Strategi Pengembangan Budaya Kewarganegaraan (Civic Culture) Melalui Pendidikan Bela Negara Bagi Nasionalisme dan Patriotisme Generasi Muda : Studi Kasus di Depo Pendidikan Bela Negara Rindam III Siliwangi.

(1)

STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA. (Studi Kasus di Depo Pendidikan Bela Negara Rindam III Siliwangi)

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan

Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

Oleh :

Susan Yuliani Jauhari NIM : 1302802

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG


(2)

STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA. (Studi Kasus di Depo Pendidikan Bela Negara Rindam III Siliwangi)

Oleh :

Susan Yuliani Jauhari S.H/FH Unla 2010

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd) pada Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan

© Susan Yuliani Jauhari 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2015

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difotocopy atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

SUSAN YULIANI JAUHARI NIM.1302802

STRATEGI PENANAMAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI

NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA (Studi Kasus di Depo Pendidikan Bela Negara Rindam III Siliwangi)

Disetujui dan disahkan oleh pembimbing:

Dr. Prayoga Bestari, M.Si NIP. 197504142005011001

Mengetahui,

Ketua Departemen Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

Prof. Dr. H. Sapriya, M. Ed NIP. 19630820 198803 1 001


(4)

Tesis ini telah diuji pada Sidang Tahap II Hari/Tanggal : Jum’at /28 Agustus 2015

Tempat : Ruang 109 Lantai 5 Gedung SPs UPI

Penguji I

Prof. Dr. H. Dasim Budimansyah, M.Si NIP. 19620316 198803 1 003

Penguji II

Prof. Dr. H. Suwarma Al Muchtar, S.H, M.Pd NIP. 19530211 197803 1 002

Penguji III

Dr. Kokom Komalasari, M.Pd NIP. 19721001 200112 2 001

Penguji IV

Dr. Prayoga Bestari, M.Si NIP. 197504142005011001

Mengetahui,

Ketua Departemen Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

Prof. Dr. H. Sapriya, M. Ed NIP. 19630820 198803 1 001


(5)

Susan Yuliani Jauhari, 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Susan Yuliani Jauhari (NIM. 1302802) “Strategi Pengembangan Budaya Kewarganegaraan (Civic Culture) Melalui Pendidikan Bela Negara Bagi Nasionalisme dan Patriotisme Generasi Muda (Studi Kasus di Depo Pendidikan Bela Negara Rindam III Siliwangi)”

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh masih rendahnya kesadaran bela negara di kalangan masyarakat sehingga pendidikan bela negara untuk menanamkan kesadaran bela negara masih relevan dan sangat dibutuhkan saat ini dan di masa mendatang. Format yang ada sekarang perlu diperbaharui agar sesuai dengan kondisi masyarakat dan lebih bersifat konkrit dan realistis agar tidak terkesan sebagai suatu kegiatan indoktrinasi teori yang bersifat abstrak dan membosankan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkap makna-makna tentang fenomena yang terjadi berkaitan dengan proses strategi pengembangan budaya kewarganegaraan (civic culture) melalui pendidikan bela negara. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Lokasi penelitian terletak di Depo Pendidikan Bela Negara Rindam III Siliwangi yang beralamat di Jalan Raya Cikole, Lembang. Subjek penelitian terdiri atas Komandan, Instruktur, Siswa, dan Guru Pendamping dalam pelaksanaan pendidikan bela negara di Depo Pendidikan Bela Negara Rindam III Siliwangi. Hasil penelitian menunjukkan: (1) Pengembangan budaya kewarganegaraan melalui pendidikan bela negara dilakukan melalui berbagai macam kegiatan-kegiatan praktis seperti PBB, PPM, Outbound, dan Kepemimpinan; (2) Proses penanaman sikap nasionalisme dan patriotisme dilaksanakan dengan memperhatikan aspek perkembangan siswa, yaitu aspek kogntif, afektif, dan psikomotor; (3) Hasil yang ditunjukkan memberikan peningkatan yang baik karena mampu mendorong siswa memiliki sikap yang mencerminkan nilai-nilai nasionalisme dan patriotisme di lingkungan sekolah maupun luar sekolah; (4) Kendala yang dihadapi selama pendidikan bela negara berlangsung, yaitu berkaitan dengan masalah kesehatan siswa yang kemudian diantsipasi dengan menyertakan tim kesehatan dalam setiap kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan, Selain itu kendala berikutnya adalah pelaksanaan pendidikan bela negara yang terlalu singkat merupakan wewenang panitia yang hanya bisa diatasi dengan melakukan semaksimal mungkin pendidikan bela negara yang dilaksanakan. Pada akhir penelitian, peneliti memberikan rekomendasi kepada Pihak Sekolah, Depo Pendidikan Bela negara, dan Departemen Kewarganegaraan serta kepada peneliti selanjutnya.

Kata Kunci : Budaya Kewarganegaraan, Pendidikan Bela Negara, Sikap


(6)

Susan Yuliani Jauhari, 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

“Development Strategy of Civic Culture through State’s Defense Education for Nationalism and Patriotism of Young Generation. (A Case Study of State Defense Education Rindam’s III Siliwangi)

The background of this study is based on the low awareness of state’s defense in our society. It can be assumed that the state defense education in order to emergetheir awareness is still quite relevant and needed for this era and the future. Furthermore, the existing format needs to be updated to adjust the social condition. It should be more concrete and realistic in order to avoid the abstract and monotony indoctrination theory activities. The purpose of this study was to uncover the meanings of phenomena related to the process of development strategy of civic culture through state’s defense education. This study applied a qualitative approach by case study method. Then, the data was obtained by interviews, observation, and documentation study. The researcher conducted the study in State Defense Education Rindam III Siliwangi located at Jalan Raya Cikole, Lembang. Besides, the subjects of this study were the commanders, instructors, students, and teachers. The findings indicated: (1) The civic culture

development through state’s defense education was conducted by various practical activities, such as PBB, PPM, Outbound, and Leadership; (2) The creating process of nationalism and patriotism attitudes in State Defense Education Rindam III Siliwangi implemented with due respect to the student’s development in the aspect of knowledge (cognitive), attitude (affective), and psychomotor; (3) The results shown give good improvement because it can encourage students to have an attitude that reflects the values of nationalism and patriotism in school environment and outside; (4) The obstacle faced among the

state’s defense education dealt with the students’ health problems and the access of time which was too short. At the end of the study, researchers gave recommendations to the school, state defense education education, and the department of citizenship and to further research.

Keywords: Civic Culture, State’s Defense Education, Nationalism and


(7)

Susan Yuliani Jauhari, 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

halaman

PERNYATAAN PLAGIARISME……… i

UCAPAN TERIMA KASIH………. ii

ABSTRAK………. v

ABSTRACT………... vi

DAFTAR ISI……….. vii

DAFTAR BAGAN………. xi

DAFTAR TABEL……….. xii

DAFTAR GAMBAR………. xiii

DAFTAR LAMPIRAN………. xiv

BAB I PENDAHULUAN………. 1

A. Latar Belakang Penelitian……… B. Rumusan Masalah Penelitian………... C. Tujuan Penelitian……….. D. Manfaat Penelitian……… E. Struktur Organisasi Tesis………. 1 8 9 10 11 BAB II KAJIAN PUSTAKA……… 13 A. Paradigma Tentang Budaya Kewarganegaraan (Civic Culture)……..

1. Konsep Budaya Kewarganegaraan (Civic Culture)………...

2. Strategi Pengembangan Budaya Kewarganegaraan (Civic

Culture)………..

B. Konsep Bela Negara dan Kedudukan Pendidikan Bela Negara…….. 1. Konsep Bela Negara………... 2. Bela Negara Dalam Kurikulum Pendidikan………... C. Kajian Tentang Nasionalisme dan Patriotisme Bangsa Indonesia…...

1. Konsep Nasionalisme……….

13 13

17 21 21 24 28 28


(8)

Susan Yuliani Jauhari, 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Konsep Patriotisme………

3. Penanaman Sikap Nasionalisme dan Patriotisme Bangsa

Indonesia………

D. Pembinaan Sikap Nasionalisme dan Patriotisme Bangsa

Indonesia………..

E. Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan………. 1. Pengaruh Perkembangan Budaya Kewarganegaraan (Civic

Culture) Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Terhadap

Pengembangan Sikap Patriotisme………..

2. Pengembangan Pendidikan Nilai Bela Negara Dalam Pendidikan Kewarganegaraan Perguruan Tinggi Melalui Model Pembelajaran

Project Citizen………..

F. Posisi Teoritis Peneliti……… 32 34 36 40 40 42 44

BAB III METODE PENELITIAN………... 45

A. Metode Penelitian……….

B. Definisi Operasional……….

C. Lokasi dan Subjek Penelitian………...

1. Lokasi Penelitian………...……….

2. Subjek Penelitian………

D. Instrumen Penelitian………

E. Teknik Pengumpulan Data………..

1. Teknik Observasi………

2. Teknik Wawancara……….

3. Teknik Dokumentasi………..

4. Teknik Triangulasi……….

F. Prosedur Penelitian………..

1. Tahapan Orientasi Lapangan……….

2. Tahapan Eksplorasi………

3. Tahapan Pencatatan Data………..

45 47 48 48 48 49 50 51 52 52 53 55 55 55 55


(9)

Susan Yuliani Jauhari, 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

G. Teknik Analisis Data………

1. Reduksi Data………..

2. Penyajian Data………...……

3. Kesimpulan/Verifikasi………...

H. Jadwal Penelitian………..

56 56 56 57 58

BAB IV DATA LAPANGAN DAN PEMBAHASAN………. 59

A. Gambaran Umum……….

B. Deskripsi Hasil Penelitian……… 1. Pengembangan Budaya Kewarganegaraan (Civic Culture) Melalui

Pendidikan Bela Negara di Depo Pendidikan Bela Negara Rindam

III Siliwangi……….

2. Proses Penanaman Sikap Nasionalisme dan Patriotisme Yang Dilakukan Dalam Pendidikan Bela Negara di Depo Pendidikan Bela Negara Rindam III Siliwangi... 3. Sikap Nasionalisme dan Patriotisme Yang Ditunjukkan Siswa

Setelah Mengikuti Pendidikan Bela Negara di Depo Pendidikan

Bela Negara Rindam III Siliwangi………...

4. Kendala Yang Dihadapi dan Upaya-upaya Yang Dilakukan Untuk Mengatasi Kendala Tersebut Dalam Membina Sikap Nasionalisme dan Patriotisme Melalui Pendidikan Bela Negara di

Depo Pendidikan Bela Negara Rindam III

Siliwangi... C. Pembahasan Hasil Penelitian………...

1. Pengembangan Budaya Kewarganegaraan (Civic Culture) Melalui Pendidikan Bela Negara di Depo Pendidikan Bela Negara Rindam

III Siliwangi……….

2. Proses Penanaman Sikap Nasionalisme dan Patriotisme Yang Dilakukan Dalam Pendidikan Bela Negara di Depo Pendidikan Bela Negara Rindam III Siliwangi...

59 65 65 68 81 84 87 87 93


(10)

Susan Yuliani Jauhari, 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Sikap Nasionalisme dan Patriotisme Yang Ditunjukkan Siswa Setelah Mengikuti Pendidikan Bela Negara di Depo Pendidikan

Bela Negara Rindam III Siliwangi………...

4. Kendala Yang Dihadapi dan Upaya-upaya Yang Dilakukan Untuk Mengatasi Kendala Tersebut Dalam Membina Sikap Nasionalisme dan Patriotisme Melalui Pendidikan Bela Negara di

Depo Pendidikan Bela Negara Rindam III

Siliwangi………

105

111

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI…………. 115

A. Simpulan………..

1. Simpulan Umum………

2. Simpulan Khusus………...

B. Implikasi………..

C. Rekomendasi………

115 115 115 117 118

DAFTAR PUSTAKA……… 121

LAMPIRAN-LAMPIRAN BIODATA PENELITI


(11)

Susan Yuliani Jauhari, 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR BAGAN

halaman Bagan 4.1 Struktur Organisasi Depo Pendidikan Bela Negara Rindam

III Siliwangi……….. 64

Bagan 4.2 Pengembangan Budaya Kewarganegaraan (Civic Culture) Melalui Pendidikan Bela Negara Sebagai Salah Satu Bentuk Pembinaan Sikap Nasionalisme dan Patriotisme Bagi


(12)

Susan Yuliani Jauhari, 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

halaman

Tabel 3.1 Subjek Penelitian………. 49

Tabel 3.2 Jadwal Penelitian………. 58

Tabel 4.1 Jadwal Kegiatan Pendidikan Bela Negara………... 69

Tabel 4.2 Pembagian Gerakan Dalam PBB……… 72

Tabel 4.3 Triangulasi Dengan Tiga Sumber Data………... 88

Tabel 4.4 Triangulasi Dengan Tiga Teknik Pengumpulan Data………. 98

Tabel 4.5 Triangulasi Dengan Tiga Sumber Data………... 102


(13)

Susan Yuliani Jauhari, 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

halaman

Gambar 3.1 Macam-macam Teknik Pengumpulan Data……… 51

Gambar 3.2 Triangulasi Teknik Pengumpulan Data………... 54

Gambar 3.3 Triangulasi Sumber Pengumpulan Data……….. 54

Gambar 4.1 Siswa Diberikan Arahan Oleh Instruktur……… 67

Gambar 4.2 Siswa Diberikan Arahan Oleh Instruktur……… 67

Gambar 4.3 Siswa Melaksanakan Kegiatan PBB………... 72

Gambar 4.4 Siswa Melaksanakan Latihan PPM………. 76

Gambar 4.5 Siswa Melaksanakan Latihan PPM………. 76

Gambar 4.6 Siswa Melaksanakan Kegiatan Dinamika Kelompok ……. 78

Gambar 4.7 Siswa Melaksanakan Kegiatan Dinamika Kelompok ……. 78

Gambar 4.8 Siswa Melaksanakan Kegiatan Outbound ……….. 79


(14)

Susan Yuliani Jauhari, 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

1. SK Pembimbing

2. Surat Observasi/ Penelitian 3. Matriks Instrumen Penelitian 4. Format Observasi Lapangan 5. Pedoman Wawancara

6. Hasil Pengamatan Observasi


(15)

Susan Yuliani Jauhari, 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Budaya kewarganegaraan atau civic culture tidak dapat terpisahkan dalam kaitannya dengan perkembangan democratic civil society atau masyarakat madani Pancasila, hal ini berarti bahwa setiap orang harus belajar bagaimana melihat dirinya dan orang lain sebagai individu yang merdeka dan memiliki kedudukan yang sama tanpa melihat atribut-atribut khusus yang melekat dalam setiap individu seperti agama, suku, status sosial, dan lainnya. Masyarakat sipil yang demokratis tidak mungkin dapat berkembang tanpa perangkat budaya yang diperlukan untuk melahirkan warganya. Kebudayaan ini akan membentuk dan membina watak serta karakter dari warga negaranya, untuk itu pula negara harus memiliki komitmen dalam memperlakukan setiap warga negara sebagai individu. Secara spesifik, “Civic Culture merupakan budaya yang menopang kewarganegaraan yang berisikan seperangkat ide-ide yang dapat diwujudkan secara efektif dalam representasi kebudayaan untuk tujuan pembentukan identitas warga negara.”(Winataputra dan Budimansyah, 2012, hlm. 233).

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa civic culture berorientasi terhadap pembentukan kualitas personal individual dari warga negara, sehingga

civic culture berkenaan dengan suatu proses adaptasi secara psikis dan sosial masing-masing individu dari ikatan budaya komunitas (keluarga, suku, dan masyarakat lokal) ke dalam ikatan budaya suatu negara yang disebut kewarganegaraan. Civic culture memberikan kontribusi dalam membangun identitas kewarganegaraan, dalam hal ini kewarganegaraan Indonesia dari masing-masing individu sebagai warga negara, identitas pribadi warga negara yang bersumber dari civic culture perlu dikembangkan melalui pendidikan kewarganegaraan. Inti dari civic culture salah satunya adalah pembinaan sikap patriotisme, yang mana sikap patriotisme ini sangat penting dalam rangka mempertahankan kemerdekaan negara Indonesia. (Idham, 2009, hlm. 3). Sikap


(16)

2

Susan Yuliani Jauhari, 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

patriotisme ini berhubungan dengan upaya pembelaan negara yang merupakan hak dan kewajiban dari setiap warga negara sebagaimana yang tercantum di dalam Pasal 27 Ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen ke-3, yang menyebutkan bahwa : “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.”

Penumbuhan kesadaran bela negara yang paling efektif adalah melalui jalur pendidikan. Kesadaran bela negara tumbuh secara alamiah dalam masing-masing individu warga negara. Saat ini tantangan untuk menumbuhkembangkan kesadaran bela negara bersifat multidimensional baik secara fisik maupun non fisik, baik yang bersumber dari dalam negeri maupun luar negeri sehingga penumbuhan kesadaran bela negara tersebut diperlukan melalui suatu proses perencanaan yang sistematis dan berkelanjutan, yaitu melalui proses pendidikan. Yang dimaksud dengan pendidikan menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah :

Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Pendidikan di Indonesia yang dikenal dengan pendidikan nasional yang berdasarkan atas Pancasila dan Undang-Undang Negara Republik Indonesia, yang berakar pada nila-nilai agama, kebudayaan Indonesia, dan harus tanggap terhadap perubahan zaman berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Upaya dalam menumbuhkembangkan kesadaran bela negara melalui pendidikan dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan kebudayaan (cultural approaching).


(17)

3

Susan Yuliani Jauhari, 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam pendekatan kebudayaan yang dilakukan adalah dengan cara membangun dan memperkuat semangat, jiwa, pikiran, dan keberanian membela negara pada setiap warga negara melalui jalur pendidikan dengan berbagai cara dan bentuknya. Model ini cenderung membutuhkan waktu yang lama untuk melihat keberhasilannya, namun biaya yang dibutuhkan tidaklah besar. Akan tetapi hasilnya akan berdampak besar dan berjangka panjang. (Hasanudin, 2014, hlm. 98).

Tujuan pendidikan bela negara adalah untuk membentuk pribadi dan jiwa yang kuat, cinta tanah air, berani, disiplin, pekerja keras, dan mandiri. Apabila dilihat dalam kurikulum sekolah, materi mengenai kesadaran bela negara terdapat dalam pelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama. Dalam hal ini, pendidikan bela negara masih berupa transfer informasi tanpa disertai internalisasi siswa melalui sikap dan tindakan. Era reformasi membawa banyak perubahan di hampir segala bidang kehidupan di Republik Indonesia. Ada perubahan yang positif dan bermanfaat bagi masyarakat, akan tetapi ada juga perubahan yang bersifat negatif dan pada akhirnya akan membawa kerugian bagi keutuhan wilayah dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Suasana keterbukaan pasca pemerintahan Orde Baru menyebabkan arus informasi dari segala penjuru dunia seolah tidak terbendung. Berbagai ideologi menarik perhatian bangsa kita, khususnya generasi muda untuk dipelajari, dipahami dan diterapkan dalam upaya mencari jati diri bangsa setelah selama lebih dari 30 tahun merasa terbelenggu oleh sistem pemerintahan yang otoriter. Salah satu dampak buruk dari reformasi adalah memudarnya semangat nasionalisme dan kecintaan pada negara.

Fenomena globalisasi tidak dapat dielakkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Arus globalisasi akan berpengaruh pada berbagai sendi kehidupan berbangsa dan bernegara baik politik, sosial, budaya, dan ekonomi. Berkembangnya arus globalisasi dapat dicirikan melalui : (1) perubahan dalam konsep ruang dan waktu; (2) pertumbuhan perdagangan internasional; (3) peningkatan interaksi kultural; (4) meningkatnya masalah bersama. (Iskandar dalam Kunaifi dan Puspita, 2012, hlm. 1). Dampak positif globalisasi dapat ditunjukkan dengan adanya kemudahan informasi dan arus barang antar negara


(18)

4

Susan Yuliani Jauhari, 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dan wilayah. Kemudahan akses informasi maupun barang yang menjadi dampak adanya globalisasi tentu akan mendorong laju pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, akan tetapi globalisasi juga dapat membawa dampak negatif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Dampak negatif dari globalisasi dapat ditunjukkan dengan semakin mengikisnya jati diri bangsa, globalisasi menjadikan kalangan muda bangsa Indonesia lebih tertarik pada budaya baru yang ditawarkan oleh agen budaya luar sekolah dibandingkan dengan budaya Indonesia yang ditanamkan di sekolah, sehingga hal tersebut akan mengakibatkan konflik nilai pada diri kalangan muda. (Budimansyah dalam Kunaifi dan Puspita, 2012, hlm. 2). Hal tersebut dapat dilihat dalam beberapa contoh kasus sebagai berikut :

1. Hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri karena banyaknya produk luar negeri yang laris di pasaran Indonesia. Dengan hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri menunjukan gejala berkurangnya rasa nasionalisme masyarakat kita terhadap bangsa Indonesia.

2. Masyarakat kita, khususnya anak muda banyak yang lupa akan identitas diri sebagai bangsa Indonesia karena gaya hidupnya cenderung meniru budaya barat yang oleh masyarakat dunia dianggap sebagai kiblat.

3. Mengakibatkan adanya kesenjangan sosial yang tajam antara yang kaya dan miskin karena adanya persaingan bebas dalam globalisasi ekonomi. Hal tersebut dapat menimbulkan pertentangan antara yang kaya dan miskin yang dapat mengganggu kehidupan nasional bangsa.

4. Munculnya sikap individualisme yang menimbulkan ketidakpedulian antarperilaku sesama warga, sehingga dengan adanya sikap individualisme maka orang tidak akan peduli dengan kehidupan bangsa.

Memudarnya nasionalisme dan patriotisme juga disebabkan oleh tidak adanya penghayatan atas arti perjuangan para pahlawan kemerdekaan. Munculnya gerakan separatisme dan konflik antar etnis membuktikan tidak adanya kesadaran bahwa kita adalah satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa. Harus diakui bahwa ada faktor-faktor politis, ekonomi dan psikologis yang menyebabkan


(19)

5

Susan Yuliani Jauhari, 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

gerakan-gerakan separatis maupun konflik antar etnis itu terjadi, misalnya masalah ketidakadilan sosial dan ekonomi, persaingan antar kelompok dan sebagainya. Kurang tanggapnya pemerintah baik di pusat maupun daerah untuk mengantisipasi atau segera menangani berbagai permasalahan itu menyebabkan tereskalasinya suatu masalah kecil menjadi konflik yang berkepanjangan. Hal ini dibuktikan dari berbagai sikap dalam memaknai berbagai hal penting bagi Indonesia. Contoh sederhana yang menggambarkan betapa kecilnya rasa nasionalisme, diantaranya :

1. Pada saat upacara bendera masih banyak rakyat yang tidak memaknai arti dari upacara tersebut. Upacara merupakan wadah untuk menghormati dan menghargai para pahlawan yang telah berjuang keras untuk mengambil kemerdekaan dari tangan para penjajah. Para pemuda seakan sibuk dengan pikirannya sendiri tanpa mengikuti upacara dengan khidmat.

2. Pada peringatan hari-hari besar nasional seperti Sumpah Pemuda, hanya dimaknai sebagai seremonial dan hiburan saja tanpa menumbuhkan rasa nasionalisme dan patriotisme dalam benak mereka. Hasil jajak pendapat yang di kutip dari media Kompas tahun 2013 lalu, bahwa rekaman publik dalam menilai anak muda saat ini belum memadai dalam sejumlah bidang. Misalnya dalam urusan pengamalan Pancasila sebagai ideologi negara, sekitar 73,6 persen responden memandang anak muda tidak ikut ambil bagian dalam mewujudkan butir-butir sila dalam Pancasila. Serta sebagai tambahan responden dari kalkulasi 100 persen hanya sekitar 9,4 persen yang dapat menyebutkan dengan benar dan berurutan tiga isi “Sumpah Pemuda”.

3. Lebih tertariknya masyarakat terhadap produk impor dibandingkan dengan produk buatan dalam negeri, lebih banyak mencampurkan bahasa asing dengan bahasa Indonesia untuk meningkatkan gengsi.

Semua identitas bangsa Indonesia baik itu bendera merah putih, lagu kebangsaan Indonesia Raya dan lain sebagainya hanyalah merupakan simbol, simbol bahwa negara Indonesia masih berdiri tegak dan mampu mensejajarkan dirinya dengan bangsa lain. Bagaimana kita bisa bangga menjadi bangsa ini jika


(20)

6

Susan Yuliani Jauhari, 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kita malas dan malu memakai atribut bangsa Indonesia. Rasa nasionalisme bangsa pada saat ini hanya muncul bila ada suatu faktor pendorong, seperti kasus pengklaiman beberapa kebudayaan dan pulau-pulau kecil Indonesia seperti Sipadan, Ligitan, serta Ambalat oleh Malaysia beberapa waktu yang lalu. Akan tetapi rasa nasionalisme pun kembali berkurang seiring dengan meredanya konflik tersebut. Mengingat kesadaran bela negara yang masih rendah di kalangan masyarakat kita, terutama di kalangan generasi muda, dapat dikatakan bahwa pendidikan bela negara untuk menanamkam kesadaran bela negara masih sangat relevan dan masih sangat dibutuhkan di era reformasi saat ini dan di masa mendatang. Format yang ada sekarang perlu diperbaharui agar sesuai dengan kondisi masyarakat dan lebih bersifat konkrit dan realistis agar tidak terkesan sebagai suatu kegiatan indoktrinasi teori yang bersifat abstrak dan membosankan tanpa adanya realisasi yang nyata mengenai penerapan pendidikan bela negara tersebut sehingga partisipasi aktif warga negara dalam upaya bela negara demi terwujudnya penyelenggaraan pertahanan dan keamanan Negara Kesatuan Republik Indonesia masih dipertanyakan.

Atas dasar hal tersebut, pada tahun 2005 Dewan Perwakilan Rakyat telah merancang suatu Rancangan Undang-Undang tentang Komponen Cadangan, yang mana komponen cadangan tersebut adalah berasal dari segenap sumber daya nasional yang pada hakekatnya merupakan implementasi amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 tentang hak dan kewajiban seluruh warga negara dalam upaya bela negara. Komponen cadangan adalah “sebuah pasukan cadangan militer atau sebuah organisasi militer yang terdiri dari warga negara yang menggabungkan peran militer dengan karir sipil.” (Komponen Cadangan, id.Wikipedia.org). Keberadaan komponen cadangan memungkinkan suatu negara untuk mengurangi anggaran militer pada masa damai dan disiapkan untuk perang. Penyelanggaraan komponen cadangan dilaksanakan melalui pola pembentukan, pembinaan, dan penggunaan yang dilakukan secara terpusat. Dalam penugasan dinas aktif, komponen cadangan melaksanakan tugas negara dalam bidang pertahanan sedangkan komponen cadangan yang tidak dalam dinas aktif


(21)

7

Susan Yuliani Jauhari, 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kembali melaksanakan tugasnya sesuai dengan profesinya masing-masing diluar tugas pertahanan negara.

Rancangan Undang-Undang tentang Komponen Cadangan yang lebih dipersiapkan untuk perang dibanding peranannya sebagai upaya bela negara yang merupakan hak dan kewajiban dari warga negara menuai pro dan kontra dari berbagai kalangan, sehingga sampai saat ini rancangan undang-undang tersebut masih belum disahkan. Upaya bela negara masih dirasakan lebih efektif dilakukan melalui jalur pendidikan, tetapi format pendidikan bela negara perlu diperbaharui agar tidak hanya terkesan sebagai transfer ilmu belaka melainkan agar siswa dapat memahami dan mengimplementasikan pendidikan bela negara yang didapatkan dalam berbagai bidang kehidupan berbangsa dan bernegara. Kewajiban membela negara merupakan salah satu prinsip dalam konsep kewargaan aktif (active citizenship), dimana bela negara menjadi tanggung jawab setiap warga untuk bertindak bagi nilai kemaslahatan bersama, dan bukan semata-mata untuk kepentingan individu warga negara. Dalam kaitan ini, menjadi sangat penting bagi setiap warga negara untuk benar-benar menyadari dan memahami kewajiban untuk ikut serta dalam upaya pembelaan negara.

Depo Pendidikan Bela Negara Rindam III Siliwangi, mempunyai tugas pokok antara lain melaksanakan pendidikan dan pelatihan sesuai program dan non program jajaran Kodam III Siliwangi, dalam pelaksanannya dijabarkan pada fungsi utama, fungsi organik dan fungsi pembinaan. Tugas Pokok dari Depo Pendidikan Bela Negara Rindam III Siliwangi dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Menyelenggarakan pembinaan terhadap siswa dalam hal yang berhubungan

dengan tata tertib, moril, disiplin dan kemajuan siswa.

2. Memberi bimbingan dan pengasuhan kepada siswa untuk mempertinggi usaha dalam mencapai nilai/prestasi.

3. Menyelenggarakan pencatatan pembinaan data dan laporan untuk keperluan pendidikan, baik untuk kepentingan intern maupun ekstern Rindam III Siliwangi.


(22)

8

Susan Yuliani Jauhari, 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Menyelenggarakan koordinasi dengan instansi terkait dalam melaksanakan tugasnya sesuai petunjuk Komandan Rindam III Siliwangi.

5. Menyelenggarakan pendidikan dan tugas lain sesuai dengan kebijakan Komandan Rindam III Siliwangi.

Melalui struktur pembinaan Depo Pendidikan Bela Negara Rindam III Siliwangi, maka secara konseptual dapat dikatakan bahwa proses pembinaan sikap nasionalisme dan patriotisme di Depo Pendidikan Bela Negara Rindam III Siliwangi dapat memiliki peluang besar untuk mewujudkannya. Materi yang diberikan dalam pembinaan pendidikan bela negara di Depo Pendidikan Bela Negara Rindam III Siliwangi antara lain wawasan nusantara, Undang-Undang Dasar 1945, sistem pertahanan semesta, Pancasila, dan otonomi daerah. Adapun praktik lapangan meliputi pelajaran baris-berbaris, peraturan penghormatan militer, taktik regu, kegiatan alam bebas, dan ketahanan jasmani. Usaha pembelaan negara bertumpu pada kesadaran setiap warga negara akan hak dan kewajibannya. Kesadaran demikian perlu ditumbuhkan melalui proses motivasi untuk mencintai tanah air dan untuk ikut serta dalam pembelaan negara. Proses motivasi untuk membela negara dan bangsa akan berhasil jika setiap warga memahami keunggulan dan kelebihan negara dan bangsanya. Di samping itu setiap warga negara hendaknya juga memahami kemungkinan segala macam ancaman terhadap eksistensi bangsa dan negara Indonesia.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, menunjukkan bahwa pentingnya rasa nasionalisme dan patriotisme dalam menumbuhkembangkan kesadaran bela negara bagi generasi muda dalam mempertahankan negara Kesatuan Republik Indonesia, dibutuhkan pendidikan bela negara yang tidak hanya sebatas transfer ilmu ataupun informasi dari tenaga pendidik kepada siswa tetapi juga dapat diimplementasikan oleh siswa melalui sikap dan tindakannya sebagai seorang warga negara. Hal tersebut dapat dilakukan melalui pendekatan kebudayaan dalam proses pendidikan sehingga akan memperkuat semangat, jiwa,


(23)

9

Susan Yuliani Jauhari, 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pikiran, dan keberanian membela negara. Berdasarkan asumsi tersebut, penelitian ini memfokuskan pada upaya bagaimana menganalisis fenomena yang terjadi dalam konteks Strategi Pengembangan Budaya Kewarganegaraan (Civic Culture) Melalui Pendidikan Bela Negara Sebagai Salah Satu Bentuk Upaya Pembinaan Sikap Nasionalisme dan Patriotisme Bagi Generasi Muda di Depo Pendidikan Bela Negara Rindam III Siliwangi ?

Mengingat rumusan masalah begitu luas, maka penelitian ini dirumuskan dan dijabarkan ke dalam pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :

1. Hal apa sajakah yang dilakukan untuk mengembangkan budaya kewarganegaraan (civic culture) melalui Pendidikan Bela Negara di Depo Pendidikan Bela Negara Rindam III Siliwangi ?

2. Bagaimana proses penanaman sikap nasionalisme dan patriotisme yang dilakukan dalam Pendidikan Bela Negara di Depo Pendidikan Bela Negara Rindam III Siliwangi ?

3. Bagaimana sikap nasionalisme dan patriotisme yang ditunjukkan siswa setelah mengikuti Pendidikan Bela Negara di Depo Pendidikan Bela Negara Rindam III Siliwangi ?

4. Kendala apa saja yang dihadapi dan upaya-upaya apa saja yang dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut dalam membina sikap nasionalisme dan patriotisme melalui Pendidikan Bela Negara di Depo Pendidikan Bela Negara Rindam III Siliwangi ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengungkap makna-makna tentang fenomena yang terjadi berkaitan dengan proses strategi pengembangan budaya kewarganegaraan (civic culture) melalui pendidikan bela negara sebagai salah satu bentuk upaya pembinaan sikap nasionalisme dan patriotisme bagi generasi muda di Depo Pendidikan Bela Negara Rindam III Siliwangi.


(24)

10

Susan Yuliani Jauhari, 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Tujuan Khusus

Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan dan menganalisis data-data empiris mengenai :

1) Hal-hal yang dilakukan untuk mengembangkan budaya kewarganegaraan

(civic culture) melalui Pendidikan Bela Negara di Depo Penddikan Bela Negara Rindam III Siliwangi.

2) Proses penanaman sikap nasionalisme dan patriotisme yang dilakukan oleh instruktur dalam Pendidikan Bela Negara di Depo Pendidikan Bela Negara Rindam III Siliwangi.

3) Hasil pembinaan sikap nasionalisme dan patriotisme siswa setelah mengikuti Pendidikan Bela Negara di Depo Rindam III Siliwangi.

4) Kendala-kendala yang dihadapi dan upaya apa saja yang dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut dalam membina sikap nasionalisme dan patriotisme melalui Pendidikan Bela Negara di Depo Pendidikan Bela Negara Rindam III Siliwangi.

D. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis

Dalam kerangka kajian teoritik, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan kajian ke arah pengembangan pendidikan kewarganegaraan dalam konteks pendidikan bela negara. Temuan-temuan empirik dalam penelitian ini juga dapat dijadikan bahan untuk merumuskan konsep-konsep mengenai strategi pengembangan budaya kewarganegaraan melalui pendidikan bela negara sebaga salah satu acuan dalam merumuskan konsep-konsep yang berhubungan dengan pendidikan bela negara.


(25)

11

Susan Yuliani Jauhari, 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Untuk memperoleh gambaran mengenai hal-hal yang dilakukan untuk mengembangkan budaya kewarganegaraan (civic culture) dalam pendidikan bela negara di Depo Pendidikan Bela Negara Siliwangi serta untuk mengetahui lebih jauh mengenai proses penanaman sikap nasionalisme dan patriotisme beserta hasil pembinaan yang dilakukan oleh instruktur dalam pendidikan bela negara di Depo Pendidikan Bela Negara Rindam III Siliwangi serta kendala-kendala yang dihadapinya dan upaya untuk mengatasi kendala-kendala yang muncul.

E. Struktur Organisasi Tesis

Adapun struktur organisasi dalam penulisan tesis yang berjudul “Strategi Pengembangan Budaya Kewarganegaraan (Civic Culture) Melalui Pendidikan Bela Negara Sebagai Salah Satu Bentuk Upaya Pembinaan Sikap Nasionalisme dan Patriotisme Bagi Generasi Muda” (Studi Kasus di Depo Pendidikan Bela Negara Rindam III Siliwangi) ini dapat diuraikan sebagai berikut : Bab I yang berisi pendahuluan Pendahulan, Bab II yang berisi Kajian Pustaka, Bab III mengenai Metode Penelitian, Bab IV menjelaskan Hasil Penelitian dan Pembahasan, serta Bab V yang berisi Simpulan, Implikasi, dan Rekomendasi.

Dalam pendahuluan, dipaparkan mengenai alasan yang melatarbelakangi dilakukannya penelitian di Depo Pendidikan Bela Negara Rindam III Siliwangi yaitu karena kurangnya rasa nasionalisme dan patriotisme yang merupakan implementasi dari budaya kewarganegaraan dalam diri geneasi muda saat ini. Sehingga dalam bab ini juga dipaparkan mengenai rumusan-rumusan masalah penelitian, tujuan umum penelitian, manfaat penelitian, dan struktur orgainisasi tesis yang merupakan gambaran dari rangkaian penelitian yang dilakukan.

Kemudian, dalam kajian pustaka dipaparkan mengenai teori-teori, konsep, dan hasil penelitian sebelumnya yang relevan sebagai bahan acuan bagi penulis dalam melakukan penelitian dan selanjutnya mengembangkan temuan yang didapatkan dari hasil penelitian, selain itu posisi teoritis peneliti yang berkenaan dengan masalah yang diteliti dipaparkan juga dalam bab ini. Secara umum, bab ini


(26)

12

Susan Yuliani Jauhari, 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berisi penjelasan mengenai Paradigma Tentang Budaya Kewarganegaraan (Civic Culture), Konsep Bela Negara dan Kedudukan Pendidikan Bela Negara, Kajian Tentang Nasionalisme dan Patriotisme Bangsa Indonesia, Pembinaan Sikap Patriotisme dan Nasionalisme Generasi Muda.

Selanjutnya, dalam metode penelitian ini memberikan penjelasan mengenai metode penelitian yang digunakan, yaitu menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan kualitatif yang digunakan untuk mempelajari fenomena yang terfokus pada satu unit penelitian dalam menjawab pertanyaan penelitian yang dirumuskan dalam penelitian ini. Dalam bab ini juga dijelaskan mengenai definisi operasional peneltian yang dimaksudkan untuk memfokuskan kajian penelitian sehingga terdapat maksud dan batasan yang jelas mengenai penelitian yang dilakukan. Selain itu, dalam bab ini juga memuat deskripsi mengenai lokasi penelitian, subjek penelitian, instrumen pengumpulan data, teknik pengumpulan data, prosedur penelitian, serta teknik analisis data.

Dalam hasil penelitian dan pembahasan, data yang diperoleh selama penelitian disajikan dan dianalisis dengan melalui tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Penyajian data dilakukan dalam bentuk naratif untuk menemukan hubungan kausal atau interaktif dengan kajian pustaka maupun penelitian terdahulu yang relevan atau bahkan menemukan hipotesis atau teori baru dari penelitian yang dilakukan.

Terakhir, dalam simpulan, implikasi, dan rekomendasi disajikan kesimpulan mengenai penelitian yang telah dilakukan yang tertuang di dalam simpulan umum dan simpulan khusus, kemudian mengenai implikasi dari penelitian yang telah dilakukan bagi keilmuan khususnya keilmuan PKn serta saran-saran yang ditujukan kepada pihak-pihak yang terkait di dalam penelitian ini.


(27)

Susan Yuliani Jauhari, 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Coghlan dan Brannick bahwa “metode penelitian adalah cara yang akan ditempuh oleh peneliti untuk menjawab permasalahan penelitian atau rumusan masalah.” (Samiaji Sarosa, 2012, hlm. 36). Metode penelitian ini dipergunakan setelah peneliti memperhitungkan kewajarannya ditinjau dari tujuan penelitan. Sesuai dengan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka penelitian ini akan menggunakan metode kualitatif, yakni penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting) (Sugiyono, 2011, hlm. 14). Penelitian yang dilakukan penulis yaitu penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus.

Studi Kasus merupakan suatu metodologi penelitian yang menggunakan bukti empiris untuk membuktikan apakah suatu teori dapat diimplementasikan pada suatu kondisi atau tidak. Case study didefinisikan sebagai pendekatan penelitian yang melakukan eksplorasi suatu fenomena dalam konteksnya dengan menggunakan data dari berbagai sumber (Baxter & Jack; Yin, dalam Samiaji Sarosa, 2012, hlm. 115). Dari pengertian tersebut, studi kasus menyiratkan bahwa peneliti melakukan analisis secara intensif pada satu unit analisis yang diteliti. Sebuah kasus dapat berupa suatu individu, satu organisasi, satu peristiwa, satu keputusan, satu periode atau sistem yang dipelajari secara menyeluruh dan holistik (Thomas, 2011, dalam Samiaji Sarosa, hlm. 116). Sedangkan Yin mendefinisikan Studi Kasus ke dalam dua bagian, yaitu :

1. Studi Kasus adalah penyelidikan empiris yang :

a) Menyelidiki suatu fenomena masa kini (kontemporer) secara mendalam di dalam konteks kehidupan nyata;

b) Batas antara fenomena dan konteks tidak tampak dengan jelas. 2. Penelitian Studi Kasus :


(28)

46

Susan Yuliani Jauhari, 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a) Menghadapi situasi khusus dimana variabel yang diamati akan lebih banyak daripada data;

b) Sebagai akibatnya, mengandalkan bukti dari berbagai sumber, dengan data yang dikumpulkan berasal dari triangulasi;

c) Menggunakan pengembangan teoritis terdahulu untuk memadu pengumpulan dan analisis data. (Yin, dalam Samiaji Sarosa, 2012, hlm. 116).

Atas dasar batasan-batasan tersebut dapat dipahami bahwa batasan studi kasus meliputi: (1) sasaran penelitiannya dapat berupa manusia, peristiwa, latar, dan dokumen; (2) sasaran-sasaran tersebut ditelaah secara mendalam sebagai suatu totalitas sesuai dengan latar atau konteksnya masing-masing dengan maksud untuk memahami berbagai kaitan yang ada di antara variabel-variabelnya. Secara lebih terperinci, karakteristik penelitian studi kasus dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Menempatkan obyek penelitian sebagai kasus. Keunikan penelitian studi kasus adalah pada adanya cara pandang terhadap obyek penelitiannya sebagai kasus.

2. Memandang kasus sebagai fenomena yang bersifat kontemporer. Bersifat kontemporer, berarti kasus tersebut sedang atau telah selesai terjadi, tetapi masih memiliki dampak yang dapat dirasakan pada saat penelitian dilaksanakan, atau yang dapat menunjukkan perbedaan dengan fenomena yang biasa terjadi.

3. Dilakukan pada kondisi kehidupan sebenarnya. Penelitian studi kasus meneliti kehidupan nyata, yang dipandang sebagai kasus. Penelitian studi kasus berupaya mengungkapkan dan menjelaskan segala sesuatu yang berkaitan dengan obyek yang ditelitinya pada kondisi yang sebenarnya, baik kebaikannya, keburukannya, keberhasilannya, maupun kegagalannya secara apa adanya.

4. Menggunakan berbagai sumber data. Adapun bentuk-bentuk data tersebut dapat berupa catatan hasil wawancara, pengamatan lapangan, pengamatan artefak dan dokumen.

5. Menggunakan teori sebagai acuan penelitian. Pada penelitian studi kasus, teori digunakan baik untuk menentukan arah, konteks, maupun posisi hasil penelitian. (Creswell, 2003, hlm. 153).

Berdasarkan uraian diatas, dalam penelitian studi kasus, hal yang diteliti harus ditempatkan sebagai suatu objek penelitian yang memiliki kekhasan tersendiri sebagai suatu fenomena, yang mana penelitian tersebut harus dilakukan dalam keadaan yang sebenarnya tanpa merubah kondisi sebenarnya.


(29)

47

Susan Yuliani Jauhari, 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B. DEFINISI OPERASIONAL

Untuk lebih memfokuskan kajian penelitian, diperlukan suatu definisi operasional yang bertujuan untuk menjelaskan maksud dan batasan penelitian. Definisi operasional merupakan sperangkat petunjuk yang lengkap mengenai apa yang harus diamati serta bagaimana mengukur suatu konsep. Berkaitan dengan hal itu, penelitian mengenai strategi pengembangan budaya kewarganegaraan (civic culture) melalui pendidikan bela negara sebagai salah satu bentuk upaya pembinaan sikap nasionalisme dan patriotisme bagi generasi muda yang mempunyai operasionalisasi variabel sebagai berikut:

1. Budaya Kewarganegaraan (Civic Culture) yang dimaksud dalam penelitian ini adalah “budaya yang menopang kewarganegaraan yang berisikan seperangkat ide-ide yang dapat diwujudkan secara efektif dalam representasi kebudayaan

untuk tujuan pembentukan identitas warga negara”. (Winataputra dan

Budimansyah, 2012, hlm. 233).

2. Pendidikan Bela Negara, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara menjelaskan bahwa Bela negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam menjalin kelangsungan hidup bangsa dan negara yang seutuhnya. Yang dimaksud pendidikan bela negara dalam penelitian ini adalah

“Pembinaan kesadaran bela negara yang dilandasi pada rasa cinta tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara, keyakinan akan ideologi Pancasila, dan rela berkorban demi bangsa dan negara.” (Hassanudin, 2014, hlm. 84).

3. Nasionalisme yang dimaksud dalam penelitian ini adalah “suatu paham yang berpendapat bahwa kesetiaan tertinggi individu harus diserahkan kepada

negara kebangsaan”. (Han Kohn dalam Utomo, 1995, hlm. 20). Berdasarkan makna yang demikian nasionalisme memiliki pokok kekuatan dalam menilai kecintaan individu terhadap bangsanya dan penyerahaan setinggi-tingginya.


(30)

48

Susan Yuliani Jauhari, 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Patriotisme yang dimaksud dalam penelitian ini adalah “rasa kecintaan dan kesetiaan seseorang pada tanah air dan bangsanya, kekaguman pada adat kebisaan, kebanggaan terhadap sejarah dan kebudayaannya serta sikap

pengabdian demi kesejahteraan bersama”. (Ensiklopedi Indonesia (1990), dalam Wibowo, 2014). Berdasarkan definisi tersebut, maka patriotisme adalah rasa kecintaan dan kesetiaan yang tinggi dari warga negara terhadap tanah airnya dan menunjukkan rasa kecintaannya tersebut dengan mengabdikan drinya demi kesejahteraan nasional.

C. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Depo Pendidikan Bela Negara Rindam III Siliwangi. Pemilihan Depo Pendidikan Bela Negara ini sebagai lokasi penelitian didasarkan pada hasil pra penelitian yang dilakukan oleh penulis sebelumnya. Pendidikan Bela Negara yang diterapkan di Depo Pendidikan Bela Negara tersebut dapat membantu dalam melakukan pembinaan terhadap sikap nasionalisme dan patriotisme bagi generasi muda baik untuk siswa sekolah maupun untuk instansi-instansi pemerintahan atau swasta.

2. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah instruktur dan siswa Pelatihan Depo Pendidikan Bela Negara Rindam III Siliwangi. Subjek penelitian dianggap dapat memberikan informasi yang rinci tentang pendidikan bela negara sebagai upaya dalam menumbuhkan sikap nasionalisme dan patriotisme bagi generasi muda. Dalam penelitian ini, responden yang menjadi subjek penelitian bisa digambarkan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 3.1

No Responden Jumlah

1 Komandan Depo Pendidikan Bela Negara 1 orang


(31)

49

Susan Yuliani Jauhari, 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3 Siswa Depo Pendidikan Bela Negara 5 orang

4 Guru Pendamping Siswa 2 orang

Jumlah 12 orang

Sumber : Diolah Penulis, 2015

D. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian studi kasus dan penelitian kualitatif lainnya, peneliti berperan menjadi instrumen kunci.

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk menggali data di lapangan. Fungsi dari instrumen penelitian adalah untuk memperoleh data yang diperlukan ketika peneliti menginjak pada langkah pengumpulan informasi di lapangan. (Sukardi, 2007, hlm. 75)

Dalam penelitian ini, peneliti merupakan instrumen utama yang terjun langsung ke lapangan dalam rangka mengumpulkan data dan informasi melalui pengamatan langsung (observasi lapangan), wawancara, dan penelaahan dokumen. Keuntungan peneliti sebagai instrumen kunci adalah karena sifatnya yang responsif dan mampu untuk menyesuaikan diri. Ciri-ciri manusia sebagai instrumen dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Responsif. Manusia sebagai instrumen responsif terhadap lingkungan dan terhadap pribadi-pribadi yang menciptakan lingkungan. Sebagai manusia, ia bersifat interaktif terhadap orang lain dan lingkungannya. 2. Dapat menyesuaikan diri. Manusia sebagai instrumen hampir tidak

terbatas dapat menyesuaikan diri pada keadaan dan situasi dalam mengumpulkan data.

3. Menekankan kebutuhan. Manusia sebagai instrumen memanfaatkan imajinasi dan kreativitasnya dan memandang dunia ini sebagai keutuhan, jadi sebagai konteks yang berkesinambungan dimana mereka memandang dirinya sendiri dan kehidupannya sebagai sesuatu yang nyata, benar, dan mempunyai arti.

4. Memproses data secepatnya, memanfaatkan kesempatan untuk mengklarifisikan dan mengikhtisarkan. Manusia sebagai instrumen memiliki kemampuan lainnya, yaitu kemampuan untuk menjelaskan sesuatu yang kurang dipahami oleh subjek atau responden.

5. Memanfaatkan kesempatan untuk mencari respon yang tidak lazim dan idiosinkratik. Manusia sebagai instrumen, memiliki pula kemampuan untuk menggali informasi yang lain dari yang lain, yang tidak direncanakan semula, yang tidak diduga terlebih dahulu, atau yang tidak lazim terjadi. (Moleong, 2007, hlm. 196-172).


(32)

50

Susan Yuliani Jauhari, 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Peneliti sebagai instrumen akan dapat menekankan pada keholistikan, mengembangkan dasar pengetahuan, kesegeraan memproses, dan kesempatan untuk mengklarifikasi dan meringkas, serta dapat menyelidiki respon yang istimewa atau khas.

Peneliti terjun langsung ke lapangan menjadi pengamat, pembaca, dan penilai situasi serta kondisi proses pelatihan dan pembinaan yang berlangsung di Depo Pendidikan Bela Negara Rindam III Siliwangi, serta untuk mengetahui bagaimana pendidikan bela negara yang terprogram dan terencana dalam seluruh aspek pada kegiatan yang dilakukan. Selanjutnya, yang dimaksud dengan peneliti sebagai pengamat adalah peneliti tidak sekedar melihat peristiwa dalam situasi pelatihan dan pembinaan yang ada, melainkan memberikan interpretasi dan menganalisa terhadap situasi tersebut. Sedangkan peneliti sebagai pembaca situasi adalah peneliti melakukan analisa terhadap berbagai peristiwa yang terjadi dalam situasi tersebut, dan selanjutnya menyimpulkan hasil penelitian untuk dimaknai.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan dilakukan adalah triangulasi atau gabungan dari tiga teknik sekaligus, yaitu observasi partisipatif, wawancara mendalam dan studi dokumentasi. Calon peneliti akan menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Observasi partisipatif, wawancara mendalam dan dokumentasi akan digunakan untuk semua sumber data secara serempak (Sugiyono, 2011, hlm. 330). Adapun teknik pengumpulan data yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagaimana yang digambarkan oleh Sugiyono, yaitu observasi, wawancara, dokumentasi dan gabungan/triangulasi.

Gambar 3.1

Macam-macam Teknik Pengumpulan Data

Macam teknik pengumpulan data

Observasi

Wawancara

Dokumentasi


(33)

51

Susan Yuliani Jauhari, 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Sumber: Sugiyono, 2011, hlm. 225 1. Teknik Observasi

“Observasi/Studi Lapangan merupakan pengamatan akan manusia pada habitatnya. Dalam studi lapangan, peneliti berusaha menemukan habitat asli para partisipan.” (Hughes dalam Samiaji Sarosa, 2012, hlm. 56). Dalam teknik ini, peneliti akan ikut berperan serta dalam kegiatan pelatihan di lapangan. Peneliti akan ikut berpartisipasi dalam berbagai kegiatan responden tetapi tidak semua dapat diikuti oleh peneliti disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada. Hal ini tidak lain adalah untuk menjaga suasana kondusif karena peneliti merupakan orang diluar sistem (hanya pengamat) dan sebagai orang yang ikut berpartisipasi dalam lingkungan responden. Hal tersebut merupakan ciri khas dari penelitian

kualitatif. Menurut Moleong, “…ciri khas penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari pengamatan berperan serta, namun peran penelitilah yang

menentukan seluruh skenarionya.” (Moleong, 2007, hlm. 163). Sedangkan

menurut Bogdan, bahwa :

Pengamatan berperan serta sebagai penelitian yang bercirikan interaksi sosial, yang memakan waktu cukup lama antara peneliti dengan subjek dalam lingkungan subjek, dan selama itu data dalam bentuk catatan lapangan dikumpulkan secara sistematik dan berlaku tanpa gangguan. (Bogdan, dalam Moleong, 2007, hlm. 164).

Pada saat melakukan observasi, peneliti mencatat setiap fenomena yang terjadi mengenai kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam pendidikan bela negara, proses penanaman sikap nasionalisme dan pariotisme dalam pendidikan bela negara, sikap nasionalisme dan patriotisme yang ditunjukkan siswa setelah mengikuti pendidikan bela negara dan kendala yang dihadapi dalam pendidikan bela negara serta upaya yang dilakukan dalam mengatasi kendala tersebut. Selanjutnya, untuk mengkonfirmasi dan menindaklanjuti temuan-temuan


(34)

52

Susan Yuliani Jauhari, 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dilapangan pada saat pengamatan langsung yang mana kemudian dituangkan dalam catatan lapangan, peneliti selanjutnnya melakukan proses wawancara kepada Komandan, Instruktur, dan Siswa Pelatihan Pendidikan Bela Negara serta guru pendamping.

2. Teknik Wawancara

'Wawancara memungkinkan peneliti menggali data yang kaya dan multi dimensi mengenai suatu hal dari partisipan’ (Myers dalam Samiaji Sarosa, 2012, hlm. 45). Wawancara tidak menggali data mengenai faktual kecuali data diri partisipan itu sendiri. Hasil dari wawancara merupakan persepsi atau ingatan yang dimiliki oleh partisipan terhadap sesuatu hal. Teknik wawancara dalam penelitian ini mengacu pada instrumen yang telah dibuat sebelumnya oleh peneliti. Instrumen sebagai pedoman wawancara merupakan rangkaian pertanyaan yang tidak berstruktur yang kemudian dapat dikembangkan, baik kepada Komandan, Instruktur, maupun Siswa Pendidikan Bela Negara. Pedoman wawancara akan mengacu pada rumusan masalah, yaitu mengenai kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam pendidikan bela negara, proses penanaman sikap nasionalisme dan pariotisme dalam pendidikan bela negara, sikap nasionalisme dan patriotisme yang ditunjukkan siswa setelah mengikuti pendidikan bela negara dan kendala yang dihadapi dalam pendidikan bela negara serta upaya yang dilakukan dalam mengatasi kendala tersebut. Wawancara akan dilakukan secara beberapa kali sebagai cross chek dan akan direkam dengan mengunakan alat perekam agar mendapatkan data yang valid. Selain itu, wawancara akan dilakukan terhadap Komandan, Instruktur, dan beberapa Siswa Pendidikan Bela Negara (yang dipilih) yang benar-benar mewakili populasi.

3. Teknik Dokumentasi

'Dokumen adalah segala sesuatu materi dalam bentuk tulisan yang dibuat


(35)

53

Susan Yuliani Jauhari, 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dimaksud adalah segala bentuk catatan baik yang berbentuk dokumen cetak maupun elektronik. Dokumen-dokumen tersebut dapat berupa buku, artikel media massa, catatan harian, peraturan perundang-undangan, halaman web, foto, dan lain sebagainya. Dalam penelitian ini, studi dokumentasi dilakukan untuk mengetahui dokumen tentang bagaimana pendidikan dan pelatihan bela negara yang dilakukan di Depo Pendidikan Bela Negara Rindam III Siliwangi seperti program-program kegiatan serta dokumen-dokumen lainnya yang dianggap mendukung dan relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Studi dokumentasi ini dilakukan oleh peneliti untuk mengkaji dan mempelajari dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian, bahwa :

(a) Dokumen merupakan sumber informasi yang lestari, sekalipun dokumen sudah tidak berlaku lagi;

(b) Dokumen merupakan bukti yang dapat dijadikan dasar untuk mempertahankan diri terhadap tuduhan dan kekeliruan interpretasi; (c) Dokumen itu merupakan sumber data yang relatif mudah dan murah,

dan terkadang dapat diperoleh secara cuma-cuma;

(d) Dokumen merupakan sumber data yang non reaktif dan alami;

(e) Dokumen beperan sebagai sumber pelengkap dan memperkaya informasi yang diperoleh melalui observasi dan wawancara. (Guba dan Lincoln, dalam Alwasilah, 2006, hlm. 156).

4. Teknik Triangulasi

Sugiyono, mengemukakan bahwa dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data.

Teknik Triangulasi, berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak. Triangulasi sumber berarti untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama. (Sugiyono, 2011, hlm. 241).


(36)

54

Susan Yuliani Jauhari, 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar dibawah ini adalah kegiatan triangulasi yang akan penulis lakukan dalam penelitian:

Gambar 3.2

Triangulasi “teknik” pengumpulan data

Sumber: Sugiyono, 2011, hlm. 242 Gambar 3.3

Triangulasi “sumber” pengumpulan data

Observasi Partisipatif

Wawancara mendalam

Dokumentasi

Sumber data sama

Wawancara mendalam

A

B


(37)

55

Susan Yuliani Jauhari, 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Sumber: Sugiyono, 2011, hlm. 242

Keterangan:

A = Komandan Depo Pendidikan Bela Negara B = Instruktur Depo Pendidikan Bela Negara C = Siswa Depo Pendidikan Bela Negara

F. Prosedur Penelitian

Dalam rangka mendapatkan data secara maksimal, penulis melakukan penelitian dengan melalui beberapa tahapan, yaitu : orientasi lapangan, eksplorasi, dan pencatatan data.

1. Tahapan Orientasi Lapangan

Pada tahapan orientasi lapangan, peneliti mengadakan survey terlebih dahulu ke Depo Pendidikan Bela Negara Rindam III Siliwangi di daerah Cikole-Lembang, kemudian setelah mendapatkan informasi peneliti meminta izin kepada Komandan Rindam III Siliwangi untuk melakukan penelitian. Setelah mendapatkan izin, peneliti selanjutnya mengadakan wawancara mengenai pendidikan bela negara sebagai salah satu bentuk upaya pembinaan sikap nasionalisme dan patriotisme bagi generasi muda. Dari pendekatan tersebut, kemudian peneliti mengambil tiga unsur responden, yaitu Komandan, Instruktur, dan Siswa Pendidikan dan Pelatihan Depo Pendidikan Bela Negara Rindam III Siliwangi.

2. Tahapan Eksplorasi

Pada tahapan ini, peneliti mulai melakukan kunjungan pada Depo Pendidikan Bela Negara Rindam III Siliwangi serta mulai mengenal dekat responden, sehingga peneliti dapat melakukan wawancara dengan Komandan, Instruktur, dan Siswa Pendidikan dan Pelatihan Depo Pendidikan Bela Negara Rindam III Siliwangi. Untuk mendukung kelengkapan data, peneliti pun mencari


(38)

56

Susan Yuliani Jauhari, 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

informasi dari responden yang mewakilinya. Kemudian, pengamatan selanjutnya dilakukan di lapangan maupun di dalam kelas pada saat kegiatan pendidikan dan pelatihan bela negara di Depo Pendidikan Bela Negara Rindam III Siliwangi.

3. Tahapan Pencatatan Data

Hasil catatan merupakan rekaman hasil observasi dan wawancara yang dilakukan di lapangan. Setiap kali menemukan informasi baru, peneliti mencatat informasi tersebut agar tidak lupa. Berikut adalah langkah-langkah pencatatan data yang dilakukan di lapangan, yaitu :

a) Pencatatan awal. Pencatatan ini dilakukan sewaktu berada di latar penelitian dengan jalan yang hanya menuliskan kata-kata kunci pada buku nota.

b) Pembuatan catatan lapangan lengkap setelah kembali ke tempat tinggal. Pembuatan catatan ini dilakukan dengan suasana yang tenang dan tidak ada gangguan. Hasilnya sudah berupa catatan lapangan lengkap.

c) Apabila sewaktu ke lapangan penelitian, kemudian teringat bahwa masih belum ada yang dicatat dan dimasukkan dalam catatan lapangan, dan hal itu kemudian dimasukkan. (Moleong, 2006, hlm. 216-217).

G. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif merupakan upaya yang berlanjut, berulang dan terus-menerus. Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/ verifikasi (Miles dan Huberman, 2007, hlm. 16).

1. Reduksi Data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, serta dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya apabila diperlukan. Reduksi data dapat dibantu dengan peralatan, seperti komputer, notebook, dan lain sebagainya.


(39)

57

Susan Yuliani Jauhari, 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Penyajian Data

Penyajian data adalah sekumpulan informasi yang akan memberikan gambaran penelitian secara menyeluruh dan terperinci dengan mencari pola hubunganya. Penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya. Menurut Miles dan Huberman (2007), yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dengan adanya penyajian data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, dan merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut. Selanjutnya oleh Miles dan Huberman disarankan agar dalam melakukan display data (penyajian data), selain dengan teks yang naratif, juga dapat berupa grafik, matrik, network

(jaringan kerja), dan chart.

3. Kesimpulan/Verifikasi

Kesimpulan merupakan kegiatan yang dilakukan dengan tujuan mencari arti, makna, penjelasan yang dilakukan teradap data yang telah dianalisis dengan mencari hal-hal penting. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang atau bahkan gelap, sehingga setelah diteliti menjadi jelas. Kesimpulan ini dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, maupun hipotesis atau teori.


(40)

58

Susan Yuliani Jauhari, 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.2

Jadwal Penelitian

Sumber : Diolah Penulis, Tahun 2015

No Kegiatan

Tahun 2015

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul 1. Pra penelitian

2. Penyusunan proposal 3. Sidang Proposal 4. Penyusunan Bab I 5. Penyusunan Bab II 6. Penyusunan Bab III 7. Penelitian Lapangan 8. Penyusunan Bab IV 9. Penyusunan Bab V 10. Penyempurnaan Tesis 11. Sidang tahap I

12. Revisi pasca sidang tahap I 13. Sidang tahap II


(41)

59

Susan Yuliani Jauhari, 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA


(1)

120

Susan Yuliani Jauhari, 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Harus memiliki program yang terstruktur mulai dari tujuan, manfaat, hasil yang ingin dicapai serta hasil yang telah dicapai untuk setiap kegiatan yang akan dilaksanakan dalam pendidikan bela negara.

b. Instruktur harus dapat menyediakan waktu lebih banyak dalam sesi diskusi dan tanya jawab dengan siswa, agar siswa dapat memenuhi rasa ingin tahunya dengan melakukan diskusi bersama instruktur yang berpengalaman dan terjun langsung dalam bidang bela negara.

3. Bagi Departemen Pendidikan Kewarganegaraan

Departemen Pendidikan Kewarganegaraan harus mewajibkan kepada para calon pendidik untuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang dapat membangkitkan sikap nasionalisme dan patriotisme seperti Resimen Mahasiswa, sehingga kelak dapat menjadi teladan yang baik bagi siswa/peserta didik demi tercapainya tujuan pendidikan kewarganegaraan. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Layaknya sebuah penelitian selalu menghasilkan data penelitian yang masih bisa dikembangkan kembali atau penelitian lanjutan. Hal ini merupakan karakteristik ilmu pengetahuan yang dinamis selalu dapat dikembangkan kembali. Demikian pula dengan hasil penelitian ini, tentu masih ada saja peluang bagi penelitian selanjutnya. Untuk itu, disarankan agar peneliti dapat melakukan kajian yang lebih mendalam mengenai pengembangan budaya kewarganegaraan (civic culture) melalui pendidikan bela negara dalam rangka menumbuhkembangkan sikap nasionalisme dan patriotisme generasi muda agar dapat berkontribusi secara maksimal dalam upaya membangun bangsa.


(2)

Susan Yuliani Jauhari, 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Buku

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia 2014.

Alwasilah. (2006). Pokoknya Kualitatif Dasar-dasar Merancang dan Melakukan Peneitian Kualitatif. Bandung : Pustaka Jaya.

Bakry. (2010). Pendidikan Pancasila. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Budimansyah, Dasim. (2010). Mari Berpartisipasi Dalam Bela Negara. Bandung : Genesindo.

Brunold dan Ohlmeier. (2013). School and Community Interactions Interface for Political and Civic Education. Ebook : Springer VS

Creswell. (2010). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Dariyo. (2007). Psikologi Perkembangan. Bandung : Refika Aditama.

Djahiri. (1995). Landasan Operasional PPKn 1994. Bandung : Laboratorium PPMP IKIP Bandung.

Hasanuddin. (2014). Bela Negara Dalam Kontradiksi Wacana Wajib Militer Indonesia. Jakarta : Wahana Semesta Intermedia.

Koenjaraningrat. (1996). Pengantar Antropologi. Jakarta : Rineka Cipta.

Komalasari dan Syaifullah. (2009). Kewarganegaraan Indonesia : Konsep, Perkembangan, dan Masalah Kontemporer. Bandung : Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan.

Manan dan Ju Lan. (2011). Nasionalisme dan Ketahanan Budaya di Indonesia. Jakarta : LIPI Press bekerja sama dengan Yayasan Obor Indonesia. Miles & Huberman. (2007). Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI-Press.

Moleong. (2000). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Muljana. (2008). Kesadaran Nasional Dari Kolonialisme Sampai Kemerdekaan Jilid I. Yogyakarta : LKIS.


(3)

122

Susan Yuliani Jauhari, 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Rashid (2004). Patriotisme Agenda Pembinaan Bangsa. Kualalumpur : Utusan. Rohmadi. (2005). Bahasa dan Sastra Indonesia 3. Surakarta : PT. Grahadi.

Sarosa. (2012). Penelitian Kualitatif (Dasar-Dasar). Jakarta: Indeks

Suhartono. (2001). Sejarah Pergerakan Nasional (Dari Budi Utomo Sampai Proklamasi 1908-1945). Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Sugiyono. (2011). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta

Suprapto, dkk. (2007). Pendidikan Kewarganegaraan SMA/MA I. Jakarta : Bumi Aksara.

Sukardi. (2007). Metodologi Penelitian Pendidikan : Kompetensi dan Prakteknya. Jakarta : Bumi Aksara.

Surbakti. (1992). Memahami Ilmu Politik. Jakarta : Gramedia Widya Pustaka Utama.

Syaodih. (2003). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Utomo. (1995). Dinamika Pergerakan Kebangsaan Indonesia Dari Kebangkitan Hingga Kemerdekaan. Semarang : IKIP Semarang Press.

Wahab dan Sapriya. (2011). Teori dan Landasan Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung : Alfabeta.

Winataputra. (2013). Demokrasi dan Pendidikan Demokrasi. Jakarta : Dirjen Dikti.

Winataputra. (2012). Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Perspektif Pendidikan Untuk Mencerdaskan Kehidupan Bangsa (Gagasan, Instrumentasi, dan Praksis). Bandung : Widya Aksara Press.

Winataputra. dan Budimansyah. (2012). Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Perspektif Internasional (Konteks, Teori, dam Profil Pembelajaran). Bandung : Widya Aksara Press.

Tesis dan Disertasi

Idham. (2009). “Pengaruh Pengembangan Budaya Kewarganegaraan (Civic Culture) Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Terhadap Pengembangan Sikap Patriotisme : Studi Deskriptif Pelaksanaan Kegiatan


(4)

Susan Yuliani Jauhari, 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Ekstrakurikuler Dalam Rangka Pengembangan Budaya Kewarganegaraan Di SMA Negeri Di Kota Pontianak”. (Tesis). Bandung : Sekolah Pasca Sarjana UPI.

Kusmawan. (2013). “Strategi Pembinaan Karakter Patriotik Melalui Paskibraka (Studi Kasus : Paskibraka Kota Bandung)”. (Tesis). Bandung : Sekolah Pasca Sarjana UPI.

Suabuana (2010). Pengembangan Pendidikan Nilai Bela Negara Dalam Pendidikan Kewarganegaraan Perguruan Tinggi Melalui Model Pembelajaran Project Citizen : Studi Analitik Tentang Pengembangan Nilai Dalam Rangka MKU Universitas Pendidikan Indonesia”. (Disertasi). Bandung : Sekolah Pasca Sarjana UPI.

Jurnal, Makalah, dan Artikel

________________. “Komponen Cadangan Tetap Diperlukan Meski Negara Dalam Keadaan Tidak Perang”. [Artikel]. Tersedia : http://garudamiliter. blogspot.com/2013/07/komponen-cadangan-tetap-diperlukan.htm

[Diakses : 26 November 2014].

A. Muhaimin, Yahya. “Wajib Militer dan Hak Warga Negara”. [Artikel]. Tersedia : http://willy-aditya.blogspot.com/2011/09/wajib-militer-dan-hak-warga-negara.html [ Diakses : 23 November 2014].

Agung Banyu Perwita, A. “Pemberdayaan Wilayah Pertahanan Melalui Pembinaan Teritorial Dalam Rangka Pertahanan Negara.” [Artikel]. Tersedia : kodam-udayana.mil.id. [Diakses : 30 November 2014].

Al Alim, M.A. (2011). “Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Untuk Menumbuhkan Nasionalisme Bangsa”.(Makalah). Yogyakarta : STMIK Amikom.

Baihaqi. (2012). “Pendidikan Kewarganegaraan /Civic Education (Diktat Kuliah)”. Yogyakarta : Universitas Ahmad Dahlan.

Habibi, “Guru Agama Islam Ideal Dalam Persepsi Msyarakat Nelayan”. [Makalah]. Tersedia : www.pmii-chondrodimuko.or.id. [Diakses : 25 Januari 2015].

Hamijoyo. (1992). “Pendidikan Luar Sekolah Dalam Kaitannya Dengan

Masyarakat Industri”. Bandung : Makalah Seminar Jurusan PLS FIP IKIP Bandung.


(5)

124

Susan Yuliani Jauhari, 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hartawan, Tony. “Seluk Beluk Wajib Militer”. [Artikel]. Tersedia: http://www.tempo.co/read/news/2012/08/04/078421278/Seluk-beluk-wajib-Militer [ Diakses : 23 November 2014].

Hasanah, Rumita. “Perkembangan Moral dan Implementasinya dalam Pembelajaran”. [Makalah]. Tersedia : http://mhyta-multimedia.blogspot. com/20130901/archive.html

Haseena, Anisa. “Pendidikan Kewarganegaraan serta Pendidikan Pendahuluan Bela Negara”. [Makalah]. Tersedia : https://anisahaseena. wordpress.com/2013/03/18/pendidikan-kewarganegaraan-serta-pendidik-an-pendahuluan- bela- negara- ppbn/. [Diakses : 23 November 2014].

Indrawadi. (2008). Nasionalisme Warga Negara Indonesia : Tinjauan Kritis Terhadap Pasal 2, 3, dan 37 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas. Demokrasi, 7(2), hlm. 147-198.

Kunaifi dan Puspita. “Efektivitas Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Pengembangan Sikap Nasionalisme Mahasiswa Akuntansi Menghadapi Implementasi IFRS”. [Artikel]. Tersedia : www.knpai.ub.ac.id. [Diakses : 25 Januari 2015]

Lemhanas. (2013). Meningkatkan Bela Negara Masyarakat Perbatasan Guna Mendukung Pembangunan Nasional Dalam Rangka Menjaga Keutuhan NKRI. Jurnal Kajian Lemhanas RI, 10 (15), hlm. 88-104.

Mardawani. (2010). Pembinaan Semangat Nasionalisme Indonesia Dalam Menghadapi Tantangan Kosmopolitanisme dan Etnisitas Melalui Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Kasus Pada SMP Negeri 1 Entikong, Wilayah Perbatasan Indonesia-Malaysia). Jurnal Acta Civicus. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, 4 (1), hlm. 83-102. Moeis. (2009). “Pembentukan Kebudayaan Nasional Indonesia”. [Makalah].

Tersedia : www.file.upi.edu [Diakses : 25 Januari 2015].

Mulyana. (2013). Nasionalisme dan Militerisme : Ideologisasi dan Historiografi Buku Teks Pelajaran Sejarah SMA. Paramitha, 23(1), hlm. 78-87.

Nuraini. (2008). Nasionalisme di Era Reformasi. Jurnal Madani, 2. hlm. 75-78. Permana. “Profil Kecenderungan Perilaku Agresif Remaja Yang Bermain Online

Game”. [Artikel]. Tersedia : http://a-research.upi.edu. [Diakses : 09 Februari 2015].

Rosita, dkk. (2013). Hubungan Pemahaman Bela Negara Dengan Nasionalisme Siswa di SMP Negeri 03 Tambun Selatan Bekasi. Jurnal PPKN UNJ Online, 1(2), hlm. 1-8.


(6)

Susan Yuliani Jauhari, 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Suastika. (2012). Nasionalisme Dalam Perspektif Post Modernisme, Post Strukturalisme, dan Post Kolonialisme. Media Komunikasi FIS, 11 (1), hlm. 30-44

Sugiyarto. “Tantangan Terhadap Eksistensi Negara Bangsa Indonesia dan Pemaknaan Kembali Nasionalisme”.(Makalah). Semarang : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro.

Takari. “Konsep dan Aplikasi Kebudayaan Nasional Indonesia”. (Makalah) Medan : Fakultas Ilmu Budaya Sumatera Utara Medan.

Une. (2010). Perkembangan Nasionalisme di Indonesia Dalam Perspektif Sejarah. Inovasi, 7 (1), hlm. 176-187.

Utari (2011). Taksonomi Bloom (Apa dan Bagaimana Menggunakannya). Artikel : Pusdiklat KNPK. Tersedia : www.bppk.depkeu.go.id

Wibowo. “Arti Pahlawan dan Nasionalisme”. [Makalah]. Tersedia : http://generalwibowo.blogspot.com/2014/11/arti-pahlawan-dan-patriot-isme.html. [Diakses: 25 Januari 2015].

Wijaya (2011). “Nasionalisme Persatuan Indonesia”. (Makalah). Yogyakarta : STMIK Amikom.

Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (Amandemen). Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Rancangan Undang-Undang tentang Komponen Cadangan Tahun 2005.