ini, PT. X melakukan penilaian terhadap supplier hanya terfokus pada kriteria yang bersifat current value dan model penilaian tersebut tidak diklasifikasikan sesuai dengan klasifikasi supplier.
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan kriteria yang dapat digunakan PT. X dalam menilai supplier, yang dapat menambah current dan future values serta menghitung bobot setiap kriteria tersebut sesuai dengan klasifikasi supplier. Perhitungan bobot kriteria menerapkan metode Analytical Hierarchy Process, sedangkan pengklasifikasian supplier didasarkan pada tingkat kepentingan barang yang dipasok dan tingkat kesulitan mendapatkan barang tersebut. Dari hasil penelitian diperoleh 6 kriteria penilaian supplier yang dapat digunakan PT. X , yaitu kondisi perusahaan, kelengkapan dokumen, harga, pengiriman, kualitas, dan pelayanan. Pada Critical Strategic Suppliers, kriteria kualitas memiliki bobot yang tertinggi yaitu sebesar 0,331. Sedangkan pada Leverage, Non Critical, dan Bottleneck Suppliers, kriteria yang memiliki bobot tertinggi berturut-turut adalah kualitas (0,310), harga (0,362), dan pengiriman (0,350).
Kata Kunci: Supplier Assessment, Supply Chain Management, Current Value, Future Value, Analytical Hierarchy Process
1. PENDAHULUAN
Menghadapi era pasar bebas, setiap perusahaan harus siap untuk bersaing secara global. Persaingan merupakan suatu tantangan bagi perusahaan untuk terus berusaha memberikan yang terbaik bagi konsumen. Perusahaan yang mampu memenuhi keinginan pelanggan, mengembangkan produk tepat waktu, mengeluarkan biaya yang rendah dalam bidang persediaan dan penyerahan produk, mengelola industri secara cermat dan fleksibel merupakan perusahaan yang memiliki daya saing tinggi dan dapat menguasai pasar [Watanabe, 2001, hlm 8]. Menyikapi hal tersebut, maka
berkembanglah suatu konsep Supply Chain
Management (SCM). Salah satu kunci sukses dalam SCM adalah ketepatan memilih mitra bisnis [Mulki dan Raihan, 2005, hlm 77].
Supplier merupakan salah satu mitra bisnis yang memegang peranan sangat penting dalam menjamin ketersediaan barang pasokan yang dibutuhkan oleh perusahaan. Sebuah perusahaan yang sehat dan efisien tidak akan banyak berarti apabila supplier-suppliernya tidak mampu menghasilkan bahan baku yang berkualitas atau tidak mampu memenuhi pengiriman tepat waktu. Oleh karena itu perusahaan perlu menilai supplier secara cermat dan kontinu.
Penilaian supplier membutuhkan berbagai kriteria
yang dapat menggambarkan performansi supplier
secara keseluruhan. Kriteria tersebut terdiri dari
kriteria yang dapat menambah value saat ini
(current value) dan kriteria yang dapat menambah
value pada masa yang akan datang (future value). Selama ini PT. X melakukan penilaian supplier
hanya terfokus pada kriteria yang menambah
current value dan penilaian tersebut belum
diklasifikasikan sesuai dengan jenis supplier.
Sehingga performansi supplier pada PT. X masih
rendah, akibatnya efisiensi biaya yang diharapkan dari pembelian barang tidak diperoleh. Oleh karena itu dilakukan penelitian untuk mengembangkan kriteria yang digunakan PT. X dalam menilai
supplier dengan menerapkan metode Analytical Hierarchy Process dan mengklasifikasikan model
penilaian supplier yang didasarkan pada tingkat
kepentingan barang dan tingkat kesulitan mendapatkan barang tersebut.
2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Supply Chain Management
Supply chain adalah jaringan
(2)
No. 29 Vol.2 Thn. XV April 2008 ISSN: 0854-8471
menciptakan dan mengantar suatu produk ke tangan pemakai akhir [Pujawan, 2005, hlm 5].
Perusahaan-perusahaan tersebut adalah supplier, pabrik,
distributor, toko atau ritel, serta perusahaan-perusahaan pendukung seperti perusahaan-perusahaan jasa logistik. Untuk mengelola supply chain, dibutuhkan suatu alat, metode ataupun pendekatan yang tepat
yang dikenal dengan istilah Supply Chain
Management (SCM).
Supply Chain Management menjadi satu solusi terbaik untuk memperbaiki tingkat produktivitas antara perusahaan-perusahaan yang berbeda. Tujuan utama dari SCM adalah: penyerahan atau pengiriman produk secara tepat waktu demi memuaskan konsumen, mengurangi biaya, meningkatkan segala hasil dari seluruh supply chain
(bukan hanya satu perusahaan), mengurangi waktu, memusatkan kegiatan perencanaan dan distribusi.
2.2. Penilaian Supplier
Melakukan penilaian dan memilih supplier
merupakan salah satu tugas manajemen pengadaan. Kegiatan memilih supplier bisa memakan waktu dan sumber daya yang tidak sedikit apabila supplier
yang dimaksud adalah supplier kunci. Untuk
supplier kunci yang berpotensi menjalin hubungan jangka panjang, proses pemilihan ini melibatkan evaluasi awal, mengundang mereka untuk berpresentasi, kunjungan lapangan dan sebagainya. Proses ini akan memakan waktu dan biaya yang cukup besar. Oleh karena itu, pemilihan supplier ini perlu ditangani sebaik mungkin sehingga kerugian yang ditimbulkan akibat kesalahan supplier dapat dihindari. Perusahaan yang telah terpilih menjadi
supplier harus selalu dipantau perfomansinya melalui penilaian yang berkala. Hasil penilaian ini
digunakan sebagai masukan bagi supplier untuk
meningkatkan kinerja mereka.
Setiap perusahaan mempunyai kriteria yang berbeda dalam menilai supplier, tergantung dengan tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan. Banyak perusahaan yang melakukan kesahan fatal dalam
memilih supplier. Sebagian besar perusahaan
menilai supplier hanya terfokus pada harga barang, kualitas barang dan ketepatan waktu pengiriman yang diberikan tanpa melihat pengaruh ke total biaya. Seringkali pemilihan supplier membutuhkan berbagai kriteria lain yang dianggap penting oleh perusahaan.
2.3. Portfolio Hubungan Supplier
Salah satu yang menjadi tugas penting bagian pengadaan adalah menciptakan hubungan yang
proporsional dengan supplier. Hubungan yang
proporsional yang dimaksud disini adalah hubungan yang secara tepat mencerminkan kepentingan strategis setiap supplier.
Ada dua faktor yang digunakan dalam
merancang hubungan dengan supplier [Pujawan,
2005, hlm 157]:
1. Tingkat kepentingan strategis item yang dibeli bagi perusahaan/supply chain. Semakin strategis posisi suatu item dalam perusahaan, makin perlu untuk menciptakan hubungan yang dekat dan berorientasi jangka panjang dengan supplier
dari item tersebut.
2. Tingkat kesulitan mengelola pembelian item.
Semakin tinggi tingkat kesulitannya, semakin banyak diperlukan investasi dari manajemen. Dengan menggunakan dua faktor tersebut, dihasilkan empat klasifikasi supplier seperti yang ditunjukkan oleh Gambar-1 Supplier yang tingkat kepentingannya rendah dan relatif mudah untuk
ditangani diklasifikasikan sebagai non critical
suppliers. Sebaliknya, critical strategic suppliers
merupakan kelompok supplier yang memasok
barang atau jasa yang sangat strategis bagi perusahaan. Ketidaktersediaannya bisa mengakibatkan masalah yang serius bagi kelangsungan perusahaan. Kelompok supplier yang memasok item-item yang sebenarnya tidak terlalu penting bagi perusahaan dan nilai transaksinya juga relatif rendah, namun barang dan jasa tersebut tidak mudah diperoleh diklasifikasikan sebagai bottleneck suppliers. Sebaliknya, supplier yang memasok item yang tingkat kepentingannya tinggi bagi perusahaan namun item-item tersebut relatif mudah diperoleh karena mungkin spesifikasinya standar dan banyak
supplier yang bisa memasok diklasifikasikan sebagai
Leverage suppliers.
Gambar-1 Commodity portfolio matrix
[Pujawan, 2005, hlm 158]
2.4. Analytical Hierarchy Process
Pemilihan supllier merupakan aktivitas yang
kompleks, oleh karena itu diperlukan suatu metode yang tepat untuk penyelesaiannya. Salah satu
metode yang digunakan untuk memilih supplier
adalah Analytical Hierarchy Process (AHP).
Metode AHP ini pertama kali dikemukan oleh Dr.
Thomas L. Saaty dari Wharton School of Business pada tahun 1970.
AHP merupakan suatu metode yang digunakan dalam proses pengambilan keputusan suatu masalah masalah kompleks seperti permasalahan: perencanaan, penentuan alternatif, penyusunan prioritas, pemilihan kebijaksanaan, alokasi sumber, penentuan kebutuhan, peramalan kebutuhan,
Bottleneck suppliers
1. Sulit mencari substitusi 2. Pasar monopoli 3. Supplier baru sulit masuk
Critical strategic suppliers
1. Penting/strategis 2. Substitusi sulit
Leverage suppliers
1. Ketersediaan cukup 2. Substitusi dimungkinkan 3. Spesifikasi standar 4. Nilainya relatif tinggi
Non Critical suppliers
1. Ketersediaan cukup 2. Item-item cukup standar 3. Substitusi dimungkinkan 4. Nilainya relatif rendah
Tingkat Kesulitan
Tinggi
Rendah
Tingkat Kepentingan
(3)
perencanaan performance, optimasi, dan pemecahan konflik [Saaty, 1980, hlm 5]. Suatu masalah dikatakan kompleks jika struktur permasalahan tersebut tidak jelas dan tidak tersedianya data dan informasi statistik yang akurat, sehingga input yang digunakan untuk menyelesaikan masalah ini adalah intuisi manusia. Namun intuisi ini harus datang dari orang-orang yang memahami dengan benar masalah yang ingin dipecahkan (orang yang expert).
Ada beberapa keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan AHP dalam memecahkan suatu persoalan yang kompleks, yaitu: [Marimin, 2004, hlm 77]
1. Kesatuan
2. Kompleksitas
3. Saling Ketergantungan
4. Penyusunan Hirarki
5. Pengukuran
6. Konsistensi 7. Sintesis
8. Tawar-menawar
9. Penilaian dan Konsensus
10. Pengulangan Proses
Langkah-langkah dan prosedur dalam menyelesaikan persoalan dengan menggunakan metode AHP adalah sebagai berikut:
1. Mendefinisikan permasalahan dan menentukan tujuan.
2. Membuat hirarki.
Masalah disusun dalam suatu hirarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan subtujuan-subtujuan, kriteria dan kemungkinan alternatif-alternatif pada tingkatan kriteria yang paling bawah.
3. Melakukan perbandingan berpasangan.
Perbandingan dilakukan berdasarkan
“judgment” dari pengambil keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya. Matriks perbandingan dapat dilihat pada Tabel-1. Matriks ini menggambarkan kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan atau kriteria yang setingkat
diatasnya. Dimana nilai perbadingan Ai
terhadap elemen Aj adalah aij. Nilai a ditentukan
oleh aturan:
a. Jika aij =α, maka aji =1/α, α≠ 0.
b. Jika Ai mempunyai tingkat kepentingan
relatif yang sama dengan Aj, maka aij =aji =
1.
c. Hal yang khusus, aii = 1, untuk semua i.
Tabel-1 Matrik perbadingan berpasangan
C A1 A2 A3 ... An
A1 a11 a12 a13 ... a1n
A2 a21 a22 a23 ... a2n
... ... ... ... ... ...
An an1 an2 an3 ... ann
Nilai perbadingan ini ditentukan oleh skala kuantitatif yang dikemukakan oleh Saaty. Skala ini dimulai dari 1 hingga 9. Perbandingan
dilakukan hingga diperoleh judgment
seluruhnya sebanyak n x [(n-1)/2] buah, dengan n adalah banyaknya elemen yang dibandingkan. 4. Menentukan prioritas.
Penyusunan prioritas dilakukan untuk tiap elemen masalah pada tingkat hirarki. Proses ini akan menghasilkan bobot atau kontribusi kriteria terhadap pencapaian tujuan. Prioritas ditentukan oleh kriteria yang mempunyai bobot paling tinggi. Bobot yang dicari dinyatakan dalam vektor W = (W1, W2,…, Wn). Nilai Wn
menyatakan bobot relatif kriteria An terhadap
keseluruhan set kriteria pada sub sistem tersebut.
5. Menentukan tingkat konsistensi, pada keadaan sebenarnya akan terjadi ketidakkonsistenan dalam preferensi seseorang.
Pada dasarnya AHP dapat digunakan untuk mengolah data dari satu responden ahli. Namun demikian dalam aplikasinya penilaian kriteria alternatif dilakukan oleh beberapa ahli multidisipliner (kelompok). Bobot penilaian untuk penilaian berkelompok dinyatakan dengan menemukan rata-rata geometrik (Geometric Mean) dari penilaian yang diberikan oleh seluruh anggota kelompok. Nilai geometrik ini dirumuskan dengan:
) )...( )(
( 1 2
n
n
x x x
GM=
Dimana:
GM = Geometric Mean
x1 = Penilaian orang ke-1
xn = Penilaian orang ke-n
n = Jumlah penilai
3. METODOLOGI PENELITIAN
Tahapan dalam penelitian ini tergambar secara skematis pada Gambar-2.
(4)
No. 29 Vol.2 Thn. XV April 2008 ISSN: 0854-8471
Gambar-2 Skema metodologi penelitian
4. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.1. Mengumpulkan Kriteria-kriteria Penilaian
Supplier
Pengumpulan kriteria penilaian supplier
diperoleh dari kriteria yang digunakan oleh PT. X dan beberapa kriteria lain hasil studi literatur (Lihat Pujawan, 2005, hlm 147; Queensland Government, 2000, hal 14; Supriyanto dan Masruchah, 2000, hlm 85; Tam dan Tummala, 2000; Chopra and Meindl, 2007, hlm 441; Sutarman dan Katon, 2003; Wibisono dan Aditya, 2003; Amelia dan Paung, 2003; Mulki dan Raihan, 2005, hlm 80). Kriteria-kriteria tersebut menjadi dasar bagi Peneliti untuk mengembangkan kriteria-kriteria baru yang dinilai lebih baik.
4.2. Menentukan Kriteria Penilaian Supplier
PT.X
Untuk menentukan kriteria yang sesuai dalam
menilai supplier pada PT. X , maka penentuan
kriteria ini harus dilakukan secara bertahap dan terstruktur. Langkah-langkah yang dilakukan adalah: a. Verifikasi tahap I, langkah ini merupakan tahap
awal penentuan kriteria untuk mengidentifikasikan seluruh kriteria yang mungkin digunakan pada PT. X . Identifikasi ini didasarkan pada kriteria yang dimiliki oleh PT. X dan hasil studi literatur di atas.
b. Verifikasi tahap II, dilakukan dengan
mendiskusikan kriteria hasil verifikasi tahap I dengan pihak yang berkepentingan yang memahami dan berkaitan dengan proses pengadaan barang. Tujuan dilakukan diskusi ini adalah untuk menentukan kriteria mana yang bisa digunakan pada PT. X .
c. Kuesioner tahap I, hasil verifikasi tahap II
belum tentu dapat digunakan semuanya karena diskusi dilakukan secara terpisah dengan masing-masing pihak sehingga memungkinkan adanya perbedaan pendapat antara satu pihak dengan pihak yang lain. Oleh karena itu, rekapitulasi hasil diskusi ini perlu dinyatakan kembali ke masing-masing pihak untuk melakukan penilaian secara numerik dengan membuat kuesioner tahap I. Ketentuan yang digunakan dalam kuesioner ini mengacu pada penelitian yang pernah dilakukan oleh Tam dan Tummala (2000), yaitu:
a) Nilai 1, berarti kriteria tersebut tidak
penting
b) Nilai 2, berarti kriteria tersebut agak
penting
c) Nilai 3, berarti kriteria tersebut sangat
penting
Hasil penilaian tersebut, dihitung rata-ratanya dari beberapa Responden. Kriteria yang mempunyai nilai rata-rata <2,3 merupakan kriteria yang tidak tepat digunakan, sedangkan kriteria yang mempunyai nilai rata-rata ≥2,3 merupakan kriteria yang tepat digunakan.
(5)
No. 29 Vol.2 Thn. XV April 2008 ISSN: 0854-8471
Sehingga diperoleh beberapa kriteria yang dapat digunakan pada PT. X, kriteria tersebut terdapat pada Tabel-2.
Tabel-2 Kriteria penilaian supplier yang dapat digunakan pada PT. X
4.3. Mengklasifikasikan Supplier
Klasifikasi supplier bertujuan untuk menentukan kriteria penilaian pada setiap kelompok supplier.
Karena barang yang dipasok oleh setiap supplier
mempunyai pengaruh yang berbeda bagi perusahaan dan mempunyai kesulitan yang berbeda pula bagi
supplier untuk mendapatkannya.
Tingkat kepentingan dilihat berdasarkan nilai barang yang diperoleh melalui hasil perkalian harga dengan jumlah pemakaian barang tersebut. Harga barang yang tinggi menunjukkan bahwa barang tersebut sangat berpengaruh bagi perusahaan jika tidak dilakukan pengendalian yang tepat. Sedangkan tingginya jumlah pemakaian menunjukkan bahwa barang tersebut banyak dibutuhkan oleh perusahaan.
Tingkat kesulitan ditentukan oleh lead time
pemasokan barang. Supplier yang memasok barang
dengan tingkat kesulitan dan tingkat kepentingan
yang tinggi merupakan kelompok supplier yang
sangat perlu dilakukan penilaian dan pengawasan yang baik.
Nilai dari tingkat kepentingan dan tingkat
kesulitan diplot dalam scatter diagram. Dimana
sumbu y menunjukkan tingkat kesulitan sedangkan sumbu x menunjukkan tingkat kepentingan, hasil
pengelompokan seluruh item suku cadang
ditunjukkan oleh Gambar-3.
Gambar-3 Klasifikasi supplier suku cadang Berdasarkan Gambar-3 di atas, diperoleh 4 kelompok supplier yaitu:
1. Supplier yang memasok barang pada bagian I disebut sebagai critical strategic suppliers.
2. Supplier yang memasokbarang pada bagian II disebut sebagai leverage suppliers.
3. Supplier yang memasokbarang pada bagian III disebut sebagai non critical suppliers.
4. Supplier yang memasokbarang pada bagian IV disebut sebagai bottleneck suppliers.
4.4. Menentukan Bobot Kriteria Supplier
Untuk menentukan kriteria yang paling mempengaruhi kinerja masing-masing kelompok
supplier di atas, dapat dilihat dari bobot masing-masingnya. Bobot setiap kriteria ditentukan oleh hasil perbadingan berpasangan setiap kriteria yang diperoleh melalui kuesioner Tahap II. Kuesioner
tersebut diolah menggunakan bantuan software
Expert Choice. Langkah pengolahan data ini dimulai dari menyusun hirarki, melakukan perbandingan berpasangan, menentukan prioritas, dan penggabungan pendapat respoden.
4.4.1. Menyusun Hirarki
Susunan hirarki dimulai dengan goal/sasaran, lalu kriteria level pertama, dan dilanjutkan dengan
sub kriteria. Goal/sasaran dalam penelitian ini
adalah menentukan kriteria penilaian supplier
dengan 6 jumlah kriteria. Setiap kriteria tersebut mempunyai beberapa sub kriteria. Hirarki ini terlihat pada Gambar-4.
Singkatan Kriteria
KP Kondisi Perusahaan
KPI 1a Lokasi supplier berdekatan dengan PT. X KPI 1b Mempunyai image yang baik dalam dunia industri KD Kelengkapan dokumen
KPI 2a Mengajukan penawaran dengan keterangan tertulis KPI 2b Tersedianya dokumen petunjuk untuk pemasokan
barang yang dikategorikan berbahaya
KPI 2c Menyerahkan seluruh dokumen persyaratan menjadi
supplier tepat waktu
HG Harga
KPI 3a Harga yang ditawarkan sesuai dengan anggaran pembelian KPI 3b Harga selalu tetap dalam masa validity
KPI 3c Memberi diskon untuk pembelian barang dalam jumlah besar
PR Pengiriman
KPI 4a Barang dikirim tepat waktu, sesuai dengan yang telah dijanjikan KPI 4b Tidak pernah meminta perpanjangan waktu pengiriman KPI 4c Spesifikasi barang yang dikirim sesuai dengan order pembelian KPI 4d Jumlah barang yang dikirim sesuai dengan order pembelian
KL Kualitas
KPI 5a Kualitas barang yang dipasok baik
KPI 5b Barang yang dipasok tidak menimbulkan ceceran atau tumpahan bagi masyarakat sekitarnya
KPI 5c Barang yang dipasok tidak menimbulkan polusi tanah, air dan udara yang menghawatirkan
KPI 5d Pengepakanbarang dapat menjamin keselamatan petugas yang menanganinya
KPI 5e Dapat membuktikan keaslian barang
PL Pelayanan
KPI 6a Memberikan jaminan/garansi terhadap barang KPI 6b Dapat memberikan bantuan dalam keadaan darurat KPI 6c Dapat menangani keluhan dari pembeli dengan baik
(6)
No. 29 Vol.2 Thn. XV April 2008 ISSN: 0854-8471
Gambar-4 Struktur hirarki kriteria penilaian
supplier
4.4.2. Melakukan Perbadingan Berpasangan Setiap Kriteria Penilaian Supplier
Perbandingan berpasangan setiap kriteria dilakukan dengan memberikan kuesioner tahap II ke pihak berkepentingan yang memahami dan berkaitan dengan proses pengadaan barang, yaitu Kepala Biro Pengadaan Barang, Kepala Bidang Pengadaan Barang Umum, Kepala Bidang Pengadaan Suku
Cadang, Kepala Bidang Pengadaan OPS (Operating
Supply).
Kuesioner disajikan dalam tabel yang berisikan kriteria-kriteria yang digunakan untuk menilai
supplier. Setiap kriteria tersebut dibandingkan dengan kriteria lain. Kriteria tersebut berada pada kolom tabel sebelah kiri dan kriteria pembandingnya berada pada kolom tabel sebelah kanan. Bobot diisi pada bagian kiri apabila kriteria tersebut mempunyai derajat kepentingan yang lebih tinggi dari kriteria sebelah kanan. Sebaliknya, bobot diisi pada bagian kanan apabila kriteria tersebut mempunyai derajat kepentingan yang lebih tinggi dari kriteria sebelah kiri. Bobot yang digunakan dalam penilaian ini adalah:
1, artinya sama pentingnya dengan 3, artinya agak lebih penting dari pada 5, artinya lebih penting dari pada 7, artinya jauh lebih penting dari pada 9,artinya mutlak lebih penting dari pada
2, 4, 6, atau 8 merupakan angka-angka genap diantara angka ganjil yang berurutan. Angka ini digunakan jika merasa ragu dengan penilaian angka ganjil diantaranya.
Kuesioner ini terdiri atas 4 kelompok yaitu kelompok critical strategic suppliers, leverage suppliers, non critical suppliers, bottleneck suppliers. Setiap kelompok tersebut terdiri atas 2 level. Level pertama membandingkan antara satu kriteria dengan kriteria lainnya, sedangkan level
kedua membandingkan antara masing-masing sub kriteria. Tabel-3 menunjukkan hasil pengisian kuesioner oleh salah seorang responden tentang
kriteria yang digunakan dalam menilai Critical
Strategic Suppliers.
Tabel-3 Tabulasi hasil pengisian kuesioner untuk
critical strategic suppliers pada level I
Berdasarkan Tabel-3 tersebut dapat diketahui bahwa pada poin nomor 1, responden menyatakan kriteria kondisi perusahaan agak lebih penting dari kriteria kelengkapan dokumen. Sedangkan pada poin nomor 2, responden menyatakan bahwa kriteria kondisi perusahaan sama pentingnya dengan harga dan begitu seterusnya.
4.4.3. Menentukan Prioritas
Penyusunan prioritas dilakukan untuk tiap elemen masalah pada tingkat hirarki. Proses ini akan menghasilkan bobot atau kontribusi kriteria terhadap pencapaian tujuan. Prioritas ditentukan oleh kriteria yang mempunyai bobot paling tinggi. Bobot setiap kriteria dan sub kriteria ditentukan dengan cara menginputkan kembali hasil penilaian berpasangan dari kuesioner ke dalam tabel kuesioner yang ada di
Expert Choice.
Pengolahan kuesioner dari Expert Choice akan menghasilkan bobot setiap kriteria dengan
inconsistency ratio yang berbeda. Inconsistency ratio merupakan parameter yang digunakan untuk memeriksa apakah perbandingan berpasangan dalam kuesioner telah dilakukan dengan konsisten atau tidak. Hasil dikatakan konsisten apabila mempunyai nilai inconsistency ratio kecil dari 0,1. Jika diperoleh
nilai inconsistency ratio besar dari 0,1 maka
kuesioner harus direvisi kembali. Revisi dilakukan hingga diperoleh tingkat konsistensi bernilai kecil dari 0.1. Setelah dilakukan revisi, maka dihasilkan bobot setiap kriteria disajikan secara numerik dan grafis.
Gambar-5 menunjukkan grafik hasilpembobotan
Kriteria (Level I) untuk Critical Strategic Suppliers
dari responden I. Berdasarkan gambar tersebut, diketahui bahwa menurut responden I kriteriayang
mempunyai bobot penilaian paling tinggi pada
Critical Strategic Suppliers adalah kualitas dan pengiriman yaitu sebesar 0.342. Bobot tertinggi setelah kualitas dan pengiriman secara berurutan adalah kriteria harga dengan bobot sebesar 0.97, pelayanan dengan bobot 0.131, kondisi perusahaan dengan bobot 0.06 dan kelengkapan dokumen
9 8 7 6 5 4 3 2 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Kondisi Perusahaan X Kelengkapan Dokumen
2 Kondisi Perusahaan X Harga
3 Kondisi Perusahaan X Pengiriman
4 Kondisi Perusahaan X Kualitas
5 Kondisi Perusahaan X Pelayanan
6 Kelengkapan Dokumen X Harga
7 Kelengkapan Dokumen X Pengiriman
8 Kelengkapan Dokumen X Kualitas
9 Kelengkapan Dokumen X Pelayanan
10 Harga X Pengiriman
11 Harga X Kualitas
12 Harga X Pelayanan
13 Pengiriman X Kualitas
14 Pengiriman X Pelayanan
15 Kualitas X Pelayanan
Krite ria Kriteria
No. Derajat Kepentingan Derajat Ke pe ntingan 1
(7)
mempu 0.028. H mempu 0,1 ya penilaia Gamba Sete dilanjut masing cara ya level I. kriteria mendap sebenar Glo dirata-r (GM), h Tabel-4 5. KE 5.1. Ke
Dar kesimpu 1. Kri me yan me Kriteria KP KPI 1a KPI 1b KD KPI 2a KPI 2b KPI 2c HG KPI 3a KPI 3b KPI 3c PR KPI 4a KPI 4b KPI 4c KPI 4d KL KPI 5a KPI 5b KPI 5c KPI 5d KPI 5e PL KPI 6a KPI 6b Sub Kriteria
unyai bobot y Hasil perhitung unyai nilai inco
aitu sebesar 0 an konsisten.
ar-5 Grafik ha
strategic
elah menentu tkan dengan p
-masing kriter ang sama sepe
Hasil pembob ini dikalikan d patkan bobot y rnya sering dis
bal weightdar ratakan dengan hasilnya dapat
4 Rekapitulasi penilaian sup
ESIMPULAN esimpulan
i hasil penel ulan:
iteria yang di enilai supplier
ng menamb emperhatikan k
a/ Critical trategic Supplier 0.055 a 0.038 b 0.013 0.028 a 0.004 b 0.009 c 0.012 0.104 a 0.050 b 0.039 c 0.007 0.288 a 0.039 b 0.025 c 0.147 d 0.087 0.331 a 0.099 b 0.049 c 0.056 d 0.073 e 0.068 0.187 a 0.110 b 0.036 a yang terendah gan ini dapat d
onsistency ratio
0,06. Hal ini
asil pembobota
suppliers pad ukan bobot
pembobotan s ria tersebut de erti pembobot botan untuk ma
dengan bobot k yang sebenarn ebut dengan gl
ri masing-masi n menggunakan dilihat pada Ta i global weight pplier
DAN SARAN
litian ini dip igunakan oleh hanya terfok ah current
kriteria yang d
Leverage Non C Suppliers Supp 0.037 0. 0.031 0. 0.008 0. 0.028 0. 0.006 0. 0.010 0. 0.007 0. 0.303 0. 0.193 0. 0.037 0. 0.056 0. 0.227 0. 0.040 0. 0.019 0. 0.089 0. 0.066 0. 0.310 0. 0.088 0. 0.043 0. 0.050 0. 0.064 0. 0.060 0. 0.114 0. 0.072 0. 0.022 0. Bobot
h yaitu sebe digunakan kare
o yang kecil d i berarti bah
an untuk critica
a level I kriteria, ma sub kriteria d engan melakuk tan kriteria pa asing-masing s kriterianya unt nya. Bobot ya
lobal weight.
ing responden n geometric me
abel-4.
t kriteria
N
peroleh bebera h PT. X dala
kus pada krite
value tan dapat menamb Critical Bottlenec ppliers Supplier .043 0.108 .034 0.072 .008 0.021 .028 0.049 .009 0.009 .011 0.021 .011 0.021 .362 0.165 .195 0.082 .031 0.077 .067 0.010 .141 0.350 .023 0.055 .014 0.030 .083 0.169 .046 0.091 .311 0.223 .102 0.057 .049 0.032 .056 0.040 .073 0.052 .067 0.047 .107 0.104 .072 0.071 .022 0.017 sar ena dari hwa al aka dari kan ada sub tuk ang ini ean apa am eria npa bah f 2. 3. 5.2. P setia tenta terse DAF 1. 2. 3. 4. 5. ck rs
future value. hasil diskus perusahaan, d yang sesuai
supplier PT. X
a. Kondisi p
b. Kelengkap c. Harga d. Pengirima e. Kualitas f. Pelayanan Pengelompoka pada tingkat kesulitan men kepentingan d barang, sedan oleh lamanya Pengelompoka
supplier yait
Leverage Supp Bottleneck Sup
Berdasarkan h
supplier yang pada Critica
kualitas memi sebesar 0,331. yang mempun kualitas sebes Critical Suppl terbesar yaitu
Suppliers krit paling tinggi y
Saran
Penelitian ini h ap kriteria. Seb ang bagaimana ebut.
FTAR KEPUS
Amelia dan P
Layanan, Pe Potensi Int Evaluasi dan Chain. Semin Chopra, S.
Management Operations, T
Pearson Prent
Gaspers, V
Production P Berdasarkan MRP II dan
Jakarta, Gram Indrajit, R.E
Manajemen S Rantai Pasok Indonesia, Jak Marimin, Te Keputusan Grasindo, 200 Berdasarkan si dengan dikembangkan untuk digunak X . Kriteria ters perusahaan apan dokumen
an n
an supplier P kepentingan b ndapatkan baran ditentukan ole ngkan tingkat k a lead time
an ini mengha tu Critical S pliers, Non Cr ppliers.
hasil pembobot telah dilakuka
al Strategic
iliki bobot yang . Pada Leverag
nyai bobot pa sar 0,310. Sed
liers kriteria ha u 0,362 dan teria pengirim yaitu sebesar 0,
hanya menentu baiknya juga d a standar nilai
STAKAAN
Parung, J., Int erformansi Ta tangible Asse n Seleksi Reka
nar Sistem Prod and Meindl, : Strategy, Third Edition, U
tice Hall, 2007 V., Manajeme
Planning and Pendekatan JIT Menuju
media, 2001. . dan Djokop
Supply Chain:
kan Bagi Peru
karta, Gramed
eknik dan Ap Kriteria M
04.
studi literatu pihak manaj
sebanyak 6 k kan dalam m sebut adalah:
PT. X didas barang dan ti ng tersebut. Ti eh nilai pema kesulitan diten pengadaan ba asilkan 4 klasi
Strategic Supp ritical Supplier
tan kriteria pen an, diketahui b
Suppliers k g paling tinggi
ge Suppliers, k aling tinggi a dangkan pada arga memiliki
n pada Bottl
man memiliki ,350.
ukan bobot pen dilakukan pene untuk setiap k
tegrasi Perfor angible Assets
ets sebagai anan dalam S
duksi VI, 2003 P., Supply
Planning
Upper Saddle R 7.
en Bisnis Inventory Co Sistem Terinte Manufakturin
pranoto, R., K Strategi Meng usahaan Mode
ia, 2002.
likasi Pengam Majemuk, Ja
ur dan jemen kriteria menilai sarkan ingkat ingkat akaian ntukan arang. ifikasi pliers, rs, dan nilaian bahwa kriteria i yaitu kriteria adalah Non bobot leneck bobot nilaian elitian kriteria rmansi s dan Alat Supply 3. Chain and River, Total: ontrol egrasi ng 21, Konsep gelola ern di mbilan akarta,
(8)
No. 29 Vol.2 Thn. XV April 2008 ISSN: 0854-8471
6. Mulki dan Raihan, AplikasiAnalytic HierarchyProcess dalam Pemilihan Supplier pada Supply Chain Mangement, Jurnal Teknologi Industri No 2, Volume V, UID, 2005.
7. Mulyono, S., Teori Pengambilan Keputusan,
Jakarta, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1996.
8. Pujawan, N.I., Supply Chain Management,
Surabaya, Guna Widya, 2005.
9. Queensland Government, Queensland
Purchasing: Managing and Monitoring Suppliers Performance, Australian, Departemen of Public Works, 2000.
10. Saaty, T.L., The Analytic Hierarchy Process:
Planning, Priority Setting, Resource Allocation, United States of America, McGraww-Hill, 1980.
11. Said, I.A. dkk, Produktivitas dan Efisiensi dengan Supply Chain Management, Jakarta, PPM, 2006.
12. Supriyanto dan Masruchah, I., Manajemen
Purchasing: Strategi Pengadaan dan Pengelolaan untuk Perusahaan Manufacturing, Jakarta, Gramedia, 2000.
13. Sutarman dan Katon, W., Perencanaan
Kebutuhan dan Pengadaan Material Pesawat Telepon Tipe PTE 991 N-3, INFOMATEK, Volume 5, Nomor 4, Desember 2003.
14. Tam, M.C.Y. and Tummala, R.V.M., An
Aplication of theAHP in Vendor Selection of the Telecommunications System, The International Journal of Management Science, Omega 29 171-182, 2000.
15. Watanabe, R., Supply Chain Mangement
Konsep dan Teknologi, Jakarta: Majalah
Usahawan No.02 TH XXX Februari 2001.
16. Wibisono, A. dan Aditya, Y., Penerapan
Sistem Database pada Proses Evaluasi Vendor.
Seminar Sistem Produksi VI, 2003.
17. Zabidi, Y., Supply Chain Mangement: Teknik Terbaru dalam Mengelola Aliran Material / Produk dan Informasi dalam Memenangkan Persaingan, Jakarta: Majalah Usahawan No.02 TH XXX Februari 2001.
BIODATA
Eri Wirdianto adalah dosen pada Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik – Universitas Andalas. Lulus Program Sarjana di Jurusan Teknik Industri – Universitas Sumatera Utara pada Tahun 1998. Pada tahun 2001 menyelesaikan studi Program Magister
bidang Manufacturing System Engineering and
Management di University of Bradford, UK. Saat ini dipercaya untuk menjadi Kepala Laboratorium Perencanaan dan Optimasi Sistem Industri, Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik – Universitas Andalas.
Elfira Unbersa adalah asisten pada Laboratorium Perencanaan dan Optimasi Sistem Industri, Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik – Universitas Andalas. Masuk sebagai mahasiswa Program Sarjana di Jurusan Teknik Industri – Universitas Andalas pada tahun 2003 dan menyelesaikan studi pada tahun 2007.
(1)
perencanaan performance, optimasi, dan pemecahan konflik [Saaty, 1980, hlm 5]. Suatu masalah dikatakan kompleks jika struktur permasalahan tersebut tidak jelas dan tidak tersedianya data dan informasi statistik yang akurat, sehingga input yang digunakan untuk menyelesaikan masalah ini adalah intuisi manusia. Namun intuisi ini harus datang dari orang-orang yang memahami dengan benar masalah yang ingin dipecahkan (orang yang expert).
Ada beberapa keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan AHP dalam memecahkan suatu persoalan yang kompleks, yaitu: [Marimin, 2004, hlm 77]
1. Kesatuan 2. Kompleksitas
3. Saling Ketergantungan 4. Penyusunan Hirarki 5. Pengukuran 6. Konsistensi 7. Sintesis 8. Tawar-menawar 9. Penilaian dan Konsensus 10. Pengulangan Proses
Langkah-langkah dan prosedur dalam menyelesaikan persoalan dengan menggunakan metode AHP adalah sebagai berikut:
1. Mendefinisikan permasalahan dan menentukan tujuan.
2. Membuat hirarki.
Masalah disusun dalam suatu hirarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan subtujuan-subtujuan, kriteria dan kemungkinan alternatif-alternatif pada tingkatan kriteria yang paling bawah.
3. Melakukan perbandingan berpasangan.
Perbandingan dilakukan berdasarkan “judgment” dari pengambil keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya. Matriks perbandingan dapat dilihat pada Tabel-1. Matriks ini menggambarkan kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan atau kriteria yang setingkat diatasnya. Dimana nilai perbadingan Ai
terhadap elemen Aj adalah aij. Nilai a ditentukan
oleh aturan:
a. Jika aij = α, maka aji =1/α, α≠ 0.
b. Jika Ai mempunyai tingkat kepentingan
relatif yang sama dengan Aj, maka aij =aji =
1.
c. Hal yang khusus, aii = 1, untuk semua i.
Tabel-1 Matrik perbadingan berpasangan
C A1 A2 A3 ... An
A1 a11 a12 a13 ... a1n
A2 a21 a22 a23 ... a2n
... ... ... ... ... ... An an1 an2 an3 ... ann
Nilai perbadingan ini ditentukan oleh skala kuantitatif yang dikemukakan oleh Saaty. Skala ini dimulai dari 1 hingga 9. Perbandingan dilakukan hingga diperoleh judgment seluruhnya sebanyak n x [(n-1)/2] buah, dengan n adalah banyaknya elemen yang dibandingkan. 4. Menentukan prioritas.
Penyusunan prioritas dilakukan untuk tiap elemen masalah pada tingkat hirarki. Proses ini akan menghasilkan bobot atau kontribusi kriteria terhadap pencapaian tujuan. Prioritas ditentukan oleh kriteria yang mempunyai bobot paling tinggi. Bobot yang dicari dinyatakan dalam vektor W = (W1, W2,…, Wn). Nilai Wn
menyatakan bobot relatif kriteria An terhadap
keseluruhan set kriteria pada sub sistem tersebut.
5. Menentukan tingkat konsistensi, pada keadaan sebenarnya akan terjadi ketidakkonsistenan dalam preferensi seseorang.
Pada dasarnya AHP dapat digunakan untuk mengolah data dari satu responden ahli. Namun demikian dalam aplikasinya penilaian kriteria alternatif dilakukan oleh beberapa ahli multidisipliner (kelompok). Bobot penilaian untuk penilaian berkelompok dinyatakan dengan menemukan rata-rata geometrik (Geometric Mean) dari penilaian yang diberikan oleh seluruh anggota kelompok. Nilai geometrik ini dirumuskan dengan:
)
)...(
)(
(
1 2n
n
x
x
x
GM
=
Dimana:GM = Geometric Mean x1 = Penilaian orang ke-1
xn = Penilaian orang ke-n
n = Jumlah penilai
3. METODOLOGI PENELITIAN
Tahapan dalam penelitian ini tergambar secara skematis pada Gambar-2.
(2)
No. 29 Vol.2 Thn. XV April 2008 ISSN: 0854-8471
Teknik
A
9
Gambar-2 Skema metodologi penelitian
4. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.1. Mengumpulkan Kriteria-kriteria Penilaian
Supplier
Pengumpulan kriteria penilaian supplier diperoleh dari kriteria yang digunakan oleh PT. X dan beberapa kriteria lain hasil studi literatur (Lihat Pujawan, 2005, hlm 147; Queensland Government, 2000, hal 14; Supriyanto dan Masruchah, 2000, hlm 85; Tam dan Tummala, 2000; Chopra and Meindl, 2007, hlm 441; Sutarman dan Katon, 2003; Wibisono dan Aditya, 2003; Amelia dan Paung, 2003; Mulki dan Raihan, 2005, hlm 80). Kriteria-kriteria tersebut menjadi dasar bagi Peneliti untuk mengembangkan kriteria-kriteria baru yang dinilai lebih baik.
4.2. Menentukan Kriteria Penilaian Supplier
PT.X
Untuk menentukan kriteria yang sesuai dalam menilai supplier pada PT. X , maka penentuan kriteria ini harus dilakukan secara bertahap dan terstruktur. Langkah-langkah yang dilakukan adalah: a. Verifikasi tahap I, langkah ini merupakan tahap
awal penentuan kriteria untuk mengidentifikasikan seluruh kriteria yang mungkin digunakan pada PT. X . Identifikasi ini didasarkan pada kriteria yang dimiliki oleh PT. X dan hasil studi literatur di atas.
b. Verifikasi tahap II, dilakukan dengan mendiskusikan kriteria hasil verifikasi tahap I dengan pihak yang berkepentingan yang memahami dan berkaitan dengan proses pengadaan barang. Tujuan dilakukan diskusi ini adalah untuk menentukan kriteria mana yang bisa digunakan pada PT. X .
c. Kuesioner tahap I, hasil verifikasi tahap II belum tentu dapat digunakan semuanya karena diskusi dilakukan secara terpisah dengan masing-masing pihak sehingga memungkinkan adanya perbedaan pendapat antara satu pihak dengan pihak yang lain. Oleh karena itu, rekapitulasi hasil diskusi ini perlu dinyatakan kembali ke masing-masing pihak untuk melakukan penilaian secara numerik dengan membuat kuesioner tahap I. Ketentuan yang digunakan dalam kuesioner ini mengacu pada penelitian yang pernah dilakukan oleh Tam dan Tummala (2000), yaitu:
a) Nilai 1, berarti kriteria tersebut tidak penting
b) Nilai 2, berarti kriteria tersebut agak penting
c) Nilai 3, berarti kriteria tersebut sangat penting
Hasil penilaian tersebut, dihitung rata-ratanya dari beberapa Responden. Kriteria yang mempunyai nilai rata-rata <2,3 merupakan kriteria yang tidak tepat digunakan, sedangkan kriteria yang mempunyai nilai rata-rata ≥2,3 merupakan kriteria yang tepat digunakan.
(3)
No. 29 Vol.2 Thn. XV April 2008 ISSN: 0854-8471
Sehingga diperoleh beberapa kriteria yang dapatdigunakan pada PT. X, kriteria tersebut terdapat pada Tabel-2.
Tabel-2 Kriteria penilaian supplier yang dapat
digunakan pada PT. X
4.3. Mengklasifikasikan Supplier
Klasifikasi supplier bertujuan untuk menentukan kriteria penilaian pada setiap kelompok supplier. Karena barang yang dipasok oleh setiap supplier mempunyai pengaruh yang berbeda bagi perusahaan dan mempunyai kesulitan yang berbeda pula bagi supplier untuk mendapatkannya.
Tingkat kepentingan dilihat berdasarkan nilai barang yang diperoleh melalui hasil perkalian harga dengan jumlah pemakaian barang tersebut. Harga barang yang tinggi menunjukkan bahwa barang tersebut sangat berpengaruh bagi perusahaan jika tidak dilakukan pengendalian yang tepat. Sedangkan tingginya jumlah pemakaian menunjukkan bahwa barang tersebut banyak dibutuhkan oleh perusahaan.
Tingkat kesulitan ditentukan oleh lead time pemasokan barang. Supplier yang memasok barang dengan tingkat kesulitan dan tingkat kepentingan yang tinggi merupakan kelompok supplier yang sangat perlu dilakukan penilaian dan pengawasan yang baik.
Nilai dari tingkat kepentingan dan tingkat kesulitan diplot dalam scatter diagram. Dimana sumbu y menunjukkan tingkat kesulitan sedangkan sumbu x menunjukkan tingkat kepentingan, hasil pengelompokan seluruh item suku cadang ditunjukkan oleh Gambar-3.
Gambar-3 Klasifikasi supplier suku cadang
Berdasarkan Gambar-3 di atas, diperoleh 4 kelompok supplier yaitu:
1. Supplier yang memasok barang pada bagian I disebut sebagai critical strategic suppliers. 2. Supplier yang memasokbarang pada bagian II
disebut sebagai leverage suppliers.
3. Supplier yang memasokbarang pada bagian III disebut sebagai non critical suppliers.
4. Supplier yang memasokbarang pada bagian IV disebut sebagai bottleneck suppliers.
4.4. Menentukan Bobot Kriteria Supplier
Untuk menentukan kriteria yang paling mempengaruhi kinerja masing-masing kelompok supplier di atas, dapat dilihat dari bobot masing-masingnya. Bobot setiap kriteria ditentukan oleh hasil perbadingan berpasangan setiap kriteria yang diperoleh melalui kuesioner Tahap II. Kuesioner tersebut diolah menggunakan bantuan software Expert Choice. Langkah pengolahan data ini dimulai dari menyusun hirarki, melakukan perbandingan berpasangan, menentukan prioritas, dan penggabungan pendapat respoden.
4.4.1. Menyusun Hirarki
Susunan hirarki dimulai dengan goal/sasaran, lalu kriteria level pertama, dan dilanjutkan dengan sub kriteria. Goal/sasaran dalam penelitian ini adalah menentukan kriteria penilaian supplier dengan 6 jumlah kriteria. Setiap kriteria tersebut mempunyai beberapa sub kriteria. Hirarki ini terlihat pada Gambar-4.
Singkatan Kriteria KP Kondisi Perusahaan
KPI 1a Lokasi supplier berdekatan dengan PT. X KPI 1b Mempunyai image yang baik dalam dunia industri KD Kelengkapan dokumen
KPI 2a Mengajukan penawaran dengan keterangan tertulis KPI 2b Tersedianya dokumen petunjuk untuk pemasokan
barang yang dikategorikan berbahaya
KPI 2c Menyerahkan seluruh dokumen persyaratan menjadi
supplier tepat waktu
HG Harga
KPI 3a Harga yang ditawarkan sesuai dengan anggaran pembelian KPI 3b Harga selalu tetap dalam masa validity
KPI 3c Memberi diskon untuk pembelian barang dalam jumlah besar
PR Pengiriman
KPI 4a Barang dikirim tepat waktu, sesuai dengan yang telah dijanjikan KPI 4b Tidak pernah meminta perpanjangan waktu pengiriman KPI 4c Spesifikasi barang yang dikirim sesuai dengan order pembelian KPI 4d Jumlah barang yang dikirim sesuai dengan order pembelian
KL Kualitas
KPI 5a Kualitas barang yang dipasok baik
KPI 5b Barang yang dipasok tidak menimbulkan ceceran atau tumpahan bagi masyarakat sekitarnya
KPI 5c Barang yang dipasok tidak menimbulkan polusi tanah, air dan udara yang menghawatirkan
KPI 5d Pengepakanbarang dapat menjamin keselamatan petugas yang menanganinya
KPI 5e Dapat membuktikan keaslian barang
PL Pelayanan
KPI 6a Memberikan jaminan/garansi terhadap barang KPI 6b Dapat memberikan bantuan dalam keadaan darurat KPI 6c Dapat menangani keluhan dari pembeli dengan baik
(4)
No. 29 Vol.2 Thn. XV April 2008 ISSN: 0854-8471
Teknik
A
11
Gambar-4 Struktur hirarki kriteria penilaian
supplier
4.4.2. Melakukan Perbadingan Berpasangan Setiap Kriteria Penilaian Supplier
Perbandingan berpasangan setiap kriteria dilakukan dengan memberikan kuesioner tahap II ke pihak berkepentingan yang memahami dan berkaitan dengan proses pengadaan barang, yaitu Kepala Biro Pengadaan Barang, Kepala Bidang Pengadaan Barang Umum, Kepala Bidang Pengadaan Suku Cadang, Kepala Bidang Pengadaan OPS (Operating Supply).
Kuesioner disajikan dalam tabel yang berisikan kriteria-kriteria yang digunakan untuk menilai supplier. Setiap kriteria tersebut dibandingkan dengan kriteria lain. Kriteria tersebut berada pada kolom tabel sebelah kiri dan kriteria pembandingnya berada pada kolom tabel sebelah kanan. Bobot diisi pada bagian kiri apabila kriteria tersebut mempunyai derajat kepentingan yang lebih tinggi dari kriteria sebelah kanan. Sebaliknya, bobot diisi pada bagian kanan apabila kriteria tersebut mempunyai derajat kepentingan yang lebih tinggi dari kriteria sebelah kiri. Bobot yang digunakan dalam penilaian ini adalah:
1, artinya sama pentingnya dengan 3, artinya agak lebih penting dari pada 5, artinya lebih penting dari pada 7, artinya jauh lebih penting dari pada 9,artinya mutlak lebih penting dari pada
2, 4, 6, atau 8 merupakan angka-angka genap diantara angka ganjil yang berurutan. Angka ini digunakan jika merasa ragu dengan penilaian angka ganjil diantaranya.
Kuesioner ini terdiri atas 4 kelompok yaitu kelompok critical strategic suppliers, leverage suppliers, non critical suppliers, bottleneck suppliers. Setiap kelompok tersebut terdiri atas 2 level. Level pertama membandingkan antara satu kriteria dengan kriteria lainnya, sedangkan level
kedua membandingkan antara masing-masing sub kriteria. Tabel-3 menunjukkan hasil pengisian kuesioner oleh salah seorang responden tentang kriteria yang digunakan dalam menilai Critical Strategic Suppliers.
Tabel-3 Tabulasi hasil pengisian kuesioner untuk
critical strategic suppliers pada level I
Berdasarkan Tabel-3 tersebut dapat diketahui bahwa pada poin nomor 1, responden menyatakan kriteria kondisi perusahaan agak lebih penting dari kriteria kelengkapan dokumen. Sedangkan pada poin nomor 2, responden menyatakan bahwa kriteria kondisi perusahaan sama pentingnya dengan harga dan begitu seterusnya.
4.4.3. Menentukan Prioritas
Penyusunan prioritas dilakukan untuk tiap elemen masalah pada tingkat hirarki. Proses ini akan menghasilkan bobot atau kontribusi kriteria terhadap pencapaian tujuan. Prioritas ditentukan oleh kriteria yang mempunyai bobot paling tinggi. Bobot setiap kriteria dan sub kriteria ditentukan dengan cara menginputkan kembali hasil penilaian berpasangan dari kuesioner ke dalam tabel kuesioner yang ada di Expert Choice.
Pengolahan kuesioner dari Expert Choice akan menghasilkan bobot setiap kriteria dengan inconsistency ratio yang berbeda. Inconsistency ratio merupakan parameter yang digunakan untuk memeriksa apakah perbandingan berpasangan dalam kuesioner telah dilakukan dengan konsisten atau tidak. Hasil dikatakan konsisten apabila mempunyai nilai inconsistency ratio kecil dari 0,1. Jika diperoleh nilai inconsistency ratio besar dari 0,1 maka kuesioner harus direvisi kembali. Revisi dilakukan hingga diperoleh tingkat konsistensi bernilai kecil dari 0.1. Setelah dilakukan revisi, maka dihasilkan bobot setiap kriteria disajikan secara numerik dan grafis.
Gambar-5 menunjukkan grafik hasilpembobotan Kriteria (Level I) untuk Critical Strategic Suppliers dari responden I. Berdasarkan gambar tersebut, diketahui bahwa menurut responden I kriteriayang mempunyai bobot penilaian paling tinggi pada Critical Strategic Suppliers adalah kualitas dan pengiriman yaitu sebesar 0.342. Bobot tertinggi setelah kualitas dan pengiriman secara berurutan adalah kriteria harga dengan bobot sebesar 0.97, pelayanan dengan bobot 0.131, kondisi perusahaan dengan bobot 0.06 dan kelengkapan dokumen
9 8 7 6 5 4 3 2 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Kondisi Perusahaan X Kelengkapan Dokumen
2 Kondisi Perusahaan X Harga
3 Kondisi Perusahaan X Pengiriman
4 Kondisi Perusahaan X Kualitas
5 Kondisi Perusahaan X Pelayanan
6 Kelengkapan Dokumen X Harga
7 Kelengkapan Dokumen X Pengiriman
8 Kelengkapan Dokumen X Kualitas
9 Kelengkapan Dokumen X Pelayanan
10 Harga X Pengiriman
11 Harga X Kualitas
12 Harga X Pelayanan
13 Pengiriman X Kualitas
14 Pengiriman X Pelayanan
15 Kualitas X Pelayanan
Krite ria Kriteria
No. Derajat Kepentingan Derajat Ke pe ntingan 1
(5)
mempu 0.028. H mempu 0,1 ya penilaia Gamba Sete dilanjut masing cara ya level I. kriteria mendap sebenar Glo dirata-r (GM), h Tabel-4 5. KE 5.1. Ke
Dar kesimpu 1. Kri me yan me Kriteria KP KPI 1a KPI 1b KD KPI 2a KPI 2b KPI 2c HG KPI 3a KPI 3b KPI 3c PR KPI 4a KPI 4b KPI 4c KPI 4d KL KPI 5a KPI 5b KPI 5c KPI 5d KPI 5e PL KPI 6a KPI 6b Sub Kriteria
unyai bobot y Hasil perhitung unyai nilai inco aitu sebesar 0 an konsisten.
ar-5 Grafik ha
strategic
elah menentu tkan dengan p
-masing kriter ang sama sepe
Hasil pembob ini dikalikan d patkan bobot y rnya sering dis
bal weightdar ratakan dengan hasilnya dapat
4 Rekapitulasi penilaian sup
ESIMPULAN esimpulan
i hasil penel ulan:
iteria yang di enilai supplier ng menamb emperhatikan k
a/ Critical trategic Supplier 0.055 a 0.038 b 0.013 0.028 a 0.004 b 0.009 c 0.012 0.104 a 0.050 b 0.039 c 0.007 0.288 a 0.039 b 0.025 c 0.147 d 0.087 0.331 a 0.099 b 0.049 c 0.056 d 0.073 e 0.068 0.187 a 0.110 b 0.036 a yang terendah gan ini dapat d onsistency ratio 0,06. Hal ini
asil pembobota suppliers pad
ukan bobot pembobotan s ria tersebut de erti pembobot botan untuk ma
dengan bobot k yang sebenarn ebut dengan gl ri masing-masi n menggunakan dilihat pada Ta i global weight pplier
DAN SARAN
litian ini dip igunakan oleh hanya terfok ah current kriteria yang d
Leverage Non C Suppliers Supp 0.037 0. 0.031 0. 0.008 0. 0.028 0. 0.006 0. 0.010 0. 0.007 0. 0.303 0. 0.193 0. 0.037 0. 0.056 0. 0.227 0. 0.040 0. 0.019 0. 0.089 0. 0.066 0. 0.310 0. 0.088 0. 0.043 0. 0.050 0. 0.064 0. 0.060 0. 0.114 0. 0.072 0. 0.022 0. Bobot
h yaitu sebe digunakan kare o yang kecil d i berarti bah
an untuk critica a level I
kriteria, ma sub kriteria d engan melakuk tan kriteria pa asing-masing s kriterianya unt nya. Bobot ya lobal weight. ing responden n geometric me
abel-4. t kriteria
N
peroleh bebera h PT. X dala
kus pada krite value tan dapat menamb Critical Bottlenec ppliers Supplier .043 0.108 .034 0.072 .008 0.021 .028 0.049 .009 0.009 .011 0.021 .011 0.021 .362 0.165 .195 0.082 .031 0.077 .067 0.010 .141 0.350 .023 0.055 .014 0.030 .083 0.169 .046 0.091 .311 0.223 .102 0.057 .049 0.032 .056 0.040 .073 0.052 .067 0.047 .107 0.104 .072 0.071 .022 0.017 sar ena dari hwa al aka dari kan ada sub tuk ang ini ean apa am eria npa bah f 2. 3. 5.2. P setia tenta terse DAF 1. 2. 3. 4. 5. ck rs
future value. hasil diskus perusahaan, d yang sesuai supplier PT. X a. Kondisi p b. Kelengkap c. Harga d. Pengirima e. Kualitas f. Pelayanan Pengelompoka pada tingkat kesulitan men kepentingan d barang, sedan oleh lamanya Pengelompoka supplier yait Leverage Supp Bottleneck Sup Berdasarkan h supplier yang pada Critica kualitas memi sebesar 0,331. yang mempun kualitas sebes Critical Suppl terbesar yaitu Suppliers krit paling tinggi y
Saran
Penelitian ini h ap kriteria. Seb ang bagaimana ebut.
FTAR KEPUS
Amelia dan P Layanan, Pe Potensi Int Evaluasi dan Chain. Semin Chopra, S. Management Operations, T Pearson Prent Gaspers, V Production P Berdasarkan MRP II dan Jakarta, Gram Indrajit, R.E Manajemen S Rantai Pasok Indonesia, Jak Marimin, Te Keputusan Grasindo, 200 Berdasarkan si dengan dikembangkan untuk digunak X . Kriteria ters perusahaan apan dokumen
an n
an supplier P kepentingan b ndapatkan baran ditentukan ole ngkan tingkat k a lead time an ini mengha tu Critical S pliers, Non Cr ppliers. hasil pembobot
telah dilakuka al Strategic iliki bobot yang . Pada Leverag nyai bobot pa sar 0,310. Sed liers kriteria ha u 0,362 dan teria pengirim yaitu sebesar 0,
hanya menentu baiknya juga d a standar nilai
STAKAAN
Parung, J., Int erformansi Ta tangible Asse n Seleksi Reka nar Sistem Prod and Meindl, : Strategy, Third Edition, U
tice Hall, 2007 V., Manajeme
Planning and Pendekatan JIT Menuju media, 2001.
. dan Djokop Supply Chain: kan Bagi Peru
karta, Gramed eknik dan Ap Kriteria M 04.
studi literatu pihak manaj
sebanyak 6 k kan dalam m sebut adalah:
PT. X didas barang dan ti ng tersebut. Ti eh nilai pema kesulitan diten pengadaan ba asilkan 4 klasi Strategic Supp ritical Supplier
tan kriteria pen an, diketahui b Suppliers k g paling tinggi ge Suppliers, k aling tinggi a dangkan pada arga memiliki n pada Bottl man memiliki
,350.
ukan bobot pen dilakukan pene untuk setiap k
tegrasi Perfor angible Assets
ets sebagai anan dalam S duksi VI, 2003 P., Supply
Planning Upper Saddle R 7.
en Bisnis Inventory Co Sistem Terinte Manufakturin
pranoto, R., K Strategi Meng usahaan Mode
ia, 2002. likasi Pengam Majemuk, Ja
ur dan jemen kriteria menilai sarkan ingkat ingkat akaian ntukan arang. ifikasi pliers, rs, dan
nilaian bahwa kriteria i yaitu kriteria adalah Non bobot leneck bobot nilaian elitian kriteria rmansi s dan Alat Supply 3. Chain and River, Total: ontrol egrasi ng 21, Konsep gelola ern di mbilan akarta,
(6)
No. 29 Vol.2 Thn. XV April 2008 ISSN: 0854-8471
Teknik
A
13
6. Mulki dan Raihan, AplikasiAnalytic Hierarchy Process dalam Pemilihan Supplier pada Supply Chain Mangement, Jurnal Teknologi Industri No 2, Volume V, UID, 2005.
7. Mulyono, S., Teori Pengambilan Keputusan, Jakarta, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1996.
8. Pujawan, N.I., Supply Chain Management, Surabaya, Guna Widya, 2005.
9. Queensland Government, Queensland Purchasing: Managing and Monitoring Suppliers Performance, Australian, Departemen of Public Works, 2000.
10. Saaty, T.L., The Analytic Hierarchy Process: Planning, Priority Setting, Resource Allocation, United States of America, McGraww-Hill, 1980.
11. Said, I.A. dkk, Produktivitas dan Efisiensi dengan Supply Chain Management, Jakarta, PPM, 2006.
12. Supriyanto dan Masruchah, I., Manajemen Purchasing: Strategi Pengadaan dan Pengelolaan untuk Perusahaan Manufacturing, Jakarta, Gramedia, 2000.
13. Sutarman dan Katon, W., Perencanaan Kebutuhan dan Pengadaan Material Pesawat Telepon Tipe PTE 991 N-3, INFOMATEK, Volume 5, Nomor 4, Desember 2003.
14. Tam, M.C.Y. and Tummala, R.V.M., An Aplication of theAHP in Vendor Selection of the Telecommunications System, The International Journal of Management Science, Omega 29 171-182, 2000.
15. Watanabe, R., Supply Chain Mangement Konsep dan Teknologi, Jakarta: Majalah Usahawan No.02 TH XXX Februari 2001. 16. Wibisono, A. dan Aditya, Y., Penerapan
Sistem Database pada Proses Evaluasi Vendor. Seminar Sistem Produksi VI, 2003.
17. Zabidi, Y., Supply Chain Mangement: Teknik Terbaru dalam Mengelola Aliran Material / Produk dan Informasi dalam Memenangkan Persaingan, Jakarta: Majalah Usahawan No.02 TH XXX Februari 2001.
BIODATA
Eri Wirdianto adalah dosen pada Jurusan Teknik
Industri, Fakultas Teknik – Universitas Andalas. Lulus Program Sarjana di Jurusan Teknik Industri – Universitas Sumatera Utara pada Tahun 1998. Pada tahun 2001 menyelesaikan studi Program Magister bidang Manufacturing System Engineering and Management di University of Bradford, UK. Saat ini dipercaya untuk menjadi Kepala Laboratorium Perencanaan dan Optimasi Sistem Industri, Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik – Universitas Andalas.
Elfira Unbersa adalah asisten pada Laboratorium
Perencanaan dan Optimasi Sistem Industri, Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik – Universitas Andalas. Masuk sebagai mahasiswa Program Sarjana di Jurusan Teknik Industri – Universitas Andalas pada tahun 2003 dan menyelesaikan studi pada tahun 2007.