Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung Nomor 2031K/PID.SUS/2011 Tentang Putusan di Bawah Sanksi Pidana Minimum Khusus Dalam Pasal 3 UU No. 31 Tahun 1999 Jo. UU No. 20 Tahun 2001 Tentang PTPK.
STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR
2031K/PID.SUS/2011 TENTANG PUTUSAN PIDANA DI BAWAH
SANKSI PIDANA MINIMUM KHUSUS DALAM PASAL 3 UU NO. 31
TAHUN 1999 JO. UU NO. 20 TAHUN 2001 TENTANG
PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI
M. ARRIDEA VIRI P.
110113080128
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi Jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001
tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi mencantumkan suatu ancaman
hukuman tersendiri dengan pembatasan khusus, yaitu dengan
menerapkan ancaman pidana minimum khusus. Namun pada praktiknya
banyak putusan hakim berupa pemidanaan dianggap melukai rasa
keadilan masyarakat. Pembatasan hukuman yang dicantumkan dalam
suatu undang-undang yang merupakan salah satu upaya untuk
mewujudkan pemidanaan yang adil seringkali diabaikan oleh para hakim
pidana. Pembatasan disini dimaksudkan agar hakim dalam mejatuhkan
hukuman dalam suatu perkara tidak melampaui batas kewenangan dan
batas kewajaran yang telah ditentukan. Studi kasus ini bertujuan untuk
menganalisis putusan hakim Mahkamah Agung yang menjatuhkan sanksi
pidana dibawah sanksi minimum khusus berdasarkan Undang-Undang
Tindak Pidana Korupsi terhadap Terdakwa H. Agus Siyadi telah terbukti
secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak Korupsi.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian yuridis normatif
dengan spesifikasi penelitian deskriptif analisis. Teknik pengumpulan data
yang digunakan berupa studi kepustakaan (library research) untuk
mendapatkan bahan-bahan atau data-data sekunder berupa bahan
hukum primer maupun bahan hukum sekunder yang dianalisis secara
kualitatif untuk menjawab rumusan masalah yang diajukan.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa Putusan Hakim dalam Putusan
Nomor 2031K/Pid.Sus/2011 yang memutus dibawah sanksi minimum
khusus berdasarkan Pasal 3 Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi tidak
sesuai dengan tujuan pemidanaannya, yaitu membuat jera, memberikan
perlindungan serta pendidikan terhadap masyarakat dan terpidana. Selain
itu jumlah kerugian negara yang relatif sedikit dapat dijadikan bahan
pertimbangan yang meringankan bagi hakim dalam menjatuhkan
putusannya terhadap Terdakwa, tetapi hakim tidak dapat memutus di
bawah sanksi minimum khusus, sebab hakim memiliki batasan yang telah
ditentukan oleh Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi.
v
2031K/PID.SUS/2011 TENTANG PUTUSAN PIDANA DI BAWAH
SANKSI PIDANA MINIMUM KHUSUS DALAM PASAL 3 UU NO. 31
TAHUN 1999 JO. UU NO. 20 TAHUN 2001 TENTANG
PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI
M. ARRIDEA VIRI P.
110113080128
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi Jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001
tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi mencantumkan suatu ancaman
hukuman tersendiri dengan pembatasan khusus, yaitu dengan
menerapkan ancaman pidana minimum khusus. Namun pada praktiknya
banyak putusan hakim berupa pemidanaan dianggap melukai rasa
keadilan masyarakat. Pembatasan hukuman yang dicantumkan dalam
suatu undang-undang yang merupakan salah satu upaya untuk
mewujudkan pemidanaan yang adil seringkali diabaikan oleh para hakim
pidana. Pembatasan disini dimaksudkan agar hakim dalam mejatuhkan
hukuman dalam suatu perkara tidak melampaui batas kewenangan dan
batas kewajaran yang telah ditentukan. Studi kasus ini bertujuan untuk
menganalisis putusan hakim Mahkamah Agung yang menjatuhkan sanksi
pidana dibawah sanksi minimum khusus berdasarkan Undang-Undang
Tindak Pidana Korupsi terhadap Terdakwa H. Agus Siyadi telah terbukti
secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak Korupsi.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian yuridis normatif
dengan spesifikasi penelitian deskriptif analisis. Teknik pengumpulan data
yang digunakan berupa studi kepustakaan (library research) untuk
mendapatkan bahan-bahan atau data-data sekunder berupa bahan
hukum primer maupun bahan hukum sekunder yang dianalisis secara
kualitatif untuk menjawab rumusan masalah yang diajukan.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa Putusan Hakim dalam Putusan
Nomor 2031K/Pid.Sus/2011 yang memutus dibawah sanksi minimum
khusus berdasarkan Pasal 3 Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi tidak
sesuai dengan tujuan pemidanaannya, yaitu membuat jera, memberikan
perlindungan serta pendidikan terhadap masyarakat dan terpidana. Selain
itu jumlah kerugian negara yang relatif sedikit dapat dijadikan bahan
pertimbangan yang meringankan bagi hakim dalam menjatuhkan
putusannya terhadap Terdakwa, tetapi hakim tidak dapat memutus di
bawah sanksi minimum khusus, sebab hakim memiliki batasan yang telah
ditentukan oleh Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi.
v