PENGARUH PENGGUNAAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF DAN EFIKASI DIRI (SEFL EFFICACY) TERHADAP HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA SMP NEGERI 3 TANJUNG MORAWA.

(1)

PENGARUH PENGGUNAAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN

INTERAKTIF DAN EFIKASI DIRI (SELF EFFICACY) TERHADAP

HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA

SMP NEGERI 3 TANJUNG MORAWA

TESIS

Disusun untuk Memenuhi Persyaratan

dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada

Program Studi Teknologi Pendidikan

Oleh

NEXSRY SINURAT

NIM 8136122035

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

2015


(2)

(3)

(4)

Mahasiswa

Nama : Nexsry Sinurat NIM : 8136122035

Prodi : Teknologi Pendidikan Tanggal Ujian : 25 Agustus 2015


(5)

i

ABSTRAK

Nexsry Sinurat, Pengaruh Penggunaan Multimedia Pembelajaran Interaktif dan Efikasi Diri (Sefl Efficacy) terhadap Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa SMP Negeri 3 Tanjung Morawa. Tesis Pascasarjana, Universitas Negeri Medan, 2015.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) hasil belajar bahasa Indonesia siswa yang diajar dengan multimedia pembelajaran interaktif macromedia flash dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan multimedia pembelajaran interaktif power point; (2) hasil belajar bahasa Indonesia siswa yang memiliki efikasi diri (self efficacy) tinggi dengan hasil belajar siswa yang memiliki efikasi diri (self efficacy) rendah; (3) mengetahui interaksi antara pembelajaran multimedia dan efikasi diri (self efficacy) siswa terhadap hasil belajar Bahasa Indonesia.

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Tanjung Morawa pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015. Populasi berjumlah 288 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan cluster random sampling berjumlah 74 orang yang terdiri dari 37 orang kelas VIII-6 diajarkan multimedia pembelajaran interaktif macromedia flash dan 37 orang kelas VIII-7 diajarkan multimedia pembelajaran interaktif power point. Tes Efikasi diri (self efficacy) dilakukan untuk mengelompokkan siswa yang mempunyai efikasi diri (self efficacy) tinggi dan efikasi diri (self efficacy) rendah. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan desain faktorial 2 x 2. Uji statistik yang digunakan adalah statistik deskriptif untuk menyajikan data dan dilanjutkan dengan statistik inferensial dengan menggunakan Anava dua jalur dengan taraf signifikan α = 0,05 yang dilanjutkan dengan uji Scheffe. Sebelumnya dilakukan uji analisis berupa uji normalitas dan uji homogenitas.

Hasil penelitian menunjukkan: (1) hasil belajar Bahasa Indonesia siswa yang diajarkan dengan multimedia pembelajaran interaktif macromedia flash lebih baik dari pada hasil belajar Bahasa Indonesia siswa yang diajarkan dengan multimedia pembelajaran interaktif power point, dengan Fhitung = 6,2173> Ftabel = 3,98 pada taraf signifikan α = 0,05; (2) hasil belajar Bahasa Indonesia siswa yang memiliki efikasi diri (self efficacy) tinggi lebih baik dari pada hasil belajar Bahasa Indonesia siswa yang memiliki efikasi diri (self efficacy) rendah, dengan Fhitung = 20,6956 > Ftabel = 3,98 pada taraf signifikan α = 0,05; (3) terdapat interaksi antara pembelajaran multimedia dengan efikasi diri (self efficacy) dalam mempengaruhi hasil belajar siswa, dengan Fhitung = 5,4608 > Ftabel = 3,98 pada taraf signifikan α = 0,05. Hipotesis ini menunjukkan bahwa multimedia pembelajaran interaktif macromedia flash lebih tepat dari pada multimedia pembelajaran interaktif power point dalam meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia siswa, dan siswa yang memiliki efikasi diri (self efficacy) tinggi akan memperoleh hasil yang lebih baik dari pada siswa yang memiliki efikasi diri (self efficacy) rendah.


(6)

ii

ABSTRAC

Nexsry Sinurat, The Effect of Using Interactive Multimedia Learning and Self Efficacy to wards Student Learning Outcome of Bahasa Indonesia on SMP Negeri 3 Tanjung Morawa. Postgraduate Thesis, State University of Medan.2015.

This research aimed to determine: (1) learning outcomes of Bahasa Indonesia of the students those taught by interactive macromedia flash just than students those taught by interactive power point, (2) learning outcomes Bahasa Indonesia of the students whose high self efficacy just than the students whose low self efficacy, (3) determine the interaction between interactivemultimedia learning and self efficacy of students towards learning outcomes of Bahasa Indonesia.

This research were conducted at SMP Negeri 3 Tanjung Morawa academic year 2014/2015. Population of 288 peoples. Sampling was done by cluster random sampling 74 students, consisting of 37 students of VIII-6 grade that taught by macromedia flash and 37 students of VIII-7 grade taught by power point. Self efficacy test performed to classify students who have a high self efficacy and low self efficacy. The research method used was quasi-experimental with 2 x 2 factorial design. Statistical test used was descriptive statistics to present the data, followed by inferential statistics using two way Anava with significance α = 0.05, followed by Scheffe test. Previous analysis of such trials to test the normality and homogeneity test.

The results showed: (1) learning outcomes bahasa Indonesia of the students those taught by macromedia flash was better than learning outcomes bahasa Indonesia of the student those taught by power point, with F count = 6.2173 > F table = 3.98 at significant α = 0.05, (2) learning outcomes Bahasa Indonesia of the students whose high self efficacy was better than learning outcomes Bahasa Indnesia of the students whose low self efficacy, with F count = 20.6956 > F table = 3.98 at significant α= 0.05, (3) there are interaction between interactive multimedia learning and self efficacy in affecting student learning outcomes, with F count = 5.4608 > F table = 3.98 at significant level α = 0.05. This hypothesis suggests that macromedia flash rather than on learning power point in improving learning outcomes bahasa Indonesia of the students, and students whose high self efficacy will get better than of the students whose low self efficacy


(7)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan kasih karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul “Pengaruh Penggunaan Multimedia Pembelajaran Interaktif dan Efikasi Diri (Self Efficacy) terhadap Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa SMP Negeri 3 Tanjung Morawa” sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Medan.

Dalam menyelesaikan tesis ini, penulis telah banyak menerima bantuan dari berbagai pihak sehingga pada akhirnya penulisan tesis ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Harun Sitompul, M. Pd selaku pembimbing I dan Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid K., M.Pd., pembimbing II yang telah begitu banyak memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis. Kepada ketiga narasumber Bapak Prof. Dr.Muhammad Badiran, M. Pd, Bapak Prof. Dr. Abdul Hasan, M. Pd, dan Bapak Dr. Wisman Hadi, M. Hum. yang telah memberikan masukan dan koreksi untuk perbaikan tesis ini.

Tak lupa rasa terima kasih juga penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd. selaku Rektor Universitas Negeri Medan

beserta seluruh staff yang memberikan fasilitas belajar ketika penulis dalam studi, 2. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd. Selaku Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan beserta staff yang banyak memberikan kontribusi dalam menyelesaikan studi penulis,

3. Seluruh teman angkatan XXIII / B3 Prodi Teknologi Pendidikan Program Pasca

Sarjana Universitas Negeri Medan yang senantiasa dalam suka dan duka terus bekerja sama dengan penulis dalam menyelesaikan studi,

4. Bapak Kepala Sekolah, Guru-guru, dan para siswa SMP Negeri 3 Tanjung Morawa yang telah membantu penulis dalam penelitian.


(8)

iv

5. Ayahanda tercinta T. Sinurat, Ibunda N. Nainggolan sosok yang memberikan teladan, kakanda dan seluruh adinda yang senantiasa memberikan motivasi serta doa dalam menyelesaikan studi penulis.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam tesis ini dan untuk itu penulis mengharapkan sumbangan pemikiran, kritik dan saran untuk kesempurnaanya. Akhirnya penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat dalam menambah khasanah ilmu pengetahuan bagi dunia pendidikan.

Medan, Agustus 2015 Penulis,

Nexsry Sinurat NIM : 8136122035


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRAC ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 10

C. Pembatasan Masalah ... 11

D. Perumusan Masalah ... 11

E Tujuan Penelitian ... 12

F. Manfaat Penelitian ... 11

BAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kerangka Teoretis ... 14

1. Hakikat Belajar dan Hasil Belajar Bahasa Indonesia ... 14

2. Hakikat Multimedia Pembelajaran Interaktif ... 21

2.1Hakikat Multimedia Interaktif Macromedia Flash ... 26

2.2Hakikat Multimedia pembelajaran interaktif Power Point ... 29

3. Hakikat Efikasi diri ... 33

B. Penelitian yang Relevan ... 37

C. Kerangka Berpikir ... 39

D. Hipotesis Penelitian ... 48

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 49

1. Lokasi Penelitian ... 49

2. Waktu Penelitian ... 49

B. Populasi dan Sampel ... 50

1. Populasi ... 50

2. Sampel ... 50

C. Metode dan Desain Penelitian ... 51


(10)

E. Prosedur dan Perlakukan Penelitian... 53

F. Pengontrolan Perlakuan ... 55

G. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 57

H. Uji Coba Instrumen ... 64

I. Hasil Uji Coba Instrumen ... 68

I. Teknik Analisis Data ... 71

BAB IV HASIL PENELITIAN A.Deskripsi Data ... 72

B.Pengujian Persyaratan Analisis ... 84

1. Uji Normalitas Data... ... 84

2. Homogenitas Varian Sampel... ... 88

C.Pengujian Hipotesis ... 91

D.Pembahasan Hasil Penelitian ... 99

E. Keterbatasan Penelitian ... 109

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A.Simpulan ... 111

B.Implikasi ... 113

C.Saran ... 117

DAFTAR PUSTAKA ... 119


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Nilai Rata-rata Siswa Bidang Studi Bahasa Indonesia ... 6

Tabel 2.1 Manfaat Penggunaan Multimedia Pembelajaran Interaktif bagi Guru, Siswa, dan Sekolah ... 25

Tabel 2.2 Perbedaan Multimedia Pembelajaran Interaktif Macromedia Flash dengan Multimedia Pembelajaran Interaktif Power point ... 41

Tabel 3.1 Distribusi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Tanjung Morawa Tahun Pembelajaran 2014/2015 50... 50

Tabel 3.2 Rancangan Penelitian Factorial 2 x 2 ... 51

Tabel 3.3 Kisi-kisi Tes Hasil Belajar ... 58

Tabel 3.4 Kisi-kisi Efikasi Diri (Self Efficacy) Siswa dalam Belajar ... 59

Tabel 3.5 Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar Siswa yang Baru ... 64

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa yang Dibelajarkan dengan Menggunakan Multimedia Interaktif Macromedia Flash ... 68

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa yang Dibelajarkan dengan Menggunakan Multimedia Interaktif Power Point ... 70

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Bahasa Indonesia yang Memiliki Efikasi Diri (Self Efficacy) Tinggi yang Dibelajarkan dengan Menggunakan Multimedia Pembelajaran Interaktif Macromedia Flash dan Power Point ... 71

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa yang Dibelajarkan dengan Menggunakan Multimedia Interaktif Macromedia Flash ... 73

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Nilai Nilai Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa yang Memiliki Efikasi Diri (Self Efficacy) Tinggi yang Dibelajarkan dengan Menggunakan Multimedia Pembelajaran Interaktif Macromedia Flash ... 74 Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa


(12)

yang Memiliki Efikasi Diri (Self Efficacy) Rendah yang Dibelajarkan

Menggunakan Mutimedia Interaktif Macromedia Flash ... 76

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa yang Memiliki Efikasi Diri (Self Efficacy) Tinggi yang Dibelajarkan Menggunakan Mutimedia Interaktif Power Point ... 77

Tabel 4.8 Tabel Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa yang Memiliki Efikasi Diri (Self Efficacy) Rendah yang Dibelajarkan Menggunakan Mutimedia Interaktif Power Point ... 79

Tabel 4.9 Hasil Analisis Uji Normalitas Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa yang Menggunakan Multimedia. ... 80

Tabel 4.10 Hasil Analisis Uji Normalitas Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa yang Memiliki Efikasi Diri (Self Efficacy) ... 81

Tabel 4.11 Hasil Analisis Uji Normalitas Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa yang Menggunakan Multimedia. ... 81

Tabel 4.12 Pengujian Homogenitas Kelompok Sampel Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa yang Dibelajarkan dengan Menggunakan Multimedia Pembelajaran Interaktif Macromedia Flash dengan Multimedia Pembelajaran Interkatif Power Point ... 84

Tabel 4.13 Rangkuman Hasil Pengujian Homogenitas Kelompok Sampel Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa dengan Efikasi Diri (Self Efficacy) Tinggi dan Efikasi Diri (Self Efficacy) Rendah ... 84

Tabel 4.14 Rangkuman Hasil Pengujian Homogenitas dengan Uji Bartlet ... 85

Tabel 4.15 Rangkuman Hasil Analisi Statistik Deskriptif ... 86

Tabel 4.16 Rangkuman Hasil ANAVA ... 87


(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Gambaran Defenisi Multimedia ... 22 Gambar 4.1 Histogram Nilai Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa yang

Dibelajarkan dengan Menggunakan Multimedia Interaktif

Macromedia Flash ... 69 Gambar 4.2 Histogram Nilai Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa yang

Dibelajarkan dengan Menggunakan Multimedia Interaktif

Macromedia Flash ... 70 Gambar 4.3 Histogram Hasil Belajar Bahasa Indonesia yang Memiliki Efikasi Diri

(Self Efficacy) Tinggi yang Dibelajarkan dengan Menggunakan Multimedia

Pembelajaran Interaktif Macromedia Flash dan Power Point ... 72

Gambar 4.4 Histogram Nilai Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa yang Memiliki Efikasi Diri (Self Efficacy) Rendah yang Dibelajarkan dengan

Menggunakan Multimedia Pembelajaran Interaktif Macromedia

Flash dan Power Point ... 73 Gambar 4.5 Histogram Nilai Nilai Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa yang

Memiliki Efikasi Diri (Self Efficacy) Tinggi yang Dibelajarkan dengan Menggunakan Multimedia Pembelajaran Interaktif

Macromedia Flash ... 75 Gambar 4.6 Histogram Nilai Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa yang Memiliki

Efikasi Diri (Self Efficacy) Rendah yang Dibelajarkan Menggunakan

Mutimedia Interaktif Macromedia Flash ... 76 Gambar 4.7 Histogram Nilai Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa yang Dibelajarkan

dengan Menggunakan Multimedia Interaktif Macromedia Flash ... 78

Gambar 4.8. Histogram Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa yang Memiliki Efikasi Diri (Self Efficacy) Rendah yang Dibelajarkan Menggunakan

Mutimedia Interaktif Power Point ... 79 Gambar 4.9 Interaksi antara multimedia pembelajaran interaktif dan efikasi


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Silabus Pembelajaran ... 122

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaanan Pembelajaran (RPP) ... 125

Lampiran 3 Bahan Ajar ... 133

Lampiran 4 Panduan Penggunaan Multimedia Pembelajaran Interaktif Macromedia Flash ... 145

Lampiran 5 Instrumen Tes Hasil Belajar ... 149

Lampiran 6 Angket Efikasi Diri ... 155

Lampiran 7 Uji Validitas Soal Hasil Belajar Bahasa Indonesia ... 158

Lampiran 8 Indeks Kesukaran soal ... 162

Lampiran 9 Daya Pembeda ... 165

Lampiran 10 Reliabilitas Instrumen ... 168

Lampiran 11 Perhitungan Reliabilitas angket ... 171

Lampiran 12 Skala Angket Efikasi diri (self Efficacy) Multimedia Interaktif Macromedia Flash ... 175

Lampiran 13 Skala Angket Efikasi diri (self Efficacy) Multimedia Interaktif Power Point ... 176

Lampiran 14 Distribusi Frekuensi Data Penelitian ... 177

Lampiran 15 Perhitungan Dasar Statistik ... 180

Lampiran 16 Perhitungan Uji Normalitas ... 199

Lampiran 17 Perhitungan Uji Homogenitas ... 206

Lampiran 18 Pengujian Hipotesis Penelitian ... 211

Lampiran 19 Uji Lanjut (Uji Scheffe) ... 215

Lampiran 20 Dokumentasi Penelitian ... 218

Lampiran 21 Tabel Harga Kritik Korelasi Product Moment ... 220

Lampiran 22 Tabel Nilai Kritis L untuk Uji Lilifors ... 221

Lampiran 23 Tabel F ... 222


(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Dunia pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas karena di sanalah tenaga kerja dididik dan dilatih. Apabila ingin memperbaiki sumber daya manusia (SDM) harus dilakukan pengembangan dan perbaikan dalam pendidikan. Pendidikan merupakan kebutuhan pokok masyarakat yang harus terpenuhi, sesuai dengan tuntutan kemajuan ilmu pengetahuan yang sekaligus merupakan tuntutan kemajuan peradaban dan teknologi suatu bangsa. Tingkat pendidikan warga negara menentukan peradaban suatu bangsa. Berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan sumber daya manusia, terutama melalui peningkatan kualitas pendidikan. Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan pemerataan kesempatan belajar bagi masyarakat dan meningkatkan mutu pendidikan pada semua jenjang, jalur, dan jenis pendidikan. Upaya-upaya tersebut dilakukan karena disadari bahwa pendidikan merupakan usaha untuk mengembangkan seluruh potensi peserta didik agar mampu menguasai pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Peningkatan mutu merupakan hal yang sangat strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap yang berorientasi pada peningkatan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, kemampuan profesional dan produktivitas kerja sesuai dengan kebutuhan pembangunan bangsa. Dengan karakteristik kualitas sumber daya manusia demikian,


(16)

2 maka, diharapakan bangsa Indonesia bisa mampu bersaing dalam era globalisasi dunia pada saat ini maupun masa yang akan datang. Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapai saat ini adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan. Hal ini dibuktikan dengan rendahnya nilai ujian siswa yang merupakan indikator pencapaian hasil belajar di setiap bidang studi, salah satunya pembelajaran bahasa Indonesia.

Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah merupakan bagian penting dalam kerangka pengembangan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan berbahasa yang optimal. Selain itu, pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan pada peningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia (Depdiknas, 2006:13)

Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia merujuk pada enam pilar pendidikan yang diprogramkan. Keenam pilar tersebut adalah agar siswa: (1) menghargai dan membanggakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan (nasional) dan bahasa negara; (2) memahami Bahasa Indonesia dari segi bentuk, makna, dan fungsi, serta menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk bermacam-macam tujuan, keperluan, dan keadaan; (3) memiliki kemampuan menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan emosional, dan kematangan sosial; (4) memiliki disiplin dalam berpikir dan berbahasa (berbicara dan menulis); (5) mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa; dan (6) menghargai dan membanggakan


(17)

3 sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia (Depdiknas 2006:9). Dengan demikian, lulusan berkompeten untuk berkomunikasi dan berinteraksi (hidup bersama) dalam masyarakat luas.

Kegiatas pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi dalam bahasa Indonesia baik secara lisan maupun tulisan. Berdasarkan hal tersebut maka pelajaran bahasa dan sastra Indonesia merupakan program untuk mengembangkan pengetahuan, kemapuan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa Indonesia. Aspek pembelajaran bahasa Indonesia, yaitu (1) mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis, (2) bersastra baik sastra lisan maupun tulis. Kedua aspek ini tidak memiliki perbedaan dalam pelaksanaanya. Misalnya materi yang berupa sastra lisan dipelajari dengan cara mengapresiasi secara lisan, yaitu dengan mendengarkan dan dibicarakan atau dibahas secara lisan. Materi yang berupa sastra tulis diapresiasi dengan cara dibaca dan dibahas secara tertulis atau secara lisan. Dengan demikian, pada hakikatnya belajar Bahasa Indonesia belajar berkomunikasi, mengungkapkan ide, pikiran, perasaan, pengalaman, dan pendapat secara lisan atau tulis (Chandra, 2010).

Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional merupakan mata pelajaran tersendiri yang perlu dipelajari oleh siswa yang belajar di Indonesia. Sayangnya, siswa sering menganggap negatif dan kebanyakan siswa lebih berminat mempelajari bahasa asing dibandingkan bahasa Indonesia. Hal ini terbukti dengan rendahnya rata-rata hasil Ujian Nasional bahasa Indonesia dibandingkan dengan rata-rata-rata-rata ujian Nasional bahasa Inggris. Selain itu, banyak siswa yang lebih berminat memperdalam


(18)

4 bahasa Inggris dengan mengikuti kursus-kursus dibandingkan mempelajari Bahasa Indonesia.

Berbeda dengan di Indonesia, pengajaran bahasa Indonesia di luar negeri justru menjadi hal yang menarik dan disambut dengan baik. Setidaknya ada 52 negara asing yang telah membuka program bahasa Indonesia (Indonesian Language

Studies). Beberapa diantaranya adalah Australia, Jepang, Vietnam, Mesir, Vietnam,

dan Italia. Pengajaran bahasa Indonesia tersebut dilakukan di berbagai lembaga. Lembaga-lembaga tersebut umumnya berupa tempat kursus, universitas, sekolah, dan sekolah Indonesia di luar negeri. Bahkan, perkembangan ini semakin meningkat setelah terbentuk Badan Asosiasi Kelompok Bahasa Indonesia Penutur Asing di Bandung tahun 1999. Bahasa Indonesia menjadi bahasa populer ke-4 di Australia. Di sana ada sekitar 500 sekolah yang mengajarkan bahasa Indonesia, bahkan menjadikannya sebagai salah satu bahasa yang wajib dipelajari di tingkat sekolah dasar. Oleh karena itu, kita tidak perlu heran jika mendapati seorang anak SD di Australia yang dapat berbicara bahasa Indonesia dengan fasih. Selain itu, ada beberapa universitas di sana yang membuka jurusan bahasa atau sastra Indonesia.

Selain di Australia, bahasa Indonesia juga menjadi bahasa yang memiliki posisi penting di Vietnam, khususnya di Kota Ho Chi Minh, ibukota Vietnam. Menurut seorang diplomat Indonesia, Pemerintah Kota Ho Chi Minh secara resmi mengumumkan bahasa Indonesia menjadi bahasa kedua di Kota Ho Chi Minh pada bulan Desember 2007. Selain itu, menurut Konsul Jenderal Republik Indonesia periode 2007-2008, Irdamis Ahmad, bahasa Indonesia sejajar dengan bahasa Inggris, Perancis, dan Jepang sebagai bahasa kedua yang diutamakan di Kota Ho Chi


(19)

5 Minh. Bahasa Indonesia juga menjadi salah satu mata kuliah yang diajarkan di universitas-universitas di Vietnam seperti Universitas Hong Bang, Universitas Nasional HCMC, dan Universitas Sosial dan Humaniora. Jumlah peminat studi bahasa Indonesia di universitas-universitas tersebut cenderung meningkat.

(https://www.academia.edu/6775604/Mengintip_

Perkembangan_Bahasa_Indonesia_di_Luar_Negeri)

Dalam pembelajaran bahasa Indonesia di Indonesia selama ini yang menjadi sumber permasalahan vital adalah nilai rata-rata UN yang terendah terdapat pada mata pelajaran bahasa Indonesia bila dibandingkan dengan pelajaran lain. Sesuai dengan yang dikatakan Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas), M. Nuh, mengungkapkan dalam evaluasi hasil UN SMP/MTs, khususnya dari distribusi nilai akhir tiap mata pelajaran, diketahui bahwa nilai mata pelajaran bahasa Indonesia paling rendah apabila dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya. Kondisi rendahnya nilai UN bahasa Indonesia ini sama dengan hasil nilai UN untuk jenjang SMA.

Selanjutnya, disampaikan Arbai (Tempo, 2013) bahwa kenyataan Nilai UN bahasa Indonesia yang rendah tidak hanya terjadi pada tahun 2013. Hasil UN pada tahun 2012 juga menunjukkan bahwa 25 persen siswa jurusan bahasa tidak lulus mata pelajaran bahasa Indonesia. Sebelumnya staf peneliti Balai Bahasa Medan (BBM), Agus (Antaranews.com, 2010), mengatakan: “Selama ini orang menganggap bahwa pelajaran Bahasa Indonesia itu mudah jika dibandingkan dengan pelajaran lain yang diujikan, padahal pengalaman membuktikkan dari beberapa kali pelaksaan UN, justru


(20)

6 nilai bahasa Indonesia yang paling rendah baik secara nasional maupun di Provinsi Sumatera Utara sendiri.

Kondisi di lapangan, di Sumatera Utara tahun 2013, untuk sekolah menengah atas negeri (SMAN) jurusan IPS nilai rata- rata bahasa Indonesia hanya 7,05, sementara bahasa Inggris 7,90. Bahkan, untuk sekolah menengah kejuruan negeri (SMKN) nilai rata-rata bahasa Indonesia hanya 6,67, sementara mata pelajaran Matematika mencapai 7,64. Dari 9.844 siswa yang tidak lulus UN, sebagian besar karena tak lulus mata pelajaran bahasa Indonesia. Itu, misalnya, terjadi di SMKN 7 Medan. Dari 162 siswa yang tak lulus, sebanyak 145 orang di antaranya tidak mempunyai cukup nilai untuk mata pelajaran bahasa Indonesia sehingga dinyatakan tak lulus.

Dari data tersebut dapat dilihat nilai yang lebih rendah adalah pelajaran bahasa Indonesia dan yang paling mengecewakan lebih dari sembilan ribu siswa tidak lulus karena tidak lulus pada mata pelajaran bahasa Indonesia.

Demikian juga dengan hasil belajar bahasa Indonesia di SMP Negeri 3 Tanjung Morawa. Pada semester ganjil dan genap tiga tahun terakhir menunjukkan bahwa hasil belajar siswa kelas VIII masih tergolong rendah dan masih terdapat beberapa siswa yang memiliki nilai di bawah standar ketuntasan belajar minimal (SKBM) atau di bawah kriteria kompetensi minimal (KKM). Bahasa Indonesia sebagai salah satu yang diujikan dalam Ujian Nasional untuk setiap jenjang studi hendaknya mendapat perhatian khusus. Hal ini terlihat dari nilai ujian semester bidang studi Bahasa Indonesia SMP Negeri 3 Tanjung Morawa, seperti pada Tabel 1.1 di bawah ini.


(21)

7

Tabel 1.1 Nilai Rata-rata Siswa Bidang Studi Bahasa Indonesia N

o Kelas

Nilai Rata-Rata Tiap Semester Dalam 3 Tahun Terakhir

KKM T.P. 2011/2012 T.P. 2012/2013 T.P 2013/2014

Ganjil Genap Ganjil Genap Ganjil Genap

1 VIII-1 70 72 65 73 70 72 70

2 VIII-2 70 75 68 71 69 71 70

3 VIII-3 65 68 66 68 65 70 70

4 VIII-4 70 70 67 70 68 69 70

5 VIII-5 68 70 70 72 65 70 70

6 VIII-6 65 65 67 68 69 70 70

7 VIII-7 65 66 66 69 64 69 70

8 VIII-8 66 65 67 64 65 68 70

Data di atas menunjukkan bahwa masih terdapat siswa yang memiliki nilai di bawah 70 dari nilai KKM, hal ini tentunya kurang memuaskan. Kalaupun ada nilai yang mencapai KKM disebabkan faktor-faktor lain yang dijadikan guru sebagai pendukung nila tersebut, misalnya kehadiran, keaktifan, dan sikap siswa. Namun untuk nilai tes biasanya nilainya masih jauh dari yang diharapkan.

Hal tersebut dialami pada setiap materi dalam bahasa Indonesia salah satunya pada materi tentang sastra. Realita yang dihadapi di sekolah, pembelajaran sastra kurang diperhatikan dan tidak mendapat penanganan dengan baik, dari segi waktu, sarana, dan media pembelajaran. Guru dan siswa menganggap pembelajaran sastra hanya sebagai pelengkap dari pembelajaran Bahasa Indonesia. Pembelajaran sastra khususnya di Sekolah Menengah sungguh memprihatinkan.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Sugiri, dikutip dari http//eksperimentasi-model pembelajaran kooperatif-tipe-two-stay-two-stray.jurnal htm menyatakan:


(22)

8 “Dari penelitian yang telah dilakukan terhadap siswa dan guru Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP Negeri 2 Sangatta, diketahui bahwa siswa dan guru sekolah tersebut mengalami permasalahan dalam mengapresiasi novel. Masalah-masalah yang terungkap yakni 1) siswa mengalami kesulitan menganlisis unsur intrinsik novel, 2) motivasi dan daya apresiasi siswa lemah, 3) siswa kurang termotivasi untuk berpikir kritis, keaktifan, pemahaman, dan penguasaan informasi secara individual dalam pembelajaran tidak merata bagi seluruh siswa di kelas, 4) Guru kurang mementingkan kerjasama, interaksi kelas terutama yang melibatkan interaksi antarsiswa dalam proses pembelajaran kurang mendapat perhatian dan 5) guru lebih mementingkan penialian hasil, sementara proses menuju apresiasi sastra yang sebenarnya belum diperhatikan.”

Keberhasilan atau prestasi siswa dalam belajar pada dasarnya dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling terkait, baik internal maupun ekstemal. Hal ini berarti tidak ada faktor tunggal yang berdiri sendiri dan secara otomatis menentukan keberhasilan atau prestasi seseorang dalam belajar. Salah satu faktor yang dapat memengaruhi keberhasilan belajar siswa adalah pemanfaatan media pembelajaran.

Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi turut memengaruhi proses dan praktik pengajaran di sekolah. Para siswa tidak hanya menerima penjelasan dari guru di ruang kelas melainkan mereka harus aktif mencari infornasi tambahan yang diperlukan guna perkembangan studi mereka. Guru berperan dalam memberikan arahan, contoh dan dorongan. Dalam hal ini pemanfaatan media belajar memiliki peranan penting untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi siswa.

Kondisi di lapangan, guru hanya menggunakan buku cetak dan kurang memanfaatkan media pembelajaran. Hal ini ditunjukkan ketika proses belajar mengajar yang masih bersifat konvensional, waktu 1-2 jam pelajaran hanya dimanfaatkan untuk ceramah tanpa memanfaatkan sarana media pembelajaran yang tersedia dalam kelas sehingga pemeblajaran berpusat pada guru (teacher centered). Kondisi ini sangat memungkinkan siswa malas dan mengantuk ketika mendengarkan


(23)

9 ceramah karena guru menjelaskan tanpa menggunakan media yang menarik, cara penyampaian materi oleh guru yang terkesan datar, dan sepertinya guru tersebut tidak “berteknologi”.

Kondisi ini menyebabkan pembelajaran bahasa Indonesia terasa monoton dan menjadi kurang menyenangkan bagi siswa. Hal tersebut mengakibatkan siswa kurang memperhatikan pembelajaran tersebut. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia pada umumnya, guru lebih banyak berbicara, memberikan berbagai macam teori bahasa dan sastra yang harus dihafal oleh siswa. Kaidah-kaidah bahasa diajarkan, diurutkan, lalu para siswa diharuskan menghafal semua yang diajarkan itu.

Dalam rangka mengatasi perolehan hasil belajar, sekolah perlu melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kemampuan pemahaman siswa. Salah satu hal yang dapat dilakukan adalah memvariasikan media pembelajaran. Dengan memanfaatkan media, siswa yang diharapkan pada objek yang lebih nyata dan memberikan rangsangan pada aktifitas daya indera secara bervariasi sehingga memungkinkan materi yang disajikan lebih mudah dipahami dan dipertahankan dalam ingatan. Pemanfaatan media dapat memberikan berbagai pengalaman yang memungkinkan keterlibatan aktif siswa dalam pembelajaran. Pemanfaatan media yang sesuai dengan karakteristik siswa dapat menumbuhkembangkan daya pikir dan kreativitas siswa serta memungkinkan terjadinya belajar sendiri.

Sistem pembelajaran multimedia interaktif yang menggabungkan unsur video, bunyi teks, dan grafik memiliki potensi tersendiri untuk menarik perhatian peserta didik. Pengajaran yang interaktif dapat memicu siswa menjadi lebih bersemangat memperhatikan informasi yang disampaikan. Multimedia memberikan kesempatan


(24)

10 untuk belajar, tidak hanya dari satu sumber belajar, tetapi memberikan kesempatan kepada subjek mengembangkan kognitif dengan lebih baik, kreatif, dan inovatif. Hal ini, salah satunya karena informasi disajikan dalam dua atau lebih bentuk, seperti dalam bentuk gambar dan kata-kata. Berhubung informasi disajikan dalam berbagai bentuk, maka subjek dapat memadukan berbagai informasi dari tampilan lisan dan tulis. Jadi, subjek dapat memadukan informasi verbal yang disajikan secara visual dan informasi verbal disajikan secara audio. Dengan demikian guru menjadi mampu memvisualisasikan materi yang selama ini sulit untuk diterangkan hanya dengan penjelasan atau alat peraga yang konvensional.

Selain faktor penggunaan multimedia pembelajan interaktif dalam pembelajaran bahasa Indonesia, faktor yang berasal dari dalam diri siswa juga berpengaruh dalam perolehan hasil belajar bahasa Indonesia. Faktor yang memengaruhi hasil belajar yang belajar yang berasal dari siswa sendiri salah satunya adalah karakteristik siswa itu sendiri. Karakteristik siswa merupakan salah satu hal yang perlu diidentifikasi oleh guru untuk digunakan sebagai petunjuk dalam mengembangkan program pembelajaran. Karakteristik yang diidenfikasi tersebut dapat berupa bakat, motivasi, gaya belajar, minat, konsef diri, efikasi diri (self

efficacy), dan sebagainya.

Efikasi diri (self efficacy) adalah kepercayaan seseorang atas kemampuan dirinya. Dengan kata lain, kondisi motivasi seseorang yang lebih didasarkan pada apa yang mereka percaya daripada apa yang secara objektif benar. Persepsi pribadi seperti ini memegang peranan penting dalam pengembangan minat seseorang. Efikasi diri


(25)

11 menyangkut apa yang dia ketahui dan rasakan tentang perilakunya, isi pikiran dan perasaannya, serta bagimana perilakunya tersebut berpengaruh terhadap orang lain. Bandura (1982) mengungkapkan bahwa penguasaan skil dan pengetahuan yang kompleks tidak hanya tergantung pada proses perhatian, retensi, motor reproduksi, dan motivasi, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur yang berasal dari diri pebelajar sendiri, yakni “Sense of Self efficacy”.

Aplikasi tingkat efikasi diri (self efficacy) siswa dalam pembelajaran adalah seorang siswa yang mempunyai efikasi diri (self efficacy) yang rendah akan menghindari banyak tugas belajar, khususnya yang menantang, sedangkan siswa dengan efikasi diri (self efficacy) yang tinggi yakin dapat melakukan sesuatu, memiliki kemampuan untuk mengerjakan tugas-tugas yang menanatang. Diyakini dengan mengenal efikasi diri (self efficacy) yang selama ini tidak diperhatikan akan dapat meningkatkan hasil belajarnya. Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini akan mengungkapkan upaya peningkatan hasil belajar siswa khususnya dalam bidang studi bahasa Indonesia dengan menggunakan multimedia pembelajan interaktif dengan memperhatikan efikasi diri (self efficacy) siswa.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah di atas, maka masalah-masalah yang dapat diidenfikasi antara lain, adalah : Apakah penyebab rendah hasil belajar Bahasa Indonesia yang dicapai siswa?, Apakah hasil belajar disebakan oleh lingkungan yang tidak dinamis? Apakah kelengkapan sarana prasarana belajar memengaruhi hasil belajar siswa?, Apakah penggunaan multimedia interaktif yang berbeda dalam


(26)

12 pengajaran akan menghasilkan hasil belajar yang berbeda? Multimedia pembelajan interaktif apa yang sesuai untuk meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia? Apakah hasil belajar siswa disebabkan kurangnya keterlibatan siswa secara aktif? Apakah rendahnya hasil belajar disebabkan rendahnya efikasi diri (self efficacy)

siswa? Pembelajaran manakah yang cocok untuk masing-masing karakteristik efikasi diri (selfefficacy)?

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, terlihat begitu kompleks permasalahan yang berkaitan dengan hasil belajar siswa. Mengingat segala keterbatasan, maka ruang lingkup penelitian dibatasi pada hasil belajar siswa dengan menggunakan multimedia pembelajan interaktif macromedia flash dan multimedia interaktif pembelajan power point sedangkan efikasi diri (self efficacy) siswa dibedakan efikasi diri (self efficacy) tinggi dan efikasi diri (self efficacy) rendah. Hasil belajar dibatasi hanya pada aspek kognitif, pada pokok bahasan mengidentifikasi unsur intrinsik novel remaja asli atau terjemahan.

D. Perumusan Masalah

Masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

(1) Apakah hasil belajar bahasa Indonesia yang diajar dengan menggunakan multimedia pembelajan interaktif macromedia flash lebih tinggi dari siswa yang diajarkan dengan menggunakan multimedia pembelajaran interaktif power point?


(27)

13 (2) Apakah hasil belajar bahasa Indonesia siswa yang memiliki efikasi diri (self

efficacy) tinggi lebih tinggi dari siswa yang memiliki efikasi diri (self

efficacy) rendah?

(3) Apakah ada interaksi penggunaan multimedia dengan efikasi diri (self

efficacy) dalam mempengaruhi hasil belajar bahasa Indonesia?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

(1) Hasil belajar siswa dengan menggunakan multimedia pembelajaran interaktif macromedia flash lebih tinggi daripada siswa yang diajarkan dengan menggunakan multimedia pembelajaran interaktif power point dalam pembelajaran bahasa Indonesia.

(2) Hasil belajar bahasa Indonesia siswa yang memiliki efikasi diri (self efficacy)

tinggi lebih tinggi dari siswa yang memiliki efikasi diri (self efficacy) rendah dalam pembelajaran bahasa Indonesia.

(3) Interaksi penggunaan multimedia pembelajan interaktif dengan efikasi diri

(self efficacy) dalam mempengaruhi hasil belajar bahasa Indonesia.

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis

a. Menambah khasanah ilmu pengetahuan dalam meningkatkan mutu pembelajaran berkaitan dengan multimedia dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.


(28)

14 b. Memberikan sumbangan pemikiran bagi guru dalam memahami dinamika

siswa sesuai dengan tujuan, materi pelajaran dan karakteristik siswa. c. Sebagai bahan informasi bagi peneliti lain yang ingin mengembangkan

media pembelajaran yang sesuai dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia.

d. Sebagai bahan referensi yang dapat digunakan untuk memperoleh gambaran mengenai pengaruh multimedia interaktif terhadap hasil belajar bahasa Indonesia.

2. Manfaat Praktis

a. Bahan pertimbangan bagi semua guru, khususnya guru mata pelajaran bahasa Indonesia dalam memanfaatkan aplikasi teknologi informasi dan komunikasi agar menghasilkan proses belajar mengajar yang efektif dan efisien.

b. Sebagai informasi bagi guru dalam menentukan media yang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar.


(29)

111

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

Pada bab ini akan dikemukakan simpulan hasil penelitian, implikasi dan saran-saran yang berhubungan dengan penelitian lanjut maupun upaya memanfaatkan hasil penelitian ini.

A. Simpulan

Simpulan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Hasil belajar bahasa Indonesia siswa dengan multimedia pembelajaran

interaktif macromedia flash lebih baik dibandingkan dengan multimedia pembelajaran interaktif power point. Dalam hal ini siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan multimedia pembelajaran interaktif macromedia flash lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan multimedia pembelajaran interaktif power point.

2. Hasil belajar siswa yang memiliki efikasi diri (self efficacy) (self efficacy)

tinggi lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang memiliki efikasi diri (self efficacy) rendah. Dengan demikian siswa yang memiliki efikasi diri (self efficacy) tinggi memperoleh hasil belajar bahasa Indonesia yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki efikasi diri (self

efficacy) rendah.

3. Terdapat interaksi antara multimedia pembelajaran dan efikasi diri (self

efficacy) dalam mempengaruhi hasil belajar Bahasa Indonesia.

a. Hasil belajar bahasa Indonesia siswa yang memiliki efikasi diri (self

efficacy) tinggi yang diajar menggunakan multimedia pembelajaran


(30)

112

Interaktif macromedia flash lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar bahasa Indonesia siswa yang memiliki efikasi diri (self efficacy) tinggi yang diajar dengan multimedia pembelajaran interaktif power point.

b. Hasil belajar bahasa Indonesia siswa yang memiliki efikasi diri (self

efficacy) tinggi yang diajar menggunakan multimedia pembelajaran

Interaktif macromedia flash lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar bahasa Indonesia siswa yang memiliki efikasi diri (self efficacy) rendah yang diajar dengan multimedia pembelajaran interaktif power point.

c. Hasil belajar bahasa Indonesia siswa yang memiliki efikasi diri (self

efficacy) tinggi yang diajar menggunakan multimedia pembelajaran

Interaktif macromedia flash lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar bahasa Indonesia siswa yang memiliki efikasi diri (self efficacy) rendah yang diajar dengan multimedia pembelajaran interaktif macromedia flash.

d. Hasil belajar bahasa Indonesia siswa yang memiliki efikasi diri (self

efficacy) tinggi yang diajar menggunakan multimedia pembelajaran

interaktif power point lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar bahasa Indonesia siswa yang memiliki efikasi diri (self efficacy) rendah yang diajar dengan multimedia pembelajaran interaktif power point. e. Hasil belajar bahasa Indonesia siswa yang memiliki efikasi diri (self

efficacy) tinggi yang diajar menggunakan multimedia pembelajaran


(31)

113

bahasa Indonesia siswa yang memiliki efikasi diri (self efficacy) rendah yang diajar dengan multimedia pembelajaran interaktif macromedia flash.

f. Hasil belajar bahasa Indonesia siswa yang memiliki efikasi diri (self

efficacy) rendah yang diajar menggunakan multimedia pembelajaran

Interaktif macromedia flash lebih rendah dibandingkan dengan hasil belajar Bahasa Indonesia siswa yang memiliki efikasi diri (self efficacy) rendah yang diajar dengan multimedia pembelajaran interaktif power point

B. Implikasi

Berdasarkan simpulan pertama dari hasil penelitian ini yang menyatakan bahwa siswa yang diajar dengan multimedia pembelajaran interaktif macromedia flash, memiliki hasil belajar bahasa Indonesia yang lebih tinggi dibandingkan jika diajar dengan multimedia pembelajaran interaktif power point. Dengan demikian para guru di SMP Negeri 3 Tanjung Morawa selayaknya mempunyai pengetahuan dan pemahaman serta wawasan yang luas dalam memilih dan menyusun multimedia pembelajaran, khususnya multimedia pembelajaran pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.

Dengan memiliki pengetahuan dan wawasan, guru mampu merancang suatu desain pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan multimedia pembelajaran interaktif macromedia flash. Penggunaan multimedia pembelajaran interaktif macromedia flash sangat tepat untuk pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia, karena dengan menggunakan multimedia pembelajaran ini akan meningkatkan akuntabilitas indvidual. Dalam memilih multimedia pembelajaran,


(32)

114

salah satu faktor yang harus dipertimbangkan dalam merancang pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah efikasi diri (self efficacy). Dengan adanya efikasi diri (self efficacy) pada diri siswa akan sangat membantunya dalam meningkatkan prestasinya dan berbuat lebih baik dari yang sebelumnya untuk meningkatkan hasil belajarnya.

Dalam mempelajari materi bahasa Indonesia, semua pengetahuan harus terangkai dalam suatu sistem yang saling berhubungan. Untuk memahami materi tersebut, dibutuhkan efikasi diri (self efficacy) yang tinggi sehingga adanya kemampuan untuk berusaha menguasai materi pelajaran tersebut dengan dirangkai sedemikian rupa dan memiliki hubungan satu sama lain. Efikasi diri (self efficacy) yang tinggi akan memberikan peluang kepada siswa untuk berbuat lebih giat dan lebih baik lagi dalam mencari informasi tentang belajarnya yang pada gilirannya bertujuan untuk meningkatkan hasil belajarnya.

Efikasi diri (self efficacy) dalam diri siswa merupakan salah satu bentuk karakteristik siswa yang merupakan dorongan yang ada dalam diri peserta didik untuk berbuat lebih baik, lebih efektif dan lebih efisien dari pekerjaan sebelumnya. Daya pendorong untuk berbuat lebih baik merupakan suatu informasi penting yang diperlukan guru sebagai dasar untuk menentukan multimedia pembelajaran yang sesuai sehingga dapat membantu untuk meningkatkan hasil belajar.

Siswa yang memiliki efikasi diri (self efficacy) tinggi apabila diajarkan dengan multimedia pembelajaran interaktif macromedia flash akan memperoleh hasil belajar yang lebih baik dibandingkan dengan menggunakan multimedia pembelajaran interaktif power point, karena siswa yang memiliki efikasi diri (self


(33)

115

efficacy) tinggi memiliki kemampuan yang lebih baik dalam memanfaatkan

sumber belajar untuk meningkatkan hasil belajarnya dengan menggunakan berbagai alternatif dalam memecahkan masalah belajarnya.

Sedangkan siswa yang mempunyai efikasi diri (self efficacy) rendah kurang mampu memanfaatkan sumber belajar yang ada dan tidak mampu untuk bekerja secara lebih efektif dan efisien untuk memecahkan permasalahan, sehingga dengan efikasi diri (self efficacy) siswa yang rendah juga akan mempengaruhi peningkatan prestasi belajar siswa yang rendah. Oleh karena itu apabila siswa memiliki efikasi diri (self efficacy) rendah perlu dicari juga multimedia pembelajaran mana yang lebih cocok untuk meningkatkan hasil belajarnya.

Pembelajaran yang didasarkan pada karakteristik siswa, terbukti memberi pengaruh terhadap perolehan hasil belajar. Guru yang menempatkan efikasi diri (self efficacy) sebagai salah satu karakteristik siswa, karena itu guru perlu mengetahui efikasi diri (self efficacy) yang dimiliki siswa sebagai salah satu karakteristik yang turut mempengaruhi hasil belajar, dengan demikian guru dapat menggunakan multimediayang berbeda untuk setiap siswa.

Dalam pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia, akan diperoleh hasil belajar yang baik apabila dalam menyampaikan materi pelajaran, guru dapat menerapkan multimedia pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik dan minat siswa. Oleh karenanya guru yang profesional adalah guru yang terus meramu dan merancang multimedia pembelajaran yang menarik dan efektif untuk mencapai tujuan belajar. Temuan penelitian ini membuktikan bahwa penerapan pembelajaran (baik multimedia macromedia flash dan multimedia power point)


(34)

116

pada kelompok subyek yang berbeda karakteristiknya, akan memberikan hasil belajar yang berbeda pula.

Berdasarkan simpulan terdapat interaksi antara multimedia pembelajaran dan efikasi diri (self efficacy) siswa terhadap hasil belajar Bahasa Indonesia. Perolehan hasil belajar siswa yang mempunyai efikasi diri (self efficacy) tinggi, menunjukkan hasil belajarnya lebih tinggi dari pada siswa yang mempunyai efikasi diri (self efficacy) rendah, walau diajar dengan multimedia pembelajaran yang bervariasi. Karena baik diajar dengan multimedia interaktif macromedia flash maupun multimedia interaktif power point, kelompok ini tetap mempunyai hasil belajar yang lebih tinggi dari kelompok yang mempunyai efikasi diri (self

efficacy) rendah. Sebaliknya bagi siswa yang mempunyai efikasi diri (self efficacy) rendah, hasil belajar yang diperoleh lebih baik bila diajar dengan

multimedia pembelajaran interaktif power point. Walaupun demikian, agar pemerolehan hasil belajar lebih efektif, penggunaan multimedia pembelajaran dan efikasi diri (self efficacy), perlu diperhatikan hal-hal berikut ini:

1. Untuk menjadi guru profesional diupayakan memiliki kompetensi dalam

pemanfaatan teknologi dan multimedia pembelajaran untuk memudahkan atau mengefektifkan kegiatan pembelajaran.

2. Guru harus memperhatikan karakteristik dari mata pelajaran yang akan

diajarkan agar dalam mendesain dan pemilihan media belajarnya tepat. Karakteristik mata pelajaran yang dimaksud adalah kemampuan apa yang akan dicapai oleh mata pelajaran yang diajarkan, apakah ranah kognitif, psikomotor atau adaptif/sikap. Dengan mengetahui karakteristik mata pelajaran maka guru dapat memilih media pembelajaran yang sesuai


(35)

117

sehingga proses pembelajaran berjalan dengan baik, aktif, efiktif, efisien dan ada interaksi.

3. Selain memperhatikan karakteristik mata pelajaran, guru juga harus

memperhatikan karakteristik siswa sebagai faktor internal siswa dalam mengolah belajarnya. Karakteristik siswa dapat diukur dengan instrumen tes tergantung karaktersitik mana yang ingin diukur. Dengan mengetahui karakteristik yang dimiliki siswa maka pemilihan media, metode dan strtegi belajar akan lebih tepat sehingga pencapaian hasil belajar dapat optimal.

4. Guru dapat melakukan penilaian terhadap multimedia pembelajaran yang

digunakan selama ini, dan apabila ternyata tidak efektif, dapat melakukan revisi, atau meninggalkannya dan selanjutnya mengembangkan sendiri

multimedia dan selanjutnya mengembangkan sendiri multimedia

pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dengan memperhatikan kondisi sekolah, siswa dan sistem pendukung lainnya.

5. Diadakannya pelatihan bagi guru dalam peningkatan kemampuan

kemampuan dalam merancang multimedia pembelajaran.

6. Tes hasil belajar yang disusun untuk mengukur ranah kognitif dan observasi

untuk mengukur ranah psikomotorik.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, simpulan, dan keterbatasan penelitian, maka dikemukakan saran-saran sebagai berikut:

1. Oleh karena hasil belajar siswa yang diajar multimedia pembelajaran

interaktif macromedia flash lebih tinggi dari hasil belajar siswa yang diajar dengan multimedia pembelajaran interaktif power point, maka disarankan ke


(36)

118

depan guru bahasa Indonesia SMP Negeri 3 Tanjung Morawa untuk menggunakan multimedia pembelajaran interaktif macromedia flash dalam pembelajaran Mata Pelajaran Bahasa Indonesia.

2. Guru mata pelajaran bahasa Indonesia SMP Negeri 3 Tanjung Morawa, ke

depan perlu memperhatikan efikasi diri (self efficacy) siswa yang merupakan aspek kognitif memberikan pengaruh yang besar terhadap hasil belajar siswa.

3. Oleh multimedia pembelajaran interaktif macromedia flash memberikan

hasil belajar yang lebih tinggi untuk siswa yang memiliki efikasi diri (self

efficacy) tinggi dalam meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia, maka

disarankan khususnya pada para guru mata pelajaran bahasa Indonesia SMP Negeri 3 Tanjung Morawa untuk menggunakan multimedia pembelajaran interaktif macromedia flash dalam membelajarkan Bahasa Indonesia untuk siswa yang memiliki efikasi diri (self efficacy) tinggi.

4. Untuk siswa yang memiliki efikasi diri (self efficacy) rendah multimedia

pembelajaran interaktif power point memberikan hasil belajar mata pelajaran bahasa Indonesia yang lebih tinggi, maka disarankan guru Mata Pelajaran bahasa Indonesia SMP Negeri 3 Tanjung Morawa untuk menerapkan multimedia pembelajaran interaktif power point dalam membelajarkan siswa yang memiliki efikasi diri (self efficacy) rendah.

5. Karakteristik siswa yang dijadikan variabel moderator dalam penelitian ini adalah hanya efikasi diri (self efficacy). Disarankan untuk penelitian lanjut, melibatkan karakteristik siswa yang lain guna melengkapi kajian penelitian ini, seperti kecerdasan kinestetik, bakat, tingkat kreativitas, dan lain sebagainya.


(37)

119

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, dkk. 2010. Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen (Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom). Yogyakarta: Pustaka.

Antari, Dkk. 2013. Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Whole Language Berbantuan

Multimedia Interaktif Terhadap Hasil Belajar Bi Siswa Kelas Iii Sd Gugus V Dr.Soetomo. Univesitas Pendidikan Ganesha Singaraja: Jurnal.

Arief S, Sadiman, dkk. (2003). Media pendidikan, pengertian, pengembangan, dan pemanfaatannya. Jakarta : CV. Rajawali Pers

Arikunto, Suharsimi, 2009. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta.

Arvianto, Ilham Rais. 2011. Penggunaan Multimedia Pembelajaran Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa Dengan Pendekatan Instruksional

Concrete Representational Abstract (CRA). UMS: Jurnal .

Astuti, Dwi. 2006. Teknik Membuat Animasi Profesional Menggunakan Macromedia Flash 8. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Bandura. Albert (1986). Self efficacy (Efikasi Diri).

(http://treepjkr.multiply.com/reviews/item/22 diakses tanggal 26 Agustus. 2014). Binanto, I. 2010. Multimedia Digital: Dasar Teori Pengembangan. Yogyakarta:

Penerbit Andi.

Budiningsih, C.A.2005. Belajar dan pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Brown, Douglas. 2007. Teaching by principles: An Interactive Approach to Language

Pedagogy, 3rd edition. New York: Pearson Education.

Depdiknas. 2006. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Hidayat, Dede. 2011. Psikologi Kepribadian dalam konseling. Jakarta:Indeks

http://www.tempo.co/read/kolom/2013/05/30/731/Nilai-Ujian-Nasional-Bahasa-Indonesia. diakses 25 Agustus 2014.

Hulopi, Amir. 2013. Pengaruh Penggunaan Multimedia Pembelajaran Interaktif terhadap Kemampuan Penalaran Matematika Siswa. UNG. Jurnal.


(38)

120 Istiono, Wirawan. 2008. Education Game with Flash 8.0. Jakarta: Elex Media.

Keraf, Gorys. 2004. Komposisi. Jakarta: Nusa Indah.

Hamid. 2009. Teori Belajar dan Pembelajaran. Medan.

Maman. 2013.

http://mamanpermatahati.blogspot.com/2013/06/media-pembelajaran-berbasis-power-point.html. diakses 28 Agustus 2014.

Mayer, R. E., 2009. Multimedia Learning: Prinsip-prinsip dan Aplikasi, Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Miarso, Yusufhadi. dkk. 1986. “Media Pendidikan Teknologi Komunikasi

Pendidikan. Jakarta: Rajawali.

Mujiadi. (2003). Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press.

Mursid. 2013. Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Medan. Unimed Press.

Pramono, Andi. 2006. Persentasi Multimedi dengan Macromedia Flash. Yogyakarta.

Andi.

Purnomo, Catur Hadi. 2008. Panduan Belajar Otodidak Microsoft Powerpoint 2007.

Jakarta: Media Kita.

Sanjaya. Wina. 2009. Kurikulum dan Pembelaran Teori dan Praktek Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kecana.

Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka

Cipta.

Smaldino E., Sharon, Russell James. D, Heinich Robert and Molenda Michael. 2005.

Instructional Technology and Media for Learning (8ed). New Jersey: Merrill

Prentice Hall.

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung. Tarsito.

Tjokro, Sutanto L. 2009. Presentai yangMencekam. Jakarta: Elex Media


(39)

121 Warsita, B. 2008. Teknologi Pembelajaran, Landasan dan aplikasinya. Jakarta:

Rineka Cipta.

Widada. (2010). Mudah Membuat Media Pembelajaran Multimedia Interaktif Untuk

Guru & Profesional. Yogyakarta : Pustaka Widyatama

Wena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatf kontemporer-suatu tinjauan konseptual Operational. Jakarta: PT. Bumi Aksara.


(1)

pada kelompok subyek yang berbeda karakteristiknya, akan memberikan hasil belajar yang berbeda pula.

Berdasarkan simpulan terdapat interaksi antara multimedia pembelajaran dan efikasi diri (self efficacy) siswa terhadap hasil belajar Bahasa Indonesia. Perolehan hasil belajar siswa yang mempunyai efikasi diri (self efficacy) tinggi, menunjukkan hasil belajarnya lebih tinggi dari pada siswa yang mempunyai efikasi diri (self efficacy) rendah, walau diajar dengan multimedia pembelajaran yang bervariasi. Karena baik diajar dengan multimedia interaktif macromedia flash maupun multimedia interaktif power point, kelompok ini tetap mempunyai hasil belajar yang lebih tinggi dari kelompok yang mempunyai efikasi diri (self efficacy) rendah. Sebaliknya bagi siswa yang mempunyai efikasi diri (self efficacy) rendah, hasil belajar yang diperoleh lebih baik bila diajar dengan multimedia pembelajaran interaktif power point. Walaupun demikian, agar pemerolehan hasil belajar lebih efektif, penggunaan multimedia pembelajaran dan efikasi diri (self efficacy), perlu diperhatikan hal-hal berikut ini:

1. Untuk menjadi guru profesional diupayakan memiliki kompetensi dalam pemanfaatan teknologi dan multimedia pembelajaran untuk memudahkan atau mengefektifkan kegiatan pembelajaran.

2. Guru harus memperhatikan karakteristik dari mata pelajaran yang akan diajarkan agar dalam mendesain dan pemilihan media belajarnya tepat. Karakteristik mata pelajaran yang dimaksud adalah kemampuan apa yang akan dicapai oleh mata pelajaran yang diajarkan, apakah ranah kognitif, psikomotor atau adaptif/sikap. Dengan mengetahui karakteristik mata pelajaran maka guru dapat memilih media pembelajaran yang sesuai


(2)

sehingga proses pembelajaran berjalan dengan baik, aktif, efiktif, efisien dan ada interaksi.

3. Selain memperhatikan karakteristik mata pelajaran, guru juga harus memperhatikan karakteristik siswa sebagai faktor internal siswa dalam mengolah belajarnya. Karakteristik siswa dapat diukur dengan instrumen tes tergantung karaktersitik mana yang ingin diukur. Dengan mengetahui karakteristik yang dimiliki siswa maka pemilihan media, metode dan strtegi belajar akan lebih tepat sehingga pencapaian hasil belajar dapat optimal. 4. Guru dapat melakukan penilaian terhadap multimedia pembelajaran yang

digunakan selama ini, dan apabila ternyata tidak efektif, dapat melakukan revisi, atau meninggalkannya dan selanjutnya mengembangkan sendiri multimedia dan selanjutnya mengembangkan sendiri multimedia pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dengan memperhatikan kondisi sekolah, siswa dan sistem pendukung lainnya.

5. Diadakannya pelatihan bagi guru dalam peningkatan kemampuan kemampuan dalam merancang multimedia pembelajaran.

6. Tes hasil belajar yang disusun untuk mengukur ranah kognitif dan observasi untuk mengukur ranah psikomotorik.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, simpulan, dan keterbatasan penelitian, maka dikemukakan saran-saran sebagai berikut:

1. Oleh karena hasil belajar siswa yang diajar multimedia pembelajaran interaktif macromedia flash lebih tinggi dari hasil belajar siswa yang diajar dengan multimedia pembelajaran interaktif power point, maka disarankan ke


(3)

depan guru bahasa Indonesia SMP Negeri 3 Tanjung Morawa untuk menggunakan multimedia pembelajaran interaktif macromedia flash dalam pembelajaran Mata Pelajaran Bahasa Indonesia.

2. Guru mata pelajaran bahasa Indonesia SMP Negeri 3 Tanjung Morawa, ke depan perlu memperhatikan efikasi diri (self efficacy) siswa yang merupakan aspek kognitif memberikan pengaruh yang besar terhadap hasil belajar siswa. 3. Oleh multimedia pembelajaran interaktif macromedia flash memberikan hasil belajar yang lebih tinggi untuk siswa yang memiliki efikasi diri (self efficacy) tinggi dalam meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia, maka disarankan khususnya pada para guru mata pelajaran bahasa Indonesia SMP Negeri 3 Tanjung Morawa untuk menggunakan multimedia pembelajaran interaktif macromedia flash dalam membelajarkan Bahasa Indonesia untuk siswa yang memiliki efikasi diri (self efficacy) tinggi.

4. Untuk siswa yang memiliki efikasi diri (self efficacy) rendah multimedia pembelajaran interaktif power point memberikan hasil belajar mata pelajaran bahasa Indonesia yang lebih tinggi, maka disarankan guru Mata Pelajaran bahasa Indonesia SMP Negeri 3 Tanjung Morawa untuk menerapkan multimedia pembelajaran interaktif power point dalam membelajarkan siswa yang memiliki efikasi diri (self efficacy) rendah.

5. Karakteristik siswa yang dijadikan variabel moderator dalam penelitian ini adalah hanya efikasi diri (self efficacy). Disarankan untuk penelitian lanjut, melibatkan karakteristik siswa yang lain guna melengkapi kajian penelitian ini, seperti kecerdasan kinestetik, bakat, tingkat kreativitas, dan lain sebagainya.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, dkk. 2010. Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen (Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom). Yogyakarta: Pustaka.

Antari, Dkk. 2013. Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Whole Language Berbantuan

Multimedia Interaktif Terhadap Hasil Belajar Bi Siswa Kelas Iii Sd Gugus V Dr.Soetomo. Univesitas Pendidikan Ganesha Singaraja: Jurnal.

Arief S, Sadiman, dkk. (2003). Media pendidikan, pengertian, pengembangan, dan pemanfaatannya. Jakarta : CV. Rajawali Pers

Arikunto, Suharsimi, 2009. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta.

Arvianto, Ilham Rais. 2011. Penggunaan Multimedia Pembelajaran Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa Dengan Pendekatan Instruksional Concrete Representational Abstract (CRA). UMS: Jurnal .

Astuti, Dwi. 2006. Teknik Membuat Animasi Profesional Menggunakan Macromedia Flash 8. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Bandura. Albert (1986). Self efficacy (Efikasi Diri).

(http://treepjkr.multiply.com/reviews/item/22 diakses tanggal 26 Agustus. 2014). Binanto, I. 2010. Multimedia Digital: Dasar Teori Pengembangan. Yogyakarta:

Penerbit Andi.

Budiningsih, C.A.2005. Belajar dan pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Brown, Douglas. 2007. Teaching by principles: An Interactive Approach to Language Pedagogy, 3rd edition. New York: Pearson Education.

Depdiknas. 2006. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Hidayat, Dede. 2011. Psikologi Kepribadian dalam konseling. Jakarta:Indeks

http://www.tempo.co/read/kolom/2013/05/30/731/Nilai-Ujian-Nasional-Bahasa-Indonesia. diakses 25 Agustus 2014.

Hulopi, Amir. 2013. Pengaruh Penggunaan Multimedia Pembelajaran Interaktif terhadap Kemampuan Penalaran Matematika Siswa. UNG. Jurnal.


(5)

Istiono, Wirawan. 2008. Education Game with Flash 8.0. Jakarta: Elex Media. Keraf, Gorys. 2004. Komposisi. Jakarta: Nusa Indah.

Hamid. 2009. Teori Belajar dan Pembelajaran. Medan.

Maman. 2013.

http://mamanpermatahati.blogspot.com/2013/06/media-pembelajaran-berbasis-power-point.html. diakses 28 Agustus 2014.

Mayer, R. E., 2009. Multimedia Learning: Prinsip-prinsip dan Aplikasi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Miarso, Yusufhadi. dkk. 1986. “Media Pendidikan Teknologi Komunikasi

Pendidikan. Jakarta: Rajawali.

Mujiadi. (2003). Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Mursid. 2013. Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Medan. Unimed Press.

Pramono, Andi. 2006. Persentasi Multimedi dengan Macromedia Flash. Yogyakarta.

Andi.

Purnomo, Catur Hadi. 2008. Panduan Belajar Otodidak Microsoft Powerpoint 2007.

Jakarta: Media Kita.

Sanjaya. Wina. 2009. Kurikulum dan Pembelaran Teori dan Praktek Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kecana.

Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Smaldino E., Sharon, Russell James. D, Heinich Robert and Molenda Michael. 2005. Instructional Technology and Media for Learning (8ed). New Jersey: Merrill Prentice Hall.

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung. Tarsito.

Tjokro, Sutanto L. 2009. Presentai yangMencekam. Jakarta: Elex Media


(6)

Warsita, B. 2008. Teknologi Pembelajaran, Landasan dan aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Widada. (2010). Mudah Membuat Media Pembelajaran Multimedia Interaktif Untuk

Guru & Profesional. Yogyakarta : Pustaka Widyatama

Wena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatf kontemporer-suatu tinjauan konseptual Operational. Jakarta: PT. Bumi Aksara.