Analisi Alokasi Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Publik Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Medan

(1)

SKRIPSI

ANALISIS ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH PADA SEKTOR PUBLIK TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KOTA MEDAN

OLEH

ROSE LINARTI SIHOMBING 080501110

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ABSTRAK

ANALISIS ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH PADA SEKTOR PUBLIK TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KOTA MEDAN

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sejauh mana pengaruh pengeluaran pemerintah pada sektor publik yang terdiri dari: pendidikan, kesehatan, dan transportasi terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Medan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pengeluaran pemerintah atas pendidikan, kesehatan dan transportasi terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Medan periode 1993-2010 dan diestimasikan dengan Regresi Linear Berganda metode Ordinary Least Square (OLS), memakai

Eviews 5.1.

Pengeluaran pemerintah atas pendidikan, kesehatan dan transportasi merupakan suatu investasi terhadap pertumbuhan ekonomi. Ketika pemerintah mengeluarkan anggaran pembangunan atau belanja negara untuk ketiga sektor tersebut, maka dampak kebijakan tersebut, akan dapat dilihat di masa yang akan datang . Investasi pemerintah dalam pendidikan, kesehatan dan transportasi akan menyebabkan peningkatan kualitas modal manusia dan prasarana fisik, hal ini yang akan memacu investasi ekonomi. Investasi ekonomi selanjutnya akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, karena banyaknya modal yang tersedia untuk pembangunan.

Hasil estimasi penelitian menunjukkan Pengeluaran Sektor Transportasi dan Pendidikan secara bersama berpengaruh nyata terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kota Medan. Secara parsial Pengeluaran Sektor Transportasi terbesar pengaruhnya terhadap Pertumbuhan Ekonomi, dibandingkan pengeluaran lainnya

Kata Kunci : Pertumbuhan Ekonomi, Pengeluaran Pemerintah, Pendidikan, Kesehatan, dan Transportasi.


(3)

ABSTRACT

ANALYSIS OF GOVERNMENT EXPENDITURE ON ALLOCATION OF PUBLIC SECTOR ECONOMIC GROWTH IN MEDAN

Formulation of the problem in this study is how the effect of government’s expenditure on public sector consists of: education, health, and transportation to economic growth in Medan. The purpose of this study is to investigate and analyze the effect of government’s expenditure on education, health and transportation to economic growth in Medan at the period 1993-2010 and was estimated by Multiple Linear Regression with Ordinary Least Square method (OLS), using Eviews 5.1 to estimate the data

G

.

overnment’s expenditure on education, health and transportation is an investment on economic growth. When the government issued a development budget or expenditure for the three sectors, the impact of the policy, will be seen in the future. Government investment on education, health and transportation will lead to improved quality of human capital and physical infrastructure, this is an investment that will spur the economy. Further economic investment will affect economic growth, because of capital available

The estimation result showed that government’s expenditure on education, healthy, transportation jointly significantly impact on economic growth in Medan. P

for development

artially government’s expenditure on transportation had the strongest impact on economic growth in Medan, compared to other expenditure.

Keywords : Economic Growth, Government Expenditure, Education, Healthy, and Transportation.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas kasih karunia dan berkat-Nya kepada penulis dalam menjalani masa perkuliahan hingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Alokasi Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Publik Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kota Medan“. Tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana ekonomi Departemen Ekonomi Pembangunan pada Universitas Sumatera Utara.

Selama menempuh perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini, penulis sudah sangat banyak memperoleh motivasi, saran, bantuan, bimbingan, serta doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan apresiasi dan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada:

1. Keluarga terkasih, terutama kedua orangtua saya, Bapak Drs. M. Sihombing dan Ibu H br. Silalahi, yang telah memberikan motivasi baik moril maupun materil, serta mendoakan penulis selama masa perkuliahan hingga menyelesaikan penulisan skripsi ini. Serta kepada abang penulis yaitu Riwanto Sihombing dan adik penulis Riani Masnapita Sihombing.

2. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec., selaku Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Bapak Drs.


(5)

Syahrir Hakim Nasution, M.Si., selaku Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D., Selaku Ketua Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si., selaku Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

5. Bapak Kasyful Mahally, SE, M.Si., selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak membantu dan mengarahkan dalam penyempurnaan skripsi mulai dari awal pengerjaan sampai dengan selesainya skripsi ini.

6. Ibu Dr. Murni Daulay, M.Si., selaku Dosen Pembaca Penilai yang telah memberikan saran dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.

7. Seluruh Dosen dan Staff Pegawai Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah mendukung dengan baik kepada penulis selama perkuliahan. 8. Teman – teman mahasiswa Ekonomi Pembangunan 2008 yang telah banyak

memberikan dukungan moril kepada penulis untuk penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak yang menjadikan skripsi ini lebih baik lagi. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Juni 2012 Penulis


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Pertumbuhan Ekonomi ... 10

2.1.1 Faktor Penentu Pertumbuhan Ekonomi ... 12

2.1.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi ... 13

2.2 Peran Pemerintah dalam Perekonomian ... 16

2.3 Teori Pengeluaran Pemerintah... 20

2.3.1 Teori Mikro Pengeluaran Pemerintah ... 23

2.3.2 Teori Makro Pengeluaran Pemerintah ... 23

2.4 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara ... 26

2.5 Barang Publik ... 30

2.5.1 Sektor Pendidikan ... 32

2.5.2 Sektor Kesehatan ... 36

2.5.3 Sektor Transportasi ... 38

2.6 Penelitian Terdahulu ... 42

2.7 Kerangka Konseptual ... 43

2.8 Hipotesis Penelitian ... 44

BAB III METODE PENELITIAN ... 45

3.1 Ruang Lingkup Penelitian ... 45

3.2 Jenis dan Sumber Data ... 45

3.3 Metode pengumpulan data ... 46

3.4 Metode Analisis Data ... 46

3.4.1 Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian) ... 48

3.4.2 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik... 50

3.5 Defenisi Operasional ... 51

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 53

4.1 Gambaran Umum Kota Medan ... 53


(7)

4.1.3 Laju Pertumbuhan Ekonomi ... 55

4.1.4 Pengeluaran Pemerintah ... 56

4.2 Hasil Estimasi Penelitian ... 62

4.2.1 Interpretasi Model ... 62

4.2.2 Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian) ... 64

4.2.3 Uji Asumsi Klasik ... 66

4.2.4 Analisis Data Primer... 69

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 72

5.1 Kesimpulan ... 72

5.2 Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 74


(8)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan ADH Konstan 2000

(2005-2010) ……….……….. 3

1.2 Pengeluaran Pemerintah Kota Medan Tahun 2006-2010 ……. 6 2.1 Struktur APBN ………..………….………... 29 4.1 Perkembangan Jumlah Penduduk dan PDRB Kota Medan

(2005-2010) ..………...………... 54 4.2 Perkembangan Perumbuhan Ekonomi Kota Medan Tahun

1993-2010 ……….………...………... 56 4.3 Perkembangan Pengeluaran Pemerintah Sektor Pendidikan

Kota Medan Tahun 1993-2010 ...………... 57 4.4 Perkembangan Pengeluaran Pemerintah Sektor Kesehatan

Kota Medan Tahun 1993-2010 ...……….. 59 4.5 Fasilitas Kesehatan Pemerintah di Kota Medan ………..…….. 60 4.6 Perkembangan Pengeluaran Pemerintah Sektor Transportasi

Kota Medan Tahun 1993-2010 ...…………... 61

4.7 Hasil Regresi ………. 62

4.8 Hasil Estimasi Uji R2 (Hasil Regresi Antar Variabel Bebas) … 67 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Umur ………. 69 4.10 Distribusi Jawaban Responden ……….. 70


(9)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Konseptual ……….. 44 4.1 Uji F-Statistik ……….. 66


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

1 Data Variabel Pertumbuhan Ekonomi, Pengeluaran Pemerintah pada Sektor

Pendidikan, Kesehatan, Transportasi …... 76 2 Hasil Regresi Linear Berganda …………... 77 3 Daftar Pertanyaan Kuesioner Penelitian …. 78 4 Daftar Distribusi Jawaban Responden …… 80


(11)

ABSTRAK

ANALISIS ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH PADA SEKTOR PUBLIK TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KOTA MEDAN

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sejauh mana pengaruh pengeluaran pemerintah pada sektor publik yang terdiri dari: pendidikan, kesehatan, dan transportasi terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Medan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pengeluaran pemerintah atas pendidikan, kesehatan dan transportasi terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Medan periode 1993-2010 dan diestimasikan dengan Regresi Linear Berganda metode Ordinary Least Square (OLS), memakai

Eviews 5.1.

Pengeluaran pemerintah atas pendidikan, kesehatan dan transportasi merupakan suatu investasi terhadap pertumbuhan ekonomi. Ketika pemerintah mengeluarkan anggaran pembangunan atau belanja negara untuk ketiga sektor tersebut, maka dampak kebijakan tersebut, akan dapat dilihat di masa yang akan datang . Investasi pemerintah dalam pendidikan, kesehatan dan transportasi akan menyebabkan peningkatan kualitas modal manusia dan prasarana fisik, hal ini yang akan memacu investasi ekonomi. Investasi ekonomi selanjutnya akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, karena banyaknya modal yang tersedia untuk pembangunan.

Hasil estimasi penelitian menunjukkan Pengeluaran Sektor Transportasi dan Pendidikan secara bersama berpengaruh nyata terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kota Medan. Secara parsial Pengeluaran Sektor Transportasi terbesar pengaruhnya terhadap Pertumbuhan Ekonomi, dibandingkan pengeluaran lainnya

Kata Kunci : Pertumbuhan Ekonomi, Pengeluaran Pemerintah, Pendidikan, Kesehatan, dan Transportasi.


(12)

ABSTRACT

ANALYSIS OF GOVERNMENT EXPENDITURE ON ALLOCATION OF PUBLIC SECTOR ECONOMIC GROWTH IN MEDAN

Formulation of the problem in this study is how the effect of government’s expenditure on public sector consists of: education, health, and transportation to economic growth in Medan. The purpose of this study is to investigate and analyze the effect of government’s expenditure on education, health and transportation to economic growth in Medan at the period 1993-2010 and was estimated by Multiple Linear Regression with Ordinary Least Square method (OLS), using Eviews 5.1 to estimate the data

G

.

overnment’s expenditure on education, health and transportation is an investment on economic growth. When the government issued a development budget or expenditure for the three sectors, the impact of the policy, will be seen in the future. Government investment on education, health and transportation will lead to improved quality of human capital and physical infrastructure, this is an investment that will spur the economy. Further economic investment will affect economic growth, because of capital available

The estimation result showed that government’s expenditure on education, healthy, transportation jointly significantly impact on economic growth in Medan. P

for development

artially government’s expenditure on transportation had the strongest impact on economic growth in Medan, compared to other expenditure.

Keywords : Economic Growth, Government Expenditure, Education, Healthy, and Transportation.


(13)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang dilakukan pemerintah berkaitan dengan penerimaan (pendapatan) dan pengeluaran (belanja) uang oleh pemerintah yang dapat mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi. Kebijakan yang ditetapkan pemerintah akan bergantung dari keadaan, apakah dalam keadaan inflasi, deflasi, atau keadaan normal. Realisasi dari kebijakan fiskal ini adalah kebijaksanaan anggaran. Instrumen fiskal yang digunakan pemerintah dalam mempengaruhi kegiatan ekonomi adalah (1) pajak sebagai pendapatan pemerintah yang dapat digunakan sebagai sumber bagi belanja pemerintah, (2) belanja (pengeluaran) pemerintah yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi; dalam pengeluaran terdapat juga transfer, seperti tunjangan sosial yang merupakan bantuan penghasilan, (3) regulasi atau pengaturan dan pengendalian yang merupakan pengarahan bagi masyarakat dalam aktivitas ekonomi (Samuelson dan Nordhaus,1994:388).

Dalam menjalankan berbagai kegiatannya, pemerintah memerlukan anggaran. Anggaran adalah alat perencanaan mengenai pengeluaran dan pendapatan di masa yang akan datang dalam periode tertentu dan sebagai alat kontrol atau pengawasan terhadap pengeluaran maupun pendapatan di masa yang akan datang. Sebagai alat kontrol atau pengawasan, anggaran (budget) mempunyai tiga fungsi utama yaitu fungsi pemenuhan kebutuhan masyarakat


(14)

(publik), fungsi perbaikan distribusi pendapatan, dan fungsi stabilisasi perekonomian. Pemerintah daerah wajib untuk menyediakan barang dan jasa yang dampaknya bersifat terbatas pada penduduk di suatu wilayah tertentu, seperti penerangan jalan, penyediaan lampu lalu lintas, prasarana jalan raya dan sebagainya melalui anggaran (Suparmoko,2002).

Pengeluaran pemerintah sebagai kebijakan yang dilakukan untuk mensejahterakan masyarakat dan menuju pertumbuhan ekonomi. Salah satu tolak ukur dari ukuran pertumbuhan ekonomi adalah pendapatan nasional. Pendapatan nasional dapat menunjukkan seberapa besar aktivitas perekonomian berlangsung secara keseluruhan. Konsep pendapatan nasional adalah ukuran yang sering dipakai sebagai indikator pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi adalah sebuah proses, bukan merupakan suatu gambaran ekonomi pada suatu periode tertentu, ada perkembangan atau perubahan dan penggunaan waktu, (Boediono,1999).

Kota Medan sebagai ibu kota provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu kota metropolitan di Indonesia yang memiliki laju pertumbuhan ekonomi yang cukup stabil dan relatif tinggi. Ini karena Kota Medan mempunyai hubungan yang kuat dengan wilayah sekelilingnya yang dapat mendorong perekonomian di Kota Medan itu sendiri dan merupakan lokasi yang potensial untuk menjadi pusat kegiatan ekonomi khususnya di Sumatera Utara. Perkembangan Kota Medan sebagai pusat kegiatan ekonomi Sumatera Utara memberi daya tarik pada masyarakat yang telah membawa pengaruh tingginya arus tenaga kerja baik dari dalam kota maupun luar kota Medan untuk berpindah ke Kota Medan yang


(15)

menyebabkan jumlah penduduk relatif besar juga. Berikut adalah laju pertumbuhan ekonomi Kota Medan selama 2005-2010 atas dasar harga konstan 2000:

Tabel 1.1

Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan ADH Konstan 2000 (2005-2010) Tahun Laju Pertumbuhan Ekonomi (%)

2005 6,98

2006 7,76

2007 7,78

2008 6,75

2009 6,56

2010 7,43

Sumber: BPS Kota Medan

Menurut Samuelson dan Nordhaus (1994), ada empat unsur pembangunan sebagai sumber pertumbuhan ekonomi yaitu: (1) sumber daya manusia (tenaga kerja, pendidikan, disiplin, dan lain-lain), (2) sumber daya alam (tanah, mineral, bahan bakar, dan lain-lain), (3) pembentukan modal (mesin, pabrik, jalan raya, dan lain-lain), dan (4) tingkat teknologi (pengetahuan, manajemen, kewiraswastaan, dan lain-lain). Melalui pengeluaran pemerintah di berbagai bidang pembangunan sarana dan prasarana pendorong perekonomian dapat berperan penting dalam pertumbuhan ekonomi. Pemerintah akan melakukan pengeluaran belanja pembangunan sebagai langkah untuk menjalankan pemerintahan. Belanja pembangunan merupakan pengeluaran pemerintah untuk memenuhi kebutuhan pembangunan negara. Tujuan pembangunan salah satunya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan masyarakat dasspat diwujudkan dengan pemenuhan kebutuhan dasar seperti pendidikan, kesehatan dan transportasi. Pemenuhan kebutuhan dasar akan meningkatkan kualitas sumber


(16)

daya manusia. Sumber daya yang berkualitas akan mampu memberikan kontribusi dalam kemajuan teknologi yang lebih canggih sehingga dapat meningkatkan efisiensi produksi.

Pembangunan ekonomi daerah merupakan bagian penting dari pembangunan nasional dengan tujuan akhir untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, maka pertumbuhan ekonomi salah satu target penting yang perlu dicapai. Selain membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas, untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi juga mengharuskan ketersediaan sarana dan prasarana yang baik yang dapat dimanfaatkan semua masyarakat. Produktivitas pengeluaran pemerintah harus dialokasikan kepada pengeluaran-pengeluaran yang bersifat produktif dan investasi agar dapat mendorong pertumbuhan ekonomi, (Alfirman Luki,2006).

Pemerintah akan menggunakan APBD untuk mengelola keuangan ekonomi di daerah. Banyak pertimbangan yang mendasari pengambilan keputusan pemerintah dalam mengatur pengeluarannya. Kebijakan fiskal melalui pengeluaran pemerintah akan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi. Laju pertumbuhan ekonomi di setiap wilayah menjadi salah satu target penting yang perlu dicapai dalam proses pembangunan. Proses pembangunan akan dapat dilihat dari berbagai sektor, termasuk diantaranya sektor publik. Pembangunan yang mengabaikan tantangan akibat buruknya kondisi pembangunan sektor transportasi, pendidikan ataupun kesehatan secara langsung berdampak terhadap pembangunan ekonomi daerah, dan juga hubungan koneksi yang buruk antar


(17)

komunitas dan daerah. Hal tersebut akan sangat memperburuk kualitas daerah

APBN merupakan instrumen untuk mengatur pengeluaran dan pendapatan negara dalam rangka membiayai pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan pembangunan, mencapai pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan nasional, mencapai stabilitas perekonomian, dan menentukan arah serta prioritas pembangunan secara umum (Sonny Sumarsono,2010). Anggaran yang dialokasikan pemerintah pada APBN/APBD secara langsung maupun tidak langsung yang dipergunakan untuk membiayai kegiatan-kegiatan pelayanan publik maupun membeli barang-barang publik serta membangun fasilitas sarana dan prasarana bagi kepentingan publik adalah sebagai belanja publik. Peran pemerintah dalam penyelenggaraan perekonomian negara sebagai adanya kebutuhan masyarakat terhadap barang-barang publik yang tidak dapat disediakan pihak swasta. Maka barang publik yang disediakan pemerintah tidak dapat diproduksi dan dijual kepada masyarakat untuk mencari keuntungan (laba) seperti barang swasta, (Sinaga,2009).

Pengembangan sumber daya manusia dapat dilakukan dengan perbaikan kualitas modal manusia. Modal manusia dapat mengacu pada pendidikan dan kesehatan. Pendidikan merupakan tujuan pembangunan yang mendasar di suatu wilayah dan hal pokok untuk mencapai kehidupan yang layak. Pendidikan memiliki peran yang penting dalam membentuk kemampuan sebuah negara berkembang untuk menyerap teknologi modern dan untuk mengembangkan kapasitas agar tercipta pertumbuhan serta pembangunan yang berkelanjutan


(18)

(Todaro,2006). Perbaikan kualitas modal manusia tergantung pada tersedianya infrastruktur untuk menunjang investasi pada sumber daya manusia. Infrastruktur pada pendidikan, kesehatan dan transportasi merupakan barang publik yang dapat disediakan pemerintah dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat. Ketersediaan kualitas pendidikan dan standar kesehatan yang layak akan membuat kualitas hidup masyarakat menjadi lebih baik karena dengan pendidikan akan meningkatkan produktifitas sumber daya manusia. Dan jaringan transportasi yang terintegrasi dengan baik akan melancarkan distribusi kegiatan ekonomi dan secara jangka panjang dapat menjadi media pemerataan pembangunan.

Kota Medan yang termasuk sebagai salah satu kota terbesar dan berpenduduk terbanyak di Indonesia memiliki jumlah anggaran pendapatan dan pengeluaran pemerintah yang besar, baik pengeluaran rutin maupun pengeluaran pembangunannya. Berdasarkan data BPS Kota Medan, dalam APBD Kota Medan anggaran pengeluaran pemerintah adalah meningkat dari tahun ke tahun. Berikut adalah tabel perkembangan pengeluaran pemerintah Kota Medan :

Tabel 1.2

Pengeluaran Pemerintah Kota Medan Tahun 2006-2010 Tahun Pengeluaran Pemerintah (Milyar Rp)

2006 1322.42

2007 1392.70

2008 1477.95

2009 1886.59

2010 2235.19

Sumber : BPS Kota Medan

Peranan pengeluaran pemerintah dalam mengalokasikan sumberdaya (peranan fiskal) dapat diarahkan untuk menghasilkan barang dan jasa guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tidak semua barang dan jasa dapat disediakan oleh


(19)

sektor swasta. Menurut Guritno (2001), penyediaan barang publik adalah seberapa banyak pemerintah harus menyediakan barang publik dan berapa jumlah dana yang harus disediakan untuk penyediaan barang publik itu.

Menurut Freddy Wangke (2001) dalam usaha meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah, tidak mungkin sepenuhnya perekonomian diserahkan pada mekanisme pasar, akan tetapi diperlukan adanya peranan pemerintah untuk mengatur perekonomian suatu daerah otonomi. Salah satu caranya dengan melakukan desentralisasi fiskal. Kebijakan desentralisasi fiskal diharapkan mampu meningkatkan efisiensi perekonomian daerah. Efisiensi ekonomi dimaksudkan sebagai peningkatan nilai dalam ukuran uang dari pengeluaran pemerintah yang diterima oleh pembayaran pajak, sedangkan nilai outputnya bertambah besar dari pemanfaatan sumber daya tersebut.

Dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan tentang hubungan antara alokasi pengeluaran pemerintah dengan pertumbuhan ekonomi dapat dilihat sering tidak konsisten, bisa positif ataupun negatif. Hasil dan bukti sering berbeda pada negara maupun daerah. Sifat dari dampak pengeluaran pemerintah akan tergantung dengan kondisi daerah tersebut. Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk menganalisis pengaruh alokasi anggaran pengeluaran pemerintah pada sektor publik khususnya pendidikan, kesehatan dan transportasi yang terdapat pada APBN/APBD terhadap pertumbuhan ekonomi. Penulis menjadikan Kota Medan sebagai lokasi penelitian skripsi ini. Oleh karena itu, penulis melakukan penelitian skripsi ini yang diberi judul “Analisis Alokasi


(20)

Pengeluaran Pemerintah pada Sektor Publik Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kota Medan”.

1.2. Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengaruh pengeluaran pemerintah pada sektor pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Medan?

2. Bagaimana pengaruh pengeluaran pemerintah pada sektor transportasi terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Medan?

3. Bagaimana pengaruh pengeluaran pemerintah pada sektor kesehatan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Medan?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang diharapkan dari penulisan skripsi ini adalah :

1. Untuk menganalisis pengaruh pengeluaran pemerintah atas pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Medan.

2. Untuk menganalisis pengaruh pengeluaran pemerintah atas transportasi terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Medan.

3. Untuk menganalisis pengaruh pengeluaran pemerintah atas kesehatan terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Medan.

1.4 Manfaat penelitian

Hasil penelitian tentang pengaruh alokasi anggaran pengeluaran pemerintah pada sektor pendidikan, kesehatan dan infrastruktur transportasi Kota Medan diharapkan mempunyai manfaat:


(21)

1. Sebagai tambahan literatur terhadap penelitian yang sudah ada sebelumnya.

2. Sebagai bahan studi atau tambahan referensi bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian menyangkut topik yang sama selanjutnya. 3. Sebagai bahan masukan yang bermanfaat dalam membuat kebijakan bagi

pemerintah atau instansi-instansi yang terkait.

4. Hasil penelitian dapat digunakan untuk melihat pengaruh anggaran pengeluaran pemerintah pada sektor pendidikan, kesehatan dan infrastruktur khususnya transportasi terhadap upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi di Kota Medan.


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Ekonomi

Pembangunan ekonomi memiliki pengertian berbeda dengan pertumbuhan ekonomi. Pembangunan ekonomi memiliki arti yang lebih luas baik dari segi struktur output, input, perubahan dalam teknik produksi, sikap dan perilaku sosial serta kerangka kelembagaan menuju kepada keadaan dan taraf hidup yang secara menyeluruh lebih baik. Pembangunan ekonomi sebagai serangkaian usaha dalam perekonomian untuk mengembangkan kegiatan ekonominya sehingga infrastruktur lebih banyak tersedia, taraf pendidikan semakin tinggi, teknologi semakin canggih dan perusahaan semakin banyak dan berkembang, maka tidak mudah untuk mengukur sampai dimana taraf pembangunan ekonomi yang dicapai suatu negara. Pertumbuhan ekonomi hanya merupakan salah satu aspek dari pembangunan ekonomi dimana pertumbuhan ekonomi menggambarkan perkembangan suatu perekonomian dalam satu periode tertentu dibandingkan tahun sebelumnya. Tetapi pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator yang penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara. Pola pembangunan yang hanya mengejar pertumbuhan ekonomi sudah seharurnya tidak dipakai lagi, karena kini pembangunan berorientasi pada pola pembangunan yang mementingkan pembangunan berkelanjutan, (Mulyadi,2006).

Menurut Schumpeter (dalam Boediono,1999), perkembangan ekonomi atau development adalah kenaikan output yang disebabkan oleh inovasi yang


(23)

menyangkut perbaikan kualitatif. Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai perkembangan kegiatan dalam perekonomian sehingga output barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah yang disebabkan oleh semakin banyaknya jumlah faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi masyarakat tanpa ada perubahan cara-cara produksi itu sendiri atau terjadi peningkatan Produk National Bruto atau Produk Domestik Bruto. Produk Domestik Bruto (PDB) adalah nilai barang dan jasa yang dihasilkan dalam suatu negara pada suatu tahun tertentu dengan menggunakan faktor-faktor produksi baik milik warga negara maupun milik penduduk negara lain yang berada di negara tersebut. PDB dapat dinilai menurut harga pasar atau harga yang berlaku dan harga tetap atau harga konstan.

2.1.1 Faktor Penentu Pertumbuhan Ekonomi

Dalam teori economic growth, sumber-sumber pertumbuhan ekonomi (sources of growth) berasal dari kemampuan negara dalam mengembangkan potensi sumberdayanya. Makin besar kuantitas dan makin tinggi kualitas sumber daya tersebut, maka makin besar pula potensi suatu negara untuk meningkatkan pertumbuhan ekonominya. Kekayaan alam akan sangat membantu perekonomian suatu negara, tetapi harus didukung kualitas penduduk untuk mengekplorasi kekayaan alam tersebut. Beberapa faktor yang menentukan terwujudnya pertumbuhan ekonomi adalah (Sadono Sukirno,2006):

a. tanah dan kekayaan alam lainnya (natural resources)

Kekayaan alam akan dapat mempermudah usaha mengembangkan perekonomian suatu negara, terutama pada masa permulaan dari proses


(24)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini dilakukan adalah di Kota Medan dengan mengamati dan menganalisis alokasi anggaran pengeluaran pemerintah pada APBD khususnya untuk sektor pendidikan, kesehatan dan transportasi terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Medan.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian skripsi ini adalah: 3.2.1 Data Sekunder

Data sekunder dalam bentuk data berkala atau time series yang bersifat kuantitatif yaitu data yang berbentuk angka-angka yaitu data anggaran pengeluaran pemerintah untuk pendidikan, kesehatan, transportasi dan pertumbuhan ekonomi Kota Medan. Sedangkan sumber data diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) serta bahan kepustakaan berupa bahan bacaan yang berhubungan dengan penelitian.

3.2.2 Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung melalui pengisian kuesioner terhadap para pengguna fasilitas barang publik (sekolah, rumah sakit/puskesmas, transportasi) yang dijadikan sampel sebagai tambahan data dalam penelitian skripsi ini untuk mengetahui respon dari masyarakat pengguna mengenai fasilitas barang publik yang dihubungkan dengan anggaran yang sudah dialokasikan pemerintah pada sektor publik tersebut. Jumlah sampel yang diambil


(25)

pertumbuhan ekonomi. Apabila negara tersebut mempunyai kekayaan alam yang dapat diusahakan menguntungkan, hambatan dalam ekonomi (kekurangan modal, tenaga ahli dan terbatasnya pasar) akan dapat diatasi dan pertumbuhan ekonomi dapat dipercepat sehingga dapat menarik investor dari negara maju untuk mengusahakan kekayaan alam tersebut.

b. jumlah dan mutu dari penduduk dan tenaga kerja

Penduduk yang bertambah dari waktu ke waktu dapat menjadi pendorong maupun penghambat kepada perkembangan ekonomi. Penduduk yang bertambah akan memperbesar julah tenaga kerja, dan penambahan tersebut memungkinkan negara menambah produksi. Pertambahan penduduk dapat mendorong pertumbuhan ekonomi bersumber dari akibat pertambahan luas pasar dari barang-barang yang dihasilkan sektor produksi. Akan tetapi pertambahan penduduk dapat berakibat buruk terhadap pertumbuhan ekonomi jika jumlah penduduk tidak seimbang dengan faktor-faktor produksi lain yang tersedia. Yang berarti pertambahan penggunaan tenaga kerja tidak menimbulkan pertambahan dalam produksi nasional sehingga kemakmuran masyarakat akan merosot.

c. barang-barang modal dan tingkat teknologi

Barang-barang modal dan teknologi yang semakin modern memegang peran penting dalam mewujudkan kemajuan ekonomi. Kemajuan teknologi menimbulkan beberapa efek positif dalam pertumbuhan ekonomi agar lebih pesat, yaitu:


(26)

(i) kemajuan teknologi dapat mempertinggi keefisienan memproduksi sesuatu barang yang dapat menurunkan biaya produksi dan meninggikan jumlah produksi

(ii) kemajuan teknologi menimbulkan penemuan barang-barang baru yang belum pernah diproduksikan sebelumnya.

(iii) kemajuan teknologi dapat meninggikan mutu barang-barang yang diproduksi tanpa meningkatkan harganya.

d. sistem sosial dan sikap masyarakat

Sistem sosial dapat menjadi penghambat dalam pembangunan. Adat istiadat tradisional dapat menghambat masyarakat untuk menggunakan cara memproduksi yang modern dan produktivitas yang tinggi. Apabila dalam masyarakat terdapat beberapa keadaan dalam sistem sosial dan sikap masyarakat yang menghambat pertumbuhan ekonomi maka pemerintah harus berusaha menghapuskan hambatan tersebut, seperti menghapuskan kekuasaan tuan tanah atau perubahan yang ditujukan agar masyarakat bersedia bekerja lebih keras untuk mendapatkan pendapatan dan keuntungan yang lebih banyak. Salah satu langkah penting yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan ini adalah dengan memperluas fasilitas pendidikan dan meningkatkan taraf pendidikan nasional. 2.1.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi

Ada beberapa teori mengenai pertumbuhan ekonomi yang diungkapkan oleh beberapa ahli ekonomi di dunia, diantaranya adalah (Sadono Sukirno,2010):


(27)

Adam Smith (1729-1790) menganggap bahwa manusia sebagai faktor utama produksi yang menetukan kemakmuran bangsa. Karena alam tidak ada artinya kalau tidak ada sumber daya manusia yang mengolahnya sehingga bermanfaat. Alokasi sumber daya manusia yang efektif adalah pemula pertumbuhan ekonomi.setelah ekonomi tumbuh, akumulasi modal baru mulai dibutuhkan untuk menjaga agar ekonomi tumbuh. Berarti alokasi sumber daya manusia yang efektif merupakan syarat perlu (necessary condition) bagi perumbuhan ekonomi. Penduduk yang bertambah akan memperluas pasar dan perluasan pasar akan meninggikan spesialisasi yang terjadi dalam perekonomian yang meninggikan tingkat produktivitas tenaga kerja dan mendorong perkembangan teknologi dan mengadakan inovasi (pembaruan).

b. Harrod-Domar

Menurut teori ini keadaan bagaimana yang harus ada dalam perekonomian untuk menjamin agar dapat memproduksi yang selalu bertambah sebagai akibat dari penanaman modal pada waktu sebelumnya agar sepenuhnya digunakan, agar pertumbuhan mantap atau steady growth. Investasi tidak hanya menciptakan permintaan tetapi juga memperbesar kapasitas produksi. Kapasitas produksi yang membesar akan membutuhkan permintaan yang lebih besar pula agar produksi tidak menurun. Jika kapasitas yang membesar tidak diikuti dengan permintaan yang besar pula, surplus akan muncul dan disusul penurunan jumlah produksi.

c. Teori Schumpeter

Teori Schumpeter menunjukkan bahwa sumber kemajuan ekonomi adalah daya kreasi manusia pelaku-pelakunya, dan bukan sekedar akumulasi kapital atau


(28)

pertumbuhan penduduk. Kreativitas manusia sebagai faktor sentral dalam proses kemajuan ekonomi. Schumpeter tidak terlalu menekankan pada aspek pertumbuhan penduduk maupun aspek keterbatasan sumber daya alam dalam proses pertumbuhan ekonomi.

d. Teori Pertumbuhan Dua Sektor- Arthur Lewis

Model Lewis dikenal dengan nama “model pertumbuhan dengan suplai tenaga kerja yang tak terbatas”. Pokok permasalahan dalam teori ini adalah bagaimana proses pertumbuhan terjadi dalam perekonomian dua sektor:

1) Sektor tradisional, dengan produktivitas rendah dan sumber tenaga kerja yang melimpah.

2) Sektor modern, dengan produktivitas tinggi dan sebagai sumber akumulasi kapital.

Dalam teori ini proses pertumbuhan ekonomi terjadi apabila tenaga kerja bisa dipertemukan dengan kapital (modal). Di banyak negara berkembang terdapat tenaga kerja yang berlebih akan tetapi sebaliknya menghadapi masalah kekurangan modal dan keluasan tanah yang belum digunakan terbatas. Bahwa penawaran tenaga kerja tidak terbatas dan akan dihadapi masalah tenaga kerja terampil dan terdidik tetapi dalam jangka panjang ini dapat diatasi dengan memperluas pendidikan. Maka hambatan pembangunan yang utama adalah kekurangan modal dan kekayaan alam yang terbatas.

e. Teori Rostow

Menurut Rostow proses pembangunan ekonomi dapat dibedakan dalam lima tahap pertumbuhan ekonomi, yaitu: masyarakat tradisional (the traditional


(29)

society), prasyarat untuk lepas landas (the preconditions for take-off), lepas landas (the take-off), menuju kedewasaan (the drive to maturity), dan masa konsumsi tinggi (the age of high massconsumption). Pada tahap awal perkembangan ekonomi, persentase investasi pemerintah terhadap total investasi besar sebab pada tahap ini pemerintah harus menyediakan prasarana, seperti misalnya pendidikan, kesehatan, prasarana transportasi dan sebagainya. Pada tahap menengah pembangunan ekonomi, investasi pemerintah tetap diperlukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi agar dapat tinggal landas, namun pada tahap ini peranan investasi swasta sudah semakin membesar. Peranan pemerintah tetap besar pada tahap menengah, karena peranan swasta yang semakin besar ini banyak menimbulkan kegagalan pasar, dan juga menyebabkan pemerintah harus menyediakan barang dan jasa publik dalam jumlah yang lebih banyak dan kualitas yang lebih baik.

2.2 Peran Pemerintah dalam Perekonomian

Fungsi pemerintah dalam melakukan campur tangan dalam perekonomian adalah untuk mengatasi masalah resesi dan pengangguran. Bahwa pemerintah harus berusaha menciptakan tingkat kesempatan kerja penuh tanpa menimbulkan inflasi. Alat kebijakan yang dapat dipakai pemerintah untuk mengatasi masalah tersebut melalui kebijkan fiskal dan moneter. Dengan kebijakan tersebut pemerintah harus menyesuaikan tingkat pengeluarannya sehingga keseluruhan pengeluaran dalam perekonomian akan mencapai atau mendekati tingkat pendapatan nasional pada tingkat kesempatan kerja penuh dan mempengaruhi


(30)

tingkat pengeluaran masyarakat agar sesuai atau pada tingkat menjamin terciptanya tingkat kesempatan kerja penuh, (Sadono Sukirno,2010).

Peranan pemerintah sangat penting, mengingat adanya beberapa hal yaitu (Ibnu Syamsi,1994:41):

1. perekonomian akan berjalan baik dan terasa adil bagi semua pihak, apabila pemerintah dengan menggunakan kekuasaan legalnya dapat melindungi kepentingan pihak bersangkutan;

2. berdasarkan peraturan yang dibuatnya, pemerintah akan menjamin mekanisme pasar berjalan baik secara seimbang;

3. pemerintah perlu campur tangan menyelesaikan masalah-masalah ekstern yang timbul dan akan menyebabkan kegagalan pasar;

4. pemerintah dibutuhkan untuk menjamin tetap terbukanya kesempatan kerja dan harga barang tetap stabil;

5. peranan pemerintah untuk mewujudkan suatu sistem pasar yang mampu menciptakan pembagian pendapatan yang adil dan sejahtera yang selalu meningkat.

Pemerintah memiliki peran dalam kehidupan bernegara yang dapat diklasifikasikan menjadi empat macam kelompok peran, yaitu (Musgrave dan Musgrave,1991) :

1) Peran alokasi, yaitu peran pemerintah dalam mengalokasikan sumber daya ekonomi yang ada agar pemanfaatannya bisa optimal dan mendukung efisiensi produksi. Kegagalan pasar (market failure) dan eksternalitas membuat pemerintah harus turut campur dalam perekonomian.


(31)

Pemerintah harus merencanakan peraturan dan mengatur penggunaan sumber daya ekonomi yang ada agar teralokasi secara efisien. Peran alokasi ini tidak cukup sekedar melibatkan pemerintah selaku pelindung masyarakat, tapi juga menuntut pengeluaran biaya. Keterlibatan peran dan pengeluaran pemerintah biasanya cukup besar di negara sedang berkembang termasuk Indonesia, karena pemerintah bertindak sebagai pengendali pembangunan. Pemerintah yang mengalokasikan sebagian anggarannya dari APBN/APBD harus disalurkan untuk melayani kebutuhan publik, mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya, dan meningkatkan efisiensi dan efektifitas perekonomian.

2) Peran distribusi, yaitu peran pemerintah dalam mendistribusikan sumber daya, kesempatan dan hasil-hasil ekonomi secara adil dan wajar. Pemilikan sumber daya dan kesempatan ekonomi sering kali tidak adil, baik antar wilayah negara yang bersangkutan maupun antara sektor-sektor ekonomi. Kesenjangan pemilikan sumber daya dan kesempatan ekonomi akan cenderung mengkonsentrasikan kekuatan dan kekuasaaan ekonomi di tangan segelintir pihak tertentu. Kaldor dan Hicks (dalam Sinaga,2009) “suatu tindakan (kebijakan) dikatakan bermanfaat (baik) apabila kelompok masyarakat yang memperoleh manfaat dari tindakan (kebijakan) tersebut dapat member kompensasi terhadap kelompok masyarakat yang mengalami kerugian sehingga posisi kelompok masyarakat yang dirugikan tersebut tetap sama seperti semula sedangkan kelompok yang diuntungkan mengalami peningkatan kesejahteraan


(32)

sebelum adanya tindakan kebijakan tersebut”. Peran distribusi pemerintah dapat ditempuh baik melalui penerimaan maupun pengeluarannya. Di sisi penerimaan, pemerintah mengenakan pajak dan memungut sumber pendapatan lainnya untuk didistribusikan lagi kepada masyarakat secara adil dan proporsional. Dan pemerintah membelanjakan pengeluarannya secara adil dan proporsional sesuai kebutuhan.

3) Peran stabilisasi, yaitu peran pemerintah dalam memelihara stabilitas perekonomian dan memulihkannya jika berada dalam keadaaan disequlibrium (tidak seimbang). Peran ini bertolak dari kenyataan sering tidak berdayanya pihak swasta mengatasi sejumlah masalah ekonomi yang timbul. Tanpa adanya campur tangan pemerintah, jika ada gejolak dalam sistem pasar akan cenderung menimbulkan pengangguran tenaga kerja yang akan mengganggu stabilitas ekonomi, misalnya peran pemerintah dalam menentukan upah minimum pekerja agar pengusaha mematuhi peraturan tersebut sehingga gejolak sosial akibat demonstasi pekerja yang dapat mengganggu stabilitas ekonomi dapat dihindari. Dalam konteks APBN/APBD peran stabilisasi bahwa anggaran pemerintah menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian.

4) Peran stimulasi yaitu kegiatan pemerintah dalam menciptakan stimulan (pemicu) untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi agar standar hidup penduduk secara mayoritas mampu mencapai tingkat kehidupan yang


(33)

layak sehingga terwujud tingkat kesejahteraan ekonomi yang lebih baik yang dilhat dari perbaikan indikator makro ekonomi dan indikator makro kesejahteraan sosial.

Adapun fungsi pemerintah dalam pembangunan sebagai berikut (Ibnu Syamsi,1994:39) :

1) stabilisator pembangunan di bidang politik, ekonomi, dan sosial budaya.

2) inovator pembangunan, yang meliputi inovasi administasi negara, inovasi konsepsional, dan inovasi sistem.

3) motivator pembangunan yaitu pemerintah harus mampu mendorong pembangunan, baik yang berupa dorongan materiil maupun dorongan non materiil.

4) dinamisator pembangunan bahwa pemerintah harus mampu mengendalikan pembangunan agar tetap berjalan lancer sesuai dengan target dan rencananya.

5) modernisasi pembangunan bahwa pemerintah mengubah sistem kegiatan yang lebih maju. Misalnya dari lahan pertanian yang tradisional menjadi modern.

2.3 Teori Pengeluaran Pemerintah

Keterlibatan pemerintah dalam penyelenggaraan negara berupa campur tangan pemerintah yang meliputi kegiatan di sektor ekonomi dan diluar sektor ekonomi tentunya membutuhkan sejumlah anggaran dana yang harus dikeluarkan dari kas negara untuk dipakai menanggulangi biaya pelaksanaan kegiatan tersebut,


(34)

misalnya untuk membiayai penyediaan barang-barang publik, mengalokasikan barang-barang produksi maupun konsumsi, memperbaiki distribusi pendapatan, memelihara stabilitas nasional serta mempercepat pertumbuhan ekonomi.

Pengeluaran pemerintah ada yang ditujukan untuk menyediakan barang publik yang tidak dapat disediakan pihak swasta dan sebagai akibat adanya kegagalan pasar. Keseimbangan antara peran atau kekuasaan pemerintah dan swasta mempengaruhi efisiensi pengeluaran negara. Semakin berperan sektor pemerintah dalam perekonomian maka akan semakin kecil peranan swasta. Peran sektor pemerintah yang terlalu besar terlihat dari campur tangan pemerintah yang terlalu besar dalam menjalankan fungsi-fungsi ekonomi dalam perekonomian suatu negara. Akibat peran swasta yang semakin kecil maka kreatifitas sektor swasta dalam perekonomian menjadi semakin minim. Sedangkan porsi peran sektor pemerintah yang terlalu kecil akan menyebabkan terlalu sedikit pula tanggung jawab terhadap penyediaan barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat (Sinaga,2009).

Pengeluaran uang negara sangat baragam, namun secara garis besar dapat dibagi ke dalam (Ibnu Syamsi,1994:81) :

1. pengeluaran yang merupakan investasi yang menambah kekuatan dan ketahanan ekonomi di masa mendatang.

2. pengeluaran yang langsung memberikan kesejahteraan dan kemakuran masyarakat.

3. pengeluaran yang merupakan penghematan terhadap pengeluaran masa depan.


(35)

4. pengeluaran untuk menyediakan kesempatan kerja yang lebih luas. Berdasarkan sifatnya maka pengeluaran negara digolongkan menjadi (Suparmoko,1996:48).

1. pengeluaran negara yang bersifat self liquidating (yang mampu memberi keuntungan), yakni pengeluaran negara yang berupa pemberian jasa kepada masyarakat, sehingga nantinya akan mendapat pembayaran kembali dari masyarakat dari barang atau jasa yang diberikan BUMN kepada masyarakat.

2. pengeluaran negara yang bersifat reproduktif, yaitu yang berakibat masyarakat dapat melakukan usaha dan meningkatkan penghasilannya. Di lain pihak pemerintah akan menerima pendapatan dari retribusi dan pajak dari masyarakat.

3. pengeluaran uang negara tidak produktif, misalnya pengeluaran untuk membuat monumen yang tidak menghasilkan pemasukan kembali atau pengeluaran untuk membiayai peperangan dan lain-lain.

4. pengeluaran untuk penghematan masa mendatang.

Pengeluaran pemerintah merupakan suatu jenis kebijakan yang dapat dilakukan pemerintah sebagai salah satu langkah untuk mensejahterakan masyarakat dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Pengeluaran pemerintah terhadap sektor pendidikan, merupakan bagian dari pengeluaran pemerintah yang memacu kesejahteraan masyarakat dan akhirnya mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Pengeluaran pemerintah memiliki hubungan yang kuat dengan pertumbuhan ekonomi, terutama pada jenis pengeluaran pemerintah yang


(36)

berhubungan dengan pencapaian kesejahteraan masyarakat, termasuk pada alokasi pengeluaran pemerintah untuk pendidikan, kesehatan, ataupun infrastrutur transportasi.

2.3.1 Teori Mikro Pengeluaran Pemerintah

Guritno (2001:177) secara mikroekonomi teori perkembangan pemerintah bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor mengenai barang publik. Faktor-faktor permintaan akan barang publik dengan penawaran untuk barang publik akan menentukan jumlah barang publik yang akan disediakan melalui anggaran belanja. Pengeluaran pemerintah untuk barang publik kemudian akan mendorong pengeluaran untuk barang lain. Perkembangan pengeluaran pemerintah dipengaruhi faktor-faktor:

1. Perubahan permintaan akan barang publik

2. Perubahan dari aktifitas pemerintah dalam menghasilkan barang publik 3. Perubahan dari kombinasi faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi

3. Perubahan kualitas barang publik 4. Perubahan harga faktor-faktor produksi 2.3.2 Teori Makro Pengeluaran Pemerintah

Teori makroekonomi mengenai pengeluaran pemerintah terdiri atas tiga golongan, yaitu (Guritno,2001:169-176):

a. Model Pembangunan tentang Pengeluaran Pemerintah

Model pembangunan tentang pengeluaran pemerintah yang dikembangkan oleh Rostow dan Musgrave didasari oleh pengamatan terhadap pembangunan


(37)

ekonomi yang dialami banyak negara. Model ini menghubungkan antara perkembangan pengeluaran pemerintah dengan tahap pembangunan ekonomi, yaitu tahap awal, tahap menengah, dan tahap lanjut pembangunan ekonomi.

Pada tahap awal pembangunan ekonomi persentase pengeluaran pemerintah terhadap investasi besar karena pemerintah harus menyediakan prasarana kebutuhan publik. Pada tahap menengah pembangunan ekonomi, pengeluaran pemerintah dalam bentuk investasi masih tetap diperlukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan menyediakan barang dan jasa publik dalam dan kualitas yang lebih banyak dan lebih baik, sedangkan investasi swata akan semakin besar. Menurut Musgrave bahwa dalam proses pembangunan, persentase investasi swasta terhadap GNP (Gross National Product) akan semakin besar dan sebaliknya persentase investasi pemerintah terhadap GNP akan semakin kecil. Pada tahap lanjut pembangunan ekonomi kegiatan pemerintah beralih beralih dari penyediaan prasarana ke pengeluaran-pengeluaran untuk kegiatan sosial, misalnya program kesejahteraan hari tua, program pelayanan masyarakat, dan lain-lain.

b. Hukum Wagner

Menurut hukum Wagner mengatakan bahwa dalam perekonomian jika pendapatan perkapita meningkat maka pengeluaran pemerintah akan meningkat pula. Terjadinya pertumbuhan ekonomi yang semakin besar menyebabkan semakin kompleksnya hubungan antar industri dan hubungan industri dengan masyarakat. Akibatnya peran pemerintah akan semakin besar. Hukum Wagner tidak didasarkan pada suatu teori mengenai pemilihan barang-barang publik.


(38)

Wagner mendasarkan pandangannya dengan suatu teori yang disebut organis mengenai pemerintah (organic theory of the state) yang menganggap pemerintah sebagai individu yang bebas bertindak, terlepas dari anggota masyarakat lainnya. Hukum Wagner adalah sebagai berikut:

PkPP : Pengeluaran pemerintah per kapita

PPK : Pendapatan perkapita, yaitu GDP / Jumlah Penduduk 1,2, n : jangka waktu (tahun)

c. Teori Peacock dan Wiseman

Peacock dan Wiseman (dalam Guritno,2001:173), bahwa pemerintah lebih cenderung menaikkan pajak untuk membiayai anggarannya. Di sisi lain masyarakat memiliki keengganan untuk membayar pajak, terlebih lagi jika pajak terus dinaikkan. Mempertimbangkan teori pemungutan suara dimana masyarakat memiliki batas toleransi pembayaran pajak. Perkembangan ekonomi menyebabkan pemungutan pajak yang semakin meningkat. Oleh karena itu, dalam keadaan normal meningkatnya GNP akan menyebabkan penerimaan pemerintah yang semakin besar, begitu juga dengan pengeluaran pemerintah menjadi semakin besar. Akibat adanya keadaan tertentu yang mengharuskan pemerintah untuk memperbesar pengeluarannya, maka pemerintah memanfaatkan pajak sebagai alternatif untuk peningkatan penerimaan negara. Jika tarif pajak dinaikkan maka pengeluaran investasi dan konsumsi masyarakat menjadi berkurang. Keadaan ini disebut efek pengalihan (displacement effect) yaitu adanya suatu gangguan sosial


(39)

yang menyebabkan aktivitas dana investasi swasta menjadi berkurang karena dialihkan pada aktivitas pemerintah.

2.4 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

Definisi mengenai penganggaran (budgeting) dan anggaran (budget). Penganggaran adalah suatu perencanaan mengenai bermacam-macam kegiatan terpadu yang dinyatakan dalam satuan uang jangka waktu tertentu. Anggaran adalah hasil dari perencanaan yang berupa daftar mengenai bermacam-macam kegiatan terpadu, baik menyangkut penerimaannya maupun pengeluarannya yang dinyatakan dalam satuan uang dalam jangka waktu tertentu (Ibnu Syamsi,1994).

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara merupakan suatu alat pemerintah untuk mensejahterakan rakyat dan sebagai alat pengelolaan perekonomiaan negara. Menurut Pasal 23 Ayat (1) UUD RI 1945, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara ditetapkan tiap-tiap tahun dengan undang-undang. Sejak tahun1967 Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) di Indonesia disusun dan diberlakukan mulai tanggal 1 April sampai dengan tanggal 31 Maret tahun berikutnya. Namun pada tahun 2000 tahun anggaran akan dimulai pada tanggal 1 Aprildan berakhir tanggal 31 Desember. Dan tahun-tahun berikutnya tahun anggaran dimulai pada tanggal 1 Januari dan berakhir pada tanggal 31 Desember. Apabila DPR tidak menyetujui anggaran diusulkan pemerintah maka pemerintah menjalankan anggaran tahun yang lalu.

Dalam rangka meningkatkan kualitas belanja pemerintah agar dapat berfungsi sebagai instrumen fiskal yang efektif dalam peningkatan kesejahteraan rakyat, pemerintah akan membuat langkah-langkah strategis, yaitu (1)


(40)

mengutamakan alokasi belanja pemerintah untuk kegiatan-kegiatan pembangunan infrastruktur yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi (Pro Growth), menciptakan kesempatan kerja (Pro Job), mengentaskan kemiskinan (Pro Poor), dan pembangunan ekonomi berkelanjutan yang ramah lingkungan (Pro Environment); (2) mengurangi pendanaan bagi kegiatan-kegiatan yang bersifat konsumtif; (3) merancang ulang kebijakan subsidi: mengubah sistem subsidi dari subsidi harga menjadi subsidi yang tepat sasaran (targeted subsidy, serta menata ulang sistem penyaluran subsidi yang lebih baik; (4) mempercepat implementasi sistem penganggaran berbasis kinerja, dan kerangka pengeluaran jangka menengah; (5) memperluas pelaksanaan reformasi birokrasi,

APBN mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, dan stabilisasi. Semua penerimaan yang menjadi hak dan pengeluaran yang menjadi kewajiban negara dalam satu tahun anggaran harus dimasukkan dalam APBN. Surplus penerimaan pemerintah dapat digunakan untuk membiayai pengeluaran pada tahun anggaran berikutnya (Sonny Sumarsono,2010:79).

Fungsi otorisasi berarti anggaran negara menjadi dasar dalam melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan, maka pembelanjaan atau pendapatan dapat dipertanggungjawabkan pada

Fungsi perencanaan, berarti bahwa anggaran negara dapat menjadi pedoman bagi negara untuk merencanakan kegiatan pada tahun tersebut. Bila pembelanjaan telah direncanakan sebelumnya, maka negara dapat


(41)

membuat rencana-rencana untuk medukung pembelanjaan tersebut. Misalnya, telah direncanakan dan dianggarkan akan membangun proyek pembangunan jalan dengan nilai tertentu. Maka pemerintah dapat mengambil tindakan untuk mempersiapkan proyek tersebut agar bisa berjalan dengan lancar.

Fungsi pengawasan, berarti anggaran negara menjadi pedoman untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

Fungsi alokasi, berarti bahwa anggaran negara harus diarahkan untuk mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya serta meningkatkan efesiensi dan efektivitas perekonomian.

Fungsi distribusi, berarti kebijakan anggaran negara harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.

Fungsi stabilisasi, berarti bahwa anggaran pemerintah menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian.

Dalam APBD defisit anggaran dibatasi maksimal 3 persen dari Produk Regional Bruto Daerah. Jumlah pinjaman dibatasi maksimal 60 persen dari Produk Regional Bruto Daerah. Sedangkan penggunaan surplus anggaran harus mempertimbangkan prinsip pertanggungjawaban antar generasi, sehingga penggunaannya diutamakan untuk pengurangan utang, pembentukan cadangan, dan peningkatan jaminan sosial. Sebelum diberlakukannya UU No. 17 Tahun 2003, anggaran belanja pemerintah dikelompokkan atas anggaran belanja rutin


(42)

dan anggaran belanja pembangunan. Pengeluaran rutin biasanya lebih banyak untuk konsumsi seperti gaji pegawai sedang pembangunan lebih cenderung untuk investasi. Struktur APBN dapat dilihat dibawah ini:

Tabel 2.1 Struktur APBN

APBN

Pendapatan Negara Belanja Negara Pembiayaan • Pajak • Belanja Pemerintah

Pusat

• Pembiayaan Dalam Negeri

• Non Pajak • Belanja Pemerintah Daerah

• Pembiayaan Luar Negeri

• Hibah • Tambahan

Pembayaran Utang Sumber

APBN/APBD terdiri dari anggaran rutin dan pembangunan yaitu pendapatan/pengeluaran rutin dan pendapatan /pengeluaran pembangunan. Komponen yang terdapat adalah sebagai berikut:

- pendapatan rutin: sisa anggaran tahun lalu, kontribusi-kontribusi (subsidi, ganjaran, PBB), pendapatan asli daerah (retribusi, pendapatan deviden, pendapatan dari lembaga/dinas pemerintah, pendapatan lain-lain).

- pengeluaran/belanja rutin: pembayaran gaji pensiun, mesin dan peralatan, perbaikan dan pemeliharaan, perjalanan dinas dan transportasi, belanja dinas, pngeluaran lain-lain.

- pendapatan pembangunan: sisa anggran tahun lalu, kontribusi (subsidi dan ganjaran), PAD, pinjaman daerah.

- pengeluaran/belanja pembangunan


(43)

perdagangan, ketenagakerjaan dan pemukiman, pembangunan daerah dan regional.

 sektor sosial: agama, pendidikan generasi muda dan kebudayaan nasional, kesehatan rakyat dan pemukiman, hukum keamanan dan pertahanan masyarakat, penerangan dan perhubungan, ilmu pengetahuan, teknologi dan penelitian, lembaga pmerintah, pengembangan dunia usaha, sumber alam dan lingkungan hidup.  pembayaran kembali pinjaman tabungan: melalui kelebihan

pendapatan yang dimanfaatkan untuk pembiayaan pembangunan. 2.5 Barang Publik

Barang publik yang disediakan oleh pemerintah merupakan barang milik pemerintah yang dibiayai melalui anggaran belanja negara tanpa melihat siapa yang melaksanakan pekerjaannya. Misalnya jalan raya negara pembiayaannya melalui anggaran negara dan jalan tersebut dapat dikerjakan oleh swasta atau oleh pemerintah sendiri. Dalam hal barang swasta, barang-barang seperti jasa penerbangan dapat dihasilkan oleh perusahaan swasta tetapi dapat juga dihasilkan oleh perusahaan negara (Guritno,2001). Dalam ilmu ekonomi, penyediaan barang publik dilakukan oleh pemerintah karena tidak ada produsen yang menjual barang publik. Disisi lain jika penyediaan barang publik diserahkan melalui mekanisme pasar akan terjadi kegagalan pasar dikarenakan tidak adanya penawaran untuk menyediakan barang publik. Penyediaan barang publik berasal dari pajak yang disetorkan oleh masyarakat dan perusahaan kepada pemerintah. Tidak mungkin mencegah seseorang untuk tidak mengonsumsi barang publik. Udara dapat


(44)

dimasukkan sebagai barang publik karena secara umum tidak mungkin mencegah seseorang untuk menghirupnya. Barang publik demikian itu sering disebut sebagai barang publik murni. Barang publik adalah barang yang penyediaannya dilakukan oleh pemerintah untuk digunakan bersama oleh masyarakat. Barang publik memiliki dua sifat yaitu (Due Friedlaender,1984:25):

1. tidak ada persaingan dalam mengkonsumsinya (non rival)

Satu orang dapat meningkatkan kepuasannya dari barang ini tanpa mengurangi kepuasan orang lain. Dalam menggunakan barang publik, tidak ada persaingan untuk mengkonsumsinya. Artinya barang tersebut dapat dipergunakan secara bebas tanpa mengurangi kepuasan dalam mengkonsumsinya.

2. tidak dikecualikan (non exclusive)

Tidak ada cara yang mungkin untuk mengecualikan siapapun agar tidak dapat memanfaatkan barang publik yang murni. Dalam menggunakan barang publik tidak perlu mengeluarkan biaya. Contohnya jalan raya, dalam menggunakan jalan raya, tidak perlu membayar untuk menggunakan jalan raya karena tidak ada biaya yang dikenakan. Berbeda dengan jalan tol. Jalan tol termasuk semi barang publik, yaitu untuk menggunakan jalan tol tidak memerlukan persaingan namun untuk menggunakannya harus membayar tarif tol. Itu menandakan bahwa jalan tol sebagai barang semi barang publik.

Manfaat dari barang publik mencakup efek konsumsi eksternal yang tak dapat dipilih menurut tiap orang. Sebaliknya, kalau suatu barang dapat dipecah-pecah dan dijual terpisah secara bersaing kepada masing-masing orang tanpa menimbulkan efek eksternal bagi yang lain, maka barang tersebut termasuk


(45)

barang swasta. Barang publik umumnya memerlukan tindakan kolektif bagi pengadaannya sedangkan barang swasta bisa disediakan oleh pasar secara efisien (Samuelson dan Nordhaus,1994).

2.5.1 Sektor Pendidikan

Pendidikan merupakan hak asasi setiap warga negara Indonesia, untuk itu setiap warga negara Indonesia berhak memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan minat dan bakat yang dimiliki tanpa memandang status sosial, ekonomi, suku, etnis, agama dan gender (Buku Saku Pendidikan Kota Medan, 2011:1). Pendidikan dapat digunakan untuk menyetarakan kemampuan bangsa terhadap kemajuan iptek yang telah dicapai negara maju. Dengan penerapan kurikulum secara terpadu, pendidikan digunakan untuk membentuk watak, kepribadian dan semangat patriotis generasi muda. Oleh karena itu, dalam rangka memberdayakan masyarakat, sektor pendidikan telah memberikan prioritas pemerataan kesempatan kepada seluruh rakyat Indonesia untuk mengenyam pendidikan. Usaha pemerataan ini dilakukan dengan pendirian ribuan bangunan sekolah-sekolah negeri. Program ini dapat meningkatkan program wajib belajar dari 6 tahun menjadi 9 tahun (Hotmatua Daulay,2001).

Pendidikan sebagai sebuah investasi (education as investement) telah berkembang pesat dan diyakini setiap negara bahwa pembangunan sektor pendidikan merupakan prasyarat kunci bagi pertumbuhan sektor-sektor pembangunan lainnya. Konsep tentang investasi sumber daya manusia (human capital investment) yang dapat menunjang pertumbuhan ekonomi (economic growth) menekankan pentingnya investasi keterampilan manusia. Schultz (1960)


(46)

bahwa proses perolehan pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan bukan merupakan suatu bentuk konsumsi semata-mata, akan tetapi juga merupakan suatu investasi. Pembangunan sektor pendidikan dengan manusia sebagai fokus intinya telah memberikan kontribusi langsung terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara, melalui peningkatan keterampilan dan kemampuan produksi dari tenaga kerja. Secara ilmiah pentingnya manusia yang terdidik menunjang pertumbuhan ekonomi secara langsung bahwa seluruh sektor pembangunan makro lainnya. Pengembangan SDM suatu negara adalah unsur pokok bagi kemakmuran dan pertumbuhan dan untuk penggunaan yang efektif atas sumber daya modal fisiknya. Investasi dalam bentuk modal manusia adalah suatu komponen integral dari semua upaya pembanguna

Kualitas ilmu pengetahuan berkembang sangat lambat di lingkungan masyarakat, maka kualitas penduduknya akan senantiasa rendah, biarpunpun besarnya ketersediaan sumber daya alamnya. Dengan demikian, investasi sumber daya manusia menjadi penting. Pengembangan sumber daya manusia merupakan proses untuk meningkatkan pengetahuan manusia, keahlian dan ketrampilan, serta kemampuan orang-orang dalam suatu masyarakat. Ada beberapa cara untuk mengembangkan kemampuan manusia dalam pembangunan, yaitu dengan pendidikan formal- baik di sekolah umum ataupun sekolah kejuruan, dan pembangunan kualitas manusia bias dibangun di lingkungan kerja (on the job training), serta bisa dilakukan dengan pembangunan diri sendiri melalui pencarian pengetahuan dan keahlian, kursus, dan lainnya. Pendidikan merupakan suatu investasi nasional yang berharga yang akan menentukan keberhasilan suatu


(47)

bangsa (Didik J. Rachbini,2001). Pendidikan berkualitas memang tidak murah apalagi gratis. Tetapi pemerintah berkewajiban untuk menjamin setiap warganya memperoleh pendidikan dan menjamin akses masyarakat bawah untuk mendapatkan pendidikan bermutu melalui anggaran pengeluaran pemerintah untuk pendidikan.

Teori pertumbuhan ekonomi yang berkembang sekarang ini didasari kepada kapasitas produksi tenaga manusia didalam proses pembangunan atau disebut juga investment in human capital. Hal ini berarti peningkatan kemampuan masyarakat menjadi suatu tumpuan yang paling efisien dalam melakukan pembangunan disuatu wilayah. Asumsi yang digunakan dalam teori human capital adalah bahwa pendidikan formal merupakan faktor yang dominan untuk menghasilkan masyarakat berproduktivitas tinggi. Teori human capital dapat diaplikasikan dengan syarat adanya sumber teknologi tinggi secara efisien dan adanya sumber daya manusia yang dapat memanfaatkan teknologi yang ada. Teori ini percaya bahwa investasi dalam hal pendidikan sebagai investasi dalam meningkatkan produktivitas masyarakat.

Investasi dalam hal pendidikan mutlak dibutuhkan maka pemerintah harus dapat membangun suatu sarana dan sistem pendidikan yang baik. Alokasi anggaran pengeluaran pemerintah terhadap pendidikan merupakan wujud nyata dari investasi untuk meningkatkan produktivitas masyarakat. Chenery dan Syrquin (dalam Sadono Sukirno,2010), menggambarkan perkembangan pembangunan yang dicapai dalam bidang pendidikan sepanjang proses pembangunan digunakan dua macam indikator: besarnya pengeluaran- dinyatakan


(48)

dalam persentase dari Produk Domestik Bruto- untuk pendidikan, dan banyaknya anak-anak yang berada di sekolah dasar dan menengah. Pada tingkat pembangunan yang cukup tinggi nilai mutlak pengeluaran untuk pendidikan adalah jauh lebih tinggi dari waktu tingkat pembangunan relatif rendah. Pengeluaran pembangunan pada sektor pembangunan dapat dialokasikan untuk penyediaan infrastruktur pendidikan dan menyelenggarakan pelayanan pendidikan kepada seluruh penduduk Indonesia secara merata. Anggaran pendidikan sebesar 20% merupakan wujud realisasi pemerintah untuk meningkatkan pendidikan (Undang-undang No.20 tahun 2003).

Nafzinger (2007) bahwa investasi pendidikan adalah semua bentuk pengeluaran dalam rangka meningkatkan pendidikan (education) masyarakat. Besarnya pengeluaran pemerintah menjadi ukuran tentang seberapa besar perhatian pemerintah pada usaha pengembangan kualitas SDM. Pencapaian kualitas pembangunan manusia (IPM) sangat ditentukan oleh kemampuan keuangan daerah, terutama kebijakan alokasi belanja dalam APBD, baik yang ditujukan secara langsung maupun tidak langsung terhadap komponen pembentuk IPM. Peningkatan pengeluaran pendidikan diharapkan dapat meningkatkan pendidikan masyarakat. Peningkatan pendidikan akan meningkatkan produktivitas tenaga kerja, yang pada gilirannya merupakan motor penggerak bagi pertumbuhan ekonomi (engine of growth).

Investasi pemerintah dalam pendidikan akan menyebabkan peningkatan kualitas modal manusia, hal ini juga akan memacu investasi ekonomi. Investasi ekonomi selanjutnya akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi karena


(49)

banyaknya modal yang tersedia untuk pembangunan. Pengeluaran pemerintah terhadap sektor pendidikan, merupakan bagian dari pengeluaran pemerintah yang memacu kesejahteraan masyarakat dan pada akhirnya mempengaruhi pertumbuhan sekonomi.

2.5.2 Sektor Kesehatan

Pembangunan sektor kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan. Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai suatu investasi untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia dan mendukung pembangunan ekonomi, serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan (www.bappenas.go.id).

Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan, meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat, meningkatkan upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit, meningkatkan keadaan gizi masyarakat, dan meningkatkan penanganan masalah kesehatan di daerah bencana. Untuk mengatasi berbagai permasalahan kesehatan, kebijakan umum pembangunan kesehatan diarahkan pada (www.bappenas.go.id

1) peningkatan upaya pemeliharaan, perlindungan, dan peningkatan derajat kesehatan dan status gizi terutama bagi penduduk miskin,

):

2) peningkatan upaya pencegahan dan penyembuhan penyakit baik menular maupun tidak menular,


(50)

3) peningkatan kualitas, keterjangkauan, dan pemerataan pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan dasar dan rujukan terutama bagi keluarga miskin dan penduduk di daerah terpencil, perbatasan, rawan bencana dan konflik,

4) peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga kesehatan terutama untuk pelayanan kesehatan di daerah terpencil, tertinggal, dan perbatasan,

5) penjaminan mutu, keamanan dan khasiat produk obat, kosmetik, produk komplemen, dan produk pangan yang beredar, serta mencegah masyarakat dari penyalahgunaan obat keras, narkotika, psikotropika, zat adiktif, dan bahan berbahaya lainnya, dan

6) peningkatan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat dalam perilaku hidup bersih dan sehat.

Pada tingkat individual dan keluarga, kesehatan adalah dasar bagi produktivitas kerja dan kapasitas untuk belajar di sekolah. Tenaga kerja yang sehat secara fisik dan mental akan lebih produktif, dan mendapatkan penghasilan yang tinggi. Keadaan ini terutama terjadi di negara-negara sedang berkembang, dimana proporsi terbesar dari angkatan kerja masih bekerja secara manual. anak yang sehat mempunyai kemampuan belajar lebih baik dan akan tumbuh menjadi dewasa yang lebih terdidik. Dalam keluarga yang sehat, pendidikan anak cenderung untuk tidak terputus jika dibandingkan dengan keluarga yang tidak sehat. Pada tingkat makro, penduduk dengan tingkat kesehatan yang baik merupakan input penting untuk menurunkan kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, dan pembangunan ekonomi jangka panjang. Berhasilnya pertumbuhan ekonomi


(51)

yang cepat dapat didukung bidang kesehatan masyarakat, pemberantasan penyakit dan peningkatan gizi.

2.5.3 Sektor Perhubungan (Transportasi)

Infrastruktur merupakan roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Dari alokasi pembiayaan publik dan swasta, infrastruktur dipandang sebagai lokomotif pembangunan nasional dan daerah. Secara ekonomi makro ketersediaan dari jasa pelayanan infrastruktur mempengaruhi marginal productivity of private capital, sedangkan dalam konteks ekonomi mikro, ketersediaan jasa pelayanan infrastruktur berpengaruh terhadap pengurangan biaya produksi. Infrastruktur juga berpengaruh penting bagi peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan manusia, antara lain dalam peningkatan nilai konsumsi, peningkatan produktivitas tenaga kerja dan akses kepada lapangan kerja, serta peningkatan kemakmuran nyata dan terwujudnya stabilisasi makro ekonomi, yaitu keberlanjutan fiskal, berkembangnya pasar kredit, dan pengaruhnya terhadap pasar tenaga kerja. Kebijakan pembangunan infrastruktur mencakup (Abdul Haris,2009) :

1. prasarana dan sarana perhubungan (transportasi): jalan, jembatan, jalan kereta api, dermaga, pelabuhan laut, pelabuhan udara, penyeberangan sungai dan danau;

2. prasarana dan sarana pengairan: bendungan, jaringan pengairan, bangunan pengendalian banjir, pengamanan pantai, dan bangunan pembangkit listrik tenaga air;

3. prasarana dan sarana permukiman, industri dan perdagangan: bangunan gedung, kawasan industri dan perdagangan, kawasan perumahan skala


(52)

besar, reklamasi lahan, jaringan dan instalasi air bersih, jaringan dan pengolahan air limbah, pengelolaan sampah, dan sistem drainase;

4. bangunan dan jaringan kebutuhan umum: gas, listrik, dan telekomunikasi.

Selain memiliki dimensi ruang yang luas, pembangunan infrastruktur juga menghadapi tiga dimensi permasalahan, (1) membutuhkan invetasi yang cukup besar, waktu pengembalian modal yang panjang, pemanfaatan teknologi tinggi, perencanaan dan implementasi perlu waktu panjang untuk mencapai skala ekonomi yang tertentu, (2) pembangunan menjadi prasyarat bagi berkembangnya kesempatan dan peluang baru di berbagai bidang kehidupan, (3) adanya persaingan global dan sekaligus memenuhi permintaan investor baik dari dalam maupun luar negeri. Infrastruktur tidak selesai dibangun secara fisik saja, namun menuntut adanya operasional dengan mengedepankan kualitas pelayanan jasa dan efektivitas pengelolaan infrastruktur.

Sistem pembangunan jalan raya, sebagai sarana penghubung transportasi barang dan manusia antar kota serta dampaknya terhadap kehidupan dan kegiatan ekonomi baik untuk pemerintah maupun masyarakat setempat. Dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 14 Tahun1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, tujuan diselenggarakannya transportasi jalan adalah untuk mewujudkan lalu lintas dan angkutan jalan dengan selamat, aman, cepat, lancar, tertib dan teratur, nyaman dan efisien untuk menunjang pemerataan, pertumbuhan dan stabilitas sebagai pendorong dan penggerak serta penunjang pembangunan nasional. Pemerintah daerah khususnya akan mendapat manfaat berupa kenaikan pendapatan daerah


(53)

dari setiap bentuk pembangunan jalan karena perekonomian di daerah tersebut akan berkembang sebagai akibat pembangunan jalan itu.

Infrastruktur transportasi secara umum berfungsi sebagai katalisator dalam mendukung pertumbuhan ekonomi, pengembangan wilayah, dan pemersatu wilayah. Infrastruktur transportasi mencakup transportasi jalan, perkeretaapian, angkutan sungai, danau dan penyeberangan, transportasi laut dan udara. Infrastruktur transportasi mengemban fungsi pelayanan publik, dan pembangunan nasional yang sumber pendanaannya bersumber pada pemerintah. Tetapi transportasi juga berkembang sebagai industri jasa yang komersial. Peran infrastruktur transportasi semakin diperlukan untuk menjembatani kesenjangan dan mendorong pemerataan hasil-hasil pembangunan antarwilayah. Untuk pembangunan infrastruktur transportasi ke depan diperlukan penataan sistem transportasi nasional (sistranas) maupun berbagai kebijakan strategis seperti pengembangan transportasi berbasis wilayah dan pengembangan transportasi berbasis wilayah dan pengembangan transportasi yang berkelanjutan. Sasaran sistranas adalah terciptanya penyelenggaraan transportasi yang efektif, yaitu mempunyai ciri-ciri selamat, aksesibilitas tinggi, terpadu, kapasitas mencukupi, teratur, lancar dan cepat, mudah, tepat waktu, nyaman, tarif terjangkau, tertib, aman, rendah polusi dan efisien (Suyono Dikun,2003). Peran pembangunan sistem transportasi terhadap peningkatan daya saing suatu wilayah akan meningkatkan keunggulan kompetitif transportasi suatu wilayah, karena barang dan orang dapat diangkut dengan lebih aman, cepat, murah, dan tepat. Sistem transportasi yang efisien dapat menurunkan biaya komoditi sehingga daya saing


(54)

produk ekspor dapat meningkat. Dan ekspor akan dapat meningkatkan PDB. Transportasi yang baik dapat menarik masuknya investor asing maupun lokal. Ini akan meningkatkan PDB secara langsung dan membuka lapangan pekerjaan baru sehingga konsumsi masyarakat meningkat pula. Peningkatan ekspor, investasi, pendapatan serta konsumsi dapat berdampak pada peningkatan pendapatan pemerintah daerah sehingga dana untuk pembangunan transportasi maupun sektor lainnya akan meningkat juga. Sejalan dengan desentralisasi dan pendekatan pembangunan berbasis wilayah dalam transportasi, maka pembangunan jaringan transportasi termasuk jaringan jalan pun perlu didasarkan atas pertumbuhan ekonomi regional (regional basedroad development) yakni pembangunan jalan berwawasan pengembangan wilayah dan pertumbuhan sektor wilayah tersebut. Pembiayaan untuk kebutuhan pemeliharaan, peningkatan, dan pembangunan prasarana jalan akan membutuhkan alokasi pendanaan pemerintah yang sangat besar merupakan beban berat untuk pemerintah melalui APBD.

Polak dan Heertje (dalam Edy Sugistiono,2011) bahwa infrastruktur transportasi merupakan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi. Keberadaan infrastruktur transportasi dapat menstimulasi aktivitas ekonomi dan akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah. Efek infrastruktur transportasi berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi di wilayah sendiri, dan juga terhadap wilayah tetangganya (neighboring countries). Dampak membangun infrastruktur transportasi (jalan raya, jalan tol dan rel) terhadap pertumbuhan ekonomi (PDRB sektor: perdagangan, transportasi, rumah-bangunan, industri) wilayah, umumnya akan menunjukan pertumbuhan ekonomi yang bernilai positif.


(55)

Investasi jalan raya merupakan bagian yang paling penting dalam penyediaan modal barang publik. Karena investasi jalan raya tahap awal akan dilakukan pada pembangunan jalan raya seluruh wilayah. Hal yang paling banyak dilakukan terutama adalah perbaikan terhadap kualitas jalan. Jalan raya membutuhkan pembiayaan yang sangat besar dengan menggunakan alokasi pengeluaran pemerintah yang besar.

2.6 Penelitian Terdahulu

Penelitian Desy Dwi Bastias (2010) terhadap analisis pengaruh pengeluaran pemerintah atas pendidikan, kesehatan, dan infrastuktur terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia periode 1969-2009 yang menggunakan model analisis Error Correction Model (ECM) yang menunjukkan bahwa dalam jangka pendek hanya variabel pengeluaran pemerintah atas transportasi yang berpengaruh positif secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Pengeluaran pemerintah atas pendidikan, kesehatan dan perumahan tidak signifikan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Sementara dalam jangka panjang variabel pengeluaran pemerintah atas perumahan dan transportasi mempengaruhi pertumbuhan ekonomi secara signifikan dan bertanda positif, sedangkan variabel pengeluaran pemerintah atas pendidikan dan kesehatan tidak dapat mempengaruhi secara langsung pertumbuhan ekonomi Indonesia karena proporsi anggaran pengeluaran pemerintah yang masih rendah terhadap pendidikan dan kesehatan pada tahun 1969-1996 dan baru meningkat tahun 1998.

Penelitian yang dilakukan Niken Sulistyowati (2010) pada dampak investasi pendidikan terhadap perekonomian dan kesejahteraan masyarakat


(56)

kabupaten dan kota di Jawa Tengah dengan menggunakan model two stage least square (2SLS) bahwa anggaran pendidikan 20 persen dari belanja daerah adalah tepat, karena meningkatkan pertumbuhan ekonomi kesejahteraan masyarakat, sehingga tujuan pembangunan growth and equity dapat tercapai secara bersamaan atau simultan. Peningkatan pengeluaran pendidikan memberikan dampak positif terhadap peningkatan produktivitas tenaga kerja, penyerapan tenaga kerja,

physical capital, output daerah, PDRB per kapita, disposible income, penerimaan pemerintah, pengeluaran pemerintah, pengeluaran rumahtangga, investasi, pengeluaran per kapita, serta penurunan angka pengangguran, ketimpangan pendapatan dan kemiskinan sehingga strategi pembangunan yang mengedepankan peningkatan kualitas SDM dapat dijadikan sebagai strategi dalam model pembangunan daerah di Indonesia. Tetapi pengeluaran pemerintah (khususnya anggaran pendidikan sebesar 20%) harus dipastikan efisiensi dan efektivitas penggunaannya sampai pada sasaran.

Penelitian yang dilakukan Ikhsantono (2009) terhadap analisis pengaruh pengeluaran pemerintah pada sektor transportasi terhadap pertumbuhan sektor transportasi di Kota Medan deangan menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square). Bahwa dari penelitian ini pengeluaran pemerintah berpengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB sektor transportasi atau pertumbuhan sektor transportasi di Kota Medan dalam kurun waktu 1988-2007 dengan tingkat kepercayaan 99%.


(57)

2.7 Kerangka Konseptual

Gambar dibawah ini menunjukkan kerangka konseptual dari teori dalam penelitian skripsi ini:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 2.8 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian skripsi ini, yaitu:

1. Pengeluaran pemerintah atas sektor pendidikan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Medan, ceteris paribus.

2. Pengeluaran pemerintah atas sektor transportasi berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Medan, ceteris paribus.

3. Pengeluaran pemerintah atas sektor kesehatan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Medan, ceteris paribus.

Pengeluaran Pemerintah Sektor

Pendidikan (Pp)

Pertumbuhan Ekonomi (Y) Pengeluaran

Pemerintah Sektor Kesehatan (Pk)

Pengeluaran Pemerintah Sektor


(58)

ditentukan sebanyak 30 responden. Pengambilan sampel atau responden, peneliti menggunakan teknik probability sampling dengan metode yang digunakan adalah simple random sampling dimana untuk menentukan pengambilan sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Metode yang dipakai dalam pengumpulan data adalah 3.3.1 Kuesioner (angket)

Pada penelitian dalam skripsi ini metode pengumpulan data dilakukan penulis adalah dengan kuesioner. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan memberi pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden. Kuesioner yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.

3.3.2 Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan merupakan teknik untuk mendapatkan data dan informasi melalui berbagai literatur yang berhubungan dengan permasalahan yang ada dalam penulisan skripsi ini yang diperoleh dari buku-buku, internet, jurnal, tesis, dan sebagainya. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik.

3.4 Metode Analisis Data

Pada penelitian ini penulis menggunakan analisis deskriptif kuantitatif. Analisis deskriptif adalah analisis yang dilakukan dengan menggambarkan atau melukiskan dalam arti sebenarnya yang didapat dari data lapangan atau peneliti


(59)

menjelaskannya dengan kata-kata. Dan penelitian kuantitatif adalah dengan menganalisis data sekunder yang didapat dari Badan Pusat Statistik Kota Medan pada variabel laju pertumbuhan ekonomi, pengeluaran pemerintah pada belanja publik pada sektor pendidikan, kesehatan, dan transportasi di kota Medan sebagai variabel yang diteliti. Model analisis data yang digunakan adalah model ekonometrika, sedangkan metode yang dipakai adalah metode OLS (Ordinary Linear Square) atau metode kuadrat terkecil biasa. Data yang digunakan akan dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan analisis statistik yaitu persamaan regresi linear sederhana. Secara matematis model dasar yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

Y= f (Pp,Pk,Pt) ……….. .(1)

Dari persamaan diatas dimasukkan ke dalam model linlog (linear logaritma) sebagai berikut:

Y= α + β0ln Pp + β1 ln Pk + β2

dimana

ln Pt + µ …………....(2)

Y = Pertumbuhan ekonomi (dalam %)

α = intercept

Pp = pengeluaran pemerintah untuk sektor pendidikan per tahun (dalam Rupiah)

Pk = Pengeluaran pemerintah untuk sektor kesehatan per tahun (dalam Rupiah)

Pt = Pengeluaran pemerintah untuk sektor transportasi pertahun (dalam Rupiah)

β = koefisien regresi µ = term of error

Model ini adalah transformasi dari suatu model tidak linier menjadi model linier dengan jalan membuat model dalam bentuk logaritma. Berdasarkan model diatas hipotesis yang dapat diambil adalah.


(60)

1. > 0 jika terjadi kenaikan Pp (alokasi pengeluaran pemerintah

atas pendidikan) maka Y (pertumbuhan ekonomi) akan mengalami kenaikan. Pengeluaran pemerintah atas pendidikan berpengaruh positif secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Medan.

2. > 0 jika terjadi kenaikan Pk (alokasi pengeluaran pemerintah

atas kesehatan) maka Y (pertumbuhan ekonomi) akan mengalami kenaikan. Pengeluaran pemerintah atas kesehatan berpengaruh positif secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Medan.

3. jika terjadi kenaikan Pt (alokasi pengeluaran pemerintah atas transportasi) maka Y (pertumbuhan ekonomi) akan mengalami kenaikan. Pengeluaran pemerintah atas transportasi berpengaruh positif secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Medan.

3.4.1 Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian) 3.4.1.1 Uji t-Statistik (Uji Parsial)

Uji t-statistik digunakan untuk melihat signifikan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara individual. Digunakan dengan tingkat alpha tertentu dengan hipotesis:

Ho : β = b

Ha : β≠ b,

dimana β adalah koefisien variabel independen nilai parameter hipotesis, nilai b

dianggap nol. β=0 berarti tidak ada pengaruh variabel bebas terhadap variabel


(1)

Lampiran 1

Data variabel Pertumbuhan Ekonomi, Pengeluaran Pemerintah pada Sektor Pendidikan, Kesehatan, dan Transportasi

Sumber: BPS Kota Medan (data diolah) Tahun Pertumbuhan

Ekonomi (%)

Pengeluaran Pendidikan (Milyar Rupiah)

Pengeluaran Kesehatan (Milyar Rupiah)

Pengeluaran Transportasi (Milyar Rupiah)

1993 5.57 3332000000 792000000 27684000000

1994 6.95 2513000000 1003000000 19230000000

1995 6.53 2601000000 1115000000 21826000000

1996 9.75 3038000000 2099000000 23598000000

1997 7.73 2710000000 2329000000 25582000000

1998 -18.11 4621000000 1557000000 21129000000

1999 3.52 6659000000 898000000 28111000000

2000 5.4 2135000000 3136000000 27917000000

2001 5.22 4280000000 3040000000 42924000000

2002 4.5 10031000000 10263000000 67924000000 2003 5.06 243581425000 15627271000 85312601000 2004 7.29 256154076000 19553541650 90124091920 2005 6.98 276711381000 41902007000 94700167000 2006 7.76 325803806191 56639435466 91295875000 2007 7.78 399345000000 91800232000 91330185000 2008 6.89 542102342000 101083665000 96901490000 2009 6.55 686615764000 173591783000 224381208000 2010 7.43 727383327000 180577434000 244066024000


(2)

Hasil Regresi Linear Berganda

Hasi Regresi Variabel Pengeluaran Pemerintah pada Sektor Pendidikan (Pp), Kesehatan (Pk), dan Transportasi (Pt) Terhadap Pertumbuhan

Ekonomi (Y)

Dependent Variable: Y Method: Least Squares Date: 05/28/12 Time: 15:08 Sample: 1993 2010

Included observations: 18

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -0.687048 11.18524 -1.668192 0.1175 LPP 4.935519 3.641995 2.155169 0.1268 LPK 1.548276 3.118635 1.096459 0.5273 LPT 12.19993 7.818752 2.560342 0.0341 R-squared 0.619959 Mean dependent var 5.032222 Adjusted R-squared 0.040665 S.D. dependent var 5.999888 S.E. of regression 5.876630 Akaike info criterion 6.572974 Sum squared resid 483.4869 Schwarz criterion 6.770834 Log likelihood -55.15676 F-statistic 12.40202 Durbin-Watson stat 2.059431 Prob(F-statistic) 0.000418


(3)

Lampiran 3

KUESIONER PENELITIAN LAPANGAN

ANALISIS ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH PADA SEKTOR PUBLIK TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KOTA MEDAN Petunjuk Pengisian

Pilih salah satu jawaban untuk pertanyaan yang berupa pilihan dengan memberikan tanda silang (X).

Identitas Responden

1. Nama :

2. Jenis Kelamin :

3. Umur :

4. Pekerjaan : Penilaian kinerja :

a. Anggaran

1. Apakah anggaran yang digunakan pemerintah pada sektor publik sudah sesuai dengan fasilitas yang Saudara dapatkan pada barang publik tersebut?

a. Sangat sesuai d. Tidak sesuai b. Sesuai e. Sangat tidak sesuai c. Kurang sesuai

2. Apakah barang atau fasilitas publik yang Saudara gunakan sesuai dengan harapan Saudara?

a. Sangat sesuai d. Tidak sesuai b. Sesuai e. Sangat tidak sesuai c. Kurang sesuai


(4)

pada sektor publik agar dapat memperbaiki fasilitas yang sudah ada? a. Sangat perlu d. Tidak perlu

b. Perlu e. Sangat tidak perlu c. Kurang perlu

b. Infrastruktur (kondisi fisik)

4. Bagaimana kondisi fisik bangunan fasilitas publik yang Saudara gunakan? a. Sangat baik d. Tidak baik

b. Baik e. Sangat tidak baik c. Kurang baik

5. Bagaimana kebersihan lingkungan fasilitas publik yang Saudara gunakan ? a. Sangat bersih d. Tidak bersih

b. Bersih e. Sangat tidak bersih c. Kurang bersih

6. Bagaimana pendapat Saudara mengenai ketersediaan fasilitas tambahan yang ada pada barang publik yang Saudara gunakan ?

a. Sangat lengkap b. Tidak lengkap b. Lengkap e. Sangat tidak lengkap c. Kurang lengkap


(5)

Lampiran 4

Daftar Distribusi Jawaban Responden

Keterangan A B C D E Jumlah

A. Anggaran

1. Kesesuaian anggaran dengan fasilitas

- 11 - 19 - 30

2. Kondisi fasilitas publik sesuai harapan masyarakat

- 14 - 16 - 30

3. Tambahan alokasi anggaran sektor publik

- 21 - 9 - 30

B. Infrastruktur

1. Kondisi fisik barang publik - 17 13 - - 30 2. Kebersihan lingkungan

fasilitas publik

- 7 16 5 2 30

3. Ketersediaan fasilitas tambahan

- 15 10 5 - 30


(6)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Rose Linarti Sihombing NIM : 080501110

Departemen : Ekonomi Pembangunan Fakultas : Ekonomi

Adalah menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Alokasi Pengeluaran Pemerintah pada Sektor Publik Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kota Medan” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Medan, Juni 2012

Rose Linarti Sihombing 080501110