HUBUNGAN ANTARA POWER OTOT TUNGKAI DAN KECEPATAN LARI DENGAN KETEPATAN MENEMBAK Association Between Power Limb Muscles And Speed Running To Accuracy of Shooting Ball to Goal of primary school students at Gawanan, Karanganyar 2015.

(1)

HUBUNGAN ANTARA

POWER

OTOT TUNGKAI DAN

KECEPATAN LARI DENGAN KETEPATAN MENEMBAK

BOLA KE GAWANG PADA SISWA SD NEGERI II

GAWANAN KARANGANYAR TAHUN 2015

NASKAH PUBLIKASI

Oleh:

SUBANGUN MUSTAKIM J.120 110 027

PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2016


(2)

(3)

DENGAN KETEPATAN MENEMBAK BOLA KE GAWANG PADA SISWA SD NEGERI II GAWANAN KARANGANYAR

TAHUN 2015” Subangun Mustakim /J120110027

Progam Studi Sarjana Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Jl.A. Yani Pabelan Tromol I Pos Kartasura Telp. (0271) 717417 Surakarta 57102 ABSTRAK

Latar Belakang: Sepak bola adalah olah raga yang paling digemari di dunia. Menendang bola ke arah gawang dapat dilakukan dengan baik apabila pemain bola mempunyai otot tungkai yang baik, serta kemampuan berlari dengan cepat sehingga diharapkan dapat tercipta sebuah gol. Hasil studi awal pada 25 siswa dalam berlatih menendang bola kegawang, 16 siswa melenceng dalam menembak bola ke gawang.

Tujuan Penelitian: Mengetahui hubungan antara power otot tungkai dan kecepatan lari dengan ketepatan menembak bola ke gawang pada siswa SD Negeri II Gawanan Karanganyar.

Manfaat Penelitian: Diharapkan dari penelitian ini dapat menambah wawasan dan khasanah sepak bola khususnya cara dan teknik dalam permainan sepak bola. Metode Penelitian: Penelitian kuantitatif dengan pendekatan crossectional. Sampel adalah 50 siswa laki-laki dari kelas 4,5, dan kelas 6. Teknik sampel menggunakan porpusive sampling. Data penelitian diperoleh dengan mengukur kemampuan power otot tungkai siswa menggunakan metode vertical jump test.

Kecepatan lari menggunakan instrument tes lari cepat 30 meter. ketepatan menembak dengan menendang bola sebanyak 10 kali dengan jarak 12 meter. Analisis data dengan menggunakan uji korelasi pearson product moment dan regresi linier berganda.

Hasil penelitian: Diketahui hubungan antara power otot tungkai dengan ketepatan menembak bola ke gawang dengan = 0,001. Hasil uji Hubungan kecepatan lari 30 meter dengan ketepatan menembak bola ke gawang dengan p= 0,001. Hasil uji regresi linier berganda diperoleh persamaan Y= 82,710+0,632X1

-7,873X2. Hasil uji F diperoleh nilai Ftest = 35,574; Fhitung = 3,32 (Ftest> F tabel) dan

p= 0,001

Kesimpulan: Ada hubungan antara power otot tungkai dan kecepatan lari dengan ketepatan menembak bola ke gawang pada siswa SD Negeri II Gawanan Karanganyar tahun 2015.


(4)

ABSTRACT

Background: Football is the most popular sport in the world. Kicking the ball to goal can do if a football player have limb muscles good, and running fast so, it expected to create a goal. The results of pre study to 25 students in kick practice to goal, 16 students missing kick.

The objectives of Research: To know association between power limb muscles and speed running to accuracy of shooting ball to goal of primary school students of Gawanan Karanganyar.

The Benefit of Research: Expected in this research can increase knowledge and repertoire of football in particular ways and techniques in a football game.

The Method of Resarch: The kind of Research is quantitative, and crossectional approach. Sample are 50 male students of 4.5, and 6 class. Taking Sample use porpusive sampling technique. data collected by measures power limb muscles with jump test. Speed run use measure time from sprint of 30 meters. The accuracy shooting with 10 times from 12 metres disctance. Data analysis use correlation pearson product moment and linear regression multiple test.

Result of the Research: Results that association between power limb muscles with accuration shooting ball to goal with p = 0,001. Association between speed running 30 meters with accuration shooting ball to goal with p = 0,001. linear regression multiple test with equation Y= 82,710 + 0,632X1 -7,873X2. From

simultant test with Ftest= 35,574; Ftable = 3,32 and p = 0,001

Conclusion: There was a association between power limb muscles and speed running to accuracy of shooting ball to goal of primary school students of gawanan karanganyar

Keyword : Power Limb Muscles, Speed Running, Accuracy of Shooting, Football, Students


(5)

PENDAHULUAN

Sepak bola adalah suatu permainan yang dilakukan dengan jalan menyepak bola, yang mempunyai tujuan untuk memasukan bola ke gawang lawan dan mempertahankan gawang tersebut agar tidak kemasukan bola. Di dalam memainkan bola setiap pemain diperbolehkan menggunakan seluruh anggota badan kecuali tangan dan lengan, hanya penjaga gawang diperbolehkan memainkan bola dengan kaki dan tangan. Seorang penjaga gawang diperbolehkan menggunakan lengan dan tangan di area kotak penalty (Muhajir, 2004).

Dalam sepak bola mencetak gol ke gawang lawan salah satunya dipengaruhi oleh ketepatan menembak (shooting). Ketepatan menembak merupakan gabungan dua kata ketepatan dan tembakan (shooting). Menurut Suparno (2008) shooting adalah menendang bola dengan kaki sekuat tenaga baik dengan kaki bagian dalam, kaki bagian luar, dan punggung kaki. Sedangkan ketepatan yaitu kemampuan sesorang untuk mengarahkan suatu gerak ke sasaran atau target sesuai kemampuannya. Baik buruknya ketepatan dipengaruhi oleh koordinasi, jarak dan besarnya target, ketajaman indera, kecepatan gerak, perasaan gerak, dan kuat lemahnya suatu gerakan (Suharno, 2002).

Menurut Suharno (2002) kecepatan lari adalah faktor yang menentukan kecepatan tembakan gol ke gawang, untuk meningkatkan tenaga pada saat mencetak gol, diperlukan latihan otot. Dalam kompetisi olahraga, kecepatan merupakan salah satu unsur penting untuk mencapai suatu prestasi. Dar hasil pengamatan yang peneliti lakukan saat siswa sedang latihan dilakukan simulasi menendang kearah gawang dengan pesearta 25 siswa. Dari 25 siswa yang menendang didapat 9 siswa yang tepat menendang kearah gawang dan 16 siswa arah tembakannya melenceng dari gawang. Hal ini mungkin disebabkan karena power otot tungkai dan kecepatan lari yang kurang maksimal.

Tujuan Penelitian

1. Mengetahui hubungan power otot tungkai dengan ketepatan menembak bola ke gawang pada pemain SD Negeri II Gawanan Karanganyar tahun 2015.


(6)

2. Mengetahui hubungan kecepatan lari dengan ketepatan menembak bola ke gawang pada siswa SD Negeri II Gawanan Karanganyar tahun 2015.

3. Mengetahui hubungan power otot tungkai dan kecepatan lari dengan ketepatan menembak bola ke gawang pada siswa SD Negeri II Gawanan Karanganyar tahun 2015.

Landasan Teori 1. Sepak Bola

Menurut Muhajir (2004) Sepak bola adalah suatu permainan yang dilakukan dengan jalan menyepak bola, yang mempunyai tujuan untuk memasukan bola ke gawang lawan dan mempertahankan gawang tersebut agar tidak kemasukan bola. Di dalam memainkan bola setiap pemain diperbolehkan menggunakan seluruh anggota badan kecuali tangan dan lengan, hanya penjaga gawang diperbolehkan memainkan bola dengan kaki dan tangan.

2. Ketepatan Menembak ke Gawang

Menembak ke gawang adalah tendangan yang dilakukan dari sebuah titik tendangan. Tendangan ke gawang sering juga disebut dengan shooting. Sedangkan shooting adalah tendangan bola untuk mencetak atau membuat gol (Abdullah, 2001).

3. Power Otot Tungkai

Power merupakan kemampuan sekelompok otot seseorang untuk mempergunakan kekuatan dalam waktu singkat (Khodari, 2014). Salah satu faktor yang berperan dalam pencapaian tendangan adalah faktor kondisi fisik power otot tungkai. Dengan kata lain untuk mencapai tendangan yang kuat harus ada unsur kondisi fisik terutama power otot tungkai yang digunakan untuk mengangkat paha dan menolak pada saat menembak bola.

4. Kecepatan Lari

Kecepatan lari adalah faktor dalam menentukan kecepatan tembakan gol ke gawang. Untuk meningkatkan tenaga pada saat mencetak gol, diperlukan latihan memperkuat otot (Jarver, 2002).


(7)

METODE PENELITIAN

Penelitian ini tergolong dalam penelitian survey dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan cross sectional design, sampel penelitian Siswa SD Negeri II Gawanan Karanganyar kelas 4, 5, dan 6 dengan total populasi sebanyak 40 siswa.Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sample dan diperoleh sebanyak 50 orang siswa

Peneliti dalam mengukur kemampuan power otot tungkai siswa menggunakan metode vertical jump test. Kecepatan lari menggunakan instrument tes lari cepat 30 meter. Ketepatan Menembak menggunakan gawang dengan ukuran 7,23 meter dan tinggi 2,44 meter. Jarak menembak ke gawang adalah 12 meter, kemudian peneliti meminta siswa untuk menembak bola sebanyak 10x

Teknik Analisis Data menggunakan uji korelasi Pearson product moment, dimana dan uji regresi linear berganda.

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden

Tabel 1 Distribusi responden berdasarkan umur tinggi badan, berat badan, dan IMT

Umur Jumlah %

10 tahun 13 32,5 11 tahun 11 27,5 12 tahun 16 40,0 Tinggi badan

125-137 cm 25 62,5 138-150 cm 15 37,5 Berat badan

28-37 kg 22 55,0 38-47 kg 18 45,0 IMT

Kurus 9 22,5

Normal 29 72,5 Overweight 2 5,0


(8)

Karakteristik responden berdasarkan power otot tungkai Tabel 2. Distribusi responden berdasarkan power otot tungkai

Power otot tungkai Jumlah %

Cukup (38 – 45 cm) 17 42,5 Sedang (31 – 37 cm) 12 30,0 Kurang (24– 30 cm) 11 27,5

Jumlah 40 100

Tabel 2 menunjukkan 42,5% responden dengan power otot kategori cukup dan 27,5% responden dengan power otot kategori kurang.

Karakteristik responden berdasarkan kecepatan lari 30 meter Tabel 3. Distribusi responden berdasarkan kecepatan lari 30 meter

Kecepatan lari 30 meter Jumlah % Baik sekali (< 6,3 detik) 5 12,5 Baik (6,4 – 6,9 detik) 15 37,5 Sedang (7,0 – 7,7 detik) 13 32,5 Kurang (7,8 - 8,8 detik) 7 17,5

Jumlah 40 100

Tabel 3 menunjukkan 37,5% responden dengan kecepatan lari kategori baik dan 12,5% responden dengan kecepatan lari kategori baik sekali.

Karakteristik responden berdasarkan ketepatan menembak bola ke gawang Tabel 4. Distribusi responden berdasarkan ketepatan menembak bola

Ketepatan menembak bola ke gawang Jumlah % Baik (≥ 61) 9 22,5 Cukup (53 – 60) 12 30,0 Sedang (46 – 52) 6 15,0 Kurang (37 – 45) 6 15,0 Kurang sekali (< 37) 7 17,5

Jumlah 40 100

Tabel 4 menunjukkan 30% responden mempunyai ketepatan menembak bola dengan cukup, dan 15% responden masing-masing dengan ketepatan menembak bola yang sedang dan kurang.


(9)

Hasil Uji Statistik

Hubungan antara power otot tungkai dengan ketepatan menembak bola ke gawang

Tabel 5. Hubungan power otot tungkai dengan ketepatan menembak bola ke gawang

Variabel R p

power otot tungkai -ketepatan menembak bola ke gawang 0,780 0,001

Tabel 5 berdasarkan hasil uji korelasi Pearson Product moment bahwa nilai p= 0,001 (p<0,05), atinya Keputusan hipotesa yang diambil adalah Ho ditolak. Ho ditolak artinya ada hubungan antara power otot tungkai dengan ketepatan menembak bola ke gawang sepak bola pada siswa SD Negeri II Gawanan Karanganyar tahun 2015.

Hubungan antara kecepatan lari 30 meter dengan ketepatan menembak bola ke gawang

Tabel 5 Hasil uji hubungan kecepatan lari 30 meter dengan ketepatan menembak bola ke gawang

Variabel R p

kecepatan lari 30 meter -ketepatan menembak bola ke gawang -0,742 0,001 Tabel 6 diketahui bahwa nilai p= 0,001 (p<0,05). artinya ada hubungan antara kecepatan lari 30 dengan ketepatan menembak bola ke gawang sepak bola pada siswa SD Negeri II Gawanan Karanganyar tahun 2015.

Hubungan antara power otot tungkai dan kecepatan lari 30 meter dengan ketepatan menembak bola ke gawang

Tabel 7. Hasil uji regresi linear berganda

Model Β t-test ttabel p  (konstanta) 82,710 4,502 1,96 0,001 Power otot tungkai (x1) 0,632 3,402 1,96 0,002

Kecepatan lari (x2) -7,873 -4,107 -1,96 0,001

F test 35,574

Ftabel 3,32


(10)

Persamaan regresi linier berganda sebagai berikut

Pembahasan 1. Umur

Hasil penelitian umur responden diketahui dari 40 responden sebagian besar berumur 12 tahun (40%), Catherine (2001) diusia 10-11 tahun anak masih mengalami masa pertumbuhan dan perkembang menyatakan bahwa anak pada usia 7-8 tahun termasuk dalam masa pertumbuhan. Proporsi tubuhnya berubah dan karena tulang kerangka serta sistem sarafnya menjadi matang ia memiliki kendali lebih besar atas gerakannya.

Menurut Depkes (2010), bahwa faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak yaitu faktor genetik (herediter), merupakan modal dasar dalam pencapaian hasil akhir proses tumbuh kembang anak atau faktor yang menentukan potensi. Penelitian Suharyoso (2013) menyebutkan sampel penelitian adalah siswa kelas 4 usia 9-10 tahun di SD Negeri Way Panas Tahun Ajaran 2013/2014 dalam ketepatan menendang bola gawang.

2. Tinggi badan

Berdasarkan hasil penelitian tinggi badan 25 responden (62,5%) dengan tinggi badan 125-137 cm dan 15 responden (37,5%) mempunyai tinggi badan 138-150 cm. Maksum (2007) Secara teknis postur tubuh sangat berpengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam aktifitas olahraga. Faktor penentu pencapaian prestasi olahraga dapat dikelompokkan dalam empat aspek salah satunya yaitu aspek biologis yang meliputi postur dan struktur tubuh yang terdiri dari ukuran tinggi badan, berat badan, serta bentuk tubuh.

1. Berat badan

Hasil penelitian berat badan responden diketahui antara 22 responden (55%) dengan berat badan 28-36 kg dan 18 responden (45%) dengan berat badan 38-47 kg.

Berat badan juga dapat mempengaruhi kesimbangan tubuh di dalam menembak bola dengan tepat kea rah gawang. Menurut Shumway-Cook (2007)


(11)

sistem sensorik (vestibular, visual, dan somatosensorik termasuk propioceptor) dan muskuloskeletal otot, sendi dan jaringan lunak lain) yang dimodifikasi/ diatur dalam otak (kontrol motorik, sensorik, basal ganglia, cerebellum, dan area asosiasi) sebagai respon terhadap perubahan kondisi ekternal dan internal.

2. IMT

Berdasarkan hasil penelitian diketahui 9 responden (22,5%) dengan IMT kurus, 29 responden (72,5%) dengan IMT normal, dan 2 responden (5%) dengan IMT overweight.

Menurut Suharso (2005) bahwa seorang yang memiliki kelebihan berat badan lebih akan lebih lambat dalam melakukan lari, dibanding dengan orang yang mempunyai IMT normal. IMT adalah suatu skala menilai keadaan status gizi seseorang. Seseorang yang memiliki status gizi baik akan memiliki kekuatan otot yang lebih kuat dibandingkan dengan gizi yang buruk. Atlet yang memiliki kategori IMT normal memiliki kekuatan otot yang lebih baik dibandingkan atlet dengan kategori IMT gemuk sebab komposisi lemak tubuhnya relatif rendah dan komposisi ototnya relatif tinggi.

Konsumsi karbohidrat yang rendah selama latihan intensif akan menyebabkan simpanan glikogen berkurang dan dapat menurunkan kinerja otot (Indriyani, 2007). Penelitian Ramadhani (2012) menjelaskan bahwa status gizi berpengaruh pada ketrampilan bermain bola, seperti mendribling bola, mengoper bola dan menembak bola ke gawang dengan tepat sasaran. Perbedan penelitian Ramadhani dengan penelitian ini adalah peneliti tidak memasukkan unsure status gizi pada responden pennelitian.

3. Power otot tungkai

Berdasarkan hasil penelitian diketahui 17 responden (42,5%) dengan kategori cukup, 22 responden (30%) dengan power otot kategori sedang dan 11 responden (27,5%) dengan power otot kategori kurang.

Kemampuan otot tungkai untuk mempergunakan otot-ototnya menerima beban dalam waktu kerja tertentu. Kekuatan otot adalah komponen kondisi fisik yang dapat ditingkatkan sampai batas submaksimal, sesuai dengan kebutuhan


(12)

setiap cabang olahraga yang memerlukan. Kebutuhan kekuatan olahraga angkat berat berbeda dibanding dengan kebutuhan olahraga permainan.

4. Kecepatan lari 30 meter

Berdasarkan hasil penelitian 5 responden (12,5%) dengan kecepatan lari baik sekali, 15 responden (37,5%) mempunyai kecepatan lari dengan baik, 13 responden (32,5%) dengan kecepatan lari yang sedang, dan 7 responden (17,5%) dengan kecepatan lari kurang.

Bahagia (2009) menyatakan tujuan utama lari adalah menempuh suatu jarak tertentu dengan waktu yang secepat mungkin. Hal ini menunjukkan bahwa kecepatan merupakan kunci dari rangkaian gerak lari cepat (sprint) karena semakin tinggi kecepatan, maka catatan waktu juga akan semakin baik. Penelitian Baihaki (2014) menyebutkan bahwa dengan Penambahan dynamic stretching pada lower extremity muscles sebelum sprint training terhadap kecepatan lari sprint 100 meter pada Siswa Sekolah Sepak Bola di Kota Salatiga.

5. Ketepatan menembak bola

Hasil penelitian diketahui ketepatan responden dalam menembak bola adalah 9 responden (22,5%) dengan ketepatan menembak bola dengan baik, 12 responden (30%) mempunyai ketepatan menembak bola dengan cukup, 6 responden (15%) masing-masing dengan ketepatan menembak bola yang sedang dan kurang serta 7 responden (17,8%) dengan ketepatan menembak bola kurang sekali.

Inti dari bermain sepak bola adalah menembak bola atau shooting ke gawang. Untuk dapat melakukan shooting ke gawang seorang pemain harus menguasai keterampilan dasar menembak bola sehingga mampu melakukan tendangan secara kuat dan tepat (akurat), selanjutnya ketepatan menembak dapat mengembangkan berbagai teknik menembak yang memungkinkan untuk melakukan ketepatan dalam mengoper bola, dan shooting dari berbagai posisi di lapangan (Mielke, 2007).

Agar dapat menedang bola dengan kuat dan tepat (akurat), perlu penguasaan teknik dasar bermain dan melakukan banyak latihan menembak bola dengan teknik yang benar dan kualitas kekuatan otot tungkai yang baik, sehingga latihan


(13)

otot, diartikan ketidak mampuan meneruskan kegiatan pada intensitas yang sama (Joseph, 2008).

6. Hubungan antara power otot tungkai dengan ketepatan menembak bola ke gawang

Berdasarkan hasil penelitian terdapat hubungan antara power otot tungkai dengan ketepatan menembak bola ke gawang dengan nilai p= 0,001 (p<0,05). Hasil penelitian juga diketahui bahwa nilai koefisien korerasi sebesar 0,780 artinya tanda positif menunjukkan arah hubungan. Semakin kuat power otot tungkai semakin besar ketepatan menembak bola ke gawang.

Rinaldy (2007) menyatakan otot merupakan salah satu alat tubuh yang menggunakan Adenosin Triphosphate (ATP) sebagai sumber energi dalam melakukan kontraksi, sehingga menimbulkan gerakan-gerakan sebagai aktivitas fisik. ATP paling banyak tertimbun dalam sel otot dibandingkan dengan jaringan tubuh yang lain, akan tetapi ATP yang tertimbun dalam otot jumlahnya sangat terbatas, yaitu sekitar 4 – 6 mm / kg berat badan. ATP yang tersedia ini hanya cukup untuk aktivitas cepat dan berat selama 8-30 detik, sehingga untuk aktivitas yang lebih lama dari waktu tersebut perlu dilakukan pembentukan ATP kembali (resintesis ATP). Penampilan kekuatan dan kecepatan terutama didukung oleh kontraksi dari serabut otot cepat dan penyediaan energi melalui proses anaerobik. Kapasitas kerja yang cepat dan kuat. Dengan demikian kecepatan dan kekuatan yang merupakan unsur utama dari daya ledak.

Selain tergantung dari besarnya jumlah serabut otot cepat, unjuk kerja / juga tergantung pada system penyediaan energi anaerobic (Lactici Acid System). Karena PC merupakan senyawa yang mengandung bersifat dan tertimbun di dalam otot seperti halnya ATP, maka sistem ini di sebut juga sistem fosfagen. Reaksi pemecahan ATP-PC berlangsung secara cepat dan terjadi di dalam sel. Pada saat ATP digunakan, maka PC akan segera terurai dan membebaskan energi, sehingga terjadi resintesis ATP. ATP dipecah pada saat kontraksi otot berlangsung, kemudian dibentuk kembali dari Adenosin Diphosphate dan Piruvat (ADP + pi) oleh adanya energi yang berasal dari simpanan PC. Selain sistem


(14)

ATP-PC yang digunakan dalam unjuk kerja daya ledak, system lain yang digunakan adalah sistem glikolisis anaerobic. Sistem glikolisis anaerobic sangat rumit jika dibandingkan dengan sistem ATP-PC.

Proses glikolisis anaerobic memerlukan 12 macam reaksi yang berlangsung secara berurutan, sehingga pembentukan energi berlangsung lebih lambat. Proses pembentukan energi glikolisis anaerobic terjadi setelah cadangan ATP yang telah dipakai selama 3-8 detik habis dan tidak dapat dipenuhi lagi oleh system phosphagen. ATP dapat dibentuk kembali melalui pemecahan glikogen tanpa oksigen dengan sistem glikolisis (asam laktat). Ciri dari proses glikolisis anaerobic adalah terbentuknya asam laktat, tidak membutuhkan oksigen; hanya menggunakan karbohidrat; dan memberikan energi untuk resitensis beberapa molekul ATP.

Para atlet termasuk pemain bola memerlukan kecepatan, pertama-tama akan menggunakan sistem ATP-PC dan kemudian sistem glikolisis anaerobic. Sistem glikolisis anaerobic sangat penting dalam olahraga karena dapat memberikan atau menyediakan kembali (resintesis) ATP dengan cepat.

7. Hubungan kecepatan lari dengan ketepatan menembak bola

Berdasarkan hasil penelitian diketahui nilai dengan p= 0,001 (p<0,05) sehingga disimpulkan ada hubungan kecepatan lari dengan ketepatan menendang bola. Nilai koefisien korelasi sebesar – 0,742 menunjukkan semakin cepat waktu lari respoden semakin kecil ketepatan menembak bola ke gawang, semakin lambat responden berlari maka semakin besar ketepatan menembak bola. Namun hasil penelitian ini tidak sependapat Ismayarti (2006) kecepatan lari dari seorang pemain sepak bola, yang mana semakin cepat berlari maka akan semakin mempengaruhi kemungkinan keberhasilan dalam mencetak gol atau dengan kata lain hasil tendangan ke arah gawang berhasil karena sulit dihentikan oleh penjaga gawang. Apabila semakin tinggi kecepatan lari, maka akan meningkatkan power tendangan pada saat menendang bola kearah gawang, sehingga meningkatkan kemungkinan berhasilnya tendangan kearah gawang. Berorientasi pada analisis tersebut maka dapat dikatakan terdapat pengaruh kecepatan lari terhadap hasil tendangan kearah gawang.


(15)

bahwa ada hubungan antara ketepatan menendang bola ke gawang karena latihan kecepatan lari pada pemain sepakbola professional di Kroasia, sedangkan hasil penelitian ini berbanding terbalik bahwa semakin cepat berlari maka semakin rendah kemungkinan responden tepat dalam menendang bola.

8. Hubungan anatara power otot tungkai dan kecepatan lari dengan ketepatan menembak bola ke gawang

Berdasarkan hasil penelitian diketahui ada hubungan antara power otot tungkai dan kecepatan lari dengan ketepatan menembak bola, dengan Ftest =

35,574 > Fhitung = 3,32, sedangkan nilai adjusted R2 sebesar 63,9% menunjukkan

bahwa faktor power otot tungkai dan kecepatan lari dapat mempengaruhi ketepatan menembak bola ke gawang sebesar 63,9%.

Menurut Refiater (2012) kekuatan adalah kemampuan dari otot untuk dapat mengatasi tahanan atau beban dalam menjalankan aktivitas. Kekuatan otot yang dihasilkan oleh otot-otot yang terdapat pada tungkai digunakan untuk menggerakkan kaki mengayun dari belakang ke depan secara angular dengan tujuan untuk menendang bola.

Budhiarta (2010) menyatakan bahwa beban pelatihan untuk meningkatkan daya ledak, kekuatan dan daya tahan otot tidak harus selalu berupa beban luar yang menggunakan peralatan seperti barbel, rompi, katrol tetapi dapat pula seperti berat badan sendiri, terutama bila yang dilatih atlet pemula. Petrus (2009) mengemukakan bahwa vertical jump yang baik didukung oleh peran utama dari otot penggerak tubuh yaitu kelompok otot quadricep femoris sehingga peningkatan vertical jump harus secara bertahap dan diperlukan adaptasi dari otot quadricep femoris. Salah satu komponen latihan untuk meningkatkan kekuatan otot, diperlukan recruitment serabut otot sehingga apabila recruitment serabut otot banyak ,maka kekuatan otot akan besar dan apabila recruitment otot kecil maka kekuatan ototnya akan kecil, jadi kekuatan otot yang besar dapat mendukung terciptanya power otot yang besar pula.

Ketepatan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Sukadiyanto (2004), mengemukakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi ketepatan, antara


(16)

lain, tingkat kesulitan, pengalaman, keterampilan sebelumnya, jenis keterampilan, perasaan, dan kemampuan mengantisipasi gerak. Dapat diartikan jika sasarannya besar pasti akan lebih mudah melakukan ketepatan tendangan bila dibandingkan dengan sasaran yang lebih kecil.

Simpulan

1. Ada hubungan antara power otot tungkai dengan ketepatan menembak bola pada siswa SD Negeri II Gawanan Karanganyar Tahun 2015.

2. Ada hubungan antara kecepatan lari denagn ketepatan menembak bola pada siswa SD Gawanan Karanganyar Tahun 2015

3. Ada hubungan power otot tungkai dan kecepatan lari dengan ketepatan menembak bola pada siswa SD Gawanan Karanganyar 2015.

Saran

1. Keilmuan

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai pentingnya power otot tungkai, kecepatan lari dalam ketepatan menembak bola ke arah gawang.

2. Peneliti lain

Hasil penelitian ini dapat dikembangkan oleh peneliti lain mengenai faktor yang mempengaruhi ketepatan menembak bola.


(17)

Abidin, Zainal. 2013 Hubungan Antara Power Otot Tungkai, Keseimbangan Dinamis dan Koordinasi Mata Kaki dengan Ketepatan Menembak Bola Ke Gawang Sepakbolapada Pemain Sepakbola Kelompok Umur 12 Tahun Klub SSB Bintang Timur Donohudan Boyolali Tahun 2013. Skripsi. Universitas Tunas Pembangunan

Bahagia. Y. 2009. Meningkatkan Kecepatan Lari Sprint Dengan Model Latihan Panjang Langkah dan Frekuensi Langkah. Tesis. Megister Universitas Pendidikan Indonesia Bandung

Baihaqi. A. L. 2010. Pengaruh Penambahan Dynamic Stretching pada Lower Extremity Muscles Sebelum Sprint Training Terhadap Kecepatan Lari Sprint 100 Meter pada Siswa Sekolah Sepak Bola Di Kota Salatiga. Naskah publikasi. Program Studi Diploma IV Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta

Batty, Eric C. 2007. Latihan Sepak Bola Metode Baru (Serangan). Bandung : Pioner Jaya

Budhiarta, M 2010. Pengaruh Pelatihan Plyometrik Loncat Bangku Terhadap Daya Ledak Otot Tungkai Mahasiswa Jurusan Penjaskesrek FOK Undiksha. Jurnal Health & Sport; 2010;

Chaterin, J. The Child 2001. Development Of Function Movement. edisi kedua. Philadelphia, WB Sanders.s,

Depkes (2010). Pedoman Kader, Seri Kesehatan Anak. Kementerian Kesehatan RI 2010http://www.gizikia.depkes.go.id

Herman (2012) Hubungan Antara Tinggi Badan Dan Kekuatan Otot Lengan Terhadap Kemampuan Smash Dalam Permainan Bulutangkis Siswa SMA Negeri 1 Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang

Indriani, Y. 2007. Gizi dan Pangan (buku ajar). Universitas Lampung. Bandar Lampung

Ismariati. 2006. Tes dan Pengukuran Olahraga. Surakarta: UNS Press Joseph A. 2008, Sepak bola, Jakarta: PT. Grafindo Persada

Khodari. 2014. Pengaruh Pelatihan Pliometrik Side Hop dan Double Leg Bond Terhadap Power Otot Tungkai. e-Journal IKOR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Ilmu Keolahragaan Vol. 1 tahun 2014. Universitas Pendidikan Ganesha


(18)

Kyrolainen, Rahman & Behpur. 2008. The Effect of Plyometric, Weight and Plyometric-Weight Training on Anaerobic Power And Muscular Strength. Jurnal Physical Therapy and Sport Vol. 3 No.1 2008. Kurdistan University of Iran

Maksum, A. 2007. Tes dan Pengukuran. Surabaya : Unesa University Press Mielke. D (2007) Dasar-dasar Sepakbola. Bandung: Pakar Raya.

Muhajir. 2006. Pendidikan Jasmani Olah Raga dan Kesehatan. Jakarta : Pioner Jaya

Peling, Sri Widhari Yugantari. 2011. Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Beban Leg-Press dan Squart terhadap Peningkatan Prestasi Lari 100 meter dari Waktu Reaksi. Tesis. Universitas Negeri Yogyakarta

Petrus, T. 2009. Pengaruh Latihan Lompat Gawang Dengan Beban dan Tanpa Beban Terhadap Peningkatan Vertikal Jump Atlit Volly. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta

Refiater, U.H. 2012. Hubungan Power Tungkai Dengan Hasil Lompat Tinggi, Jurnal Health & Sport, Volume 5, Nomor 3, Agustus 2012

Rinaldy, Alfian. 2007. Pengaruh Latihan Front Squat Terhadap Peningkatan Daya Ledak Otot Tungkai Pada Pemain Bola Voli. Jurnal.FKIP.: Universitas Syiah Kuala Banda Aceh

Ronal, Rafi. 2013. Hubungan Kekuatan Otot Tungkai dengan Kemampuan Shooting Pada Tim Sepakbola SMK Nurul Falah Pekanbaru. Skripsi. Universitas Negeri Padang

Sajoto, Muhammad. 2013. Peningkatan dan Pembinaan Kondisi Fisik dalam Olahraga. Semarang: Dahara Rise

Sandy, PH. 2010 Konstribusi Kekuatan Otot Tungkai Terhadap Ketepatan Menendang Bola Pada Klub Sepakbola SMA Negeri Pekanbaru. Skripsi. Tidak diterbitkan. Fakultas keguruan dan llmu pendidikan Universitas Islam Riau Pekanbaru

Sarumpait. 2013. Hubungan Daya Ledak Otot Tungkai dan Panjang Tungkai terhadap Hasil Tendangan Jarak Jauh pada Pemain Sepak Bola LIPIO. Tesis. Universitas Negeri Semarang


(19)

with and without the Ball among Young Soccer Players. ©Journal of Sports Science and Medicine (2013) 12, 97-103

Sucipto. 2014. Perbandingan Ketepatan Shooting Ke Arah Gawang dengan Menggunakan Punggung Kaki dan Kaki Bagian Dalam pada Pemain Sepak Bola Siswa SD Inpress I Palu. Volume 1 No 3 Tahun 2014. Universitas Tadulako

Sukadyanto. 2002. Pengaruh Pelatihan Squart Jump dengan Metode Interval Pendek Terhadap Kecepatan Lari. Jurnal Kesehatan Olahraga Vol. 3 No. 1 Tahun 2002. Universitas Negeri Surabaya

Suharno, H. P. 2002. Kepelatihan Olahraga. Yogyakarta: FPOK

Suharyoso 2013 Siswa Kelas 4 Usia 9-10 Tahun di SD Negeri Way Panas Tahun Ajaran 2013/2014 dalam Ketepatan Menendang Bola Gawang. Skripsi, tidak diterbitkan. Fakultas Olah raga. Univeristas Lampung.


(1)

ATP-PC yang digunakan dalam unjuk kerja daya ledak, system lain yang digunakan adalah sistem glikolisis anaerobic. Sistem glikolisis anaerobic sangat rumit jika dibandingkan dengan sistem ATP-PC.

Proses glikolisis anaerobic memerlukan 12 macam reaksi yang berlangsung secara berurutan, sehingga pembentukan energi berlangsung lebih lambat. Proses pembentukan energi glikolisis anaerobic terjadi setelah cadangan ATP yang telah dipakai selama 3-8 detik habis dan tidak dapat dipenuhi lagi oleh system phosphagen. ATP dapat dibentuk kembali melalui pemecahan glikogen tanpa oksigen dengan sistem glikolisis (asam laktat). Ciri dari proses glikolisis anaerobic adalah terbentuknya asam laktat, tidak membutuhkan oksigen; hanya menggunakan karbohidrat; dan memberikan energi untuk resitensis beberapa molekul ATP.

Para atlet termasuk pemain bola memerlukan kecepatan, pertama-tama akan menggunakan sistem ATP-PC dan kemudian sistem glikolisis anaerobic. Sistem glikolisis anaerobic sangat penting dalam olahraga karena dapat memberikan atau menyediakan kembali (resintesis) ATP dengan cepat.

7. Hubungan kecepatan lari dengan ketepatan menembak bola

Berdasarkan hasil penelitian diketahui nilai dengan p= 0,001 (p<0,05) sehingga disimpulkan ada hubungan kecepatan lari dengan ketepatan menendang bola. Nilai koefisien korelasi sebesar – 0,742 menunjukkan semakin cepat waktu lari respoden semakin kecil ketepatan menembak bola ke gawang, semakin lambat responden berlari maka semakin besar ketepatan menembak bola. Namun hasil penelitian ini tidak sependapat Ismayarti (2006) kecepatan lari dari seorang pemain sepak bola, yang mana semakin cepat berlari maka akan semakin mempengaruhi kemungkinan keberhasilan dalam mencetak gol atau dengan kata lain hasil tendangan ke arah gawang berhasil karena sulit dihentikan oleh penjaga gawang. Apabila semakin tinggi kecepatan lari, maka akan meningkatkan power

tendangan pada saat menendang bola kearah gawang, sehingga meningkatkan kemungkinan berhasilnya tendangan kearah gawang. Berorientasi pada analisis tersebut maka dapat dikatakan terdapat pengaruh kecepatan lari terhadap hasil tendangan kearah gawang.


(2)

Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Sporis (2013) menyimpulkan bahwa ada hubungan antara ketepatan menendang bola ke gawang karena latihan kecepatan lari pada pemain sepakbola professional di Kroasia, sedangkan hasil penelitian ini berbanding terbalik bahwa semakin cepat berlari maka semakin rendah kemungkinan responden tepat dalam menendang bola.

8. Hubungan anatara power otot tungkai dan kecepatan lari dengan ketepatan menembak bola ke gawang

Berdasarkan hasil penelitian diketahui ada hubungan antara power otot tungkai dan kecepatan lari dengan ketepatan menembak bola, dengan Ftest = 35,574 > Fhitung = 3,32, sedangkan nilai adjusted R2 sebesar 63,9% menunjukkan bahwa faktor power otot tungkai dan kecepatan lari dapat mempengaruhi ketepatan menembak bola ke gawang sebesar 63,9%.

Menurut Refiater (2012) kekuatan adalah kemampuan dari otot untuk dapat mengatasi tahanan atau beban dalam menjalankan aktivitas. Kekuatan otot yang dihasilkan oleh otot-otot yang terdapat pada tungkai digunakan untuk menggerakkan kaki mengayun dari belakang ke depan secara angular dengan tujuan untuk menendang bola.

Budhiarta (2010) menyatakan bahwa beban pelatihan untuk meningkatkan daya ledak, kekuatan dan daya tahan otot tidak harus selalu berupa beban luar yang menggunakan peralatan seperti barbel, rompi, katrol tetapi dapat pula seperti berat badan sendiri, terutama bila yang dilatih atlet pemula. Petrus (2009) mengemukakan bahwa vertical jump yang baik didukung oleh peran utama dari otot penggerak tubuh yaitu kelompok otot quadricep femoris sehingga peningkatan vertical jump harus secara bertahap dan diperlukan adaptasi dari otot

quadricep femoris. Salah satu komponen latihan untuk meningkatkan kekuatan

otot, diperlukan recruitment serabut otot sehingga apabila recruitment serabut otot banyak ,maka kekuatan otot akan besar dan apabila recruitment otot kecil maka kekuatan ototnya akan kecil, jadi kekuatan otot yang besar dapat mendukung terciptanya power otot yang besar pula.

Ketepatan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Sukadiyanto (2004), mengemukakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi ketepatan, antara


(3)

lain, tingkat kesulitan, pengalaman, keterampilan sebelumnya, jenis keterampilan, perasaan, dan kemampuan mengantisipasi gerak. Dapat diartikan jika sasarannya besar pasti akan lebih mudah melakukan ketepatan tendangan bila dibandingkan dengan sasaran yang lebih kecil.

Simpulan

1. Ada hubungan antara power otot tungkai dengan ketepatan menembak bola pada siswa SD Negeri II Gawanan Karanganyar Tahun 2015.

2. Ada hubungan antara kecepatan lari denagn ketepatan menembak bola pada siswa SD Gawanan Karanganyar Tahun 2015

3. Ada hubungan power otot tungkai dan kecepatan lari dengan ketepatan menembak bola pada siswa SD Gawanan Karanganyar 2015.

Saran

1. Keilmuan

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai pentingnya

power otot tungkai, kecepatan lari dalam ketepatan menembak bola ke arah gawang.

2. Peneliti lain

Hasil penelitian ini dapat dikembangkan oleh peneliti lain mengenai faktor yang mempengaruhi ketepatan menembak bola.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Zainal. 2013 Hubungan Antara Power Otot Tungkai, Keseimbangan Dinamis dan Koordinasi Mata Kaki dengan Ketepatan Menembak Bola Ke Gawang Sepakbolapada Pemain Sepakbola Kelompok Umur 12 Tahun Klub SSB Bintang Timur Donohudan Boyolali Tahun 2013.

Skripsi. Universitas Tunas Pembangunan

Bahagia. Y. 2009. Meningkatkan Kecepatan Lari Sprint Dengan Model Latihan

Panjang Langkah dan Frekuensi Langkah. Tesis. Megister Universitas

Pendidikan Indonesia Bandung

Baihaqi. A. L. 2010. Pengaruh Penambahan Dynamic Stretching pada Lower Extremity Muscles Sebelum Sprint Training Terhadap Kecepatan Lari

Sprint 100 Meter pada Siswa Sekolah Sepak Bola Di Kota Salatiga.

Naskah publikasi. Program Studi Diploma IV Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta

Batty, Eric C. 2007. Latihan Sepak Bola Metode Baru (Serangan). Bandung : Pioner Jaya

Budhiarta, M 2010. Pengaruh Pelatihan Plyometrik Loncat Bangku Terhadap Daya Ledak Otot Tungkai Mahasiswa Jurusan Penjaskesrek FOK Undiksha. Jurnal Health & Sport; 2010;

Chaterin, J. The Child 2001. Development Of Function Movement. edisi kedua. Philadelphia, WB Sanders.s,

Depkes (2010). Pedoman Kader, Seri Kesehatan Anak. Kementerian Kesehatan RI 2010http://www.gizikia.depkes.go.id

Herman (2012) Hubungan Antara Tinggi Badan Dan Kekuatan Otot Lengan Terhadap Kemampuan Smash Dalam Permainan Bulutangkis Siswa SMA Negeri 1 Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang

Indriani, Y. 2007. Gizi dan Pangan (buku ajar). Universitas Lampung. Bandar Lampung

Ismariati. 2006. Tes dan Pengukuran Olahraga. Surakarta: UNS Press

Joseph A. 2008, Sepak bola, Jakarta: PT. Grafindo Persada

Khodari. 2014. Pengaruh Pelatihan Pliometrik Side Hop dan Double Leg Bond

Terhadap Power Otot Tungkai. e-Journal IKOR Universitas Pendidikan

Ganesha Jurusan Ilmu Keolahragaan Vol. 1 tahun 2014. Universitas Pendidikan Ganesha


(5)

Kyrolainen, Rahman & Behpur. 2008. The Effect of Plyometric, Weight and Plyometric-Weight Training on Anaerobic Power And Muscular

Strength. Jurnal Physical Therapy and Sport Vol. 3 No.1 2008. Kurdistan

University of Iran

Maksum, A. 2007. Tes dan Pengukuran. Surabaya : Unesa University Press

Mielke. D (2007) Dasar-dasar Sepakbola. Bandung: Pakar Raya.

Muhajir. 2006. Pendidikan Jasmani Olah Raga dan Kesehatan. Jakarta : Pioner Jaya

Peling, Sri Widhari Yugantari. 2011. Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Beban Leg-Press dan Squart terhadap Peningkatan Prestasi Lari 100 meter

dari Waktu Reaksi. Tesis. Universitas Negeri Yogyakarta

Petrus, T. 2009. Pengaruh Latihan Lompat Gawang Dengan Beban dan Tanpa

Beban Terhadap Peningkatan Vertikal Jump Atlit Volly. Surakarta:

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Refiater, U.H. 2012. Hubungan Power Tungkai Dengan Hasil Lompat Tinggi, Jurnal Health & Sport, Volume 5, Nomor 3, Agustus 2012

Rinaldy, Alfian. 2007. Pengaruh Latihan Front Squat Terhadap Peningkatan Daya Ledak Otot Tungkai Pada Pemain Bola Voli. Jurnal.FKIP.: Universitas Syiah Kuala Banda Aceh

Ronal, Rafi. 2013. Hubungan Kekuatan Otot Tungkai dengan Kemampuan

Shooting Pada Tim Sepakbola SMK Nurul Falah Pekanbaru. Skripsi.

Universitas Negeri Padang

Sajoto, Muhammad. 2013. Peningkatan dan Pembinaan Kondisi Fisik dalam

Olahraga. Semarang: Dahara Rise

Sandy, PH. 2010 Konstribusi Kekuatan Otot Tungkai Terhadap Ketepatan

Menendang Bola Pada Klub Sepakbola SMA Negeri Pekanbaru. Skripsi.

Tidak diterbitkan. Fakultas keguruan dan llmu pendidikan Universitas Islam Riau Pekanbaru

Sarumpait. 2013. Hubungan Daya Ledak Otot Tungkai dan Panjang Tungkai

terhadap Hasil Tendangan Jarak Jauh pada Pemain Sepak Bola LIPIO.


(6)

Sporis, Goran. 2013 Effects of a 12 Week SAQ Training Programme on Agility with and without the Ball among Young Soccer Players. ©Journal of Sports Science and Medicine (2013) 12, 97-103

Sucipto. 2014. Perbandingan Ketepatan Shooting Ke Arah Gawang dengan Menggunakan Punggung Kaki dan Kaki Bagian Dalam pada Pemain

Sepak Bola Siswa SD Inpress I Palu. Volume 1 No 3 Tahun 2014.

Universitas Tadulako

Sukadyanto. 2002. Pengaruh Pelatihan Squart Jump dengan Metode Interval

Pendek Terhadap Kecepatan Lari. Jurnal Kesehatan Olahraga Vol. 3 No.

1 Tahun 2002. Universitas Negeri Surabaya

Suharno, H. P. 2002. Kepelatihan Olahraga. Yogyakarta: FPOK

Suharyoso 2013 Siswa Kelas 4 Usia 9-10 Tahun di SD Negeri Way Panas Tahun

Ajaran 2013/2014 dalam Ketepatan Menendang Bola Gawang. Skripsi,

tidak diterbitkan. Fakultas Olah raga. Univeristas Lampung.


Dokumen yang terkait

An Analysis On Primary School Students’ Ability To Use Personal Pronouns. A Case Study On The Sixth Year Students Of Sdn No. 101878 Tg. Morawa.

6 42 55

HUBUNGAN POWER OTOT TUNGKAI DAN KECEPATAN LARI DENGAN KETEPATAN MENEMBAK BOLA Association Between Power Limb Muscles And Speed Running To Accuracy of Shooting Ball to Goal of primary school students at Gawanan, Karanganyar 2015.

0 2 18

PENDAHULUAN Association Between Power Limb Muscles And Speed Running To Accuracy of Shooting Ball to Goal of primary school students at Gawanan, Karanganyar 2015.

0 2 5

HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN LARI, POWER OTOT TUNGKAI DAN PANJANG TUNGKAI DENGAN HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA PUTRA PESERTA EKSTRAKURIKULER SD NEGERI DANASRI KIDUL

0 4 60

HUBUNGAN ANTARA WAKTU REAKSI, POWER TUNGKAI, DAN DAYA TAHAN KECEPATAN DENGAN KECEPATAN LARI SPRINT 100 METER.

2 8 93

PENGARUH LATIHAN POWER OTOT TUNGKAI (LEG EXTENTION) DAN KORDINASI MATA-KAKI (WALL BALL PASS) TERHADAP KECEPATAN DAN KETEPATAN SHOOTING ATLET SEPAK BOLA BELITUNG.

0 1 47

KONTRIBUSI KECEPATAN LARI, POWER OTOT TUNGKAI, KEKUATAN OTOT PERUT, DAN FLEKSIBILITAS TOGOK DENGAN LOMPAT JANGKIT PADA MAHASISWA PUTRA JPOK UNS.

0 0 16

Pengaruh metode latihan interval anaerob dan power otot tungkai terhadap peningkatan kecepatan lari Agus Subardan TESIS

0 0 150

HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT LENGAN DAN POWER OTOT TUNGKAI DENGAN KETEPATAN SMASH DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS SISWA SEKOLAH BULUTANGKIS MATARAM RAYA SLEMAN.

8 44 105

HUBUNGAN KECEPATAN LARI CEPAT(SPRINT), POWER OTOT TUNGKAI DAN PANJANG TUNGKAI DENGAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH PADA SISWA PUTRA KELAS X SMA N 2 WONOGIRI TAHUN 2015.

0 2 123