PUBLIKASI ILMIAH Evaluasi Penggunaan Antibiotik Pada Balita Dengan Diare Akut Di Instalasi Rawat Inap Rsud Dr. Moewardi Periode September-Desember 2015.
PUBLIKASI ILMIAH
EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA BALITA DENGAN
DIAREAKUT DI INSTALASI RAWATINAP RSUD “X” PERIODE
SEPTEMBER-DESEMBER 2015
PUBLIKASI ILMIAH
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada FakultasFarmasi
Oleh:
CANTIKA NUKITASARI
K 100 130 065
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016
(2)
HALAMAN PERSETUJUAN
EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA BALITA DENGAN
DIAREAKUT DI INSTALASI RAWATINAP RSUD “X” PERIODE
SEPTEMBER-DESEMBER 2015
PUBLIKASI ILMIAH
oleh:
CANTIKA NUKITASARI
K 100 130 065
Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:
Dosen Pembimbing
Hidayah Karuniawati, M. Sc., Apt NIK. 100.1606
(3)
HALAMAN PENGESAHAN
EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA BALITA DENGAN
DIAREAKUT DI INSTALASI RAWATINAP RSUD “X” PERIODE
SEPTEMBER-DESEMBER2015
OLEH
CANTIKA NUKITASARI K 100 130 065
Telah dipertahankan di depan Penguji Fakultas Farmasi
Universitas Muhammadiyah Surakarta Pada hari Kamis, 19Januari 2017 dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Dewan Penguji :
1. Ambar Yunita Nugraheni, M.Sc., Apt (……..……..) (Ketua Penguji)
2. Zakky Cholisoh, PhD.,Apt (………) (Anggota I Penguji)
3. Hidayah Karuniawati, M.Sc., Apt (……….) (Anggota II Penguji)
Dekan,
Aziz Saifudin, PhD.,Apt NIK. 956
(4)
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang
pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang
lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka akan saya
pertanggungjawabkan sepenuhnya.
.
Surakarta, Desember 2017 Penulis
CANTIKA NUKITASARI K 100 130 065
(5)
EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA BALITA DENGAN DIAREAKUT DI
INSTALASI RAWATINAP RSUD “X” PERIODE
SEPTEMBER-DESEMBER 2015
AbstrakDiare pada anak dibawah 5 tahun memiliki angka kematian hingga 3 juta kematian tiap
tahun. Penyebab diare biasanya adalah virus, bakteri dan parasit. Antibiotik adalah salah satu
terapi untuk diare, namun tidak semua kasus diare harus diberikan antibiotik. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran dan mengevaluasi penggunaan antibiotik
pada pasien balita dengan penyakit diare akut di RSUD “X” periode September-Desember
2015.Data yang didapat adalah data rekam medik pasien yang diambil secara retrospektif.
Evaluasi penggunaan antibiotik dilihat dari parameter tepat indikasi, tepat obat, tepat pasien,
tepat dosis, tepat frekuensi dan tepat durasi pemberian berdasarkan standar Pelayanan
Kesehatan Anak di Rumah Sakit 2009 dan Empirical Treatment of Acute Infectious Diarrhea2006.
Hasil penelitian pada 10 pasien dengan diagnosis disentri dan 25 pasien dengan diagnosis
diare akut di RSUD “X” antibiotik yang digunakan adalahampisilin (31,43%), amoksisislin
(20%), metronidazol (17,14%), sefatoksim (11,43%), seftriakson (11,43%), kotrimoksazol
(5,71%) dan sefixim (2,86%). Hasil evaluasi penggunaan antibiotik pada diare akut yang
memenuhi parameter tepat indikasi (85,71%), tepat pasien (85,71%), tepat obat (52,28%),
tepat dosis dan frekuensi (34,28%), tepat durasi (34,28%), dan rasionalitas (34,28%).
Kata Kunci : Diare, Disentri, Evaluasi, Antibiotik
AbstractDiarrhea in children under five years had rate of mortality up to 3 million death annually.
The causes of diarrhea are virus, bacteria and parasites. Antibiotics can be used to treat
diarrhea but not all of diarrhea should be given with antibiotics. The purpose of this study is
to describe and evaluate the use of antibiotics in acute diarrhea in “X” Hospital in
September until December 2015. Data were obtained retrospectively from patient’s medical
record. Evaluation of the use of antibiotics was seen from right indication, right drug, right
patient, right dose, right frequency and duration of administration parameter based on
Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit 2009 dan Empirical Treatment of Acute
Infectious Diarrhea 2006 standart medicine. The results of the research on acute diarrhea
with diagnosis dysentery or acute diarrhea patient in “X” hospital antibiotic that being used
wereampicillin (31,43%), amoxicillin (20%), metronidazole (17,14%), cefotaxime (11,43%),
Kotrimoksazol (5,71%) and Cefixime (2,86%). The results of evaluation antibiotics is
rightindication (85,71%), right patient (87,71%), rightdrug (52,28%), the right dose and
frequency (34,28%), rightduration (34,28%), and rationality (34,28% ).
Keywords: Diarrhea, Dysentery, Evaluation, Antibiotics
1.
PENDAHULUAN
Penyakit diare adalah penyakit yang ditandai dengan feses lembek maupun cair ketika buang air besar dan frekuensinya lebih dari tiga kali sehari. Diare pada balita memiliki angka kematian hingga 3 juta kematian tiap tahunnya(Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2011). Penyebab dari diare diklasifikasikan menjadi tiga yaitu bakteri, virus dan parasit. Bakteri penyebab diare adalah Escherichia coli, Campylobacter, Shigella sp., Vibrio
(6)
Cholerae, dan Salmonella, sedangkan virus yang paling sering menyebabkan diare adalah rotavirus (World Gastroenterology Organisation, 2008).
Pada kejadian diare akut balita, rotavirus merupakan penyebab paling sering. Karena disebabkan
oleh virus maka biasanya ditangani dengan pemberian vaksin (Kemenkes RI, 2011b). Salah satu terapi
diare diare akut adalah antibiotik namun pemberiannya harus berdasarkan adanya indikasi seperti diare
berdarah yang biasa disebut dengan disentri (Ikatan Dokter Anak indonesia, 2009). Pemberian antibiotik
berguna pada diare inflamasi dan infeksi yang disebabkan oleh parasit maupun patogen yang biasanya
ditandai dengan adanya darah, leukosit dan yeast cell pada tinja (Amin, 2015; Coyle, Varughese, Weiss, &
Tanowitz, 2012; Guarino et al., 2014). Pada diare akut dengan adanya darah biasanya didiagnosis sebagai
disentri dan penangannya beda dengan diare akut tanpa adanya darah(World Health Organization, 2005).
Di RSUD ditemukan adanya diagnosis disentri dan diare akut (tanpa adanya darah) sehingga evaluasi
penggunaan antibiotik digolongkan berdasarkan diagnosisnya.
Pentingnya dilakukan evaluasi penggunaan antibiotik pada pasien balita adalah resiko
penggunaan antibiotik yang tidak rasional dapat meningkatkan resistensi bakteri. Penelitian tentang
resistensi bakteri penyebab diare di Indonesia telah dilakukan oleh Tjaniadi et al., (2003) hasilnya adalah
Shigella sp. dan V.cholerae O1 resisten terhadap ampisilin, kotrimoksazol, kloramfenikol dan tetrasiklin;
Campylobacter jejuni dan V.cholerae non-O1 resisten terhadap siprofloksasin, norfloksasin, seftriakson.
Penelitian tentang evaluasi penggunaan antibiotik penyakit diare pada pasien anak telah dilakukan
oleh Utami tahun 2012 yang menyimpulkan bahwa ketepatan penggunaan antibiotik dilihat dari tepat
pasien adalah 100%, tepat dosis 20%, dan tepat frekuensi pemberian 56%. Namun penelitian tersebut
tidak mengevaluasi tentang ketepatan indikasi, ketepatan obat dan ketepatan durasi pemberian.
Berdasarkan uraian diatas, maka evaluasi penggunaan antibiotik pada pasien balita diare akut dengan
diagnosis disentri dan diare akut (diare akut infeksi bukan disentri) di rawat inap RSUD “X”
September-Desember 2015 perlu dilakukan.
2.
METODE
A.
Rencana Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental dengan diambil data rekam medik pasien balita dengan penyakit diare akut dengan diagnosis disentri maupun diare akut (diare akut infeksi bukan disentri) di RSUD “X” September-Desember 2015 . Hasil dianalisis secara deskriptif non analitik dan akan diperoleh gambaran tentang keadaan tertentu subjek uji
B.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah guidelineBuku Saku, Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit 2009 ;Clinical guideline European Society for Pediatric Gastroenterology, Hepatology, and Nutrition/European Society for Pediatric Infectious Diseases 2014.Antibiotics for the empirical treatment of acute infectious diarrhea in
(7)
children, 2006 ; buku Informatorium Obat Nasional Indonesia atau IONI (BPOM RI, 2008) dan BNF for Children the Authority on the Selection and Use of Medicines in Children, 2014.
C.
Subjek Penelitian
Subjek Penelitian adalah pasien balita diare akut ( usia dibawah 5 tahun) yang terdiagnosa disentri dan diare akut (diare akut infeksi bukan disentri) di instalasi rawat inap RSUD “X” September-Desember 2015.
D.
Jalannya Penelitian
1.
Persiapan
Membuat proposal, mengurusperijinan di RSUD “X”
untukmelakukanpenelitiandanmengurussuratethical clearancesebagaisyaratpenelitian
2.
Pelaksanaan
Pengambilandanpencatatan data rekammedikpasienbalitadiare akut dengan diagnosa
disentrimaupundiareakut
(diareakutinfeksibukandisentri)di instalasirawatinap RSUD “X”
September-Desember 2015.
3.
Penyelesaian
Penyusunan data penelitian, evaluasidananalisisterhadap data
penggunaanantibiotikpadapasienbalitadisentrimaupundiareakut(diareakutinfeksibukandisent
ri) di instalasirawatinap RSUD “X”
September-Desember 2015.
E.
Analisis Data
Analisis data dilakukan secara deskriptif non analitik untuk mendapat gambaran penggunaan antibiotik. Hasil yang diperoleh dinyatakan dalam persentase dengan perhitungan:
1.
% ketepatanindikasi
:
Jumlah tepat indikasiTotal semua kasus
x 100%
2.
%ketepatanobat
:
Jumlah te pat obatTotal semua kasus
x 100%
3.
%ketepatanpasien
:
Jumlah tepat pasienTotal semua kasus
x 100%
4.
%ketepatandosis dan frekuensi pemberian
:
Jumlah tepat dosis dan frekuensiTotal semua kasus
x 100%
5.
%ketepatandurasipemberian
:
Jumlah kasus durasi pemberianTotal semua kasus
x 100%
6.
% rasionalitas
:
Jumlah rasional���������������
x 100%
3.
HASIL
DAN
PEMBAHASAN
A.
Karakteristik Pasien
Pada penelitian ini pasien yang diteliti adalah pasien balita dengan umur dibawah 5 tahun. Di RSUD “X” September-Desember 2015pasien balita yang menderita diare sebanyak 215 kasus atau persentase sebesar 32,72 %. Dari 215 kasus diare pada balita populasi yang memiliki keiteria inklusi dan eksklusi untuk disentri sebanyak 10 kasus dan diare akut (diare akut infeksi bukan disentri)sebanyak 25 kasus. Berdasarkan karakteristik pasien baik dengan diagnosis disentri dan diare akut baik disentri maupun diare akut (diare akut infeksi bukan disentri)angka kejadian diare pada jenis kelamin laki-laki dengan perempuan lebih banyak pada
(8)
laki-laki, namun jenis kelamin tidak berpengaruh terhadap kejadian diare(Cahyaningrum & Indriani, 2015). Anemia merupakan penyakit penyerta terbanyak dimana anemia adalah salah satu faktor resiko diare dengan resiko diare 3 kali lipat (Levy et al., 2005). Karakteristik pasien disentri dan diare akut (diare akut infeksi bukan disentri)dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel1.Distribusipasiendisentridan diare akut (diareakutinfeksibukandisentri) anak di RSUD “X”
September-Desember 2015berdasarkanbeberapakarakteristikpasien.
Karakteristiksampel Jumlah Persentase (%) N=35 JenisKelamin
Laki-Laki 22 62,86%
Perempuan 13 37,14%
KondisiSetelahPengobatan
Sembuh 35 100%
Meninggal 0 0%
PenyakitPenyerta
TanpaPenyerta 24 68,57%
Anemia 4 11,43%
KejangDemam 2 5,71%
Hematosezia 1 2,86%
Anemia + HIV + Heart Disease 1 2,86%
Faringitisakut 1 2,86%
DowmSyndrom 1 2,86%
Campak 1 2,86%
B.
Karakteristik Pengobatan
Selain pemberian antibiotik pada balita dengan diare akut di RSUD “X” juga diberikan pengobatan lain yang diharapkan dapat mempercepat kesembuhan pasien seperti zinc, dan obat dehidrasi . Namun pemberian antidiare dan antibiotik juga diberikan yang seharusnya obat-obatan tersebut tidak boleh diberikan pada balita karena tidak memiliki efek yang pasti pada balita dengan diare dan bahkan menimbulkan efek samping yang fatal (World Health Organization, 2002). Karakteristik pengobatan pada pasien balita diare akut dengan diagnosa disentri dan diare akut (diare akut infeksi bukan disentri) di RSUD “X” September-Desember 2015 dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel4.Karakteristikpengobatanpasien dengan diagnosis disentri dan diare akut (diare akut infeksi
bukan disentri)balita di RSUD “X” September-Desember 2015
Pengobatan NamaObat JumlahPasien Persentase (%)
N = 35
ObatRehidrasi Asering 4 pasien 11,43 %
Asering + oralit 11 pasien 31,43 %
Asering + KAEN 1 pasien 2,86 %
Ringer Laktat 2 pasien 5,71 %
Ringer Laktat + oralit 2 pasien 5,71 %
(9)
D ½ NS 1 pasien 2,86 % D ¼ NS + oralit 5 pasien 14,29 % D ½ NS + oralit 3 pasien 8,57 %
Oralit 3 pasien 8,57 %
Zinc Zinc 32 pasien 91,43 %
Antibiotik Metronidazol 6 pasien 17,14 %
Amoksisilin 7 pasien 20,00 %
Ampisilin 11 pasien 31,43 %
Sefotaksim 4 pasien 11,43 %
Kotrimoksazol 2 pasien 5,71 %
Seftriakson 4 pasien 11,43 %
Sefiksim 1 pasien 2,86 %
Antipiretik Paracetamol 22 pasien 62,86 %
Antiemetik Ondansentron 7 pasien 20,00 %
Mukolitik Ambroxol 1 pasien 2,86 %
Probiotik Lacto B®
(Lactobacillus, Streptococcus faeeium,
Vit B, Vit B2, Vit B5, niacin, protein)
13 pasien 37,14 %
Probiotik 6 pasien 17,14%
PenambahNafsuMakan Apialys® (Vit A, Vit B kompleks, Vit C, Vit D, nicotinamide, lysine,
penthenol, glutamic acid)
1 pasien 2,86%
Sedativa Midazolam 1 pasien 2,86%
C.
Karakteristik Penggunaan Antibiotik
Antibiotik yang digunakan pada diare akutdengan diagnosis disentri maupun diare akut (diare akut infeksi bukan disentri) balita di RSUD “X” paling banyak adalah Ampisilin (48%). Ampisilin adalah antibiotik untuk terapi empirik pada diare akut (Diniz-Santos, Silva, & Silva, 2006). Selanjutnya terbanyak kedua adalah amoksisilin. Penggunaan amoksisilin pada diare akut tidak tepat karena masa tinggal dalam saluran pencernaannya sebentar (Diniz-Santos et al., 2006). Selanjutnya paling banyak ketiga adalahmetronidazol. Antibiotik metronidazol pada diare akut digunakan jika penyebabnya adalah Clostridium difficile, Giardia, Entamoeba histolytica(Guerrant et al., 2001).Karakteristik penggunaan antibiotik pada balita diare akut dengan diagnosis disentri dan diare akut (diare akut bukan disentri) di rawat inap RSUD “X” September-Desember 2015 dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel6.Karakteristikpenggunaanantibiotikpadadiareakutdengan diagnosis disentridandiareakut
(diareakutbukandisentri)di RSUD “X” September-Desember 2015.
Jenisantibiotik Jumlahpasien Persentase (%) N = 35
Metronidazol 6 pasien 17,14 %
Amoksisilin 7 pasien 20,00 %
Ampisilin 11pasien 31,43 %
Sefotaksim 4pasien 11,43 %
Kotrimoksazol 2 pasien 5,71 %
Seftriakson 4 pasien 11,43 %
(10)
D.
Evaluasi Penggunaan Antibiotik
1.
Tepat Indikasi
Pada pasien balita dengan diare penggunaan antibiotik harus sesuai dengan indikasinya yaitu disentri dan kolera, karena antibiotik hanya bermanfaat pada balita pada kedua kondisi tersebut. Sehingga semua kasus dengan diagnosis disentri dinyatakan tepat indikasi. Sedangkan balita dengan diagnosis diare akut (diare akut infeksi bukan disentri)dinyatakan tepat indikasi jika pada pemeriksaan tinja terdapat leukosit, yeast cell atau amuba. Diare invasif biasanya ditandai dengan diare berdarah dan adanya leukosit dalam tinja (Guarino et al., 2014). Yeast cell dalam pemeriksaan tinja menandakan bahwa ada Blastocystis yang merupakan suatu parasit yang dapat menyebabkan diare dan dapat diobati dengan antibiotik(Coyle et al., 2012). Ketepatan indikasi pada pasien dengan diagnosis diare akut (diare akut infeksi bukan disentri) balita di RSUD “X” September-Desember 2015 dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8.Ketepatanindikasipadabalita terdiagnosisdiareakut(diareakutinfeksibukandisentri)
Data Lab Tinja Ketepatan Keterangan Jumlah
Ketepatan TI TTI
Dilakukankultur √ Adanyakulturdinyatakantepatindikasi
Leukosit (+) √ Leukositmerupakanpenandaadanyainflamasi 20 Kasus Yeast cell (+) √ Yeast cell padatinjadapatdiobatidengan
antibiotic Parasit ), Jamur
(-)
√ Tidakdiberikan antibiotic TI :TepatIndikasi TTI : Tidaktepatdindikasi
Dari analisis ketepatan indikasi pada pasien diare akut dengan diagnosis disentri maupun diare akut (diare akut infeksi bukan disentri) sebanyak 30 kasus tepat indikasi atau persentase ketepatan indikasi sebesar 85,71% (N=25)
2.
Tepat Pasien
Ketepatan pasien diacu dari buku Informatorium Obat Nasional Indonesia atau IONI (BPOM RI, 2008). Dari 10 kasus dengan diagnosis disentri dan 20 kasus dengan diagnosis diare akut (diare akut infeksi bukan disentri) yang tepat indikasi, dilakukan analisis ketepatan pasien dan semuanya tidak ada yang kontraindikasi dengan keadaan pasien. Sehingga persentase ketepatan pasien pada diare akut dinyatakan sebesar 85,71%.
3.
Tepat Obat
Standar pengobatan yang diacu untuk analisis ketepatan obat adalah Guideline European Society for Pediatric Gastroenterology, Hepatology, and Nutrition/European Society for Pediatric Infectious Diseases 2014; Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit 2009 dan Antibiotics for the empirical treatment of acute infectious diarrhea in children 2006.
Ketepatan penggunaan obat pada pasien dengan diagnosis disentri dilihat dari bakteri maupun
parasit penyebabnya dan terapi empirik disentri. Metronidazol dinyatakan tepat indikasi jika pemeriksaan
tinja didapatkan Entamoeba histolytica. Untuk antibiotik kotrimoksazol yang merupakan terpai empirik
disentri, penggunaannya dinyatakan tepat indikasi. Ampisilin dan Sefotaksim bukan salah satu antibiotik
pilihan untuk disentri sehingga ampisilin tidak tepat obat (World Health Organization Indonesia, 2009).
(11)
Analisis ketepatan obat pada pasien dengan diagnosa disentri balita di RSUD “X”September-Desember
2015 dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9.Ketepatanobatpada pasien dengan diagnosis disentri di RSUD “X” September-Desember
2015
Pemeriksaantin ja
Antibiotik KetepatanObat Keterangan JumlahKete
patan
TO TTO
Entamoebahistol ytica (+)
Metronidazole √ Leukosit (+),
yeast cell (+)
Metronidazol √ Seharusnyadiberikanterapie mpirikkotrimoksazol Parasit (-), Jamur
(-)
Metronidazole √ Seharusnyadiberikanterapie mpirikkotrimoksazol
5 kasus Parasit (-), Jamur
(-)
Sefotaksim √ Seharusnyadiberikanterapie mpirikkotrimoksazol
Parasit (-), Jamur (-)
Ampisilin √ Seharusnyadiberikanterapie mpirikkotrimoksazol Parasit (-), Jamur
(-)
Kotrimoksazol √ Diagnosis lain adalah B20 (HIV)
dankotrimoksazoladalahter apiprofilaksisnya(Kemenke
s RI, 2014) Parasit (-), Jamur
(-)
Kotrimoksazol √ TO :TepatObat TTO : Tidaktepatobat
Sedangkanpemilihanantibiotikpasiendengan diagnosis
diareakut(diareakutinfeksibukandisentri)didasarkanpadakultursensitifitasatauterapiempirik yang dapatdigunakanpadadiare. Amoksisilinadalahobat yang
tidakefektifuntukpengobatandiaresehinggapenggunaanamoksisilindinyatakantidaktepatobat(World Health Organization, 2005). Sefiksim, seftriaksondanampisilinadalahpilihanuntukterapidiareakutsehinggadinyatakantepatobat(Diniz-Santos et al., 2006).Analisisketepatanobatpadapasienbalitadiareakut(diareakutinfeksibukandisentri) di RSUD “X” September-Desember 2015dapatdilihatpadaTabel 10.
Tabel 10.Ketepatanobatpada pasien dengandiagnosis diareakut(diareakutinfeksibukandisentri) di
“X” September-Desember 2015
Pemeriksaantinja/kultur Antibiotik Ketepatanobat Antibiotikstandar untukdiareakut
JumlahKetepatan
TO TTO
Leukosit (+) Ampisilin √ Ampisilin
Kotrimoksazol AsamNalidiksat Siprofloksasin Sefiksim Azitromisin Metronidazol Rifamisin (Diniz-Santos et al., 2006) 14 kasus
Yeast cell (+) Ampisilin √
Parasit (-), Jamur (-) Ampisilin √
Leukosit (+) Amoksisilin √
Yeast cell (+) Amoksisilin √
E.colisensitifterhadapCefotaksim Cefotaksim √
Ampisilin Kotrimoksazol Parasit (-), Jamur (-) Cefotaksim √
(12)
Parasit (-), Jamur (-) Cefixim √ AsamNalidiksat Siprofloksasin Sefiksim Azitromisin Metronidazol Rifamisin (Diniz-Santos et al., 2006) TO :TepatObat TTO : Tidaktepatobat
Berdasarkan analisis ketepatan obat pada pasien diare akut dengan diagnosis disentri dan diare
akut (diare akut infeksi bukan disentri) pasien yang memenuhi kaidah tepat obat adalah sebanyak 19
kasus atau persentase ketepatan obat sebesar 54,28%.
4.
Tepat Dosis dan Frekuensi
Ketepatan dosis dan frekuensi pada pasien dengan diagnosis disentri di RSUD “X” September-Desember 2015 terdapat 4 kasustepat dosis dan untuk pasien terdiagnosis diare akut
(diare akut infeksi bukan disentri)
sebanyak 8 kasus, sehingga persentase ketepatan dosis dan frekuensi sebesar 34,28%. Analisis ketepatan dosis dan frekuensi pada pasien balita terdiagnosis disentri dan diare akut (diare akut bukan disentri) di RSUD “X” September-Desember 2015 dapat dilihat pada tabel 11 dan 12.Tabel 11.Ketepatandosispadapasiendengan diagnosis disentri di RSUD “X” September-Desember
2015.
NamaAntibi otik
BB (kg)
Umur Dosisstandar Dosis pemberian
Frek Ketepatan Ket TD TTD Metronidazol 7,2 1 thn 20-40
mg/KgBB/ hari 3 kali sehariatau 200 mg tiap 8 jam umur(1-3 thn) (BMJ group, 2014; Diniz-Santos et al., 2006)(BMJ group, 2014)
55 mg 8 jam √ 9 1 thn, 6
bln
100 mg 8 jam √
12 2 th 200 mg 8 jam √
17 4 thn, 4 bln
250 mg 8 jam √ OD
Kotrimoksaz ol
16,2 4 thn, 3 tablet dua kali sehari
3 tablet 12 jam √
Keterangan :1. Frek: Frekuensi, 2. Ket: Keterangan 3. TD: TepatDosis 4.TTD: Tidak 5. TepatDosis, 6. OD: Over Dose 7. UD: Under Dose 8. Thn :Tahun 9. Bln :Bulan
Tabel 12.Ketepatandosispadapasiendiareakut(diareakutinfeksibukandisentri)balita di RSUD “X”
September-Desember 2015
NamaAntibioti k
Umur BB
(kg)
Dosisstandar Dosispemberia n
Frek Ketepatan Ket
TD TTD
Ampisilin 2 bln 4,7 50-100 mg/kg/haridalam
4 kali pakai(Diniz-Santos et al.,
2006) 1-5 thn 250 mg
100 mg 6 jam √ 1 thn, 2
bln
10 250 mg 6 jam √
10 bln 8,8 200 mg 6 jam √
(13)
tiap 4 jam BNF (BMJ group,
2014) 1 thn, 6
bln
9,8 250 mg 6 jam √
11 bln 6,7 150 mg 6 jam √
2 bln 5 125 mg 6 jam √
10 bln 7 200 mg 6 jam √ OD
Sefiksim 1 thn, 3 bln
10 7.5-10
mg/Kg/hari 1-2 kali (WHO Indonesia, 2009)
25 mg 12
jam
√ UD
Sefotaksim 1 thn, 5 bln
7 50 mg/kgBBtiap 6 jam (WHO Indonesia, 2009)
150 mg 8 jam √ UD
1 thn, 2 bln
8 400 mg 6 jam √
Seftriakson 9 bln 9,1 50-100 mg/Kg/ hari 1-2 kali
200 mg 12
jam
√ UD 1 thn, 4
bln
8,6 500 mg 12
jam √ 1 thn, 1
bln
9 400 mg 12
jam
√ UD Keterangan :1. Frek: Frekuensi, 2. Ket: Keterangan 3. TD: TepatDosis 4.TTD: Tidak 5. TepatDosis, 6. OD: Over Dose 7. UD: Under Dose 8. Thn :Tahun 9. Bln :Bulan
5.
Tepat Durasi
Penggunaan antibiotik yang tidak tepat durasi akan menyebabkan terjadinya resistensi bakteri, sehingga analisis ketepatan durasi adalah hal yang penting (Kemenkes RI, 2011a). Ketepatan durasi untuk diare akut baik dengan diagnosis disentri maupun diare akut adalah 4-3 hari (Guerrant et al., 2001). Pada 4 kasus diagnosis disentri dan 8 kasus diagnosis diare akut (
diare akut infeksi bukan disentri)
yang tepat dosis dan frekuensi semuanya memenuhi tepat durasi. Sehingga persentase ketepatan durasi sebesar 34,28%.E.
Kerasionalan Penggunaan Antibiotik
Kerasionalan penggunaan antibiotik adalah penggunaan antibiotik sesuai dengan parameter tepat indikasi, tepet pasien, tepat obat, tepat dosis dan frekuensi dan tepat durasi pemberian.Penggunaan antibiotik yang rasional pada pasien diare akut dengan diagnosis disentri di RSUD “X” sebanyak 4 kasus dan diare akut (
diare akut infeksi bukan disentri)
sebanyak 8 kasus. Sehingga persentase ketepatan indikasi sebesar (34,28%).4.
PENUTUP
Berdasarkan penelitan yang dilakukan pada pasien diare dengan diagnosis disentri maupundiare akut(
diare
akut infeksi bukan disentri)
rawat inap RSUD “X” September-Desember 2015 antibiotik yang digunakan adalah ampisilin (31,43%), amoksisislin (20%), metronidazol (17,14%), sefatoksim (11,43%), seftriakson (11,43%), kotrimoksazol (5,71%) dan sefixim (2,86%).Hasil evaluasi antibiotik didapatkantepat indikasi (85,71%), tepat pasien (87,71%), tepat obat (52,28%), tepat dosis dan frekuensi (34,28%), tepat durasi (34,28%), dan rasionalitas (34,28%).(14)
PERSANTUNAN
Terimakasih diucapkan penulis kepada Hidayah Karuniawati, M. Sc., Apt selaku pembimbing penelitian, direktur RSUD “X” yang memberikan ijin penelitian, serta staf bidang penelitian dan rekam medik yang telah banyak membantu dalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, L. Z. (2015). Tatalaksana Diare Akut. Continuing Medical Education, 42(7), 504–508.
BMJ group. (2014). BNF for Children the Authority on the Selection and Use of Medicines in
Children. England: RCPCH Publications Ltd.
BPOM RI. (2008). Informatorium Obat Nasional Indonesia. Jakarta: BPOM RI.
Cahyaningrum, D., & Indriani. (2015). Studi Tentang Diare dan Faktor Resikonya pada Balita
Umur 1-5 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Kalasan Sleman,Skripsi, Progam Studi Bidan,
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah Yogyakarta.
Coyle, C. M., Varughese, J., Weiss, L. M., & Tanowitz, H. B. (2012). Blastocystis: To treat or not
to treat.. Clinical Infectious Diseases, 54(1), 105–110. http://doi.org/10.1093/cid/cir810
Diniz-Santos, D. R., Silva, L. R., & Silva, N. (2006). Antibiotics for the empirical treatment of
acute infectious diarrhea in children. Braz J Infect Dis, 10(3), 217–227.
Guarino, A., Ashkenazi, S., Gendrel, D., Lo Vecchio, A., Shamir, R., Szajewska, H., … European
Society for Pediatric Infectious Diseases. (2014). European Society for Pediatric
Gastroenterology, Hepatology, and Nutrition/European Society for Pediatric Infectious
Diseases evidence-based guidelines for the management of acute gastroenteritis in children in
Europe: update 2014. Journal of Pediatric Gastroenterology and Nutrition, 59(1).
http://doi.org/10.1097/MPG.0000000000000375
Guerrant, R. L., Van Gilder, T., Steiner, T. S., Thielman, N. M., Slutsker, L., Tauxe, R. V, …
Pickering, L. K. (2001). Practice guidelines for the management of infectious diarrhea. IDSA
Guidelines, 32(3), 331–351.
Ikatan Dokter Anak indonesia. (2009). Pedoman pelayanan medis. Pedoman pelayanan medis.
Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Ikatan Dokter Anak Indonesia. (2011). Pedoman Pelayanan Medis. Pedoman Pelayanan Medis
(Edisi II). Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Kemenkes RI. (2011a). Pedoman Pelayanan Kefarmasian untuk Terapi Antibiotik. Jakarta:
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Kemenkes RI. (2011b). Situasi Diare di Indonesia. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia.
Kemenkes RI. (2014). Pedoman Penerapan Terapi HIV Pada Anak. Jakarta: Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia.
Levy, A., Fraser, D., Rosen, S. D., Dagan, R., Deckelbaum, R. J., Coles, C., & Naggan, L. (2005).
Anemia as a risk factor for Infectious Diseases in Infants and Toddlers: Results From a
Prospective Study. European Journal of Epidemiology,
20(3), 277–284.
(15)
Tjaniadi, P., Lesmana, M., Subekti, D., Machpud, N., Komalarini, S., Santoso, W., … Oyofo, B. A.
(2003). Antimicrobial resistance of bacterial pathogens associated with diarrheal patients in
Indonesia. American Journal of Tropical Medicine and Hygiene, 68(6), 666–670.
Utami, W. S. N. (2012). Evaluasi Penggunaan Antibiotik Untuk Penyakit Diare pada Pasien Pediatri
Rawat Inap di RSUD “X” Tahun 2011, Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiah
Surakarta.
World Gastroenterology Organisation. (2008). World Gastroenterology Organisation practice
guideline: Acute diarrhea. World Gastroenterology Organisation.
World Health Organization. (2002). Itregrated Management of Chilhood Illness Technical Basis for
Adapting the Clinical Guidelines, Feeding Recommendations, and Local Terms. Switzerland:
World Health Organization.
World Health Organization. (2005). The Treatment of Diarrhoea A Manual for Physicians and
other Senior Health Workers (4th Editio). Switzerland: WHO press.
World Health Organization Indonesia. (2009). Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit,
Pedoman bagi Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama di Kabupaten/Kota, Tahun 2009.
(1)
D. Evaluasi Penggunaan Antibiotik 1. Tepat Indikasi
Pada pasien balita dengan diare penggunaan antibiotik harus sesuai dengan indikasinya yaitu disentri dan kolera, karena antibiotik hanya bermanfaat pada balita pada kedua kondisi tersebut. Sehingga semua kasus dengan diagnosis disentri dinyatakan tepat indikasi. Sedangkan balita dengan diagnosis diare akut (diare akut infeksi bukan disentri)dinyatakan tepat indikasi jika pada pemeriksaan tinja terdapat leukosit, yeast cell atau amuba. Diare invasif biasanya ditandai dengan diare berdarah dan adanya leukosit dalam tinja (Guarino et al., 2014). Yeast cell dalam pemeriksaan tinja menandakan bahwa ada Blastocystis yang merupakan suatu parasit yang dapat menyebabkan diare dan dapat diobati dengan antibiotik(Coyle et al., 2012). Ketepatan indikasi pada pasien dengan diagnosis diare akut (diare akut infeksi bukan disentri) balita di RSUD “X” September-Desember 2015 dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8.Ketepatanindikasipadabalita terdiagnosisdiareakut(diareakutinfeksibukandisentri)
Data Lab Tinja Ketepatan Keterangan Jumlah
Ketepatan TI TTI
Dilakukankultur √ Adanyakulturdinyatakantepatindikasi
Leukosit (+) √ Leukositmerupakanpenandaadanyainflamasi 20 Kasus Yeast cell (+) √ Yeast cell padatinjadapatdiobatidengan
antibiotic Parasit ), Jamur
(-)
√ Tidakdiberikan antibiotic
TI :TepatIndikasi TTI : Tidaktepatdindikasi
Dari analisis ketepatan indikasi pada pasien diare akut dengan diagnosis disentri maupun diare akut (diare akut infeksi bukan disentri) sebanyak 30 kasus tepat indikasi atau persentase ketepatan indikasi sebesar 85,71% (N=25)
2. Tepat Pasien
Ketepatan pasien diacu dari buku Informatorium Obat Nasional Indonesia atau IONI (BPOM RI, 2008). Dari 10 kasus dengan diagnosis disentri dan 20 kasus dengan diagnosis diare akut (diare akut infeksi bukan disentri) yang tepat indikasi, dilakukan analisis ketepatan pasien dan semuanya tidak ada yang kontraindikasi dengan keadaan pasien. Sehingga persentase ketepatan pasien pada diare akut dinyatakan sebesar 85,71%.
3. Tepat Obat
Standar pengobatan yang diacu untuk analisis ketepatan obat adalah Guideline European Society for Pediatric Gastroenterology, Hepatology, and Nutrition/European Society for Pediatric Infectious Diseases 2014; Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit 2009 dan Antibiotics for the empirical treatment of acute infectious diarrhea in children 2006.
Ketepatan penggunaan obat pada pasien dengan diagnosis disentri dilihat dari bakteri maupun parasit penyebabnya dan terapi empirik disentri. Metronidazol dinyatakan tepat indikasi jika pemeriksaan tinja didapatkan Entamoeba histolytica. Untuk antibiotik kotrimoksazol yang merupakan terpai empirik disentri, penggunaannya dinyatakan tepat indikasi. Ampisilin dan Sefotaksim bukan salah satu antibiotik pilihan untuk disentri sehingga ampisilin tidak tepat obat (World Health Organization Indonesia, 2009).
(2)
Analisis ketepatan obat pada pasien dengan diagnosa disentri balita di RSUD “X”September-Desember 2015 dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9.Ketepatanobatpada pasien dengan diagnosis disentri di RSUD “X” September-Desember 2015
Pemeriksaantin ja
Antibiotik KetepatanObat Keterangan JumlahKete patan TO TTO
Entamoebahistol ytica (+)
Metronidazole √ Leukosit (+),
yeast cell (+)
Metronidazol √ Seharusnyadiberikanterapie mpirikkotrimoksazol Parasit (-), Jamur
(-)
Metronidazole √ Seharusnyadiberikanterapie mpirikkotrimoksazol
5 kasus Parasit (-), Jamur
(-)
Sefotaksim √ Seharusnyadiberikanterapie mpirikkotrimoksazol
Parasit (-), Jamur (-)
Ampisilin √ Seharusnyadiberikanterapie mpirikkotrimoksazol Parasit (-), Jamur
(-)
Kotrimoksazol √ Diagnosis lain adalah B20 (HIV)
dankotrimoksazoladalahter apiprofilaksisnya(Kemenke
s RI, 2014) Parasit (-), Jamur
(-)
Kotrimoksazol √
TO :TepatObat TTO : Tidaktepatobat
Sedangkanpemilihanantibiotikpasiendengan diagnosis
diareakut(diareakutinfeksibukandisentri)didasarkanpadakultursensitifitasatauterapiempirik yang dapatdigunakanpadadiare. Amoksisilinadalahobat yang
tidakefektifuntukpengobatandiaresehinggapenggunaanamoksisilindinyatakantidaktepatobat(World Health Organization, 2005). Sefiksim, seftriaksondanampisilinadalahpilihanuntukterapidiareakutsehinggadinyatakantepatobat(Diniz-Santos et al., 2006).Analisisketepatanobatpadapasienbalitadiareakut(diareakutinfeksibukandisentri) di RSUD “X” September-Desember 2015dapatdilihatpadaTabel 10.
Tabel 10.Ketepatanobatpada pasien dengandiagnosis diareakut(diareakutinfeksibukandisentri) di “X” September-Desember 2015
Pemeriksaantinja/kultur Antibiotik Ketepatanobat Antibiotikstandar untukdiareakut
JumlahKetepatan TO TTO
Leukosit (+) Ampisilin √ Ampisilin Kotrimoksazol AsamNalidiksat
Siprofloksasin Sefiksim Azitromisin Metronidazol
Rifamisin (Diniz-Santos et
al., 2006)
14 kasus Yeast cell (+) Ampisilin √
Parasit (-), Jamur (-) Ampisilin √
Leukosit (+) Amoksisilin √
Yeast cell (+) Amoksisilin √
E.colisensitifterhadapCefotaksim Cefotaksim √
Ampisilin Kotrimoksazol Parasit (-), Jamur (-) Cefotaksim √
(3)
Parasit (-), Jamur (-) Cefixim √ AsamNalidiksat Siprofloksasin
Sefiksim Azitromisin Metronidazol
Rifamisin (Diniz-Santos et
al., 2006)
TO :TepatObat TTO : Tidaktepatobat
Berdasarkan analisis ketepatan obat pada pasien diare akut dengan diagnosis disentri dan diare akut (diare akut infeksi bukan disentri) pasien yang memenuhi kaidah tepat obat adalah sebanyak 19 kasus atau persentase ketepatan obat sebesar 54,28%.
4. Tepat Dosis dan Frekuensi
Ketepatan dosis dan frekuensi pada pasien dengan diagnosis disentri di RSUD “X” September-Desember 2015 terdapat 4 kasustepat dosis dan untuk pasien terdiagnosis diare akut (diare akut infeksi bukan disentri)
sebanyak 8 kasus, sehingga persentase ketepatan dosis dan frekuensi sebesar 34,28%. Analisis ketepatan dosis dan frekuensi pada pasien balita terdiagnosis disentri dan diare akut (diare akut bukan disentri) di RSUD “X” September-Desember 2015 dapat dilihat pada tabel 11 dan 12.
Tabel 11.Ketepatandosispadapasiendengan diagnosis disentri di RSUD “X” September-Desember 2015.
NamaAntibi otik
BB (kg)
Umur Dosisstandar Dosis pemberian
Frek Ketepatan Ket TD TTD Metronidazol 7,2 1 thn 20-40
mg/KgBB/ hari 3 kali sehariatau 200 mg tiap 8 jam umur(1-3 thn) (BMJ group, 2014; Diniz-Santos
et al., 2006)(BMJ group, 2014)
55 mg 8 jam √ 9 1 thn, 6
bln
100 mg 8 jam √
12 2 th 200 mg 8 jam √
17 4 thn, 4 bln
250 mg 8 jam √ OD
Kotrimoksaz ol
16,2 4 thn, 3 tablet dua kali sehari
3 tablet 12 jam √
Keterangan :1. Frek: Frekuensi, 2. Ket: Keterangan 3. TD: TepatDosis 4.TTD: Tidak 5. TepatDosis, 6. OD: Over Dose 7. UD: Under Dose 8. Thn :Tahun 9. Bln :Bulan
Tabel 12.Ketepatandosispadapasiendiareakut(diareakutinfeksibukandisentri)balita di RSUD “X” September-Desember 2015
NamaAntibioti k
Umur BB (kg)
Dosisstandar Dosispemberia n
Frek Ketepatan Ket TD TTD
Ampisilin 2 bln 4,7 50-100 mg/kg/haridalam
4 kali pakai(Diniz-Santos et al.,
2006)
100 mg 6 jam √ 1 thn, 2
bln
10 250 mg 6 jam √
10 bln 8,8 200 mg 6 jam √
(4)
tiap 4 jam BNF (BMJ group,
2014) 1 thn, 6
bln
9,8 250 mg 6 jam √
11 bln 6,7 150 mg 6 jam √
2 bln 5 125 mg 6 jam √
10 bln 7 200 mg 6 jam √ OD
Sefiksim 1 thn, 3 bln
10 7.5-10 mg/Kg/hari 1-2
kali (WHO Indonesia, 2009)
25 mg 12 jam
√ UD
Sefotaksim 1 thn, 5 bln
7 50 mg/kgBBtiap 6 jam (WHO Indonesia, 2009)
150 mg 8 jam √ UD
1 thn, 2 bln
8 400 mg 6 jam √
Seftriakson 9 bln 9,1 50-100 mg/Kg/ hari 1-2 kali
200 mg 12 jam
√ UD 1 thn, 4
bln
8,6 500 mg 12
jam √ 1 thn, 1
bln
9 400 mg 12
jam
√ UD
Keterangan :1. Frek: Frekuensi, 2. Ket: Keterangan 3. TD: TepatDosis 4.TTD: Tidak 5. TepatDosis, 6. OD: Over Dose 7. UD: Under Dose 8. Thn :Tahun 9. Bln :Bulan
5. Tepat Durasi
Penggunaan antibiotik yang tidak tepat durasi akan menyebabkan terjadinya resistensi bakteri, sehingga analisis ketepatan durasi adalah hal yang penting (Kemenkes RI, 2011a). Ketepatan durasi untuk diare akut baik dengan diagnosis disentri maupun diare akut adalah 4-3 hari (Guerrant et al., 2001). Pada 4 kasus diagnosis disentri dan 8 kasus diagnosis diare akut (diare akut infeksi bukan disentri)yang tepat dosis dan frekuensi semuanya memenuhi tepat durasi. Sehingga persentase ketepatan durasi sebesar 34,28%.
E. Kerasionalan Penggunaan Antibiotik
Kerasionalan penggunaan antibiotik adalah penggunaan antibiotik sesuai dengan parameter tepat indikasi, tepet pasien, tepat obat, tepat dosis dan frekuensi dan tepat durasi pemberian.Penggunaan antibiotik yang rasional pada pasien diare akut dengan diagnosis disentri di RSUD “X” sebanyak 4 kasus dan diare akut (diare akut infeksi bukan disentri)sebanyak 8 kasus. Sehingga persentase ketepatan indikasi sebesar (34,28%).
4.PENUTUP
Berdasarkan penelitan yang dilakukan pada pasien diare dengan diagnosis disentri maupundiare akut(diare akut infeksi bukan disentri)rawat inap RSUD “X” September-Desember 2015 antibiotik yang digunakan adalah ampisilin (31,43%), amoksisislin (20%), metronidazol (17,14%), sefatoksim (11,43%), seftriakson (11,43%), kotrimoksazol (5,71%) dan sefixim (2,86%).Hasil evaluasi antibiotik didapatkantepat indikasi (85,71%), tepat pasien (87,71%), tepat obat (52,28%), tepat dosis dan frekuensi (34,28%), tepat durasi (34,28%), dan rasionalitas (34,28%).
(5)
PERSANTUNAN
Terimakasih diucapkan penulis kepada Hidayah Karuniawati, M. Sc., Apt selaku pembimbing penelitian, direktur RSUD “X” yang memberikan ijin penelitian, serta staf bidang penelitian dan rekam medik yang telah banyak membantu dalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, L. Z. (2015). Tatalaksana Diare Akut. Continuing Medical Education, 42(7), 504–508.
BMJ group. (2014). BNF for Children the Authority on the Selection and Use of Medicines in Children. England: RCPCH Publications Ltd.
BPOM RI. (2008). Informatorium Obat Nasional Indonesia. Jakarta: BPOM RI.
Cahyaningrum, D., & Indriani. (2015). Studi Tentang Diare dan Faktor Resikonya pada Balita Umur 1-5 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Kalasan Sleman,Skripsi, Progam Studi Bidan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah Yogyakarta.
Coyle, C. M., Varughese, J., Weiss, L. M., & Tanowitz, H. B. (2012). Blastocystis: To treat or not to treat.. Clinical Infectious Diseases, 54(1), 105–110. http://doi.org/10.1093/cid/cir810
Diniz-Santos, D. R., Silva, L. R., & Silva, N. (2006). Antibiotics for the empirical treatment of acute infectious diarrhea in children. Braz J Infect Dis, 10(3), 217–227.
Guarino, A., Ashkenazi, S., Gendrel, D., Lo Vecchio, A., Shamir, R., Szajewska, H., … European Society for Pediatric Infectious Diseases. (2014). European Society for Pediatric Gastroenterology, Hepatology, and Nutrition/European Society for Pediatric Infectious Diseases evidence-based guidelines for the management of acute gastroenteritis in children in Europe: update 2014. Journal of Pediatric Gastroenterology and Nutrition, 59(1). http://doi.org/10.1097/MPG.0000000000000375
Guerrant, R. L., Van Gilder, T., Steiner, T. S., Thielman, N. M., Slutsker, L., Tauxe, R. V, … Pickering, L. K. (2001). Practice guidelines for the management of infectious diarrhea. IDSA Guidelines, 32(3), 331–351.
Ikatan Dokter Anak indonesia. (2009). Pedoman pelayanan medis. Pedoman pelayanan medis. Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Ikatan Dokter Anak Indonesia. (2011). Pedoman Pelayanan Medis. Pedoman Pelayanan Medis (Edisi II). Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Kemenkes RI. (2011a). Pedoman Pelayanan Kefarmasian untuk Terapi Antibiotik. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Kemenkes RI. (2011b). Situasi Diare di Indonesia. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Kemenkes RI. (2014). Pedoman Penerapan Terapi HIV Pada Anak. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Levy, A., Fraser, D., Rosen, S. D., Dagan, R., Deckelbaum, R. J., Coles, C., & Naggan, L. (2005). Anemia as a risk factor for Infectious Diseases in Infants and Toddlers: Results From a Prospective Study. European Journal of Epidemiology, 20(3), 277–284.
(6)
Tjaniadi, P., Lesmana, M., Subekti, D., Machpud, N., Komalarini, S., Santoso, W., … Oyofo, B. A. (2003). Antimicrobial resistance of bacterial pathogens associated with diarrheal patients in Indonesia. American Journal of Tropical Medicine and Hygiene, 68(6), 666–670.
Utami, W. S. N. (2012). Evaluasi Penggunaan Antibiotik Untuk Penyakit Diare pada Pasien Pediatri Rawat Inap di RSUD “X” Tahun 2011, Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiah Surakarta.
World Gastroenterology Organisation. (2008). World Gastroenterology Organisation practice guideline: Acute diarrhea. World Gastroenterology Organisation.
World Health Organization. (2002). Itregrated Management of Chilhood Illness Technical Basis for Adapting the Clinical Guidelines, Feeding Recommendations, and Local Terms. Switzerland: World Health Organization.
World Health Organization. (2005). The Treatment of Diarrhoea A Manual for Physicians and other Senior Health Workers (4th Editio). Switzerland: WHO press.
World Health Organization Indonesia. (2009). Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit, Pedoman bagi Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama di Kabupaten/Kota, Tahun 2009. Jakarta: World Health Organization Indonesia. Retrieved from http://gooleknah.nmetreisnbs