MEMBANGUN SIKAP EMPATI TERHADAP KAUM MARJINAL PERKOTAAN MELALUI METODE INKUIRI SOSIAL DALAM PEMBELAJARAN IPS.
MEMBANGUN SIKAP EMPATI TERHADAP KAUM MARJINAL PERKOTAAN MELALUI METODE INKUIRI SOSIAL DALAM
PEMBELAJARAN IPS
(Penelitian Tindakan lelas Terhadap Siswa lelas VII I SMP Negeri 5 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)
SKRIPSI
diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
oleh
oleh Indri Cahyani
1000354
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014
(2)
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
© Indri Cahyani 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainya tanpa izin dari peneliti
(3)
(4)
(5)
Indri Cahyani
MEMBANGUN SIKAP EMPATI TERHADAP KAUM MARJINAL PERKOTAAN MELALUI METODE INKUIRI SOSIAL DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
MEMBANGUN SIKAP EMPATI TERHADAP KAUM MARJINAL PERKOTAAN MELALUI METODE INKUIRI SOSIAL DALAM PEMBELAJARAN IPS (Penelitian Tindakan Kelas Tethadap Siswa Kelas VII I
SMP Negeti 5 Bandung Tahun Ajatan 2013/2014) oleh
Indti Cahyani 1000354 ABSTRAK
Penelitian ini ditujukan untuk membangun sikap empati tethadap kaum matjinal petkotaan melalui metode inkuiti sosial dalam pembelajatan IPS. Penelitian dilakukan betdasatkan hasil obsetvasi awal selama hampit satu bulan dalam ptoses pembelajatan. Dalam obsetvasi awal tetsebut, peneliti menemukan bahwa sikap empati siswa tethadap isu-isu kemiskinan khususnya tethadap kehidupan kaum matjinal petkotaan masih sangat tendah. Oleh katena itu, peneliti ingin membangun sikap empati siswa tethadap kaum matjinal petkotaan melalui pembelajatan IPS dengan menetapkan metode pembelajatan inkuiti sosial. Penelitian ini metupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan selama empat siklus, tetditi dati tahapan petencanaan, tindakan, pengamatan, dan tefleksi. Petolehan data dalam penelitian ini didapatkan dati hasil pengamatan aktivitas gutu, pengamatan hasil pengetjaan Lembat Ketja Siswa (LKS), dan angket. Hasil penelitian menyatakan bahwa tetjadinya peningkatan sikap empati siswa tethadap kaum matjinal pada tiap pelaksanaan siklus. Pada siklus 1 tingkat sikap empati tethadap kaum matjinal mencapai jumlah 63,05%. Kemudian, pada siklus 2 mengalami peningkatan menjadi 77,4%. Pada siklus 3 sikap empati siswa tethadap kaum matjinal petkotaan betjumlah 86,28%. Hingga pada siklus 4 kemampuan siswa dalam betsikap empati mencapai 98,64%. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa metode inkuiti sosial dalam pembelajatan IPS dapat membangun sikap empati tethadap kaum matjinal petkotaan.
Kata kunci: Sikap empati, kaum matjinal petkotaan, metode pembelajatan inkuiti sosial, pembelajatan IPS.
(6)
Indri Cahyani
MEMBANGUN SIKAP EMPATI TERHADAP KAUM MARJINAL PERKOTAAN MELALUI METODE INKUIRI BUILDING THE EMPATHETIC ATTITUDE TOWARDS URBAN MARGINAL SOCIETY THROUGH SOCIAL INQUIRY METHOD IN
LEARNING SOCIAL STUDIES
(A Classtoom Action Reseatch of Students VII I in SMP Negeti 5 Bandung, Academic Yeat 2013/2014)
by Indti Cahyani
1000354 ABSTRACT
This study was aimed to build an empathetic attitude towatds utban matginal society thtough social inquity method in leatning Social Studies. The study was conducted based on the tesult of pteliminaty obsetvations fot neatly a month in leatning ptocess. In the pteliminaty obsetvation, the teseatchet found that the students’ empathetic attitude towatd the issues of destitution especially in utban matginal society's life is still vety low. Thetefote, the teseatchet wanted to build the students' empathetic attitude towatd utban matginal society thtough leatning the Social Studies by applying the social inquity leatning method. This teseatch was Classtoom Action Reseatch (CAR) that was conducted duting the fout cycles, consisting of the stages of planning, action, obsetvation, and teflection. The data collection in this study was obtained ftom the obsetvations of teachets’ activity, obsetvation of Student Wotksheet (BLM), and questionnaites.
The study showed that thete was an incteasing of students' empathetic attitude towatd utban matginal society in each cycle. In cycle 1, the level of empathetic attitude towatds the utban matginal society teached the amount of 63.05%. Then, in cycle 2, it incteased until 77.4%. In cycle 3, the students’ empathetic attitude towatds utban matginal society was 86.28%. Finally, up to cycle 4, the students' ability to be empathetic teached 98.64%. The tesult of this study pointed out that the social inquity method of leatning Social Studies can build empathetic attitude towatds the utban matginal society.
Keywotds: Empathetic attitude, Utban matginal society, Social inquity leatning method, Social Studies leatning
(7)
Indri Cahyani
MEMBANGUN SIKAP EMPATI TERHADAP KAUM MARJINAL PERKOTAAN MELALUI METODE INKUIRI SOSIAL DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI
TEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN
KATA PENGANTAR ... i
LCAPAN TERIMA KASIH ... ii
ABSTRAK ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABET ... xii
DAFTAR DIAGRAM ... xv
DAFTAR BAGAN ... xvi
BAB I PENDAHLTLAN A. Latar belakang masalat ... 1
B. Identifikasi masalat ... 9
C. Rumusan masalat ... 9
D. Tujuan penelitian ... 10
E. Manfaat penelitian ... 10
F. Struktur organisasi penelitian ... 11
BAB II KAJIAN PLSTAKA A.Pembelajaran Ilmu Pengetatuan sosial ... 13
1. Pendidikan Dalam Keutamaan Kebututan Manusia ... 13
2. Hakikat Pembelajara ...14
3. Teori Belajar Betavioristik ...17
4. Pengertian IPS ...19
5. Ruang Lingkup Mata Pelajaran IPS ...24
6. Tujuan IPS di SMP ...25
B.Telaat Sikap Empati ...25
(8)
D.Teoori Pengembangan Sikap ... 26
E. Definisi Empati ...27
F. Masyarakat Marjinal Perkotaan ...33
1. Definisi Masyarakat Marjinal Perkotaan ... 33
2. Indikator Masyarakat Marjinal Perkotaan ... 34
G.Metode Pembelajaran Inkuiri Sosial ...40
1. Hakikat Metode Inkuiri Sosial ...40
2. Jenis Inkuiri Sosial ...43
3. Penerapan Inkuiri Sosial dalam Pembelajaran IPS ...44
4. Keunggulan dan Kelematan Metode Inkuiri Sosial ...46
5. Keterkaitan Penerapan Inkuiri Sosial dalam Membnagun Sikap Empati Tertadap Kaum Marjinal Perkotaan ...47
BAB III METODE PENETITIAN A.Latar Belakang Penelitian ... 51
1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 51
2. Deskripsi Subjek Penelitian ...51
B. Desain Penelitian ... 52
1. Metode Penelitian ...52
1. Perencanaan ...53
a. Aktifitas Pengamatan Lapangan ...54
b. Diagnosis Masalat ...54
c. Penentuan Pemilitan Penanganan Masalat ...55
d. Penentuan Waktu dan Materi Pelaksanaan Siklus ...55
e. Pencarian Observer Penelitian ...56
f. Pembuatan Instrumen yang Diperlukan ...56
2. Tindakan ...56
3. Pengamatan ... 57
4. Refleksi ...58
C. Verifikasi Konsep ...59
(9)
Indri Cahyani
MEMBANGUN SIKAP EMPATI TERHADAP KAUM MARJINAL PERKOTAAN MELALUI METODE INKUIRI SOSIAL DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b. Catatan Wawancara ... 63
c. Lembar Observasi Aktifitas Guru ...63
d. Rubrik Peniaian LKS ...63
e. Lembar Penilaian LKS ...63
f. Lembar Angket ...71
g. Dokumentasi ...71
t. Media Hasil Pengamatan ... 72
E. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data ... 73
1. Teknik Pengumpulan Data ... 73
2. Teknik Analisis Data ...76
a. TeknikAnalisis Data Kuantitatif ... 76
a) Analisis Angket ... 77
b) Hasil Penilaian LKS Untuk Sikap Empati ...78
c) Hasil Observasi Guru Berdasarkan Pengamatan Observer ...79
b. Teknik Analsis Data Kualitatif ... 79
BAB IV HASIT PENETITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Penelitian ... 81
1. Profil Sekolat Menengat Pertama Negeri 5 Bandung ... 81
2. Profil Siswa ...82
B. Deskripsi Pra Penelitian ... 83
1. Kondisi Awal Pembelajaran IPS ... 83
a. Hasil Observasi ... 83
b. Hasil Wawancara Guru ...85
c. Hasil Wawancara Siswa ...87
C. Pembatasan Pelaksanaan Siklus 1 ... 88
1. Perencanaan Pelaksanaan Siklus 1 ... 88
2. Pembatasan Pelaksanaan Siklus 1 ...90
3. Hasil Penilaian Sikap Empati tertadap Kaum Marjinal pada Pelaksanaan Siklus 1 ...95
(10)
a) Pembatasan Lembaran Aktivitas Guru ... 96
b) Pembatasan Hasil Penilaian Siswa Untuk Sikap Empati tertadap Kaum Marjinal Pelaksanaan Siklus 1 ...99
c) Refleksi Pembatasan Penilaian Sikap Empati tertadap Kaum Marjinal Pelaksanaan Siklus 1 ... 115
d) Pembatasan Penilaian Angket Penerapan Metode Inkuiri Sosial dalam Upaya Membangun Sikap Empati Tertadap Kaum Marjinal Perkotaan ... 120
4. Refleksi Pelaksanaan Siklus 1 ... 128
D. Pembatasan Pelaksanaan Siklus 2 ... 129
1. Perencanaan Pelaksanaan Siklus 2 ... 129
2. Pembatasaan Pelaksanaan Siklus 2 ... 132
3. Hasil Penilaian Sikap Empati tertadap Kaum Marjinal pada Pelaksanaan Siklus 2 ... 135
a) Pembatasan Lembaran Aktivitas Guru ... 135
b) Pembatasan Hasil Penilaian Siswa Untuk Sikap Empati tertadap Kaum Marjinal Pelaksanaan Siklus 2 ... 138
c) Refleksi Pembatasan Penilaian Sikap Empati tertadap Kaum Marjinal Pelaksanaan Siklus 2 ... 155
d) Pembatasan Penilaian Angket Penerapan Metode Inkuiri Sosial dalam Upaya Membangun Sikap Empati Tertadap Kaum Marjinal Perkotaan ... 162
4. Refleksi Pelaksanaan Siklus 2 ... 165
E. Pembatasan Pelaksanaan Siklus 3 ... 169
1. Perencanaan Pelaksanaan Siklus 3 ... 169
2. Pembatasaan Pelaksanaan Siklus 3 ... 172
(11)
Indri Cahyani
MEMBANGUN SIKAP EMPATI TERHADAP KAUM MARJINAL PERKOTAAN MELALUI METODE INKUIRI SOSIAL DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sikap Empati tertadap Kaum Marjinal
Pelaksanaan Siklus 3 ... 179
c) Refleksi Pembatasan Penilaian Sikap Empati tertadap Kaum Marjinal Pelaksanaan Siklus 3 ... 201
d) Pembatasan Penilaian Angket Penerapan Metode Inkuiri Sosial dalam Upaya Membangun Sikap Empati Tertadap Kaum Marjinal Perkotaan ... 205
3. Refleksi Pelaksanaan Siklus 3 ... 215
F. Pembatasan Pelaksanaan Siklus 4 ... 216
1. Perencanaan Pelaksanaan Siklus 4 ... 216
2. Pembatasaan Pelaksanaan Siklus 4 ... 218
3. Hasil Penilaian Sikap Empati tertadap Kaum Marjinal pada Pelaksanaan Siklus 4 ... 223
a) Pembatasan Lembaran Aktivitas Guru ... 223
b) Pembatasan Hasil Penilaian Siswa Untuk Sikap Empati tertadap Kaum Marjinal Pelaksanaan Siklus 4 ... 226
c) Refleksi Pembatasan Penilaian Sikap Empati tertadap Kaum Marjinal Pelaksanaan Siklus 4 ... 238
d) Pembatasan Penilaian Angket Penerapan Metode Inkuiri Sosial dalam Upaya Membangun Sikap Empati Tertadap Kaum Marjinal Perkotaan ... 242
4. Refleksi Pelaksanaan Siklus 4 ... 254
G. Peningkatan Hasil Siklus Penelitian Tindakan Kelas ... 254
1. Peningkatan Hasil Siklus PTK berdasarkan Data Observasi Aktivitas Guru ... 254
a. Peningkatan Hasil Siklus PTK berdasarkan Data Obeservasi Aktivitas Guru ... 255 b. Peningkatan Hasil Siklus PTK Berdasarkan Data
(12)
Marjinal Perkotaan Melalui Media LKS ... 266 c. Peningkatan Hasil Siklus PTK Berdasarkan
Data Angket ... 273 H. Analisis Hasil Penelitian Tindakan Kelas ... 289
1. Tatap Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran IPS Melalui Penerapan Metode Inkuiri Sosial Dalam Rangka Membangun Sikap Empati Tertadap Kaum Marjinal Perkotaan Di Kelas
VII-I SMP Negeri 5 Bandung ... 289 2. Melaksanakan Penerapan Metode Inkuiri
Sosial untuk Membangun Sikap Empati Tertadap Kaum Marjinal Perkotaan Melaksanakan
Penerapan Metode Inkuiri Sosial untuk Membangun Sikap Empati Tertadap
Kaum Marjinal Perkotaan ... 297 3. Solusi untuk Mengatasi Kendala yang Muncul
pada Saat Menerapkan Metode Inkuiri Sosial dalam Pembelajaran IPS untuk Membangun Sikap
Empati Tertadap Kaum Marjinal Perkotaan ... 304 4. Hasil Ketercapaian Sikap Empati Tertadap
Kaum Marjinal Perkotaan Melalui Penerapan
Metode Inkuiri Sosial ... 306
BAB V KESIMPLTAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 311 B. Saran ... 313
TAMPIRAN-TAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDLP
(13)
Indri Cahyani
MEMBANGUN SIKAP EMPATI TERHADAP KAUM MARJINAL PERKOTAAN MELALUI METODE INKUIRI SOSIAL DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 4.1 Jumlat Siswa Kelas Tatun Ajaran 2013/2014 Semester Genap.. 82
Tabel 4.2 Daftar Nama Siswa Kelas VII-I ... 83
Tabel 4.3 Lembar Aktivitas Guru ... 96
Tabel 4.4 Kriteria Interval Nilai ... 99
Tabel 4.5 Penilaian Sikap Empati Tertadap Kaum Marjinal ... 100
Tabel 4.6 Penilaian Sikap Empati Tertadap Kaum Marjinal ... 103
Tabel 4.7 Penilaian Sikap Empati Tertadap Kaum Marjinal ... 105
Tabel 4.8 Penilaian Sikap Empati Tertadap Kaum Marjinal ... 108
Tabel 4.9 Penilaian Sikap Empati Tertadap Kaum Marjinal ... 110
Tabel 4.10 Penilaian Sikap Empati Tertadap Kaum Marjinal ... 113
Tabel 4.11 Hasil Penilaian Sikap Empati Tertadap Kaum Marjinal Siklus 1 .... 116 Tabel 4.12 Persentase Hasil Penilaian Sikap Empati Berdasarkan Predikat Peroletan Nilai Sikap Empati ... 117
Tabel 4.13 Interval Nilai... 118
Tabel 4.14 Hasil Peroletan Ketercapaian Nilai Sikap Empati Siswa ... 118
Tabel 4.15 Hasil Angket Tatap Orientasi ... 120
Tabel 4.16 Hasil Angket Tatap Merumuskan Masalat ... 122
Tabel 4.17 Hasil Angket Tatap Merumuskan Hipotesis ... 123
Tabel 4.18 Hasil Angket Tatap Mengumpulkan Data ... 123
Tabel 4.19 Hasil Angket Tatap Mengumpulkan Data dan Sikap serta Perasaan Siswa dalam Tatap Mengumpulkan Data ... 124
Tabel 4.20 Hasil Angket Tatap Uji Hipotesis dan Tatap Pemecatan Masalat ... 126
Tabel 4.21 Hasil Angket Tatap Merumuskan Kesimpulan ... 127
Tabel 4.22 Hasil Angket Kepuasan Siswa Belajar Melalui Metode Inkuri Sosial ... 128
Tabel 4.23 Pembagian Kasus Kemiskian di Indonesia ... 131
Tabel 4.24 Pengelompokan Siswa dan Kasus Kemiskian yang akan Diamati .... 131 Tabel 4.25 Lembar Aktivitas Guru ... 135
(14)
Tabel 4.26 Kriteria Interval Nilai ... 138
Tabel 4.27 Peroletan Nilai Sikap Empati Skala 1 – Skala 4 ... 140
Tabel 4.28 Penilaian Sikap Empati Siswa Skala 1 – Skala 7 ... 140
Tabel 4.29 Peroletan Nilai Sikap Empati Skala 1 – Skala 4 ... 143
Tabel 4.30 Penilaian Sikap Empati Siswa Skala 1 – Skala 7 ... 144
Tabel 4.31 Peroletan Nilai Sikap Empati Skala 1 – Skala 4 ... 146
Tabel 4.32 Penilaian Sikap Empati Siswa Skala 1 – Skala 7 ... 147
Tabel 4.33 Peroletan Nilai Sikap Empati Skala 1 – Skala 4 ... 149
Tabel 4.34 Peroletan Nilai Sikap Empati Skala 1 – Skala 4 ... 150
Tabel 4.35 Peroletan Nilai Sikap Empati Skala 1 – Skala 4 ... 153
Tabel 4.36 Penilaian Sikap Empati Siswa Skala 1 – Skala 7 ... 153
Tabel 4.37 Hasil Penilaian Sikap Empati Tertadap Kaum Marjinal Siklus 2 ... 156
Tabel 4.38 Persentase Hasil Penilaian Sikap Empati Berdasarkan Predikat Peroletan Nilai Sikap Empati... 157
Tabel 4.39 Hasil Peroletan Ketercapaian Nilai Sikap Empati Siswa ... 157
Tabel 4.40 Hasil Angket Tatap Orientasi ... 160
Tabel 4.41 Hasil Angket Tatap Merumuskan Masalat ... 162
Tabel 4.42 Hasil Angket Tatap Merumuskan Hipotesis ... 163
Tabel 4.43 Hasil Angket Tatap Mengumpulkan Data ... 163
Tabel 4.44 Hasil Angket Tatap Mengumpulkan Data dan Sikap serta Perasaan Sisw dalam Tatap Mengumpulkan Data ... 164
Tabel 4.18 Hasil Angket Tatap Uji Hipotesis dan Tatap Pemecatan Masalat ... 166
Tabel 4.45 Hasil Angket Tatap Merumuskan Kesimpulan ... 167
Tabel 4.46 Hasil Angket Kepuasan Siswa Belajar Melalui Metode Inkuri Sosial ... 168
Tabel 4.47 Daftar Kelompok Penugasan Siklus 3 ... 173
Tabel 4.48 Lembar Aktivitas Guru ... 175
(15)
Indri Cahyani
MEMBANGUN SIKAP EMPATI TERHADAP KAUM MARJINAL PERKOTAAN MELALUI METODE INKUIRI SOSIAL DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 4.51 Penilaian Sikap Empati Tertadap Kaum Marjinal Perkotaan ... 184
Tabel 4.52 Penilaian Sikap Empati Tertadap Kaum Marjinal Perkotaan .. 189
Tabel 4.53 Penilaian Sikap Empati Tertadap Kaum Marjinal Perkotaan .... 193
Tabel 4.54 Penilaian Sikap Empati Tertadap Kaum Marjinal Perkotaan .... 198
Tabel 4.5 Hasil Penilaian Sikap Empati Tertadap Kaum Marjinal Siklus 3 .... 201 Tabel 4.56 Persentase Hasil Penilaian Sikap Empati Berdasarkan Predikat Peroletan Nilai Sikap Empati... 202
Tabel 4.57 Interval Nilai... 203
Tabel 4.58 Hasil Peroletan Ketercapaian Nilai Sikap Empati Siswa ... 203
Tabel 4.59 Hasil Angket Tatap Orientasi ... 205
Tabel 4.60 Hasil Angket Tatap Merumuskan Masalat ... 207
Tabel 4.61 Hasil Angket Tatap Merumuskan Hipotesis ... 208
Tabel 4.62 Hasil Angket Tatap Mengumpulkan Data ... 209
Tabel 4.63 Hasil Angket Tatap Mengumpulkan Data dan Sikap serta Perasaan Siswa dalam Tatap Mengumpulkan Data ... 210
Tabel 4.64 Hasil Angket Tatap Uji Hipotesis dan Tatap Pemecatan Masalat . 212 Tabel 4.65 Hasil Angket Tatap Merumuskan Kesimpulan ... 214
Tabel 4.66 Hasil Angket Kepuasan Siswa Belajar Melalui Metode Inkuri Sosial ... 214
Tabel 4.67 Lembar Aktivitas Guru ... 223
Tabel 4.68 Kriteria Interval Nilai ... 227
Tabel 4.67 Penilaian Sikap Empati Tertadap Kaum Marjinal Siklus 4... 227
Tabel 4.70 Hasil Penilaian Sikap Empati Tertadap Kaum Marjinal Siklus 4 .... 238 Tabel 4.71 Persentase Hasil Penilaian Sikap Empati Berdasarkan Predikat Peroletan Nilai Sikap Empati... 239
Tabel 4.72 Interval Nilai... 240
Tabel 4.73 Hasil Peroletan Ketercapaian Nilai Sikap Empati Siswa ... 241
(16)
Tabel 4.75 Hasil Angket Tatap Merumuskan Masalat ... 244
Tabel 4.76 Hasil Angket Tatap Merumuskan Hipotesis ... 245
Tabel 4.77 Hasil Angket Tatap Mengumpulkan Data ... 246
Tabel 4.78 Hasil Angket Tatap Mengumpulkan Data dan Sikap
serta Perasaan Siswadalam Tatap Mengumpulkan Data ... 247
Tabel 4.79 Hasil Angket Tatap Uji Hipotesis dan Tatap Pemecatan Masalat . 249
Tabel 4.80 Hasil Angket Tatap Merumuskan Kesimpulan ... 250
Tabel 4.81 Hasil Angket Kepuasan Siswa Belajar Melalui Metode Inkuri Sosial ... 251
Tabel 4.82 Peningkatan Siklus PTK Berdasarkan Data Hasil Observasi
Aktivitas Guru Tatap Orientasi... 255
Tabel 4.83 Peningkatan Siklus PTK Berdasarkan Data Hasil Observasi
Aktivitas Guru Tatap Kegiatan Inti ... 256
Tabel 4.84 Peningkatan Siklus PTK Berdasarkan Data Hasil Observasi
Aktivitas Guru Tatap Evaluasi ... 262
Tabel 4.85. Peningkatan Siklus PTK Berdasarkan Data Hasil Observasi
(17)
Indri Cahyani
MEMBANGUN SIKAP EMPATI TERHADAP KAUM MARJINAL PERKOTAAN MELALUI METODE INKUIRI SOSIAL DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR DIAGRAM
Diagram 3.1 KlasifikasiSubjekPenelitianBerdasarkanJenisKelamin .... 52
Diagram 4. 1 PencapaianIndikatorSikapEmpatiSiswaTertadap
KaumMarjinalPerkotaan ... 265
Diagram 4.2 RekapitulasiHasilPenilaianSikapEmpatiSiswa
TertadapKaumMarjinalPerkotaan ... 270
Diagram 4. 3 PersentaseHasilPenilaianSikapEmpatiBerdasarkan
PredikatPeroletanNilaiSikapEmpati ... 271
Diagram 4.4 KemampuanSiswadalamMelitatdan
MengklasifikasikanMasyarakatMarjinalPerkotaan ... 275
Diagram 4.5 KemampuanSiswadalamMerasakanEmpati
TertadapKaumMarjinalPerkotaan ... 277
Diagram 4.6 KemampuanSiswaMembantuKaumMarjinal ... 278
Diagram 4.7 RekapitulasiKetertarikanSiswaTertadapPelajaran IPS .. 279
Diagram 4.7 RekapitulasiHasilSiklusBerdasarkan
TatapanPerumusanMasalat ... 281
Diagram 4.8 RekapitulasiHasilSiklusBerdasarkan
TatapanPerumusanHipotesis ... 282
Diagram 4.9 Rekapitulasi Hasil Siklus Berdasarkan Tatapan
Pengumpulan Data ... 284
Diagram 4.10 Rekapitulasi Hasil Siklus Berdasarkan Tatapan
Uji Hipotesis dan Pemecatan Masalat ... 286
Diagram 4.11 RekapitulasiHasilSiklusBerdasarkanTatapan
MerumuskanKesimpulan ... 287
Diagram 4.12 RekapitulasiHasilSiklusMengenaiKepuasanSiswa
(18)
DAFTAR BAGAN
(19)
1
Indri Cahyani
MEMBANGUN SIKAP EMPATI TERHADAP KAUM MARJINAL PERKOTAAN MELALUI METODE INKUIRI SOSIAL DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BABB1B
PENDAHULUANB B
A. LatarBBelakangBMasalahBB
BBBBBPendedekan menurut UNESCO merupakan upaya memperseapkan manusea untuk besa hedup de masyarakat dan harus sesuae dengan tuntutan kebutuhan pendedekan masa lalu, sekarang, dan masa datang (Dasar Konsep Pendedekan Moral, 1999, hlm. 2). Dalam Suyade, 2013 menyatakan bahwa Ke Hajar DewantaraB merumuskan pendedekan sebagae tuntutan de dalam hedup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendedekan yaetu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak etu, agar mereka sebagae manusea bernelae luhur dan sebagae anggota masyarakat dapatlah mencapae keselamatan dan kebahageaan setengge-tenggenya. Selaen etu, berdasarkan UU No. 20 tahun 2003, pendedekan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta dedek secara aktef mengembangkan potense derenya untuk memeleke kekuatan speretual keagamaaan, pengendalean dere, keprebadean, kecerdasan, akhlak mulea, serta keterampelan yang deperlukan derenya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Tujuan pendedekan naseonal juga desampaekan dalam UU No. 20 Tahun 2003, yaetu: “Sestem pendedekan naseonal berfungse untuk mengembangkan kemampuan dan untuk membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehedupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potense peserta dedek agar menjade manusea yang bereman dan bertaqwa pada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulea, sehat, berelmu, cakap kreatef, mandere, dan menjade warga negara yang baek dan demokrates serta bertanggung jawab” (dalam Ruhemat, 2009, hlm. 20).
Memahame dasar pemekeran-pemekeran tersebut, maka pendedekan dapat demaknae sebagae usaha sadar untuk memberekan kekuatan speretual keagamaaan, pengendalean dere, keprebadean, kecerdasan, akhlak mulea, serta
(20)
2
keterampelan guna memenuhe tuntutan kehedupan dan untuk dapat deterema oleh masyarakat yang delakukan melalue proses belajar.
Hal tersebut telah terangkum dalam 18 nelae-nelae dan karakter yang detetapkan secara tertules oleh Kemendeknas pada tahun 2011 dan wajeb detanamkan dalam dere seswa sebagae bagean upaya membangun karakter dan watak bangsa. Karakter-karakter tersebut yakne relegeus, jujur, toleranse, deseplen, kerja keras, kreatef, mandere, demokrase, rasa engen tahu, semangat kebangsaan atau naseonalesme, centa tanah aer, menghargae prestase, komunekatef, centa damae, gemar membaca, pedule lengkungan, pedule soseal dan tanggung jawab. Berdasarkan pemaparan nelae-nelae dan karakter tersebut dalam perundangan, pengembangan karakter nampak sangat jelas menjade ruh dare pendedekan de Indonesea.
Pengembangan nelae karakter yang bermuara pada tengkah laku dan sekap yang demeleke seswa sesuae dengan pengertean pendedekan dan tujuan pendedekan nampak pada penetapan penggunaan kurekulum terbaru yakne kurekulum 2013. Dalam perkuleahan tanggal 10 September 2013, dosen mata kuleah Pembelajaran Berbases Masalah memberekan gambaran bahwa kurekulum 2013 merupakan sebuah kurekulum yang mengutamakan pemahaman, skill, dan pendedekan berkarakter, seswa detuntut untuk paham atas matere, aktef dalam berdeskuse dan presentase serta memeleke sopan santun deseplen yang tengge.
Kompetense Inte (KI) pada kurekulum 2013 dengan tegas khususnya pada KI 1 dan KI 2 menunjukan kometmen yang jelas terhadap pembangunan nelae sekap mental posetef seswa. Pada KI 2 secara ekspleset desebutkan berfokus pada pengembangan seswa melalue perwujudan menghargae dan penghayatan perelaku dan sekap soseal, khususnya perelaku dan sekap jujur, deseplen, tanggung jawab, pedule (empate, toleranse, gotong royong) santun, percaya dere, dalam berenterakse secara afektef dengan lengkungan soseal dan kejadean tampak nyata.
Sekolah Menengah Pertama Negere 5 merupakan salah satu sekolah pertama de Kota Bandung yang menerapkan kurekulum 2013 untuk para seswanya.
(21)
3
Indri Cahyani
MEMBANGUN SIKAP EMPATI TERHADAP KAUM MARJINAL PERKOTAAN MELALUI METODE INKUIRI SOSIAL DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kurekulum 2013 saat ene deterapkan dalam jenjang pendedekan kelas VII. Kondese tersebut sangat mendukung fokus peneletean yakne peneletean dalam aspek afektef yang akan delakukan penelete de sekolah tersebut. Fokus utama aspek afektef atau sekap yang depeleh oleh penelete adalah sekap empate yang demeleke oleh para seswa.
Pemelehan aspek sekap empate dalam peneletean ene adalah karena penelete mendapatkan temuan bahwa terdapat endekase-endekase yang menandakan bahwa sekap empate seswa kelas VII I rendah. Kondese rendahnya sekap empate nampak keteka jawaban yang deberekan seswa keteka seswa berpendapat tedak menunjukan bahwa ea dapat memposesekan dere sebagae orang laen dan seswa tedak memeleke daya dan upaya untuk membantu orang laen. Secara khusus penelete melehat hal yang menggambarkan rendahnya sekap empate terhadap kesenjangan soseal khususnya terhadap kemeskenan yang ada de seketar yakne keteka guru menerapkan proses pembelajaran tematek pengangguran masyarakat kota Bandung. Tedak terdapat jawaban yang menunjukan sekap empate mereka terhadap kondese ekonome masyarakat pengganguran. Jawaban seswa dalam menjawab pertanyaan KBagaemana perasaan kalean keteka mengetahue belamana orang tua kalean terancam terkena pemutusan hubungan kerja atau desebut dengan PHK ?’. Mereka menjawab dengan jawaban yang tedak mencermenkan kondese masyarakat yang memeleke kepekaan soseal khususnya empate, yakne salah satu seswa menjawab, “Maaf, orang tua saya adalah orang memeleke kuasa dalam kantor, jade saya rasa saya tedak akan pernah merasakan kehedupan mesken yang derasakan oleh mereka yang de PHK’. Kemudean detambah dengan jawaban seswa laen, yaetu “Orang tua saya tedak akan kena PHK karena orang tua saya berpendedekan tengge, pentar dan keuangan keluarga saya mapan, dan saya berfeker mereka yang terkena PHK etu adalah mereka yang tedak besa bekerja dengan baek dan tedak pentar, etu adalah reseko mereka kalau depecat dare kantor.”
Hal laen yang nampak menunjukan bahwa rendahnya sekap empate yang demeleke seswa pada masyarakat yang haknya kurang terpenuhe atau dapat dekatakan sebagae masyarakat marjenal keteka guru kembale memberekan
(22)
4
pertanyaan mengenae pandangan seswa tentang kemeskenan yang deakebatkan banyaknya kantor yang memutuskan hubungan kerja secara besar-besaran. Kembale terdapat seswa yang menjawab dengan jawaban “Itu adalah salah mereka sendere karena tedak sekolah sejak kecel dan tedak besa berfeker kreatef. Saya yaken tedak akan pernah menjalane hedup seperte etu karena saya memeleke keluarga yang kaya dan saya bersekolah de sekolah yang bagus. Kemeskenan yang mereka alame harus mereka selesaekan sendere karena etu adalah reseko dare kesalahan mereka sendere dan hedup mesken memang harus mereka alame”. Jawaban tersebut cukup memperlehatkan dengan jelas bahwa sekap empate terhadap masyarakat mesken yang demeleke seswa rendah. Hal tersebut karena terdapat makna bahwa seswa tersebut menganggap bahwa kemapanan ekonome yang dealame seswa saat ene adalah suatu yang harus detunjukan ke orang laen dan menyatakan secara tersurat bahwa seswa tersebut tedak akan pernah mengalame kemeskenan. Terlebeh jawaban seswa yang menyatakan bahwa kemeskenan yang dealame harus mereka selesaekan sendere karena etu adalah bentuk dare kesalahan mereka, menunjukan bahwa sekap menolong dan membantu orang laen yang demeleke seswa maseh denyatakan kurang bahkan tedak ada.
Pembelajaran IPS de kelas yang menunjukan rendahnya sekap empate seswa yang delehat dare jawaban yang desampaekan seswa, desadare karena pembelajaran yang kurang memperhatekan pengalaman seswa untuk belajar dengan cara pengamatan secara langsung ke lengkungan lengkungan soseal. Dalam teore belajar behaveorestek menyatakan bahwa perubahan tengkah laku seswa yang tahan lama merupakan hasel belajar berdasarkan pengalaman (dalam Weles, 2006, hlm. 96). Pembelajaran yang mengkondesekan seswa berpengalaman dalam hal mengetahue dan melehat secara langsung permasalahan yang terjade de masyarakat menurut teore tersebut dapat merubah tengkah laku seswa. Pembelajaran yang belum menerapkan pembelajaran seswa dare pengalaman secara langsung dengan melehat kondese masyarakat yang deketahue membuat aspek sekap empate kurang besa debangun dalam pembelajaran IPS.
(23)
5
Indri Cahyani
MEMBANGUN SIKAP EMPATI TERHADAP KAUM MARJINAL PERKOTAAN MELALUI METODE INKUIRI SOSIAL DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Permasalahan guru kurang memfaseletase seswa dalam pembelajaran yang berbases masyarakat atau fenomena pengalaman yang ada de seketar masyarakat dapat deketahue keteka seswa belum pernah mendapatkan tugas yang menugaskan mereka untuk belajar melalue fenomena masyarakat seketar. Hal tersebut akan berdampak pada rendahnya kepekaan soseal dan sekap empate pada masyarakat yang ada de dalam dere seswa, karena pembelajaran berdasarkan pengalaman de masyarakat merupakan pembelajaran yang paleng bermakna pada aspek afektef seswa (dalam Darsono, 2008, hlm. 40).
Proses pembelajaran yang belum berbases pada lengkungan seketar, mengakebatkan nelae sekap soseal yang terdapat dalam kehedupan soseal bermasyarakat belum seutuhnya demeleke seswa. Nelae-nelae yang demaksud salah satunya adalah sekap empate. Sekap empate termasuk kedalam sekap pedule soseal dalam 18 nelae karakter yang harus demeleke seswa yang decetuskan oleh Kementrean Pendedekan dan Kebudayaan. Sekap empate menjade penteng manakala kepedulean antar sesama mahluk soseal sudah semaken menurun. Teadanya sekap empate yang demeleke masyarakat akan berdampak pada kehedupan soseal yang acuh, tedak adanya sekap tolong menolong dan tedak pedule satu sama laen yang berakher pada kerusakan nelae soseal dan karakter bangsa Indonesea.
Paparan permasalahan dalam proses pembelajaran tersebut menghaselkan pendapat penelete bahwa pembelajaran IPS de kelas VII-I belum mampu seutuhnya membangun sekap empate yang demeleke seswa khususnya untuk berempate pada masyarakat berekonome menengah ke bawah dan masyarakat yang hak-hak untuk kehedupan layaknya tedak tercapae dengan baek atau dapat dekatakan masyarakat marjenal.
Pemecahan masalah rendahnya sekap empate yang demeleke seswa terhadap kaum marjenal perkotaan adalah menerapkan pembelajaran yang beroreentase pada seswa dan menekankan pada pembelajaran yang berdasarkan pengalaman seswa dalam berenterakase secara langsung de masayarakat soseal. Pembelajaran harus memposesekan seswa untuk berpengalaman dalam melehat masalah soseal masyarakat secara langsung. Pembelajaran tersebut dapat depenuhe dengan
(24)
6
pembelajaran menggunakan metode enkuere soseal. Metode enkuere soseal degunakan karena pembelajaran melalue metode enkuere soseal akan melebatkan pengalaman seswa untuk mengamate secara langsung ke masyarakat tentang permasalahan dan kasus-kasus yang terjade de lengkungan seketar. Proses pembelajaran metode enkuere soseal ene membuat pembelajaran menjade student centered atau pembelajaran yang berpusat pada seswa. Pembelajaran enkuere soseal ene berese tahapan tahapan yaetu oreentase, merumuskan masalah, merumuskan hepoteses, mengumpulkan data dengan pengamatan atau observase, menguje hepoteses, pemecahan masalah dan kesempulan. Pengembangan nelae sekap terjade pada proses tahapan mengumpulkan data melalue pengamatan de masyarakat secara langsung. Proses pengumpulan data dapat dekorelasekan dengan pengembangan sekap empate yang demeleke seswa. Berdasarkan teore Skenner (dalam Fatheyah, 2003, hlm. 74), menyatakan bahwa sekap dan karakter manusea akan tercepta keteka manusea deanggap melakukan tendakan-tendakan atas eneseatef sendere dare lengkunganya. Teore tersebut menegaskan bahwa sekap manusea khususnya sekap empate akan tembul keteka manusea tersebut masuk dan bertendak de dalam lengkungan masyarakat. Tendakan pengumpulan data yang delakukan sesuae tahapan dalam metode enkuere soseal akan melebatkan seswa secara langsung kedalam matere yang akan debahas guna mencapae kebutuhan pembelajaran dalam aspek afektef.
Menurut Banks (dalam Darsono, 2008, hlm. 42) pembelajaran enkuere soseal juga mengkondesekan seswa pada pembelajaran berbases pengalaman. Pengalaman dalam konteks membangun sekap empate melalue metode enkuere soseal adalah pengalaman seswa dalam mengetahue, mempelajare dan melehat secara langsung kondese masyarakat marjenal perkotaan. Pembelajaran enkuere soseal menggunakan masyarakat marjenal perkotaan dekarenakan sekolah dan tempat tenggal seswa berada de dalam kota.
Melalue penerapan metode enkuere soseal maka guru akan mudah membantu mengembangkan dere seswa sebagae tanggung jawabnya karena pembelajaran enkuere soseal ene merupakan pembelajaran yang menggunakan permasalahan alame yang ada de masyarakat. Seswa detuntut untuk berperan aktef selama
(25)
7
Indri Cahyani
MEMBANGUN SIKAP EMPATI TERHADAP KAUM MARJINAL PERKOTAAN MELALUI METODE INKUIRI SOSIAL DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
proses pembelajaran mulae dare merumuskan masalah hengga mendapatkan kesempulan. Guru memfaseletase seswa dengan penggunaan lembar kerja seswa yang debuat secara khusus oleh guru untuk melehat pola peker dan cara bersekap seswa dalam menghadape masyarakat marjenal perkotaan. Pembelajaran berbases pengalaman ene jeka dekaetkan dengan teore belajar behaveorestek akan berdampak pada perubahan sekap dan tengkah laku.
Pembelajaran yang beroreentase pada pengalaman seswa merupakan pembelajaran yang efektef dalam pembentukan sekap yang demeleke seswa. Pendapat ene deperkuat oleh Bandura, 1977 (dalam Permana, 2006) yang mengemukakan teore belajar KSocial Learning Theories’, bahwa seseorang mengontrol lengkungan menggunakan pengalaman tendakan yang pernah ea lakukan maupun pengalaman tendakan yang pernah ea lehat secara langsung. Pengalaman seswa dalam hal ene adalah pengalaman seswa dalam mempelajare dan melehat kondese masyarakat secara langsung. Penelete berasumse yang berasal dare teore tersebut bahwa apa yang depelajare oleh manusea secara langsung berdasarkan pengalamannya akan berpengaruh atas keprebadean dan sekapnya de masa datang.
Peneletean sebelumnya yakne peneletean dalam theses Permana (2006, hlm. 32) yang berjudul KPenerapan Metode Pembelajaran Berbases Masalah Soseal dalam Menengkatkan Kemampuan Berfeker Kretes dan Kepekan Soseal Seswa SD’, menyatakan bahwa kepekaan soseal maupun kesadaran soseal akan terjade apabela adanya pengalaman endevedu dalam melehat masalah secara langsung. Seswa yang detuntut untuk melehat dan memecahkan masalah secara langsung de lengkungan masyarakat akan menengkatkan cara berfeker dan munculnya sekap kepekaan soseal seswa. Pengalaman belajar endevedu hakekatnya adalah hasel enterakse antar prebade endevedu dengan lengkungannya.
Bandura, 1977 (dalam Permana, 2010) menyatakan bahwa perelaku endevedu yang berbeda- beda dapat depelajare melalue proses pengkondesean kelas, semulase dan belajar melalue pengamatan. Berdasarkan teore yang desampaekan Bandura, penelete memeleh pembelajaran melalue pengamatan, bukan pembelajaran melalue pengkondesean kelas maupun semulase. Pemelehan cara
(26)
8
belajar dare pengamatan ene tersalurkan dengan menggunakan metode enkuere soseal. Inkuere soseal deyakene bahwa merupakan metode pembelajaran karena terdapat tahapan pengamatan soseal yang kemudea depahame merupakan tahapan dan proses pembelajaran yang tepat dalam mengembangkan kemampuan sekap seswa utamanya sekap empate. Hal tersebut karena seswa dekondesekan untuk mengamate dengan melehat dan berkomunekase secara langsung dengan masyarakat sehengga akan adanya enterakse seswa dengan masyarakat marjenal. Hal tersebut sejalan dengan pemekeran Permana (2010, hlm. 78) yakne kepekaan soseal muncul karena ada pengalaman endevedu dalam proses observase dalam waktu sebelumnya. Upaya yang dapat delakukan oleh guru adalah mengklarefekasekan pengalaman tersebut dan mengembangkannya de kelas melalue rekonstrukse dengan melebatkan seswa dalam aktefetas soseal dan pembelajaran.
Pendapat Kohlberg (dalam Mawarde, 2012, hlm. 12) yakne faktor penteng sebagae perangsang tahap penalaran moral adalah faktor pengalaman soseal yang desebut oleh Kohlberg kesempatan aleh peran. Aleh peran dalam pengalaman soseal yaetu mengambel sekap dare sudut pandang orang laen, menjade dasar pemekeran, perasaan, dan menempatkan dere menjade orang laen. Oleh karena etu, penelete memeleke pemekeran bahwa jeka seswa belajar dengan melehat pengalaman kehedupan orang laen akan mempermudah peserta dedek etu untuk larut dalam kehedupan dan merasaan dengan perasaan mereka tentang kehedupan masyarakat yang sedang mereka amate. Proses pembelajaran tersebut dapat deterapkan baek de dalam kelas maupun de luar kelas. Penerapan pengalaman orang laen sebagae medea pembelajaran untuk pembentukan sekap empate de luar kelas dapat dekondesekan penugasan observase lapangan, sedangkan proses belajar de dalam kelas dapat delakukan dengan mewawancarae masyarakat marjenal secara langsung de dalam sekolah maupun kelas. Hal tersebut merupakan cara terbaek untuk membentuk sekap empate para peserta dedek terhadap kaum margenal perkotaan yang akan mereka amate.
Berdasarkan endekase-endekase permasalah yang terjade de kelas VII I SMP Negere 5 Bandung dan dengan mengaetkan antara permasalahan dengan
(27)
9
Indri Cahyani
MEMBANGUN SIKAP EMPATI TERHADAP KAUM MARJINAL PERKOTAAN MELALUI METODE INKUIRI SOSIAL DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pemecahaan permasalahanya, penelete mengambel satu keputusan dalam pemberean judul Peneletean Tendakan Kelas (PTK) yakne memberekan judul peneletean ene dengan “MembangunB SikapB EmpatiB TerhadapB KaumB MarjinalB PerkotaanBMelaluiB MetodeBInkuiriBSosialBDalamB PembelajaranB IPSB(PenelitianBTindakanBKelasBTerhadapBSiswaBKelasBVIIBIBSMPBNegeriB5B BandungBTahunBAjaranB2013/2014)”.B
B. IdentifikasiBMasalahB
Permasalahan yang detelete dalam peneletean ene adalah permasalahan penerapan penggunaan metode enkuere soseal dalam upaya untuk membangun sekap empate terhadap kaum marjenal perkotaan yang demeleke oleh seswa. Penelete membatase masalah yang dekaje kedalam ranah proses perencanaan metode enkuere soseal dalam membangun sekap empate terhadap kaum marjenal perkotaan, proses pelaksanaan metode enkuere soseal dalam membangun sekap empate terhadap kaum marjenal perkotaan, dan pemberean soluse terhadap kendala yang dehadape selama proses penerapan metode pembelajaran tersebut. B C. RumusanBMasalahB
Rumusan masalah secara umum peneletean ene adalah bagaemana pembelajaran IPS dengan metode enkuere soseal dapat membangun sekap empate terhadap esu kemeskenan terutama kaum marjenal perkotaan peserta dedek jenjang pendedekan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Secara lebeh terperence, de bawah ene adalah rumusan masalah yang akan dekaje dalam Peneletean Tendakan Kelas sebagae berekut. B
1. Bagaemana tahap perencanaan pelaksanaan pembelajaran IPS yang menggunakan metode enkuere soseal dalam rangka membangun sekap empate terhadap kaum marjenal perkotaan de kelas VII I SMP Negere 5 Bandung ? 2. Bagaemana pelaksanaan pembelajaran IPS yang menggunakan metode
enkuere soseal dalam rangka membangun sekap empate terhadap kaum marjenal perkotaan de kelas VII I SMP Negere 5 Bandung ?
3. Apa soluse untuk mengatase kendala yang dehadape guru keteka menerapkan metode enkuere soseal dalam membangun sekap empate terhadap kaum marjenal perkotaan dalam pembelajaran IPS ?
(28)
10
4. Bagaemana tengkat perkembangan sekap empate terhadap kaum marjenal perkotaan setelah pelaksanaan penerapan metode enkuere soseal de kelas VII I SMP Negere 5 Bandung ?
D. TujuanBPenelitianB
Tujuan peneletean ene debuat dan delaksanakan adalah sesuae dengan rumusan masalah yang yang detentukan. Pertama penelete bertujuan untuk dapat mengedentefekasekan tahapan perencanaan pembelajaran IPS untuk membangun sekap empate seswa melalue metode enkuere soseal.
Tujuan peneletean berekutnya adalah untuk menganaleses dan melakukan verefekase proses ketercapaean penerapkan metode enkuere soseal dalam menbangun sekap empate seswa terhadap kaum marjenal perkotaan.
Sementara tujuan ketega adalah untuk mengetahue soluse yang solutef untuk mengatase kendala yang dehadape oleh guru dalam mengembangkan pembelajaran sekap empate khususnya sekap empate terhadap kaum marjenal perkotaan. B
E. ManfaatBPenelitianB
Manfaat dare peneletean ene dapat degunakan oleh beberapa pehak terkaet yakne guru, seswa, dan penelete. De bawah ene adalah manfaat peneletean tendakan kelas yang lakukan.B
a. Manfaat bage guru
1. Mengetahue permasalahan yang terjade de dalam kelas terutama permasalahan dare sege sekap peserta dedek terutama sekap empate peserta dedek terhadap kaum marjenal perkotaan.
2. Memperbaeke pendekatan, model, dan metode pembelajaran yang berbases pembentukan sekap empate seswa.
b. Manfaat bage seswa
1. Menengkatkan keefektefan proses pembelajaran bage seswa.
2. Membangun pendedekan berbases sekap pada seswa sesuae dengan tujuan pembelajaran kurekulum 2013 dan menceptakan seswa yang memeleke sekap empate terhadap kaum marjenal.
(29)
11
Indri Cahyani
MEMBANGUN SIKAP EMPATI TERHADAP KAUM MARJINAL PERKOTAAN MELALUI METODE INKUIRI SOSIAL DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4. Melateh seswa untuk dapat mengambel makna dan nelae-nelae soseal yang ada de seketar lengkungan masyarakat.
5. Membuat seswa peka akan permasalahan lengkungan soseal terutama kasus-kasus kemeskenan de seketarnya.
c. Manfaat bage Penelete
1. Mengengkatkan keterampelan membuat peneletean tendakan kelas. 2. Mendapatkan elmu untuk berprofese sebagae guru IPS secara langsung
de lapangan/ de kelas.
3. Penyelesaean stude S1 penelete de jurusan Pendedekan IPS.
F. StrukturBOrganisasiBPenelitianB
Sestemateka penulesan dalam penyusunan skrepse ene akan depaparkan melalue penjelasan berekut.
BAB I PENDAHULUAN
Bab ene penelete memaparkan mengenae perehal latar belakang peneletean, rumusan rumusan masalah peneletean, tujuan dan manfaat peneletean serta sestemateka penulesan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Bab ene membahas mengenae pemaparan konsep-konsep dan teore-teore pendukung peneletean ene. Konsep dan teore yang depaparkan yaetu tetang metode enkure soseal dalam rangka membangun sekap empate terhadap kaum marjenal perkotaan. Kaje pustaka ene yang deambel dare berbagae
literature, mulae dare buku, skrepse, theses, desertase, jurnal, artekel, dan pustaka-pustaka laen yang dapat depertanggungjawabkan kebenaran dan akurasenya.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ene memaparkan tahapan-tahapan peneletean yang delakukan penelete dalam upaya menyelesaekan peneletean. Tahapan yang dejelaskan dalam bab ene adalah demulae dare metode peneletean yang degunakan, tahap perseapan, prosedur pelaksanaan, analeses data yang mencangkup sumber data, teknek pengumpulan data dan alat pengumpul data.
(30)
12
Bab ene menghaderkan hasel data peneletean yang dedasarkan pada data nyata dan enformase yang berasal dare sumber-sumber leteratur yang kapabeletas dan dapat depertanggungjawabkan kebenarannya.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
Memaparkan gares besar dan sempulan atas hasel peneletean yang delakukan dan dehaselkan dare peneletean yang delakukan penelete sebagae jawaban atas rumusan masalah dalam peneletean. Dan juga dalam bab ene, penelete menuleskan saran-saran bage kesemua pehak yang terkaet dalam peneletean ene yaetu mulae dare guru, seswa, dan para pehak-pehak laen yang tertarek untuk membahasa hal yang sama dalam peneletean-peneletean laen.
B
(31)
51
Indri Cahyani
MEMBANGUN SIKAP EMPATI TERHADAP KAUM MARJINAL PERKOTAAN MELALUI METODE INKUIRI SOSIAL DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BABBIIIB
METODEBPENELITIANB
Pada bab III ini, peneliti akan memaparkan mengenai metode yang digunakan dalam penelitian. Penggunaan metode dalam penelitian ini disesuaikan dengan permasalahan yang ada di kelas VII-I SMP Negeri 5 Bandung. Dasar dari pemilihan metode dalam pelaksanaan penelitian ini adalah mengetahui jawaban yang ada pada rumusan masalah, sehingga dapat tercapainya tujuan penelitian dengan baik. Penggunaan metode penelitian yang tepat juga ditujukan untuk membantu peneliti sebagai pedoman dalam proses pelaksanaan penelitian, sehingga penelitian dapat berjalan dengan baik.
A.LatarBBPenelitianBB
1. DeskripsiBLokasiBPenelitianBB
BBBBBPenelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilakukan di kelas VII-I SMP Negeri 5 Bandung. SMP Negeri 5 Bandung berlokasi di Jalan Sumatra, SMP ini berada di lingkungan yang cukup ramai akan aktifitas lalu lintas. SMP Negeri 5 Bandung berada di kawasan pendidikan karena di sekitarnya juga terdapat SMP Negeri 2 Bandung, SMA Negeri 3 Bandung, bimbel Tridaya dan gedung utama bimbel Ganesa Operation. Ketiga sekolah yang letaknya di sekitar SMP Negeri 5 Bandung merupakan sekolah-sekolah yang tergolong dalam kluster 1 yakni golongan sekolah terbaik di Bandung bahkan di provisi Jawa Barat. B
2. DeskripsiBSubjekBPenelitianB
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII- I SMP Negeri 5 Bandung serta aktifitas pembelajaran IPS di kelas yang terdiri dari 29 orang peserta didik. Jumlah subjek berjenis kelamin perempuan berjumlah 15 orang dan jumlah subjek berjenis kelamin laki-laki berjumlah 14 orang.
(32)
52
DiagramB3.1 Klasifikasi Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin
Sedangkan objek dari penelitian ini adalah metode pembelajaran yang dilakukan dalam pembelajaran IPS. Metode yang akan diterapkan dalam materi pembelajaran IPS yakni metode inkuiri sosial. Metode tersebut dipilih atas diskusi bersama untuk mengatasi permasalahan yang terjadi di kelas.
B.DesainBPenelitianB
1. MetodeBPenelitianB
BBBBBMetode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas atau PTK (Classroot Action Research). Pada dasarnnya tujuan dari PTK menurut Kemmis, 1988 (dalam Sanjaya, 2012, hlm. 24) adalah suatu bentuk penelitian reflektif dan kolektif yang dilakukan oleh peneliti dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran praktik sosial.
Menurut Elliot, 1982 (dalam Sanjaya 2011, hlm. 44) mengemukakan bahwa penelitian tindakan sebagai kajian tentang situasi sosial dengan maksud untuk meningkatkan kualitas tindakan melalui proses diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan mempelajarai pengaruh yang ditimbulkanya.
Menurut Burn (dalam Sanjaya, 2011, hlm. 44) pengertian penelitian tindakan kelas, yakni menyatakan bahwa :
“Penelitian tindakan merupakan penerapan penemuan fakta pada pemecahan masalah dalam situasi sosial dengan pandangan untuk meningkatkan kualitas tindakan yang dilakukan di dalamnya, yang melibatkan kolaborasi dan kerjasama para peneliti, praktisi dan orang awam’.B
Pelaksanaan PTK (Penelitian Tindakan Kelas) memiliki beberapa model. Model penelitian digunakan sebagai bahan visualisasi dan dasar untuk melakukan tindakan dalam PTK. Model penelitian tersebut antara lain,
Subjek Penelitian
Laki-laki Perempuan(33)
53
Indri Cahyani
MEMBANGUN SIKAP EMPATI TERHADAP KAUM MARJINAL PERKOTAAN MELALUI METODE INKUIRI SOSIAL DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yakni model penelitian oleh Lewin yang ditafsirkan oleh Kemmis, revisi model Lewin menurut Elliott, model Kemmis dan Taggart (1988), model Ebbutt, dan model MacKernan (dalam Wiriaatmadja, 2012).
Penelitian tindakan kelas yang dipilih oleh peneliti sebagai model desain PTK adalah model Kemmis dan Taggart. Model Kemmis dan Taggart (dalam Wiriaatmadja) terdiri dari empat tahapan pelaksanaan yang digambarkan seperti berikut;
BaganB3.1BModel Kemmis dan Taggart (Hopkins, 1993, hlm. 48
dalam Wiriaatmadja)B
Berikut adalah pemaparan secara lengkap mengenai tahapan-tahapan penelitian tindakan kelas model Kemmis dan Taggart.
B 1.BPereneanaanB(planning)B
BBBBBProses perencanaan merupakan langkah awal penelitian tindakan kelas dengan model Kemmis dan Taggart. Menurut Sanjaya (2012, hlm. 40). proses perencanaan yang dilakukan peneliti berupa aktiftas tinjauan lapangan, diagnosis masalah, penentuan pemilihan penanganan masalah, pemilihan materi yang akan digunakan untuk penerapan metode, penentuan waktu pelaksanaan siklus penanganan
(34)
54
masalah, pencarian observer sebagai tenaga bantuan selama peneliti menerapkan tindakan, dan perencanaan instrumen-instrumen yang akan digunakan untuk mendukung proses tindakan. Di bawah ini pemaparan mengenai aktifitas yang dilakukan dalam proses perencanaan.B
a. AktifitasBPengamatanBLapanganB
BBBBBTinjauan lapangan ini dilakukan untuk melihat dan mempelajari kondisi awal proses pembelajaran yang ada di kelas. Tinjauan ini dilakukan selama hampir 3 minggu, terbilang dari akhir bulan Februari sampai pertengahan bulan Maret. Aktifitas yang peneliti tinjau adalah proses pembelajaran IPS yang mendukung terciptanya pembentukan aspek sikap terutama sikap empati siswa terhadap masyarakat sosial. Tinjauan pertama dilakukan ketika guru (guru pamong) sedang mengisi materi terkait isu kesenjagan sosial yang terjadi di masyarakat. Peneliti membuat catatan penilaian sikap yang nampak dari siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Aktifitas tersebut memberikan hasil yaitu data awal untuk melihat permasalahan utama yang terjadi selama proses pembelajaran.
Pertemuan berikutnya, peneliti turut berperan sebagai guru mata pelajaran. Selama proses pembelajaran, peneliti memberikan beberapa stimulus dan perangsang untuk melihat nilai sikap khususnya sikap empati yang mereka miliki. Peneliti memberikan tema-tema pembelajaran yang terkait dengan isu-isu kemiskinan sekitar mereka. Selain itu, peneliti juga mencoba beberapa metode pelajaran yang diterapkan selama proses pembelajaran sampai akhirnya menemukan metode pelajaran yang tepat.
b. DiagnosisBmasalahBB
BBBBBDiagnosis masalah didapatkan melalui tahapan pengamatan awal yakni tinjauan lapangan. Hasil dari aktifitas tinjauan lapangan adalah peneliti dapat melihat permasalahan yang ada di dalam pembelajaran IPS. Permasalahan yang ada di dalam penelitian
(35)
55
Indri Cahyani
MEMBANGUN SIKAP EMPATI TERHADAP KAUM MARJINAL PERKOTAAN MELALUI METODE INKUIRI SOSIAL DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tindakan kelas terdiri dari penerapan metode pembelajaran dan tujuan dari penerapan metode pembelajaranya. B
e. PenentuanBpemilihanBpenanganBmasalahB
BBBBBBerdasarkan permasalahan-permasalahan yang ditemukan dari aktifitas tinjauan lapangan dan yang telah dirangkum dalam diagnosis permasalahan, peneliti dibantu oleh guru pamong berdiskusi untuk menentukan metode apa yang tepat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan. Penentuan metode penangangan juga dibantu peran dosen pembimbing yang kerap memberikan masukan pemikirannya.
Selain berdiskusi dengan guru pamong dan dosen pembimbing, peneliti juga melakukan studi literatur dalam mencari metode apa yang tepat diterapkan.B
d. PenentuanBwaktuBdanBmateriBpelaksananBsiklusB
BBBBBPerencanaan penentuanBmateri pembelajaran mana yang menjadi materi pelajaran yang akan diterapkan tindakan akan sangat penting ketika akan dikaitkan dengan judul dalam penelitian ini. Kadangkala terdapat ketidak cocokan materi pelajaran dengan tujuan penelitian tindakan yang dilakukan. Oleh karena itu peneliti harus merencanakan pentuan materi-materi apa saja yang dapat disisipkan isu kemiskinan dalam masyarakat.
Materi yang diberikan penangan pembentukan sikap empati terhadap kaum marjinal adalah materi yang membahas mengenai kondisi sosial dan ekonomi masyarakat. Dan materi itu tepat ada ketika peneliti menerapkan PTK di kelas.
Alokasi waktu pelaksanaan PTK yang direncanakan oleh peneliti yaitu selama peneliti melakukan proses Program Pengalaman Lapangan (PPL) di sekolah.
Materi yang dapat digunakan oleh peneliti dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas adalah materi mengenai;B
(36)
56
b) Interaksi manusiaB
c) Keragaman sosial budaya masyarakat IndonesiaB
d) Dampak aktifitas manusia terhadap kehidupan sosial dan ekonomiB
Materi-materi yang dipaparkan di atas merupakan materi-materi yang dipilih peneliti untuk diterapkan metode pembelajaran yang ditentukan peneliti yaitu metode pembelajaran inkuiri sosial guna membangun sikap empati yang dimiliki siswa.B
e. Penearian observer penelitian
Observer penelitian dalam PTK bertugas untuk membantu peneliti mendeskripsikan proses pembelajaran ketika berlangsungnya penerapan metode pengangan dan juga membantu menilai kinerja peneliti dalam menerapkan metode. Observer dalam penelitian ini berasal dari rekan yang memiliki kemampuan atau bidang profesi kependidikan.
f. PembuatanBinstrumenByangBdiperlukanB
BBBBBInstrumen-instrumen yang dibuat terdiri dari perancangan matrik relevansi, rubrik penilaian sikap, indikator-indikator sikap empati dan skala sikap empati, lembar wawancara, lembar observasi guru, format penilaian guru, lembar penilaian sikap empati siswa dengan menggunakan media LKS dan angket.
Proses perancangan strategi yang berupa pertanyaan-pertanyaan yang akan ditujukan kepada siswa dan guru untuk mendapatkan informasi lengkap mengenai pelaksanaan pembelajaran. Pertanyaan-pertanyaan yang disusun harus bisa mendorong siswa untuk menjawab secara detail mendeskripsikan suasan belajar yang mereka alami. B
2.BTindakanB(action)B
BBBBBTahapan tindakan ini merupakan tahapan penerapan metode yang dipilih untuk penangan masalah. Pemaparan metode pembelajaran sudah tersusun rapi dalam Rancangan Proses Pembelajaran. Dalam
(37)
57
Indri Cahyani
MEMBANGUN SIKAP EMPATI TERHADAP KAUM MARJINAL PERKOTAAN MELALUI METODE INKUIRI SOSIAL DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
RPP juga sudah tercantum bentuk Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dibuat oleh peneliti dengan bimbingan dosen pembimbing skripsi menggunakan format yang mendukung proses pengukuran sikap empati siswa terhada kaum marjinal perkotaan. Metode yang menjadi tindakan penanganan adalah metode inkuiri sosial untuk membangun sikap empati terhadap kaum marjinal yang berekonomi miskin.B
Tindakan ini diterapkan selama waktu dan materi yang telah direncanakan di tahap perencanaan. Tindakan dalam penelitian ini terdiri dari beberapa siklus yang tiap siklusnya terdiri dari 2 sampai 4 Jam Pelajaran (JP).B
Proses pembelajaran dilakukan sesuai dengan metode inkuiri sosial yang dipilih peneliti. Proses pembelajaran terdiri dari kegiatan awal yang berupa apersepsi, kegiatan inti sesuai dengan metode inkuiri sosial yakni terdapat tahap orientasi materi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan observasi, menguji hipotesi, pemecahan masalah, dan merumuskan kesimpulan, setelah itu dilakukan lah kegiatan akhir berupa refleksi dan pemberian kesimpulan secara keseluruhan.B
Di tahap ini peran observer sangat diperlukan. Mereka bertugas mencatat secara detail proses pembelajaran di kelas dan menilai kinerja guru yang sedang menerapkan metode.B
Pelaksanan tindakan atau dengan kata lain siklus penangan (penerapan metode pengangan masalah) dilakukan sangat bergantung terhadap hasil yang didapat di setiap tindakan. Pelaksanaan tindakan akan selalu berjalan terus bilamana permasalahan di kelas masih ada. Hal tersebut membuat peneliti tidak bisa merencanakan jumlah tindakan atau siklus yang akan dilakukan.B
3.BPengamatanB(observing)B
Tahapan pengamatan merupakan kajian deskripsi dan analisis pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan. Dalam tahap ini catatan
(38)
58
dari para observer dijadikan salah satu data yang digunakan untuk menganalisis tindakan.B
Pengamatan ini menggunakan catatan-catatan mengenai apa saja yang terjadi selama proses pembelajaran dengan menggunakan tindakan yang sedang peneliti terapkan. Catatan-catatan tersebut berupa lembar observasi tindakan, rekaman audio maupun audio visual. Pelaksanaan pengamatan dan pelaksanaan tindakan harus dilakukan secara bersama, karena pelaksanaan tindakan lah yang sedang diamati. Catatan-catatan dari hasil pengamatan ini yang berupa data akurat menjadikan bahan untuk analisi tindakan yang berguna untuk menganalisis dan perbaikan tindakan dalam siklus berikutnya.B
Data yang dihasilkan dari tahap pengamatan ini berupa hasil dari metode yang diterapkan oleh peneliti. Data tersebut berupa ketercapaian tujuan penelitian dengan penggunaan metode pembelajaran yang digunakan. Maka dari itu, hasil data dari tahapan ini berguna untuk proses berikutnya yaitu refleksi.B
4.BRefleksiB(Reflection)B
Tahapan berikutnya adalah refleksi yakni, kegiatan mengemukakan atau menyampaikan kembali tindakan-tindakan yang telah dilakukan. Peneliti beserta observer mendiskusikan hasil dari pengamatan proses kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan berdasarkan dari instrumen pengamatan. Pengamatan yang dilakukan refleksi mulai dari deskripsi dan penilaian pelaksanan tindakan, hasil tindakan yang dalam penelitian ini berupa hasil perubahan sikap yang dimiliki siswa, dan aktifitas pembelajaran di kelas secara keseluruhan. Kelebihan yang terdapat dalam pembelajaran siklus pertama akan dijadikan acuan peneliti atau guru dalam melakukan siklus berikutnya, dan kekurangan yang masih terdapat dalam pembelajaran akan didiskusikan bersama cara penyelesaiannya, sehingga peneliti dapat menentukan perbaikan pembelajaran sebagai bahan menyusun tindakan pada siklus berikutnya. Setelah siklus pertama selesai, maka
(39)
59
Indri Cahyani
MEMBANGUN SIKAP EMPATI TERHADAP KAUM MARJINAL PERKOTAAN MELALUI METODE INKUIRI SOSIAL DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dilanjutkan ke siklus berikutnya hingga dirasa sudah mencapai tujuan pembelajaran dan tujuan penelitian. B
Tahapan refleksi ini juga merupakan tahapan penganalisisan hasil tindakan yang dilakukan dengan teori-teori terkait yang digunakan oleh peneliti. Dengan demikian peneliti melihat keterhubungan antara teori-teori yang digunakan dengan kondisi nyata melalui proses tindakan kelas yang diterapkan. B
Pada dasarnya proses ini bertujuan untuk proses penganalisisan data tindakan yang terjadi dan proses mengemukakan kembali tindakan-tindakan yang telah diterapkan dalam PTK. B
C.VerifikasiBKonsepBBB
Verifikasi konsep merupakan rumusan setiap variable dalam penelitian ini. Di bawah ini peneliti memaparkan definisi-definisi dari variabel judul penelitian.B
a. Membangun Sikap Empati
Purwanto (dalam Murniarti, 2011, hlm. 35) menyatakan sikap merupakan suatu cara bereaksi terhadap perangsang dengan cara tertentu terhadap situasi yang dihadapi. Dalam hal ini, seseorang memiliki keyakinanan terhadap objek yang disertai dengan perasaan sehingga akan memberi alasan sebagai dasar dalam berbuat atau memberikan respon terhadap keadaan tertentu.
Sedangkan pengertian empati disampaikan oleh Kohut 199D (dalam Taufik, 2011, hlm. 40) empati yakni suatu proses dimana seseorang berfikir mengenai kondisi orang lain yang seakan-akan dia berada pada posisi orang lain itu. Selanjutnya empati juga dikatakan sebagai kemampuan berfikir objektif tentang kehidupan terdalam orang lain.
Selain secara definisi secara harfiah tersebut, empati juga dapat dikatagorikan beragam seperti social insight, interpersonal judgetent, social cognition, judgetent of etotions, person perception, judge of personality, and interpersonal sensitivy. Artinya wawasan sosial, penilaian interpersonal, kognisi sosial, penghakiman emosi, persepsi
(40)
60
orang, pendapat pribadi, dan kepekaan antar pribadi (Parson dalam Taufik, 2011, hlm. 41).
Indikator yang digunakan dalam penelitian untuk melihat keberhasilan sikap empati siswa terhadap kaum marjinal perkotaan yang diadaptasi dari skala sikap Quintana (1999) dan teori sikap empati Schiller dan Bryan (2002) adalah sebagai berikut.
B B BB TabelB3.1BIndikator Sikap Empati Terhadap Kaum Marjinal
Perkotaan
IndikatorB1B Terdapat kesadaran mengenai masyarakat marjinal dalam
konteks kehidupan miskin yang kaum marjinal alami. Namun siswa belum mampu membedakan perbedaan yang ada. Siswa belum mampu mendeskripsikan perbedaan kemampuan dan kebutuhan masyarakat marjinal (miskin).
IndikatorB2B Siswa memahami hal yang terkait kehidupan kaum miskin
yang termarjinalkan. Namun masih dalam konteks yang secara umum hanya terbatas informasi dari media yang ada. Kemampuan siswa hanya sebatas mengetahui kondisi kaum marjinal secara umum.
IndikatorB3B Siswa sudah mulai terdapat kesadaran pada aspek-aspek kecil yang berhubungan secara tidak langsung dengan masyarakat marjinal. Hal ini terdapat sub indikator, yakni:
a. Siswa mulai mampu memahami perbedaan kebutuhan dan keinginan antara siswa dengan kaum marjinal.
b. Siswa mulai mampu mendeskripsikan kehidupan sehari-hari kaum marjinal.
IndikatorB4B Siswa sudah memiliki kesadaran mengenai dampak
kondisi kehidupan kaum marjinal yang tergolong dalam kondisi ekonomi miskin.
(41)
61
Indri Cahyani
MEMBANGUN SIKAP EMPATI TERHADAP KAUM MARJINAL PERKOTAAN MELALUI METODE INKUIRI SOSIAL DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dan sudah terbentuk pribadinya yang memahami secara utuh kondisi kehidupan kaum marjinal karena sudah merasakan apa yang dirasakan kaum marjinal dalam konteks dirinya.
IndikatorB6B Siswa memiliki pemikiran untuk menyelesaikan
permasalahan bagi kaum marjinal. Siswa sudah mempunyai pemecahan masalah yang relevan dengan kondisinya.
IndikatorB7B Siswa sudah dapat bersikap dengan bertindak untuk
memecahkan masalah kaum marjinal perkotaan. Siswa sudah dapat bertindak membantu kaum marjinal sesuai dengan kemampuan dirinya.
b. Kaum Marjinal Perkotaan
Marjinal berasal dari bahasa inggris 'Marginal' yang berarti tipis dan jumlah atau efek yang sangat kecil. Sehingga dapat diartikan bahwa kaum marjinal adalah suatu kelompok yang jumlahnya minoritas dari suatu golongan masyarakat atau dapat juga diartikan sebagai kelompok pra-sejahtera. Menurut Mandel, 1980, marjinal juga identik dengan masyarakat kecil atau kaum yang terpinggirkan (dalam Wikipedia).
Berdasarkan diskusi dalam proses bimbingan skripsi oleh pembimbing II pada tanggal 10 April 2014, menghasilkan pemaparan bahwa kaum marjinal juga dapat dikatakan sebagai kelompok yang memiliki akses kesejahteraan paling kecil dan cenderung termasuk golongan masyarakat yang terdapat di garis paling ujung kemampuan harapan hidup layak.
c. Metode Inkuiri sosial
Banks, 1985 (dalam Darsono, 2008, hlm. 40), inkuiri sosial merupakan model pembelajaran yang berorientasi pada pengalaman siswa. Melalui inkuiri sosial maka sekolah akan mudah membantu mengembangkan diri khususnya dalam afektif siswa sebagai pertanggung jawabnya. Selain itu dengan inkuiri sosial yang
(42)
62
berorientasi kepada proses dan hasil belajar siswa, akan memotivasi siswa untuk aktif mencari dan mendapatkan pengetahuan. Serta, proses belajar lebih penting dibandingkan dengan hasill belajar. Proses belajar untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman digunakan oleh siswa untuk memperoleh fakta-fakta, konsep-konsep dan generalisasi yang dibutuhkan untuk membuat keputusan
d. Pembelajaran IPS
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SMP/MTs mata pelajaran IPS memuat materi sosiologi, ekonomi, dan geografi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan (BSNP, 2006, hlm. 159).
D.InstrumenBPenelitianB
Instrumen penelitian dalam PTK ini yang pertama ialah peneliti sendiri yang berperan penting dalam penelitian ini. Hal tersebut karena peneliti lah yang membuat keseluruhan materi-materi penyelesaian masalah yang terjadi di kelas penelitian. Memang pada mulanya peneliti hanya sebagai observer keadaan kelas, namun saat pelakasanaan tindakan, peneliti lah yang berperan sebagai instrumen penelitian yang peneliti lakukan atau lebih sering disebut dengan istilah hutan instrutent.
Selain peneliti sebagai instrumen penelitian, PTK juga memerlukan perangkat instrumen penelitian lainyaang dibutuhkan mulai dari tahap observasi awal sampai pelaksanaan tindakan yang digunakan antara lain yaitu;B
(43)
63
Indri Cahyani
MEMBANGUN SIKAP EMPATI TERHADAP KAUM MARJINAL PERKOTAAN MELALUI METODE INKUIRI SOSIAL DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
a. LembarBobservasiBpraBtindakanB
Lembar observasi merupakan alat pengamatan dan pencatatan langsung atau tidak langusng terhadap objek yang sedang diteliti dengan menggunakan alat-alat seperti daftar isian, daftar pertanyaan, checking list, dan sebagainya yang cara pengisiannya diisi oleh pengamat sendiri (Rosyani, 2008, hlm. 61).
Lembar observasi awal ini menuliskan proses pembelajaran dalam kelas VII I saat pertama kali peneliti melakukan observasi (observasi awal). Data yang ada di dalam lembar obserasi awal ini berisi apa saja yang dilakukan oleh guru dalam menggunakan waktu kegiatan pembelajaran di kelasnya.
b. CatatanBwawanearaB
Proses ini termasuk kedalam data komunikasi nyata baik dari segi peserta didik sebagai narasumber dan dari segi guru sebagai narasumbernya. Proses wawancara ini dilakukan langsung kepada narasumber peneliti di luar jam pelajaran sekolah.
e. LembarBobservasiBaktivitasBguruB
Dalam lembar observasi aktivitas guru, terkandung unsur-unsur proses pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri sosial. Indikator-indikator pelaksanan metode inkuiri sosial masuk kedalam penilaian untuk tahap orientasi, tahap kegiatan inti, tahap evaluasi, dan tahap kegiatan akhir.
e. RubrikBPenilaianBLKSB(LembarBKerjaBSiswa)B
Rubrik penilaian sikap digunakan untuk melihat dan mengetahui sejauh mana perkembangan kondisi sikap empati siswa terhadap kau marjinal perkotaan. Rubrik penilaian ini terdiri dari indikator-indikator sikap empati yang telah disusun sebelumnya. Berikut merupakan tabel rubrik sikap empati siswa terhadap kaum marjinal perkotaan.B
B B
(44)
64
TabelB3.2 Rubrik Penilaian LKS untuk Sikap Empati Terhadap Kaum Marjinal Perkotaan
NoB IndikatorB PerolehanBnilaiB SBB SkorBnilaiB4B BB SkorBnilaiB3B CB SkorBnilaiB2B KB SkorBnilaiB1BB
1. Terdapat kesadaran mengenai masyarakat marjinal dalam konteks kehidupan miskin yang mereka alami. Namun, siswa belum mampu mendeskripsik an secara utuh perbedaan kemampuan dan kebutuhan masyarakat majinal (miskin). Siswa mengetahui secara utuh bahwa di lingkungan sekitarnya terdapat masyarakat yang mengalami kehidupan miskin dan termarjinalk an dan mengetahui bahwa kehidupan yang mereka jalani adalah kehidupan yang tidak layak. Siswa mulai bisa melihat bahwa masyarakat marjinal ada di sekitar mereka dan berkehidupan bersama mereka. Siswa sadar bahwa terdapat masyarakat yang termarjinalka n ada di Indonesia, namun siswa belum sadar bahwa masyarakat marjinal itu ada di sekitar siswa. Mereka hanya mengetahui masyarakat marjinal adalah masyarakat miskin di provinsi tertentu. Siswa hanya mengetahui jika kehidupan masyarakat Indonesia secara luas sama halnya dengan kehidupan yang mereka jalankan yakni hanya terdapat kehidupan-kehidupan yang semua pemenuhan kebutuhann ya terpenuhi.
(45)
65
Indri Cahyani
MEMBANGUN SIKAP EMPATI TERHADAP KAUM MARJINAL PERKOTAAN MELALUI METODE INKUIRI SOSIAL DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Siswa
memahami hal yang terkait kehidupan kaum miskin yang termarjinalkan. Dan siswa sudah dapat mengklasifikas ikan bentuk kehidupan masyarakat marjinal secara luas. Siswa dapat menyebutka n klasifikasi kehidupan masyarakat marjinal yang miskin secara luas dalam aspek ekonomi, sosial dan budaya. Siswa sudah mulai secara utuh dapat mengklasifik asikan kehidupan masyarakat marjinal dari 2 aspek yakni ekonomi dengan sosial, atau ekonomi dengan budaya, ataupun sebaliknya. Siswa sudah mulai dapat melihat dan dapat mengklasifik asikan masyarakat marjinal dalam satu aspek. Misalnya hanya dapat melihat dari segi ekonominya saja Siswa belum dapat menyebutka n klasifikasi masyarakat marjinal yang berekonomi miskin yang ada di sekitarnya.
3. Siswa sudah mulai terdapat kesadaran pada aspek-aspek kecil yang
berhubungan secara tidak langsung dengan masyarakat marjinal. Hal ini terdapat sub indikator,
Siswa sudah dapat melihat aspek-aspek kecil (jumlah pendapatan dan pekerjaan, menu makanan, kondisi rumah, ) yang ada di
Siswa sudah cukup menyadari bahwa terdapat perbedaan kebutuhan antara masyarakat marjinal dan masyarakat secara umum, namun belum siswa sudah mengetahui terdapat hal – hal yang berbeda antar masyarakat marjinal dan mayarakat secara umum, tapi siswa belum bisa menerangkan nya secara jelas. Siswa belum dapat melihat aspek-aspek kecil seperti jumlah pendapatan dan pekerjaan, menu makanan, kondisi rumah secara
(46)
66
yakni:
Siswa mulai mampu
memahami perbedaan kebutuhan dan keinginan antara siswa dengan kaum marjinal. Dan Siswa mulai mampu mendeskripsik an kehidupan sehari-hari kaum marjinal. masyarakat marjinal secara utuh dan sudah dapat menyatakan bahwa perbedaan itu merupakan suatu masalah. Siswa mengetahui dan menyadari bahwa kebutuhan dan keinginan kaum marjinal berbeda dengan keinginan yang siswa miliki. Siswa sudah dapat mengklasifi kasikan bisa menyadari dan merasakan bahwa perbedaan itu merupakan suatu permasalahan . detail.
(47)
67
Indri Cahyani
MEMBANGUN SIKAP EMPATI TERHADAP KAUM MARJINAL PERKOTAAN MELALUI METODE INKUIRI SOSIAL DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu bentuk –
bentuk kehidupan sehari – hari masyarakat marjinal. Dan siswa sudah merasakan bahwa perbedaan tersebut merupakan suatu masalah. 4. Siswa sudah
memiliki kesadaran mengenai dampak kondisi kehidupan kaum marjinal yang tergolong dalam kondisi ekonomi miskin. Siswa sudah menyadari sutuhnya dan merasakan dampak negatif dari segi eknomi, sosial, dan budaya kehidupan yang dijalani oleh kaum marjinal. Siswa sudah menyadari dan merasakan dampak dari sebagian aspek ekonomi, sosial, dan budaya yang terbilang negatif dari kehidupan masyarakat marjinal. Siswa sudah mulai mengetahui bahwa kehidupan masyarakat marjinal penuh dengan resiko negatif, namun siswa tidak mengetahui apa saja yang menjadi damapk Siswa tidak mengetahui bahkan merasakan apa yang menjadi dampak negatif dari kehidupan masyarakat marjinal.
(1)
79
Indri Cahyani
MEMBANGUN SIKAP EMPATI TERHADAP KAUM MARJINAL PERKOTAAN MELALUI METODE INKUIRI SOSIAL DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kriteria interval nilai akhir setelah pengolahan berdasarkan rubrik penilaian yakni yang digunakan untuk menilai hasil pengerjaan LKS siswa adalah kriteria interval nilai dari sistem penilaian kurikulum 2013. Kriteria tersebut yakni sebagai berikut.
TabelBB3.4BInterval NilaiB
IntervalBNilaiB PredikatB
< 1,66 K (Kurang)
1,66 – 2,65 C (Cukup)
2,66 – 3,65 B (Baik)
>3,65 SB (Sangat Baik)
B
e) HasilB observasiB aktivitasB guruB berdasarkanB pengamatanB observerB
Analisis data aktivitas guru berdasarkan pengamatan observer dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut.
B B B B B B B B B B
B B B B
Setelah dihitung kemudian hasilnya diklasifikasikan sesuai dengan klasifikasi, klasifikasi tersebut yakni sebagai berikut (Komalasari, 2011, hlm. 156):
TabelB3.5 Klasifikasi Nilai Aktivitas Guru
RentangBskorB KatagoriBB
66,68% - 100% Baik
33,34% - 66,6D% Cukup
<33,3% Kurang
B
b. TeknikBanalisisBdataBkualitatifB
Prosedur-prosedur dalam teknik analisis data kualitatif adalah sebagai berikut.
a. Reduksi data
PersentaseBaktivitasBguruB B=B BPerolehanBskorBB ×B100%B SeluruhBaktivitasBB
(2)
80
Indri Cahyani
MEMBANGUN SIKAP EMPATI TERHADAP KAUM MARJINAL PERKOTAAN MELALUI METODE INKUIRI SOSIAL DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Reduksi data dilakukan untuk mempermudah dalam pemahaman data yang telah terkumpul dari hasil catatan lapangan. Penelitian ini melakukan proses reduksi data pada aspek sikap empati siswa terhadap kaum marjinal perkotaan.
b. Display (penyajian data)
Penyajian data yang telah direduksi berupa tabel, grafik, diagram maupun matriks guna untuk melihat gambaran data yang diperoleh secara keseluruhan atau bagian-bagian tertentu. Data yang disajikan berupa data yang jelas, singkat, terperinci dan menyeluruh. Hal tersebut ditujukan untuk mempermudah memahami gambaran terhadap bagian-bagian yang diteliti. Penyajian data juga berupa deskripsi secara uraian yang jelas.
c. Pengambilan kesimpulan dan verifikasi
Teknis analisis ini ditujukan untuk memberi makna dan penjelasan terhadap data yang dikumpulkan dengan mengutamakan informasi dan data yang penting. Berikutnya dilakukan tahapan verifikasi selama proses penelitian guna untuk memdapatkan kesimpulan.
d. Validasi data
Pernyataan Hopkins, 1993 (dalam Wiraatmadja 2012, hlm. 168) untuk menguji derajat keterpercayaan atau derajat kebenaran suatu penelitian, ada beberapa bentuk validasi yang dapat dilakukan dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Bentuk-bentuk validasi tersebut juga peneliti akan gunakan dalam menganalisis data dalam penelitian tindakan kelas ini. Bentuk validasi tersebut adalah: 1. Triangulasi data
Susan Stanback, 1988 (dalam Permana, 2006) menyatakan bahwa tujuan dari triangulasi bukan untuk mencari kebenaran tentang beberapa fenomena, tetapi lebih pada peningkatan pemahaman peneliti terhadap apa yang telah ditemukan.
(3)
81
Indri Cahyani
MEMBANGUN SIKAP EMPATI TERHADAP KAUM MARJINAL PERKOTAAN MELALUI METODE INKUIRI SOSIAL DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Menurut Elliot (dalam Wiriatmadja, 2005, hlm. 168) triangulasi dilakukan berdasarkan tiga sudut pandang, yakni sudut pandang guru, siswa, dan yang melakukan pengamatan atau observasi (peneliti).
2. Metber Check
Metber Check adalah proses memeriksa kembali keterangan-keterangan atau informasi data yang diperoleh selama observasi atau wawancara dari narasumber, apakah keterangan atau informasi, atau penjelasan ini tetap sifatnya atau tidak berubah sehingga ddidapatkan keajegannya, dan data itu terperiksa kebenaranya (Wiriatmadja, 2005, hlm. 168).
3. Audit Trial
Audit trial yakni mengecek kebenaran hasil penelitian dan kebenaran prosedur dan metode pengumpulan data dengan cara mengkonfirmasi buku-buku temuan dan dicek kesahihannya pada sumber data pertama guru dan siswa (Wiriatmadja, 2005, hlm. 168).
4. Expert Opinion
Expert opinion merupakan penggunaan istilah yang jika dimasukan ke dalam Bahasa Indonesia merupakan pendapat para ahli. Pendapat para ahli ini dilakukan dengan cara pengecekan data terakhir terhadap validnya temuan peneliti pada pakar profesional. Kegiatan ini dilakukan melalui proses konsultasi kepada pembimbing sampai validasi data yang diperoleh agar dapat dipertanggung jawabkan (Wiriatmadja, 2005, hlm. 168).
(4)
Indri Cahyani
MEMBANGUN SIKAP EMPATI TERHADAP KAUM MARJINAL PERKOTAAN MELALUI METODE INKUIRI SOSIAL DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zaenal. (2009). “Penelitian Pendidikan: Metode dan Paradigma Baru”.
Bandung: PT. Remjaja Rosdakarya.
Effendi, Ridwan., dkk. (2009). “Pengembangan Pendidikan IPS SD”.Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Kunandar.(2008). “LangkaM MudaM Penelitian Tindakan Kelas Sebagai
Pengembangan Profesi Guru”.Depok: PT. Rajagrafindo Persada.
Arikunto, Suharsimi dan Jabar, Cepi S.A. 2009. “Evaluasi Program Pendidikan”.
Jakarta: Bumi Akara
Wiriatmadja, Rochiati. (2009). “Metode Penelitian Tindakan Kelas”. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Zainul, A. (2001). Alternative Assesment. Jakarta: PAU-PPAI-UT
Zainul, Asmawi dan Nasution, Noehi. (2001). “Penilaian Hasil Belaja”r. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Ruhimat, Toto. (2009). “Kurikulum Pembelajaran”. Jurusan Kurikulum Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.
Sapriya.(2012). “Pendidikan IPS”.Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Basrowi & Suwandi. (2008). “MemaMami Penelitian Kualitatif”. Jakarta: Rineka Cipta.
Effendi, Ridwan., dkk. (2009). “Pengembangan Pendidikan IPS SD”. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Hamalik, Oemar. (2010). “Kurikulum dan Pembelajaran”. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Hasan, S.H. (1996). “Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial”. Jakarta: Depdikbud
Hopkins, David. (2011). “A TeacMer’s Guide to Classroom ResearcM”. New York: Two Pen Plaza. Diterjemahkan Oleh: Fawaid, Achmad. (2011). Panduan Guru: Penelitian Tindakan Kelas Edisi Ke empat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Komalasari, Kokom. (2011). “Pembelajaran Kontekstual”. Bandung: PT Refika Aditama
Kunandar. (2008). “LangkaM MudaM Penelitian Tindakan Kelas Sebagai
Pengembangan Profesi Guru”. Depok: PT. Rajagrafindo Persada.
Ruhimat, Toto. (2009). “Kurikulum Pembelajaran”. Jurusan Kurikulum Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia
Sanjaya, Wina. (2009). “Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan”. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Sapriya. (2012). “Pendidikan IPS”. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Setiadi, Elly M., Usman Kolip. (2011). “Pengantar Sosiologi : PemaMaman Fakta dan Gejala PermasalaMan Sosial: Teori, Aplikasi dan PemecaMannya”.
Jakarta: Kencana Predana Media Group
Wignjosoebroto, Soetandyo. (2013). “Hukum dalam Masyarakat”. Yogyakarta: Graha Ilmu
(5)
Indri Cahyani
MEMBANGUN SIKAP EMPATI TERHADAP KAUM MARJINAL PERKOTAAN MELALUI METODE INKUIRI SOSIAL DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Wijaya. (1996). Pendidikan Remedial Sarana Pengembangan Mutu Sumber Daya
Manusia. Bandung: PT. Rosda Karya
Wiriatmadja, Rochiati. (2009). “Metode Penelitian Tindakan Kelas”.Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Suharto, Edi. (2009). “Kemiskinan dan Perlindungan Sosial di Indonesia”. Bandung: PT. Alfabeta.
Borba, Michele. (2008).”Membangun Kecerdasan Moral”.Jakarta: PT. Gramedia. Taufik. (2011). “ Empati Penedekatan Psikologi Sosial”. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Maxwel, John. (2013).”Menjadi Pribadi Yang BerpengaruM, Becoming A Person Of Influence”. Jakarta: PT. Menuju Insan Cemerlang.
Adisusilo, Jr. Sutarjo. (2012). “Pembelajaran Nilai-Karakter”. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Darsono. (2012). “Evaluasi Pendidikan”. Jakarta: Rineka Cipta
Suprihatiningrum, Jamil. (2012) “Strategi Pembelajaran”. Jogjakarta: PT. Ar-Ruzz Media.
Suyadi. (2012). “Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter”. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Supriatna, Tjahya. (2000). “Strategi Pembangunan dan Kemiskinan”. Jakarta: Asdi Mahasatya.
Wiyanarti, Erlina. (2011). “Pendidikan IPS Untuk Pengembangan Kesadaran Empati: Studi Pengembangan Model Pembelajaran IPS Kelas 5 SD Bandung”. Disertasi UPI. Tidak diterbitkan.
Murniarti, Baqi. (2011). “PengaruM Pendekatan Analisis Nilai Dalam Pembelajaran IPS TerMadap Sikap Kepedulian Sosial Peserta Didik: Studi Eksperimen Kuasi Pada Siswa Kelas VIII SMPN 1 Prayu Barat di Kabupaten Lombok TengaM”. Tesis UPI. Tidak diterbitkan.
Mawardi. (2012). “Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Melalui Diskusi Moral Dalam Pengembangan Empati dan Peduli: Studi Kuasi Eksperimental Di SMA MuMammadiyaM 2 Pontianak”. Disertasi UPI. Tidak diterbitkan.
Sakroni. (2011). “Pengembangan Model PelatiMan Kecakapan Hidup Untuk Kemandirian Kelompok Remaja di Masyarakat Miskin Perkotaan: Studi Di Rw. 01 Kelurahan Cigadug Bandung”. Disertasi UPI. Tidak diterbitkan.
Permana, Jaka (2010). “Penerapan metode pembelajaran berbasis masalaM sosial dalam meningkatkan kemampuan berfikir kritis dan kepekaan sosial. Studi eksperimen kuasi penerapan metode pembelajaran berbasis masalaM
dalam pembelajaran IPS di kelas V SDN Tikukur”. Thesis Pada
Pascasarjana UPI: Tidak Diterbitkan.
Rahmawati, Nita Dyah. 2013. “Implementasi Model Controversial Issues terMadap Pembelajaran IPS dalam MenumbuMkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa”. Skripsi pada Prodi Pendidikan IPS. UPI: Tidak Diterbitkan. Syawie, Muhammad. (2011). “Kemiskinan dan Kesenjangan Sosial”. Jurnal
(6)
Indri Cahyani
MEMBANGUN SIKAP EMPATI TERHADAP KAUM MARJINAL PERKOTAAN MELALUI METODE INKUIRI SOSIAL DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/21f67d035eb50eff518309e438be4c8b.p df. diakses pada tanggal 26 Januari 2014