Gambaran Kesepian Pada Istri Anggota TNI Yang Ditinggal Suami Bertugas Studi Deskriptif mengenai Tipe Kesepian pada Istri Anggota TNI yang Ditinggal Suami Bertugas ke Libanon.

(1)

RINGKASAN SKRIPSI

GAMBARAN KESEPIAN PADA ISTRI ANGGOTA TNI YANG DITINGGAL SUAMI BERTUGAS

Studi Deskriptif mengenai Tipe Kesepian pada Istri Anggota TNI yang Ditinggal Suami Bertugas ke Libanon

ASTY YUNDA SEPTIANTINI NPM 190110090101

UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS PSIKOLOGI

JATINANGOR 2015


(2)

ABSTRAK

Penelitian ini merupakan studi deskriptif mengenai kesepian berupa tipe kesepian istri anggota tni yang ditinggal suami bertugas. Ketidakhadiran suami dalam kehidupan sehari-hari menyebabkan istri tidak mendapatkan perhatian sebagaimana yang mereka harapkan Kesepian terjadi ketika jaringan hubungan sosial istri dirasa kurang dalam kuantitas dan kualitas. Pemahaman mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi istri merasakan kesepian dan mengenai gambaran kesepian berupa tipe kesepian menjadi kian penting untuk diketahui.

Subjek penelitian berjumlah 73 orang, yaitu istri anggota TNI yang ditinggal suami bertugas ke Libanon. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner berskala ordinal. Kuesioner disusun berdasarkan tipologi kesepian dari de-Jong Gierveld & Jos Raadschelders, 1978. Kemudian dilakukan pengujian alat ukur. Uji reliabilitas dengan menggunakan Alpha Cronbach dan uji validitas menggunakan Expert Judgment.

Pengolahan data menggunakan kategorisasi berdasarkan persetujuan responden terhadap masing-masing subdimensi, kemudian disesuaikan dengan tabel profil kesepian dan tipe kesepian. Hasilnya sebanyak 41% istri anggota TNI termasuk kedalam tipe III (The Resigned Hopelessly Lonely). Sedangkan 27% % istri anggota TNI termasuk kedalam tipe I (The Hopeless Lonely Who Are Dissatisfied With Their Relationship), 22% istri anggota TNI termasuk kedalam tipe IV (The Nonlonely), dan 10% istri anggota TNI sisanya termasuk kedalam tipe II (The Periodically And Temporary Lonely).


(3)

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat membantu masyarakat, terutama keluarga TNI, suami dan istri untuk dapat memahami bahwa kebutuhan istri akan intimate attachment merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi istri mengalami kesepian saat ditinggal suami bertugas.

Kata kunci : tipe kesepian, istri anggota TNI

I. PENDAHULUAN

Tugas pokok TNI adalah menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara. Tugas pokok sebagaimana dimaksud diatas dilakukan dengan operasi militer untuk perang dan operasi militer selain perang, salah satunya adalah melaksanakan tugas perdamaian dunia sesuai dengan kebijakan politik luar negeri (www.tni.mil.id).

Setiap anggota TNI harus siap untuk dikirim ke mana saja, begitu juga saat harus dikirim ke Libanon. Kesiapan tersebut tidak hanya harus dimiliki oleh seorang anggota TNI akan tetapi juga oleh keluarga yang ditinggalkan khususnya istri. Tuntutan profesi dan tugas suami dalam pekerjaan diasumsikan dapat menjadi hambatan dalam terwujudnya keluarga ideal, dimana ayah, ibu dan anak tinggal bersama secara fisik. Menikah dengan seorang anggota TNI, tentu merupakan kebanggaan tersendiri di samping konsekuensi yang harus dihadapi pula (Kartika Kencana, 2011). Seorang anggota TNI memiliki komitmen untuk


(4)

lebih mengutamakan kepentingan negara dari pada kepentingan pribadi, tugas yang diberikan negara kepadanya harus lebih diutamakan. Hal ini telah diketahui oleh istri saat mereka memutuskan untuk menikah dengan anggota TNI. Seorang wanita yang menikah dengan anggota TNI memiliki banyak konsekuensi salah satunya adalah ditinggal tugas suami. Sebagai istri anggota TNI diharapkan dapat merelakan suami pergi untuk urusan pekerjaan, karena tugas memang harus dijalankan. Istri anggota TNI dituntut untuk menjadi dewasa, mandiri, dan tangguh selama ditinggal suami (Kartika Kencana, 2011). Siapapun yang bersedia menjadi pendamping hidup seorang anggota TNI, harus rela dan tabah dengan segala tugas yang diemban suaminya. Para istri tentu saja tidak hanya ditinggalkan satu kali untuk tugas dalam jangka waktu tertentu tetapi bisa berulangkali bahkan hampir sepanjang perkawinan mereka (Kartika Kencana, 2011). Saat suami tidak ada otomatis tanggung jawab keluarga sepenuhnya ada dipundak istri, mulai dari mengurus rumah hingga anak. Selama istri ditinggalkan oleh suami, tidak mustahil akan banyak mengalami hambatan dan permasalahan.

Sebagai data awal, peneliti mengajukan pertanyaan kepada sepuluh orang istri yang sedang ditinggal tugas oleh suaminya ke Libanon. Peneliti ingin mencari tahu hal-hal atau isu apa yang kebanyakan menggejala selama istri ditinggal tugas oleh suami. Data yang diperoleh memperlihatkan dua orang istri mengatakan bahwa mereka sangat senang dan bangga saat pertama kali mengetahui suaminya mendapat perintah untuk tugas ke luar negeri dalam rangka misi perdamaian dunia. Akan tetapi mereka juga merasa sedih karena harus berpisah selama kurang lebih 1 tahun. Sedangkan lima orang lainnya merasa kehilangan sosok suami dan merasa sendiri karena orang yang selalu ada


(5)

menemani setiap hari harus pergi untuk waktu yang cukup lama, terlebih lagi mereka harus tinggal di asrama yang jauh dari keluarga.

Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa kehidupan istri anggota TNI yang sedang ditinggal suami bertugas berbeda dengan istri anggota TNI yang tidak ditinggal suami. Ketidakhadiran suami dalam kehidupan sehari-hari menyebabkan mereka tidak mendapatkan perhatian sebagaimana yang mereka harapkan. Mereka juga seringkali merindukan keluarga. Pemisahan fisik dengan orang-orang yang dicintai merupakan salah satu kejadian yang bisa memicu kespeian (Peplau & Perlman, 1982). Keterbatasan dalam berelasi tersebut membuat istri sulit untuk memiliki hubungan sosial yang memuaskan dengan orang-orang disekitarnya, baik dengan keluarga maupun orang lain diluar asrama. Perasaan kesepian juga merupakan suatu keadaan yang merupakan akibat dari tidak adanya hubungan sosial yang memuaskan (Perlman & Peplau, 1982). Aturan yang dibuat membuat istri tidak bebas pulang ke rumah orang tua atau keluarga, dan tidak bebas menjalin hubungan relasi dengan orang lain.

Perlman dan Peplau (dalam Brehm, 2002) mengatakan bahwa kesepian (loneliness) adalah perasaan kekurangan dan ketidakpuasan yang disebabkan oleh sebuah perbedaan antara jenis hubungan sosial yang kita inginkan dan hubungan sosial yang kita miliki. Perlman dan Peplau (1982) juga menambahkan bahwa kesepian merupakan pengalaman tidak menyenangkan yang melanda karena kurangnya jaringan sosial seseorang dalam beberapa hal yang penting, baik secara kualitas maupun kuantitas.

Kepergian suami karena harus melaksanakan tugas membuat suami dan istri harus tinggal secara terpisah, kondisi tersebut dapat dikatakan sebagai


(6)

precipitating events yang membuat istri merasa kesepian. Awal mula terjadinya kesepian dapat disebabkan oleh precipitating events, yaitu kejadian yang memunculkan timbulnya kesepian dari faktor-faktor yang mempengaruhi individu untuk mengalami kesepian (Perlman & Peplau, 1982).

Intensitas kesepian yang dialami individu berbeda-beda, ada yang kadarnya ringan, sedang atau berat. Jong-Gierveld (1978), membagi kesepian ke dalam empat tipe, tipe I (the hopeless lonely who are very dissatisfied with their relationship), tipe II (the periodically and temporarily lonely), tipe III (the resigned hopelessly lonely), dan tipe IV (the nonlonely) yang masing-masing menggambarkan intensitas kesepian yang berbeda-beda, berdasarkan penilaian emosi, tipe deprivasi sosial dan perpektif waktu yang dirasakan individu.

Kesepian itu sendiri merupakan hal yang bersifat pribadi dan akan ditanggapi berbeda oleh setiap individu. Bagi sebagian orang kesepian merupakan hal yang biasa diterima secara normal, namun bagi sebagian orang lagi, kesepian dianggap sebagai hal yang tidak menyenangkan.

Berdasarkan uraian permasalahan yang telah dipaparkan diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui lebih jelas mengenai “Bagaimana gambaran tipe kesepian pada istri anggota TNI yang ditinggal suami bertugas?”.

II. MAKSUD DAN TUJUAN PENELITIAN

Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data empirik mengenai bagaimana gambaran kesepian yang dialami oleh istri anggota TNI yang ditinggal suami bertugas. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran kesepian yang dialami oleh istri anggota TNI,


(7)

yaitu untuk mengetahui perasaan kesepian yang dialami oleh istri anggota TNI berupa dimensi dengan penurunan tipe-tipe kesepian yang dialami oleh istri anggota TNI serta faktor-faktor yang dapat mendukung istri mengalami perasaan kesepian.


(8)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Secara umum kerangka berpikir dapat dijelaskan melalui bagan berikut :

Keterangan garis :

: tidak diukur : diukur

Kejadian yang memicu kesepian (precipating events) pada istri anggota TNI yang ditinggal bertugas suami :

Perubahan dalam hubungan sosial (person’s actual social relation)

Perubahan dalam kebutuhan atau keinginan sosial (person’s social needs or desires)

Faktor-faktor yang mendahului dan mempertahankan kemunculan kesepian (predisposing and maintaining factors) pada istri anggota TNI yang ditinggal bertugas suami :

Harga diri, tipe atribusi, tingkah laku interpersonal, faktor lingkungan atau situasional

1. Tipe I : The hopeless lonely who are very dissatisfied with their relationship

2. Tipe II : The periodically and temporarily lonely

3. Tipe III : The resigned, hopelessly lonely 4. Tipe IV : The nonlonely

Dimensi kesepian (loneliness)

1. Karakteristik emosional : emosi positif, emosi negatif

2. Tipe deprivasi (type of deprivation) : kedekatan intim (intimate relation), perasaan hampa (emptiness), perasaan ditolak (abandoment)

3. Perspektif waktu (time perspective) : permanance, hopelessness, blaming others


(9)

(10)

IV. METODOLOGI PENELITIAN

Rancangan penelitian dalam penelitian ini adalah pendekatan non-experimental dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif. Pada metode penelitian kuantitatif data-data yang hendak digali, dijaring dengan menggunakan kueisioner. Dengan menggunakan kueisioner diharapkan diperoleh data yang menunjukkan suatu skala yang memiliki besaran tertentu yang dapat diolah secara statistik. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan kemudahan dalam pemaknaan hasil penelitian dan mengurangi adanya efek yang berasal dari tendensi peneliti terhadap data yang hendak digali. Menurut Neuman (2007), penelitian kuantitatif mengembangkan banyak cara menghubungkan ide-ide abstrak dengan teliti menjadi prosedur pengukuran yang akan menghasilkan informasi kuantitatif yang tepat terhadap data-data empiris.

4.1. Variabel Penelitian

Definisi Konseptual : Kesepian merupakan situasi yang dialami oleh seseorang sebagai sesuatu yang tidak menyenangkan atau tidak dapat diterima dari kurangnya kuantitas dan kualitas hubungan tertentu, dimana kesepian menyangkut cara dimana orang merasakan (person perceive), mengalami (experience) dan mengevaluasi diri akan isolasi dan kurangnya komunikasi dengan orang lain (evaluates his or her isolation and lack of communication with other people) (Jong-Gierveld & Jos Raadschelders, 1978 dalam Peplau 1982).


(11)

Definisi Operasional : Kesepian berkaitan dengan bagaimana individu merasakan, mengalami dan mengevaluasi diri akan isolasi dan kurangnnya komunikasi dengan orang lain, yang termanifestasi dalam dimensi :

1. Karakteristik emosional kesepian, mengacu pada hilangnya emosi positif seperti kebahagiaan dan afeksi, serta munculnya emosi negatif seperti ketakutan dan ketidakjelasan.

2. Tipe deprivasi sosial, mengacu pada kehilangan relasi. Hal penting yang harus diperoleh adalah informasi yang berkaitan dengan relasi yang dianggap esensial oleh individu. Dimensi ini dibedakan menjadi tiga sub dimensi: perasaan deprivasi yang diasosiasikan dengan ketiadaan intimate attachment (E1), perasaan kosong (feelings of emptiness) (E2), dan perasaan diabaikan (feelings of abandoment) (E3). 3. Perspektif waktu. Hal ini dibedakan lebih jauh dalam tiga sub dimensi :

waktu dimana kesepian dialami sebagai hal tidak dapat berubah (unchangeable) (E6), waktu dimana kesepian dialami sementara (temporary) (E7), dan waktu dimana individu menyatakan dirinya mengalami kesepian dengan mengatribusikan penyebab kesepian kepada orang lain (E9).

Pengukuran dengan menggunakan konstruk multidimensional ini akan menghasilkan sejumlah respon profile. Perasaan kekurangan (feelings of deprivation) adalah kondisi pendahuluan yang mengawali kesepian, sehingga respon-respon terhadap tiga skala deprivasi (E1, E2, dan E3) menjadi kriteria utama dalam mengidentifikasikan response profile. Selanjutnya, yang menjadi perhatian adalah perspektif waktu, terutama


(12)

sub-dimensi (E6) yang mengukur apakah loneliness dipandang sebagai unchangeable dan hopeless atau tidak. Respon individu dari keempat sub-dimensi ini dibagi menjadi dua (dichotomized) pada mediannya. Berdasarkan skala-skala dikotomus ini, diperoleh 16 profil respon. Berdasarkan analisis statistik cluster analysis, 16 profil tersebut terdistribusi dalam 4 tipe kesepian.

Tipe-tipe individu yang mengalami kesepian (loneliness) adalah : 1. The hopeless lonely who are very dissatisfied with their relationship

Kekhususan tipe ini adalah bahwa individu mengekspresikan perasaan yang tidak puas terhadap relasi dengan rekannya. Individu dalam tipe ini merasakan kekurangan partner yang dekat, merasa kosong dan diabaikan, serta merasa putus asa. Individu dalam kelompok ini cenderung menyalahkan orang lain atas kesepian yang dirasakannya. Inti dari tipe ini adalah kekurangan intimate attachment, adanya perasaan deprivasi sosial dan putus asa terhadap masa depan.

2. The periodically and temporarily lonely

Hal yang membedakan kelompok ini dengan tipe I adalah perspektif waktu, individu dalam kelompok ini percaya bahwa loneliness yang mereka rasakan bersifat sementara dan mereka lebih jarang merasa diabaikan. Individu dalam kelompok ini lebih sering terlibat dalam aktivitas sosial, dalam organisasi atau klub, dan paling aktif secara sosial dibandingkan dengan Tipe I dan III.


(13)

Individu dalam tipe ini juga merasakan kekurangan intimate partner dan hanya memiliki sedikit teman, sama seperti halnya Tipe I. Akan tetapi, yang membedakan adalah mereka tidak menunjukkan perasaan tidak puas seperti halnya individu pada Tipe I atau II.individu dalam tipe ini nampaknya telah menyerah pada situasi situasi yang mereka rasakan. Meskipun individu dalam tipe ini merasa kesepian yang cukup berat, mereka tidak merasa diabaikan atau menyelahkan orang lain atas situasi yang mereka alami. Perspektif waktu yang tidak berakhir dirasakan oleh individu dalam kelompok ini.

4. The nonlonely

Individu dalam kelompok ini tidak menunjukkan ketidakpuasaan akan relasi sosial mereka. Mereka terlihat memiliki banyak relasi intim. Sebagaina besar individu pada tipe VI ini aktif secara sosial dan berpartisipasi dalam berbagai organisasi. Jika dibandingkandengan individu dari tipe lainnya, tipe ini mempunyai jaringan yang luas dan bervariasi. Sejalan dengan hal ini, mereka mempunyai skor rendah dalam tiga sub-dimensi yang menukur perasaan deprivasi sosial (E1, E2, dan E3). (Jong-Gierveld, 1978 dalam Peplau dan Perlman, 1982:116).

4.2. Subjek Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh istri anggota TNI Batalyon Infanteri Lintas Udara 328/Dirgahayu yang ditinggal suami bertugas ke Libanon. Adapun subjek dari penelitian ini memiliki karakteristik sebagai berikut :


(14)

1. Istri anggota TNI Batalyon Infanteri Lintas Udara 328/Dirgahayu yang sedang ditinggal suami bertugas ke Libanon.

2. Tinggal di dalam asrama.

4.3. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan metode kuesioner.

4.4. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, data yang didapat tidak diolah menggunakan suatu uji statistika khusus. Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik anallisa deskriptif, melalui statistika deskriptif. Statistika deskriptis merupakan suatu teknik analisa yang merangkum, menyederhanakan, dan menjelaskan sejumlah pengukuran. Terdapat tiga pendekatan dalam statistika deskriptif, yaitu distribusi frekuensi (frequency distribution), tampilan data secara grafis (graphical representation of data), dan statistika perangkum (summary statistics) (Graziano & Raulin, 2000).

V. HASIL PENELITIAN

Dari penelitian ini didapatkan beberapa hasil, yaitu :

1. Tipe kesepian yang paling banyak dimiliki oleh istri anggota TNI yang ditinggal suami bertugas adalah tipe kesepian III (The Resigned Hopelessly Lonely) yaitu sebesar 41%, dimana 30 dari 73 orang istri merasakan kesepian yang cukup berat.


(15)

2. Tipe kesepian di urutan kedua adalah tipe kesepian I (The Hopeless Lonely Who Are Dissatisfied With Their Relationship) yaitu sebesar 27%, dimana 20 dari 73 orang istri merasakan kesepian yang berat. 3. Tipe kesepian di urutan ketiga adalah tipe kesepian IV (The Nonlonely)

yaitu sebesar 22%, dimana 16 dari 73 orang istri tidak merasakan kesepian.

4. Tipe kesepian yang paling sedikit dimiliki oleh istri anggota TNI yang ditinggal tugas suami adalah tipe kesepian II (The Periodically And Temporary Lonely) yaitu sebesar 10%, dimana 7 dari 73 orang istri percaya bahwa kesepian yang mereka rasakan bersifat sementara. 5. Permasalahan utama yang dimiliki oleh seluruh istri adalah tidak

adanya kedekatan yang intim. Artinya, semua istri yang ditinggal suami bertugas merasakan tidak adanya kedekatan yang intim.

6. Karakteristik emosional positif pada semua tipe kesepian lebih tinggi daripada karakteristik emosional negatif. Karakteristik emosional positif dan karakteristik emosional negatif pada tipe kesepian I, II, dan III tidak memiliki perbedaan yang cukup signifikan. Kecuali pada tipe IV, dimana karakteristik emosional positif berbanding terbalik dengan karakteristik emosional negatif.


(16)

Dita, Megariana. 2012. Gambaran Kesepian Pada Remaja Penghuni Panti Asuhan. (Skripsi). Jatinangor : Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran.

Friedenberg, Lisa. 1995. Psychological Testing: Design, Analysis and Use. USA : Allyn and Bacon.

Kartika Kencana, edisi 86/th. XXVIII Juli 2011

Mayasari, Gina. 2010. Gambaran Kesepian pada Lansia Di Panti Werdha. (Skripsi). Jatinangor : Fakultas psikologi universitas Padjadjaran. Miller, Perlman & Brehm.2007. Intimate Relationship, Fourth Edition.

New York:McGraw-Hill.

Nazir, Mohammad. 2005. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia. Peplau, L., A., & Perlman, D. 1982. Loneliness: a source book of current

theory, research and therapy. New York: John Wiley & Sons, Inc. Peplau, L., A., & Goldston. (Eds). 1984. Preventing the harmful

consequence of severe and persistent loneliness. US : Government Printing Office.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.


(1)

Definisi Operasional : Kesepian berkaitan dengan bagaimana individu merasakan, mengalami dan mengevaluasi diri akan isolasi dan kurangnnya komunikasi dengan orang lain, yang termanifestasi dalam dimensi :

1. Karakteristik emosional kesepian, mengacu pada hilangnya emosi positif seperti kebahagiaan dan afeksi, serta munculnya emosi negatif seperti ketakutan dan ketidakjelasan.

2. Tipe deprivasi sosial, mengacu pada kehilangan relasi. Hal penting yang harus diperoleh adalah informasi yang berkaitan dengan relasi yang dianggap esensial oleh individu. Dimensi ini dibedakan menjadi tiga sub dimensi: perasaan deprivasi yang diasosiasikan dengan ketiadaan intimate attachment (E1), perasaan kosong (feelings of emptiness) (E2), dan perasaan diabaikan (feelings of abandoment) (E3). 3. Perspektif waktu. Hal ini dibedakan lebih jauh dalam tiga sub dimensi :

waktu dimana kesepian dialami sebagai hal tidak dapat berubah (unchangeable) (E6), waktu dimana kesepian dialami sementara (temporary) (E7), dan waktu dimana individu menyatakan dirinya mengalami kesepian dengan mengatribusikan penyebab kesepian kepada orang lain (E9).

Pengukuran dengan menggunakan konstruk multidimensional ini akan menghasilkan sejumlah respon profile. Perasaan kekurangan (feelings of deprivation) adalah kondisi pendahuluan yang mengawali kesepian, sehingga respon-respon terhadap tiga skala deprivasi (E1, E2, dan E3) menjadi kriteria utama dalam mengidentifikasikan response profile. Selanjutnya, yang menjadi perhatian adalah perspektif waktu, terutama


(2)

sub-dimensi (E6) yang mengukur apakah loneliness dipandang sebagai unchangeable dan hopeless atau tidak. Respon individu dari keempat sub-dimensi ini dibagi menjadi dua (dichotomized) pada mediannya. Berdasarkan skala-skala dikotomus ini, diperoleh 16 profil respon. Berdasarkan analisis statistik cluster analysis, 16 profil tersebut terdistribusi dalam 4 tipe kesepian.

Tipe-tipe individu yang mengalami kesepian (loneliness) adalah : 1. The hopeless lonely who are very dissatisfied with their relationship

Kekhususan tipe ini adalah bahwa individu mengekspresikan perasaan yang tidak puas terhadap relasi dengan rekannya. Individu dalam tipe ini merasakan kekurangan partner yang dekat, merasa kosong dan diabaikan, serta merasa putus asa. Individu dalam kelompok ini cenderung menyalahkan orang lain atas kesepian yang dirasakannya. Inti dari tipe ini adalah kekurangan intimate attachment, adanya perasaan deprivasi sosial dan putus asa terhadap masa depan.

2. The periodically and temporarily lonely

Hal yang membedakan kelompok ini dengan tipe I adalah perspektif waktu, individu dalam kelompok ini percaya bahwa loneliness yang mereka rasakan bersifat sementara dan mereka lebih jarang merasa diabaikan. Individu dalam kelompok ini lebih sering terlibat dalam aktivitas sosial, dalam organisasi atau klub, dan paling aktif secara sosial dibandingkan dengan Tipe I dan III.


(3)

Individu dalam tipe ini juga merasakan kekurangan intimate partner dan hanya memiliki sedikit teman, sama seperti halnya Tipe I. Akan tetapi, yang membedakan adalah mereka tidak menunjukkan perasaan tidak puas seperti halnya individu pada Tipe I atau II.individu dalam tipe ini nampaknya telah menyerah pada situasi situasi yang mereka rasakan. Meskipun individu dalam tipe ini merasa kesepian yang cukup berat, mereka tidak merasa diabaikan atau menyelahkan orang lain atas situasi yang mereka alami. Perspektif waktu yang tidak berakhir dirasakan oleh individu dalam kelompok ini.

4. The nonlonely

Individu dalam kelompok ini tidak menunjukkan ketidakpuasaan akan relasi sosial mereka. Mereka terlihat memiliki banyak relasi intim. Sebagaina besar individu pada tipe VI ini aktif secara sosial dan berpartisipasi dalam berbagai organisasi. Jika dibandingkandengan individu dari tipe lainnya, tipe ini mempunyai jaringan yang luas dan bervariasi. Sejalan dengan hal ini, mereka mempunyai skor rendah dalam tiga sub-dimensi yang menukur perasaan deprivasi sosial (E1, E2, dan E3). (Jong-Gierveld, 1978 dalam Peplau dan Perlman, 1982:116).

4.2. Subjek Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh istri anggota TNI Batalyon Infanteri Lintas Udara 328/Dirgahayu yang ditinggal suami bertugas ke Libanon. Adapun subjek dari penelitian ini memiliki karakteristik sebagai berikut :


(4)

1. Istri anggota TNI Batalyon Infanteri Lintas Udara 328/Dirgahayu yang sedang ditinggal suami bertugas ke Libanon.

2. Tinggal di dalam asrama.

4.3. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan metode kuesioner.

4.4. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, data yang didapat tidak diolah menggunakan suatu uji statistika khusus. Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik anallisa deskriptif, melalui statistika deskriptif. Statistika deskriptis merupakan suatu teknik analisa yang merangkum, menyederhanakan, dan menjelaskan sejumlah pengukuran. Terdapat tiga pendekatan dalam statistika deskriptif, yaitu distribusi frekuensi (frequency distribution), tampilan data secara grafis (graphical representation of data), dan statistika perangkum (summary statistics) (Graziano & Raulin, 2000).

V. HASIL PENELITIAN

Dari penelitian ini didapatkan beberapa hasil, yaitu :

1. Tipe kesepian yang paling banyak dimiliki oleh istri anggota TNI yang ditinggal suami bertugas adalah tipe kesepian III (The Resigned Hopelessly Lonely) yaitu sebesar 41%, dimana 30 dari 73 orang istri merasakan kesepian yang cukup berat.


(5)

2. Tipe kesepian di urutan kedua adalah tipe kesepian I (The Hopeless Lonely Who Are Dissatisfied With Their Relationship) yaitu sebesar 27%, dimana 20 dari 73 orang istri merasakan kesepian yang berat. 3. Tipe kesepian di urutan ketiga adalah tipe kesepian IV (The Nonlonely)

yaitu sebesar 22%, dimana 16 dari 73 orang istri tidak merasakan kesepian.

4. Tipe kesepian yang paling sedikit dimiliki oleh istri anggota TNI yang ditinggal tugas suami adalah tipe kesepian II (The Periodically And Temporary Lonely) yaitu sebesar 10%, dimana 7 dari 73 orang istri percaya bahwa kesepian yang mereka rasakan bersifat sementara. 5. Permasalahan utama yang dimiliki oleh seluruh istri adalah tidak

adanya kedekatan yang intim. Artinya, semua istri yang ditinggal suami bertugas merasakan tidak adanya kedekatan yang intim.

6. Karakteristik emosional positif pada semua tipe kesepian lebih tinggi daripada karakteristik emosional negatif. Karakteristik emosional positif dan karakteristik emosional negatif pada tipe kesepian I, II, dan III tidak memiliki perbedaan yang cukup signifikan. Kecuali pada tipe IV, dimana karakteristik emosional positif berbanding terbalik dengan karakteristik emosional negatif.


(6)

Dita, Megariana. 2012. Gambaran Kesepian Pada Remaja Penghuni Panti Asuhan. (Skripsi). Jatinangor : Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran.

Friedenberg, Lisa. 1995. Psychological Testing: Design, Analysis and Use. USA : Allyn and Bacon.

Kartika Kencana, edisi 86/th. XXVIII Juli 2011

Mayasari, Gina. 2010. Gambaran Kesepian pada Lansia Di Panti Werdha. (Skripsi). Jatinangor : Fakultas psikologi universitas Padjadjaran. Miller, Perlman & Brehm.2007. Intimate Relationship, Fourth Edition.

New York:McGraw-Hill.

Nazir, Mohammad. 2005. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia. Peplau, L., A., & Perlman, D. 1982. Loneliness: a source book of current

theory, research and therapy. New York: John Wiley & Sons, Inc. Peplau, L., A., & Goldston. (Eds). 1984. Preventing the harmful

consequence of severe and persistent loneliness. US : Government Printing Office.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.