HUBUNGAN PERSEPSI TENTANG KEPEMIMPINAN PARTISIPATIF KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA DENGAN KOMITMEN AFEKTIF GURU DI SMP NEGERI LIMA PULUH KABUPATEN BATUBARA.

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

Liskayani, Hubungan Persepsi tentang Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja dengan Komitmen Afektif Guru di SMP Negeri Lima Puluh Kabupaten Batu Bara. Tesis: Program Studi Administrasi Pendidikan Sekolah Pascasarjana Universitas Negeri Medan. 2013. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1) hubungan persepsi tentang kepemimpinan partisipatif kepala sekolah dengan komitmen afektif guru; (2) hubungan motivasi kerja dengan komitmen afektif guru; dan (3) hubungan persepsi tentang kepemimpinan partisipatif kepala sekolah dan motivasi kerja dengan komitmen afektif guru. Metode penelitian ini adalah penelitian kuantitatif korelasi. Sampel penelitian adalah guru SMP Negeri di Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara yang berjumlah 110 orang. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data ialah kuesioner skala Likert. Penelitian ini menyimpulkan : (1) persepsi tentang kepemimpinan partisipatif kepala sekolah mempunyai hubungan yang positif dan signifikan dengan komitmen afektif guru dengan kontribusi sebesar 17,16%. (2) motivasi kerja mempunyai hubungan yang positif dan signifikan dengan komitmen afektif guru dengan kontribusi sebesar 15,39% (3) persepsi tentang kepemimpinan partisipatif kepala sekolah dan motivasi kerja secara bersama-sama mempunyai hubungan yang positif dan signifikan dengan komitmen afektif guru dengan kontribusi sebesar 32,55%. Dengan demikian disarankan dalam meningkatkan komitmen afektif guru perlu ditingkatkan persepsi tentang kepemimpinan partisipatif kepala sekolah dan motivasi kerja guru.


(6)

ABSTRACT

Liskayani, Relationship Perception About Participative Leadership and Motivation of Work With the Teacher’s Affective Commitment at State Junior High School in Lima Puluh Batu Bara. Thesis : Program Study of Postgraduate

on Administration of Education, State University of Medan, 2013. The goal in this research were to know: (1) relationship perception about

participative leadership with the teacher’s affective commitment; (2) relationship the motivation of work with the teacher’s affective commitment; and (3) relationship between the perception of participative leadership and the motivation of work with the teacher’s affective commitment. In this method research, the writer used the study of quantitative correlation. The sample of this study is State Junior High School Teachers in Lima Puluh, it consist of 110 teachers. The instrument used to collect the data was the questionnaire Likert scale. The study concluded: (1) perception about partisipative leadership has a positive and significant relationship with the teacher’s affective commitment with a contribution of 17.16%, (2) work motivation has a positive and significant relationship with the teacher’s affective commitment with a contribution of 15.39%, (3) perception about partisipative leadership and work motivation in common both have positive and significant relationship with the teacher’s affective commitment with a contribution 32.55%. Thus suggested to improve the teacher’s affective commitment should be increased principal perception about participative leadership and the motivation of work of the teacher.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya jualah penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul Hubungan Persepsi tentang Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja dengan Komitmen Afektif Guru di SMP Negeri Lima Puluh Kabupaten Batu Bara. Tesis ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Penulisan tesis ini dapat diselesaikan berkat bimbingan, bantuan dan motivasi dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materi yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga bimbingan, bantuan dan motivasi yang telah

diberikan kepada penulis akan mendapat rahmat dari Allah SWT, Amin. Tak lupa penulis menghaturkan rasa terima kasih dan penghargaan

setinggi-tingginya kepada yang terhormat : Bapak Prof. Dr. H. Syaiful Sagala, M.Pd selaku pembimbing I dan Bapak Prof. Dr. Harun Sitompul, M.Pd selaku pembimbing II yang selalu memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini. Terima kasih juga penulis haturkan kepada Bapak Dr. H. Zulkifli Matondang, M.Si, Bapak Dr. Darwin, M.Pd, dan Bapak Dr. Yasaratodo Wau, M.Pd sebagai nara sumber yang telah memberikan kritik dan saran dalam penyelesaian tesis ini. Tidak lupa terima kasih juga penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si, selaku Rektor Universitas Negeri Medan.


(8)

2. Bapak Prof. Dr. Abdul Muin Sibuea, M.Pd selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

3. Prof. Dr. H. Syaiful Sagala, M.Pd selaku Ketua Program Studi Administrasi Pendidikan dan Bapak Dr. Yasaratodo Wau, M.Pd selaku Sekretaris Program Studi Administrasi Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

4. Para Dosen di Program Pascasarjana Program Studi Administrasi Pendidikan Universitas Negeri Medan, khususnya Dr. Zulkifli Matondang, M.Si sebagai

validator dalam penyusunan instrumen penelitian.

5. Bapak Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Batu Bara Drs. Darwis, M.Si yang telah memberi izin penelitian.

6. Bapak/Ibu Kepala SMP Negeri Lima Puluh Kabupaten Batu Bara yang memberi izin melakukan penelitian di sekolah.

7. Bapak/Ibu guru di SMP Negeri Lima Puluh Kabupaten Batu Bara yang telah bersedia membantu untuk menjadi responden dan sampel dalam penelitian ini.

8. Kedua orang tuaku Ayahanda tercinta Achmad Murti dan Alm. Ibunda Paikem yang senantiasa menjadi semangat dan motivasi serta senantiasa mendoakan untuk keberhasilan penulis dalam menempuh pendidikan ini. 9. Bapak/Ibu mertua Abdul Chalik Lubis dan Susilawati yang telah memberikan


(9)

10. Yang teristimewa suami tercinta Chaidir Lubis, ST dan buah hatiku tersayang Chalisya Fitriani Lubis yang selalu setia dan senantiasa memberikan motivasi dan semangat kepada penulis dalam .menyelesaikan pendidikan ini.

11. Kakakku tercinta Susilawati, Dra. Sunaliasih, M.M dan Drs. Pitoyo, Kakanda Ir. H. Sugeng Santoso, Drs. Basuki, Kak Sri Rahayu, BA, Kakanda Ir. Widodo Langgeng dan Nanang Surahman serta seluruh keluarga besar yang senantiasa mendukung dan mendoakan penulis.

12. Rekan-rekan mahasiswa angkatan XX kelas A Prodi Administrasi Pendidikan yang telah banyak memberikan bantuan dan semangat, khususnya kepada Boiman dan Rahmad Zein.

Penulis dengan segala keterbatasan menyadari sepenuhnya bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, untuk itu mohon saran yang konstrukrif demi penyempurnaan tesis ini. Semoga tesis ini bermanfaat bagi kita semua. Semoga Allah SWT memberi ridho-Nya kepada kita semua, Amin.

Medan, Oktober 2013 Penulis


(10)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ……… ii

KATA PENGANTAR ………. iii

DAFTAR ISI……….... vi

DAFTAR TABEL……….... viii

DAFTAR GAMBAR ……… x

DAFTAR LAMPIRAN ……… xi

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……….... 1

B. Identifikasi Masalah………... 11

C. Pembatasan Masalah………... 12

D. Perumusan Masalah……… 12

E. Tujuan Penelitian……… 13

F. Manfaat Penelitian………. 13

BAB II. KAJIAN TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. KajianTeoretis... 14

1. Komitmen Afektif Guru... 14

2. Persepsi tentang Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah 23

3. Motivasi Kerja... 30

B. Penelitian yang Relevan... 35

C. Kerangka Berpikir... 37

1. Hubungan Persepsi tentang Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah dengan Komitmen Afektif Guru... 37

2. Hubungan Motivasi Kerja dengan Komitmen Afektif Guru .. 38

3. Hubungan Persepsi Guru tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja dengan Komitmen Afektif Guru... 39


(11)

D. Hipotesis Penelitian... 40

BAB III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian... 43

B. Metode Penelitian... 43

C. Populasi dan Sampel Penelitian... 43

D. Defenisi Opreasional... 45

1. Komitmen Afektif Guru... 45

2. Persepsi Tentang Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah 46

3. Motivasi Kerja... 46

E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian... 47

F. Uji Coba Instrumen... 49

G. Teknik Analisis Data... 52

H. Hipotesis Statistik... 60

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 62

A. Deskripsi Data Penelitian... 62

B. Identifikasi Tingkat Kecenderungan Variabel Penelitian... 66

C. Uji Persyaratan Analisis Data... 68

D. Pengujian Hipotesis Penelitian... 73

E. Pembahasan Hasil Penelitian... 79

F. Keterbatasan Penelitian... 83

BAB V : SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN... 85

A. Simpulan ... 85

B. Implikasi ... 85

C. Saran... 88

DAFTAR PUSTAKA ……….. 90


(12)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1.1 Nilai UN SMP Negeri dan Swasta Se-Kabupaten Batu

Bara TP 2007/2008... 8 Tabel 1.2 Nilai OSN SMP Negeri /Swasta Se-Kabupaten Batu Bara

2009... 8 Tabel 3.1 Jumlah Populasi Guru SMP Negeri Lima Puluh Kabupaten

Batu Bara………... 44 Tabel 3.2 Jumlah Sampel Guru SMP Negeri Lima Puluh Kabupaten

Batu Bara …... 45 Tabel 3.3 Indikator Komitmen Afektif Guru……… 48 Tabel 3.4 Indikator Persepsi tentang Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah

………... 48

Tabel 3.5 Indikator Motivasi Kerja ... 49 Tabel 4.1 Daftar Distribusi Frekuensi Skor Persepsi tentang Kepemim

pinan Partisipatif Kepala Sekolah ………... 61 Tabel 4.2 Daftar Distribusi Frekuensi Skor Motivasi Kerja…... 63 Tabel 4.3 Daftar Distribusi Frekuensi Skor Komitmen Afektif Guru 64 Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi dan Kategori Skor Persepsi tentang

Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah ... 65 Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi dan Kategori Skor Motivasi Kerja…... 66 Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi dan Kategori Skor Komitmen Afektif Guru.. 67 Tabel 4.7 Rangkuman Uji Normalitas ... 68 Tabel 4.8 Rangkuman Uji Homogenitas Varians dengan Uji Bartlett... 69 Tabel. 4.9 Analisis Varians untuk Pengujian Signifikansi dan Linieritas

Regresi Ŷ = 50,1948 + 0,3284X1 ………... 70 Tabel 4.10 Analisis Varians untuk Pengujian Signifikansi dan Linieritas

Regresi Ŷ = 54,0982 + 0,2930X2………... 70 Tabel 4.11 Rangkuman Hubungan Persepsi tentang Kepemimpinan Partisi


(13)

Tabel 4.12 Rangkuman Hubungan Motivasi Kerja dengan Komitmen Afektif Guru... 74 Tabel 4.13 Analisis Varians untuk Regresi Ganda dengan Persamaan

Garis Regresi Ŷ = 53,0845 + 0,1634X1 + 0,1378X2... 75

Tabel 4.14 Rangkuman Analisis Korelasi Parsial antara Variabel Bebas dengan Variabel Terikat………. ... 76


(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Organizational Commitment... ……….. 19

Gambar 2.2 Paradigma Penelitian ………... 42

Gambar 4.1 Histogram Skor Persepsi tentang Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah (X1) ... 63

Gambar 4.2 Histogram Motivasi Kerja (X2)……... 65

Gambar 4.3 Histogram Komitmen Afektif Guru (Y)………... 66

Gambar 4.4 Grafik Regresi Linier Sederhana Hubungan X1 dengan Y... 73


(15)

i

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Instrumen Penelitian ...…… 93

Lampiran 2. Uji Validitas dan Reliabilitas Persepsi tentang Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah……….. 99

Lampiran 3. Uji Validitas dan Reliabilitas Motivasi Kerja Guru.... ... 101

Lampiran 4. Uji Validitas dan Reliabilitas KomitmenAfektif Guru... 103

Lampiran 5. Hasil Tabulasi Angket Persepsi tentang Kepemimpinan Partisi patif Kepala Sekolah... 105

Lampiran 6. Hasil Tabulasi Angket Motivasi Kerja Guru...……….. 107

Lampiran 7. Hasil Tabulasi Angket Komitmen Afektif Guru ………...… 109

Lampiran 8. Analisis Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian... 111

Lampiran 9. Data Induk Penelitian………... 115

Lampiran 10. Deskripsi Data Penelitian... 116

Lampiran 11. Distribusi Frekuensi Data Penelitian... 119

Lampiran 12. Perhitungan Statistik Dasar... 124

Lampiran 13. Perhitungan Uji Normalitas Galat Taksiran dan Uji Liliefors... 129

Lampiran 14. Uji Homogenitas Varians dengan Uji Bartlett... 137

Lampiran 15. Uji Linieritas Regresi dan Keberartian Persamaan Regresi Linier... 144

Lampiran 16. Uji Independensi Variabel X1 dengan X2... 161

Lampiran 17. Penentuan dan Uji Keberartian Persamaaan RegresinLinier Ganda... 162

Lampiran 18. Uji Keberartian Koefisien Korelasi Sedrehana dan Koefisien Korelasi Ganda... 168

Lampiran 19. Perhitungan Koefisien Korelasi Parsial... 173

Lampiran 20. Perhitungan Sumbangan Relatif dan Sumbangan Efektif... 176


(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan usaha sadar yang dengan sengaja dirancang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam Undang undang No.20 Tahun 2003 pasal 3 ayat 3 yang menyatakan bahwa pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan masalah mendasar yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional. Penataan sumber daya manusia perlu diupayakan secara bertahap dan berkesinambungan melalui sistem pendidikan yang berkualitas baik pada jalur pendidikan formal, informal, maupun non formal, mulai dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi (Mulyasa 2004: 4). Dikatakan lebih lanjut oleh Mulyasa tentang pentingnya pengembangan sistem pendidikan yang berkualitas perlu lebih ditekankan, karena berbagai indikator menunjukkan bahwa pendidikan yang ada belum mampu menghasilkan sumber daya sesuai dengan perkembangan


(17)

Sekolah sebagai institusi pengelola pelayanan pendidikan diharapkan dapat memfungsikan seluruh sumber daya yang ada secara efektif dalam mencapai tujuan dan efisien dalam menggunakan sumber daya tersebut. Menurut Sagala (2006: 57), sebagai institusi pendidikan sekolah merupakan suatu sistem tempat proses pendidikan berlangsung yang memiliki berbagai perangkat dan unsur-unsur yang saling berkaitan misalnya guru. Guru merupakan unsur manusiawi yang sangat menentukan keberhasilan pendidikan.

Sardiman (2005: 125) mengemukakan guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan. Oleh karena itu, guru yang merupakan salah satu unsur di bidang pendidikan harus berperan aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang. Dalam hal ini guru tidak semata-mata sebagai pengajar yang melakukan transfer ilmu pengetahuan, tetapi juga sebagai pendidik yang melakukan transfer nilai-nilai sekaligus sebagai pembimbing yang memberikan pengarahan dan menuntun siswa dalam belajar.

Guru merupakan komponen utama dalam penyelenggaraan pendidikan secara teknis di sekolah. Di tangan gurulah semua proses pemberdayaan sumber daya manusia berlangsung secara efisien dan efektif demi tercapainya tujuan pendidikan. Semua unsur yang terkait dalam proses pembelajaran di kelas misalnya materi, media, sarana dan prasarana bahkan dana pendidikan tidak akan memberikan dukungan yang maksimal terhadap peningkatan mutu pendidikan jika guru tidak memiliki kemampuan manajemen pembelajaran yang baik.


(18)

Guru merupakan penentu keberhasilan pendidikan melalui kinerjanya pada tataran tingkat pendidikan tertentu sehingga upaya meningkatkan mutu pendidikan harus dimulai dari aspek guru dan tenaga kependidikan lainnya yang menyangkut kualitas keprofesionalannya maupun kesejahteraan dalam satu manajemen pendidikan yang profesional. Di pundak guru terletak tanggung jawab yang besar dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, artinya bahwa sebelum meningkatkan kualitas pendidikan, guru sendiri harus mempunyai kualitas yang baik dan memadai sebagai seorang guru. Tanggung jawab besar terletak di pundak guru untuk terus memperbaiki kualitas pendidikan dan menghasilkan generasi penerus bangsa yang mempunyai kompetensi yang mampu bersaing pada tingkat nasional maupun internasional.

Dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan, sangat diharapkan guru-guru mempunyai komitmen yang kuat dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawab mereka. Dengan adanya komitmen akan menghasilkan kinerja yang lebih baik dan memiliki motivasi yang kuat untuk berprestasi. Rasa bangga sebagai guru yang mengemban tugas mulia akan melahirkan semangat dari dalam diri guru itu sendiri untuk memberikan yang terbaik dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan dan pengajaran.

Dalam usaha mewujudkan suasana yang kondusif di sekolah, maka komitmen kerja guru merupakan salah satu faktor penting. Komitmen guru merupakan kesadaran seorang guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di sekolah yang ditunjukkan dengan sikap, nilai dan kebiasaan atau kelakuan dalam bekerja. Komitmen guru ini berkaitan dengan pencapaian prestasi


(19)

kerja guru dan erat pula hubungannya dengan prestasi siswa karena gurulah yang merangsang dan mendorong siswa untuk berprestasi.

Guru dengan komitmen tinggi pada umumnya akan juga menghasilkan kinerja yang tinggi pula. Komitmen akan memberikan dukungan positif terhadap hasil yang diharapkan organisasi, seperti terhadap kinerja, menghindari pekerja berhenti dan ketidakhadiran kerja. Dengan adanya komitmen dalam melaksanakan tugas maka hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan tugas dalam hubungannya dengan siswa, kepala sekolah dan warga sekolah lain bukan menjadi hal yang menghambat guru untuk berkinerja baik.

Jika guru mempunyai komitmen yang tinggi, maka guru dengan kesederhanaannya akan menunjukkan rasa pengabdian dan tanggung jawab, rasa tulus ikhlas, konsentrasi dan kepeduliannya, semangat dan rasa kecintaan terhadap anak didik dan terhadap pekerjaannya sebagai guru, ia akan sediakan waktu, tenaga yang cukup dan tanpa keluh kesah untuk membantu siswa kelak menjadi generasi yang berguna bagi bangsa dan negara. Dengan memiliki komitmen yang tinggi, maka guru akan memberikan kinerja yang lebih baik. Kebanggaan sebagai guru akan melahirkan komitmen guru untuk terus memajukan dunia pendidikan melalui perbaikan proses kegiatan belajar mengajar secara terus menerus. Guru yang berkomitmen akan juga terus berupaya mencari cara-cara baru dalam peningkatan kualitas pekerjaannya.

Guru yang memiliki komitmen dalam bekerja juga dapat terlihat dari kemampuannya menjadikan dirinya sebagai bagian tidak terpisahkan dari kehidupan sekolah, artinya guru itu mau dan mampu menerima nilai-nilai dan


(20)

tujuan organisasi sekolah tempat dia bekerja sebagai nilai dan tujuan pribadinya, mampu melibatkan diris sepenuhnya kepada aktivitas-aktivitas sekolah, siap dan bersedia mempertahankan nama baik sekolah serta mampu menunjukkan loyalitas yang tinggi kepada sekolah.

Suasana lingkungan tempat bekerja mempengaruhi motivasi para anggota atau pekerja yang ada di dalamnya, dalam hal ini adalah guru. Suasana dalam suatu lembaga yang kondusif dapat mengembangkan potensi diri guru sehingga mereka akan puas dalam bekerja dan dengan adanya motivasi memungkinkan mereka dapat meningkatkan prestasi kerja guru yang akhirnya diharapkan dapat meningkatkan prestasi siswa.

Dalam lingkungan organisasi (sekolah), setiap individu terlibat dalam proses persepsi, misalnya bawahan (guru) mempersepsikan atasan (kepala sekolah) sebagai figur yang komunikatif, protektif, tegas tetapi mendidik, arogan, acuh tak acuh, berwibawa, dan lan-lain tergantung masing-masing individu (guru) untuk mempersepsikannya. Persepsi merupakan suatu proses yang terjadi dalam diri seseorang yang bertujuan untuk mengetahui, menginterpretasikan dan mengevaluasi orang lain yang dipersepsi, baik mengenai sifatnya, kualitasnya ataupun keadaan lain yang melekat atau yang ada dalam diri orang yang dipersepsi sehingga terbentuk gambaran mengenai orang lain sebagai objek persepsi tersebut. Dengan persepsi akan terbentuk dorongan-dorongan dan hasrat dalam diri seseorang untuk merespon stimulus yang diperoleh dari lingkungan atau individu, kemudian


(21)

memaknai dan mengambil manfaat bagi dirinya yaitu terjadinya perubahan perilaku dan motivasi.

Peningkatan kualitas guru dipengaruhi oleh bagaimana baiknya seorang kepala sekolah memimpin sebuah sekolah. Kepala sekolah dalam menjalankan roda kepemimpinan turut menentukan bagaimana baiknya kualitas pendidikan di sekolah. Dalam hal peningkatan kompetensi guru, mengajar tidak hanya faktor pedagogisnya yang harus menjadi perhatian tetapi juga faktor akademis (isi materi yang disampaikan oleh guru). Salah satu tugas kepala sekolah adalah sebagai pembina dan pembimbing guru dalam proses pembelajaran. Gaya kepemimpinan yang terbuka dan mendorong guru agar terus memberikan kinerja yang terbaik kepada sekolah. Kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan mempunyai peran yang sangat penting untuk membantu guru. Di dalam kepemimpinannya kepala sekolah harus dapat memahami, mengatasi dan memperbaiki kekurangan-kekurangan yang terjadi di lingkungan sekolah. Gaya kepemimpinan apa yang diterapkan oleh kepala sekolah dalam memimpin juga mempengaruhi komitmen dan motivasi kerja dari para warga sekolah.

Berbagai cara telah ditempuh oleh pemerintah dalam upaya peningkatan kualitas guru demi tercapai tingkat tamatan yang berkualitas yang nantinya akan mampu bersaing dalam pasar kerja regional, nasional maupun internasional. Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah adalah melalui sertifikasi guru sehingga diharapkan kinerja guru akan meningkat dan profesional melaksanakan tugas belajar dan mengajar. Di lain pihak kemampuan guru juga terus dikembangkan melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan serta peningkatan


(22)

jenjang pendidikan bagi guru yang belum mempunyai tingkat pendidikan S1 atau D4 serta mengaktifkan kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) di sekolah. Tiada henti-hentinya upaya yang dilakukan menuju kepada peningkatan kualitas guru dan peningkatan kinerjanya dalam dunia pendidikan. Tetapi guru yang telah disertifikasi menunjukkan perilaku yang tidak berubah dan kinerjanya juga masih rendah, tidak ada bedanya guru yang telah disertifikasi dengan guru yang belum disertifikasi. Jadi seolah-olah sia-sia saja telah mengikuti sertifikasi karena tidak adanya perubahan pada diri guru untuk menunjukkan komitmen sebagai seorang guru dan kinerja yang lebih baik.

Sebagai seorang guru diharapkan mampu menampilkan komitmen afektif yang tinggi. Guru yang memiliki komitmen afektif dalam bekerja akan menjadikan dirinya sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan sekolah yang berarti guru mau dan mampu menerima nilai-nilai dan tujuan organisasi sebagai nilai dan tujuan pribadi, mampu melibatkan diri sepenuhnya pada aktifitas atau kegiatan sekolah, siap dan sedia mempertahankan nama baik sekolah serta mampu menunjukkan loyalitas yang tinggi kepada sekolah.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Pengawas Dinas Pendidikan dan Menengah Dinas Pendidikan Kabupaten Batu Bara mengindikasikan bahwa komitmen afektif guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai seorang pengajar, pendidik, dan seorang pembimbing masih rendah. Dari data empirik yang diperoleh dari hasil survey pendahuluan di SMP Negeri yang ada di Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara diperoleh bahwa masih rendahnya komitmen guru dalam melaksanakan tugas. Rendahnya komitmen guru dapat dilihat dari


(23)

disiplin guru yang masih kurang, seperti guru tidak mengikuti upacara bendera setiap hari Senin, guru datang terlambat dan tidak hadir di sekolah sesuai jadwalnya, tidak masuk kelas walaupun ada jam mengajar serta semangat kerja yang masih rendah. Proses belajar mengajar yang dilaksanakan tidak sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran. Guru tidak memiliki administrasi pembelajaran yang lengkap pada saat mengajar sehingga tujuan pembelajaran yang ingin dicapai juga kurang jelas yang akhirnya berdampak pada masih rendahnya prestasi siswa, tidak mempunyai planning kerja yang baik sehingga tugas mengajar dilaksanakan sebatas gugur kewajiban kerja saja.

Hal ini didukung oleh penelitian sebelumnya oleh Riyadi (2010) bahwa komitmen guru SMP Negeri Kabupaten Batu Bara masih belum optimal, kurang kompetennya guru dalam mengajar, disiplin guru yang masih kurang, semangat kerja yang masih rendah, masih banyak guru yang mengajar menggunakan cara tradisional dan belum sepenuhnya mengacu pada tuntutan kurikulum dan kegiatan pembelajaran efektif dan kreatif. Belum semua guru menyiapkan RPP pada saat mengajar sehingga tujuan pembelajaran yang ingin dicapai juga kurang jelas yang akhirnya berdampak pada masih rendahnya prestasi siswa, seperti masih rendahnya nilai UN (Ujian Nasional) siswa dan rendahnya nilai yang diperoleh pada OSN (Olimpiade Sain Nasional).

Data hasil UN Siswa SMP Negeri dan Swasta se-Kabupaten Batu Bara Tahun Pelajaran 2007/2008 dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut :

Tabel 1.1. Nilai UN SMP Negeri/Swasta se-Kabupaten Batu Bara Tahun Pelajaran 2007/2008


(24)

No Mata Pelajaran Nilai Tertinggi Nilai Terendah Nilai Rata-Rata

1 Bahasa Indonesia 7,23 5,11 6,28

2 Bahasa Inggris 8,78 4,40 6,85

3 Matematika 9,00 3,86 6,89

4 I P A 8,92 5,03 6,92

Sumber: Balitbang Depdiknas Tingkat SMP Tahun 2008

Selanjutnya data hasil Olimpiade Sain Nasional siswa SMP Negeri dan Swasta se-Kabupaten Batu Bara Tahun 2009 pada Tabel 1.2 sebagai berikut : Tabel 1.2. Nilai OSN SMP Negeri/Swasta se-Kabupaten Batu Bara Tahun 2009

N o Mata Pelajaran Nilai Tertinggi

Nilai Terendah

Nilai Rata-Rata

1 Matematika 35 6 18,03

2 IPA Fisika 52 24 38,12

3 IPA Biologi 61 28 40,41

Sumber: Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2009

Fenomena lain yang ditemukan kepemimpinan kepala sekolah tidak dapat memberikan motivasi dan inspirasi bagi guru-guru, sehingga adanya keluhan tentang ketidak puasan terhadap keadaan tempat kerja serta keadaan siswa, seperti kerja yang menjenuhkan, suasana lingkungan yang tidak kondusif, sikap sesama guru yang tidak saling mendukung. Di lain pihak ada dari mereka yang menurun semangatnya dalam mengajar, merasa bosan, jenuh dengan pekerjaannya dan masih ada guru yang belum merasa bangga memiliki peran sebagai guru sehingga keinginan untuk terus meningkatkan kemampuan dan kompetensi masih kurang.


(25)

Dalam pelaksanaan tugas mendidik, guru memiliki sifat dan perilaku yang berbeda, ada yang bersemangat dan penuh tanggung jawab, ada juga guru yang dalam melakukan pekerjaan itu tanpa dilandasi rasa tanggung jawab.

Ketidakpercayaan guru terhadap kepala sekolah kurang. Mereka menganggap kepala sekolah kurang adil dan kurang mampu menjaga keharmonisan anggotanya. Hal ini terlihat dari ketidaktaatan guru terhadap aturan yang dibuat sekolah, masih ada guru yang belum membuat program pembelajaran dan bahan ajar yang sudah ditentukan dengan tepat waktu. Hal lain terlihat dari ketidakkompakan atau kebersamaan di antara guru masih kurang, ketidak pedulian guru terhadap keadaan atau situasi yang ada di lingkungan sekolah. Masih terdapatnya guru yang pro dan kontra terhadap situasi yang terjadi di sekolah misalnya dalam penegakan disiplin siswa maupun guru. Hal ini membuktikan bahwa kemampuan manajemen kepala sekolah kurang dalam menjaga keharmonisan antara guru, sehingga persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah masih rendah. Motivasi kerja guru yang rendah terlihat dari keterlambatan dan ketidak hadiran guru di sekolah, karena guru itu mempunyai tugas tambahan di luar jam mengajar atau karena ada halangan yang lain, terlambat masuk ke dalam kelas walaupun jam pelajaran sudah dimulai.

Berdasarkan realita yang sedang berlangsung saat ini di lapangan mengindikasikan bahwa guru belum mempunyai komitmen yang tinggi dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru. Nilai-nilai yang selama ini melekat pada konsep seorang guru sebagai seorang panutan bagi anak didiknya maupun lingkungannya sedang mengalami krisis yang tidak boleh dibiarkan berlanjut


(26)

terus. Jika hal ini terus dibiarkan maka pendidikan di daerah ini akan terpuruk, oleh karena itu perlu diambil tindakan agar bisa keluar dari permasalahan ini.

Dari uraian di atas, dapat dilihat bahwa komitmen afektif guru dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor internal guru itu sendiri maupun faktor eksternalnya. Faktor internal seperti motivasi guru untuk berprestasi, keinginan untuk maju dan berkembang, persepsi guru tentang gaya kepemimpinan partisipatif kepala sekolah, persepsi guru tentang supervisi kepala sekolah dan sebagainya. Sementara itu faktor eksternal kepuasan kerja, kepemimpinan kepala sekolah, supervisi kepala sekolah, komunikasi sekolah dan budaya sekolah. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa para guru bekerja selain untuk mengharapkan imbalan baik material maupun non material namun mereka juga menginginkan keterbukaan dalam organisasi, kesempatan untuk maju, perhatian dari kepala sekolah, dukungan, penghargaan, pendapatan yang layak dan dirasa adil.

Masalah komitmen guru harus dikaji secara ilmiah dengan menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan komitmen guru. Teori tentang komitmen dibahas oleh para ahli dengan menggunakan pendekatan yang berbeda. Colquitt, Lepine dan Wesson (2009: 63) menyatakan bahwa komitmen organisasi dapat dipengaruhi oleh mekanisme organisasi seperti budaya organisasi dan struktur organisasi, mekanisme grup seperti gaya dan perilaku kepemimpinan, dan mekanisme individu yang meliputi kepuasan kerja, stres, motivasi, kejujuran, keadilan, etika, belajar dan pengambilan keputusan. Robbins (2003) menggolongkan faktor penentu komitmen organisasi terdiri dari tiga faktor utama yaitu karakteristik organisasi, karakteristik individu dan proses individu.


(27)

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat dilihat berbagai faktor yang berhubungan dengan komitmen baik yang berkaitan dengan mekanisme organisasi, mekanisme kelompok, karakteristik individu maupun mekanisme individu dengan masing-masing variabel yang melingkupinya. Perbedaan pendapat para ahli terhadap faktor-faktor penentu komitmen guru telah mendorong peneliti untuk melakukan penelitian model komitmen afektif guru dilihat dari variabel persepsi tentang kepemimpinan partisipatif dan motivasi kerja. Peneliti meletakkan kajian penelitian pada komitmen afektif guru Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri Lima Puluh Kabupaten Batu Bara, hal ini mengingat adanya fenomena yang mengindikasikan belum optimalnya upaya peningkatan komitmen afektif di kalangan para guru yang ada di SMP Negeri Lima Puluh Kabupaten Batu Bara.

B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat diidentifikasi beberapa masalah yang berhubungan dengan komitmen afektif guru, yaitu: (1) Apakah ada hubungan budaya organisasi dengan komitmen afektif guru? (2) Apakah ada hubungan struktur organisasi dengan komitmen afektif guru? (3) Apakah ada hubungan persepsi dan gaya/perilaku kepemimpinan dengan komitmen afektif guru? (4) Apakah ada hubungan kepuasan kerja dengan komitmen afektif guru? (5) Apakah ada hubungan stres dengan komitmen afektif guru? (6) Apakah ada hubungan motivasi kerja dengan komitmen afektif guru? (7) Apakah ada hubungan kejujuran, keadilan dan etika dengan komitmen afektif


(28)

guru? (8) Apakah ada hubungan belajar dan pengambilan keputusan dengan komitmen afektif guru?

C. Pembatasan Masalah

Dari sejumlah permasalahan yang telah diidentifikasi maka untuk lebih memusatkan perhatian dalam melaksanakan penelitian ini perlu dilakukan pembatasan masalah. Hal ini dimaksudkan agar pembahasan dapat lebih mendalam dan hasil penelitian yang diperoleh sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Berdasarkan identifikasi masalah di atas banyak faktor yang berhubungan dengan komitmen afektif guru, namun dalam penelitian ini peneliti membatasi lingkup penelitian ini pada hubungan persepsi tentang kepemimpinan partisipatif kepala sekolah dan motivasi kerja dengan komitmen afektif guru di SMP Negeri Lima Puluh Kabupaten Batu Bara.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah ada hubungan persepsi tentang kepemimpinan partisipatif kepala sekolah dengan komitmen afektif guru di SMP Negeri Lima Puluh Kabupaten Batu Bara?

2. Apakah ada hubungan motivasi kerja dengan komitmen afektif guru di SMP Negeri Lima Puluh Kabupaten Batu Bara?


(29)

3. Apakah ada hubungan antara persepsi tentang kepemimpinan partisipatif kepala sekolah dan motivasi kerja dengan komitmen afektif guru di SMP Negeri Lima Puluh Kabupaten Batu Bara?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui hubungan persepsi tentang kepemimpinan partisipatif kepala sekolah dengan komitmen afektif guru di SMP Negeri Lima Puluh Kabupaten Batu Bara.

2. Untuk mengetahui hubungan motivasi kerja dengan komitmen afektif guru di SMP Negeri Lima Puluh Kabupaten Batu Bara.

3. Untuk mengetahui hubungan antara persepsi tentang kepemimpinan partisipatif kepala sekolah dan motivasi kerja dengan komitmen afektif guru di SMP Negeri Lima Puluh Kabupaten Batu Bara.

F. Manfaat Penelitian

Dengan tercapainya tujuan penelitian maka diharapkan diperoleh manfaat sebagai berikut:

a. Manfaat secara teoretis:

1. Untuk menguatkan teori yang berkaitan dengan komitmen afektif guru. 2. Memperluas kajian teori tentang komitmen afektif guru yang berkaitan

dengan persepsi tentang kepemimpinan partisipatif kepala sekolah dan motivasi kerja.


(30)

1. Sebagai bahan masukan bagi guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya untuk meningkatkan komitmen afektif guru dalam kaitannya dengan persepsi tentang kepemimpinan partisipatif kepala sekolah dan motivasi kerja.

2. Sebagai bahan masukan bagi kepala sekolah jika ingin meningkatkan komitmen afektif guru dengan memperhatikan persepsi tentang kepemimpinan partisipatif kepala sekolah dan motivasi kerja guru.

3. Sebagai bahan masukan bagi Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Batu Bara sebagai pengambil kebijakan pendidikan dalam usaha meningkatkan komitmen afektif guru.


(31)

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan data dan hasil analisis yang telah dipaparkan di atas, maka dapat diambil beberapa simpulan sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan positif dan signifikan persepsi tentang kepemimpinan partisipatif kepala sekolah dengan komitmen afektif guru di SMP Negeri Lima Puluh Kabupaten Batu Bara. Hal ini menunjukkan bahwa semakin bagus persepsi tentang kepemimpinan partisipatif kepala sekolah maka semakin bagus komitmen afektif guru.

2. Terdapat hubungan positif dan signifikan motivasi kerja dengan komitmen afektif guru di SMP Negeri Lima Puluh Kabupaten Batu Bara. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi motivasi kerja guru akan meningkatkan komitmen afektif guru.

3. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara persepsi tentang kepemimpinan partisipatif kepala sekolah dan motivasi kerja secara bersama-sama dengan komitmen afektif guru di SMP Negeri Lima Puluh Kabupaten Batu Bara. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi persepsi tentang kepemimpinan partisipatif kepala sekolah dan motivasi kerja secara bersama-sama maka akan semakin meningkatkan komitmen afektif guru SMP Negeri Lima Puluh Kabupaten Batu Bara.


(32)

Berdasarkan simpulan yang telah diuraikan di atas, akan membawa implikasi sebagai berikut:

1. Upaya Meningkatkan Komitmen Afektif Guru Melalui Peningkatan Persepsi Tentang Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah

Berdasarkan hasil uji kecenderungan data variabel persepsi tentang kepemimpinan partisipatif kepala sekolah diperoleh data mayoritas guru berada pada kategori cukup yaitu 82 responden atau 74,55%, hanya 28 responden atau 25,45% dalam kategori tinggi. Berdasarkan hal ini perlu adanya upaya oleh berbagai pihak baik kepala sekolah maupun pihak lain untuk peningkatan persepsi guru tentang kepemimpinan partisipatif kepala sekolah. Upaya yang dapat dilakukan antara lain adalah kepala sekolah sebagai pemimpin di lembaga pendidikan formal dalam menjalankan roda kepemimpinannya kepada para guru harus mampu menunjukkan suatu perilaku keteladanan yang dapat dicontoh bawahan sehingga dapat memberikan persepsi yang positif dari bawahan, sebab persepsi merupakan dasar seseorang melakukan sesuatu. Bawahan yang memberikan persepsi yang positif terhadap pimpinannya akan berdampak positif terhadap tugas yang diembankan pimpinan kepadanya. Artinya tinggi intensitas persepsi guru tentang kepemimpinan partisipatif kepala sekolah akan diiringi oleh tingginya komitmen afektif guru dalam menjalankan tugas-tugas yang diembannya. Dalam hal ini berarti kepala sekolah masih perlu meningkatkan kepemimpinan partisipatif dalam menjalankan tugasnya sebagai pemimpin agar pada masa yang akan datang secara keseluruhan para guru memiliki persepsi yang tinggi atas kepemimpinannya yang pada gilirannya akan meningkatkan komitmen afektif guru dalam menjalankan tugasnya. Upaya lain yang harus dilakukan adalah


(33)

membina hubungan kerjasama yang baik antara kepala sekolah dengan para guru maupun antara guru dengan guru dan dengan semua pihak sekolah sehingga menumbuhkembangkan rasa tanggung jawab dan rasa memiliki pada diri warga sekolah dalam meningkatkan pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. Selain itu kepala sekolah perlu terus-menerus memperbaiki kualitas kepemimpinannya dengan menggali pengetahuan tentang kepemimpinan partisipatif dari berbagai sumber dan adanya supervisi oleh pengawas pendidikan terhadap kepemimpinan kepala sekolah.

2. Upaya Meningkatkan Komitmen Afektif Guru Melalui Peningkatan Motivasi Kerja

Berdasarkan hasil uji kecenderungan data variabel motivasi kerja guru diperoleh data mayoritas guru berada pada kategori tinggi yaitu 92 responden (83,64%) dan 18 responden (16,36%) dalam kategori cukup. Namun secara keseluruhan tidak semua guru memiliki motivasi kerja yang tinggi, masih ada beberapa guru yang memiliki motivasi kerja pada kategori cukup. Untuk itu perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan motivasi kerja guru sehingga secara keseluruhan motivasi kerja guru tinggi. Upaya untuk meningkatkan motivasi kerja guru antara lain guru hendaknya berjanji pada diri sendiri untuk dapat melaksanakan tugasnya secara optimal. Guru juga harus mampu melaksanakan tugasnya dengan penuh tanggung jawab dan menganggap tugasnya sebagai kebutuhan dirinya bukan sebagai kewajiban dengan membuat program kerja pribadi yang harus dilaksanakan setiap hari di sekolah. Guru harus mau dan sadar untuk selalu meningkatkan kemampuannya dengan sering ikut serta dalam pelatihan-pelatihan atau pendidikan-pendidikan yang sifatnya membangun


(34)

sehingga dapat meningkatkan kompetensinya dalam mengajar. Dalam peningkatan motivasi kerja guru kepala sekolah juga memiliki peran sehingga secara keseluruhan motivasi kerja guru tinggi yang akan dapat meningkatkan komitmen afektif guru dalam menjalankan tugasnya. Kepala sekolah memberikan motivasi kepada para guru dengan menyusun secara bersama program-program sekolah yang dapat menantang guru untuk bekerja lebih efektif dan lebih baik dari waktu-waktu sebelumnya.

3. Upaya Meningkatkan Persepsi tentang Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah dan Motivasi Secara Bersama-sama untuk Meningkatkan Komitmen Afektif Guru

Persepsi tentang kepemimpinan partisipatif kepala sekolah dan motivasi kerja secara bersama-sama memiliki hubungan yang signifikan dengan komitmen afektif guru SMP Negeri Lima Puluh Kabupaten Batu Bara. Dengan demikian persepsi tentang kepemimpinan partisipatif kepala sekolah dan motivasi kerja secara bersama-sama perlu ditingkatkan sebagai upaya untuk meningkatkan komitmen afektif guru. Hal ini bermakna bahwa kepala sekolah masih perlu mencermati dua unsur penting dalam meningkatkan komitmen afektif guru di sekolah yang dipimpinnya. Kedua unsur tersebut adalah persepsi tentang kepemimpinan partisipatif kepala sekolah dan motivasi kerja guru. Untuk itu agar dapat meningkatkan komitmen afektif guru maka persepsi yang tinggi dan motivasi kerja yang tinggi dari para guru sangat diperlukan.

C. Saran

Berdasarkan uraian simpulan dan implikasi yang diuraikan di atas, maka ada beberapa saran untuk meningkatkan komitmen afektif guru yaitu:


(35)

1. Kepala sekolah SMP Negeri Lima Puluh Kabupaten Batu Bara perlu senantiasa menjaga persepsi guru tentang kepemimpinan partisipatif di sekolah khususnya dengan memberikan keteladanan kepada para guru sehingga persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah tinggi yang akan membawa dampak positif bagi motivasi dan komitmen afektif guru selaku bawahannya.

2. Guru SMP Negeri Lima Puluh Kabupaten Batu Bara perlu agar lebih meningkatkan motivasi kerja dan komitmen afektif guru dengan cara meningkatkan kemampuan kompetensinya dan melaksanakan tugasnya secara bertanggung jawab dan sungguh-sungguh serta menjadikan kepala sekolah sebagai mitra dalam menjalankan tugas kependidikannya di sekolah guna tercapainya tujuan pendidikan yang diharapkan.

3. Kepala Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara agar senantisa melakukan pengawasan kepada kepala sekolah dan guru agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik.

4. Penelitian lanjutan masih perlu dilakukan untuk permasalahan yang sama di tempat yang berbeda atau penelitian yang relevan guna dijadikan sebagai masukan atau perbandingan dengan penelitian ini.


(36)

DAFTAR PUSTAKA

Akhyar. 2011. “Hubungan Persepsi tentang Kredibilitas Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja dengan Loyalitas Kerja Guru di SMA Negeri 2

Pematang Siantar”. Tesis. Medan: Program Pasca Sarjana Universitas

Negeri Medan.

Angkowo, R. 2007. Optimalisasi Media Pembelajaran. Jakarta: Grasindo. Anoraga, Pandji. 2006. Psikologi Kerja. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2003. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Colquit Jason A., Jeffry A. Lepine, Michael J. Wesson. 2009. Organizational Behavior: Improving performance and commitment in the workplace. New York: the McGraw-Hill Companies.

Crimmon, Lee. 2007. Beyound Team Work. Training. The Magazine of Human Resourcedevelopment. Edisi June. h.30.

Echols, John M. 2003. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: Gramedia.

Ghemawat, Pankaj. 1991. Commitment: The Dynamic of Strategy. New York: The Tree Press.

Gibson, James L., Jhon M. Ivancevich and James H. Donelly, Jr. 1985. Fundamental Management Selected Reading. USA: Business Publication. . 1997. Organisation; Behaviour, Processes, Business Publication:

Texas.

Hasan, Chalijah. 2004. Dimensi-dimensi Psikologi Pendidikan. Surabaya: Al- Ikhlas.

Hersey, Paul and Kenneth H. Blanchard. 1988. Management of Organizational Behavior. Utilizing Human Resource. New Jersey: Prentice-Hall.

Kamars, Dachnel. H. 2005. Administrasi Pendidikan: Teori dan Praktek. Edisi Kedua. Padang: Universitas Putra Indonesia Press.

Lilis Rosida. 2011. “Pengaruh Persepsi Guru tentang Kepemimpinan Kepala

Sekolah, Kecerdasan Emosional dan Kepuasan Kerja Guru Terhadap

Komitmen Organisasi”. Tesis. Medan: Program Pasca Sarjana Universitas

Negeri Medan.


(37)

Masdiana, Lumban Gaol. 2010. Pengaruh Persepsi Guru tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah, Motivasi Kerja dan Pengendalian Stres Terhadap Komitmen Guru. “Jurnal Educandum, Jurnal Manajemen Pendidikan Medan: PPs UNIMED-ISMAPI Sumatera Utara.

Mathis, R.L and Jackson, H.J. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Salemba.

McShane, Steven L. Glinov, Mary Ann Von. 2007. Organizational Behaviors (Essentials). International Edition 2007. New York: McGraw-Hill Companies, Inc.

Meyer, J.P. and Allen, N.J. 1997. Commitment in the workplace: Theory, Research and Application. Thousand Oaks, CA: Sage Publication, Inc. Mowday, R.T., Porter, L.W., and Steers, R.M. 1982. Employee-Organization

linkages: The psychology of commitment, absenteeism, and turnover. New York: Academic Press.

Muhibbinsyah. 2010. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Terbaru. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mulyasa, E. 2004. Menjadi Kepala Sekolah Profesional Dalam Konteks Menyukseskan MBS dan KBK. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya

Nasution. M. Fariz. 2003. Psikologi Umum. Medan: ISIN Press.

Prayitno. 2009. Dasar Teori dan Praksis Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Rakhmat, Jalaluddin. 2009. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Riduan. 2009. Metode dan Teknik Menyusun Proposal Penelitian. Bandung:

Alfabeta.

Rivai, Veithzal. 2007. Performance Appraisal. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Riyadi. 2010. “Hubungan Komitmen Guru dan Persepsi Guru Tentang

Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah dengan Kinerja Guru IPA pada SMP Negeri se-Kabupaten Batu Bara” Tesis. Medan: Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan.

Robbins, Stephens. P. 1996. Perilaku Organisasi. Indonesia: Macanan Jaya Cemerlang.

Robbins, Stephen P. Timothy A. Judge. 2009. Organizational Behavior. New Jersey: Prentice Hall, Inc.


(38)

Sardiman. 2005. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Schatz, K and Schatz L. 1995. Managing by Influence. New Jersey: Prentice Hall, Inc.

Sedarmayanti. 2001. Sumber Daya Manusia dan Produktifitas Kerja. Jakarta: Rineka Cipta.

Siagian, Sondang P. 2004. Filsafat Administrasi. Jakarta: Bumi Aksara.

Steers, R.M. 1977. Antecedents and Outcomes of Organizational Commitment. Administrative Science Quarterly.

Sudjana. 1996. Metoda Statistik. Bandung: Tarsito.

Sujancky, Joanne G. 1991. The Power of Partnering: Vision, Commitment and Action. Singapura: Pfsiffer & Company.

Sugiyono. 2009. Statistik untuk Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Thoha, M. 2008. Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Uno, Hamzah B. 2006. Teori Motivasi dan Pengukurannya, Analisis di Bidang Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Usman, Husaini.2008. Manajemen; Teore, Praktik, dan Riset Pendidikan. Yogyakarta: Bumi Aksara.

Wahjosumidjo. 1994. Kepemimpinan dan Motivasi. Jakarta: Ghalia Indonesia. Winardi, J. 2007. Teori Organisasi dan Pengorganisasian. Jakarta: Raja Grafindo

Persada.

Wau, Yasaratodo. 2012. Pengaruh Kepemimpinan Partisipatif, Kemampuan Pribadi, Iklim Kerja, dan Motivasi Berprestasi Terhadap Komitmen Afektif Kepala Sekolah Menengah Pertama di Pulau Nias. Disertasi. Medan: Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan.


(1)

membina hubungan kerjasama yang baik antara kepala sekolah dengan para guru maupun antara guru dengan guru dan dengan semua pihak sekolah sehingga menumbuhkembangkan rasa tanggung jawab dan rasa memiliki pada diri warga sekolah dalam meningkatkan pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. Selain itu kepala sekolah perlu terus-menerus memperbaiki kualitas kepemimpinannya dengan menggali pengetahuan tentang kepemimpinan partisipatif dari berbagai sumber dan adanya supervisi oleh pengawas pendidikan terhadap kepemimpinan kepala sekolah.

2. Upaya Meningkatkan Komitmen Afektif Guru Melalui Peningkatan Motivasi Kerja

Berdasarkan hasil uji kecenderungan data variabel motivasi kerja guru diperoleh data mayoritas guru berada pada kategori tinggi yaitu 92 responden (83,64%) dan 18 responden (16,36%) dalam kategori cukup. Namun secara keseluruhan tidak semua guru memiliki motivasi kerja yang tinggi, masih ada beberapa guru yang memiliki motivasi kerja pada kategori cukup. Untuk itu perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan motivasi kerja guru sehingga secara keseluruhan motivasi kerja guru tinggi. Upaya untuk meningkatkan motivasi kerja guru antara lain guru hendaknya berjanji pada diri sendiri untuk dapat melaksanakan tugasnya secara optimal. Guru juga harus mampu melaksanakan tugasnya dengan penuh tanggung jawab dan menganggap tugasnya sebagai kebutuhan dirinya bukan sebagai kewajiban dengan membuat program kerja pribadi yang harus dilaksanakan setiap hari di sekolah. Guru harus mau dan sadar untuk selalu meningkatkan kemampuannya dengan sering ikut serta dalam pelatihan-pelatihan atau pendidikan-pendidikan yang sifatnya membangun


(2)

sehingga dapat meningkatkan kompetensinya dalam mengajar. Dalam peningkatan motivasi kerja guru kepala sekolah juga memiliki peran sehingga secara keseluruhan motivasi kerja guru tinggi yang akan dapat meningkatkan komitmen afektif guru dalam menjalankan tugasnya. Kepala sekolah memberikan motivasi kepada para guru dengan menyusun secara bersama program-program sekolah yang dapat menantang guru untuk bekerja lebih efektif dan lebih baik dari waktu-waktu sebelumnya.

3. Upaya Meningkatkan Persepsi tentang Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah dan Motivasi Secara Bersama-sama untuk Meningkatkan Komitmen Afektif Guru

Persepsi tentang kepemimpinan partisipatif kepala sekolah dan motivasi kerja secara bersama-sama memiliki hubungan yang signifikan dengan komitmen afektif guru SMP Negeri Lima Puluh Kabupaten Batu Bara. Dengan demikian persepsi tentang kepemimpinan partisipatif kepala sekolah dan motivasi kerja secara bersama-sama perlu ditingkatkan sebagai upaya untuk meningkatkan komitmen afektif guru. Hal ini bermakna bahwa kepala sekolah masih perlu mencermati dua unsur penting dalam meningkatkan komitmen afektif guru di sekolah yang dipimpinnya. Kedua unsur tersebut adalah persepsi tentang kepemimpinan partisipatif kepala sekolah dan motivasi kerja guru. Untuk itu agar dapat meningkatkan komitmen afektif guru maka persepsi yang tinggi dan motivasi kerja yang tinggi dari para guru sangat diperlukan.

C. Saran

Berdasarkan uraian simpulan dan implikasi yang diuraikan di atas, maka ada beberapa saran untuk meningkatkan komitmen afektif guru yaitu:


(3)

1. Kepala sekolah SMP Negeri Lima Puluh Kabupaten Batu Bara perlu senantiasa menjaga persepsi guru tentang kepemimpinan partisipatif di sekolah khususnya dengan memberikan keteladanan kepada para guru sehingga persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah tinggi yang akan membawa dampak positif bagi motivasi dan komitmen afektif guru selaku bawahannya.

2. Guru SMP Negeri Lima Puluh Kabupaten Batu Bara perlu agar lebih meningkatkan motivasi kerja dan komitmen afektif guru dengan cara meningkatkan kemampuan kompetensinya dan melaksanakan tugasnya secara bertanggung jawab dan sungguh-sungguh serta menjadikan kepala sekolah sebagai mitra dalam menjalankan tugas kependidikannya di sekolah guna tercapainya tujuan pendidikan yang diharapkan.

3. Kepala Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara agar senantisa melakukan pengawasan kepada kepala sekolah dan guru agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik.

4. Penelitian lanjutan masih perlu dilakukan untuk permasalahan yang sama di tempat yang berbeda atau penelitian yang relevan guna dijadikan sebagai masukan atau perbandingan dengan penelitian ini.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Akhyar. 2011. “Hubungan Persepsi tentang Kredibilitas Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja dengan Loyalitas Kerja Guru di SMA Negeri 2

Pematang Siantar”. Tesis. Medan: Program Pasca Sarjana Universitas

Negeri Medan.

Angkowo, R. 2007. Optimalisasi Media Pembelajaran. Jakarta: Grasindo. Anoraga, Pandji. 2006. Psikologi Kerja. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2003. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Colquit Jason A., Jeffry A. Lepine, Michael J. Wesson. 2009. Organizational

Behavior: Improving performance and commitment in the workplace. New

York: the McGraw-Hill Companies.

Crimmon, Lee. 2007. Beyound Team Work. Training. The Magazine of Human

Resourcedevelopment. Edisi June. h.30.

Echols, John M. 2003. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: Gramedia.

Ghemawat, Pankaj. 1991. Commitment: The Dynamic of Strategy. New York: The Tree Press.

Gibson, James L., Jhon M. Ivancevich and James H. Donelly, Jr. 1985.

Fundamental Management Selected Reading. USA: Business Publication.

. 1997. Organisation; Behaviour, Processes, Business Publication: Texas.

Hasan, Chalijah. 2004. Dimensi-dimensi Psikologi Pendidikan. Surabaya: Al- Ikhlas.

Hersey, Paul and Kenneth H. Blanchard. 1988. Management of Organizational

Behavior. Utilizing Human Resource. New Jersey: Prentice-Hall.

Kamars, Dachnel. H. 2005. Administrasi Pendidikan: Teori dan Praktek. Edisi Kedua. Padang: Universitas Putra Indonesia Press.

Lilis Rosida. 2011. “Pengaruh Persepsi Guru tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kecerdasan Emosional dan Kepuasan Kerja Guru Terhadap

Komitmen Organisasi”. Tesis. Medan: Program Pasca Sarjana Universitas

Negeri Medan.


(5)

Masdiana, Lumban Gaol. 2010. Pengaruh Persepsi Guru tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah, Motivasi Kerja dan Pengendalian Stres Terhadap Komitmen Guru. “Jurnal Educandum, Jurnal Manajemen Pendidikan Medan: PPs UNIMED-ISMAPI Sumatera Utara.

Mathis, R.L and Jackson, H.J. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Salemba.

McShane, Steven L. Glinov, Mary Ann Von. 2007. Organizational Behaviors

(Essentials). International Edition 2007. New York: McGraw-Hill

Companies, Inc.

Meyer, J.P. and Allen, N.J. 1997. Commitment in the workplace: Theory,

Research and Application. Thousand Oaks, CA: Sage Publication, Inc.

Mowday, R.T., Porter, L.W., and Steers, R.M. 1982. Employee-Organization

linkages: The psychology of commitment, absenteeism, and turnover. New

York: Academic Press.

Muhibbinsyah. 2010. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Terbaru. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mulyasa, E. 2004. Menjadi Kepala Sekolah Profesional Dalam Konteks

Menyukseskan MBS dan KBK. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya

Nasution. M. Fariz. 2003. Psikologi Umum. Medan: ISIN Press.

Prayitno. 2009. Dasar Teori dan Praksis Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Rakhmat, Jalaluddin. 2009. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Riduan. 2009. Metode dan Teknik Menyusun Proposal Penelitian. Bandung:

Alfabeta.

Rivai, Veithzal. 2007. Performance Appraisal. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Riyadi. 2010. “Hubungan Komitmen Guru dan Persepsi Guru Tentang

Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah dengan Kinerja Guru IPA pada SMP Negeri se-Kabupaten Batu Bara” Tesis. Medan: Program Pasca

Sarjana Universitas Negeri Medan.

Robbins, Stephens. P. 1996. Perilaku Organisasi. Indonesia: Macanan Jaya Cemerlang.

Robbins, Stephen P. Timothy A. Judge. 2009. Organizational Behavior. New Jersey: Prentice Hall, Inc.


(6)

Sardiman. 2005. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Schatz, K and Schatz L. 1995. Managing by Influence. New Jersey: Prentice Hall, Inc.

Sedarmayanti. 2001. Sumber Daya Manusia dan Produktifitas Kerja. Jakarta: Rineka Cipta.

Siagian, Sondang P. 2004. Filsafat Administrasi. Jakarta: Bumi Aksara.

Steers, R.M. 1977. Antecedents and Outcomes of Organizational Commitment. Administrative Science Quarterly.

Sudjana. 1996. Metoda Statistik. Bandung: Tarsito.

Sujancky, Joanne G. 1991. The Power of Partnering: Vision, Commitment and

Action. Singapura: Pfsiffer & Company.

Sugiyono. 2009. Statistik untuk Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Thoha, M. 2008. Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Uno, Hamzah B. 2006. Teori Motivasi dan Pengukurannya, Analisis di Bidang

Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Usman, Husaini.2008. Manajemen; Teore, Praktik, dan Riset Pendidikan. Yogyakarta: Bumi Aksara.

Wahjosumidjo. 1994. Kepemimpinan dan Motivasi. Jakarta: Ghalia Indonesia. Winardi, J. 2007. Teori Organisasi dan Pengorganisasian. Jakarta: Raja Grafindo

Persada.

Wau, Yasaratodo. 2012. Pengaruh Kepemimpinan Partisipatif, Kemampuan

Pribadi, Iklim Kerja, dan Motivasi Berprestasi Terhadap Komitmen Afektif Kepala Sekolah Menengah Pertama di Pulau Nias. Disertasi. Medan:

Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan.


Dokumen yang terkait

PENGARUH PERSEPSI GURU TENTANG KEPEMIMPINAN PARTISIPATIF KEPALA SEKOLAH, MOTIVASI KERJA, DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA GURU DI SMP NEGERI KECAMATAN KISARAN TIMUR.

0 4 40

PENGARUH DISIPLIN KERJA, PERSEPSI GURU TENTANG KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KOMITMEN AFEKTIF GURU DI SMA NEGERI KABUPATEN SAMOSIR.

0 1 35

HUBUNGAN ANTARA IKLIM KERJA ORGANISASI DAN PERSEPSI GURU TENTANG KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH DENGAN KOMITMEN AFEKTIF GURU SMK KESEHATAN DI KOTA MEDAN.

0 5 22

HUBUNGAN ANTARA IKLIM KERJA, PERSEPSI TENTANG KEPEMIMPINAN PARTISIPATIF KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI BERPRESTASI GURU DENGAN KINERJA GURU SMK NEGERI SE-KABUPATEN DELI SERDANG.

0 4 51

PENGARUH KEPEMIMPINAN PARTISIPATIF KEPALA SEKOLAH, BUDAYA ORGANISASI DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KOMITMEN AFEKTIF GURU DI SMP KABUPATEN LABUHANBATU UTARA.

0 2 45

HUBUNGAN PERSEPSI TENTANG KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH DAN SIKAP INOVATIF DENGAN KINERJA GURU SMP DI KECAMATAN TALAWI KABUPATEN BATUBARA.

0 0 34

HUBUNGAN BUDAYA KERJA DAN KEPUASAN KERJA DENGAN KOMITMEN KERJA GURU SD DI KECAMATAN LIMA PULUH KABUPATEN BATUBARA.

0 1 23

HUBUNGAN KOMITMEN GURU DAN PERSEPSI GURU TENTANG GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH DENGAN KINERJA GURU IPA PADA SMP NEGERI SE-KABUPATEN BATUBARA.

0 0 36

PENGARUH PERSEPSI GURU TENTANG KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, MOTIVASI KERJA, DAN PENGENDALIAN STRES TERHADAP KOMITMEN GURU.

0 1 11

HUBUNGAN ANTARA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA DENGAN KINERJA GURU SMP NEGERI KECAMATAN JUWANGI Hubungan Antara Kepemimpinan Kepala Sekolah Dan Motivasi Kerja Dengan Kinerja Guru SMP Negeri Kecamatan Juwangi Kabupaten Boyolali Tahun 2011.

0 1 18