Survei Persepsi Guru Non Penjasorkes terhadap Kinerja Guru Penjasorkes di SMP / Sederajat se-Kecamatan Parakan Kabupaten Temanggung Tahun 2008/ 2009.

(1)

SURVEI PERSEPSI GURU NON PENJASORKES TERHADAP

KINERJA GURU PENJASORKES DI SMP / SEDERAJAT

SE- KECAMATAN PARAKAN KABUPATEN

TEMANGGUNG TAHUN 2009

SKRIPSI

Disusun Dalam Rangka Menyelesaikan Studi Strata Satu Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh RAZIF SHIDIQ

6101405071

PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2009


(2)

ii SARI

Razif Shidiq. 2009. Survei Persepsi Guru Non Penjasorkes terhadap Kinerja Guru Penjasorkes di SMP / Sederajat se-Kecamatan Parakan Kabupaten Temanggung Tahun 2008/ 2009. Skripsi. Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi. Pembimbing I. Prof. Dr. Tandiyo Rahayu, M.Pd. Pembimbing II. Rumini, S.Pd, M.Pd.

Kata Kunci: Persepsi, Kinerja Guru. Penjasorkes

Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana persepsi guru non Penjasorkes terhadap kinerja guru Penjasorkes di SMP / Sederajat se-Kecamatan Parakan Kabupaten Temanggung. Sedangkan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi guru non Penjasorkes terhadap kinerja guru Penjasorkes di SMP / Sederajat se-Kecamatan Parakan Kabupaten Temanggung.

Penelitian ini menggunkan metode survei. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru mata pelajaran non Penjasorkes di SMP / Sederajat se-Kecamatan Parakan Kabupaten Temanggung. Pengambilan sampel dengan menggunakan total sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah 128 guru yang mengisis dan mengembalikan angket. Hal ini disebabkan adanya hambatan penelitian. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tentang persepsi kinerja guru yang meliputi aspek kompetensi kepribadian sebagai pendidik, memiliki kompetensi pedagogik, kompetensi profesional sebagai pendidik, dan kompetensi sosial sebagai pendidik. Data penelitian ini dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif prosentase.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja guru Penjasorkes di SMP / Sederajat se-Kecamatan Parakan Kabupaten Temanggung pada umumnya baik dengan persentase 92,97%. Ditinjau dari tiap-tiap aspek kinerja guru Penjasorkes, diketahui pada aspek kompetensi kepribadian menyatakan baik, dengan persentase 92,97%, aspek kompetensi pedagogik menyatakan sedang, dengan persentase 67,97%, aspek kompetensi profesional menyatakan baik, dengan persentase 88,28%, dan aspek kompetensi sosial menyatakan baik, dengan persentase 89,85%.

Simpulan dari penelitian ini adalah persepsi guru non Penjasorkes terhadap kinerja guru Penjasorkes di SMP / sederajat se-Kecamatan Parakan Kabupaten Temanggung menunjukkan hasil yang baik. Tetapi ada persepsi yang menyatakan sedang, yaitu pada aspek kompetensi pedagogik. Disarankan untuk meningkatkan kompetensi pedagogik, terutama dalam aspek merencanakan dan melaksanakan pembelajaran, yaitu melalui: mengikuti penataran, pelatihan dan seminar, serta aktif dalam kegiatan MGMP. Dalam pelaksanaan pembelajaran perlu adanya modifikasi dan variasi dalam pembelajaran.


(3)

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disahkan dan disetujui pada : Hari :

Tanggal :

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Tandiyo Rahayu, M.Pd Rumini S.Pd, M.Pd

NIP. 131404316 NIP. 132137920

Mengetahui, Ketua Jurusan PJKR

Drs. Hermawan Pamot Raharjo, M.Pd NIP. 131961216


(4)

iv

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di dapan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang pada :

Hari : Selasa

Tanggal : 1 September 2009 Pukul : 08.00 – 10.00 WIB

Tempat : Lab. PJKR FIK

Ketua Sekretaris

Drs. M. Nasution, M.Kes Dra. Heny Setyawati, M.Si NIP. 19640423 199002 1 001 NIP.19670610 199203 2 001

Dewan Penguji :

1. Drs. H. Sulaiman, M.Pd (Ketua) NIP. 19620612 198901 1 001

2. Prof. Dr. Tandiyo Rahayu, M.Pd (Anggota) NIP. 19610230 198403 2 001

3. Rumini, S.Pd, M.Pd (Anggota)


(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO :

™ Dan pergilah di jalan Allah orang- orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang- orang yang melampui batas. (Qs Al-Baqarah: 190).

™ Hanya orang takut yang bisa berani, karena keberanian adalah melakukan sesuatu yang ditakutinya. Maka, bila merasa takut, maka anda punya kesempatan untuk bersikap berani. (Mario Teguh).

PERSEMBAHAN :

Skripsi ini saya persembahkan untuk: 1. Bapak Slamet dan Ibu Daryati

tercinta,

2. Adikku Tomi, Rahma dan Dian, 3. Teman-teman PJKR 2005 B, 4. Teman-teman Batosay Kost, 5. Almamaterku FIK UNNES.


(6)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul : Survei Persepsi Guru Non Penjasorkes terhadap Kinerja Guru Penjasorkes di SMP / Sederajat Se-Kec. Parakan, Kab. Temanggung Tahun 2009.

Dalam penyusunan skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan, arahan, dan bimbingan dari beberapa pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang yang telah

memberikan ijin penelitian.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi yang telah memberikan kemudahan sehubungan dengan ijin penelitian.

3. Prof. Dr. Tandiyo Rahayu, M.Pd selaku pembimbing utama yang telah memberikan bimbingan dan arahannya.

4. Rumini S.Pd, M.Pd selaku pembimbing pendamping yang telah memberikan motivasi dan dorongannya.

5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang yang telah mendorong dan membantu penulis.

6. Kepala sekolah SMP Sederajat Se- Kecamatan Parakan Kabupaten Temanggung yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk mengadakan penelitian.


(7)

vii

7. Guru Non Penjasorkes SMP Sederajat Se- Kecamatan Parakan Kabupaten Temanggung yang telah membantu mengisi angket penelitian.

8. Bapak dan Ibu serta saudara-saudaraku yang telah membantu penulis.

9. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang yang telah memberi dorongan kepada penulis.

10.Semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan hidayahNya atas kebaikan semua pihak yang telah membantu penulis baik material maupun sepiritual.

Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Semarang, Juli 2009


(8)

viii DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

SARI ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.2.Latar Belakang Masalah ... 1

2.2.Permasalahan ... 6

3.2.Tujuan Penelitian ... 7

4.2.Manfaat Penelitian ... 7

5.2.Penegasan Istilah ... 7

BAB II LANDASAN TEORI 2.1.Persepsi ... 10

2.1.1. Pengertian Persepsi ... 10

2.1.2. Faktor yang Berperan dalam Persepsi ... 11

2.1.3. Proses Terjadinya Persepsi ... 11

2.1.4. Organisasi Persepsi ... 13

2.1.5. Objek Persepsi ... 14

2.2.Guru ... 14

2.2.1. Pengertian Guru ... 14

2.2.2. Syarat-syarat Profesi Keguruan ... 15

2.2.3. Tugas Guru ... 16


(9)

ix

2.2.5. Kode Etik Guru ... 18

2.2.6. Guru Profesional ... 19

2.2.7. Kompetensi Guru ... 20

2.3.Kinerja ... 22

2.3.1. Pengertian kinerja... 22

2.3.2. Faktor-faktor Kinerja ... 23

2.4. Penjasorkes ... 23

2.4.1. Pengertian Penjasorkes ... 23

2.4.2. Tujuan Pendidikan Jasmani ... 25

2. 4.3. Bahan Ajar Pendidikan Jamani ... 26

2. 4.4. Landasan Ilmiah Penjasorkes... 26

BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Metodologi Penelitian ... 28

3.2.Populasi ... 28

3.3.Sampel ... 29

3.4.Variabel Penelitian ... 29

3.5.Instrumen Penelitian ... 29

3.6.Metode Pengumpulan Data ... 30

3.6.1. Metode Kuesioner atau Angket ... 30

3.6.2. Metode Observasi... 30

3.6.3. Metode Dokumentasi ... 31

3.7.Uji Validitas dan Reliabilitas ... 31

3.7.1. Uji Validitas ... 31

3.7.2. Uji Reliabilitas ... 32

3.8.Metode Analisis Data ... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian ... 37

4.1.1. Memiliki Kompetensi Sebagai Pendidik ... 38

4.1.1.1. Analisis Tiap Deskriptif ... 40

4.1.2. Memiliki Kompetensi Pedagogik... 41


(10)

x

4.1.3. Memiliki Kompetensi Profesional Sebagai Pendidik... 44

4.1.3.1. Analisis Deskriptif Tiap Indikator ... 45

4.1.4. Memiliki Kompetensi Sosial Sebagai Pendidik ... 46

4.1.4.1. Analisis Deskriptif Tiap Indikator ... 48

4.1.5. Analisis Deskriptif Tiap Indikator Kinerja Guru Penjasorkes ... 49

4.1.6. Analisis Deskriptif Kinerja Guru Penjasorkes Guru Tiap Bidang Studi ... 51

4.1.6.1. Guru Bidang Studi Bahasa Indonesia ... 52

4.1.6.2. Guru Bidang Studi Bahasa Inggris ... 53

4.1.6.3. Guru Bidang Studi IPS ... 54

4.1.6.4. Guru Bidang Studi IPA ... 56

4.1.6.5. Guru Bidang Studi TIK ... 57

4.1.6.6. Guru Bidang Studi BK ... 58

4.1.6.7. Guru Bidang Studi Matematika ... 59

4.1.6.8. Guru Bidang Studi Bahasa Jawa ... 60

4.1.6.9. Guru Bidang Studi KTK ... 61

4.1.6.10. Guru Bidang Studi PKn ... 62

4.1.6.11. Guru Bidang Studi PAI ... 63

4.1.6.12. Guru Bidang Studi Lain-lain ... 65

4.2.Pembahasan ... 66

4.2.1. Kepribadian Sebagai Pendidik ... 68

4.2.2. Kompetensi Pedagogik ... 69

4.2.3. Kompetensi Profesional Sebagai Pendidik ... 71

4.2.4. Kompetensi Sosial Sebagai Pendidik ... 72

4.3. Hambatan Penelitian ... 74

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1.Simpulan ... 76

5.2.Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 78 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(11)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1. Tabel Pendapat Bapak/ Ibu Guru Terhadap Kinerja Guru Penjasorkes di Sekolah ... 4 1.2. Tabel Pendapat Bapak/ Ibu Guru Terhadap Kepentingan Penjasorkes

Di Sekolah ... 4 1.3. Tabel Pendapat Bapak/ Ibu Guru Terhadap Tingkat Profesionalisme

Guru Penjasorkes Di Sekolah ... 5 3.1. Tabel Jumlah Guru di SMP/ Sederjat se-Kecamatan Parakan ... 28 3.2. Tabel Kriteria Deskriptif Prosentase ... 36 4.1. Tabel Distribusi Persepsi Guru Non Penjasorkes Di SMP Sederajat

Se-Kecamatan Parakan Kabupaten Temanggung Terhadap Kinerja Guru Penjasorkes ... 37 4.2. Tabel Distribusi Persepsi Guru Non Penjasorkes Pada Aspek Memiliki

Kepribadian Sebagai Pendidik ... 39 4.3. Tabel Deskriptif Persepsi Guru Pada Tiap Indikator Aspek Memiliki

Kepribadian Sebagai Pendidik ... 40 4.4. Tabel Distribusi Persepsi Guru Pada Aspek Memiliki Kompetensi

Pedagogik ... 42 4.5. Tabel Deskriptif Persepsi Guru Pada Tiap Indikator Aspek

Kompetensi Pedagogik ... 43 4.6. Tabel Distribusi Persepsi Guru Pada Aspek Memiliki Kompetensi

Profesional Sebagai Pendidik ... 44 4.7. Tabel Deskriptif Persepsi Guru Pada Tiap Indikator Aspek Memiliki

Kompetensi Profesional Sebagai Pendidik ... 46 4.8. Tabel Distribusi Persepsi Guru Pada Aspek Memiliki Kompetensi

Sosial Sebagai Pendidik... 47 4.9. Tabel Deskriptif Persepsi Guru Pada Tiap Indikator Aspek Memiliki

Kompetensi Sosial Sebagai Pendidik ... 48 4.10. Tabel Deskriptif Persepsi Guru dari Masing-masing Indikator ... 49


(12)

xii

4.11. Tabel Deskriptif dari Masing-masing Guru Bidang Studi... 51

4.12. Tabel Distribusi Prosentase Persepsi Guru Bahasa Indonesia ... 52

4.13. Tabel Distribusi Prosentase Persepsi Guru Bahasa Inggris ... 53

4.14. Tabel Distribusi Prosentase Persepsi Guru IPS ... 55

4.15. Tabel Distribusi Prosentase Persepsi Guru IPA ... 56

4.16. Tabel Distribusi Prosentase Persepsi Guru TIK ... 57

4.17. Tabel Distribusi Prosentase Persepsi Guru BK ... 58

4.18. Tabel Distribusi Prosentase Persepsi Guru Matematika ... 59

4.19. Tabel Distribusi Prosentase Persepsi Guru Bahasa Jawa ... 61

4.20. Tabel Distribusi Prosentase Persepsi Guru KTK ... 62

4.21. Tabel Distribusi Prosentase Persepsi Guru PKn ... 63

4.22. Tabel Distribusi Prosentase Persepsi Guru Agama ... 64


(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Gambar Proses Terjadinya Persepsi ... 12

2.2. Gambar Cabang Ilmu Penjasorkes ... 27

4.1. Diagram Deskriptif Persepsi Guru Non Penjasorkes di SMP Sederajat Se- Kecamatan Parakan Kabupaten Temanggung ... 38

4.2. Diagram Persepsi Pada Aspek Memiliki Kepribadian Sebagai Pendidik .. 39

4.3. Diagram Persepsi Guru Pada Aspek Memiliki Kepribadian Sebagai Pendidik Tiap Indikator Dari Kinerja Guru Penjasorkes ... 41

4.4. Diagram Persepsi Pada Aspek Memiliki Kompetensi Pedagogik ... 42

4.5. Diagram Persepsi Pada Tiap Indikator Aspek Memiliki Kompetensi Pedagogik ... 43

4.6. Diagram Persepsi Pada Aspek Memiliki Kompetensi Profesional Sebagai Pendidik ... 45

4.7. Diagram Persepsi Pada Tiap Indikator Aspek Memiliki Kompetensi Profesional Sebagai Pendidik ... 46

4.8. Diagram Persepsi Pada Aspek Memiliki Kompetensi Sosial Sebagai Pendidik ... 47

4.9. Diagram Persepsi Pada Tiap Indikator Aspek Memiliki Kompetensi Sosial Sebagai Pendidik ... 48

4.10. Diagram Persepsi Dari Masing-masing indikator ... 50

4.11. Diagram Deskriptif Persepsi Dari Masing-masing Guru Bidang Studi ... 51

4.12. Diagram Distribusi Frekuensi Guru Bidang Studi Bahasa Indonesia ... 53

4.13. Diagram Distribusi Frekuensi Guru Bidang Studi Bahasa Inggris ... 54

4.14. Diagram Distribusi Frekuensi Guru Bidang Studi IPS ... 55

4.15. Diagram Distribusi Frekuensi Guru Bidang Studi IPA ... 57


(14)

xiv

4.17. Diagram Distribusi Frekuensi Guru Bidang Studi BK ... 59

4.18. Diagram Distribusi Frekuensi Guru Bidang Studi Matematika ... 60

4.19. Diagram Distribusi Frekuensi Guru Bidang Studi Bahasa Jawa ... 61

4.20. Diagram Distribusi Frekuensi Guru Bidang Studi KTK ... 62

4.21. Diagram Distribusi Frekuensi Guru Bidang Studi PKn ... 63

4.22. Diagram Distribusi Frekuensi Guru Bidang Studi Agama ... 64


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Usul Penetapan Pembimbing ... 81

2. SK Pembimbing ... 82

3. Permohonan Ijin Penelitian ... 83

4. Surat Ijin Penelitian dari KESBANGLINMAS ... 84

5. Kisi-kisi Kuesioner ... 86

6. Kuesioner ... 90

7. Perhitungan Validitas Angket ... 95

8. Perhitungan Reliabilitas Angket ... 96

9. Analisis Validitas dan Reliabilitas Angket ... 97

10.Data Hasil Penelitian ... 99

11.Hasil Analisis Deskriptif Prosentase ... 103

12.Data Hasil Persepsi Guru Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa ... 108

13.Data Hasil Persepsi Guru Bahasa Inggris dan IPS... 109

14.Data Hasil Persepsi Guru IPA dan TIK ... 110

15.Data Hasil Persepsi Guru BK dan Matematika ... 111

16.Data Hasil Persepsi Guru KTK dan PKn ... 112

17.Data Hasil Persepsi Guru Agama dan Lain-lain ... 113

18.Daftar Responden / Daftar Guru ... 114

19.Daftar Guru SMP N 1 Parakan ... 118

20.Daftar Guru SMP Masehi Parakan ... 119

21.Daftar Guru SMP ”REMAJA” ... 120

22.Daftar Guru SMP AL-IMAN Parakan ... 121

23.Daftar Guru SMP MAN Parakan ... 123

24.Daftar Guru SMP MTs Muallimin Parakan ... 125

25.Surat Keterangan SMP N 1 Parakan ... 126

26.Surat Keterangan SMP ”REMAJA” ... 127


(16)

xvi

28.Surat Keterangan SMP MASEHI Parakan ... 129

29.Surat Keterangan SMP MAN Parakan ... 130

30.Surat Keterangan SMP MTs MUALLIMIN Parakan ... 131


(17)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan kebutuhan setiap orang dalam kehidupannya. Secara singkat pendidikan merupakan produk dari masyarakat, karena apabila kita sadari arti pendidikan sebagai proses transmisi pengetahuan, sikap, kepercayaan, keterampilan, dan aspek-aspek kelakuan lainnya kepada generasi muda maka seluruh upaya tersebut sudah dilakukan sepenuhnya oleh kekuatan-kekuatan masyarakat. Bagi masyarakat sendiri hakikat pendidikan sangat bermanfaat bagi kelangsungan dan proses kemajuan hidupnya. Agar masyarakat itu dapat melanjutkan eksistensinya, maka kepada anggota mudanya harus diteruskan nilai-nilai, pengetahuan, keterampilan dan bentuk tata perilaku lainnya melalui pendidikan.

Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil suatu kelompok manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan cita-cita untuk maju, sejahtera dan bahagia menurut konsep pandangan hidup mereka. Untuk memajukan kehidupan mereka itulah, maka pendidikan menjadi sarana utama yang perlu dikelola, secara sistematis dan konsisten berdasarkan berbagai pandangan teoretikal dan praktikal sepanjang waktu sesuai dengan lingkungan hidup manusia itu sendiri.


(18)

2

Manusia adalah makhluk yang dinamis dan bercita-cita ingin meraih kehidupan yang sejahtera dan bahagia dalam arti luas, baik lahiriah maupun batiniah. Namun cita-cita demikian tidak mungkin dicapai jika manusia itu sendiri tidak berusaha keras meningkatkan kemampuannya seoptimal mungkin melalui proses kependidikan, karena proses kependidikan adalah suatu kegiatan secara bertahap berdasarkan perencanaan yang matang untuk mencapai tujuan atau cita-cita tersebut.

Guru sebagai pendidik menurut jabatan menerima tanggung jawab dari tiga pihak yaitu orang tua, masyarakat dan negara. Tanggung jawab dari orang tua diterima guru atas dasar kepercayaan, bahwa guru mampu memberikan pendidikan dan pengajaran sesuai dengan perkembangan peserta didik diharapkan pula dari pribadi guru memancarkan sikap-sikap dan sifat-sifat yang normatif baik sebagai kelanjutan dari sikap dan sifat orang tua pada umumnya, yaitu kasih sayang kepada peserta didik dan tanggung jawab kepada tugas pendidik.

Peranan guru dalam masyarakat tergantung pada gambaran masyarakat tentang kedudukan guru dan status sosialnya di masyarakat. Kedudukan sosial guru berbeda di negara satu dengan negara yang lain. Di negara-negara maju biasanya guru ditempatkan pada posisi sosial yang tinggi atas peranan-peranannya yang penting dalam proses mencerdaskan bangsa. Namun keadaan ini akan jarang kita temui di negara-negara berkembang seperti Indonesia.

Sebenarnya peranan itu juga tidak terlepas dari kualitas pribadi guru yang bersangkutan serta kompetensi mereka dalam bekerja. Pada masyarakat yang paling menghargai guru pun akan sangat sulit untuk berperan banyak dan


(19)

mendapatkan kedudukan sosial yang tinggi jika seorang guru tidak memiliki kecakapan dan kompetensi di bidangnya. Apabila guru-guru yang tidak bisa memberikan keteladanan bagi para muridnya, sudah tentu ia justru menjadi bahan pembicaraan orang banyak. Jika dihadapkan para muridnya seorang guru harus bisa menjadi teladan, ia pun dituntut hal yang sama di dalam berinteraksi dengan masyarakat.

Kabupaten Temanggung adalah salah satu Kabupaten yang terletak di tengah Provinsi Jawa Tengah yang berbatasan, di sebelah utara yaitu Kendal, di sebelah barat berbatasan dengan Wonosobo, di sebelah selatan berbatasan dengan Magelang, dan di sebelah timur berbatasan dengan Ambarawa. Sebagian besar wilayahnya terletak di dataran tinggi dan pegunungan dan diapit oleh dua buah gunung yaitu gunung Sindoro dan gunung Sumbing. Ciri khas Kabupaten Temanggung dikenal sebagai kota penghasil tembakau dan sayur-sayuran. Sebagian besar penduduk Kabupaten Temanggung bermata pencaharian sebagai petani dan pedagang.

Temanggung mempunyai sumber daya alam dan sumber daya manusia yang besar. Oleh sebab itu pemerintah Kabupaten Temanggung memperhatikan pendidikan dengan ikut menyukseskan program belajar 9 tahun.

Kecamatan Parakan merupakan kecamatan yang terluas wilayahnya dan terbanyak jumlah penduduknya di daerah Temanggung. Karena jumlah penduduk yang besar maka pemerintah banyak mendirikan sekolah di Kecamatan Parakan. Di Kecamatan Parakan terdapat 6 SMP sederajat, yaitu SMP N 1 Parakan, SMP Remaja Parakan, SMP Masehi Parakan, SMP Al-Iman Parakan, MTs N Model


(20)

4

Parakan, dan MTs Mualimin Parakan. Jarak antar SMP saling berdekatan yaitu kurang lebih 1 km, sehingga sangat mempermudah anak-anak untuk bersekolah.

Berdasarkan observasi yang dilaksanakan pada tanggal 12-14 Januari 2009 di SMP sederajat se-Kecamatan Parakan Kabupaten Temanggung, dengan data sebagai berikut :

Tabel 1.1.

Pendapat Bapak / Ibu guru terhadap kinerja guru Penjasorkes di sekolah. No Kriteria Jumlah Prosentase

1 2 3

Baik Sedang Kurang

26 4 0

86,67% 13,33%

0%

Jumlah 30 100% Sumber : Observasi Penelitian 2009

Berdasarkan tabel di atas diperoleh data bahwa guru non Penjasorkes yang berpendapat bahwa kinerja guru Penjasorkes di sekolah baik sebesar 86,67 %, guru non Penjasorkes yang menyatakan bahwa kinerja guru Penjasorkes itu sedang sebesar 13,33 %, dan yang menyatakan bahwa guru Penjasorkes itu kurang baik sebanyak 0 %.

Tabel 1.2.

Pendapat Bapak / Ibu guru terhadap kepentingan Penjasorkes di sekolah.

No Kriteria Jumlah Prosentase

1 2

Penting

Tidak penting 30 0 100% 0%

Jumlah 30 100%


(21)

Dari tabel di atas guru non Penjasorkes yang menyatakan bahwa Penjasorkes itu penting untuk diajarkan di sekolah adalah 100 %, dan yang menyatakan bahwa Penjasorkes itu tidak penting sebanyak 0 %.

Tabel 1.3.

Pendapat Bapak / Ibu guru terhadap tingkat profesionalisme guru Penjasorkes di sekolah.

No Kriteria Jumlah Prosentase

1 2

Profesional

Belum profesional 27 3 90% 10%

Jumlah 30 100%

Sumber : Observasi Penelitian 2009

Berdasarkan tabel diatas, yang menyatakan bahwa guru Penjasorkes sudah profesional sebesar 90 %. Dan yang menyatakan bahwa guru Penjasorkes itu belum profesional ada 10 %.

Hal yang melatar belakangi penulis dalam melaksanakan penelitian ini adalah di Kecamatan Parakan banyak tersedia sekolah menengah pertama yang mempunyai guru yang banyak pula. Salah satu yang penulis sorot adalah guru Penjasorkes. Berdasarkan asumsi dari masyarakat, mereka menganggap bahwa kinerja guru Penjasorkes masih kurang baik, antara lain: 1) Dalam proses pembelajaran, guru Penjasorkes terlihat santai karena kegiatan pembelajaran dilakukan di luar ruangan dan ada beberapa oknum guru yang tidak mengawasi proses pembelajaran yang hanya duduk-duduk agar tidak kepanasan. 2) Dalam mengajar, guru Penjasorkes bisa dikatakan hanya bermodal peluit dan absensi siswa sudah dapat mengajar atau tidak perlu mempersiapkan materi sebelum


(22)

6

pembelajaran dan materi yang diajarkan oleh guru Penjasorkes seolah-olah hanya mengulang-ulang materi yang sebelumnya.

Hal ini diperkuat dengan dengan hasil penelitian awal yang dilaksanakan pada tanggal 12-14 Januari 2009, menurut pendapat guru non Penjasorkes terhadap kinerja guru Penjasorkes itu sudah baik. Namun, ada juga yang menyatakan sedang. Bertitik tolak dari pokok pikiran, asumsi masyarakat dan persepsi dari guru yang telah dipaparkan di atas, maka timbullah suatu pertanyaan, bagaimana kinerja guru Penjasorkes sekarang ini di mata guru mata pelajaran yang lain.

Atas dasar pemikiran tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang persepsi guru non Penjasorkes terhadap kinerja guru Penjasorkes. Penulis mengangkat skripsi ini dengan judul ”Survei Persepsi Guru Non Penjasorkes Terhadap Kinerja Guru Penjasorkes di SMP / Sederajat

Se-Kecamatan Parakan Kabupaten Temanggung Tahun 2009”.

1.2.Permasalahan

Permasalahan dalam penelitian ini adalah : Bagaimana persepsi guru non Penjasorkes terhadap kinerja guru Penjasorkes di SMP / Sederajat Se-Kecamatan Parakan Kabupaten Temanggung ?


(23)

1.3.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah : mengetahui persepsi guru non Penjasorkes terhadap kinerja guru Penjasorkes di SMP / Sederajat Se-Kecamatan Parakan Kabupaten Temanggung.

1.4.Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1.4.1. Bagi pihak sekolah, informasi ini nantinya dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam mengambil langkah-langkah melaksanakan kinerja pembelajaran bagi guru Penjasorkes.

1.4.2. Memberikan informasi kepada guru dalam meningkatkan pengetahuan dan profesional dalam menentukan mutu pendidikan.

1.4.3. Dari hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk prodi PJKR tentang kekurangan dan kelebihan kinerja pembelajaran guru. 1.4.4. Sebagai bahan informasi untuk penelitian lebih lanjut yang mempunyai

relevansinya.

1.4.5. Berguna bagi pembaca, yaitu dapat dijadikan sumber ilmu pengetahuan dan teknologi dalam peningkatan kinerja guru Penjasorkes.

1.5.Penegasan Istilah

Penulisan ini, agar tidak terjadi kesalahpahaman atau salah pengertian tentang judul yang penulis ambil, maka dalam penegasan istilah ini penulis akan menjelaskannya secara terperinci, yaitu :


(24)

8

1.5.1. Survei

Survei merupakan cara mengumpulkan data dari sejumlah unit atau individu dalam waktu yang bersamaan. Jumlahnya biasanya cukup besar. Survei bukanlah hanya bermaksud mengetahui status gejala, tetapi juga bermaksud menentukan kesamaan status dengan cara membandingkannya dengan status yang sudah dipilih atau ditentukan ( Suharsimi Arikunto, 2006 : 110).

1.5.2. Persepsi

Persepsi adalah proses pemahaman atau pemberian makna atau suatu informasi terhadap stimulus. Stimulus didapat dari proses penginderaan terhadap objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan antar gejala yang selanjutnya diproses oleh otak.

Persepsi mempunyai dua pengertian yaitu menunjuk kepada proses dan mengacu pada hasil proses itu sendiri. Persepsi bermula dari penginderaan, diolah kealam pikiran dan berakhir dengan penafsiran. Persepsi dibedakan atas persepsi benda dan persepsi sosial. Persepsi sosial banyak mengandung unsur-unsur subjektif. Persepsi diri berhubungan dengan konsepsi diri, harga diri, dan kepercayaan diri seseorang.

1.5.3. Guru

Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru (Moh. Uzer Usman, 2007: 5). Guru sebagai pendidik profesional mempunyai citra yang baik dalam masyarakat yang dijadikan teladan oleh siswa dan masyarakat. Guru sebagai pendidik menurut jabatan menerima tanggung jawab dari tiga pihak yaitu orang tua, masyarakat, dan Negara.


(25)

1.5.4. Kinerja

Kinerja adalah sebuah kata dalam bahasa Indonesia dari kata dasar "kerja" yang menterjemahkan kata dari bahasa asing prestasi, bisa pula berarti hasil kerja

Pengertian Kinerja dalam organisasi merupakan jawaban dari berhasil atau tidaknya tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Kesan–kesan buruk organisasi yang mendalam berakibat dan mengabaikan tanda–tanda peringatan adanya kinerja yang merosot.

Kinerja menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2000 : 67) “Kinerja ( prestasi kerja ) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

1.5.5. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan

Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan pada dasarnya merupakan pendidikan melalui aktifitas jasmani yang dijadikan sebagai media untuk mencapai perkembangan individu secara menyeluruh. Menurut UU no.4 tahun 1950 Bab IV Pasal 9, “Pendidikan jasmani yang menuju keselarasan antara tumbuhnya badan dan perkembangan jiwa dan merupakan usaha untuk membuat bangsa Indonesia menjadi bangsa yang sehat kuat lahir batin, diberikan pada segala sekolah”. Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan adalah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani dan proses pendidikan untuk meningkatkan kemampuan jasmani (Adang Suherman, 2000: 23).


(26)

10 BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Persepsi

2.1.1. Pengertian Persepsi

Persepsi (perception) dalam arti sempit adalah penglihatan atau bagaimana cara seseorang melihat sesuatu. Sedangkan dalam arti luas adalah pandangan seseorang mengenai bagaimana ia mengartikan dan menilai sesuatu (Akyas Azhari, 2004 : 107).

Persepsi adalah pengamatan dan penilaian seseorang terhadap obyek, peristiwa dan realitas kehidupan, baik itu melalui proses kognisi maupun afeksi untuk membentuk konsep tentang obyek tersebut. Persepsi yang sehat mempunyai pengaruh yang besar terhadap pengembangan kemampuan mengelola pengalaman dan belajar dalam kehidupan secara terus menerus meningkatkan keaktifan, kedinamisan dan kesadaran terhadap lingkungan (Soeparwoto, 2006 : 193).

Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga disebut proses sensoris. Namun proses itu tidak berhenti begitu saja, melainkan stimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi. Proses penginderaan akan berlangsung setiap saat, pada waktu individu menerima stimulus melalui alat indera yang merupakan alat penghubung antara individu dengan dunia luarnya (Branca dalam Bimo Walgito, 2002 : 88).


(27)

Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah suatu proses pengamatan, pemahaman atau pemberian makna dan penilaian sesuatu baik terhadap objek, peristiwa dan realitas kehidupan. Proses ini didahului oleh proses penginderaan yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera, lalu diteruskan ke otak dan di dalam otak

terjadilah proses persepsi. 2.1.2. Faktor-faktor yang berperan dalam Persepsi

Persepsi individu mengorganisasikan dan menginterpresentasikan stimulus yang diterimanya, sehingga stimulus tersebut mempunyai arti bagi individu yang bersangkutan. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa stimulus merupakan salah satu faktor yang berperan dalam persepsi. Berkaitan dengan faktor-faktor yang berperan dalam persepsi dapat dikemukakan adanya beberapa faktor, yaitu : 1) Objek yang dipersepsi

2) Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf, yang merupakan syarat fisiologis.

3) Perhatian, yang merupakan syarat psikologis. 2.1.3. Proses Terjadinya Persepsi

Proses terjadinya persepsi yaitu objek menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indera atau reseptor. Proses stimulus mengenai alat indera merupakan proses kealaman atau proses fisik. Stimulus yang diterima oleh indera diteruskan oleh syaraf sensorik ke otak, yang disebut proses fisiologis. Kemudian terjadilah proses di otak sebagai pusat kesadaran sehingga individu menyadari apa yang dilihat, apa yang didengar, atau apa yang diraba. Proses yang terjadi di


(28)

12

dalam otak disebut sebagai proses psikologis. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa taraf terakhir dari proses persepsi ialah individu menyadari tentang misalnya apa yang dilihat, atau apa yang didengar, atau apa yang diraba, yaitu stimulus yang diterima melalui alat indera.

Interpretasi sendiri merupakan suatu proses untuk mengorganisasikan informasi, sehingga mempunyai arti bagi individu. Dalam melakukan interpretasi itu terdapat pengalaman masa lalu serta sistem nilai yang dimilikinya. Sistem nilai di sini dapat diartikan sebagai penilaian individu dalam mempersepsi suatu objek yang dipersepsi, apakah stimulus tersebut akan diterima atau ditolak. Apabila stimulus tersebut menarik atau adanya pengalaman maka akan dipersepsi positif, dan demikian sebaliknya, selain itu adanya pengalaman langsung antara individu dengan objek yang dipersepsi individu, baik yang bersifat positif maupun negatif. Keadaan menunjukkan bahwa stimulus tidak hanya dikenal satu stimulus saja, tetapi individu dikenai berbagai macam stimulus yang ditimbulkan oleh keadaan sekitar, tetapi tidak semua stimulus mendapatkan respon tersebut. Secara sistematis dapat dikemukakan sebagai berikut:

Gambar 2.1.

Proses Terjadinya Persepsi Sumber: Bimo Walgito (2002:90) St St St

Respon

Fi Fi Fi


(29)

Keterangan:

St : Stimulus (faktor luar) Fi : Faktor internal

Sp : Struktur pribadi (organisme) 2.1.4. Organisasi Persepsi

Organisasi dalam persepsi, terdiri dari :

1. Konstansi, maksudnya adalah bahwa benda yang dipandang dari sudut yang berbeda, jarak yang berbeda dan penerangan yang berbeda, akan tetapi dipersepsikan sebagai mempunyai bentuk, warna dan ukuran yang sama. 2. Wujud latar, yakni objek-objek yang kita amati di sekitar kita selalu muncul

dengan wujud (figure) sedangkan hal-hal lainnya hanya sebagai latar.

3. Pengelompokkan, hal-hal tertentu cenderung kita kelompokkan dalam persepsi kita. Bagaimana kita mengelompokkan akan dapat menentukan bagaimana kita mengamati hal-hal tersebut, terutama anatara lain berkenaan dengan hal-hal sebagai berikut :

a. Kesamaan (similarity), berkenaan dengan unsur penglihatan mengenai warna, bentuk, permukaan yang sama akan dilihat sebagai satu kelompok. b. Kedekatan (proximity), unsur penglihatan yang saling berdekatan satu

sama lain cenderung dilihat secara kelompok.

c. Simetri (simetry), berkenaan dengan unsur penglihatan yang membentuk hal yang teratur, sederhana dan seimbang, cenderung akan dilihat dalam pengelompokkan.


(30)

14

d. Kontinuitas, berkenaan unsur penglihatan yang berisi garis lengkung dan gerak yang bersambung cenderung akan dilihat dalam pengelompokkan. e. Closure object, berkenaan dengan objek yang terlihat belum lengkap,

maka kita cenderung untuk mengisi kekurangannya sehingga menjadi lengkap. (Akyas Azhari, 2004: 107).

2.1.5. Objek Persepsi

Objek yang dipersepsi sangat banyak, yaitu segala sesuatu yang ada di sekitar manusia. Manusia itu sendiri dapat menjadi objek persepsi. Orang yang menjadikan dirinya sendiri sebagai objek persepsi, ini yang disebut sebagai persepsi diri atau self-perception. Karena sangat banyaknya objek yang dapat dipersepsi, maka pada umumnya objek persepsi diklasifikasikan.

Objek persepsi dapat dibedakan atas objek yang non manusia dan manusia. Objek persepsi yang berwujud manusia ini disebut person perception atau juga ada yang menyebutkan sebagai social perception, sedangkan persepsi yang berobjekkan non manusia, hal ini sering disebut sebagai non social perception

atau juga disebut sebagai things perception (Bimo Walgito, 2002 : 96).

2.2. Guru

2.2.1. Pengertian Guru

Guru adalah pribadi kunci dalam kelas, guru yang memimpin dan mengarahkan kegiatan belajar para siswanya. Guru yang paling banyak berhubungan dengan para siswa dibandingkan dengan personil sekolah lainnya. Pengaruh guru terhadap siswanya sangat besar. Faktor-faktor imitasi, sugesti,


(31)

identifikasi dan simpati, misalnya memegang peran penting dalam interaksi sosial (Oemar Hamalik, 2007: 27).

Guru adalah suatu jabatan profesional yang memiliki peranan dan kompetensi profesional (Oemar Hamalik, 2002: 8).

Guru sebagai profesi harus memiliki komitmen, bertanggung jawab, menguasai bidang keilmuan, berfikir sistematis, menjadi masyarakat gemar belajar, menjadi anggota organisasi profesi yang mempu menegakkan kode etik profesinya (Rusli Ibrahim, 1999: 11).

Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa guru adalah suatu jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru, berpengalaman dalam bidang profesinya yang memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada anak didik, dan memimpin dan mengarahkan kegiatan belajar di sekolah.

2.2.2. Syarat-syarat Profesi Keguruan

Menurut National Education Association (NEA) (1948) menyebutkan beberapa kriteria - kriteria khusus menjadi seorang guru, antara lain :

1. Jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual

2. Jabatan yang menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus 3. Jabatan yang memerlukan persiapan profesional yang lama

4. Jabatan yang memerlukan latihan dalam jabatan yang berkesinambungan 5. Jabatan yang menjanjikan karier hidup dan keanggotaan yang permanen 6. Jabatan yang menentukan baku atau standarnya sendiri


(32)

16

8. Jabatan yang mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat 2.2.3. Tugas Guru

Guru memiliki banyak tugas, baik yang terikat dinas maupun di luar dinas, dalam bentuk pengabdian. Apabila kita kelompokkan terdapat tiga jenis tugas guru, yaitu :

1. Tugas dalam bidang profesi

Tugas guru sebagai profesi meliputi, mendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan- keterampilan pada siswa.

2. Tugas guru dalam bidang kemanusiaan

Tugas guru dalam bidang kemanusiaan di sekolah harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua. Ia harus mampu menarik simpati sehingga ia menjadi idola para siswanya. Pelajaran apapun yang diberikan, hendaknya dapat menjadi motivasi bagi siswanya dalam belajar.

3. Tugas guru dalam bidang kemasyarakatan

Masyarakat menempatkan guru pada tempat yang lebih terhormat dilingkungannya karena dari seorang guru diharapkan masyarakat dapat memperoleh ilmu pengetahuan. Ini berarti bahwa guru berkewajiban mencerdaskan bangsa menuju pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang berdasarkan Pancasila.


(33)

2.2.4. Peranan Guru

Keberhasilan guru melaksanakan peranannya dalam bidang pendidikan sebagian besar terletak pada kemampuannya melaksanakan berbagai peran yang bersifat khusus dalam situasi belajar dan mengajar. Berdasarkan studi literatur terhadap pandangan Adams dan Dickey dalam bukunya Basic Principles of Student Teaching, dapat ditarik kesimpulan bahwa paling tidak terdapat 13 peranan guru di dalam kelas, antara lain :

1) Guru sebagai pengajar, menyampaikan ilmu pengetahuan perlu memiliki keterampilan memberikan informasi kepada kelas.

2) Guru sebagai pemimpin kelas, perlu memiliki keterampilan cara memimpin kelompok-kelompok murid.

3) Guru sebagai pembimbing, perlu memiliki keterampilan cara mengarahkan dan mendorong kegiatan belajar siswa.

4) Guru sebagai pengatur lingkungan, perlu memiliki keterampilan mempersiapkan dan menyediakan alat dan bahan pelajaran.

5) Guru sebagai partisipan, perlu memiliki keterampilan cara memberikan saran, mengarahkan pemikiran kelas, dan memberikan penjelasan.

6) Guru sebagai ekspeditur, perlu memiliki keterampilan menyelidiki sumber-sumber masyarakat yang akan digunakan.

7) Guru sebagai perencana, perlu memiliki keterampilan cara memilih dan meramu bahan pelajaran secara profesional.

8) Guru sebagai supervisor, perlu memiliki keterampilan mengawasi kegiatan anak dan ketertiban kelas.


(34)

18

9) Guru sebagai motivator, perlu memiliki keterampilan mendorong motivasi belajar kelas.

10)Guru sebagai penanya, perlu memiliki keterampilan cara bertanya yang merangsang berpikir dan cara memecahkan masalah.

11)Guru sebagai pengganjar, perlu memiliki cara memberikan penghargaan terhadap anak-anak yang berprestasi.

12)Guru sebagai evaluator, perlu memiliki keterampilan cara menilai anak-anak secara objektif, kontinyu, dan komprehensif.

13)Guru sebagai konselor, perlu memiliki keterampilan cara membantu anak-anak yang mengalami kesulitan tertentu. (Oemar Hamalik, 2002: 48).

2.2.5. Kode Etik Guru

Berdasarkan kutipan kode etik guru Indonesia yang disempurnakan pada Kongres XVI tahun 1989 di Jakarta yang diterbitkan oleh PGRI yaitu :

1. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa pancasila.

2. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional.

3. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan melakukan bimbingan dan pembinaan.

4. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya proses belajar mengajar.

5. Guru memelihara dengan baik dengan orang tua murid dan masyarakat sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa tanggung jawab bersama terhadap pendidikan.


(35)

6. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu dan martabat profesinya.

7. Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan sosial.

8. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian.

9. Guru melaksanakan segala kebijaksanaan Pemerintah dalam bidang pendidikan (Soetjipto dan Raflis Kosasi, 2004: 34).

2.2.6. Guru Profesional

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah (UU No.14 tahun 2005, 2005: 2). Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.

Kedudukan guru sebagai tenaga profesional mempunyai visi terwujudnya penyelenggaraan pembelajaran sesuai dengan prinsip-prinsip profesionalitas untuk memenuhi hak yang sama bagi setiap warga Negara dalam memperoleh pendidikan yang bermutu.


(36)

20

Prinsip profesionalitas menurut UU No.14 tahun 2005 pasal 7 yang menyatakan bahwa profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut :

1. Memilki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme

2. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan ahlak mulia

3. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang kependidikan sesuai dengan bidang tugas

4. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas 5. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan 6. Memperoleh penghasilan yang dibutuhkan sesuai dengan prestasi kerja

7. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat

8. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan

9. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.

2.2.7. Kompetensi Guru

Kompetensi guru merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban secara bertanggungjawab dan layak (Uzer Usman, 2000:14). Sedangkan menurut Mohamad Surya (2004: 14) kompetensi guru ialah pengetahuan sikap dan keterampilan yang harus ada pada seseorang agar dapat menunjukkan perilakunya sebagai guru.


(37)

Dalam pasal 8 Undang-undang Republik Indonesia nomor 14 Tahun 2005 disebutkan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidikan, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kompetensi yang ada di dalamnya adalah:

1) Kompetensi pedagogik, adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi : pemahaman wawasan atau landasan kependidikan, pemmahaman terhadap peserta didik, pengembangan kurikulum atau silabus, perancangan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

2) Kompetensi kepribadian, adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik. 3) Kompetensi sosial, adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan

berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orang tua atau wali murid, dan masyarakat sekitar.

4) Kompetensi profesional, adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam yang meliputi : konsep, struktur, dan metode keilmuan/ teknologi/ seni yang menaungi dengan materi ajar, materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah, hubungan konsep antar mata pelajaran terkait, dan kompetisi secara profesional dalam konteks global dengan tetap melestarikan nilai dan budaya Nasional. (penjelasan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005, 2006 : 45).


(38)

22

2.3. Kinerja

2.3.1. Pengertian Kinerja

Kinerja adalah sebuah kata dalam bahasa Indonesia dari kata dasar "kerja" yang menterjemahkan kata dari bahasa asing prestasi. Pengertian Kinerja dalam organisasi merupakan jawaban dari berhasil atau tidaknya tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Kinerja bisa pula berarti hasil kerja.

Kinerja menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2000 : 67) “Kinerja ( prestasi kerja ) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya”.

Kemudian menurut Ambar Teguh Sulistiyani (2003 : 223) dikutip dari “Kinerja seseorang merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha dan kesempatan yang dapat dinilai dari hasil kerjanya”.

Menurut John Whitmore (1997 : 104) “Kinerja adalah pelaksanaan fungsi-fungsi yang dituntut dari seseorang, kinerja adalah suatu perbuatan, suatu prestasi, suatu pameran umum ketrampilan”.

Kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama.

Berdasarkan pengertian di atas, penulis menarik kesimpulan bahwa kinerja merupakan kualitas dan kuantitas dari suatu hasil kerja (output) individu maupun kelompok dalam suatu aktifitas tertentu yang diakibatkan oleh kemampuan alami


(39)

atau kemampuan yang diperoleh dari proses belajar serta keinginan untuk berprestasi.

2.3.2. Faktor-Faktor Kinerja

Menurut Robert L. Mathis dan John H. Jackson (2001 : 82) faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja individu tenaga kerja, yaitu:

1. Kemampuan mereka 2. Motivasi

3. Dukungan yang diterima

4. Keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan 5. Hubungan mereka dengan organisasi.

Menurut Mangkunegara (2000) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi kinerja antara lain :

1. Faktor kemampuan secara psikologis kemampuan (ability) pegawai terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan realita (pendidikan). Oleh karena itu pegawai perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahlihannya.

2. Faktor motivasi-motivasi terbentuk dari sikap (attiude) seorang pegawai dalam menghadapi situasi (situasion) kerja.

2.4. Penjasorkes

2.4.1. Pengertian Penjasorkes

Pengertian pendidikan jasmani pada umumnya dapat dibedakan dari dua sudut pandang, yaitu :


(40)

24

1. Pandangan Tradisional

Pandangan tradisional menganggap bahwa pendidikan jasmani semata-mata hanya mendidik jasmani atau sebagai pelengkap, penyeimbang, atau penyelaras pendidikan rokhani manusia. Dengan kata lain pendidikan jasmani hanya sebagai pelengkap saja.

2. Pandangan Modern

Pandangan modern atau sering juga disebut pandangan holistik, menganggap bahwa manusia bukan sesuatu yang terdiri dari bagian-bagian yang terpilah-pilah. Manusia adalah kesatuan dari berbagai bagian yang terpadu. Oleh karena itu pendidikan jasmani tidak dapat hanya berorientasi pada jasmani saja atau hanya untuk kepentingan satu komponen saja.

Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan pada dasarnya adalah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani dan proses pendidikan untuk meningkatkan kemampuan jasmani (Adang Suherman, 2000: 23). Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan olahraga menurut Soepartono (2000:1) merupakan pendidikan yang menggunakan aktifitas fisik sebagai media utama untuk mencapai tujuan. Bentuk-bentuk aktifitas yang digunakan oleh anak sekolah adalah Bentuk-bentuk gerak olahraga sehingga kurikulum pendidikan jasmani olahraga kesehatan di sekolah diajarkan menurut cabang-cabang olahraga.

Menurut Rusli Luthan dan Soepartono (2000:20), pendidikan jasmani olahraga kesehatan olahraga dan kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan melalui aktifitas jasmani yang bertujuan untuk meningkatkan individu secara organik, neuromuscular, intelektual dan emosional.


(41)

Nadisah (1992:15) mengemukakan bahwa pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan olahraga dan kesehatan adalah bagian dari pendidikan (secara umum) yang berlangsung melalui aktifitas yang melibatkan mekanisme gerak tubuh manusia dan menghasilkan pola-pola perilaku pada individu yang bersangkutan.

Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dan kesehatan sebagai bagian pendidikan secara keseluruhan yang prosesnya menggunakan aktifitas jasmani atau gerak sebagai alat-alat pendidikan maupun sebagai tujuan yang hendak dicapai adalah menanamkan sikap dan kebiasaan berhidup sehat dengan memanfaatkan pengetahuan dan pengalaman tentang kesehatan, baik yang diperoleh secara formal melalui program sekolah ataupun pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh di luar sekolah.

Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan, mempunyai peran dalam pembinaan dan pengembangan individu maupun kelompok dalam pemantapan pertumbuhan dan perkembangan jasmani, mental, sosial, serta emosional yang selaras dan seimbang.

2.4.2. Tujuan Pendidikan Jasmani

Secara umum tujuan pendidikan jasmani dapat diklasifikasikan ke dalam empat kategori, yaitu:

1. Perkembangan fisik. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan melakukan aktivitas-aktivitas yang melibatkan kekuatan-kekuatan fisik dari berbagai organ tubuh seseorang (physical fitness).


(42)

26

2. Perkembangan gerak. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan melakukan gerak secara efektif, efesien, halus, indah, sempurna (skillful). 3. Perkembangan mental. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan berpikir

dan menginterpretasikan keseluruhan pengetahuan tentang pendidikan jasmani ke dalam lingkunganya sehingga memungkinkanya tumbuh dan berkembangnya pengetahuan,sikap, dan tanggung jawab siswa.

4. Perkembangan sosial. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan siswa dalam menyesuaikan diri pada suatu kelompok atau masyarakat.

2.4.3. Bahan Ajar Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan pada dasarnya adalah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani dan proses pendidikan untuk meningkatkan kemampuan jasmani, maka Penjasorkes dapat dilakukan di sekolah dan juga di luar sekolah. Oleh sebab itu olahraga merupakan salah satu aktivitas jasmani yang dapat dijadikan media dalam proses pendidikan jasmani. Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dapat memanfaatkan media aktivitas jasmani lainnya seperti, aktivitas kesegaran jasmani, aktivitas permainan seperti permainan tradisional, aktivitas sosial, aktivitas petualangan, olahraga rekreasi, gerak dasar, dan aktivitas lainnya dalam bentuk aktivitas jasmani.

2.4.4. Landasan Ilmiah Penjasorkes

Selain aktivitas jasmani, para penyelenggara pendidikan jasmani dituntut harus memahami secara mendalam beberapa disiplin lainnya yang berada di bawah payung pendidikan jasmani. Beberapa diantaranya adalah: sport medicine,


(43)

training theory, sport biomechanic, sport psikology, sport pedagogik, sport sosiology, sport history, dan sport philosophy.

Gambar 2.2.

Skema Cabang Ilmu Penjasorkes Sumber : Adang Suherman (2000: 34).

Sport pedagogy

Training teory

Pend. jasmani Sport

history

Sport

psichology medicine Sport

Sport phylosopy Sport

biomechanic Sport sociology


(44)

28 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Metodologi adalah cara yang memecahkan masalah dalam penelitian. Penggunaan metode harus disesuaikan dengan permasalahan yang dikaji agar diperoleh hasil dan simpulan yang tepat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei, metode survei adalah metode yang dipakai untuk memperoleh data-data secara aktual dari suatu kelompok atau suatu daerah.

3.2. Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari subyek penelitian (Suharsimi Arikunto, 2006: 130).

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah guru non Penjasorkes di SMP / Sederajat se-Kecamatan Parakan Kabupaten Temanggung tahun 2009, yang berjumlah 6 sekolah dengan guru non Penjasorkes yang berjumlah 155 guru.

Tabel 3.1.

Jumlah Guru di SMP / Sederajat se-Kecamatan Parakan Kabupaten Temanggung

No Nama Sekolah Jumlah Guru

Penjasorkes

Jumlah Guru Non Penjasorkes 1 2 3 4 5 6

SMP N 1 Parakan SMP Masehi Parakan SMP Al-Iman Parakan SMP Remaja Parakan MTs N Parakan

MTs Muallimin Parakan

2 1 2 1 3 1 33 7 20 24 54 17


(45)

3.3. Sampel

Sampel adalah sebagian populasi yang diteliti (Suharsimi Arikunto, 2006: 131). Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan total sampling. Apabila subyek kurang dari 100 orang lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi, jika subjek lebih besar, maka dapat diambil 10 % - 15 % dari populasi. Total sampling merupakan pengambilan keseluruhan dari sampel. Namun, sampel yang di dapat hanya sebesar 128 guru, karena dalam proses penelitian terjadi hambatan penelitian, yaitu guru non Penjasorkes tidak hadir dalam pengisian angket karena tidak sesuai dengan jadual mengajar dan ada beberapa guru yang keberatan mengisi angket dengan alas an rasa tidak enak / adanya beban psikis dalam pengisian angket. Sehingga jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 128 guru.

3.4. Variabel Penelitian

Variabel Penelitian adalah obyek penelitian yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Suharsimi Arikunto, 2006: 118). Variabel dalam penelitian ini adalah : Persepsi guru non Penjasorkes SMP / Sederajat se-Kecamatan Parakan Kabupaten Temanggung terhadap kinerja guru Penjasorkes.

3.5. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya akan lebih


(46)

30

baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga mudah diolah. (Suharsimi Arikunto, 2006:151)

Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: angket yang dibagikan kepada seluruh guru non bidang studi pendidikan jasmani olahraga kesehatan yang mengajar di SMP / Sederajat se-Kecamatan Parakan Kabupaten Temanggung (terlampir dalam lampiran 6).

3.6. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 3.6.1. Metode Kuesioner atau Angket

Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh data atau informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui (Suharsimi Arikunto, 2006: 225). Kuesioner atau angket digunakan untuk mencari data tentang persepsi guru non Penjasorkes terhadap kompetensi guru Penjasorkes di sekolah.

3.6.2. Metode Observasi

Metode Observasi adalah metode pengamatan langsung (Suharsimi Arikunto, 2006 : 229). Observasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan melakukan observasi awal dengan menyebarkan kuesioner kepada guru non Penjasorkes dan mengawasi saat pengisiannya.


(47)

3.6.3. Metode Dokumentasi

Menurut Arikunto (2006 : 231) metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya.

Studi dokumentasi pada penelitian ini diperoleh dari catatan mengenai kompetensi guru Penjasorkes. Selain itu, sebagai bukti peneliti mengambil gambar kegiatan pengisian kuesioner / angket oleh guru non Penjasorkes dalam bentuk foto.

3.7. Uji Validitas dan Reliabilitas

3.7.1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Suharsimi Arikunto, 2006: 168). Suatu instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud. Untuk mengukur validitas digunakan rumus korelasi Product moment

yang dikemukakan oleh Pearson sebagai berikut:

= ∑ − ∑

∑ − ∑ ∑ − ∑

Keterangan:

rxy = koefesien korelasi antara variabel X dan variabel Y X = nilai faktor tertentu


(48)

32

N = jumlah responden

Suatu butir angket dinyatakan valid apabila memiliki harga rxy rtabel pada taraf signifikansi 5%. Berdasarkan analisis validitas hasil uji coba instrumen angket diketahui dari 33 soal dinyatakan valid semua. Kriteria valid yang digunakan rxy ≥ rtabel pada taraf signifikasi 5% dengan N = 30 yaitu 0,361 (Suharsimi Arikunto, 2006 : 359).

3.7.2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Suharsimi Arikunto, 2006: 178). Dalam penelitian ini untuk mencari realibilitas, alat ukur digunakan teknik dengan menggunakan rumus alpha. ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ − ⎥⎦ ⎤ ⎢⎣ ⎡ − =

2 2 11 1 1 t b k k r σ σ Keterangan :

r11 : reliabilitas instrumen

k : banyaknya butur pertanyaan

∑σ

b2 : jumlah varian butir σt2 : varians skor total


(49)

Keterangan:

r11 = reliabilitas instrumen k = banyaknya butir pertanyaan ∑σb² = jumlah varian butir

= varian skor total Kriteria :

Apabila r11 > rtabel maka angket tersebut reliabel 1. Untuk mencari varians total:

t =∑ Y − ∑ YN N Keterangan :

Σ = varians tiap butir Y = jumlah skor butir N = jumlah responden Perhitungan Varians total:

t = − = .

= 141.406

2. varians butir


(50)

34

b = − = .

b = − = . b = − = . :

b = − = .

∑ = 0.210 + 0.062 + 0.090 + + 0.462

= 15.528 3. Koefisien realibilitas

= − − ..

Karena r11 = 0,918 > 0,6 maka dapat disimpulkan bahwa angka tersebut reliabel.

3.8. Metode Analisis Data

Langkah- langkah menganalisis data adalah sebagai berikut:

1. Dari data angket yang didapat berupa data kuantitatif, agar data tersebut dapat dianalisis maka haruslah diubah menjadi data kuantitatif (Suharsimi Arikunto, 2002 : 96). Menguantitatifkan jawaban item pertanyaan dengan memberikan tingkat – tingkat skor untuk masing – masing jawaban sebagai berikut :


(51)

Jawaban ”ya” diberi skor 3 Jawaban ”tidak” diberi skor 2 Jawaban ”tidak tahu” diberi skor 1

2. Menghitung frekuensi untuk tiap – tiap kategori jawaban yang ada pada masing – masing variabel / subvariabel

3. Dari hasil perhitungan dalam rumus akan dihasilkan angka dalam bentuk presentase

Adapun rumus untuk analisis deskriptif prosentase ( DP ) adalah :

% 100

x N

n DP=

Keterangan :

DP : deskriptif prosentase

N : skor empirik (skor yang diperoleh) n : skor ideal / jumlah nilai responden

(Mohamad Ali, 1987: 184)

Untuk menentukan kategori atau jenis deskriptif prosentase yang diperoleh masing-masing indikator dalam variabel, dari perhitungan deskriptif prosentase kemudian ditafsirkan ke dalam kalimat.

1. Cara menetukan tingkat kriteria adalah sebagai berikut: 1.1Menentukan angka persentase tertinggi

%

% = %


(52)

36

%

% = , %

1.3Rentang persentase: 100% - 33,33% = 66,66% 1.4Interval kelas persentase: 66,66% : 3 = 22,22%

Untuk mengetahui tingkat kriteria tersebut, selanjutnya skor yang diperoleh (dalam %) dengan analisis deskriptif prosentase dikonsultasikan dengan tabel kriteria.

Untuk menentukan kategori atau jenis deskriptif prosentase yang diperoleh masing-masing indikator dalam variabel, dari perhitungan deskriptif prosentase kemudian ditafsirkan dalam kalimat.

Tabel 3.1.

Tabel kriteria deskriptif prosentase

No Prosentase Kriteria

1 77,78 % – 100,00 % Baik

2 55,56 % – 77,77 % Sedang


(53)

37 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

Gambaran Persepsi Guru Non Penjasorkes Di SMP / Sederajat Se-Kecamatan Parakan Kabupaten Temanggung terhadap kinerja guru Penjasorkes berdasarkan data penelitian diperoleh jumlah skor sebesar 11315 dengan persentase skor 89,29% dan termasuk kategori baik. Ditinjau dari pernyataan masing-masing guru diperoleh hasil seperti disajikan pada tabel berikut :

Tabel 4.1.

Distribusi Persepsi Guru Non Penjasorkes Di SMP/Sederajat Se-Kecamatan Parakan KabupatenTemanggung terhadap Kinerja Guru Penjasorkes No Interval Persentase Kategori Distribusi %

1 77,78 – 100,00 Baik 119 92,97 2 55,56 – 77,77 Sedang 9 7,03 3 33,33 – 55,55 Kurang 0 0

Jumlah 128 100

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel di atas diketahui bahwa sebagian besar guru 92,97% telah memiliki persepsi yang baik terhadap kinerja guru Penjasorkes, sedangkan persepsi sebagian guru yaitu 7,03% guru memiliki persepsi yang sedang, dan tidak ada atau 0% guru yang mempunyai persepsi kurang terhadap kinerja guru Penjasorkes. Dengan demikian menunjukkan bahwa persepsi guru non Penjasorkes di SMP / Sederajat Se-Kecamatan Parakan Kabupaten Temanggung terhadap kinerja guru Penjasorkes secara umum adalah baik.


(54)

38

Lebih jelasnya distribusi persepsi guru non Penjasorkes di SMP / Sederajat Se-Kecamatan Parakan Kabupaten Temanggung terhadap kinerja guru Penjasorkes tersebut dapat disajikan pada diagram berikut ini :

Gambar 4.1.

Diagram deskriptif persepsi guru non Penjasorkes di SMP / Sederajat Se-Kecamatan Parakan Kabupaten Temanggung terhadap kinerja guru Penjasorkes

Gambaran persepsi guru non Penjasorkes Di SMP / Sederajat Se-Kecamatan Parakan Kabupaten Temanggung terhadap kinerja guru Penjasorkes dari masing-masing aspek dapat disajikan sebagai berikut :

4.1.1. Memiliki Kompetensi Kepribadian sebagai Pendidik

Aspek ini terdiri dari: Memiliki kepribadian mantap dan stabil, Memiliki kepribadian dewasa, Memiliki kepribadian arif, Memiliki kepribadian yang berwibawa, dan Memiliki ahlak mulia dan dapat menjadi teladan. Aspek ini memperoleh jumlah skor 2934 dengan persentase 95,50% yang masuk dalam ketegori baik. Ditinjau dari pernyataan masing-masing guru pada aspek memiliki kepribadian sebagai pendidik diperoleh hasil seperti disajikan pada tabel berikut:

0 20 40 60 80 100

Baik Sedang Kurang

92,97%

7,03%

0%

D

is

tr

ibus

i (

%

)


(55)

Tabel 4.2.

Distribusi Persepsi Guru Non Penjasorkes pada Aspek Memiliki Kepribadian sebagai Pendidik

No Interval Presentase Kategori Distribusi %

1 77,78 – 100,00 Baik 119 92,97

2 55,56 – 77,77 Sedang 9 7,03

3 33,33 – 55,55 Kurang 0 0,00

Jumlah 128 100,00

Lebih jelasnya distribusi persepsi guru non Penjasorkes pada aspek memiliki kepribadian sebagai pendidik dari kinerja guru Penjasorkes tersebut dapat disajikan secara grafis pada diagram berikut ini :

Gambar 4.2.

Diagram Persepsi non Penjasorkes pada Aspek Memiliki Kepribadian sebagai Pendidik dari Kinerja Guru Penjasorkes

Diagram di atas menunjukkan bahwa sebagian besar guru non Penjasorkes di SMP / Sederajat Se- Kecamatan Parakan Kabupaten Temanggung yaitu 92,97% telah memiliki persepsi bahwa guru Penjasorkes memiliki kepribadian sebagai pendidik yang baik, selebihnya yaitu 7,03% guru memiliki persepsi bahwa guru Penjasorkes memiliki kepribadian sebagai pendidik yang sedang, dan

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Baik Sedang Kurang

92,97%

7,03%

0.00%

D

is

tr

ibus

i (

%

)


(56)

40

0,00% guru yang memiliki persepsi bahwa guru Penjasorkes memiliki kepribadian sebagai pendidik yang kurang.

4.1.1.1. Analisis Deskriptif Tiap Indikator Aspek Memiliki Kepribadian Sebagai Pendidik.

Ditinjau dari persepsi guru tiap indikator aspek memiliki kepribadian sebagai pendidik yang terdiri dari memiliki kepribadian mantap dan stabil, memiliki kepribadian dewasa, memiliki kepribadian arif, memiliki kepribadian yang berwibawa, dan memiliki ahlak mulia dan dapat menjadi teladan diperoleh hasil seperti tersaji pada tabel berikut :

Tabel 4.3.

Deskriptif Persepsi Guru pada Tiap Indikator Aspek Memiliki Kepribadian sebagai Pendidik

No Indikator Skor Persentase

(%) Kriteria 1. 2. 3. 4. 5. Memiliki kepribadian mantap dan stabil

Memiliki kepribadian dewasa

Memiliki kepribadian arif Memiliki kepribadian yang berwibawa

Memiliki ahlak mulia dan dapat menjadi teladan

724 1113 356 365 376 94,27 96,61 93,00 95,00 98,00 Baik Baik Baik Baik Baik Sumber : Data hasil penelitian 2009

Lebih jelasnya hasil tersebut dapat disajikan secara grafis pada diagram batang berikut:


(57)

Gambar 4.3.

Diagram Persepsi Guru Pada Aspek Memiliki kepribadian sebagai pendidik Tiap Indikator dari Kinerja Guru Penjasorkes

Keterangan :

1. Memiliki kepribadian mantap dan stabil 2. Memiliki kepribadian dewasa

3. Memiliki kepribadian arif

4. Memiliki kepribadian yang berwibawa

5. Memiliki ahlak mulia dan dapat menjadi teladan

Diagram di atas menunjukkan bahwa persepsi guru pada indikator aspek memiliki kepribadian sebagai pendidik yang dilaksanakan guru Penjasorkes secara umum telah baik.

4.1.2. Memiliki Kompetensi Pedagogik

Aspek ini terdiri dari: memahami peserta didik, merancang pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan mengembangkan peserta didik. Aspek ini memperoleh jumlah skor 2541 dengan persentase 82,71% yang masuk kategori baik. Ditinjau dari pernyataan masing-masing guru pada aspek

0 20 40 60 80 100

1 2 3 4 5

94,27% 96,61% 93,00% 95,00% 98,00%

D

is

tr

ibus

i (

%

)


(58)

42

memiliki kompetensi pedagogik diperoleh hasil seperti disajikan pada tabel berikut :

Tabel 4.4.

Distribusi Persepsi Guru pada Aspek Memiliki Kompetensi Pedagogik dari Kinerja Guru Penjasorkes

No Interval Persentase Kategori Distribusi %

1. 77,78− 100,00 Baik 87 67,97

2. 55,56 – 77,77 Sedang 37 28,91

3. 33,33 – 55,55 Kurang 4 3,13

Jumlah 128 100,00

Lebih jelasnya hasil tersebut dapat disajikan secara grafis pada diagram batang berikut ini :

Gambar 4.4.

Diagram Persepsi Guru pada Aspek Memiliki Kompetensi Pedagogik dari Kinerja Guru Penjasorkes

Diagram di atas menunjukkan bahwa sebagian besar guru non Penjasorkes Kecamatan Parakan Kabupaten Temanggung yaitu 67,97% telah memiliki persepsi bahwa guru Penjasorkes memiliki kompetensi pedagogik yang sedang, selebihnya yaitu 28,91% guru memiliki persepsi bahwa guru Penjasorkes

0 20 40 60 80 100

Baik Sedang Kurang

67,97%

28,91%

3,13%

D

is

tr

ibus

i (

%

)


(59)

memiliki kompetensi pedagogik dan masuk kategori sedang, dan hanya 3,13% guru yang memiliki persepsi kurang.

4.1.2.1. Analisis Deskriptif tiap Indikator Aspek Memiliki Kompetensi Pedagogik

Aspek ini terdiri dari: memahami peserta didik, merancang pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan mengembangkan peserta didik diperoleh hasil seperti tersaji pada tabel berikut:

Tabel 4.5.

Deskriptif Persepsi Guru pada Tiap Indikator Aspek Memiliki Kompetensi Pedagogik

No Indikator Skor Persentase

(%) Kriteria 1.

2. 3. 4. 5.

Memahami peserta didik Merancang pembelajaran Melaksanakan pembelajaran Evaluasi hasil belajar

Mengembangkan peserta didik

977 273 271 314 706 84,81 71,00 70,60 81,80 91,92 Baik Sedang Sedang Baik Baik

Lebih jelasnya hasil tersebut dapat disajikan pada diagram batang berikut: Gambar 4.5.

Diagram Persepsi pada tiap Indikator Aspek Memiliki Kompetensi Pedagogik

0 20 40 60 80 100

1 2 3 4 5

84,81% 71,00% 70,60% 81,80% 91,92% D is tr ibus i ( % ) Kriteria


(60)

44

Keterangan:

1. Memahami peserta didik 4. Evaluasi hasil belajar

2. Merancang pembelajaran 5. Mengembangkan peserta didik 3. Melaksanakan pembelajaran

Diagram di atas menunjukkan bahwa persepsi guru pada indikator aspek memiliki kompetensi pedagogik yang dilaksanakan guru Penjasorkes secara umum telah baik dalam aspek memahami peserta didik, mengevaluasi hasil belajar, mengembangkan peserta didik dan persepsi yang sedang terhadap aspek merancang pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran.

4.1.3. Memiliki Kompetensi Profesional sebagai Pendidik

Ditinjau dari aspek apakah guru Penjasorkes memiliki kompetensi profesional sebagai pendidik yang mengkaji tentang apakah guru Penjasorkes menguasai bidang studi secara luas dan mendalam diperoleh jumlah skor 3830 dengan persentase 90,67% yang masuk kategori baik. Ditinjau dari pernyataan masing-masing guru pada aspek memiliki kompetensi profesional sebagai pendidik diperoleh hasil seperti disajikan pada tabel berikut:

Tabel 4.6.

Distribusi Persepsi Guru pada Aspek Memiliki Kompetensi Profesional sebagai Pendidik

No Interval Persentase Kategori Distribusi % 1.

2. 3.

77,78 – 100 55,56 – 77,77 33,33 – 55,55

Baik Sedang Kurang

113 13 2

88,28 10,16 1,56

Jumlah 128 100,00

Lebih jelasnya hasil tersebut dapat disajikan secara grafis pada diagram batang berikut ini :


(61)

Gambar 4.6.

Diagram Distribusi Persepsi Guru pada Aspek Guru Penjasorkes Memiliki Kompetensi Profesional Sebagai Pendidik

Diagram diatas menunjukkan bahwa sebagian besar guru non Penjasorkes SMP / Sederajat Se-Kecamatan Parakan Kabupaten Temanggung yaitu 88,28% telah memiliki persepsi bahwa guru Penjasorkes pada umumnya dan khususnya telah memiliki kompetensi profesional sebagai pendidik yang baik, selebihnya yaitu 10,16% guru yang memiliki persepsi bahwa guru Penjasorkes memiliki kompetensi profesional sebagai pendidik masuk kategori sedang, dan hanya 1,56% guru yang memiliki persepsi bahwa guru Penjasorkes memiliki kompetensi profesional sebagai pendidik dan ini masuk kategori kurang.

4.1.3.1. Analisis Deskriptif Tiap Indikator Aspek Memiliki Kompetensi Profesional sebagai Pendidik

Ditinjau dari persepsi guru pada tiap indikator aspek memiliki profesional sebagai pendidik yang berupa penguasaan dalam hal menguasai bidang studi secara luas dan mendalam diperoleh hasil seperti tabel berikut :

0 20 40 60 80 100

Baik Sedang Kurang

88,28%

10,16%

1,56%

D

is

tr

ibus

i (

%

)


(62)

46

Tabel 4.7.

Deskriptif Persepsi Guru pada Tiap Indikator Aspek Memiliki Kompetensi Profesional Sebagai Pendidik

No Indikator Skor Persentase (%) Kriteria 1 Menguasai bidang studi secara

luas dan mendalam

3830 90,67 Baik

Lebih jelasnya hasil tersebut dapat disajikan secara grafis pada diagram batang berikut ini :

Gambar 4.7.

Diagram Persepsi guru pada Aspek Memiliki kompetensi profesional sebagai pendidik

Diagram di atas menujukkan bahwa persepsi guru pada indikator aspek memiliki kompetensi profesional sebagai pendidik yang dilaksanakan guru Penjasorkes dalam aspek mampu menguasai bidang studi secara luas dan mendalam telah baik.

4.1.4. Memiliki Kompetensi Sosial sebagai Pendidik

Aspek ini terdiri dari: Berkomunikasi secara efektif dan bergaul secara efektif. Pada aspek ini memperoleh skor 2010 dengan persentase 87,24% yang masuk kategori baik. Ditinjau dari pernyataan masing-masing guru pada aspek

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Menguasai bidang studi secara luas dan mendalam 90,67%

D

is

tr

ibus

i (

%

)


(63)

memiliki kompetensi sosial sebagai pendidik diperoleh hasil seperti disajikan pada tabel berikut :

Tabel 4.8.

Distribusi Persepsi Guru pada Aspek Memiliki Kompetensi Sosial Sebagai Pendidik pada Kinerja Guru Penjasorkes

No Interval Persentase Kategori Distribusi % 1 77,78 – 100,00 Baik 115 89,85 2 55,56 – 77,77 Sedang 11 8,59

3 33,33 – 55.55 Kurang 2 1,56

Jumlah 128 100,00

Lebih jelasnya hasil tersebut dapat disajikan secara grafis pada diagram batang berikut ini :

Gambar 4.8.

Diagram Persepsi Guru pada Aspek Memiliki Kompetensi Sosial Sebagai Pendidik pada Kinerja Guru Penjasorkes

Diagram di atas menunjukkan bahwa sebagian besar guru non Penjasorkes di SMP / Sederajat Se-Kecamatan Parakan Kabupaten Temanggung yaitu 89,85% telah memiliki persepsi bahwa guru Penjasorkes pada umumnya dan khususnya di Kecamatan Parakan Kabupaten Temanggung telah memiliki kompetensi sosial sebagai pendidik yang baik, Selebihnya yaitu 8,59% guru yang memiliki persepsi

0 20 40 60 80 100

Baik Sedang Kurang

89,85%

8,59% 1,56%

D

is

tr

ibus

i (

%

)


(64)

48

bahwa guru Penjasorkes memiliki kompetensi sosial sebagai pendidik masuk kategori sedang, dan hanya 1,56% guru yang memiliki persepsi bahwa guru Penjasorkes memiliki kompetensi sosial sebagai pendidik dan ini masuk kategori kurang.

4.1.4.1. Analisis Deskriptif Tiap Indikator Aspek Perhatian

Ditinjau dari persepsi guru pada tiap indikator aspek perhatian yang terdiri dari berkomunikasi secara efektif dan bergaul secara efektif diperoleh hasil seperti tersaji pada tabel berikut ini :

Tabel 4.9.

Deskriptif Persepsi Guru pada tiap Indikator Aspek Memiliki Kompetensi Sosial Sebagai Pendidik

No Indikator Skor Persentase

% Kriteria 1.

2.

Berkomunikai secara efektif Bergaul secara efektif

1088 922 94,44 80,03 Baik Baik

Lebih jelasnya hasil tersebut dapat disajikan secara grafis pada diagram batang berikut ini :

Gambar 4.9.

Diagram Persepsi Guru pada Aspek Memiliki Kompetensi Sosial Sebagai Pendidik Tiap Indikator dari Kinerja Guru Penjasorkes

0 20 40 60 80 100 1 2 94,44% 80,03% D is tr ibus i ( % ) Kriteria


(65)

Keterangan:

1. Berkomunikasi secara efektif 2. Bergaul secara efektif

Diagram di atas menunjukkan bahwa persepsi guru pada indikator aspek memiliki kompetensi sosial sebagai pendidik yang dimiliki guru Penjasorkes yang terdiri dari berkomunikasi secara efektif dan bergaul secara efektif diperoleh hasil yaitu 94,44% dari aspek berkomunikasi secara efektif, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa persepsi guru non Penjasorkes pada aspek berkomunikasi secara efektif baik, sedangkan 80,03% guru memiliki persepsi yang masuk kategori baik juga terhadap aspek memiliki kompetensi sosial sebagai pendidik dalam hal ini pada aspek bergaul secara efektif.

4.1.5. Analisis Deskriptif Tiap Indikator dari kinerja guru Penjasorkes

Ditinjau dari persepsi guru pada tiap indikator dari kinerja guru Penjasorkes yang terdiri dari memiliki kepribadian sebagai pendidik, memiliki kompetensi pedagogik, memiliki kompetensi profesional sebagai pendidik, dan memiliki kompetensi sosial sebagai pendidik diperoleh hasil seperti tersaji pada tabel berikut ini :

Tabel 4.10.

Deskriptif Persepsi Guru Non Penjasorkes terhadap kinerja guru Penjasorkes dari masing-masing indikator

No Indikator Persentase Kriteria

1. 2. 3. 4.

Memiliki kepribadian sebagai pendidik

Memiliki kompetensi pedagogik Memiliki kompetensi profesional sebagai pendidik

Memiliki kompetensi sosial sebagai pendidik

92,97 % 67,97 % 88,28 % 89,85 %

Baik Sedang

Baik Baik


(66)

50

Lebih jelasnya hasil tersebut dapat disajikan secara grafis pada diagram batang berikut ini :

Gambar 4.10.

Diagram Persepsi Guru Non Penjasorkes terhadap kinerja guru Penjasorkes dari masing-masing indikator

Keterangan:

1. Memiliki kepribadian sebagai pendidik 2. Memiliki kompetensi pedagogik

3. Memiliki kompetensi profesional sebagai pendidik 4. Memiliki kompetensi sosial sebagai pendidik

Gambar di atas menunjukkan bahwa persepsi guru pada indikator aspek memiliki kepribadian sebagai pendidik diperoleh hasil yaitu 92,97%, Memiliki kompetensi pedagogik diperoleh hasil yaitu 67,97%, Memiliki kompetensi profesional sebagai pendidik diperoleh hasil yaitu 88,28%, dan Memiliki kompetensi sosial sebagai pendidik diperoleh hasil yaitu 89,85% sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa persepsi guru non Penjasorkes secara umum sudah baik, namun masih ada yang sedang terhadap kinerja guru Penjasorkes.

50 60 70 80 90 100

1 2 3 4

92,97%

67,97%

88,28% 89,85%

D

is

tr

ibus

i (

%

)


(67)

4.1.6. Analisis Deskriptif dari kinerja guru Penjasorkes guru tiap bidang studi Gambaran persepsi guru non Penjasorkes terhadap kinerja guru Penjasorkes di SMP / Sederajat Se-Kecamatan Parakan Kabupaten Temanggung tahun 2009 dari masing-masing bidang studi dapat disajikan sebagai berikut:

Tabel 4.11.

Deskriptif persepsi dari masing-masing guru bidang studi

No Bidang Studi Persentase (%)

Baik Sedang Kurang

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 11. 12. Bahasa Indonesia Bahasa Inggris IPS IPA TIK BK Matematika Bahasa Jawa KTK PKn Pendidikan Agama Lain-lain 87,50 100 94,20 93,75 100 80,00 93,33 100 100 100 86,98 100 12,50 - 5,80 6,25 - 20,00 6,67 - - - 13,04 - - - - - - - - - - - - - Lebih jelasnya hasil tersebut dapat dilihat dalam bentuk diagram berikut :

Gambar 4.11.

Diagram deskriptif persepsi dari masing-masing guru bidang studi

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Baik Sedang Kurang


(68)

52

Keterangan:

1. Bahasa Indonesia: 16 guru 7. Matematika: 15 guru 2. Bahasa Inggris: 12 guru 8. Bahasa Jawa: 3 guru

3. IPS: 17 guru 9. KTK: 7 guru

4. IPA: 16 guru 10. PKn: 4 guru

5. TIK: 7 guru 11. PAI: 23 guru

6. BK : 5 guru 12. Lain-lain: 3 guru

4.1.6.1.Guru bidang studi Bahasa Indonesia

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum persepsi guru bidang studi Bahasa Indonesia terhadap kinerja guru Penjasorkes di SMP / sederajat Se-Kecamatan Parakan Kabupaten Temanggung mempunyai tingkat persepsi yang baik. Hasil yang diperoleh tersaji pada tabel berikut ini :

Tabel 4.12.

Distribusi Prosentase Persepsi Guru Bahasa Indonesia Terhadap Kinerja Guru Penjasorkes

Kriteria Interval Prosentase Frekuensi/ Jumlah

(orang) Prosentase

Baik 77,78 – 100 14 87,50 %

Sedang 55,56 – 77,77 2 12,50%

Kurang 33,33 – 55,55 0 0 %

Jumlah 16 100 %

(Sumber: Data hasil penelitian 2009)

Lebih jelasnya hasil tersebut dapat disajikan secara grafis pada diagram batang berikut ini :


(69)

Gambar 4.12.

Diagram Distribusi Frekuensi Persepsi Guru bidang studi Bahasa Indonesia Terhadap Kinerja Guru Penjasorkes

Diagram di atas menunjukkan bahwa sebagian besar guru bidang studi Bahasa Indonesia di SMP / Sederajat Se-Kecamatan Parakan Kabupaten Temanggung yaitu 87,50% menunjuk kriteria baik, selebihnya yaitu 12,50% masuk kriteria sedang, dan 0% yang masuk kriteria kurang.

4.1.6.2.Guru bidang studi Bahasa Inggris

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum persepsi guru bidang studi Bahasa Inggris terhadap kinerja guru Penjasorkes di SMP / Sederajat Se-Kecamatan Parakan Kabupaten Temanggung mempunyai tingkat persepsi yang baik. Hasil yang diperoleh tersaji pada tabel berikut ini :

Tabel 4.13.

Distribusi Prosentase Persepsi Guru bidang studi Bahasa Inggris Terhadap Kinerja Guru Penjasorkes

Kriteria Interval Prosentase Frekuensi/ Jumlah

(orang) Prosentase

Baik 77,78 – 100 12 100 %

Sedang 55,56 – 77,77 0 0 %

Kurang 33,33 – 55,55 0 0 %

Jumlah 12 100 %

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Baik Sedang Kurang

87,50% 12,50 % 0 % D is tr ibus i ( % ) Kriteria


(70)

54

Lebih jelasnya hasil tersebut dapat disajikan secara grafis pada diagram batang berikut ini.

Gambar 4.13.

Diagram Distribusi Frekuensi Persepsi Guru bidang studi Bahasa Inggris Terhadap Kinerja Guru Penjasorkes

Diagram di atas menunjukkan bahwa persepsi guru bidang studi Bahasa Inggris terhadap kinerja guru Penjasorkes di SMP / Sederajat Se-Kecamatan Parakan Kabupaten Temanggung sebagian besar menunjukkan kriteria baik, terbukti dengan jumlah 12 guru dengan prosentase 100% menunjuk kriteria baik. 4.1.6.3.Guru bidang studi IPS

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum persepsi guru bidang studi IPS terhadap kinerja guru Penjasorkes tingkat SMP / Sederajat Se-Kecamatan Parakan Kabupaten Temanggung mempunyai tingkat persepsi yang baik. Hasil yang diperoleh tersaji pada tabel berikut ini :

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Baik Sedang Kurang

100 %

0 %

0 %

D

is

tr

ibus

i (

%

)


(1)

Data Hasil Penelitian Persepsi Guru Agama Terhadap Kinerja Guru Penjasorkes di SMP Sederajat Se-Kecamatan ParakanKabupaten Temanggung

No

Pertanyaan Memiliki kepribadian sebagai pendidik Memiliki kompetensi pedagogik

Memiliki kompetensi profesional sebagai pendidik

Memiliki kompetensi sosial sebagai

pendidik ∑

I-1

I-2 I-3 I-4 I-5 ∑

I-6 I-7 I-8 I-9 I-10 ∑ I-11 ∑ I-12 I-13 ∑

Kode Res 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1

0 1

1 12 13 14

1 5 1 6 1 7 1 8 1 9 2 0 2 1 2 2 2 3 2 4 2 5 2 6 2

7 28 29 30 31 32 33

R-02 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 2 3 3 3 3 3 3 23 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 31 3 3 3 2 2 3 16 94 R-03 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 2 3 2 3 3 3 3 22 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 31 3 3 3 2 2 3 16 93 R-09 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 1 3 1 3 3 3 3 20 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 31 3 3 3 3 2 3 17 92 R-12 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 33 3 3 3 1 2 3 15 96 R-13 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 2 3 1 2 3 3 3 20 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 31 3 3 3 2 2 3 16 91 R-14 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 3 3 1 3 3 3 3 22 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 31 3 3 3 2 2 3 16 93 R-25 3 3 3 3 1 3 3 3 22 3 1 1 3 3 3 3 1 18 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 33 3 3 3 1 1 1 12 85 R-36 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 33 3 3 3 2 3 3 17 98 R-46 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 2 3 3 1 3 3 3 21 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 31 3 3 3 2 2 3 16 92 R-50 3 2 2 3 3 2 2 3 20 1 2 3 1 1 1 1 2 12 2 2 1 1 2 2 3 1 1 2 1 18 2 1 1 2 2 2 10 60 R-60 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 3 3 2 2 3 3 3 22 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 31 3 3 3 2 2 3 16 93 R-68 1 3 3 3 2 1 1 3 17 1 3 1 1 2 2 1 3 14 2 3 1 2 3 3 3 3 2 3 3 28 3 3 1 1 2 3 13 72 R-69 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 1 3 3 2 3 3 2 20 3 2 1 3 2 3 3 1 1 3 2 24 1 3 2 3 3 3 15 83 R-75 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 3 3 3 1 3 3 3 22 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 31 3 3 1 2 2 3 14 91 R-83 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 2 3 3 2 3 3 3 22 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 32 3 3 3 2 2 3 16 94 R-84 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 1 3 3 3 3 3 3 22 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 32 3 3 3 1 1 3 14 92 R-85 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 2 3 3 3 3 3 3 23 3 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 31 3 3 3 1 1 3 14 92 R-86 2 1 3 3 3 3 2 3 20 3 1 3 2 2 1 3 1 16 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 31 3 3 3 3 3 2 17 84 R-93 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 1 1 3 1 3 3 3 18 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 33 3 3 3 2 2 3 16 91 R-99 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 3 3 1 1 3 3 3 20 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 31 3 3 3 2 2 3 16 91 R-106 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 2 3 3 3 1 3 3 21 3 3 1 3 1 3 3 3 3 1 1 25 3 3 3 3 1 3 16 86 R-115 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 2 3 3 2 3 3 3 22 3 2 3 3 3 3 3 3 3 1 3 30 3 3 3 2 2 3 16 92 R-116 1 3 1 3 1 1 1 3 14 3 3 1 1 1 1 3 1 14 3 3 1 3 2 1 3 3 3 1 1 24 3 3 1 2 3 1 13 65

Jumlah 130 199 64 63 69 525 174 52 50 60 126 462 686 686 193 154 347 202

0 % 94.2 96.135

27 92.7

5 91.3 100 95.1 1 84.057 97 75.3 6 72.4 6 86.9

6 91.3 83.7 90.38208169

90.38 21 93.236714 98 74.396135 27 83.81642 51 88.7 1


(2)

99

Data Hasil Penelitian Persepsi Guru Lain-lain Terhadap Kinerja Guru Penjasorkes di SMP Sederajat Se-Kecamatan Parakan Kabupaten Temanggung

No Pertanyaan Memiliki kepribadian sebagai pendidik Memiliki kompetensi pedagogik Memiliki kompetensi profesional sebagai pendidik Memiliki kompetensi sosial sebagai pendidik ∑

I-1 I-2 I-3 I-4 I-5 I-6 I-7 I-8 I-9 I-10 I-11 I-12 I-13

Kode Res 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33

R-11 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 1 3 1 2 3 3 3 19 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 31 3 3 3 2 2 3 16 90

R-94 3 3 3 3 3 3 3 3 24 3 2 3 3 2 3 3 3 22 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 31 3 3 2 3 3 3 17 94

R-96 3 3 3 3 3 1 3 3 22 3 1 3 1 2 2 3 3 18 1 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 30 1 2 3 2 2 3 13 83

Jumlah 18 27 7 9 9 70 22 5 6 8 18 59 92 92 23 23 46 267

% 100 100 77.78 100 100 97.22 81.48148 55.56 66.67 88.89 100 81.94 92.92929293 92.9293 85.18518519 85.18518519 85.1851852 89.9


(3)

100

MTsN Parakan Temanggung


(4)

101

SMP N Parakan Temanggung


(5)

SMP Remaja Parakan Temanggung


(6)

103

MTs Muallimin Parakan Temanggung