PENGARUH KEPEMIMPINAN PARTISIPATIF KEPALA SEKOLAH, BUDAYA ORGANISASI DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KOMITMEN AFEKTIF GURU DI SMP KABUPATEN LABUHANBATU UTARA.

PENGARUH KEPEMIMPINAN PARTISIPATIF KEPALA SEKOLAH
BUDAYA ORGANISASI DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP
KOMITMEN AFEKTIF GURU DI SMP KABUPATEN
LABUHANBATU UTARA

TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Sebahagian Persyaratan
Dalam Memperoleh Gelar magister Pendidikan
Pada Program Studi Adminstrasi Pendidikan

Oleh :
JULAFRIGANDI SINAGA
NIM. 8126132013

PROGRAM PASCASARJANA
UNVIERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2014

PENGARUH KEPEMIMPINAN PARTISIPATIF KEPALA SEKOLAH
BUDAYA ORGANISASI DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP

KOMITMEN AFEKTIF GURU DI SMP KABUPATEN
LABUHANBATU UTARA

TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Sebahagian Persyaratan
Dalam Memperoleh Gelar magister Pendidikan
Pada Program Studi Adminstrasi Pendidikan

Oleh :
JULAFRIGANDI SINAGA
NIM. 8126132013

PROGRAM PASCASARJANA
UNVIERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2014

ABSTRACT
Julafrigandi Sinaga. NIM. 8126132013. The Influence of
Participative Leadership of a Head of School applied Organizational Culture

with Working Motivation on Affective Commitment of Teachers in SMPs
Kabupaten Labuhanbatu Utara.
The objective of this study is to determine the influence of a participative
leadership by the head of schools against a working motivation, the influence of
organizational culture over a working motivation, the influence of a participative
leadership by head of schools on an affective commitment, the influence of the
organizational culture on an affective commitment and the influence of working
motivation on an affective commitment on the SMPs Kabupaten Labuhanbatu
Utara district. In this case, for collecting the data obtained by an questionnaire
instrument.
By the research in the result indicated that there is a significance
influence between a participative leadership of head of school over their
motivation to work as teacher. It is noted in the assessment over the correlation in
line between the participative leadership of head school with the working
motivation of the teachers about 0.395, with rate of p31 = 0.395 obtained the value
tcount = 4.534. It is noted a significance influence between the organizational
culture with the working motivation of teachers some 0.395 with its rate of p32 =
0.350 obtained its rate tcount = 3.946.
Still, it is noted a significance influence between a participative
leadership of those head of school on their affective commitment as teacher. For

this rate noted on the result of count in line correlation between participative
leadership of head of school with affective commitment of teacher 0.280. With
rate p41 = 0.280 obtained the result rate t count = 3.077. This rate has been referred
to t table with N = 115 on the rate of 5% = 1.560. It is found a significance
influence between the organizational culture on the affective commitment of the
teachers. This moment should be noted in the line correlation between the
organizational culture with the affective commitment of teachers in rate 0.294
with the rate of p 42 = 0.294, obtained its rate tcount = 3.145, for this is referred to
the rate table to N = 115 on rate of 5% = 1.560.
It is noted yet a significance influence immediately between the working
motivation to the affective commitment of the teachers, for in this case noted by
the result of a line correlation in working to the affective commitment as teacher
noted 0.233. With p43 = 0.233 was obtained a rate of = 2.522. This rate has been
referred to the t table in N – 115 on the rate of 5% = 1.560. So, the hypothesis as
submitted mention that a significance of motivation works on the affective
commitment of teacher is acceptable and reliable. The rate of directly influence
of variable motivation of working to the effective commitment of teacher is noted
5.42%.

ABSTRAK


Julafrigandi Sinaga. NIM. 8126132013. Pengaruh Kepemimpinan
Partisipatif Kepala Sekolah Budaya Organisasi dan Motivasi Kerja
Terhadap Komitmen Afektif Guru di SMP Kabupaten Labuhanbatu
Utara
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan
partisipatif kepala sekolah terhadap motivasi kerja, pengaruh budaya organisasi
terhadap motivasi kerja, pengaruh kepemimpinan partisipatif kepala sekolah
terhadap komitmen afektif, pengaruh budaya organisasi terhadap komitmen
afektif, dan pengaruh motivasi kerja terhadap komitmen afektif di SMP
Kabupaten Labuhan Batu Utara. Penelitian ini menggunakan analisi jalur dengan
responden sebanyak 115 guru di SMP Kabupaten Labuhanbatu Utara.
Pengumpulan data diperoleh melalui instrumen angket.
Hasil temuan penelitian adalah terdapat terdapat pengaruh langsung
kepemimpinan partisipatif kepala sekolah terhadap motivasi kerja guru. Hal ini
dapat diketahui dari hasil hitung analisis jalur antara kepemimpinan partisipatif
kepala sekolah dengan motivasi kerja guru sebesar 0,395. Dengan nilai ρ31 =0,395
diperoleh harga thitung = 4,534. Terdapat pengaruh budaya organisasi terhadap
motivasi kerja guru sebesar 0,350. Dengan nilai ρ32 =0,350 diperoleh harga thitung
= 3,946.

Terdapat pengaruh kepemimpinan partisipatif kepala sekolah terhadap
komitmen afektif guru. Hal ini dapat diketahui dari hasil hitung analisis jalur
antara kepemimpinan partisipatif kepala sekolah dengan komitmen afektif guru
sebesar 0,280. Dengan nilai ρ41 =0,280 diperoleh harga thitung = 3,077. Harga ini
dikonsultasikan dengan ttabel dengan N=115 pada taraf 5% =1,560. Terdapat
pengaruh budaya organisasi terhadap komitmen afektif guru. Hal ini dapat
diketahui dari hasil hitung analisis jalur antara budaya organisasi dengan
komitmen afektif guru sebesar 0,294. Dengan nilai ρ42 =0,294 diperoleh harga
thitung = 3,145. Harga ini dikonsultasikan dengan ttabel dengan N=115 pada taraf 5%
=1,560.
Terdapat pengaruh langsung motivasi kerja terhadap komitmen afektif
guru. Hal ini dapat diketahui dari hasil hitung analisis jalur antara motivasi kerja
dengan komitmen afektif guru sebesar 0,233. Dengan nilai ρ43 =0,233 diperoleh
harga thitung = 2,522. Harga ini dikonsultasikan dengan ttabel dengan N=115 pada
taraf 5% =1,560. Dengan demikian hipotesis yang diajukan bahwa terdapat
pengaruh motivasi kerja terhadap komitmen afektif guru dapat diterima dan teruji
kebenarannya. Besar pengaruh langsung dari variabel motivasi kerja terhadap
komitmen afektif guru adalah 5,42%.

KATA PENGANTAR


Puji Syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan
kasih karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tesis ini dengan
judul: Pengaruh Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah Budaya Organisasi
Dan Motivasi Kerja Terhadap Komitmen Afektif Guru SMP Di Kabupaten
Labuhanbatu Utara. Tesis ini merupakan sebagian dari

persyaratan dalam

menyelesaikan studi pada Program Studi Administrasi Pendidikan Program
Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
Tesis ini dalam proses penulisan banyak menemui hambatan dan rintangan
namun dengan segala upaya maksimal yang dilakukan penulis serta bantuan dari
berbagai pihak, akhirnya tesis ini dapat selesai tepat waktu. Atas bantuan yang
diberikan, maka penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.

Rektor Universitas Negeri Medan, Bapak Prof. Dr. H. Ibnu Hajar, M.Si, atas
bimbingan dan arahan selama penulis mengikuti perkuliahan di Program
Pascasarjana Universitas Negeri Medan.


2.

Direktur

Program

Pascasarjana

Universitas

Negeri

Medan,

Bapak

Prof.Dr.H.Abdul Muin Sibuea, M.Pd, yang telah memberikan fasilitas dalam
menyelesaikan Magister Pendidikan saya di Program Pascasarjana Universitas
Negeri Medan.

3.

Ketua Program Studi Administrasi Pendidikan, Bapak Dr. Ir. Darwin, M.Pd., atas
arahan dan masukan dalam penyusunan proposal hingga menjadi tesis.

4.

Sekretaris Program Studi Administrasi Pendidikan, Bapak Dr. Paningkat Siburian,
M.Pd., atas arahan dan masukan dalam penyusunan tesis selaku ketua prodi yang

iii

telah meluangkan waktu dalam mengarahkan, memotivasi serta memberikan
nasehat kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini.
5.

Bapak Dr. Arif Rahman, M.Pd dan Prof. Sri Milfayetty, MS.Kons selaku
pembimbing Tesis yang telah meluangkan waktu dalam mengarahkan, memotivasi
serta memberikan nasehat kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini.


6.

Kepada Dosen Penguji Bapak Prof. Dr. Syaiful Sagala, M.Pd, Bapak Dr. Irsan
Rangkuti, M.Pd, Ibu Prof. Dr. Rosmala Dewi, M.Pd.Kons, yang telah banyak
memberikan arahan dan masukan sehingga saya dapat menelesaikan Tesis saya.

7.

Seluruh Dosen Program Pascasarjana Program studi Administrasi Pendidikan
yang telah memberikan banyak masukan sehingga penulis dapat menyelesaikan
studi di Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

8.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Labuhanbatu Utara yang
telah memberikan izin meelanjutkan studi di Program Pascasarjana Universitas
Negeri Medan.

9.


Kepala SMP Negeri 1 Aek Kuo Kabupaten Labuhanbatu Utara, Bapak.
Saparuddin Rambe, M.Pd, atas dukungan yang telah diberikan kepada saya untuk
melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi.

10. Kepala Sekolah SMP yang ada di Kabupaten Labuhanbatu Utara yang telah
mengizinkan saya melaksanakan penelitian disekolah yang mereka pimpin.
11. Guru – guru SMP Kabupaten Labuhanbatu Utara yang telah membantu saya
melaksanakan penelitian.
12. Ayahanda J. Sinaga dan Ibunda K. Saragih, yang selalu memberikan doa dan
dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Pascasarjana Universitas
Negeri Medan.
iv

13. Mertua saya S. Tampubolon, yang tak lupa juga memberikan doa dan dukungan
selama saya dmengikuti perkuliahan.
14. Istri tercinta, Santy Saragih, AMk yang telah banyak memberikan dukungan dan
motivasi bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan Studi Program Pascasarjana.
15. Anak-anakku tercinta: Olivia Aklesyani Sinaga dan Clairin Beryl Sinaga yang
sudah turut memberikan Doa dan dukungan bagi saya dalam menyelesaikan Study
saya di Program Pascasarjana.

16. Teman-teman Program Studi Administrasi Pendidikan Program Pascasarjana
Universitas Negeri Medan yang telah membantu dalam memberikan motivasi bagi
penulis sehingga dapat menyelesaikan studi dan penulisan tesis ini.
17. Kepada semua pihak yang telah membantu saya yang tidak bisa saya sebutkan
satu persatu.

Semoga Tuhan Yesus Kristus Memberkati kita semua, Amin

Medan, Mei 2014
Penulis

Julafrigandi Sinaga
NIM. 8126132032

v

DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRACT .....................................................................................................
ABSTRAK .......................................................................................................
KATA PENGANTAR ......................................................................................
DAFTAR ISI ....................................................................................................
DAFTAR TABEL ............................................................................................
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................

i
ii
iii
vi
viii
x
xi

BAB I

: PENDAHULUAN .........................................................................
A. Latar Belakang Masalah .............................................................
B. Identifikasi Masalah ...................................................................
C. Pembatasan Masalah ..................................................................
D. Rumusan Masalah ......................................................................
E. Tujuan Penelitian .......................................................................
F. Manfaat penelitian ......................................................................

1
1
15
16
16
17
17

BAB II : KAJIAN TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN
HIPOTESIS PENELITIAN .........................................................
A. Kajian Teoretis ...........................................................................
1. Komitmen Afektif ................................................................
2. Kepemimpinan Partisipatif...................................................
3. Budaya Organisasi ...............................................................
4. Motivasi Kerja ......................................................................
B. Penelitian yang Relevan .............................................................
C. Kerangka Berpikir ......................................................................
D. Pengajuan Hipotesis ...................................................................

19
19
19
35
58
71
77
80
87

BAB III : METODE PENELITIAN ............................................................
A. Lokasi dan Waktu Penelitian .....................................................
B. Metode Penelitan .......................................................................
C. Desain dan Variabel Penelitian ..................................................
D. Populasi dan Sampel ..................................................................
E. Definisi Operasional Variabel ...................................................
F. Teknik Pengumpulan Data ........................................................
G. Uji Coba Instrumen....................................................................
H. Teknik Analisa Data ..................................................................

88
88
88
89
89
93
94
97
98

vi

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...........................

105

A. Deskripsi Hasil Penelitian..........................................................

105

B. Tingkat Kecenderungan Variabel Penelitian .............................

112

C. Pengujian Persyaratan Analisis .................................................

116

1. Uji Linieritas dan Keberartian Regresi ................................

116

2. Uji Normalitas ......................................................................

121

3. Uji Homogenitas ..................................................................

122

D. Pengujian Hipotesis ...................................................................

123

E. Temuan Penelitian .....................................................................

126

F. Pembahasan Hasil Penelitian .....................................................

128

G. Keterbatasan Penelitian .............................................................

138

BAB V : SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ....................................
A. Simpulan ....................................................................................
B. Implikasi ....................................................................................
C. Saran ..........................................................................................

139
139
141
142

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
LAMPIRAN-LAMPIRAN ...............................................................................

144
149

vii

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

1.1

Nilai UN SMP Kabupaten Labuhanbatu Utara TP 2012./2013 ........... 15

2.1

Bagan Teori Dua Faktor Herzberg ...................................................... 75

3.1

Jumlah SMP Kecamatan Aek Kuo dan Kecamatan Merbau ............... 90

3.2

Sampel Guru SMP Kecamatan Aek Kuo dan Kecamatan Merbau ...... 92

3.3

Kisi-kisi Instrumen Kepemimpinan Partisipatif .................................. 95

3.4

Kisi-kisi Instrumen Komitmen Afektif ................................................ 95

3.5

Kisi-kisi Instrumen Budaya Organisasi ............................................... 96

3.6

Kisi-kisi Instrumen Motivasi Kerja...................................................... 96

4.1

Ringkasan Deskripsi Data Variabel Penelitian .................................... 105

4.2

Distribusi Frekuensi Data Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah 106

4.3

Distribusi Frekuensi Data Budaya Organisasi ..................................... 108

4.4

Distribusi Frekuensi Data Motivasi Kerja ........................................... 109

4.5

Distribusi Frekuensi Data Komitmen Afektif Guru ............................. 111

4.6

Tingkat Kecenderungan Variabel Kepemimpinan Partisipatif ............ 112

4.7

Tingkat Kecenderungan Variabel Budaya Organisasi ......................... 113

4.8

Tingkat Kecenderungan Variabel Motivasi Kerja ............................... 114

4.9

Tingkat Kecenderungan Variabel Komitmen Afektif .......................... 115

4.10

Ringkasan Analisi Varians Untuk Persamaan X1 atas X3............................. 116

4.11

Ringkasan Analisis Varians Untuk Persamaan X3 atas X2 .................. 117

4.12

Ringkasan Analisis Varians Untuk Persamaan X4 atas X1 .................. 118

4.13

Ringkasan Analisis Varians Untuk Persamaan X4 atas X2 .................. 119

4.14

Ringkasan Analisis Varians Untuk Persamaan X4 atas X3 .................. 120

4.15

Rangkuman Analisis Uji Normalitas Variabel Penelitian.................... 121

4.16

Rangkuman Hasil Analisis Korelasi, Analisis Jalur ............................ 124

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

2.1

Hubungan Mekanisme Organisasi Colquitt, Lapine, Wesson ..

23

2.2

Driver of Overal Organizational Comitment ...............................

26

2.3

Efektivitas Kepemimpinan ...........................................................

41

2.4

Kombinasi Pemimpin dan Kematangan Bawahan .......................

47

2.5

Path Goal Theory Leadership ......................................................

54

2.6

Path Goal Theory Leadership Robbins ........................................

56

2.7

Teori Motivasi Jenjang Kebutuhan Maslow ................................

73

2.8

Teori Pengharapan .......................................................................

76

2.9

Paradigma Penelitian ....................................................................

86

4.1

Histogram Variabel Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah

107

4.2

Histogram Variabel Budaya Organisasi ......................................

108

4.3

Histogram Variabel Motivasi Kerja ............................................

110

4.4

Histogram Variabel Komitmen Afektif Guru ..............................

111

4.5

Diagram jalur Variabel Penelitian ................................................

123

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran

Halaman

1.

Angket Penelitian .............................................................................

149

2.

Validitas dan Reliabilitas Angket Penelitian ...................................

159

3.

Data Hasil Penelitian........................................................................

175

4.

Deskripsi Data Penelitian .................................................................

179

5.

Tingkat Kecenderungan Data Penelitian .........................................

187

6.

Normalitas dan Homogenitas Data Penelitian .................................

192

7.

Linieritas dan Keberartian Regresi ..................................................

212

8.

Perhitungan Koefisien Jalur .............................................................

251

9.

Tabel R Product Moment .................................................................

254

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keberhasilan pendidikan dapat dipengaruhi oleh banyak komponen di
antaranya komponen guru, peserta didik, pengelolaan dan pembiayaan. Keempat
komponen tersebut saling keterkaitan dan sangat mempengaruhi dalam
keberhasilan penyelenggaraan pendidikan.
Guru adalah salah satu komponen yang dapat menentukan keberhasilan
suatu pendidikan, sebab guru merupakan ujung tombak yang berhubungan
langsung dengan siswa sebagai subjek dan objek belajar. Bagaimanapun bagus
dan idealnya kurikulum pendidikan, bagaimana lengkapnya sarana dan prasarana
pendidikan dan bagaimana kuatnya antusias peserta didik, tanpa diimbangi
dengan kemampuan guru, maka semuanya akan kurang bermakna. Aspek yang
paling dominan dalam kaitannya dengan kependidikan adalah guru (pendidik),
yang memang secara khusus diperuntukkan untuk mendukung dan bahkan
menjadi ujung tombak dalam pencapaian tujuan pendidikan.
Usman (2002:7) mengemukakan bahwa guru mamiliki peran yang penting,
merupakan posisi strategis, dan bertanggung jawab dalam pendidikan nasional.
Guru memiliki tugas sebagai pendidik, pengajar dan pelatih. Mendidik berarti
meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Sedangkan mengajar berarti
meneruskan dan mengembangkan ilmu, pengetahuan dan teknologi. Melatih
berarti meneruskan dan mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa

1

2

Upaya mencapai tujuan pendidikan tersebut maka guru yang menjadi
faktor dalam meningkatkan kualitas pendidikan diharapkan menunjukan kinerja
yang baik yang nantinya berimplikasi terhadap perbaikan pendidikan pada
umumnya, perbaikan mutu lulusan khususnya.
Guru melaksanakan tugasnya harus mampu memberikan kontribusi yang
maksimal terhadap pencapaian tujuan pendidikan di sekolah sehingga
menghasilkan output yang berkualitas. Tujuan pendidikan yang menghasilkan
output yang berkualitas ditentukan berbagai faktor, di antaranya adalah melalui
kompetensi guru, karena kompetensi guru memiliki pengaruh terhadap
peningkatan pembelajaran.
Mulyasa (2011:35) mengemukakan bahwa semua orang yakin bahwa guru
memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah.
Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untuk
mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Sagala (2013: 390 mengemukakan
bahwa sebagai seorang profesional guru harus memiliki kompetensi keguruan
yang cukup. Kompetensi keguruan itu tampak pada kemampuannya dalam
menerapkan

sejumlah

konsep,

asas

kerja

sebagai

guru,

mampu

mendemonstrasikan sejumlah strategi maupun pendekatan pengajaran yang
menarik dan interaktif, disiplin, jujur, dan konsisten.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi maka guru harus mampu
membawa siswa atau peserta didik untuk memasuki dunia ilmu pengetahuan dan
teknologi yang terus menerus berkembang. Guru bertanggung jawab sebagai
medium agar anak didik dapat mencapai tujuan pendidikan. Oleh karena itu guru

3

harus memiliki kepribadian yang matang dan berkembang, menguasai ilmu
pengetahuan

dan

teknologi

yang

kuat,

memiliki

keterampilan

untuk

membangkitkan minat pesaerta didik, dan mengembangkan profesinya yang
berkesinambungan.
Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan didukung oleh kompetensi
guru. Sebagaimana telah dikemukakan dalam UU Guru dan Dosen Tahun 2005
dan Penjelasan Peraturam Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan, bahwa guru memiliki empat kompetensi menuju pada
profesionalitas guru dan peningkatan kualitas pendidikan Indonesaia. Adapun
kompetensi yang harus dimiliki oleh guru adalah: (1) kompetensi paedagogik, (2)
kompetensi kepribadian, (3) kompetensi sosial, dan (4) kompetensi profesional.
Dengan adanya kompetensi ini guru akan mampu dalam melakukan dan
meningkatkan kinerjanya.
Keempat kompetensi ini mengharuskan guru agar memiliki semangat kerja
dan komitmen yang tinggi dalam menjunung tinngi nilai-nilai keguruannya,
sehingga guru mampu melaksanakan tugas pembelajaran penuh tanggung jawab,
penuh integritas, serius, penuh semangat dan penuh dedikasi. Dengan sikap ini
maka guru akan mudah menjalankan tugasnya dalam meningkatkan pendidikan
yang mengikuti perkembangan zaman.
Sopiah (2008:155) mengemukakan komitmen adalah kebanggaan,
kesetiaan dan kemauan anggota pada organisasi. Bila seseorang memiliki
komitmen maka ketercapaian tujuan yang hendak dicapai akan lebih baik daripada
seseorang yang belum mempunyai komitmen yang tinggi.

4

Robbins (2008: 140) mengemukakan bahwa komitmen organisasi adalah
sebagai suatu keadaan yang menyebabkan seorang memihak suatu organisasi dan
tujuan-tujuan organisasi tersebut serta berniat memelihara keanggotaannya dalam
organisasi.

Komitmen

terhadap

organisasi

merupakan

kondisi

yang

menggambarkan pemberian usaha, kemampuan dan kesetiaan seseorang kepada
organisasi serta penerimaan terhadap nilai-nilai dan tujuan organisasi.
Luthan (1988:131) mengemukakan bahwa komitmen akan memberikan
dukungan positif terhadap hasil yang diharapkan organisasi, seperti terhadap
kinerja, menghindari pekerjaan berhenti, dan ketidak hadiran kerja. Dengan
adanya komitmen dalam menjalankan tugas, maka hambatan-hambatan yang
dihadapi dalam menjalankan tugas akan dapat diatasi. Dengan kata lain guru
dengan komitmen yang tinggi juga akan menghasilkan kinerja yang tinggi.
Rhoades (2001:825) mengemukakan bahwa komitmen terhadap organisasi
dapat dibedakan dalam tiga jenis, masing-masing komitmen tersebut memiliki
tingkat atau derajat yang berbeda. Ketiga jenis komitmen terhadap organisasi
tersebut adalah: (1) continuance commitment (komitmen kontinuan/rasional),
berarti komitmen berdasarkan persepsi anggota tentang kerugian yang akan
dihadapinya jika meninggalkan organisasi yaitu seorang anggota tetap bertahan
atau meninggalkan organisasi berdasarkan pertimbangan untung rugi yang
diperolehnya, (2) normative commitment (komitmen normatif) merupakan
komitmen yang meliputi perasaan-perasaan individu tentang kewajiban dan
tanggungjawab yang harus diberikan kepada organisasi, sehingga individu tetap
tinggal di organisasi karena merasa wajib untuk loyal terhadap organisasi, dan (3)

5

affective commitment (komitmen afektif) berkaitan dengan emosional, identifikasi
dan keterlibatan individu di dalam suatu organisasi, anggota yang mempunyai
komitmen ini mempunyai keterikatan emosional terhadap organisasi yang
tercermin melalui keterlibatan dan perasaan senang serta menikmati peranannya
dalam organisasi.
Shore & Wayne (dalam Smither, 1998:240) mengemukakan bahwa
komitmen afektif dinilai lebih tinggi daripada komitmen normatif dan kontinuan,
sedangkan komitmen normatif dinilai lebih tinggi daripada komitmen kontinuan
(komitmen rasional). Oleh karena itu, dalam konteks penelitian ini dapat
dikatakan bahwa guru yang mempunyai komitmen afektif akan lebih bernilai bagi
sekolah dibandingkan kedua tipe komitmen yang lain karena sudah melibatkan
faktor emosional sehingga guru dengan komitmen afektif akan bertugas dengan
perasaan senang dan menikmati perannya.
Greenberg dan Baron (2003:161) menjelaskan bahwa perilaku yang
ditimbulkan masing-masing tipe komitmen adalah berbeda. Setiap guru memiliki
dasar dan tingkah laku yang berbeda berdasarkan komitmen terhadap organisasi
yang dimilikinya. Guru yang memiliki komitmen dengan dasar afektif memiliki
tingkah laku berbeda dengan guru yang berdasarkan komitmen kontinuan. Guru
dengan komitmen afektif benar-benar ingin menjadi guru di sekolah yang
bersangkutan sehingga memiliki keinginan untuk menggunakan usaha optimal
demi tercapainya tujuan sekolah. Guru dengan komitmen kontinuan cenderung
melakukan tugasnya dikarenakan menghindari kerugian finansial dan kerugian
lain, sehingga hanya melakukan usaha yang tidak optimal.

6

Rhoades (2001: 825) menambahkan bahwa individu dengan komitmen
afektif terhadap organisasi akan memperlihatkan performansi kerja yang tinggi
pula. Masaong (2004:541) mengemukakan bahwa semangat kerja guru merupakan
salah satu indikasi dari komitmen guru. Guru dengan komitmen yang tinggi
adalah yang memiliki semangat kerja yang tinggi, begitupun sebaliknya.
Semangat kerja yang tinggi ditandai dengan adanya disiplin tinggi, minat kerja,
antusiasme dan motivasi yang tinggi untuk bekerja, terpacu untuk berpikir kreatif
dan imajinatif, konsekuen dan selalu berusaha mencari alternatif dalam metode
pengajarannya. Guru dengan semangat kerja yang rendah akan menunjukkan
perilaku indisipliner, hanya terpaku pada satu metode mengajar, kurang kreatif,
kurang berusaha, dan kurang motivasi.
Mowday dkk (1992:125) mengemukakan salah satu faktor yang
mempengaruhi komitmen terhadap organisasi adalah karakteristik struktural yang
meliputi atas karakteristik organisasi beserta seluruh kebijakan yang berlaku
termasuk di dalamnya kebijakan pimpinan organisasi. Kebijakan pimpinan
organisasi akan mempengaruhi perilaku kerja yang ditampilkan bawahan.
Organisasi yang dimaksud adalah sekolah, sedangkan yang dimaksud dengan
bawahan dan pimpinan adalah guru dan kepala sekolah. Sekolah sebagai suatu
organisasi dipimpin oleh seorang kepala sekolah yang berwenang menerapkan
kepemimpinan tertentu demi terwujudnya tujuan sekolah.
Kepala sekolah dalam menjalankan tugasnya akan berusaha menerapkan
kebijakan yang dirasa tepat bagi keberhasilan sekolah. Kebijakan kepala sekolah
merupakan implementasi dari gaya kepemimpinannya dalam memimpin sekolah.

7

Gaya kepemimpinan inilah yang selanjutnya akan di persepsikan oleh semua
bawahan termasuk para guru. Kepala sekolah harus dapat menciptakan suasana
kerja yang kondusif untuk terjadinya suatu proses pembelajaran yang efektif,
sehingga diperlukan suatu perilaku kepemimpinan yang baik. Kepala sekolah
harus senantiasa berupaya ke arah itu. Salah satu upaya yang dapat ditempuh
adalah menerapkan kepemimpinan yang baik yang dapat menumbuhkan dan
meningkatkan komitmen guru.
Thoha

(2006:49)

mengemukakan

bahwa

perilaku

kepemimpinan

merupakan norma prilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut
mencoba mempengaruhi prilaku orang lain. Kepala sekolah sebagai top leader di
sekolah memiliki tanggung jawab yang besar. Kemampuan seorang pemimpin
akan memberikan dampak yang nyata terhadap mutu produk yang dihasilkan.
Dalam hal ini mutu kepala sekolah sebagai pemimpin suatu lembaga pendidikan
akan berdampak terhadap mutu produk pendidikan di sekolah tersebut.
Adler dalam Dadi Permadi (1998:24) menegaskan bahwa “The quality of
teaching and learning that goes in a school is largely determined by the quality of
principals leadership” (mutu belajar mengajar yang terjadi di sekolah adalah
ditentukan oleh sebagian besar mutu kepemimpinan kepala sekolah) dengan
demikian seorang pemimpin bisa dikatakan rukh sebuah lembaga atau institusi.
Banyak faktor yang turut mewarnai perilaku kepemimpinan seorang
kepala sekolah, sehingga perilaku kepemimpinan kepala sekolah itu sendiri secara
teori banyak jenisnya. Seorang kepala sekolah mungkin tidak menyadari perilaku
apa yang sedang mereka lakukan dalam melaksanakan tugas. Tetapi kepala

8

sekolah yang visioner justru harus memahami secara benar tentang perilaku
kepemimpinan apa yang akan dipergunakan serta bagaimana tata laksana dari
perilaku kepemimpinan tersebut dalam rangka mencapai tujuan organisasi sekolah
yang lebih baik di masa yang akan datang.
Alan Tucker dalam Syafarudin (2002:49) mengemukakan bahwa
kepemimpinan sebagai kemampuan mempengaruhi atau mendorong seseorang
atau sekelompok orang agar bekerja secara sukarela untuk mencapai tujuan
tertentu atau sasaran dalam situasi tertentu. Mulyasa (2011:98) mengemukakan
bahwa kepala sekolah sedikitnya mempunyai peran dan fungsi sebagai edukator,
manajer, administrator, supervisor, leader, inovator dan motivator.
Kepala sekolah sebagai pimpinan harus mampu memberikan petunjuk dan
pengawasan, meningkatkan kemauan tenaga kependidikan, membuka komunikasi
dua arah, dan mendelegasikan tugas. Wahjosumijo (2002:10) mengemukakan
bahwa kepala sekolah sebagai leader harus memiliki karakter yang khusus yang
mencakup kepribadian, keahlian dasar, pengalaman dan pengetahuan professional,
serta pengetahuan administrasi dan pengawasan.
Kemampuan yang harus diwujudkan kepala sekolah sebagai pimpinan
dapat dianalisis dari kepribadian, pengetahuan terhadap kependidikan, visi dan
misi sekolah, kemampuan mengambil keputusan, dan kemampuan berkomunikasi.
Kepribadian kepala sekolah sebagai leader akan tercermin dalam sifat-sifat jujur,
percaya diri, tanggung jawab, berani mengambil resiko dan keputusan, berjiwa
besar, emosi yang stabil, dan teladan.

9

Implementasi kemampuan yang harus dimiliki kepala sekolah terwujud
dalam

pelaksanaan

mengorganisasikan

tugas-tugasnya
kegiatan,

antara

mengarahkan

lain

menyusun

kegiatan,

perencanaan,

mengkoordinasikan

kegiatan, melaksanakan pengawasan, melakukan evaluasi terhadap kegiatan,
menentukan kebijaksanaan, mengadakan rapat, mengambil keputusan, mengatur
pembelajaran dan mengadakan hubungan masyarakat. Selain itu tugas
menyelenggarakan

administrasi

antara

lain

menyusun

perencaan,

pengorganisasian, pengarahan keuangan, penyusunan kurikulum, penanganan
kesiswaan, sarana prasarana, kepegawaian, dan lain-lain.
Melihat tugas kepala sekolah yang begitu banyak, maka seorang kepala
sekolah dituntut memiliki kemampuan manajerial. Jika tidak, maka tidak akan
dapat mengelola sekolah dan suasana sekolah menjadi tidak kondusif. Kepala
sekolah selalu berupaya mencurahkan kemampuannya dalam menjalankan
tugasnya untuk mencapai tujuan. Kemampuan yang harus dimiliki seorang
pemimpin dalam hal ini kepala sekolah adalah memiliki kepribadian yang menjadi
teladan bagi bawahannya, kemampuan memotivasi, pengambilan keputusan,
komunikasi dan pendelegasian wewenang.
Usman (2002:76) mengatakan bahwa kepemimpinan diukur dengan gaya
partisipatif yaitu dengan ciri menerima masukan dari bawahan, pendengar yang
aktif, mendukung bawahan dalam pengambilan resiko dalam membuat keputusan,
komunikasi dua arah dengan bawahan, memberikan pujian atas keberhasilan
bawahan sehingga membangun kepercayaan diri bawahan.

10

Kepemimpinan kepala sekolah merupakan kemampuan dari seorang
kepala sekolah dalam mempengaruhi dan menggerakkan bawahan dalam suatu
organisasi atau lembaga sekolah guna tercapainya tujuan sekolah Sedangkan
kompetensi profesional guru merupakan kemampuan dasar seorang guru dalam
melaksanakan tugas keguruannya dengan kemampuan tinggi, baik sebagai
pengajar,

pembimbing,

maupun

administator

yang

dilaksanakan

secara

bertanggung jawab dan layak.
Kepala sekolah mempunyai peranan yang sangat penting dalam
memberdayakan komponen-komponen yang ada di sekolah dalam hal ini guru.
Guru merupakan salah satu komponen sekolah yang memegang peranan penting
dalam menentukan mutu pendidikan sekolah. Oleh karena itu guru harus mampu
bekerja secara profesional sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Kepala
sekolah sebagai seorang yang diberi tugas untuk memimpin sekolah, bertanggung
jawab atas tercapainya tujuan, peran, dan mutu pendidikan di sekolah. Dengan
demikian agar tujuan sekolah dapat tercapai, maka kepala sekolah dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya dituntut memiliki kapasitas yang memadai
sebagai seorang pemimpin. Peran

kepemimpinan

kepala sekolah dalam

meningkatkan kinerja dan profesionalisme seorang guru sangatlah besar.
Mengingat dengan kepemimpinan yang baik, kepala sekolah diharapkan mampu
mempengaruhi dan menggerakkan para guru guna meningkatkan kompetensi
profesionalnya.

11

Kepala sekolah dan guru merupakan komponen-komponen yang
berpengaruh dalam peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Dalam organisasi
sekolah, hubungan kepala sekolah dan guru merupakan hubungan antara atasan
atau pemimpin dengan bawahan. Untuk itu guna tercapainya mutu pendidikan
yang optimal, diperlukan kerja sama yang sinergis antara kepala sekolah dan guru.
Dalam organisasi sekolah, kepala sekolah dituntut menampilkan suatu
kepemimpinan yang mampu menciptakan iklim yang kondusif, sedangkan para
guru dituntut memiliki sikap positif terhadap pekerjaan, sehingga dapat
menampilkan persepsi dan kepuasan yang baik terhadap pekerjaanya maupun
motivasi kerja yang tinggi, yang pada akhirnya akan mencerminkan seorang guru
yang mampu bekerja secara profesional.
Budaya

organisasi

mempengaruhi

komitmen

organisasi.

Sutrisno

(2010:296) mengemukakan bahwa komitmen ditentukan oleh variabel personal
dan variabel organisasi. Variabel personal meliputi usia, masa jabatan dalam
organisasi, sedangkan variabel organisasi meliputi rancangan tugas, gaya
kepemimpinan dan iklim dalam organisasi itu. Dapat dipahami bahwa budaya
yang baik dalam suatu organisasi akan dapat meningkatkan komitmen para
pekerjanya.
Anwar (2004:47) mengemukakan bahwa motivasi adalah keadaan dalam
diri pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan
kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai tujuan. Siagian (2002:255) menyatakan
bahwa yang diinginkan seseorang dari pekerjaannya

pada umumnya adalah

sesuatu yang mempunyai arti penting bagi dirinya sendiri dan bagi instansi.

12

Selanjutnya

Husnan

(2003:197)

mengemukakan

bahwa

motivasi

merupakan proses untuk mencoba mempengaruhi seseorang agar melakukan
sesuatu yang diinginkan. Untuk membangun produktivitas dan motivasi pekerja
dua hal yang harus dilakukan. Pertama carilah pembayaran untuk setiap tugas
tambahan, kedua bantu mereka mencari tambahan untuk setiap tugas tambahan
yang diberikan sehingga baik kebutuhan instansi maupun individu tercapai.
Sopiah (2008:164) mengemuakakn bahwa faktor yang berpengaruh
terhadap komitmen dalam suatu organisasi adalah: budaya keterbukaan, kepuasan
kerja, kesempatan personal untuk berkembang, penghargaan kerja yang sesuai
dengan kebutuhan. Ketika seseorang memiliki motivasi dalam bekerja, maka
komitmennya akan meningkat.
Robbins (2008:241) mengatakan budaya organisasi adalah suatu system
pengertian bersama yang dipegang oleh anggota suatu organisasi yang
membedakan organisasi tersebut dari organisasi lainnya. Budaya organisasi
merupakan pengendali dan arah dalam membentuk sikap dan perilaku para
anggota di

dalam

suatu

organisasi.

Secara individu maupun kelompok

seseorang tidak akan terlepas dari budaya organisasi dan pada umumnya anggota
organisasi akan dipengaruhi oleh beraneka ragamnya sumber daya yang ada.
Mangkunegara (2005:78) mengemukakan budaya organisasi merupakan
seperangkat asumsi atau system keyakinan, nilai-nilai, dan norma yang
dikembangkan dalam organisasi yang dijadikan pedoman tingkah laku bagi
anggota-anggotanya untuk mengatasi masalah adaptasi eksternal dan integrasi
internal.

13

Budaya organisasi juga mempengaruhi terhadap motivasi kerja seseorang.
Menurut Yukl (2007:334) bahwa perubahan sakala besar dalam sebuah organisasi
biasanya membutuhkan suatu perubahan dalam budaya organisasi, dengan
mengubah budaya sebuah organisasi manajemen puncak secara tidak langsung
dapat mempengaruhi motivasi dan perilaku dari para anggota organisasi. Dengan
demikian untuk mengubah motivasi sesorang agar lebih bermotivasi dalam
bekerja, maka budaya dalam organisasi itu perlu diperbaiki.
Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukan pada bulan Oktober
2013 melalui wawancara dengan salah satu kepala sekolah SMP di Kecamatan
Aek Kou Kabupaten Labuhanbatu Utara mengemukakan bahwa komitmen guru
masih rendah yang dibuktikan dengan guru kurang disiplin, semangat kerja yang
masih rendah, banyak guru dalam mengajar masih menggunakan cara-cara
tradisional dan belum sepenuhnya mengacu pada kurikulum dan kegiatan
pembelajaran yang efektif dan efesien. Belum semua guru menyiapkan RPP pada
saat mengajar sehingga tujuan pembelajaran yang ingin dicapai kurang jelas.
Guru saat menjalankan tugasnya, memiliki sifat dan perilaku yang
berbeda, ada yang bersemangat dan penuh tanggung jawab, juga ada guru yang
dalam melakukan pekerjaan itu tanpa rasa tanggung jawab. Masih banyak guru
yang memilih profesi sebagai guru bukan karena panggilan jiwa dan idelaisme, di
duga juga ada guru-guru tidak bangga dengan profesinya, malu menunjukkan
identitas pekerjaannya sebagai guru dan ia menempatkan profesi guru bukan pada
urutan pertama dari tugasnya.

14

Nilai Uji Kompetensi Awal (UKA) guru tahun 2013 untuk wilayah Sumut
ternyata rendah. Dari 33 provinsi, Sumut menempati peringkat ke-25, dengan nilai
rata-rata 37,4. Ini jauh di bawah rata-rata nasional yakni 42,25. Provinsi yang
memiliki nilai rata-rata UKA tertinggi adalah Daerah Istimewa Jogjakarta dengan
nilai rata-rata 50,1. Setelah Jogjakarta, provinsi yang masuk 10 besar adalah
propinsi DKI Jakarta (49,2), Bali (48,9), Jawa Timur (47,1), Jawa Tengah (45,2),
Jawa Barat (44,0), Kepulauan Riau (43,8), Sumatera Barat (42,7), Papua (41,1),
dan Banten (41,1). Sedangkan untuk nilai tertinggi nasional adalah 97,0 dan nilai
terendah adalah 1,0. Sehingga, rata-rata nasional nilai UKA 2013 ini adalah 42,25
dengan standar deviasi 12,72.
Untuk terbaik kabupaten/kota diduduki Blitar, dengan skor 56,41. Tidak
satu pun kabupaten/kota di Sumatera Utara yang masuk 10 besar terbaik. Yang
ada justru masuk 10 besar terendah, yakni termasuk untuk Kabupaten
Labuhanbatu

Utara,

dengan

skor

rata-rata

30,28.

(http://www.

hariansumutpos.com/2013/03/29082/peringkat-guru-di-sumut-jeblok.htm
Berdasarkan hasil observasi peneliti pada bulan November 2013
menemukan di SMP Kabupaten Labuhanbatu Utara bahwa kurangnya komitmen
guru dalam bekerja berdampak pada kurang kompetennya guru dalam mengajar
sehingga berakibat pada rendahnya hasil belajar siswa. Hal ini juga dapat
dibuktikan dengan masih rendahnya perolehan nilai UN (Ujian Nasional) siswa.
Berdasarkan hasil UN siswa di di SMP Kabupaten Labuhanbatu Utara Tahun
Pelajaran 2012/2013 dapat dilihat pada Tabel 1 berikut:

15

Tabel 1.1
Nilai UN SMP di SMP Kabupaten Labuhanbatu Utara
Tahun Pelajaran 2012/2013
No

Mata Pelajaran

Nilai
Tertinggi
7,00

Nilai
Terendah
5,50

Nilai RataRata
6,89

1

Bahasa Indonesaia

2

Bahasa Inggris

7,21

4,75

6,00

3

Matematika

7,00

3,55

6,00

4

IPA

8,90

5,45

6,00

Berdasarkan pendapat para ahli tentang komitmen guru, maka dapat
diketahui bahwa komitmen guru dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya
kepemimpinan kepala sekolah, budaya organisasi dan motivasi. Dengan demikian
direncanakan pelaksanaan penelitian berkaitan dengan beberapa faktor yang
mempengaruhi komitmen guru yaitu kepemimpinan partisipatif kepala sekolah,
budaya organisasi dan motivasi kerja guru.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dikemukakan, maka
masalah penelitian dapat diidentifikasi sebagai berikut: (1) Bagaimana
kepemimpinan partisipatif kepala sekolah di SMP Kabupaten Labuhanbatu
Utara?, (2) Bagaimana budaya organisasi di SMP Kabupaten Labuhanbatu Utara?,
(3) Bagaimana motivasi kerja guru di di SMP Kabupaten Labuhanbatu Utara?, (4)
Bagaimana komitmen afktif guru di SMP Kabupaten Labuhanbatu Utara?, (5)
Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kepemimpinan partisipatif kepala
sekolah di SMP Kabupaten Labuhanbatu Utara?, (6) Faktor-faktor apa saja yang

16

mempengaruhi komitmen afektif guru di SMP Kabupaten Labuhanbatu Utara?,
(7) Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi motivasi kerja guru di SMP
Kabupaten Labuhanbatu Utara?, (8) Apakah terdapat pengaruh kepemimpinan
partisipatif kepala sekolah terhadap komitmen afektif guru di SMP Kabupaten
Labuhanbatu Utara?, (9) Apakah terdapat pengaruh budaya organisasi terhadap
komitmen afektif guru di SMP Kabupaten Labuhanbatu Utara?, (10) Apakah
terdapat pengaruh motivasi terhadap komitmen afektif guru guru di SMP
Kabupaten Labuhanbatu Utara?.

C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan atas, maka
masalah dalam penelitian ini dapat dibatasi. Adapun batasan masalahnya adalah
sebagai berikut: pengaruh kepemimpinan partisipatif kepala sekolah, budaya
organisasi dan motivasi kerja terhadap komitmen afektif guru di SMP Kabupaten
Labuhanbatu Utara.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan

masalah di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah:
1. Apakah kepemimpinan partisipatif kepala sekolah berpengaruh langsung
terhadap komitmen afektif di SMP Kabupaten Labuhanbatu Utara?
2. Apakah budaya organisasi berpengaruh langsung terhadap komitmen afektif
guru di SMP Kabupaten Labuhanbatu Utara?

17

3. Apakah kepemimpinan partisipatif kepala sekolah berpengaruh langsung
terhadap motivasi kerja guru di SMP Kabupaten Labuhanbatu Utara?
4. Apakah budaya organisasi berpengaruh langsung terhadap motivasi kerja guru
di SMP Kabupaten Labuhanbatu Utara?
5. Apakah motivasi kerja berpengaruh langsung terhadap komitmen afektif guru
di SMP Kabupaten Labuhanbatu Utara?

E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Pengaruh kepemimpinan partisipatif kepala sekolah terhadap komitmen afektif
di SMP Kabupaten Labuhanbatu Utara.
2. Pengaruh budaya organisasi terhadap komitmen afektif guru di SMP
Kabupaten Labuhanbatu Utara.
3. Pengaruh kepemimpinan partisipatif kepala sekolah terhadap motivasi kerja
guru di SMP Kabupaten Labuhanbatu Utara.
4. Pengaruh budaya organisasi terhadap motivasi kerja guru di SMP Kabupaten
Labuhanbatu Utara.
5. Pengaruh motivasi kerja terhadap komitmen afektif guru di SMP Kabupaten
Labuhanbatu Utara.

F. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka manfaat yang di dapat dari
penelitian ini adalah:

18

1. Manfaat Teoretis:
a. Menambah khasanah pengetahuan tentang kepemimpinan partisipatif,
budaya organaisasi, motivasi kerja dan komitmen afektif.
b. Bahan acuan bagi penelitian lebih lanjut tentang kepemimpinan
partisipatif, budaya organisasi, motivasi dan komitmen afektif guru.
2. Manfaat Praktis:
a. Sebagai bahan masukan bagi kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja
guru.
b. Sebagai bahan masukan bagi guru untuk meningkatkan komitmen
organisasi.
c. Sebagai bahan masukan bagi pengawas sekolah untuk dapat membimbing
dan mensupervisi guru demi peningkatan kinerja guru.

139

BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisa data dan pengajuan hipotesis, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh langsung kepemimpinan partisipatif kepala sekolah terhadap
motivasi kerja guru. Hal ini dapat diketahui dari hasil hitung analisis jalur antara
kepemimpinan partisipatif kepala sekolah dengan motivasi kerja guru sebesar
0,395. Dengan nilai ρ31 =0,395 diperoleh harga thitung = 4,534. Harga ini
dikonsultasikan dengan ttabel dengan N=115 pada taraf 5% =1,560. Dengan
demikian hipotesis yang diajukan bahwa terdapat pengaruh kepemimpinan
partisipatif kepala sekolah terhadap motivasi kerja guru dapat diterima dan teruji
kebenarannya. Besar pengaruh langsung dari variabel kepemimpinan partisipatif
kepala sekolahterhadap motivasi kerja adalah 15,63%.
2. Terdapat pengaruh langsung budaya organisasi

dengan motivasi kerja guru

sebesar 0,350. Dengan nilai ρ32 =0,350 diperoleh harga thitung = 3,946. Harga ini
dikonsultasikan dengan ttabel dengan N=115 pada taraf 5% =1,560. Dengan
demikian hipotesis yang diajukan bahwa terdapat pengaruh budaya organisasi
terhadap motivasi kerja guru dapat diterima dan teruji kebenarannya. Besar
pengaruh langsung dari variabel budaya organaisasi terhadap motivasi kerja guru
adalah 12,31%.
3. Terdapat pengaruh langsung kepemimpinan partisipatif kepala sekolah terhadap
komitmen afektif guru. Hal ini dapat diketahui dari hasil hitung analisis jalur
antara kepemimpinan partisipatif kepala sekolah dengan komitmen afektif guru
sebesar 0,280. Dengan nilai ρ41 =0,280 diperoleh harga thitung = 3,077. Harga ini

139

140

dikonsultasikan dengan ttabel dengan N=115 pada taraf 5% =1,560. Dengan
demikian hipotesis yang diajukan bahwa terdapat pengaruh kepemimpinan
partisipatif kepala sekolah terhadap komitmen afektif guru dapat diterima dan
teruji kebenarannya. Besar pengaruh langsung dari variabel kepemimpinan
partisipatif kepala sekolah terhadap komitmen afektif guru adalah 7,86%.
4. Terdapat pengaruh langsung budaya organisasi terhadap komitmen afektif guru.
Hal ini dapat diketahui dari hasil hitung analisis jalur antara budaya organisasi
dengan komitmen afektif guru sebesar 0,294. Dengan nilai ρ42 =0,294 diperoleh
harga thitung = 3,145. Harga ini dikonsultasikan dengan ttabel dengan N=115 pada
taraf 5% =1,560. Dengan demikian hipotesis yang diajukan bahwa terdapat
pengaruh budaya organisasi terhadap komitmen afektif guru dapat diterima dan
teruji kebenarannya. Besar pengaruh langsung dari variabel budaya organisasi
terhadap komitmen afektif guru adalah 8,18%.
5. Terdapat pengaruh langsung yang signifikan antara

motivasi kerja terhadap

komitmen afektif guru. Hal ini dapat diketahui dari hasil hitung analisis jalur
antara motivasi kerja dengan komitmen afektif guru sebesar 0,233. Dengan nilai
ρ43 =0,233 diperoleh harga thitung = 2,522. Harga ini dikonsultasikan dengan ttabel
dengan N=115 pada taraf 5% =1,560. Dengan demikian hipotesis yang diajukan
bahwa terdapat pengaruh motivasi kerja terhadap komitmen afektif guru dapat
diterima dan teruji kebenarannya. Besar pengaruh langsung dari variabel motivasi
kerja terhadap komitmen afektif guru adalah 5,42%.

141

B. Implikasi Hasil Penelitian
Implikasi penelitian dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian dan
kesimpulan penelitian. Upaya untuk meningkatkan komitmen guru perlu upaya
meningkatkan kepemimpinan, budaya organisasi, motivasi kerja. Komitmen afektif
pada diri guru akan tumbuh jika adanya perlakuan khususnya kepemimpinan kepala
sekolah yang memperhatikan, memberikan arahan membuat kebijakan yang sesuai
dengan kebutuhan guru dalam melaksanakan tugas mengajar di sekolah.
Lembaga pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di
sekolah-sekolah pada umumnya. Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan
yang jelas, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan
tinggi. Ada beberapa jenis pendidikan, diantaranya yaitu pendidikan dasar,
menengah, dan tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan
peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan dan keterampilan demi kepentingan
masa depan.
Guru sebagai salah satu unsur penting dalam penyelenggaraan pendidikian di
sekolah harus memiliki komitmen. Komitmen guru terhadap pekerjaan didefinisikan
sebagai hubungan psikologis antara seseorang dan pekerjaannya yang berdasarkan
reaksi afektif terhadap pekerjaan tersebut. Guru yang memiliki komitmen terhadap
pekerjaan yang kuat terutama dalam mengajar akan mengidentifikasi dan memiliki
perasaan ang kuat terhadap pekerjaannya dibandingjkan dengan orang yang
komitmennya rendah. Hubungan emosional terhadap pekerjaan memberikan
gambaran perilaku kerja guru dalam mengajar adalah sesuai dan menentukan
keinginan untuk tetap bertahan dan meningkatkan kemampuannya dalam mengajar.

142

Hasil

Dokumen yang terkait

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, BUDAYA KERJA DAN KOMITMEN KERJA TERHADAP PROFESIONALISME GURU DI SMP NEGERI KECAMATAN SUMBEREJO KABUPATEN TANGGAMUS

18 89 107

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, IKLIM KERJA,DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KOMITMEN AFEKTIF GURU MTS NEGERI DI KABUPATEN LANGKAT.

0 4 28

PENGARUH KOMUNIKASI INTERPERSONAL, BUDAYA ORGANISASI SEKOLAH, KEPUASAN KERJA, DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KOMITMEN ORGANISASI KEPALA SD DI KABUPATEN TAPANULI UTARA.

0 1 6

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, BUDAYA ORGANISASI, DAN MOTIVASI KERJA GURU TERHADAP KINERJA GURU SD NEGERI DI KECAMATAN TUHEMBERUA, KABUPATEN NIAS UTARA.

0 3 29

PENGARUH DISIPLIN KERJA, PERSEPSI GURU TENTANG KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KOMITMEN AFEKTIF GURU DI SMA NEGERI KABUPATEN SAMOSIR.

0 1 35

KONTRIBUSI KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, BUDAYA ORGANISASI, DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA Kontribusi Kepemimpinan Kepala Sekolah, Budaya Organisasi, Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru Di MTs Negeri Se-Kabupaten Sragen.

0 2 15

KONTRIBUSI KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, BUDAYA ORGANISASI, DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA Kontribusi Kepemimpinan Kepala Sekolah, Budaya Organisasi, Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru Di MTs Negeri Se-Kabupaten Sragen.

0 2 13

HUBUNGAN PERSEPSI TENTANG KEPEMIMPINAN PARTISIPATIF KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA DENGAN KOMITMEN AFEKTIF GURU DI SMP NEGERI LIMA PULUH KABUPATEN BATUBARA.

0 2 38

Analisis Pengaruh Budaya Organisasi, Kepemimpinan dan Motivasi Kerja Terhadap Komitmen Organisasi dan Implikasinya pada Kinerja Kepala Sekolah.

0 2 16

Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah, Budaya Organisasi Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru Pada SMP Negeri 3 Rancaekek

0 0 11