PERANAN KEPALA DESA DALAM MENINGKATKAN KESADARAN HUKUM WAJIB PAJAK UNTUK MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB) :Studi Deskriptif di Desa Padaringan Kecamatan Purwadadi Kabupaten Ciamis:.

(1)

BANGUNAN (PBB)

(Studi Deskriptif di Desa Padaringan Kecamatan Purwadadi Kabupaten Ciamis)

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

Oleh:

Bily Angga Gustian 0803078

JURUSAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014


(2)

PERANAN KEPALA DESA DALAM MENINGKATKAN

KESADARAN HUKUM WAJIB PAJAK UNTUK MEMBAYAR

PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB)

(Studi Deskriptif Di Desa Padaringan Kecamatan Purwadadi Kabupaten Ciamis)

Oleh

Bily Angga Gustian

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Imu Pegetahuan Sosial

© Bily Angga Gustian 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

April 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis


(3)

Panitia Ujian Terdiri Dari : 1. Ketua :

Prof. Dr. Karim Suryadi, M.Si

NIP. 19700814 199402 1 001 2. Sekretaris :

Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed NIP. 19630820 198803 1 001 3. Penguji :

3.1

Drs. Rahmat, M.Si

NIP. 19580915 198603 1 003 3.2

Dr. Muhammad Halimi, M.Pd. NIP. 19580605 198803 1 001

3.3

Dr, Prayoga Bestari, M.si NIP. 19750414 200501 1 001


(4)

LEMBAR PENGESAHAN Skripsi

PERANAN KEPALA DESA DALAM MENINGKATKAN KESADARAN HUKUM WAJIB PAJAK UNTUK MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN

BANGUNAN (PBB)

(Studi Deskriptif di Desa Padaringan Kecamatan Purwadadi Kabupaten Ciamis)

Oleh :

BILY ANGGA GUSTIAN 0803078

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH : Pembimbing I

Dr. H. Dadang Sundawa., M.Pd NIP. 19600515 198803 1 002

Pembimbing II

Drs. Djaenudin Harun, SH. MS NIP. 13025664400

Mengetahui:

Ketua Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Universitas Pendidikan Indonesia

Prof. Dr. H. Sapriya, M,Ed NIP. 19630802 198803 1 001


(5)

Bily Angga Gustian, 2014

Peranan Kepala Desa Dalam Meningkatkan KEsadaran Hukum Wajib Pajak untuk Membayar Bumi dan Bangunan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

Bily Angga Gustian (0803078): PERANAN KEPALA DESA DALAM MENINGKATKAN KESADARAN HUKUM WAJIB PAJAK UNTUK MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB). (Studi Deskriptif di Desa Padaringan Kecamatan Purwadadi Kabupaten Ciamis)

Dikeluarkannya UU No 12 Tahun 1994 tentang PBB bertujuan agar masyarakat wajib pajak lebih taat pada hukum dalam membayar PBB. Namun dalam realita yang terjadi di masyarakat, masih banyak masyarakat wajib pajak yang tidak taat pada peraturan PBB. Lebih dari itu, beberapa masyarakat wajib pajak yang masih kurang memahami atau mengetahui manfaat adanya UU No 12 Tahun 1994 tentang PBB. Untuk itu diperlukan adanya tindakan-tindakan dari kepala desa supaya para wajib pajak dapat sadar atau taat dalam pembayaran PBB, salah satunya merupakan kegiatan sosialisasi mengenai UU tersebut agar wajib pajak mengetahui dan memahami dengan adanya UU tersebut. Maka dari permasalahan tersebut penulis mengkaji akan hal tersebut dengan masalah-masalah sebagai berikut: 1). Bagimana kepala desa dalam menangani wajib pajak yang berada diluar wilayahnya? 2). Bagaimana upaya kepala desa dalam melakukan sosialisasi kepada wajib pajak untuk meningkatkan kesadaran hukum dalam membayar PBB? 3). Bagaimana respon wajib pajak dalam menanggapi ajakan kepala desa untuk membayar PBB? 4). Bagaimana pengaruh status sosial ekonomi dapat meningkatkan kesadaran hukum wajib pajak dalam membayar PBB? 5). Hambatan apa saja yang dialami kepala desa dalam rangka meningkatkan kesadaran hukum wajib pajak dalam membayar PBB? Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, dengan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah; observasi, wawancara, studi literature dan studi dokumentasi. Subjek dalam penelitian ini adalah aparat desa dan masyarakat wajib pajak. Berdasarkan hasil analisis dari penelitian ini, diperoleh data bahwa usaha yang dilakukan kepala desa tidak terlalu berpengaruh dalam upaya meningkatkan kesadaran hukum wajib pajak untuk membayar PBB di Desa Padaringan Kecamatan Purwadadi Kabupaten Ciamis. Sebab, data pelanggaran yang terjadi pada tahun 2009 tidak mengalami perubahan hingga tahun 2010. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya: kurang tegasnya sanksi yang diberikan oleh aparat desa terhadap wajib pajak yang melanggar UU Nomor 12 Tahun 1994 tentang PBB, tidak adanya sosialisasi khusus yang dilakukan oleh aparat desa tentang PBB, rendahnya frekuensi sosialisasi PBB yang dilakukan aparat desa, sehingga tidak bisa menyentuh seluruh lapisan wajib pajak. Saran peneliti bagi aparat desa ialah diperlukan kerjasama yang baik dengan lembaga yang terkait dan perlu diadakan sosialisasi khusus, Selanjutnya, bagi wajib pajak diharapkan dapat menunaikan kewajibannya tepat pada waktu. Sebagai cerminan warga Negara yang baik dan patuh aturan.

Kata Kunci: Peranan Kepala Desa, Meningkatkan Kesadaran Hukum, Wajib Pajak, Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).


(6)

Bily Angga Gustian, 2014

Peranan Kepala Desa Dalam Meningkatkan KEsadaran Hukum Wajib Pajak untuk Membayar Bumi dan Bangunan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

Bily Angga Gustian (0803078): THE LEADING ROLE MINISTER TO INCREASE LAW AWARENESS FOR PAID THE PROPRTY TAX. (Description study in Padaringan Village Purwadadi subdistrict Ciamis)

The issuance of Law No. 12 of 1994 concerning property tax aims to tax payers more obedient to the law in paying property tax. But in reality that is happening in the community, there are many tax payers who do not obey the rules of property tax. But in reality that is happening in the community, there are many tax payers who do not obey the rules property tax. Moreover, some tax payers who still do not understand or know the benefits of the Law No. 12 Year 1994 on property tax. It required the actions of the head of the village so that the taxpayer may consciously or obedient in property tax payments, one of which is the socialization of the law so that taxpayers know and understand the existence of these laws. Thus the problem that the author will examine the following issues: 1). Bagimana village head in dealing with taxpayers who are outside the territory? 2). How efforts to socialize the village head to the taxpayer to increase awareness of the law in paying property taxes? 3). How taxpayer response in response to an invitation to pay the village head of property tax? 4). How does the influence of socioeconomic status may increase the legal awareness of the taxpayer to pay property tax? 5). Barriers experienced any village heads in order to increase legal awareness taxpayer in paying property taxes? The method used in this study is descriptive, the data collection techniques used are: observation, interviews, literature study and study documentation. Subjects in this study were village officials and tax payers. Based on the analysis of this study, data showed that the work done is not very influential village leaders in an effort to raise awareness of legal taxpayers to pay property tax in the District of Purwadadi Regency Village Padaringan ciamis. Therefore , the data breaches that occurred in 2009 did not change until 2010 . This is caused by several factors , including : lack of traction on the sanctions provided by the village officials to taxpayers who violate the law No. 12 of 1994 concerning property tax , no specific socialization conducted by village officials about the property tax , low frequency of the socialization of property tax officials who conducted the village , so it can not touch all levels of the taxpayer. Suggestions researchers for village officials is needed good cooperation with relevant institutions and the need to hold a special socialization , then , the taxpayer is expected to fulfill its obligations on time . As a reflection of the good citizen and obedient aturan.Berdasarkan analytical results of this study , data showed that the work done is not very influential village leaders in an effort to raise awareness of legal taxpayers to pay property tax in the District of Purwadadi Regency Village Padaringan ciamis.

Keywords: Role of Village Head, Legal Awareness, Taxpayers, land and building tax.


(7)

Bily Angga Gustian, 2014

Peranan Kepala Desa Dalam Meningkatkan KEsadaran Hukum Wajib Pajak untuk Membayar Bumi dan Bangunan


(8)

Bily Angga Gustian, 2014

Peranan Kepala Desa Dalam Meningkatkan KEsadaran Hukum Wajib Pajak untuk Membayar Bumi dan Bangunan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN PENULIS ...i

LEMBAR HAK CIPTA ...ii

ABSTRAK ...iii

ABSTRACT ...iv

KATA PENGANTAR ...v

UCAPAN TERIMA KASIH ...vi

DAFTAR ISI ...x

DAFTAR TABEL ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Fokus Penelitian ...8

C. Rumusan Masalah ...8

D. Tujuan Penelitian ...9

E. Manfaat Penelitian ...10

F. Penjelasan Istilah...10

G. Metode Penelitian ...12

H. Lokasi dan Jadwal Penelitian ...14

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Tentang Kepala Desa ...16

1. .. Pengertian Kepala Desa ...16

2. Tugas Kepala Desa ...17

B. Kajian Tentang Kesadaran Hukum ...19

1. Pengertian Kesadaran Hukum ...19

2. Tingkat Kesadaran Hukum ...28

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesadaran Hukum...30

C. Kajian Tentang Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) ...31

1. Pengertian Pajak ...31

2. Jenis Pajak ...33

3. Fungsi Pajak ...33

4. Pengertian PBB ...34

5. Dasar Hukum PBB ...35

6. Tata Cara Pembayaran dan Penagihan PBB ...36

7. Subjek dan Objek PBB ...37

8. Dasar Penagihan PBB ...39

9. Keberatan dalam Membayar PBB ...39

10.Pejabat Pengurus PBB ...41

11.Sanksi PBB ...41

D. Kajian Tentang Sosialisasi ...43

E. Kajian Tentang Satus Sosial Ekonomi ...44

1. Pengertian Status Sosial Ekonomi ...44

2. Status Sosial Ekonomi Masyarakat ...45


(9)

Bily Angga Gustian, 2014

Peranan Kepala Desa Dalam Meningkatkan KEsadaran Hukum Wajib Pajak untuk Membayar Bumi dan Bangunan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Pengertian Pkn ...48

2. Tujuan Pkn ...49

3. Peran dan Fungsi Pkn sebagai Pendidikan Hukum ...50

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Metode Penelitian ...52

1. Pendekatan Penelitian ...52

2. Metode Penelitian ...53

B. Lokasi dan Subjek Penelitian...54

1. Lokasi Penelitian ...54

2. Subjek Penelitian ...55

C. Teknik Pengumpulan Data ...56

1. Observasi ...56

2. Wawancara...56

3. Studi Dokumentasi ...57

4. Studi Literatur ...57

D. Prosedur Penelitian...58

1. Persiapan Penelitian ...58

2. Pelaksanaan Penelitian ...59

E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ...60

1. Reduksi Data ...61

2. Penyajian Data ...62

3. Menarik Kesimpulan/Verifikasi ...62

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi dan Subjek Penelitian ...64

1. Profil Desa Padaringan ... 64

2. Subjek Penelitian ...69

B. Deskripsi Hasil Penelitian ...71

1. Cara Kepala Desa dalam Menangani Kepemilikan Tanah yang Berdomisili diluar Wilayahnya supaya Wajib Pajak menjaga Kesadaran Hukum untuk Membayar PBB ...73

2. Upaya Kepala Desa dalam Melakukan Sosialisasi kepada Wajib Pajak dalam Meningkatkan Kesadaran Hukum untuk Membayar PBB ...74

3. Bagaimana Respon Wajib Pajak dalam Menanggapi Ajakan Kepala Desa untuk MembayarPBB ...76

4. Pengaruh Status Sosial Ekonomi dapat Meningkatkan Kesadaran Hukum Wajib Pajak untuk Membayar PBB ...77

5. Hambatan-Hambatan Apa yang dialami oleh Kepala Desa dalam Meningkatkan Kesadaran Hukum Wajib Pajak untuk Membayar PBB ...79

C. Analisis Hasil Penelitian ...80

1. Cara Kepala Desa dalam Menangani Kepemilikan Tanah yang Berdomisili diluar Wilayahnya supaya Wajib Pajak menjaga Kesadaran Hukum untuk Membayar PBB ...80 2. Upaya Kepala Desa dalam Melakukan Sosialisasi kepada


(10)

Bily Angga Gustian, 2014

Peranan Kepala Desa Dalam Meningkatkan KEsadaran Hukum Wajib Pajak untuk Membayar Bumi dan Bangunan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Wajib Pajak dalam Meningkatkan Kesadaran Hukum

Umtuk Membayar PBB ...83

3. Respon Wajib Pajak dalam Menanggapi Ajakan Kepala Desa untuk Membar PBB ... 85

4. Pengaruh Status Sosial Ekonomi dalam Meningkatkan Kesadaran Hukum Wajib Pajak untuk Membayar PBB ...87

5. Hambatan-Hambatan Apa yang dialami oleh Kepala Desa dalam Meningkatkan Kesadaran Hukum Wajib Pajak untuk Membayar PBB ...90

D. Pembahasan Hasil Penelitian ...93

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ...97

1. Kesimpulan Umum ...97

2. Kesimpulan Khusus ...97

B. Saran ...99

DAFTAR PUSTAKA ...101 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(11)

Bily Angga Gustian, 2014

Peranan Kepala Desa Dalam Meningkatkan KEsadaran Hukum Wajib Pajak untuk Membayar Bumi dan Bangunan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

1.1 Data Wajib Pajak Desa Padaringan ………... 6

3.1 Data Subjek Penelitian ……….. 56

4.1 Data Keadaan Penduduk Desa Padaringan ………...… 65

4.2 Data Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia ……….... 65

4.3 Data Mata Pencaharian Penduduk Desa Padaringan ………….... 66

4.4 Data Luas Panen, Prodiktivitas, Produksi Tanaman Pangan ….... 66

4.5 Data Populasi Dan Produksi Ternak Desa Padaringan …………. 67

4.6 Data Luas Panen dan Produksi Ikan Desa Padaringan …………. 67

4.7 Data Kondisi Infrastruktur Desa Padaringan ………...…. 67


(12)

Bily Angga Gustian, 2014

Peranan Kepala Desa Dalam Meningkatkan KEsadaran Hukum Wajib Pajak untuk Membayar Bumi dan Bangunan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Negara Indonesia merupakan Negara hukum yang menunjang hak dan kewajiban Warga Negara, karena itu pemerintah menempatkan perpajakan sebagai salah satu perwujudan kewajiban kenegaraan bagi rakyatnya yang merupakan peran masyarakat dalam pembiayaan pembangunan. Namun, bagi sebagian orang masalah pajak merupakan hal yang rumit padahal jika dapat ditelaah dengan baik dan seksama maka pajak tidaklah terlalu rumit.

Menurut Prof. Dr. Rocmat Soemitro dalam Sri Pudyatmako (2009: 1) mengemukakan bahwa:

Pajak adalah iuaran rakyat kepada khas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar keperluan umum.

Selanjutnya Rimsky K. Judisseno (2005: 6) menambahkan bahwa pajak adalah:

Suatu kewajiban kenegaraan berupa pengabdian serta aktif warga negara dan anggota masyarakat lainnya untuk membiayai berbagai keperluan negara berupa Pembangunan Nasional yang pelaksanaannya diatur dalam undang-undang dan peraturan-peraturan untuk tujuan kesejahteraan bangsa dan negara.

Dari penjelasan di atas dapat dijelaskan bahwa pajak merupakan iuran dari masyarakat dengan tidak mendapat timbal balik secara langsung, akan tetapi dapat dirasakan melalui pembangunan di berbagai pengeluaran dalam melaksanakan pembangunan tersebut, pemerintah memerlukan peran aktif dari seluruh wajib pajak. Partisipasi wajib pajak dalam membayar pajak merupakan salah satu dari wujud kepedulian sosial yang sangat penting untuk menciptakan pembangunan nasional yang adil dan merata.


(13)

Bily Angga Gustian, 2014

Peranan Kepala Desa Dalam Meningkatkan KEsadaran Hukum Wajib Pajak untuk Membayar Bumi dan Bangunan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Maka diperlukan adanya kerjasama dari berbagai pihak terutama wajib pajak sebagai sumber utama pendapatan negara agar target pembangunan yang telah direncanakan oleh pemerintah dapat tercapai dengan baik. Terlepas dari sifat pajak yang memaksa, maka pemerintah harus memberikan jaminan bahwa pajak sudah diperuntukan dengan benar. Apabila tidak seperti demikian, artinya pemerintah tidak memahami hakekat dari pajak itu sendiri.

Jaminan pemerintah mengenai ketentuan perpajakan dipertegas dalam suatu landasan atau aturan yang mengaturnya. Adapun ketentuan-ketentuan perpajakan yang merupakan landasan pemungutan pajak ditetapkan dengan Undang-undang yang termaktub dalam Pasal 23 ayat (2) Undang-undang Dasar 1945, yang bunyinya sebagai berikut:

Pengenaan dan pemungutan pajak (termasuk bea dan cukai) untuk keperluan negara hanya boleh terjadi berdasarkan Undang-undang.” Lebih lanjut dalam penjelasannya dikatakan:”….oleh karena penetapan belanja mengenai hak rakyat untuk menentukan nasibnya sendiri, maka segala tindakan yang menempatkan beban kepada rakyat, seperti pajak dan lain-lainnya, harus ditetapkan dengan UU, yaitu dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

Dalam APBN dan RAPBN, penerimaan pajak digolongkan kepada penerimaan non-migas, yaitu terdiri atas: pajak penghasilan, pajak pertambangan nilai, bea masuk, cukai, pajak ekspor, PBB. PBB merupakan salah satu sektor pemasukan bagi Negara yang cukup potensial dan kontribusi terhadap pendapatan negara jika dibandingkan dengan sektor pajak lainnya sangat besar. Strategisnya PBB tersebut tidak lain karena objeknya meliputi seluruh bumi dan bangunan yang berada dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

PBB sebagai salah satu komponen yang mendukung dan perimbangan mempunyai pengaruh terhadap besarnya bagian dana perimbangan yang akan diterima oleh daerah penghasilan. Oleh karena itu PBB perlu mendapatkan perhatian yang seurius dari pemerintah daerah dalam hal penangannya, sehingga nantinya akan dapat memberikan sumbangan yang besar pada Pendapatan Asli Daerah (PAD). Mengingat pentingnya sumbangan yang diberikan oleh penerima


(14)

3

Bily Angga Gustian, 2014

Peranan Kepala Desa Dalam Meningkatkan KEsadaran Hukum Wajib Pajak untuk Membayar Bumi dan Bangunan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PBB bagi pembiaya bangunan, maka pemungutannya harus dilakukan secara efektif, sehingga nantinya dapat memenuhi target pemungutan yang telah ditetapkan.

Menurut Agus Setiawan dan Basri Musri (2006: 325), mengemukakan bahwa:

Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak yang dikenakan terhadap objek pajak berupa bumi dan/atau bangunan yang pemungutannya dilakukan oleh pemerintah pusat (dalam hal ini dilakukan oleh Ditjen Pajak yang dalam pelaksanaannya senantiasa bekerja sama dengan pemerintah daerah).

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa setiap warga negara atau wajib pajak yang memiliki tanah dan bangunan yang ditunjukan dengan kepemilikan sertifikat yang sah berkewajiban membayar PBB. Pajak tersebut dikenakan karena kepemilikannya, penguasaan, dan pemanfaatannya atas bumi dan bangunan. PBB termasuk sumber keuangan Negara dan pemungutannya sudah didasarkan pada “Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1994 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang PBB”. Bahwa pemungutan pajak sudah disepakati bersama antara pemerintah dengan wajib pajak. Pajak sebagai salah satu sumber penerimaan dalam negeri merupakan sektor yang potensial, penerimaan dari sektor pajak ini selanjutnya dimanfaatkan oleh pemerintah untuk membangun sarana dan prasarana kepentingan umum.

Mengingat betapa pentingnya peran Kepala Desa terhadap masyarakat wajib pajak dalam menanggung pembiayaan Negara, maka dituntut adanya kesadaran hukum wajib pajak untuk membayar PBB dengan benar sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Namun, realitanya banyak hambatan yang dihadapi dalam pemungutannya. Hal ini disebabkan karena kurangnya kesadaran hukum wajib pajak dalam membayar PBB.

Dalam menciptakan suatu masyarakat wajib pajak yang mengerti tentang peraturan dan hukum yang berlaku dalam negaranya, diperlukan pemahaman mengenai pengetahuan tentang peranannya sebagai warga negara. Oleh karena itu,


(15)

Bily Angga Gustian, 2014

Peranan Kepala Desa Dalam Meningkatkan KEsadaran Hukum Wajib Pajak untuk Membayar Bumi dan Bangunan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

peranan Pendidikan Kewarganegaraan sangat penting untuk mewujudkan warga negara yang baik (to be good citizens) yaitu warga negara yang taat hukum dan peraturan yang berlaku serta memiliki partisipasi yang tinggi dalam membantu pemerintah dalam mewujudkan cita-cita bangsa.

Menurut Wuryan Sri dan Syifullah (2008: 77 dan 79), mengemukakan bahwa :

Secara umum tujuan Pendidikan Kewarganegaraan adalah agar setiap warga Negara yang baik (to be good citizenship), yakni warga negara yang memiliki kecerdasan (Civic Intelligence) baik intelektual, emosional, sosial, maupun spiritual; memiliki rasa bangga dan tanggung jawab (Civic Responsibility); dan mampu berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara (Civic Participation) agar tumbuh rasa kebangsaan dan cinta tanah air.

Oleh karena itu, untuk menciptakan warga negara yang mempunyai kriteria seperti di atas diperlukan adanya pembinaan sejak kecil, terutama ketika berada di bangku sekolah. Berdasarkan pada hal tersebut, Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) memiliki misi sebagai berikut, menurut Bunyamin Maftuh dan Sapriya, (2005: 321):

1. PKn sebagai pendidikan politik, yang berarti program pendidikan ini memberikan pengetahuan, sikap dan keterampilan kepada siswa agar mereka mampu hidup sebagai warga negara yang memiliki tingkat kemelekan politik (political literasy) dan kesadaran berpolitik (political participation) yang tinggi.

2. PKn sebagai pendidikan hukum, yang berarti bahwa program pendidikan ini diarahkan untuk membina siswa sebagai warga negara yang memiliki kesadaran hukum yang tinggi, yang menyadari akan hak dan kewajibannya, dan memiliki kepatihan terhadap hukum yang tinggi. 3. PKn sebagai pendidikan nilai (value education), yang berarti melalui

PKn diharapkan tertanam dan tertransformasikan nilai, moral, dan norma yang dianggap baik oleh bangsa dan negara kepada diri siswa, sehingga mendukung bagi upaya nation and character building.

Berdasarkan misi yang telah dipaparkan di atas dapat dijelaskan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) sangat berperan penting sebagai pendidikan yang membina warga negaranya agar dapat menjadi warga negara yang mempunyai kesadaran hukum dan berpartisipasi dalam membangun dan


(16)

5

Bily Angga Gustian, 2014

Peranan Kepala Desa Dalam Meningkatkan KEsadaran Hukum Wajib Pajak untuk Membayar Bumi dan Bangunan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

melaksanakan hak dan kewajibannya secara seimbang. Pembinaan tersebut dimulai sejak usia sekolah yang akhirnya akan berkembang menjadi warga negara yang mempunyai ilmu pengetahuan dan berwawasan luas disertai sikap yang mencerminkan sebagai warga negara yang baik dan mampu menjunjung tinggi pemerintah dengan mengikuti segala peraturan yang berlaku dalam negaranya itu.

Salah satu partisipasi warga negara dalam mengikuti peraturan yang berlaku dalam negaranya yaitu melaksanakan pembayaran PBB yang merupakan salah satu wujud kewajibannya masyarakat dalam membantu pembangunan bangsa dan negara untuk mencapai tujuan nasional.

PBB ini dibayarkan setiap satu tahun sekali. Namun, tidak semua wajib pajak membayar PBB tepat waktu, melainkan masih ada wajib pajak yang melalaikan dan masih menganggap bahwa membayar pajak tidak mendapat apa-apa. Padahal, pada kenyataanya pajak merupakan sumber utama pendapatan pemerintah yang tujuannya untuk membangun negara dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat itu sendiri, adapun yang menyebabkan sebagian wajib pajak melalaikan pembayaran PBB disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: masih adanya wajib pajak yang tawar menawar dalam pembayaran PBB, hal ini bisa terlihata ketika petugas pemungut pajak mendatangi wajib pajak untuk memungut pajak terlihat bahwa warga meminta penurunan biaya PBB, padahal ketetapan pembayaran pajak sesuai dengan peraturan yang berlaku. Adanya beberapa wajib pajak yang tidak bertempat tinggal di Desa tersebut. Ini menyulitkan petugas pemungutan pajak untuk memungut pajak dari mereka.

Hal ini dapat disebabkan karena dipengaruhi oleh ketidaktahuan/ ketidakpahaman akan keberadaan hukum yang mengaturnya, serta kurangnya pemerintah dalam mengadakan sosialisasi tentang PBB kepada masyarakat wajib pajak sehingga, masyarakat tidak mengetahui kegunaan dari pajak itu sendiri. Hal tersebut menyulitkan petugas pemungutan pajak untuk memungut pajak dari mereka. Selanjutnya kepemilikan sertifikat tanah yang masih tercantum pada pemilik terdahulu, selain itu, faktor ekonomi juga berperan dalam pembayaran


(17)

Bily Angga Gustian, 2014

Peranan Kepala Desa Dalam Meningkatkan KEsadaran Hukum Wajib Pajak untuk Membayar Bumi dan Bangunan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PBB. Faktor ekonomi itu disebabkan oleh adanya status sosial ekonomi yang beranekaragam antara lain, tingkat pendidikan, pekerjaan dan penghasilan yang berbeda-beda.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi pada pra penelitian di Desa Padaringan Kecamatan Purwadadi Kabupaten Ciamis menurut data dan fakta sebagai berikut : Wajib Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dari tahun 2008 jumlahnya 3.448, tahun 2009 jumlahnya 3.490, tahun 2010 jumlah wajib pajaknya 3.465. Target Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) pada tahun 2008 Rp. 36. 294. 472, tahun 2009 Rp. 36. 942. 967, sedangkan pada tahun 2010 Rp. 376. 797. 849. Selanjutnya yang sudah membayar pajak sesuai target pada tahun 2008 Rp. 35. 373. 112, tahun 2009 Rp. 35. 658. 667, tahun 2010 Rp. 36.026.557. Dari data dan fakta di atas bahwa jumlah wajib pajak setiap tahunnya terus bertambah, hal ini dapat diketahui berapa jumlah wajib pajak yang telat membayar pajak sebagai berikut : tahun 2008 sebanyak 81 dengan jumlah Rp. 921. 360, tahun 2009 sebanyak 98 wajib pajak dengan jumlah Rp. 1. 284. 300, tahun 2010 sebanyak 99 wajib pajak dengan jumlah Rp. 771. 292. Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel berikut ini:

Tabel 1.1

Data wajib pajak Desa Padaringan

NO URAIAN Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010

1. Jumlah Wajib Pajak 3.448 3.490 3.465

2. Target PBB Rp. 36.294.472 Rp. 36.942.967 Rp. 36.797.849 3. Yang telat

membayar Pajak Rp. 921.360 (81 WP)

Rp. 1.284.300 (98 WP)

Rp. 771.292 (99 WP) 4. Yang sudah

membayar pajak sesuai target

Rp. 35.373.112 Rp. 35.658.667 Rp. 36.026.557 Jumlah Total Rp. 36. 294.472 Rp. 36.942.947 Rp. 36.797.849 Sumber: Desa Padaringan


(18)

7

Bily Angga Gustian, 2014

Peranan Kepala Desa Dalam Meningkatkan KEsadaran Hukum Wajib Pajak untuk Membayar Bumi dan Bangunan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan data di atas, dapat di lihat kondisi wajib pajak yang kurang sadar akan membayar pajak, oleh karena itu pentingnya peranan Kepala Desa dalam meningkatkan kesadaran hukum wajib pajak membayarPBB. Mengingat kesadaran wajib pajak dalam membayar PBB sangat penting untuk meningkatkan penerimaan Negara yang digunakan sebagian besar untuk daerah wajib pajak itu sendiri. Sejalan dengan permasalahan diatas N.Y Bull dalam Kosasih Djahiri (1985: 24) mengungkapkan bahwa tingkat kesadaran ialah :

1. Kesadaran yang bersifat anomous, yaitu kesadaran atau kepatuhan yang tidak jelas dasar dan alasannya atau orientasinya. Tentunya ini yang paling rendah dan sangat stabil.

2. Kesadaran yang bersifat heteronomous, yaitu kesadaran atau kepatuhan yang berlandaskan dasar/orientasi motivasi yang beraneka ragam atau berganti-ganti, inipun kurang mantap sebab mudah berubah oleh keadaan dan situasi.

3. Kepatuhan atau kesadaran yang bersifat sosionomous, kesadaran yang berorientasi kepada kiprah umum atau karena khalayak ramai.Kesadaran yang bersifat autonomous, kesadaran yang terbaik karena didasari oleh konsep atau landasan yang ada dalam diri seseorang.

Beberapa sarjana lain mengemukakan tingkat kesadaran dalam Kosasih Djahiri (1985: 25) sebagai berikut :

1. Patuh/sadar karena takut pada orang/kekuasaan/paksaan (authority oriented).

2. Patuh karena ingin dipuji (good boy- nice girl).

3. Patuh karena kiprah umum/masyarakat (contract legality).

4. Taat atas dasar adanya aturan dan hukum serta untuk ketertiban (law & order oriented).

5. Taat karena dasar keuntungan atau kepentingan (utilitis= hedonis). 6. Taat karena memang hal tersebut memuaskan baginya.

7. Patuh karena dasar prinsip ethis yang layak universal (universal ethical principle).

Oleh karena itu, dalam rangka mengurangi atau bahkan menghilangkan hambatan-hambatan tersebut maka perlu diusahakan suatu kondisi yang membuat wajib pajak menjadi sadar, mau dan mampu membayar pajak. Memberikan bimbingan dan penerangan kepada wajib pajak mengenai manfaat pajak ,merupakan langkah yang paling penting dalam mensosialisasikan pajak tersebut.


(19)

Bily Angga Gustian, 2014

Peranan Kepala Desa Dalam Meningkatkan KEsadaran Hukum Wajib Pajak untuk Membayar Bumi dan Bangunan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Untuk menyikapi hal tersebut, maka diperlukan peranan Kepala Desa untuk dapat memanfaatkan potensi PBB yang ada di daerahnya dan memotivasi wajib pajak agar dapat menjalankan kewajibannya dalam membayar pajak. Adanya sebagian besar wajib pajak yang tidak memenuhi kewajibannya dalam membayar PBB otomatis merupakan hambatan dalam pemungutan pajak tersebut. Hambatan dalam pemungutan PBB ini bukanlah merupakan usaha nyata dari wajib pajak, namun karena kondisi wajib pajak yang kurang sadar untuk membayar pajak atau bahkan tidak tau seluk beluk fungsi pembayaran pajak itu sendiri. Maka dari itu dalam hal ini menjadi tugas Kepala Desa dalam menyadarkan wajib pajak yang tidak sadar/patuh hukum dalam pembayaran pajak. Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan di atas maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang:

“PERANAN KEPALA DESA DALAM MENINGKATKAN KESADARAN HUKUM WAJIB PAJAK UNTUK MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB). (Studi Deskriptif di Desa Padaringan Kecamatan Purwadadi Kabupaten Ciamis)”

B. Fokus Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada Peranan Kepala Desa dalam meningkatkan kesadaran hukum wajib pajak dalam membayar PBB di Desa Padaringan. Yang meliputi tujuan upaya Kepala Desa yang dilakukan dalam meningkatkan kesadaran hukum wajib pajak.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka terdapat rumusan masalah yang dibagi menjadi dua bagian, yaitu rumusan masalah secara umum dan rumusan masalah secara khusus:


(20)

9

Bily Angga Gustian, 2014

Peranan Kepala Desa Dalam Meningkatkan KEsadaran Hukum Wajib Pajak untuk Membayar Bumi dan Bangunan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Adapun rumusan masalah secara umum ini adalah : Bagaimana peran Kepala Desa dalam meningkatkan kesadaran hukum wajib pajak untuk membayar PBB?

2. Secara khusus

Agar masalah pokok itu bisa diuraikan dengan sistematis, maka penulis membatasi masalah yang akan diteliti yaitu sebagai berikut:

a. Bagaimana cara kepala desa dalam menangani pemilik tanah yang berada diluar wilayahnya supaya wajip pajak menjaga kesadaran hukum untuk membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)?

b. Bagaimana upaya kepala desa dalam melakukan sosialisasi kepada wajib pajak untuk meningkatkan kesadaran hukum dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)?

c. Bagaimana respon wajib pajak dalam menanggapi ajakan kepala desa untuk membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)?

d. Bagaimana pengaruh status sosial ekonomi dapat meningkatkan kesadaran hukum wajib pajak dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)?

e. Hambatan-hambatan apa yang dialami oleh kepala desa dalam meningkatkan kesadaran hukum wajib pajak dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)?

D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang nyata tentang peran kepala desa dalam meningkatkan kesadaran hukum wajib pajak untuk membayar PBB.

2. Tujuan khusus

Gambaran yang lebih spesifik dari tujuan penelitian ini dapat dirumuskan dalam bentuk khusus antara lain:


(21)

Bily Angga Gustian, 2014

Peranan Kepala Desa Dalam Meningkatkan KEsadaran Hukum Wajib Pajak untuk Membayar Bumi dan Bangunan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Untuk mengetahui cara-cara kepala desa dalam menangani pemilik tanah yang berdomisili diluar supaya sadar hukum dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

b. Untuk mengetahi upaya kepala desa dalam melakukan sosialisasi kepada wajib pajak untuk meningkatkan kesadaran hukum dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

c. Untuk mengetahui respon wajib pajak dalam menanggapi ajakan kepala desa untuk membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

d. Untuk mengetahui pengaruh status sosial ekonomi dapat meningkatkan kesadaran hukum wajib pajak dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

e. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dialami oleh kepala desa dalam meningkatkan kesadaran hukum wajib pajak dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan cakrawala dan wawasan penulis dalam rumpun hukum khususnya, kesadaran hukum wajib pajak di Desa Padaringan.

2. Manfaat praktis a. Bagi Wajib Pajak

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu media informasi bagi Wajib Pajak untuk mengetahui kewajibannya membayar PBB.

b. Bagi Kepala Desa

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi Kepala Desa beserta jajarannya dalam menjalankan peran sebagai


(22)

11

Bily Angga Gustian, 2014

Peranan Kepala Desa Dalam Meningkatkan KEsadaran Hukum Wajib Pajak untuk Membayar Bumi dan Bangunan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pemotivator untuk meningkatkan wajib pajak sadar PBB, dan pejabat yang ada hubungannya dengan objek pajak yaitu Kepala Kelurahan atau Kepala Desa, Pejabat Dinas Tata Kota, Pejabat Dinas Pengawasan Bangunan, Pejabat Agraria, Pejabat Balai Harta Peninggalan, Pejabat Lain yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan/Direktorat Jendral Pajak.

F. Penjelasan Istilah 1. Kepala Desa

Suriakusumah dan Prayoga Bestari (2009: 260) mengemukakan bahwa: Kepala Desaadalah Kepala Pemerintahan Desa. Tugas Kepala Desa mengatakan bahwa Kepala Desa adalah Kepala Pemerintahan Desa. Kepala Desa mempunyai tugas pokok memimpin dan mengkordinasikan Pemerintah Desa dalam melaksanakan sebagian urusan rumah tangga desa, urusan pemerintah umum, pembinaan dan pembangunan masyarakat serta menjalankan tugas pembantuan dari pemerintah atasnya.

2. Kesadaran Hukum

a. Kesadaran hukum menurut soerjono soekanto (1992: 152) itu merupakan kesadaran akan nilai-nilai yang terdapat didalam diri manusia tentang hukum yang ada dan tentang hukum yang diharapkan ada. Dan atau kesadaran hukum merupakan konsepsi-konsepsi abstrak didalam diri manusia, tentang keserasian antara ketertiban dengan ketentraman yang dikehendaki atau yang sepantasnya.

b. Kesadaran hukum menurut Otje Salman (2007: 39) merupakan suatu penilaian terhadap hukum yang ada serta hukum yang dikehendaki atau yang seharusnya ada.

c. N.Y Bull dalam Kosasih Djahiri (1985: 24) mengungkapkan bahwa tingkat kesadaran ialah :

1. Kesadaran yang bersifat anomous, yaitu kesadaran atau kepatuhan yang tidak jelas dasar dan alasannya atau orientasinya. Tentunya ini yang


(23)

Bily Angga Gustian, 2014

Peranan Kepala Desa Dalam Meningkatkan KEsadaran Hukum Wajib Pajak untuk Membayar Bumi dan Bangunan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu paling rendah dan sangat stabil.

2. Kesadaran yang bersifat heteronomous, yaitu kesadaran atau kepatuhan yang berlandaskan dasar/orientasi motivasi yang beraneka ragam atau berganti–ganti, inipun kurang mantap sebab mudah berubah oleh keadaan dan situasi.

3. Kepatuhan atau kesadaran yang bersifat sosionomous, kesadaran yang berorientasi kepada kiprah umum atau karena khalayak ramai.

4. Kesadaran yang bersifat autonomous, kesadaran yang terbaik karena didasari oleh konsep atau landasan yang ada dalam diri seseorang.

c. Selanjutnya tingkat kesadaran menurut para ahli dalam buku Kosasih Djahiri (1985: 25) mengungkapkan bahwa tingkat kesadaran terdiri dari: 1. Patuh/sadar karena takut pada orang/kekuasaan/paksaan (authority

oriented).

2. Patuh karena ingin dipuji (good boy-nice girl).

3. patuh karena kiprah umum/masyarakat (contract legality).

4. Taat atas dasar adanya aturan dan hukum serta untuk ketertiban (law & order oriented).

5. Taat karena dasar keuntungan atau kepentingan (utilitis = hedonis). 6. Taat karena memang hal tersebut memuaskan baginya.

7. patuh karena dasar prinsip ethisyang layak universal (universal ethical principle).

3. Wajib Pajak

Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayaran pajak, pemotongan pajak, dan pemungutan pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. (UU Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan). 4. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)


(24)

13

Bily Angga Gustian, 2014

Peranan Kepala Desa Dalam Meningkatkan KEsadaran Hukum Wajib Pajak untuk Membayar Bumi dan Bangunan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. PBB menurut soemitro (1992: 75), bahwa PBB adalah atas harta pajak tak bergerak yang terdiri dari tanah dan bangunan, sebenarnya sudah tercakup oleh pajak kekayaan, sehingga jika PBB dipungut disamping pajak kekayaan akan mencakup pungutan pajak ganda.

b. Menurut soemitro dan Muttaqin (2001: 5), PBB adalah pajak yang dikenakan atas harta tak bergerak, maka oleh sebab itu yang dipentingkan adalah objeknya dan oleh karena itu keadaan atau status orang atau badan yang dijadikan subjek tidak penting dan tidak mempengaruhi besarnya pajak.

G. Metode Penelitian 1. Metode Penelitian

Pemilihan pendekatan dan metode sangat diperlukan dalam penelitian, hal tersebut dimaksudkan agar penelitian lebih terarah dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Berdasarkan hal tersebut, secara metodologis penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Kirk dan Miller dalam Sugiyono (2009: 4) mengemukakan bahwa, penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan soaial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan terhadap manusia baik dalam kawasannya maupun peristilahannya.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif. Winarno dan Suriakusumah dalam Soejono (2005: 22) mengungkapkan bahwa metode deskriptif yaitu memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah terkini, pada masalah yang aktual. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisa.

2. Teknik Penelitian

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


(25)

Bily Angga Gustian, 2014

Peranan Kepala Desa Dalam Meningkatkan KEsadaran Hukum Wajib Pajak untuk Membayar Bumi dan Bangunan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Yaitu dengan mengunjungi Desa Padaringan. Dengan teknik ini diharapkan penulis bisa memperoleh data secara langsung dan gambaran lebih jelas mengenai permasalahan yang hendak dicari jawabannya. “... dengan observasi dapat kita peroleh gambaran yang lebih jelas tentang kehidupan sosial yang sukar diperoleh dengan metode lain” (Nasution, S., 2003).

b. Wawancara

Yaitu dengan mewawancarai narasumber yang kapabel untuk dimintai keterangan dalam memberikan informasi mengenai hal-hal yang dibutuhkan oleh peneliti. Kerlinger mengungkapkan dalam Endang Danial (2009: 71) “the interview is perhaps the most ubiquitous method of obtaining information from people”.

c. Dokumentasi

Yaitu mengumpulkan sejumlah dokumen yang diperlukan sebagai bahan data informasi sesuai dengan masalah peneliti, seperti peta, data statistic, jumlah dan nama pegawai, data siswa, data penduduk; grafik, gambar, surat-surat, foto, akte, dsb. Danial, (2009:79)

d. Studi literatur

Yaitu penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan mengumpulkan sejumlah buku-buku, majalah, liflet, yang berkenaan dengan masalah dan tujuan penelitian Danial, (2009:80).

3. Teknik Analisis Data

Data yang terkumpul diolah secara kualitatif dengan merujuk pada teknik pengolahan data sebagai berikut :

a. Teknik Reduksi Data

Menurut Sugiyono (2008: 338), teknik reduksi data adalah proses analisis yang dilakukan untuk menyaring, menggolongkan, mengarahkan hasil-hasil penelitian dengan memfokuskan pada hal-hal yang dianggap penting oleh peneliti.


(26)

15

Bily Angga Gustian, 2014

Peranan Kepala Desa Dalam Meningkatkan KEsadaran Hukum Wajib Pajak untuk Membayar Bumi dan Bangunan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dengan kata lain, reduksi data bertujuan untuk mempermudah pemahaman tentang data yang telah terkumpul dari hasil catatan lapangan dengan cara merangkum, mengklasifikasisesuai dengan masalah dan aspek-aspek permasalahan yang diteliti.

b. Teknik Display Data

Menurut Sugiyono (2008: 341), teknik display data adalah sekumpulan informasi tersusun yang akan memberikan gambaran penelitian secara menyeluruh. Dengan kata lain yaitu menyajikan data secara terperinci dan menyeluruh dengan mencari pola hubungannya.

c. Teknik Kesimpulan dan Verifikasi

Menurut Sugiyono (2008: 345), teknik kesimpulan dan verifikasi adalah upaya untuk mencari arti, makna, penjelasan yang dilakukan terhadap data yang telah dianalisis dengan mencari hal-hal penting. Kesimpulan ini disusun dalam bentuk pernyataan singkat dan mudah dipahami dengan mengacu kepada tujuan penelitian.

H. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi Lokasi Penelitian adalah Desa Padaringan, Kecamatan Purwadadi Kabupaten Ciamis. Alasan memilih desa tersebut karena masih kuarangnya kesadaran hukum wajib pajak dalam membayar PBB.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian yang menjadi sampel penelitiannya seperti yang dikemukakan oleh Nasution (2003: 32) bahwa:

Dalam penelitian kualitatif yang dijadikan sampel hanyalah sumber yang dapat memberikan informasi. Sampel dapat berupa hal, peristiwa, manusia, situasi yang diobservasi. Sering sampel dipilih secara "purposive" bertalian dengan purpose atau tujuan tertentu. Sering pula responden


(27)

Bily Angga Gustian, 2014

Peranan Kepala Desa Dalam Meningkatkan KEsadaran Hukum Wajib Pajak untuk Membayar Bumi dan Bangunan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

diminta untuk menunjuk orang lain yang dapat memberikan informasi kemudian responden ini diminta pula menunjuk orang lain dan seterusnya. Cara ini lazim disebut "snowball sampling" yang dilakukan secara serial atau berurutan.

Jadi, subjek penelitian kualitatif adalah pihak-pihak yang menjadi sasaran penelitian atau sumber yang dapat memberikan informasi di pilih secara purposive bertalian dengan tujuan tertentu. Subjek dalam penelitian ini adalah Kepala Desa beserta jajarannya dan masyarakat wajib pajak di Desa Padaringan Kecamatan Purwadadi Kabupaten Ciamis.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini jumlah subyeknya adalah antara 10-15 % atau 20-25 % tergantung kemampuan peneliti, sempit luasnya wilayah dan besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti. Sebagaimana yang dikemukakan menurut Suharsimi Arikunto (1987: 107) adalah

Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subyeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subyeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih, tergantung setidak-tidaknya dari: a. kemampuan peneliti dilihat dari segi waktu, tenaga dan dana, b. sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subyek, karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya data, c. besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti.


(28)

Bily Angga Gustian, 2014

Peranan Kepala Desa Dalam Meningkatkan KEsadaran Hukum Wajib Pajak untuk Membayar Bumi dan Bangunan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Peneliti memilih pendekatan kualitatif untuk dijadikan sebagai pendekatan penelitian didasarkan pada permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian, yakni mengenai peranan kepala desa dalam meningkatkan kesadaran hukum wajib pajak untuk membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Desa Padaringan. Hal ini sesuai dengan pengertian penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor dalam Suwandi dan Basrowi (2008: 22) mengungkapakan harapan dari pendekatan kualitatif, sebagai berikut:

Pendekatan kualitatif diharapkan mampu menghasilkan suatu uraian mendalam tentang ucapan, tulisan dan atau perilaku yang dapat diamati dari suatu individu, kelompok, masyarakat dan atau suatu organisasi tertentu dalam suatu setting konteks tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif, dan holistik.

Sejalan dengan hal tersebut, Moleong (2010: 6) mengemukakan pengertian metode penelitian kualitatif, sebagai berikut:

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami subyek penelitian misalnya, perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll, secara horistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Dalam penelitian kualitatif, peneliti sendiri dengan bantuan orang lain merupakan alat pengumpul data utama. Sugiyono (2009: 59), menyatakan bahwa: Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu, peneliti sebagai instrumen juga harus divalidasi seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan.


(29)

Bily Angga Gustian, 2014

Peranan Kepala Desa Dalam Meningkatkan KEsadaran Hukum Wajib Pajak untuk Membayar Bumi dan Bangunan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Peneliti kualitatif sebagai human instrumen, berfungsi mendapatkan fokus penelitian, memilih informasi sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya.

Oleh karena itu, selama proses penelitian ini, peneliti akan lebih banyak melakukan komunikasi dengan subjek penelitian di Desa Padaringnan Kecamatan Purwadadi Kabupaten Ciamis. Selanjutnya, dalam penelitian ini akan lebih mengungkapkan secara deskriptif hasil dari temuan-temuan di lapangan yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati, tetapi belum terungkapkan penyelesaiannya, oleh karena itu, peneliti bermaksud untuk mengetahui sejauh mana peranan Kepala Desa dalam meningkatkan kesadaran hukum wajib pajak untuk membayar PBB, sehingga peneliti memperoleh gambaran dari permasalahan yang terjadi secara rinci, baik itu berupa kata-kata, gambar, maupun perilaku, dan tidak dituangkan berupa bilangan atau angka statistik, melainkan dalam bentuk kualitatif.

2. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan sesuai dengan masalah yang diteliti tentang peranan kepala desa dalam meningkatkan kesadaran hukum wajib pajak untuk membayar PBB adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode pada dasarnya merupakan cara yang digunakan untuk mencapai sesuatu. Menurut Arikunto (2006: 160) bahwa metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Mengenai metode penelitian, peneliti menggunakan metode deskriptif.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Danial dan Wasriah (2009: 62): Metode deskriptif, yaitu metode yang bertujuan untuk menggambarkan secara sistematik suatu situasi, kondisi objek bidang kajian pada suatu waktu secara akurat. Tujuan metode deskriptif adalah memperlihatkan keberadaan suatu fenomena yang ada, misalnya dengan


(30)

54

Bily Angga Gustian, 2014

Peranan Kepala Desa Dalam Meningkatkan KEsadaran Hukum Wajib Pajak untuk Membayar Bumi dan Bangunan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menggunakan sensus, sosial ekonomi penduduk, potensi pendidikan dan lainnya.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Karena sesuai dengan sifat dan tujuan penelitian bukan menguji sebuah hipotesis, tetapi berusaha untuk mendapatkan sebuah gambaran tentang suatu keadaan. Hal ini senada dengan pendapat Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2010: 4):

Prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh). Jadi, dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari sesuatu keutuhan.

Selanjutnya menurut Nasution (2003: 24) mengenai metode deskriptif adalah sebagai berikut:

Penelitian yang mengadakan deskripsi untuk memberi gambaran yang lebih jelas tentang situasi-situasi sosial. penelitian deskriptif lebih spesifik dengan memusatkan perhatian kepada aspek-aspek tertentu dan sering menunjukan hubungan antara berbagai variabel.

Selain itu metode deskriptif menurut Subana (2009: 26) mengemukakan bahwa Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk mengangkat fakta, keadaan, variabel, dan fenomena-fenomena yang terjadi saat sekarang (ketika penelitian berlangsung) dan menyajikannya apa adanya.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa, metode deskriptif ialah metode yang dimaksudkan menggambaran yang lebih jelas tentang situasi-situasi yang sedang terjadi saat sekarang untuk mengangkat fakta dan menyajikannya secara akurat dan apa adanya.

Dipilihnya metode deskriptif dalam penelitian ini dikarenakan pada observasi awal peneliti menemukan permasalahan mengenai terus meningkatnya


(31)

Bily Angga Gustian, 2014

Peranan Kepala Desa Dalam Meningkatkan KEsadaran Hukum Wajib Pajak untuk Membayar Bumi dan Bangunan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Oleh karena itu diharapkan dengan metode deskriptif tersebut akan diperoleh gambaran secara nyata mengenai peranan kepala desa dalam meningkatkan kesadaran hukum wajib pajak untuk membayar pajak bumi dan bangunan secara faktual dan akurat mengenai fakta-fakta yang ada.

B. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Menurut Sukardi (2004: 53) bahwa yang dimaksud dengan lokasi penelitian/tempat penelitian tidak lain adalah tempat di mana proses studi yang digunakan untuk memperoleh pemecahan masalah penelitian berlangsung.

Adapun penelitian ini berlokasi di Desa Padaringan Kecamatan Purwadadi Kabupaten Ciamis. Lokasi penelitian dilakukan di desa tersebut dengan alasan sebagai berikut:

a. Karena masih kuarangnya kesadaran hukum wajib pajak dalam membayar PBB di desa tersebut.

b. Lokasi Desa Padaringan cukup dekat dengan rumah peneliti sehingga peneliti mudah untuk melakukan penelitian di Desa tersebut.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian yang menjadi sampel penelitiannya seperti yang dikemukakan oleh Nasution (2003: 32) bahwa: Dalam penelitian kualitatif yang dijadikan sampel hanyalah sumber yang dapat memberikan informasi. Sampel dapat berupa hal, peristiwa, manusia, situasi yang di observasi. Sering sampel dipilih secara “purposive” bertalian dengan purpose atau tujuan tertentu. Sering pula responden diminta untuk menunjuk orang lain yang dapat memberikan informasi kemudian responden ini diminta pula menunjuk orang seterusnya. Cara ini lazim disebut “snowball sampling” yang dilakukan secara serial atau


(32)

56

Bily Angga Gustian, 2014

Peranan Kepala Desa Dalam Meningkatkan KEsadaran Hukum Wajib Pajak untuk Membayar Bumi dan Bangunan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu berurutan.

Jadi, subjek penelitian kualitatif adalah pihak-pihak yang menjadi sasaran penelitian atau sumber yang dapat memberikan informasi dipilih secara purposive bertalian dengan tujuan tertentu. Subjek dalam penelitian ini adalah Kepala Desa beserta jajarannya dan masyarakat wajib pajak di Desa Padaringan Kecamatan Purwadadi Kabupaten Ciamis. Diambil sampel sebesar 10-15% dari 3 RW yang paling baik, sedang dan rendah dari 6 RW yang ada di Desa Padaringan. Sebagaimana yang dikemukakan menurut Suharsimi Arikunto (1987: 107) adalah

Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subyeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subyeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih, tergantung setidak-tidaknya dari : a. kemampuan peneliti dilihat dari segi waktu, tenaga dan dana, b. sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subyek, karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya data, c. besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti.

Untuk lebih jelasnya dalam subjek penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.1 Subjek Penelitian

Subjek Penelitian Jumlah

Kepala Desa 1 orang

Sekretari Desa 1 orang

Petugas Pemungut PBB 1 orang

Wajib Pajak PBB 3 orang

Jumlah 6 orang

Sumber: Diolah oleh peneliti C. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, sebagai berikut :


(33)

Bily Angga Gustian, 2014

Peranan Kepala Desa Dalam Meningkatkan KEsadaran Hukum Wajib Pajak untuk Membayar Bumi dan Bangunan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Observasi adalah suatu teknik untuk mengumpulkan data atau informasi dengan cara melakukan pengamatan secara langsung maupun tidak langsung terhadap objek dalam kegiatan-kegiatan yang sedang berlangsung, baik di Desa maupun di luar Desa.

Seperti yang dikemukakan oleh Nasution (2003: 106), observasi ialah: Alat pengumpul data yang dilakukan untuk memperoleh gambaran lebih jelas tentang kehidupan sosial dan diusahakan mengamati keadaan yang wajar dan yang sebenarnya tanpa usaha yang disengaja untuk mempengaruhi, mengatur, atau memanipulasikannya.

Observasi ini dilakukan untuk memahami suatu cara dari pandangan orang-orang yang terlibat didalamnya dengan tujuan agar memperoleh suatu informasi yang jelas dan benar mengenai peranan Kepala Desa dalam meningkatkan kesadaran hukum Wajib Pajak untuk membayar PBB di Desa Padaringan Kecamatan Purwadadi Kabupaten Ciamis.

2. Wawancara

Wawancara merupakan suatu teknik untuk mengumpulkan data atau informasi dengan berkomunikasi dimana komunikasi tersebut dilakukan dengan cara dialog secara lisan, baik langsung maupun tidak langsung. Sebagaimana definisi wawancara yang dikemukakan oleh Moleong, (2010: 186) bahwa wawancara adalah:

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.

Tujuan dari wawancara dalam penelitian ini ialah untuk memperoleh data dan informasi yang berkenaan dengan peranan Kepala Desa dalam meningkatkan kesadaran hukum Wajib Pajak untuk membayar PBB di Desa Padaringan Kecamatan Purwadadi Kabupaten Ciamis.


(34)

58

Bily Angga Gustian, 2014

Peranan Kepala Desa Dalam Meningkatkan KEsadaran Hukum Wajib Pajak untuk Membayar Bumi dan Bangunan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3. Studi Dokumentasi

Dalam menuliskan hasil penelitian diperlukan sejumlah dokumen sebagai sumber data yang mendukung penelitian. Oleh karenaitu, studidokumentasi sangat diperlukan dalam penelitian.Danial dan Wasriah (2009: 79) mengemukakan:

Studi dokumentasi adalah mengumpulkan sejumlah dokumen yang diperlukan sebagai bahan data informasi sesuai dengan masalah penelitian, seperti peta, data statistik, jumlah dan nama pegawai, data siswa, data penduduk; grafik, gambar, surat-surat, foto, akte, dsb.

Studi dokumentasi yaitu mencari sumber data-data tertulis dilapangan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Studi dokumentasi dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan bahkan untuk meramalkan (Lexy J. Moleong, 2010: 161).

Teknik ini digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena banyak dokumen dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan dan bahkan untuk meramalkan suatu objek maupun keadaan. Teknik ini dilakukan dengan cara melihat, menganalisa data-data yang berupa dokumentasi yang berkaitan dan menunjang penelitian.

4. Studi Literatur

Studi literatur yaitu alat pengumpul data untuk mengungkapkan berbagai teori yang relevan dengan permasalahan yang sedang dihadapi atau diteliti sebagai bahan pembahasan hasil penelitian yang diambil dari berbagai buku-buku yang dianggap relevan terhadap isi penelitian.

Menurut Danial dan Warsiah (2009: 80), studi literatur adalah teknik penelitian dengan mengumpulkan sejumlah buku-buku, majalah, liflet, artikel, dan lain-lain yang berkenaan dengan masalah dan tujuan penelitian. Teknik ini penulis gunakan dalam penelitian yang penulis lakukan dengan tujuan untuk mengungkapkan berbagai teori-teori yang relevan dengan permasalahan yang sedang dihadapi/diteliti sebagai bahan rujukan dalam pembahasan hasil penelitian.


(35)

Bily Angga Gustian, 2014

Peranan Kepala Desa Dalam Meningkatkan KEsadaran Hukum Wajib Pajak untuk Membayar Bumi dan Bangunan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sebagainya yang ada hubungannya dengan masalah yang dibahas. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh data teoritis yang sekiranya dapat mendukung kebenaran data yang diperoleh melalui penelitian.

D. Prosedur Penelitian

Agar penelitian yang dilakukan peneliti dapat efektif sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Maka peneliti mengacu pada prosedur penelitian yang terbagi kedalam dua tahapan penelitian, diantaranya:

1. Persiapan penelitian

Kegiatan pertama yang dilakukan peneliti sebagai tahap awal dalam proses penyusunan adalah mempersiapkan agar penelitian berjalan dengan lancar. Persiapan yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

a. Peneliti mengajukan beberapa judul untuk disepakati oleh Tim Pertimbangan Penulisan Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan.

b. Setelah judul disepakati, peneliti mengajukan proposal kepada Tim Pertimbangan Penulisan Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.

c. Proposal penelitian tersebut diseminarkan dihadapan tim dosen penguji untuk mendapatkan koreksi, masukan sekaligus perbaikan hingga mendapatkan pengesahan serta persetujuan dari ketua Tim Pertimbangan Penulisan Skripsi (TPPS) yang selanjutnya direkomendasikan untuk mendapatkan pembimbing skripsi.


(36)

60

Bily Angga Gustian, 2014

Peranan Kepala Desa Dalam Meningkatkan KEsadaran Hukum Wajib Pajak untuk Membayar Bumi dan Bangunan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sebelum penelitian dilakukan, peneliti terlebih dahulu melakukan pra penelitian (observasi awal) yang berguna untuk melihat lebih jauh apa yang menjadi masalah serta untuk mengetahui sejauh mana kondisi lapangan yang sesungguhnya untuk dijadikan objek penelitian.

Dalam hal pelaksanaannya penelitian ini melakukan beberapa kegiatan yang diantaranya ialah:

a. Peneliti langsung datang ke lokasi penelitian yakni Desa Padaringan Kecamatan Purwadadi Kabupaten Ciamis, kemudian peneliti mendatangi Kepala Desa untuk mengatur jadwal observasi dengan yang bersangkutan.

b. Setelah diperoleh kesepakatan mengenai jadwal observasi, peneliti melakukan observasi ke desa tersebut untuk melihat langsung bagaimana peranan kepala desa dalam meningkatkan kesadaran hukum wajib pajak dalam membaar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

Setelah melakukan pra observasi, langkah selanjutnya yang dilakukan dalam tahap persiapan penelitian ialah:

1) Mengajukan surat permohonan izin untuk mengadakan penelitian kepada Ketua Jurusan PKn FPIPS UPI untuk mendapatkan surat rekomendasinya untuk disampaikan kepada Dekan FPIPS UPI.

2) Mengajukan surat rekomendasi permohonan izin untuk mengadakan penelitian kepada Dekan Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial UPI yang dilengkapi dengan proposal penelitian yang sudah ditanda tangani oleh pembimbing, kwitansi SPP, fotocopy kartu tanda mahasiswa (KTM) yang kemudian digabungkan kedalam satu map.

3) Menyerahkan surat tersebut kepada Badan Administrasi dan Keuangan dengan dilengkapi proposal penelitian yang sudah ditanda tangani oleh


(37)

Bily Angga Gustian, 2014

Peranan Kepala Desa Dalam Meningkatkan KEsadaran Hukum Wajib Pajak untuk Membayar Bumi dan Bangunan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu yang kemudian digabungkan kedalam satu map.

4) Menyerahkan surat permohonan izin penelitian dari Rektor Universitas pendidikan Indonesia Bandung kepada Kantor Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat Kabupaten Ciamis.

5) Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat Kabupaten Ciamis mengeluarkan suart izin penelitian untuk disampaikan kepada Kepala Desa Padaringan Kecamatan Purwadadi Kabupaten Ciamis. 6) Kepala Desa Padaringan Kecamatan Purwadadi Kabupaten Ciamis

menyetujui penelitian tersebut.

Setelah izin diperoleh, peneliti melanjutkan dengan pihak responden (Kepala Desa beserta jajarannya dan masyarakat Wajib Pajak) di Desa Padaringan Kecamatan Purwadadi Kabupaten Ciamis. Disamping itu, peneliti tidak lupa mempersiapkan berbagai instrument yang diperlukan untuk melaksanakan penelitian, berupa lembar observasi, pedoman wawancara, dan sebagainya. Selanjutnya setelah semua dipersiapkan sesuai dengan perencanaan antara peneliti dengan Kepala Desa maka penelitian siap untuk dilaksanakan.

E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Setelah dilaksanakannya tahap penelitian, maka tahap berikutnya adalah pengolahan dan analisis data. Data yang telah diperoleh melalui observasi, wawancara, studi dokumentasi, dan studi literatur diolah kemudian dianalisis. Sugiyono (2008: 335) menyatakan bahwa:

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, serta membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2009 15-16) mengemukakan bahwa:


(38)

62

Bily Angga Gustian, 2014

Peranan Kepala Desa Dalam Meningkatkan KEsadaran Hukum Wajib Pajak untuk Membayar Bumi dan Bangunan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam analisis kualitatif data yang muncul berwujud kata-kata dan bukan rangkaian angka. Data itu mungkin telah dikumpulkan dalam aneka macam cara (observasi, wawancara, intisari dokumen, pita rekaman), dan yang biasanya “diproses” kira-kira sebelum siap digunakan (melalui pencatatan, pengetikan, penyuntingan, atau alih-tulis), tetapi analisis kualitatif tetap menggunakan kata-kata, yang biasanya disusun ke dalam teks yang diperluas.

Sedangkan menurut Moleong (2010: 280) mengemukakan tentang analisis data adalah analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja.

Setelah data terkumpul, langkah selanjutnya yang dilakukan adalah mengolah atau menganalisis data. Data yang terkumpul yang berasal dari hasil wawancara dengan menggunakan pedoman penyusunan wawancara, melakukakan observasi, studi dokumentasi dan studi literatur kemudian dikumpulkan dan disatukan. Dalam analisis data kualitatif dituntut adanya data yang lengkap sebagai satu syarat suatu analisis. Analisis data yang akan berbentuk data kualitatif di deskripsikan melalui kata-kata dengan menggambarkan keadaan yang ada yang selanjutnya menarik kesimpulan, hal ini sesuai dengan Moleong (2007: 280) bahwa analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data kedalam suatu pola.

Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Miles dan Huberman 1984 dalam Sugiyono (2010: 246), mengemukakan bahwa “Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan dilakukan secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh”. Aktivitas dalam analisis data meliputi: data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification. Berikut alur kegiatan dalam proses analisis data kualitatif : 1. Reduksi Data


(39)

Bily Angga Gustian, 2014

Peranan Kepala Desa Dalam Meningkatkan KEsadaran Hukum Wajib Pajak untuk Membayar Bumi dan Bangunan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data/proses transformasi ini berlanjut terus sesudah penelitian lapangan, sampai laporan akhir lengkap tersusun.

Reduksi data merupakan bagian dari analisis. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.

2. Penyajian Data

Alur penting yang kedua dari kegiatan analisis adalah penyajian data. Penyajian sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian dapat disajikan dalam bentuk matriks, grafik, jaringan, dan bagan. Semuanya dirancang guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang padu dan mudah diraih.

3. Menarik Kesimpulan/Verifikasi

Kegiatan analisis ketiga yang penting adalah menarik kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan-kesimpulan final mungkin tidak muncul sampai pengumpulan data berakhir, tergantung pada besarnya kumpulan-kumpulan catatan lapangan, pengkodeannya, penyimpanan, dan metode pencarian ulang yang digunakan dan kecakapan peneliti. Penarikan kesimpulan merupakan sebagian dari satu kegiatan dari konfigurasi yang utuh.

Tiga hal utama dalam analisis data kualitatif dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1 Analisis data kualitatif


(40)

64

Bily Angga Gustian, 2014

Peranan Kepala Desa Dalam Meningkatkan KEsadaran Hukum Wajib Pajak untuk Membayar Bumi dan Bangunan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Sumber: Miles dan Huberman (Sugiyono 2010: 20)

Bagan di atas merupakan proses siklus dan interaktif, analisis data kualitatif merupakan upaya yang berlanjut, berulang dan terus-menerus. Masalah reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi menjadi gambaran keberhasilan secara berurutan sebagai rangkaian kegiatan analisis yang saling susul menyusul.

Pengumpulan data

Reduksi data

Penyajian data

Kesimpulan – kesimpulan: penarikan/Verifikasi


(41)

Bily Angga Gustian, 2014

Peranan Kepala Desa Dalam Meningkatkan KEsadaran Hukum Wajib Pajak untuk Membayar Bumi dan Bangunan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan data dan fakta yang telah penulis temukan dalam penelitian tentang Peranan Kepala Desa Dalam Meningkatkan Kesadaran Hukum Wajib Pajak untuk Membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) maka penulis dapat memberikan kesimpulan sebagai berikut :

A. Kesimpulan 1. Kesimpulan Umum

Berdasarkan deskriptif penelitian dan analisis penelitian dapat ditarik kesimpulan, bahwa usaha yang dilakukan kepala desa tidak terlalu berpengaruh dalam upaya meningkatkan kesadaran hukum wajib pajak dalam membayar PBB di Desa Padaringan Kecamatan Purwadadi Kabupaten Ciamis. Sebab, data pelanggaran yang terjadi pada tahun 2009 tidak mengalami perubahan shingga tahun 2010. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya: kurang tegasnya sanksi yang diberikan oleh aparat desa terhadap wajib pajak yang melanggar UU RI Nomor 12 Tahun 1994 tentang PBB, tidak adanya sosialisasi khusus yang dilakukan oleh aparat desa tentang PBB, rendahnya frekuensi sosialisasi PBB yang dilakukan aparat desa, sehingga tidak bisa menyentuh seluruh lapisan wajib pajak.

2. Kesimpulan Khusus

Secara khusus, dari hasil penelitian ini dapat dirumuskan beberapa kesimpulan sebagai berikut :

a. Masih kurang optimalnya cara kepala desa dalam menangani masyarakat wajib pajak yang berdomisili diluar wilayahnya, sebab masih banyak ditemukan wajib pajak yang lalai akan kewajibannya dalam membayar PBB. Hal ini disebabkan karena domisili wajib pajak yang jauh dan berbeda-beda sehingga menyulitkan petugas pemungutan pajak.


(42)

98

Bily Angga Gustian, 2014

Peranan Kepala Desa Dalam Meningkatkan KEsadaran Hukum Wajib Pajak untuk Membayar Bumi dan Bangunan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Upaya yang telah dilakukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat wajib pajak Desa Padaringan Kecamatna Purwadadi Kabupaten Ciamis dalam Membayar PBB adalah pemerintah desa melakukan sosialisasi melalui ketua RT dan RW tentang kewajiban membayar pajak. Apabila terdapat aturan baru mengenai PBB, disosialisasikan pula melalui ketua RT dan RW. sehingga yang berperan penting secara langsung untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam membayar PBB adalah ketua RT, ketua RW, dan petugas pemungutan pajak yang ditunjuk oleh aparat desa.

c. Respon Wajib Pajak dalam Menanggapi Ajakan Kepala Desa untuk Membayar PBB cukup antusias dalam menanggapinya, tetapi karena kurangya frekuensi sosialisasi dan sosialisasi yang dilaksanakan sifatnya menumpang ke dalam acara lain sehingga tidak seluruh lapisan wajib pajak mengikuti ajakan kepala desa. Hal ini disebabkan karena ketidaktahuan atau ketidakbisaan karena berbarengan dengan kepentingan lain. Berbeda dengan respon wajib pajak yang berdomisili diluar wilayah Desa Padaringan, karena jarak tempuh yang jauh sehingga aparat desa kesulitan dalam upaya meningkatkan kesadaran hukum wajib pajak untuk membayar PBB.

d. Status sosial ekonomi dalam hal pekerjaan dan penghasilan sangat mempengaruhi terhadap kesadaran hukum wajib pajak dalam membayar PBB, karena jumlah penghasilannya habis dipakai untuk biaya kebutuhan sehari-hari. Sedangkan latar belakang pendidikan tidak terlalu berpengaruh terhadap kesadaran hukum wajib pajak. Meskipun mayoritas latar belakang pendidikan wajib pajak lulusan SD, namun sudah banyak yang mengetahui pentingnya PBB.

e. Hambatan-hambatan yang dialami dalam meningkatkan kesadaran hukum wajib pajak dalam membayar PBB di Desa Padaringan Kecamatan Purwadadi Kabupaten Ciamis bermacam-macam yaitu keadaan ekonomi wajib pajak yang terbatas, jumlah pajak yang ditagih


(43)

Bily Angga Gustian, 2014

Peranan Kepala Desa Dalam Meningkatkan KEsadaran Hukum Wajib Pajak untuk Membayar Bumi dan Bangunan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, dan wajib pajak yang berdomisili diluar wilayah Desa Padaringan sehingga sulit melakukan penagihan PBB.

B. Saran

1. Bagi Kepala Desa Padaringan

Sehubungan dengan masih adanya wajib pajak yang belum memenuhi kewajibannya dalam membayar PBB, diperlukan kerjasama yang baik dengan lembaga yang terkait dan perlu diadakannya sosialisasi khusus tentang PBB. Sehubungan masih ada hambatan-hambatan dalam pembayaran pajak, sehingga diperlukan peningkatan pelayanan yang lebih baik lagi terhadap masyarakat wajib pajak sehinggga kendala yang dihadapi oleh wajib pajak khususnya dalam pembayaran PBB dapat segera mendapatkan solusi dan dan dapat diatasi secepat mungkin.

2. Bagi Aparat Desa Padaringan

Perangkat desa dalam upaya mengoptimalkan kinerjanya senantiasa dapat bekerjasama dan berkoordinasi dengan kepala desa semaksimal mungkin, sehingga dapat segera didapatkan solusinya berkaitan dengan masalah dalam pembayaran PBB. Selain bekerjasama dengan Kepala Desa, perangkat desa juga harus membina hubungan baik dengan wajib pajak sehingga kendala yang dihadapi oleh wajib pajak dalam membayar PBB dapat segera mendapatkan solusinya.

3. Bagi Petugas Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Desa Padaringan

Dikarenakan banyak faktor yang menghambat dalam memenuhi kewajibannya, maka petugas pemungutan pajak diharapkan dapat menampung aspirasi dan memperhatikan kondisi wajib pajak di lapangan sehingga aspirasi masyarakat wajib pajak dapat tersalurkan kepada Pemerintah Desa sebagai bahan pertimbangan dalam pelaksanaan


(1)

Bily Angga Gustian, 2014

Peranan Kepala Desa Dalam Meningkatkan KEsadaran Hukum Wajib Pajak untuk Membayar Bumi dan Bangunan


(2)

Bily Angga Gustian, 2014

Peranan Kepala Desa Dalam Meningkatkan KEsadaran Hukum Wajib Pajak untuk Membayar Bumi dan Bangunan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

A. SUMBER BUKU

A. W. Widjaya. (1984). Kesadaran Hukum Manusia dan Manusia Pancasila. Jakarta: Era Swasta.

Affandi, dkk. (1988). Materi Pokok Pajak Bumi dan Bangunan. Jakarta: Karunika Universitas Terbuka.

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

. (1987). Prosedur Penelitian. Jakarta: Bina Aksara. C.S.T Kansil. (1986). Disiplin Berlalu Lintas di Jalan Raya. Jakarta: PT. Rineka

Cipta.

Danial, Endang dan Nanan Wasriah. (2009). Metoda Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Laboratorium PKn Universitas Pendidikan Indonesia.

Darwis, Ranidar. (2003). Pendidikan Hukum dalam Konteks Sosial Budaya Bagi

Pembinaan Kesadaran Hukum Warga Negara. Bandung:

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS

PENDIDIKAN INDONESIA.

Devano. Sony dan Siti Kurnia R. (2006). Perpajakan konsep, teori, dan isu. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Djahiri, Kosasih. (1985). Strategi Pengajaran Afektif-Nilai-Moral VCT dan

Games dalam VCT. Bandung: GRANESIA.

E. Koswara.(1987). Psikologi Eksistensial Suatu Pengantar. Bandung: PT Eresko. Efendi Ridwan & Malihah Elly. (2007). Pendidikan Lingkungan Sosial Budaya

dan Teknoligi. Yasindo Multi Aspek. Bandung.

Horton, B. Paul dan Hunt, L. Chester. (1992). Sosiologi Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga.


(3)

Bily Angga Gustian, 2014

Peranan Kepala Desa Dalam Meningkatkan KEsadaran Hukum Wajib Pajak untuk Membayar Bumi dan Bangunan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Judisseno, Rimsky K. (2005). Pajak dan strategi bisnis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Kusnadi, Ade Engkus. (2007). Peranan Kepemimpinan Kepala Desa Dalam

Membentuk Sikap Politik Masyarakat Desa. Skripsi strata 1 pada FPIPS

UPI. Bandung: tidak diterbitkan.

Maftuh, B dan Sapriya.(2005). “Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Melalui Peta Konsep” Jurnal Civicus.1, (5), 321.

Magnis, Frans Von. (1985). EtikaUmum.Yogyakarta: Kanisius Mardiasmo. (2011). Perpajakan. Yogyakarta: Andi.

Moleong, Lexy J. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Moeljatno. (2008). Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Narwoko. (2004). Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Nasution, S. (2003). Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara. _________. (2009). Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara. Salman, Otje. (2007). Kesedaran Hukum Masyarakat Terhadap Hukum Waris.

Bandung: P.T ALUMNI.

Sanusi, Achmad. (1984). Masalah Kesadaran Hukum dalam Masyarakat Indonesia

Dewasaini. Dalam “Seminar Hukum Nasional ke-4 Tahun 1979, Buku

III”. Jakarta :Bina Cipta.

Saparin, Sumber. (1986). Tata Pemerintahan dan Administrasi Pemerintahan

Desa. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Setiadi, E. dan Usman, K. (2010). Pengantar Sosiologi: Pemahaman Fakta dan

Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya.


(4)

Bily Angga Gustian, 2014

Peranan Kepala Desa Dalam Meningkatkan KEsadaran Hukum Wajib Pajak untuk Membayar Bumi dan Bangunan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Setiawan, Agus dan Musri, Basri.(2006). Perpajakan umum.Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Soedjono D. (1982). Pokok-Pokok Sosiologi sebagai Penumpang Studi Hukum. Bandung: Alumni.

Soekanto, Soerjono. (1992). Kesadaran Hukum dan Kepatuhan Hukum. Jakarta: CV. Rajawali.

________________. (1983). Pengantar tentang Psikologi Hukum. Bandung: Alumni.

Soemanto, Wasty. (1984) Pendidikan Wiraswasta. Jakarta: Bina Aksara.

Soemitro, rochmat dan muttaqin,zaenal.(2001). Pajak Bumi dan Bangunan. Bandung: PT Redika Aditama.

Somantri, N. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS: Menandai 70

Tahun usia Prof. Muhammad Numan Somantri, M,Sc. Guru Besar Senior PPS dan FPIPS UPI. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Subana dan Sudrajat. (2009). Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah. Bandung: CV. Pustaka Setia.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif,

Kuantitatif, dan Research and Development. Bandung: Alfabeta.

________. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Research and

Development. Bandung: Alfabeta.

________. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Research and

Development. Bandung: Alfabeta.

_________. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Research and

Development. Bandung: Alfabeta.

Sukardi. (2004). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Sumaatmadja, Nursid. 1998. Manusia Dalam Konteks Sosial, Budaya, dan Lingkungan Hidup. Bandung: CV. Alfabeta.


(5)

Bily Angga Gustian, 2014

Peranan Kepala Desa Dalam Meningkatkan KEsadaran Hukum Wajib Pajak untuk Membayar Bumi dan Bangunan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Suriakusumah dan Prayoga Bestari (2009) Sistem Pemerintahan

Daerah.Bandung: Penerbit Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan.

Suwandi dan Basrowi. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.

Wahab, A Azis. (2001). Rekonstruksi Kurikulum PMPKN. Jurnal Civicus (1). Bandung. Jurusan PMPKN. UPI.

Wuryan, Sri dan Syaifullah. (2008) Ilmu Kewaganegaraan (Civics).Bandung: Penerbit Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan.

Winaputra, U.S. dan Dasim Budimansyah. (2007). Civic Education. Bandung: Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan SPS UPI.

Y Sri Pudyatmoko. (2009). Pengantar Hukum Pajak . Yogyakarta: CV. ANDI OFFSET.

Zubair, A. Charvis. (1985). Kuliah Etika. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. B. SUMBER UNDANG-UNDANG DAN PERATURAN-PERATURAN Undang-Undang Negara Republik Indonesia Dasar 1945.

Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 tentang

Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1994 tentang Pajak Bumi

dan Bangunan.

Undang-Undang Republik Indonesia No 32 Tahun 2004 tentang pemerintah

daerah.

Direktorat jendral Pajak Tahun 1991 Perpajakan Di Indonesia.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 72 Tahun 2005 tentang Desa. D. INTERNET


(6)

Bily Angga Gustian, 2014

Peranan Kepala Desa Dalam Meningkatkan KEsadaran Hukum Wajib Pajak untuk Membayar Bumi dan Bangunan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Haitami. (2012). Pelapisan sosial. [Online].

Tersedia: haitami.wordpress.com/2012/01/28/pelapisan-sosial. [20 Juli 2012]

Kusuma Diardja. (2009). Kesadaran Hukum. [Online].

Tersedia: http://bbm-online.forum.net/t10-Arti-Kesadaran. [22 Maret 2012]

Wikipedia. (2012). Stratifikasi sosial. [Online].