Kontrol Pemerintah Pasca Liberalisasi/Privatisasi Sektor Telekomunikasi.
cou nta
Telekomunikasi untuk lndonesia Sejahtera:
Dalam Rangka 100 Tahun
Kebangkitan Bangsa
[ditor: Agus Pambagio & Eva Kristina
5"
Diselenggarakan bersama oleh
Bale 9 dan PH&H Public Policy lnterest Group
dalam rangkaian diskusi Telekomunikasi
iakarta,30 Mei 2009
PHH
@@Eil
DAFTAR
ISI
.rerekomunikasr untuk
ffil;;
[:{[[T}#tl-
Ranol*1
Banssa
?.lffi,,n[*in
':1:..:l;l.,i'
ill"
IgJ
Mira Tayyiba
Industri Telekr:nunikasi
DaLam Rangka pembangunan rrlasionar
Atip Latifullhayat, SH, LL, M, phd,
Kontrol Pemerintah Pasca L'iberatisasi
Telekomuni kasi
/
Frivatisasi Sektor
Wahyu Wijayadi
Llpdate : Telekornunikasi Indonesia
Dr. Basuki Yusuf Iskandar
Perlunya Memperkuat Peraturan Dalam Mendukung Kebangkitan
Industri
ICT
Rekaman Dialog dan Tanya Jawab
Pemberitaan Media Massa Kegiatan Diskusi
Telekomunikasi Untuk Indonesia Sejahtera
Daftar Hadir Peserta Kegiatan Diskusi :
"Telekomunikasi Untuk Indonesia Sejahtera"
Moderator: Hinca IP Pandjaitan, SH., MH.,
ACCS
ffireffimffff"ffi-ffi,ffi
-
Telekomunikasi untuk Indonesia Se.lahtera:
Dalam Rangka lOOTahun Kebangkita-n Bangsa
.
Kontrol Pemerintah Pasca Liberalisasi/
Privatisasi Sektor Telekom uni kasi
Atip tatiful[.kayat, sl"l, t-1" M, phd
U
*iversitas Padjajaran
- Bandung
-,'= tradisional, telekomunikasi
'='-oakan sektor yang senantiasa
"=-lapatkan perlakuan khusus dari
|-
-
=.2.a, Dapat pula dikatakan bahwa
'=
=.r.cmunikasi merupakan sektor
j
selalu dikuasai oleh negara
:.^ tunduk pada rejim monopoli
:=.lerintah. Sistem ini memberikan
:: .rang kepada pemerintah untuk
::rceran secara tripartil (the tripartite
.
:^
: , yaitu berperan sekaligus sebagai
::mi ik (owner), penyelenggara
:cerator) dan juga pengatur
--
,:gulator) dalam penyelenggaraan
:elekomunikasi. Dengan perkataan
aln, rejim telekomunikasi tradisional
acialah rejim etatist, yang membatasi
cahkan melarang sama sekali adanya
cartisipasi sektor swasta. Pemerintah
nelakukan kontrol secara langsung
ewat konsep kepemilikan negara
dengan membentuk Badan Usaha
\'1ilik Negara (BUMN). Sistem ini
dlanut oleh sebagian besar negara
di dunia, kecuali Amerika, sebagian
negara-negara di Amerika Selatan,
negara-negara di kawasan Karibia
dan Philipina di Asia Tenggara.
Namun, konsep kepemilikan negara
ini terbukti kurang
sukses dalam
menyediakan jasa telekomunikasi
yang berkualitas. Di negara
berkembang keadaannya lebih buruk
lagi yang ditandai dengan tingginya
daftar tunggu, kualitas layanan yang
buruk, dan rendahnya akses terhadap
inovasi teknologi telekomunikasi.
Sejak akhir tahun 1980-an, terjadi
gerakan pembalikan
kebijakan
yang cukup radikal (a radical policy
reversal) dimana pemerintah secara
progresif mengurangi kepemilikan
dan keterlibatan mereka dalam
sektor telekomunikasi dan sekaligus
membuka partisipasi sektor swasta.
Kemajuan teknologi telekomunikasi,
inefisiensi BtJMN, dan perubahan
struktur pasar telekomunikasi
merupakan tiga faktor penting
ini. Berbagai negara
termasuk lndonesia mereformasi
sektor telekomunikasi dengan
dibalik gerakan
melakukan liberalisasi dan privatisasi
sektor ini. Liberalisasi dan privatisasi
menandai satu pergeseran dramatis
r
penyelenggaraan ;ielekomunikasi
'rq]ari dominasi institusi pemerintah
kB{ominasi pasar. Tfijuan utamanya
adala"h..- Untukr::::r,i,, meniadakan
monopoli dan mendorong adanya
kompetisi dengan cara mengijinkan
keterlibatan pihak swasta. Salah
satu implikasi pentingnya adalah
pemerintah kehilangan kesempatan
untuk melakukan kontrol (politik)
secara langsung terhadap sektor
i
perbedii
Pendekatan histgiis1;t.menu kmn.
bahwa konsgp.'fenguaSaan.'negara,
melupakan suatu terrninotogi hut
Telekomunikasi untuk lndonesia Sejahtera:
Dalam Rangka 100 Tahun
Kebangkitan Bangsa
[ditor: Agus Pambagio & Eva Kristina
5"
Diselenggarakan bersama oleh
Bale 9 dan PH&H Public Policy lnterest Group
dalam rangkaian diskusi Telekomunikasi
iakarta,30 Mei 2009
PHH
@@Eil
DAFTAR
ISI
.rerekomunikasr untuk
ffil;;
[:{[[T}#tl-
Ranol*1
Banssa
?.lffi,,n[*in
':1:..:l;l.,i'
ill"
IgJ
Mira Tayyiba
Industri Telekr:nunikasi
DaLam Rangka pembangunan rrlasionar
Atip Latifullhayat, SH, LL, M, phd,
Kontrol Pemerintah Pasca L'iberatisasi
Telekomuni kasi
/
Frivatisasi Sektor
Wahyu Wijayadi
Llpdate : Telekornunikasi Indonesia
Dr. Basuki Yusuf Iskandar
Perlunya Memperkuat Peraturan Dalam Mendukung Kebangkitan
Industri
ICT
Rekaman Dialog dan Tanya Jawab
Pemberitaan Media Massa Kegiatan Diskusi
Telekomunikasi Untuk Indonesia Sejahtera
Daftar Hadir Peserta Kegiatan Diskusi :
"Telekomunikasi Untuk Indonesia Sejahtera"
Moderator: Hinca IP Pandjaitan, SH., MH.,
ACCS
ffireffimffff"ffi-ffi,ffi
-
Telekomunikasi untuk Indonesia Se.lahtera:
Dalam Rangka lOOTahun Kebangkita-n Bangsa
.
Kontrol Pemerintah Pasca Liberalisasi/
Privatisasi Sektor Telekom uni kasi
Atip tatiful[.kayat, sl"l, t-1" M, phd
U
*iversitas Padjajaran
- Bandung
-,'= tradisional, telekomunikasi
'='-oakan sektor yang senantiasa
"=-lapatkan perlakuan khusus dari
|-
-
=.2.a, Dapat pula dikatakan bahwa
'=
=.r.cmunikasi merupakan sektor
j
selalu dikuasai oleh negara
:.^ tunduk pada rejim monopoli
:=.lerintah. Sistem ini memberikan
:: .rang kepada pemerintah untuk
::rceran secara tripartil (the tripartite
.
:^
: , yaitu berperan sekaligus sebagai
::mi ik (owner), penyelenggara
:cerator) dan juga pengatur
--
,:gulator) dalam penyelenggaraan
:elekomunikasi. Dengan perkataan
aln, rejim telekomunikasi tradisional
acialah rejim etatist, yang membatasi
cahkan melarang sama sekali adanya
cartisipasi sektor swasta. Pemerintah
nelakukan kontrol secara langsung
ewat konsep kepemilikan negara
dengan membentuk Badan Usaha
\'1ilik Negara (BUMN). Sistem ini
dlanut oleh sebagian besar negara
di dunia, kecuali Amerika, sebagian
negara-negara di Amerika Selatan,
negara-negara di kawasan Karibia
dan Philipina di Asia Tenggara.
Namun, konsep kepemilikan negara
ini terbukti kurang
sukses dalam
menyediakan jasa telekomunikasi
yang berkualitas. Di negara
berkembang keadaannya lebih buruk
lagi yang ditandai dengan tingginya
daftar tunggu, kualitas layanan yang
buruk, dan rendahnya akses terhadap
inovasi teknologi telekomunikasi.
Sejak akhir tahun 1980-an, terjadi
gerakan pembalikan
kebijakan
yang cukup radikal (a radical policy
reversal) dimana pemerintah secara
progresif mengurangi kepemilikan
dan keterlibatan mereka dalam
sektor telekomunikasi dan sekaligus
membuka partisipasi sektor swasta.
Kemajuan teknologi telekomunikasi,
inefisiensi BtJMN, dan perubahan
struktur pasar telekomunikasi
merupakan tiga faktor penting
ini. Berbagai negara
termasuk lndonesia mereformasi
sektor telekomunikasi dengan
dibalik gerakan
melakukan liberalisasi dan privatisasi
sektor ini. Liberalisasi dan privatisasi
menandai satu pergeseran dramatis
r
penyelenggaraan ;ielekomunikasi
'rq]ari dominasi institusi pemerintah
kB{ominasi pasar. Tfijuan utamanya
adala"h..- Untukr::::r,i,, meniadakan
monopoli dan mendorong adanya
kompetisi dengan cara mengijinkan
keterlibatan pihak swasta. Salah
satu implikasi pentingnya adalah
pemerintah kehilangan kesempatan
untuk melakukan kontrol (politik)
secara langsung terhadap sektor
i
perbedii
Pendekatan histgiis1;t.menu kmn.
bahwa konsgp.'fenguaSaan.'negara,
melupakan suatu terrninotogi hut