Penerapan Metode Debat Inisiasi Berorientasi Karakter Terhadap Keterampilan Berbicara Dan Berpikir Kreatif Siswa.

(1)

PENERAPAN METODE DEBAT INISIASI BERORIENTASI KARAKTER TERHADAP KETERAMPILAN BERBICARA DAN

BERPIKIR KREATIF SISWA

(Studi Kuasi Eksperimen Pada Kelas V Sekolah Dasar Negeri 7 Hegarsari Kecamatan Banjar Kota Banjar Jawa Barat)

TESIS

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan

oleh Irfan Supriatna

1303241

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2015


(2)

PENERAPAN METODE DEBAT INISIASI BERORIENTASI KARAKTER TERHADAP KETERAMPILAN BERBICARA DAN

BERPIKIR KREATIF SISWA

(Studi Kuasi Eksperimen Pada Kelas V Sekolah Dasar Negeri 7 Hegarsari Kecamatan Banjar Kota Banjar Jawa Barat)

Oleh Irfan Supriatna

S.Pd. UPI, 2011

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Dasar

© Irfan Supriatna 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

IRFAN SUPRIATNA

PENERAPAN METODE DEBAT INISIASI BERORIENTASI KARAKTER TERHADAP KETERAMPILAN BERBICARA DAN

BERPIKIR KREATIF SISWA

(Studi Kuasi Eksperimen Pada Kelas V Sekolah Dasar Negeri 7 Hegarsari Kecamatan Banjar Kota Banjar Jawa Barat)

Disetujui dan disahkan oleh pembimbing:

Pembimbing,

Prof. Dr. H. Rahman, M.Pd. NIP 195704011984121001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Dasar

Dr. Hj. Ernawulan Syaodih, M.Pd. NIP 196510011998022001


(4)

PENERAPAN METODE DEBAT INISIASI BERORIENTASI KARAKTER TERHADAP KETERAMPILAN BERBICARA DAN

BERPIKIR KREATIF SISWA

(Studi Kuasi Eksperimen Pada Kelas V Sekolah Dasar Negeri 7 Hegarsari Kecamatan Banjar Kota Banjar Jawa Barat)

Irfan Supriatna, 1303241

Abstrak

Siswa mempunyai masalah dalam keterampilan berbicara dan berpikir kreatif. Berbicara dianggap sulit dalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas. Untuk mengatasi hal tersebut peneliti melakukan penerapan debat inisiasi berorientasi karakter di kelas lima Sekolah Dasar. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti nyata dan mendeskripsikan proses pembelajaran dengan menggunakan debat di dalam kelas sehingga adanya peningkatan hasil belajar dan respons siswa terhadap kegiatan pembelajaran. Metode penelitian ini adalah kuasi eksperimen. Penelitian ini dilaksanakan di SDN 7 Hegarsari dan melibatkan 66 siswa yang terdiri atas 33 siswa kelas eksperimen dan 33 siswa kelas kontrol. Data hasil penelitian berupa skor pretes dan postes dianalisis menggunakan uji-t.

Berdasarkan analisis data, diperoleh simpulan nilai rata-rata skor n-gain pada

kelas eksperimen (0,50) tercatat lebih tinggi daripada nilai rata-rata skor n-gain

pada kelas kontrol (0,35). Secara statistik perbedaan kedua skor tersebut signifikan, nilai probabilitas yang didapat lebih kecil daripada taraf sigifikansi yang ditetapkan (0,023 < 0,05). Siswa memberi respons positif terhadap proses pembelajaran dan dapat disimpulkan bahwa penerapan debat inisiasi berorientasi karakter efektif meningkatkan keterampilan berbicara dan berpikir kreatif siswa.


(5)

APPLICATION METHOD ORIENTED DEBATE INITIATION OF CHARACTERSKILLS TO SPEAK AND

CREATIVE THINKING STUDENT

(Quasi- Experimental Study In State Primary School Class V 7 Hegarsari Banjar Banjar District of West Java)

Irfan Supriatna, 1303241

Abstract

Students have problems speaking skills and creative thinking. Speaking considered difficult in learning activities in the classroom. To overcome this problem researchers conduct application-oriented character initiation debate in grade five elementary schools. This study aimed to obtain concrete evidence and describe the process of learning by using debate in the classroom so that an increase in student learning outcomes and responses to learning activities. This research method is quasi-experimental. This research was conducted at SDN 7 Hegarsari and involves 66 students consisting of 33 students and 33 students experimental class control class. Research data in the form of pretest and posttest scores were analyzed using t-test. Based on data analysis, conclusions obtained by

the average value of n-gain scores in the experimental class (0.50) is higher than

the value of the average scores on the class n-gain control (0.35). Statistically

significant difference between the two scores, the probability value obtained is smaller than the level specified sigifikansi (0.023 < 0.05). Students give a positive response to the learning process and it can be concluded that the application of effective character-oriented debate initiation improve speaking skills and creative thinking of students.


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR DIAGRAM ... ix

DAFTAR GRAFIK ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi Masalah Penelitian ... 8

C. Rumusan Masalah Penelitian ... 8

D. Tujuan Penelitian ... 9

E. Manfaat Penelitian ... 9

F. Struktur Organisasi Tesis ... 9

Bab II DEBAT INISIASI TERHADAP KETERAMPILAN BERBICARA DAN BERPIKIR KREATIF SISWA... 11

A. Keterampilan Berbicara ... 11

B. Berpikir Kreatif ... 23

C. Debat Inisiasi ... 29

D. Hasil Penelitian Relevan ... 32

E. Asumsi... 33

F. Hipotesis Penelitian ... 34

BAB III METODE PENELITIAN... 35

A. Metode dan Desain Penelitian ... 35

B. Lokasi dan Sumber Data Penelitian ... 36


(7)

D. Definisi Operasional Variabel ... 37

E. Instrument Penelitian ... 37

F. Pengembangan Instrumen ... 44

G. Teknik Pengumpulan Data Penelitian ... 47

H. Teknik analisis Data ... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 49

A. Hasil Penelitian Proses Pelaksanaan Pembelajaran dengan Menggunakan Penerapan Debat Inisiasi ... 49

B. Hasil Penelitian Terhadap Keterampilan Berbicara Siswa ... 56

C. Hasil Penelitian Terhadap Berpikir Kreatif Siswa ... 60

D. Perbandingan Keterampilan Berbicara dan Berpikir Kreatif Siswa antara Pretes dan Postes ... 64

E. Perbandingan Keterampilan Berbicara dan Berpikir Kreatif Siswa antara Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 67

F. Perbandingan N-Gain Keterampilan Berbicara dan Berpikir Kreatif Siswa antara Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen... 69

G. Analisis Efektifitas Penerapan Debat Inisiasi dalam Keterampilan Berbicara dan Berpikir Kreati Siswa ... 71

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 83

A. Simpulan ... 83

B. Rekomendasi ... 84

DAFTAR PUSTAKA ... 85 LAMPIRAN


(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Undang-Undang RI No 20 tahun 2003 pada pasal 37 ayat 1 menyebutkan bahwa isi kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat (a) Pendidikan Agama, (b) Pendidikan Kewarganegaraan, (c) Bahasa, (d) Matematika, (e) Ilmu Pangatahuan Alam, (f) Ilmu Pengetahuan Sosial, (g) Seni dan Budaya, (h) Pendidikan Jasmani, (i) Keterampilan/ kejujuran dan, (j) Muatan Lokal. Kurikulum pendidikan dasar dan manengah wajib memuat sekurang-kurangnya 10 mata pelajaran, salah satunya adalah mata pelajaran Bahasa Indonesia.

Secara umum, diketahui bahwa bahasa adalah alat komunikasi utama dalam kehidupan manusia. Oleh sebab itu, disetiap sekolah, baik Sekolah Dasar (SD) maupun menengah, bahasa dimasukkkan ke dalam salah satu mata pelajaran pokok yang wajib dipelajari oleh setiap siswa. Pembelajaran bahasa Indonesia ini diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia agar siswa dapat memahami pelajaran-pelajaran lain yang menggunakan bahasa Indonesia.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (2006:06) mengemukakan bahwa bahasa Indonesia sebagai suatu mata pelajaran yang diajarkan di SD mempunyai tujuan, yaitu (1) Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku baik secara lisan maupun tulisan, (2) Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa Negara, (3) Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan, (4) Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial, (5) Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan


(9)

memperhalus budi pekerti serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa.

Untuk meningkatkan mutu penggunaan bahasa Indonesia, maka hendaknya pengajaran dilakukan sejak dini, yakni mulai dari Sekolah Dasar yang nantinya digunakan sebagai landasan untuk jenjang yang lebih lanjut. Pembelajaran Bahasa Indonesia ini diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan bahasa Indonesia. Komponen yang tertuang dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan pada bagian standar kompetensi pembelajaran bahasa meliputi, menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Di antara keempat keterampilan tersebut, salah satu keterampilan yang penting adalah berbicara. Dalam kegiatan berbahasa, berbicara merupakan keterampilan berbahasa yang sangat penting untuk diperhatikan, karena dari kenyataan, seseorang lebih banyak berkomunikasi secara lisan dibanding dengan cara lain. Selain itu, keterampilan berbicara juga sangat dibutuhkan oleh setiap orang di sekolah dan di luar sekolah. Di sekolah keterampilan berbicara diperlukan sebagai alat untuk menyatukan pendapat, gagasan, dan menyatakan eksistensi diri. Di luar sekolah, keterampilan berbicara diperlukan untuk menyatakan pendapat, menyatakan diri, keterampilan berbicara juga diperlukan dalam menunjang keberhasilan pekerjaan dibidang bisnis, pemerintahan, pendidikan dan keilmuan.

Mengingat keterampilan berbicara merupakan keterampilan yang sangat penting untuk dimiliki, maka keterampilan ini perlu dibina dan dikembangkan. Dalam hal ini Sekolah Dasar sebagai pengalaman pertama yang membekali kemampuan yang diperlukan untuk melanjutkan penidikan yang lebih tinggi

Keterampilan berbicara berhubungan erat dengan proses berpikir yang mendasari bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan logika berpikir. Semakin terampil seseorang berbahasa, maka semakin jelas pula jalan pemikirannya. Keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktek dan banyak latihan. Oleh karena itu, seseorang harus melatih keterampilan bahasanya sehingga mampu mengembangkan cara berpikir dan berkomunikasi yang baik khususnya dalam berbicara.


(10)

Berbicara itu suatu keterampilan yang akan berkembang jika dilatih secara terus menerus. Hal ini sesuai dengan salah satu Kompetensi Dasar (KD) yang ingin dicapai dalam pembelajaran berbicara yang mana siswa mampu menceritakan pengalaman/ kegiatan dengan menggunakan kalimat yang runtut dan mudah dipahami. Namun pada kenyataannya, siswa masih belum mampu menceritakan pengalamannya secara lisan sesuai dengan kalimat yang baik dan runtut.

Keterampilan berbicara sangat penting dalam kehidupan manusia, karena dengan berbicara orang dapat menyampaikan sesuatu sehingga dapat berkomunikasi antara satu dengan yang lainnya. Melalui berbicara akan memudahkan hubungan antar sesama dan dapat mewujudkan hubungan intensitas, contohnya melalui kegiatan diskusi, presentasi, debat dan seminar sehingga siswa berlatih mengemukakan gagasan atau ide yang dimilikinya.

Pentingnya seseorang mengungkapkan gagasan terlihat dari keterampilan berbicaranya yang tergambar melalui fakta sejarah bahwa pada umumnya orang yang berhasil menjadi pemimpin adalah mereka yang memiliki keterampilan berbicara dan pandai mempengaruhi orang banyak.

Rendahnya keterampilan berbicara dalam mengungkapkan gagasan di kalangan siswa saat ini membuat prihatin banyak kalangan, termasuk guru. Sehingga ini merupakan persoalan serius yang dihadapi oleh para siswa SD terkait dengan keterampilan berbahasa. Di lapangan, sering dijumpai siswa mengalami kesulitan mengungkapkan maksud dan tujuan pemikirannya pada guru maupun pada teman-temannya. Sebagai contoh peristiwa yang sering terjadi di sekolah dasar (SD) khususnya, siswa ketika diberi tugas menceritakan kembali apa yang sudah mereka ketahui atau pahami justru terbata-bata bahkan tidak percaya diri untuk mengutarakan apa yang ada di ingatannya. Kemudian, ketika ditanya atau disuruh menceritakan pengalaman di depan kelas, banyak siswa yang kesulitan untuk memulai berbicara, kebanyakan siswa takut dan malu. Ini merupakan persoalan mendasar yang harus segera dicarikan jalan keluarnya.

Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Jamilah menunjukkan bahwa nilai keterampilan berbicara pada siswa kelas VA SD Negeri Petoran Surakarta


(11)

masih rendah. Hal ini dibuktikan dengan hasil pratindakan yang dilaksanakan oleh guru kelas menunjukkan bahwa dari 33 siswa sekitar 21,21% yang mendapat nilai di atas 70 (Kriteria Ketuntasan Minimum), sedangkan sekitar 78,78% mendapat nilai di bawah KKM dan nilai rata-rata kelasnya adalah 5,8. Ini bisa dilihat dari banyaknya faktor-faktor penyebab seperti dalam pembelajaran di kelas guru masih menggunakan pembelajaran konvensional/ tradisional, guru belum menggunakan metode yang tepat untuk meningkatkan keterampilan berbicara.

Siswa diupayakan untuk mampu terampil berbicara, agar mereka mampu mengemukakan pendapat, gagasan dan ide cemerlang. Berani menyampaikan sesuatu sehingga dapat berkontribusi memecahkan masalah yang mereka hadapi dan menganalisa peristiwa di sekitar lingkungannya. Terampil bicara menuntut kemampuan penggunaan bahasa yang benar sehingga orang lain dapat mengerti apa yang disampaikan.

Berdasarkan hal yang diurai sebelumnya, hubungan keterampilan berbicara dengan kemampuan berpikir kreatif, salah satunya dapat disimpulkan sebagai indikasi rendahnya bahwa berpikir kreatif siswa SD masih rendah.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Kartika (2013) kemampuan berpikir kreatif siswa SD di Bandung masih rendah. Data hasil penelitian pada siswa SD di Bandung mengungkapkan bahwa siswa kelas V yang mampu berpikir kreatif hanya 5 dari 12 siswa. Penelitian yang dilakukan oleh Nisa (2010) mengenai kemampuan berpikir kreatif menghasilkan kemampuan yang masih sangat kurang. Penelitian lain juga mengungkapkan bahwa kemampuan siswa berpikir kreatif di bidang IPA juga rendah, sebatas pada aspek kelancaran dan siswa tidak menghasilkan suatu karya dari usaha berpikir kreatif mereka (Fauziah, 2011).

Hal ini dikarenakan siswa SD jarang mau bertanya, mengemukakan pendapat, sulit menghubungkan ide dan kurang terampil berimajinasi pada setiap situasi untuk menghasilkan atau menciptakan hal baru dan berbeda. Akibatnya pembelajaran terasa membosankan karena kurangnya interaksi dan peran serta aktif siswa dalam pembelajaran. Ketika siswa ditanya mereka cenderung untuk diam, sehingga pendidik terkadang bingung menyimpulkan apakah kebiasaan


(12)

diam itu pertanda paham atau karena malas bertanya, dan ketika diminta untuk mengajukan ide baru merekapun cenderung lama berpikir dan lebih memilih untuk diam.

Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan berbicara siswa. Guru juga merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan tujuan pembelajaran yang dituntut untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui peningkatan mutu pembelajaran yang lebih kreatif dan inovatif sehingga cara guru mengajar dapat memberikan pengaruh terhadap cara belajar siswa.

Usaha yang dilakukan guru untuk mengatasi permasalahan tersebut menggunakan berbagai macam metode. Metode yang diharapkan dapat membantu meningkatkan keterampilan berbicara siswa berpikir kreatif yaitu metode debat inisiasi. Debat inisiasi pada dasarnya merupakan metode pembelajaran berbicara yang menuntut siswa terampil berbicara dengan mengandalkan kemampuannya berlogika dan kemahirannya bertutur santun ketika berdebat. Dalam praktiknya, model ini sebaiknya melibatkan dua kelompok siswa yakni siswa kelompok pendukung (pro) dan kelompok penyanggah (kontra). Pada proses ini siswa diberikan kesempatan untuk berani mengemukakan pendapat dan memberikan gagasan baru yang imajinatif kepada kelompok lain dengan cara yang santun.

Kenyataan yang terjadi di dunia pendidikan saat ini siswa belum terfasilitasi dengan maksimal oleh guru. Pembelajaran masih bersifat teacher

center atau yang kita kenal dengan sebutan ”berpusat pada guru”. Idealnya

pembelajaran itu berpusat pada siswa (student center). Maka dari itu seorang guru

harus banyak memberikan praktik dan rangsangan kepada siswa untuk melatih keterampilan berpikir kreatif.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa antara keterampilan berbicara dan kemampuan berpikir kreatif terdapat keterkaitan. Pada pembelajaran keterampilan berbahasa, guru selain harus menguasai materi tentang keterampilan berbahasa juga harus memiliki pengalaman yang beraneka ragam, metode pengajaran yang bervariasi serta harus mahir tentang seluk-beluk keterampilan berbicara. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan


(13)

keterampilan berbicara dan berpikir kreatif siswa SD adalah dengan cara menerapkan model pembelajaran yang sesuai dan penyampaianya harus bervariasi. Salah satu metode yang dapat diterapkan dalam pembelajaran berbicara adalah pembelajaran melalui debat inisiasi. Metode ini memfokuskan pada suatu pembelajaran yang dapat membantu siswa mempelajari keterampilan berbicara secara bertahap.

Debat inisiai sangat penting dalam pembelajaran karena mampu menuntut siswa untuk terampil berbicara dengan mengandalkan kemampuan berlogika dan kemahiran dalam bertutur santun ketika debat. Sehingga, mampu meningkatkan keterampilan berbicara dan berpikir kreatif yang mana mampu menyampaikan pesan-pesan moral atau ajaran tertentu, sarana pendidikan bahasa, daya pikir, fantasi, imajinasi dan kreativitas anak didik. Debat inisiasi, dalam praktiknya model ini melibatkan dua kelompok siswa yakni siswa kelompok pendukung (pro) dan kelompok penyanggah (kontra).

Metode debat inisiasi diterapkan dalam keterampilan berbicara karena metode ini dapat menjadi solusi yang tepat dalam permasalahan yang berkaitan dengan kesantunan berbahasa. Selain itu, dalam tahapan atau langkah-langkah metode ini juga menekankan bahwa semua siswa wajib untuk tampil berbicara.

Adapun tahapan aktivitas pembelajaran model debat inisiasi terdiri dari tiga tahapan, yaitu tahap prabicara, tahap berbicara dan tahap pascabicara. Dengan demikian, melalui tahapan tersebut, diharapkan model debat inisiasi dapat memberikan pembelajaran yang lebih bermakna bagi siswa.

Dalam kaitannya dengan pendidikan karakter, di setiap tahapan pembelajaran berbicara siswa melakukan aktivitas. Melalui aktivitas-aktivitas inilah siswa akan secara tidak sadar akan menunjukkan karakter pribadinya. Pada tahap prabicara siswa dapat melakukan serangkaian aktivitas seperti eksplorasi fenomena untuk mendapatkan ide, dimana siswa sedang membiasakan diri untuk teliti, cermat, peka, antusias, tanggung jawab dan disiplin. Oleh karena itu, tahap latihan siswa dituntut untuk mengembangkan karakter sungguh-sungguh, berorientasi hasil dan kreatif.


(14)

Pada tahap berbicara siswa terbangun nilai karakter disiplin, kepemimpinan, sungguh-sungguh, berorientasi prestasi, dan sopan serta santun. Hal ini disebabkan proses berbicara memerlukan konsentrasi dan kesungguhan para pelaku. Sehingga, aktivitas ini mampu mengembangkan karakter positif dan akan membudaya pada diri siswa. Pada tahap pascabicara dapat dilakukan dengan aktivitas bertanya jawa yang dapat digunakan sebagai saluran membudaya karakter terutama nilai jujur, rasa ingin tahu, peduli, dan berorientasi pada prestasi. Pada aktivitas debat performa akan dibudayakan nilai karakter rendah hati, terbuka, jujur, beretika dan ilmiah. Berdasarkan uraian diatas, maka dalam keterampilan berbicara dan berpikir kreatif harus berorientasikan pada sebuah karakter.

Dalam kegiatan pembelajaran bahasa ketiga keterampilan yang terdiri dari berbicara, berpikir kreatif dan debat memerlukan suatu pembelajaran yang komprehensif, teratur, terarah dan berjenjang, karenanya ketika seseorang ingin menguasai kemampuan tersebut dia memerlukan pembelajaran sistematis, pembelajaran yang dimulai sejak dini dan berkelanjutan. Sayangnya, pembelajaran yang selama ini diterapkan di Sekolah Dasar belum sepenuhnya menyentuh ketiga aspek tersebut, bahkan hasil observasi yang dilakukan peneliti pada pra penelitian, ketiga aspek tersebut belum diterapkan di Sekolah Dasar.

Kurang maksimalnya pemerolehan hasil belajar dapat dilihat dari keengganan dan kekurangaktifan siswa dalam bertanya, menjawab pertanyaan, mengungkapkan pendapat maupun menghasilkan atau menciptkan ide yang baru. Oleh karena itu, peneliti akan melakukan penelitian yang mampu memberikan kontribusi positif untuk membangkitkan kreatifitas siswa dalam mencapai keberhasilannya.

Berdasarkan dari hasil penelitian yang relevan terdapat beberapa penelitian

sebelumnya diantaranya, dalam penelitian Khasanah (2013) dalam ”Peningkatan

Keterampilan Berbicara Melalui Metode Inisiasi Debat Pada Mata Pelajaran

Bahasa Indonesia”. Bahwa penerapan metode inisiasi debat dapat meningkatkan

keterampilan berbicara pada siswa kelas V SD Negeri 01 Bolon Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar. Kemudian dari penelitian Yulia Gustiningsih


(15)

(2009) dalam ”Upaya Meningkatkan Kemampuan Berbicara Melalui Penerapan Model Pembelajaran Debat Dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas

VB SDN 19 Kota Bengkulu”. Bahwa penerapan metode debat dapat

meningkatkan kemampuan berbicara pada siswa kelas VB SDN 19 Kota Bengkulu.

Berdasarkan hasil penelitian yang relevan tersebut, maka peneliti ingin

melakukan penelitian yang berjudul ”Penerapan Metode Debat Inisiasi

Berorientasi Karakter Dalam Keterampilan Berbicara Dan Berpikir Kreatif

Siswa” (Studi Kuasi Eksperimen Pada Kelas V Sekolah Dasar Negeri 7 Hegarsari Kecamatan Banjar Kota Banjar Jawa Barat).

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan sebelumnya maka peneliti mengidentifikasi berbagai permasalahan yang berkaitan dengan keterampilan berbicara dan berpikir kreatif siswa, yaitu :

1. Keterampilan berbicara siswa baik verbal maupun non-verbal dalam

tataran kualitasnya masih rendah

2. Siswa kurang berani mengungkapkan gagasan, pendapat dan menghasilkan

atau menciptakan hal-hal yang baru dalam debat

C. Rumusan Masalah Penelitian

Adapun yang menjadi rumusan masalah penelitian secara khusus adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana keterampilan berbicara dan berpikir kreatif siswa sebelum

menerapkan debat inisiasi?

2. Bagaimana proses penerapan debat inisiasi agar dapat meningkatkan

keterampilan berbicara dan berpikir kreatif siswa?

3. Apakah terdapat pengaruh penerapan debat inisiasi dalam keterampilan


(16)

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian dapat disajikan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui keterampilan berbicara dan berpikir kreatif siswa

sebelum penerapan debat inisiasi.

2. Untuk mengetahui proses penerapan debat inisiasi agar dapat

meningkatkan keterampilan berbicara dan berpikir kreatif siswa.

3. Untuk mengetahui pengaruh penerapan debat inisiasi dalam keterampilan

berbicara dan berpikir kreatif siswa.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Secara umum hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi terobosan baru dalam pembelajaran bahasa Indonesia utamanya dalam meningkatkan keterampilan berbicara dan berpikir kreatif. Secara khusus penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi pada metode pembelajaran bahasa.

2. Manfaat praktis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat mempraktekkan kepada guru dan siswa dalam pembelajaran. Bagi guru, akan memperoleh pengalaman kreatifitas pembelajaran dalam berbagai metode untuk meningkatkan pembelajaran bahasa di SD. Bagi siswa, akan memperoleh keterampilan berbicara dan berpikir kreatif melalui penerapan debat inisiasi berorientasi karakter.

F. Struktur Organisasi Tesis

Struktur organisasi tesis ini terdiri dari lima bab dan setiap bab terdiri dari beberapa bagian bab. Berikut ini adalah rincian dari bab dan bagian bab.

1. Bab I adalah Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang Penelitian,

Identifikasi Masalah Penelitian, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian dan Struktur Organisasi Tesis


(17)

2. Bab II adalah Kajian Pustaka yang terdiri dari beberapa teori yang melandasi penelitian ini yaitu : Keterampilan Berbicara, Berpikir Kreatif, Debat Inisiasi, Asusmsi dan Hipotesis Penelitian.

3. Bab III adalah Metode Penelitian yang terdiri dari Metode dan Desain

Penelitian, Lokasi, Subjek dan Waktu Peneltian, Populasi dan Sampel,

Definisi Operasional Variabel, Instrumen Penelitian, Teknik

Pengumpulan Data dan Analisis Data.

4. Bab IV adalah Hasil Penelitian dan Pembahasan yang terdiri dari Hasil

Penelitian yang memaparkan data temuan dan Pembahasan yang memaparkan pembahasan data.

5. Bab V adalah Simpulan dan Rekomendasi yang terdiri dari Simpulan

hasil penelitian dan Saran terhadap penelitian ini dan penelitian selanjutnya.


(18)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen (quasi

eksperimental design). Eksperimen kuasi atau eksperimen semu mengontrol banyak variabel dan batasan dari jenis interpretasi yang kita lakukan, hal ini digunakan untuk mengetahui sebab pengaruh pertautan dan membatasi kekuatan dari generalisasi pernyataan kita (Syamsudin AR dan Vismaia SD, 2009:162).

Kuasi eksperimen penelitian ini dengan menggunakan pretest-posttest control

group design. Penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan terikat. Variabel

bebasnya yaitu Penerapan Debat Inisiasi Berorientasi Karakter. Variabel

terikatnya adalah Keterampilan Berbicara dan Berpikir Kreatif.

Kedua kelas (kontrol dan eksperimen) diberi tes awal (pretest) untuk

mengetahui keadaan awal sebelum diberikan perlakuan (Sugiyono, 2012:114).

Dalam rancangan ini, kelompok eksperimen (A) dan kelompok kontrol (B)

diseleksi tanpa prosedur penempatan acak (without random assignment). Pada dua

kelompok tersebut, sama-sama dilakukan pretes dan postes. Hanya kelompok

Eksperimen (A) saja yang di treatment. Kelas eksperimen diberi perlakuan

(treatment) dengan menggunakan penerapan debat inisiasi dalam keterampilan berbicara dan berpikir kreatif. Sedangkan kelompok kontrol diberi pembelajaran konvensional yang biasa dilakukan guru yaitu ceramah dan penugasan.

Dengan demikian penelitian ini menggunakan desain kelompok Nonequivalent Control Group Design John W. Creswell (dalam terjemahan Ahmad Fawaid, 2010:242) sebagai berikut.

Keterampilan Berbicara Berpikir Kreatif

Kelompok A O1 X O2

Kelompok B O3 C O4

Kelompok A O1 Z O2


(19)

Keterangan :

Kelompok A : Eksperimen Kelompok B : Kontrol

X = perlakuan (treatment) terhadap keterampilan berbicara dengan debat inisiasi

Z = perlakuan (treatment) terhadap berpikir kreatif dengan debat inisiasi

C = pembelajaran langsung yaitu ceramah

O1= pretes kelompok eksperimen

O2= Postes kelompok eksperimen

O3= Pretes kelompok kontrol

O4= Postes kelompok control

B. Lokasi dan Sumber Data Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah Sekolah Dasar yang ada di Kecamatan Pataruman Kota Banjar, dengan subyek penelitian adalah siswa kelas V semester II tahun ajaran 2014/2015.

Penelitian ini dilakukan secara bertahap. Adapun tahap pelaksanaan penelitian sebagai berikut :

a. Tahap perencanaan

Tahap perencanaan meliputi penyusunan dan pengajuan proposal,

mengajukan izin penelitian, tahap ini dilaksanakan pada bulan September–

Desember 2014

b. Tahap pelaksanaan

Pada tahap ini peneliti akan melaksanakan penelitian pada bulan Januari 2015

c. Tahap penyelesaian

Pada tahap ini terdiri dari proses analisis data dan penyusunan laporan penelitian yang dimulai Maret-Mei 2015.

C. Populasi dan Sampel

Pada penelitian ini mengambil populasi siswa kelas V Sekolah Dasar yang ada di kecamatan Pataruman. Pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu


(20)

dengan cara memilih satu Sekolah Dasar yaitu Sekolah Dasar Negeri 7 Hegarsari kelas V sebagai kelas eksperimen dan kelompok kontrol.

D. Definisi Operasional Variabel

Untuk menghindari kesalahan interpretasi, berikut diuraikan definisi operasional variabel yang digunakan dan berkaitan dengan penelitian yang dikembangkan.

1. Debat inisiasi dalam penelitian ini menuntut siswa untuk terampil

berbicara dengan mengandalkan kemampuan berlogika dan kemahiran dalam bertutur kata sopan ketika debat. Pembelajaran melibatkan kelompok pendukung (pro) dan kelompok penyanggah (kontra). Tahapan yang dilakukan dalam debat inisiasi ini dimulai dengan tahap prabicara, tahap berbicara dan tahap pascabicara.

2. Keterampilan Berbicara dalam penelitian ini siswa mampu melakukan

serangkaian aktivitas berbicara yang dilihat dari kelafalan, materi/ isi pembicaraan, kelancaran, volume dan gaya dalam berbicara.

3. Keterampilan Berpikir Kreatif dalam penelitian ini mengarahkan anak

untuk terampil mengeluarkan ide dan gagasan baru ataupun unik dengan melihat dari kelancaran, keluwesan, keaslian, kerincian dan kepekaan.

E. Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini instrumen yang digunakan peneliti dalam penelitian ini yaitu menggunakan Tes. Tes dalam penelitian ini

dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal (pretest) dan kemampuan akhir

(posttest). Soal yang diberikan pada siswa dalam bentuk tertulis kemudian penilaian dengan tes lisan dilihat dari performa/ unjuk kerja dari aktifitas pembelajaran dikelas.

Instrumen yang digunakan dalam mengamati pelaksanaan proses pembelajaran secara langsung dan tepat yaitu menggunakan lembar observasi. Lembar observasi digunakan untuk mendapatkan data yang dijadikan bahan informasi tentang kualitas pembelajaran apa yang dikerjakan dan dikatakan guru


(21)

maupun siswa terekam ke dalam catatan observer yang mana untuk mengetahui keterampilan berbicara dan berpikir kreatif siswa berupa kritik, saran dan tanggapan mereka saat pembelajaran berlangsung dengan menggunakan metode

debat inisiasi. Adapun panduan penilaian diuraikan seperti tabel dibawah ini.

Tabe1 3.1

Kisi-kisi Instrumen Keterampilan Berbicara

Variabel Aspek Indikator responden Teknik

Keterampilan Berbicara

1. Lafal dan

intonasi

Mengucapkan bunyi atau kata-kata

Anak Performa

/ unjuk kerja

2. Volume suara Mengekspresikan

diri menggunakan kata dan

pengembangan kalimat

Anak Performa

/ unjuk kerja

3. Kelancaran Mengucapkan

dengan kata dan kalimat dengan lancar

Anak Performa

/ unjuk kerja

4. Hubungan dan

ketepatan isi dan topik

Keterkaitan isi tanggapan dengan topik

Anak Performa

/ unjuk kerja

5. Gerak-gerik dan

mimik

menggunakan intonasi dan mimic yang tepat

Anak Performa

/ unjuk kerja


(22)

Tabel 3.2

Kisi-Kisi Instrumen Berpikir Kreatif

No Aspek Definisi Perilaku Siswa

1 Kemampuan

berpikir lancar/ Kelancaran (Fluency)

b. Mencetuskan banyak

gagasan, jawaban, penyelesaian masalah

c. Memberikan banyak

cara atau saran untuk melakukan berbagai hal

d. Selalu memikirkan

lebih dari satu jawaban

a.Mengajukan banyak

pertanyaan

b.Menjawab dengan

sejumlah jawaban jika ada pertanyaan

c.Mempunyai banyak

gagasan mengenai suatu masalah

d.Lancar mengungkapkan

gagasan-gagasannya

e.Bekerja lebih cepat dan

melakukan lebih banyak daripada anak-anak lain

2 Kemampuan

berpikir

luwes/Keluwesa n (flexibility)

a. Menghasilkan

jawaban, gagasan, atau pertanyaan yang bervariasi

b. Dapat melihat

masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda

c. Mencari banyak

alternative atu arah yang berbeda-beda

d. Mampu mengubah

cara pemikiran atau cara pendekatan

a. Memberikan aneka ragam

penggunaan yang tidak lazim terhadap suatu objek

b. Memberikan

macam-macam penafsiran terhadap suatu gambar, cerita masalah

c. Menerapkan suatu konsep

dengan cara yang berbeda-beda

d. Memberikan

pertimbangan terhadap situasi

e. Dalam membahas atau

mendiskusikan suatu situasi selalu mempunyai posisi yang berbeda atau bertentangan dari

mayoritas kelompok

f. Jika diberikan suatu

masalah biasanya memikirkan macam-macam cara yang berbeda untuk menyeesaikannya

g. Menggolongkan hal-hal

menurut kategori yang berbeda-beda


(23)

berpikir secara spontan

3 Kemampuan

berpikir asli/Keaslian (Orginality)

a. Mampu melahirkan

ungkapan yang baru dan unik

b. Memikirkan cara

yang tidak lazim untuk

mengungkapkan diri

c. Mampu membuat

kombinasi yang tidak lazim dari bagian-bagian atau unsure-unsur

a. Memikirkan

masalah-masalah atau hal-hal yang tidak pernah terpikirkan oleh orang lain

b. Mempertanyakan

cara-cara yang lama dan berusaha memikirkan cara-cara yang baru

c. Memilih asimetri dalam

gambar atau membuat desain

d. Memiliki cara berpikir

yang lain daripada yang lain

e. Mencari pendekatan yang

baru dari yang stereotip

f. Selalu membaca atau

mendengar gagasan-gagasan, bekerja untuk menemukan penyelesaian yang baru

g. Lebih senang mensintesis

daripada menganalisis sesuatu

4 Kemampuan

memerinci/Kerin cian (elaboration) a. Mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk

b. Menambahkan atau

memerinci detil-detil dari suatu obyek, gagasan-gagasan atau situasi sehingga menjadi lebih menarik

a. Mencari arti yang lebih

mendalam terhadap jawaban atau pemecahan masalah dengan

melakukan langkah-langkah yang terperinci

b. Mengembangkan atau

memperkaya gagasan orang lain

c. Mencoba atau menguji

detil untuk melihat arah yang akan ditempuh

d. Mempunyai rasa

keindahan yang kuat sehingga tidak puas dengan penampilan yang kosog atau sederhana

e. Menambahkan

garis-garis atau warna-warna dan detil-detil atau bagian-bagian terhadap


(24)

gambarnya sendiri atau gambar orang lain

5 Kepekaan

(Sensitivity)

Mampu menangkap masalah sebagai tanggapan terhadap situasi

Menangkap masalah-masalah sebagai tanggapan terhadap situasi

Sumber : Munandar (1999)

Tabel 3.3

Lembar Penilaian Keterampilan Berbicara (pretes dan posttest) Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

No Nama

Siswa

Aspek Yang Diamati

Jumlah

Lafal Materi Kelancaran Volume Gaya

5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1

1

2

3

4

5

Jumlah

Presentase (%)

Kriteria Penilaian :

A. Lafal

5 = Pelafalan fonem jelas, standar, dan intonasi jelas

4 = Pelafalan fonem jelas, standar dan intonasi kurang tepat

3 = Pelafalan fonem kurang jelas, dipengaruhi dialek, dan intonasi kurang tepat 2 = Pelafalan fonem kurang jelas, dipengaruhi dialek, dan intonasi tidak tepat 1= Pelafalan fonem tidak jelas, banyak dipengaruhi dialek, dan intonasi tidak tepat

B. Materi

5 = Topik dan uraian sesuai, mendalam, mudah dipahami dan unsur wacana lengkap

4 = Topik dan uraian sesuai, kurang mendalam, agak sulit dipahami, unsur wacana kurang lengkap

3 = Topik dan uraian sesuai, kurang mendalam, sulit dipahami, unsur wacana tidak lengkap


(25)

2 = Topik dan uraian kurang sesuai, kurang mendalam, sulit dipahami, unsure wacana tidak lengkap

1 = Topik dan uraian tidak sesuai, tidak mendalam, sulit dipahami, unsure wacana tidak lengkap

C. Kelancaran

5 = Pembicaraan lancar sejal awal sampai akhir, jeda tepat 4 = Pembicaraan lancar, jeda kurang tepat

3 = Pembicaraan agak tersendat-sendat, dan jeda tidak tepat 2 = Pembicaraan sering tersendat, jeda tidak tepat

1 = Pembicaraan tersendat-sendat, dan jeda tidak tepat

D. Volume

5 = Suara sangat jelas dan sangat lantang 4 = Suara jelas dan lantang

3 = Suara agak jelas dan sedikit lantang 2 = Suara kurang jelas dan kurang lantang 1 = Suara tidak jelas dan tidak lantang

E. Gaya

5 = Gerakan, sikap santun, wajar, tepat, luwes 4 = Gerakan, sikap santun, wajar, tepat, kurang luwes

3 = Gerakan, sikap santun, wajar, kurang tepat, dan kurang luwes

2 = Gerakan, sikap santun kurang, kurang wajar, kurang tepat, dan kurang luwes 1 = Gerakan dan sikap tidak santun, tidak wajar, tidak tepat, dan tidak luwes

Keterangan :

Kategori :

5 = Baik Sekali A = 86 - 100

4 = Baik B = 76 - 85

3 = Cukup C = 56 - 75

2 = Kurang D = 10 - 55


(26)

Tabel 3.4

Lembar Penilaian Keterampilan Berpikir Kreatif (pretes dan posttest) Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

N o

Nama Siswa

Aspek Yang Diamati

Jumlah

Kelancaran Keluwesan Keaslian Kerincian Kepekaan

5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1

1

2

3

4

5

Jumlah

Presentase (%)

Kriteria Penilaian :

A. Kelancaran (Fluency)

5 = Pembicaraan lancar sejal awal sampai akhir, mengungkapkan gagasan/ pendapat

4 = Pembicaraan lancar, kurang menggunakan gagasan/ pendapat

3 = Pembicaraan agak tersendat-sendat, dan tidak mengungkapkan gagasan/ pendapat

2 = Pembicaraan sering tersendat, tidak mengungkapkan gagasan/ pendapat 1 = Pembicaraan tersendat-sendat, tidak mengungkapkan gagasan/ pendapat

B. Keluwesan (Flexsibility)

5 = Menghasilkan jawaban, gagasan yang bervariasi dan melihat sudut pandang yang berbeda-beda

4 = Menghasilkan jawaban, gagasan yang bervariasi dan kurang melihat sudut pandang yang berbeda-beda

3 = Menghasilkan jawaban, gagasan yang kurang bervariasi dan kurang melihat sudut pandang yang berbeda-beda

2 = Menghasilkan jawaban, gagasan yang kurang bervariasi dan tidak melihat sudut pandang yang berbeda-beda

1 = Menghasilkan jawaban, gagasan yang tidak bervariasi dan tidak melihat sudut pandang yang berbeda-beda

C. Keaslian (Originality)

5 = Mampu menghasilkan ungkapan yang baru, unik dan tidak pernah terpikirkan oleh orang lain


(27)

4 = Mampu menghasilkan ungkapan yang baru, unik dan pernah terpikirkan oleh orang lain

3 = Mampu menghasilkan ungkapan yang baru, kurang unik dan pernah terpikirkan oleh orang lain

2 = Mampu menghasilkan ungkapan yang kurang baru, kurang unik dan sangat pernah terpikirkan oleh orang lain

1 = Mampu menghasilkan ungkapan yang tidak baru, tidak unik dan sangat pernah terpikirkan oleh orang lain

D. Kerincian (Elaboration)

5 = Mampu mencari arti lebih terhadap jawaban/ pendapat secara terperinci dan mengembangkan pendapat orang lain

4 = Mampu mencari arti lebih terhadap jawaban/ pendapat secara terperinci dan kurang mengembangkan pendapat orang lain

3 = Mampu mencari arti lebih terhadap jawaban/ pendapat secara kurang terperinci dan kurang mengembangkan pendapat orang lain

2 = Mampu mencari arti lebih terhadap jawaban/ pendapat secara kurang terperinci dan tidak mengembangkan pendapat orang lain

1 = Mampu mencari arti lebih terhadap jawaban/ pendapat secara tidak terperinci dan tidak mengembangkan pendapat orang lain

E. Kepekaan (Sensitivity)

5 = Sangat mampu menangkap masalah sebagai tanggapan terhadap situasi 4 = Mampu menangkap masalah sebagai tanggapan terhadap situasi

3 = Kurang mampu menangkap masalah sebagai tanggapan terhadap situasi 2 = Tidak mampu menangkap masalah sebagai tanggapan terhadap situasi 1 = Sangat tidak mampu menangkap masalah sebagai tanggapan terhadap situasi

Keterangan :

Kategori :

5 = Baik Sekali A = 86 - 100

4 = Baik B = 76 - 85

3 = Cukup C = 56 - 74

2 = Kurang D = 10 -55

1 = Kurang Sekali E = 0 - 10

F. Pengembangan Instrumen

Dalam proses pembelajaran juga dibutuhkan perencanaan persiapan dan panduan pelaksanaan pembelajaran (scenario pembelajaran) yang dijelaskan sebagai berikut.


(28)

1. Persiapan Pembelajaran

Panduan yang digunakan dalam persiapan pembelajaran adalah penyusunan persiapan mengajar untuk keterampilan berbicaran dan berpikir kreatif dengan model debat inisiasi. Penyusunan tersebut berupa:

a. menentukan topik pembelajaran;

b. menentukan alokasi waktu;

c. merumuskan tujuan pembelajaran;

d. menyiapkan media pembelajaran yang diperlukan; dan

e. menyusun rencana pembelajaran.

f. Skenario pembelajarannya mengikuti alur pembelajaran

2. Skenario Pelaksanaan Pembelajaran

a. Pretes

Pretes dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal seluruh siswa dalam menanggapi suatu masalah/ berita di kelas kontrol dan eksperimen. soal berbentuk berita yang menarik untuk dibaca dari teks yang telah disiapkan guru. Siswa menanggapi dalam waktu satu jam pembelajaran (2x35 menit).

b. Kegiatan Pembelajaran

Dalam praktiknya metode ini sebaiknya melibatkan dua kelompok siswa yakni siswa kelompok pendukung (pro) dan kelompok penyanggah (kontra). Tahapan aktivitas pembelajaran metode debat inisiasi ini adalah sebagai berikut :

1) Tahap Prabicara

a) Guru menyajikan beberapa permasalahan yang bersifat

problematic. Guru juga membagi siswa ke dalam dua kelompok yakni kelompok pro dan kelompok kontra untuk setiap masalah yang akan diperdebatkan

b) Siswa menyusun uraian tentang masalah yang disajikan guru

seusai dengan kedudukannya sebagai kelompok pro atau kelompok kontra. Sebaiknya siswa ditugaskan untuk berada


(29)

dalam dua posisi tersebut sehingga mereka bukan hanya terampil dalam satu kondisi pro atau kontra.

2) Tahap Berbicara

Pada tahap ini siswa mulai melakukan debat dengan panduan pelaksanaan debat yang telah disusun oleh guru. Misalnya, guru memberikan kesempatan kepada kelompok pro untuk menyajikan pandangannya dalam waktu 2 menit. Selanjutnya kelompok kontra diberikan waktu yang sama untuk menyajikan gagasannya. Setelah kedua kelompok menyajikan gagasan, kelompok pro dan kontra diberikan waktu 1 menit untuk melakukan pembelaan, sanggahan, penguatan dan penjelasan tambahan atas apa yang dibahasnya. Pola pertukaran peran ini bisa berlangsung dalam 5 kali penyampaian gagasan. Setelah selesai satu kelompok debat, guru menugaskan kelompok lain untuk melaksanakan kegiatan debat dengan panduaan pelaksanaan yang sama. Jika waktu memungkinkan, dalam satu putaran debat peran siswa dapat ditukar misalnya yang pro menjadi kontra atau sebaliknya.

3) Tahap Pascabicara

a) Diskusi konsep dan performa. Pada tahap ini siswa dan guru

mendiskusikan segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan debat yang telah dilakukan siswa. Diskusi ini lebih bersifat pelurusan, penambahan pengetahuan dan penyempurnaan kegiatan debat yang telah dilakukan.

b) Tindak lanjut. Pada tahap ini siswa diberikan tugas untuk

menentukan sendiri masalah, menentukan kelompok dan posisi, menyusun naskah dan menampilkan kemampuannya berbicara di lain waktu dengan teknik kompetisi sehingga siswa akan bersungguh-sungguh mengerjakan tugas tindak lanjut ini.

c. Postes

Postes dilakukan untuk untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menanggapi berita setelah mendapatkan perlakuan dikelas eksperimen yang menggunakan penerapan debat inisiasi.


(30)

G. Teknik Pengumpulan Data Penelitian

Berdasarkan alur penelitian diatas, maka teknik pengumpulan data yang dilakukan dibagi ke dalam tiga tahapan yaitu:

1. Tahap Persiapan

Peneliti menyiapkan instrumen yang terdiri atas alur penelitian, langkah

penerapan debat inisiasi, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),

resume materi, panduan penilaian (penskoran), lembar observasi (guru dan

siswa), dan soal tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest). Untuk

selanjutnya dilakukan uji validasi dengan tim penimbang (tim ahli) yang terdiri atas dosen Bahasa Indonesia, Editor/Jurnalis Senior dan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia. Kemudian setelah di nilai layak maka instrumen dapat digunakan oleh peniliti. Peneliti melakukan tes awal (pretest) di kedua kelas A dan B, kemudian di analisis hasil testnya sehingga dapat menentukan kelas yang menjadi eksperimen dan kontrol.

2. Tahapan Pelaksanaan

a. Kelas Eksperimen melalui kegiatan debat inisiasi berorientasi karakter

dalam keterampilan berbicara dan berpikir kreatif siswa. Sedangkan di kelas kontrol menggunakan pembelajaran yang berbeda dengan kelas eksperimen yaitu hanya ceramah.

b. Melalui Tes, yaitu dapat diidentifikasi hasil tes pada saat pretest dan

posttes untuk di analisis.

c. Observasi terhadap proses pembelajaran dan disertai dokumentasi

berupa foto.

3. Tahap Evaluasi

Hasil tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest) di kedua kelas A dan B di

analisis secara statistik dan deskriptif menggunakan panduan penilaian

yang telah disiapkan agar dapat gambaran yang jelas. Evaluasi yang

dilakukan berbentuk tes lisan yaitu mampu menanggapi suatu masalah/ berita.


(31)

H. Teknik Analisis Data

Analisis data menggunakan rumus uji t dengan melihat perbedaan dua

rata-rata dengan sampel kecil, dengan langkah-langkah :

1. Perhitungan rata-rata (mean) dalam simpangan baku (standar deviasi) skor tes

prestasi belajar pada tes awal dan tes akhir kelas eskperimen dan kelas kontrol;

2. Uji normalitas distribusi data dua kelompok yang digunakan untuk melihat

sebaran data yang tersaring dari masing-masing variabel itu normal atau tidak

dengan menggunakan metode Chi Square;

3. Sebelum dilakukan uji perbandingan skor, terlebih dahulu dilakukan uji

normalitas data. Metode uji-t berpasangan dan uji-t independen merupakan analisis parametrik dimana terdapat asumsi yang harus terpenuhi terlebih dahulu, yaitu normalnya distribusi masing-masing kelompok data yang kemudian akan diolah. Namun permasalahan terjadi ketika asumsi tidak terpenuhi. Maka analisis data menggunakan metode nonparametrik atau

metode tanpa distribusi. Uji-U Mann-Whitney untuk data independen dan Uji

peringkat-bertanda Wilcoxon untuk data berpasangan dapat dipakai untuk

menguji perbedaan antara kedua kelompok data dalam penelitian ini. Uji

perbandingan n-gain keterampilan berbicara dan berpikir kreatif antara kelas

kontrol dengan kelas eksperimen, metode uji yang digunakan dalam perbandingan ini adalah uji-t untuk sampel independen.

4. Penarikan kesimpulan penelitian berdasarkan hasil dari uji hipotesis yang


(32)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

Pada bab V ini dikemukakan simpulan dan rekomendasi yang didasarkan atas hasil-hasil penelitian serta pembahasan hasil penelitian. Adapun kesimpulan dan rekomendasi penelitian ini diuraikan sebagai berikut.

A. Simpulan

Penelitian ini dilakukan dengan maksud meningkatkan kemampuan siswa dalam keterampilan berbicara dan berpikir kreatif menggunakan penerapan debat inisiasi. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Peningkatan proses pembelajaran dalam penerapan debat inisiasi lebih

baik daripada pembelajaran konvensional/ ceramah. Siswa mengikuti pembelajaran model debat dengan antusias karena pembelajaran dikelola dengan baik sesuai konteks. Hal ini membuktikan bahwa pembelajaran berdasarkan kontekstual, yang tersusun rapi dalam suatu kegiatan

pembelajaran debat yang menyenangkan bagi siswa.

2. Adanya peningkatan rata-rata keterampilan berbicara dan berpikir kreatif

siswa setelah penerapan debat inisiasi dilakukan dalam pembelajaran. Ini terlihat dari hasil rata-rata pretes dan hasil rata-rata postes dari 33 orang siswa. Berdasarkan hasil data bahwa nilai rata-rata pretes siswa adalah 60,93 sedangkan hasil data nilai rata-rata postes siswa adalah 84,63.

3. Hasil pembelajaran debat inisiai lebih efektif daripada pembelajaran

konvensiaonal/ ceramah dan dapat meningkatkan keterampilan berbicara

dan berpikir kreatif bagi siswa kelas V (lima). Nilai rata-rata skor n-gain

pada kelas eksperimen (0,50) tercatat lebih tinggi daripada nilai rata-rata

skor n-gain pada kelas kontrol (0,35). Secara statistik, perbedaan kedua

skor tersebut signifikan dimana nilai probabilitas yang didapat lebih kecil daripada taraf sigifikansi yang ditetapkan (0,023 < 0,05). Hal ini


(33)

n-gain yang lebih tinggi secara signifikan jika dibandingkan dengan skor

n-gain siswa pada kelas kontrol. Hasil perbedaan yang signifikan ini

sekaligus mengafirmasi hasil uji perbandingan sebelumnya, yakni perbandingan skor postes antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen, yang memberikan kesimpulan bahwa model debat inisiasi terbukti mampu memberikan hasil peningkatan keterampilan berbicara dan berpikir kreatif siswa kelas V SD yang lebih efektif jika dibandingkan dengan pembelajaran langsung yaitu ceramah.

B. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan tersebut, penulis memberikan rekomendasi

kepada pihak-pihak terkait.

1. Bagi guru, berusaha memilih metode yang paling tepat dalam

pembelajaran bahasa Indonesia terutama dalam keterampilan berbicara dan berpikir kreatif sehingga anak terpacu lebih aktif dalam meningkatkan proses dan hasil belajarnya

2. Bagi sekolah, dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan, sehingga

tujuan pendidikan dapat tercapai agar memfasilitasi keperluan untuk proses belajar mengajar, sehingga diharapkan hasil belajar yang didapat tercapai secara maksimal

3. Bagi peneliti selanjutnya, jika akan melaksanakan penelitian menggunakan

debat inisiasi maka diharapkan menyiapkan materi dan pembelajaran lain yang mampu memfasilitasi siswa untuk lebih aktif dan kreatif.


(34)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Yunus. (2012). Pembelajaran Bahasa Berbasis Pendidikan Karakter.

Bandung: PT Refika Aditama.

Arikunto, Suharsimi. (2002). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara.

Bimo. (2009). Teknik Bercerita. Yogyakarta : Rineka Cipta.

Budiyono. (2003). Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Dhieni, Nurbiana dkk. (2007). Metode Pengembangan Bahasa. Depdiknas:

Universitas Terbuka.

Depdikbud, (1997). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Depdikbud Balai

Pustaka.

Dyer, Laura. (2009). Meningkatkan Kemampuan Bicara Anak. Jakarta : Bhuana

Ilmu Populer.

Fauziah, Yuli Nurul (2011). Analisis Kemampuan Guru dalam Mengembangkan

Ketrampilan Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar Kelas V pada Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Jurnal UPI Edisi Khusus No. 2, Agustus 2011. ISSN 1412-565X. Diakses di http://jurnal.upi.edu/file/11-Yuli_Nurul-EDIT.pdf

Filsaisme, D.K. (2008). Menguak rahasia berpikir kreatif dan kreatif. Jakarta:

Prestasi Pustaka.

Hanapiah, Jenep. (2011). Peningkatan Keterampilan Berbicara Dengan Teknik

Bermain Peran Bagi Siswa Kelas V Sdn 2 Ngali Kecamatan Belo Kabupaten Bima Tahun 2010-2011. Tersedia di : http://teqip.com/download/jteqip/jurnal-53-60.pdf. Diakses November 2010.

Hassoubah. (2004). Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kreatif. Tersedia di :

http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._MATEMATIKA/19510 1061976031TATANG_MULYANA/File_24_Kemampuan_Berpikir_Kritis _dan_Kreatif_Matematik.pdf. Diakses November 2004.

Hurlock, E. B.. terjemahan Istiwidayanti dan Soedjarwo. (2007). Perkembangan


(35)

Jamilah, Candra Pratiwi. (2013). Pendekatan Scientific Dengan Model Problem Based Learning (Pbl) Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara. Tersedia di : Http://Jurnal.Upi.Edu/File/08-Jamilah.Pdf. Diakses Agustus 2013.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2003). Pusat Pembinaan dan Pengembangan

Bahasa. Jakarta : Balai Pustaka

Kartika, Tika. (2013). Peningkatan Kreativitas dan Hasil Belajar Siswa dalam

KBM Matematika Melalui Model Pembelajaran Think, Write, and Talk ( PTK , SD Negeri 2 Sukajaya-Ciamis, 2013, tidak diterbitkan)

Kemendiknas. (2010). Bahan Belajar Mandiri : Kajian Kritis. Dirjen PMPTP.

Minauli, Irna. (2002). Metode Observasi. (Cet. 1). Medan : USU Press.

Munandar, Utami. (1999). Mengembangkan Anak Berbakat dan Kreativitas Anak

Sekolah (Petunjuk bagi Guru dan Orang Tua). Jakarta: Gramedia.

Munandar, Utami. (2009). Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta : Rineka Cipta

Musfiroh. (2005). Metode Cerita. Bandung : Erlangga.

Nisa, K. (2010). Pemanfaatan Jejaring Facebook dalam Asesmen Portofolio

Online untuk Menilai Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMA pada Konsep Ekosistem (Skripsi, Universitas Pendidikan Indonesia, 2010, tidak diterbitkan).

Perkins, D.N. & Weber,R.J. (1992). Inventive Mind: Creative in Technology.

New York: University Press.

Prasetyarini, Ayu. Penggunaan Media Gambar Seri Untuk Meningkatkan

Kemampuan Bercerita Siswa Kelas III Sekolah Dasar. Tersedia di: http://dispendik.surabaya.go.id/surabayabelajar/jurnal/199/6.1.pdf. Diakses ISSN : 2337-3253.

Pratiwi, Ida Ayu E. (2012). Peningkatan Keterampilan Berbicara Dengan

Metode Debat Plus Dalam Proses Pembelajaran Bahasa Inggris Pada Siswa Kelas Xi Ipa Sma Pariwisata Kertha Wisata Denpasar. Tersedia di: http://www.pps.unud.ac.id/thesis/pdf_thesis/unud-413-473527986


(36)

Rodiyana, Roni.(2013). Pengaruh penerapan strategi pembelajaran inkuiri terhadap kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa. [Tesis]. Bandung: SPs UPI

Rosidi. (1991). Materi Pokok Bahasa Indonesia 3. Jakarta: Depdikbud.

Rostiyah dan Suharto. (1985). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Bina Aksara.

Salimah. (2011). Dampak Penerapan Bermain Dengan Media Gambar Seri

Dalam Mengembangkan Keterampilan Berbicara Dan Penguasaan Kosa Kata Anak Usia Dini. Tersedia di : Http://Jurnal.Upi.Edu/File/18-Salimah.Pdf. Diakses Agustus 2011.

Semi. (1990). Rancangan Pengajaran Bahasa Dan Sastra. Bandung : Angkasa.

Solihin, Benny. (2000). Dasar-Dasar Bercerita Di Sekolah Minggu. Tersedia di

http://www.seabs.ac.id/ind/file_veritas/Veritas%201-1/7.%20Benny%20Solihin.pdf : Diakses April 2000.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta.

Sunarsih. (2012). Pembelajaran Keterampilan Berbicara Model Kooperatif

Teknik Mencari Pasangan Dan Teknik Kancing Gemerincing Pada Siswa Introver Dan Ekstrover Di SMP. Tersedia di : http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/seloka/article/download/119/110. Diakses Juni 2012.

Tarigan, Henry Guntur. (2013). Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan

Berbahasa. Bandung : Angkasa.

Tim UPI. (2013). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : Universita

Pendidikan Indonesia.

UU RI Nomor 20. 2003. Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Citra Umbara

Zulhilyah.(2013). Pengaruh metode pembelajaran creative problem solving

terhadap keerampilan berpikir kreatif dan komunikasi pBeserta didik dalam pembelajaran IPS. [Tesis]. Bandung: Pendas SPs UPI


(1)

48

Irfan Supriatna, 2015

H. Teknik Analisis Data

Analisis data menggunakan rumus uji t dengan melihat perbedaan dua rata-rata dengan sampel kecil, dengan langkah-langkah :

1. Perhitungan rata-rata (mean) dalam simpangan baku (standar deviasi) skor tes prestasi belajar pada tes awal dan tes akhir kelas eskperimen dan kelas kontrol;

2. Uji normalitas distribusi data dua kelompok yang digunakan untuk melihat sebaran data yang tersaring dari masing-masing variabel itu normal atau tidak dengan menggunakan metode Chi Square;

3. Sebelum dilakukan uji perbandingan skor, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data. Metode uji-t berpasangan dan uji-t independen merupakan analisis parametrik dimana terdapat asumsi yang harus terpenuhi terlebih dahulu, yaitu normalnya distribusi masing-masing kelompok data yang kemudian akan diolah. Namun permasalahan terjadi ketika asumsi tidak terpenuhi. Maka analisis data menggunakan metode nonparametrik atau metode tanpa distribusi. Uji-U Mann-Whitney untuk data independen dan Uji peringkat-bertanda Wilcoxon untuk data berpasangan dapat dipakai untuk menguji perbedaan antara kedua kelompok data dalam penelitian ini. Uji perbandingan n-gain keterampilan berbicara dan berpikir kreatif antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen, metode uji yang digunakan dalam perbandingan ini adalah uji-t untuk sampel independen.

4. Penarikan kesimpulan penelitian berdasarkan hasil dari uji hipotesis yang telah dilakukan.


(2)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

Pada bab V ini dikemukakan simpulan dan rekomendasi yang didasarkan atas hasil-hasil penelitian serta pembahasan hasil penelitian. Adapun kesimpulan dan rekomendasi penelitian ini diuraikan sebagai berikut.

A. Simpulan

Penelitian ini dilakukan dengan maksud meningkatkan kemampuan siswa dalam keterampilan berbicara dan berpikir kreatif menggunakan penerapan debat inisiasi. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Peningkatan proses pembelajaran dalam penerapan debat inisiasi lebih baik daripada pembelajaran konvensional/ ceramah. Siswa mengikuti pembelajaran model debat dengan antusias karena pembelajaran dikelola dengan baik sesuai konteks. Hal ini membuktikan bahwa pembelajaran berdasarkan kontekstual, yang tersusun rapi dalam suatu kegiatan pembelajaran debat yang menyenangkan bagi siswa.

2. Adanya peningkatan rata-rata keterampilan berbicara dan berpikir kreatif siswa setelah penerapan debat inisiasi dilakukan dalam pembelajaran. Ini terlihat dari hasil rata-rata pretes dan hasil rata-rata postes dari 33 orang siswa. Berdasarkan hasil data bahwa nilai rata-rata pretes siswa adalah 60,93 sedangkan hasil data nilai rata-rata postes siswa adalah 84,63.

3. Hasil pembelajaran debat inisiai lebih efektif daripada pembelajaran konvensiaonal/ ceramah dan dapat meningkatkan keterampilan berbicara dan berpikir kreatif bagi siswa kelas V (lima). Nilai rata-rata skor n-gain

pada kelas eksperimen (0,50) tercatat lebih tinggi daripada nilai rata-rata skor n-gain pada kelas kontrol (0,35). Secara statistik, perbedaan kedua skor tersebut signifikan dimana nilai probabilitas yang didapat lebih kecil daripada taraf sigifikansi yang ditetapkan (0,023 < 0,05). Hal ini


(3)

84

Irfan Supriatna, 2015

gain yang lebih tinggi secara signifikan jika dibandingkan dengan skor n-gain siswa pada kelas kontrol. Hasil perbedaan yang signifikan ini sekaligus mengafirmasi hasil uji perbandingan sebelumnya, yakni perbandingan skor postes antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen, yang memberikan kesimpulan bahwa model debat inisiasi terbukti mampu memberikan hasil peningkatan keterampilan berbicara dan berpikir kreatif siswa kelas V SD yang lebih efektif jika dibandingkan dengan pembelajaran langsung yaitu ceramah.

B. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan tersebut, penulis memberikan rekomendasi kepada pihak-pihak terkait.

1. Bagi guru, berusaha memilih metode yang paling tepat dalam pembelajaran bahasa Indonesia terutama dalam keterampilan berbicara dan berpikir kreatif sehingga anak terpacu lebih aktif dalam meningkatkan proses dan hasil belajarnya

2. Bagi sekolah, dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan, sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai agar memfasilitasi keperluan untuk proses belajar mengajar, sehingga diharapkan hasil belajar yang didapat tercapai secara maksimal

3. Bagi peneliti selanjutnya, jika akan melaksanakan penelitian menggunakan debat inisiasi maka diharapkan menyiapkan materi dan pembelajaran lain yang mampu memfasilitasi siswa untuk lebih aktif dan kreatif.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Yunus. (2012). Pembelajaran Bahasa Berbasis Pendidikan Karakter. Bandung: PT Refika Aditama.

Arikunto, Suharsimi. (2002). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara. Bimo. (2009). Teknik Bercerita. Yogyakarta : Rineka Cipta.

Budiyono. (2003). Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Dhieni, Nurbiana dkk. (2007). Metode Pengembangan Bahasa. Depdiknas: Universitas Terbuka.

Depdikbud, (1997). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Depdikbud Balai Pustaka.

Dyer, Laura. (2009). Meningkatkan Kemampuan Bicara Anak. Jakarta : Bhuana Ilmu Populer.

Fauziah, Yuli Nurul (2011). Analisis Kemampuan Guru dalam Mengembangkan Ketrampilan Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar Kelas V pada Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Jurnal UPI Edisi Khusus No. 2, Agustus 2011. ISSN 1412-565X. Diakses di http://jurnal.upi.edu/file/11-Yuli_Nurul-EDIT.pdf

Filsaisme, D.K. (2008). Menguak rahasia berpikir kreatif dan kreatif. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Hanapiah, Jenep. (2011). Peningkatan Keterampilan Berbicara Dengan Teknik Bermain Peran Bagi Siswa Kelas V Sdn 2 Ngali Kecamatan Belo Kabupaten Bima Tahun 2010-2011. Tersedia di : http://teqip.com/download/jteqip/jurnal-53-60.pdf. Diakses November 2010. Hassoubah. (2004). Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kreatif. Tersedia di :

http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._MATEMATIKA/19510 1061976031TATANG_MULYANA/File_24_Kemampuan_Berpikir_Kritis _dan_Kreatif_Matematik.pdf. Diakses November 2004.

Hurlock, E. B.. terjemahan Istiwidayanti dan Soedjarwo. (2007). Perkembangan Anak. Jakarta : Erlangga.


(5)

86

Irfan Supriatna, 2015

Jamilah, Candra Pratiwi. (2013). Pendekatan Scientific Dengan Model Problem Based Learning (Pbl) Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara. Tersedia di : Http://Jurnal.Upi.Edu/File/08-Jamilah.Pdf. Diakses Agustus 2013.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2003). Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Jakarta : Balai Pustaka

Kartika, Tika. (2013). Peningkatan Kreativitas dan Hasil Belajar Siswa dalam KBM Matematika Melalui Model Pembelajaran Think, Write, and Talk ( PTK , SD Negeri 2 Sukajaya-Ciamis, 2013, tidak diterbitkan)

Kemendiknas. (2010). Bahan Belajar Mandiri : Kajian Kritis. Dirjen PMPTP. Minauli, Irna. (2002). Metode Observasi. (Cet. 1). Medan : USU Press.

Munandar, Utami. (1999). Mengembangkan Anak Berbakat dan Kreativitas Anak Sekolah (Petunjuk bagi Guru dan Orang Tua). Jakarta: Gramedia.

Munandar, Utami. (2009). Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta : Rineka Cipta Musfiroh. (2005). Metode Cerita. Bandung : Erlangga.

Nisa, K. (2010). Pemanfaatan Jejaring Facebook dalam Asesmen Portofolio Online untuk Menilai Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMA pada Konsep Ekosistem (Skripsi, Universitas Pendidikan Indonesia, 2010, tidak diterbitkan).

Perkins, D.N. & Weber,R.J. (1992). Inventive Mind: Creative in Technology. New York: University Press.

Prasetyarini, Ayu. Penggunaan Media Gambar Seri Untuk Meningkatkan Kemampuan Bercerita Siswa Kelas III Sekolah Dasar. Tersedia di: http://dispendik.surabaya.go.id/surabayabelajar/jurnal/199/6.1.pdf. Diakses ISSN : 2337-3253.

Pratiwi, Ida Ayu E. (2012). Peningkatan Keterampilan Berbicara Dengan Metode Debat Plus Dalam Proses Pembelajaran Bahasa Inggris Pada Siswa Kelas Xi Ipa Sma Pariwisata Kertha Wisata Denpasar. Tersedia di: http://www.pps.unud.ac.id/thesis/pdf_thesis/unud-413-473527986


(6)

Rodiyana, Roni.(2013). Pengaruh penerapan strategi pembelajaran inkuiri terhadap kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa. [Tesis]. Bandung: SPs UPI

Rosidi. (1991). Materi Pokok Bahasa Indonesia 3. Jakarta: Depdikbud.

Rostiyah dan Suharto. (1985). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Bina Aksara. Salimah. (2011). Dampak Penerapan Bermain Dengan Media Gambar Seri

Dalam Mengembangkan Keterampilan Berbicara Dan Penguasaan Kosa Kata Anak Usia Dini. Tersedia di : Http://Jurnal.Upi.Edu/File/18-Salimah.Pdf. Diakses Agustus 2011.

Semi. (1990). Rancangan Pengajaran Bahasa Dan Sastra. Bandung : Angkasa. Solihin, Benny. (2000). Dasar-Dasar Bercerita Di Sekolah Minggu. Tersedia di

http://www.seabs.ac.id/ind/file_veritas/Veritas%201-1/7.%20Benny%20Solihin.pdf : Diakses April 2000.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta.

Sunarsih. (2012). Pembelajaran Keterampilan Berbicara Model Kooperatif Teknik Mencari Pasangan Dan Teknik Kancing Gemerincing Pada Siswa Introver Dan Ekstrover Di SMP. Tersedia di : http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/seloka/article/download/119/110. Diakses Juni 2012.

Tarigan, Henry Guntur. (2013). Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung : Angkasa.

Tim UPI. (2013). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : Universita Pendidikan Indonesia.

UU RI Nomor 20. 2003. Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Citra Umbara Zulhilyah.(2013). Pengaruh metode pembelajaran creative problem solving

terhadap keerampilan berpikir kreatif dan komunikasi pBeserta didik dalam pembelajaran IPS. [Tesis]. Bandung: Pendas SPs UPI