Efek Kayu Manis (Cinnamomum burmannii) Terhadap Kadar Glukosa Darah Postprandial.

(1)

vii

ABSTRAK

EFEK KAYU MANIS ( Cinnamomum burmannii ) TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH POSTPRANDIAL

Cristha Octaviani Gunawan, 2013

Pembimbing : Adrian Suhendra, dr., Sp.PK., M.Kes.

Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit kronis akibat pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin secara efektif. Jika tidak dikelola dengan baik, DM dapat mengakibatkan terjadinya berbagai komplikasi. Saat ini banyak orang mulai beralih pada pengobatan herbal untuk mengatasi berbagai macam penyakit, termasuk DM. Kayu manis dapat digunakan sebagai pengobatan ajuvan pada DM karena mengandung senyawa yang memiliki efek menurunkan kadar glukosa darah. Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui efek kayu manis dalam menurunkan kadar glukosa darah

postprandial.

Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimental quasi. Subjek penelitian sebanyak 30 orang dewasa muda. Kadar glukosa darah yang diukur adalah kadar glukosa darah puasa dan 30 menit postprandial orang yang mengonsumsi puding nasi tanpa dan dengan kayu manis. Pada penelitian digunakan darah kapiler. Analisis data menggunakan uji “t” berpasangan dengan α = 0,05.

Rerata kadar glukosa darah 30 menit postprandial orang yang mengonsumsi puding nasi dengan kayu manis yaitu 121,33 mg/dL berbeda sangat signifikan dengan yang mengonsumsi puding nasi tanpa kayu manis sebesar 130,13 mg/dL dengan p < 0,01. Kadar glukosa darah setelah mengonsumsi puding nasi dengan kayu manis lebih rendah dibandingkan dengan setelah mengonsumsi puding nasi tanpa kayu manis.

Kayu manis menurunkan kadar glukosa darah postprandial.


(2)

viii

ABSTRACT

THE EFFECT OF CINNAMON ( Cinnamomum burmannii ) TOWARDS POSTPRANDIAL BLOOD GLUCOSE LEVEL

Cristha Octaviani Gunawan, 2013

Tutor : Adrian Suhendra, dr., Sp.PK., M.Kes.

Diabetes Mellitus (DM) is a chronic disease caused by inadequate production of insulin or ineffective uses of insulin by the body itself. If not treated well, it can leads into several complications. Nowadays, most people tend to choose herbal medicine to treat the various diseases, including DM. Cinnamon can be use as adjuvant therapy for DM because of its compound, which has an effect on lowering post prandial blood glucose level. The purpose of this experiment is to investigate the effect of cinnamon on lowering postprandial blood glucose level.

A quasi experimental method was carried out with a total of 30 young adult participants. The blood glucose rate of each participant was measured during fasting and 30 minute postprandial between people consume rice pudding with and without cinnamon. This experiment is using a capillary blood. Statistical

analysis using paired “t” test with α=0.05.

The average result of the blood glucose rate 30 minute postprandial for participants that consumed rice pudding with cinnamon is 121.33 mg/dL. It shows a significant difference compare to the participants that consumed rice pudding without cinnamon with their result being 130.33 mg/dL with p<0.01. The blood glucose rate after consuming rice pudding with cinnamon is lower than after consuming rice pudding without cinnamon.

Cinnamon lowering postprandial blood glucose level. Keywords: cinnamon, blood glucose rate


(3)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ...iii

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN... iv

KATA PENGANTAR ...vi

ABSTRAK...vii

ABSTRACT...viii

DAFTAR ISI ...ix

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR ...xi

DAFTAR LAMPIRAN ...xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1

1.2Identifikasi Masalah ... 2

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian ... 2

1.4Manfaat Karya Tulis Ilmiah ... 2

1.5Kerangka Pemikiran ... 2

1.6Hipotesis Penelitian ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Pankreas ... 4

2.2 Histologi Pankreas... 4

2.3 Fisiologi Pankreas ... 5

2.4 Insulin... 7

2.4.1 Sintesis Insulin ... 8


(4)

x

2.4.3 Aksi Insulin... 10

2.4.4 Efek Insulin... 11

2.5 Glukosa... 12

2.5.1 Glukosa Darah ... 13

2.5.2 Metabolisme Glukosa ... 13

2.6 Kayu Manis ... 15

2.6.1 Nama Umum Kayu Manis ... 15

2.6.2 Klasifikasi Kayu Manis ... 15

2.6.3 Deskripsi Kayu Manis ... 16

2.6.4 Jenis-jenis Kayu Manis ... 16

2.6.5 Kandungan Kimia Kayu Manis ... 16

2.6.6 Manfaat Kayu Manis ... 17

2.7 Pengaruh Kayu Manis terhadap DM 2 ... 17

BAB III SUBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Alat, Bahan, dan Subjek Penelitian ... . 19

3.1.1 Alat dan Bahan ... 19

3.1.2 Subjek Penelitian ... 19

3.2 Metode Penelitian... 20

3.2.1 Desain Penelitan ... 20

3.2.2 Variabel Penelitian ... 20

3.2.2.1 Definisi Konsepsional Variabel... 20

3.2.2.2 Definisi Operasional Variabel... 20

3.2.3 Besar Sampel Penelitian ... 21

3.3 Prosedur Kerja ... 21

3.3.1 Prosedur Penelitian ... 22

3.4 Metode Penelitian... 22

3.5 Aspek Etika Penelitian ... 22

3.6 Lokasi dan Waktu ... 23


(5)

xi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Uji Homogenitas ... 24

4.2 Hasil Penelitian ...25

4.3 Pembahasan Penelitian ...25

4.4 Pengujian Hipotesis Penelitian ...26

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 27

5.2 Saran ... 27

DAFTAR PUSTAKA ... 28

LAMPIRAN ... 30


(6)

xii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 Pengangkut Glukosa yang Utama... 14 Tabel 4.1 Uji Homogenitas Rerata Kadar Glukosa Darah Puasa Sebelum

Mengonsumsi Puding Nasi tanpa dan dengan Kayu Manis... 24 Tabel 4.2 Perbandingan Rerata Kadar Glukosa Darah 30 Menit Postprandial


(7)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Struktur Pankreas... 4 Gambar 2.2 Histologi Pankreas... 5 Gambar 2.3 Mekanisme Dasar Perangsangan Glukosa terhadap Sekresi

Insulin oleh Sel Beta Pankreas... 9 Gambar 2.4 Aksi Insulin... 11 Gambar 2.5 Kulit Batang dan Bubuk Kayu Manis... 15


(8)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Surat Keputusan Komisi Etik Penelitian... 30

Lampiran 2 Informed Consent... 31

Lampiran 3 Hasil Penelitian... 32

Lampiran 4 Uji “t” Berpasangan... 34

Lampiran 5 Hasil Uji Pendahuluan... 35

Lampiran 6 Dosis Kayu Manis……... 36


(9)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh untuk memproduksi hormon insulin atau karena penggunaan yang tidak efektif dari produksi insulin. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar glukosa dalam darah. DM terdiri dari dua tipe, tipe pertama yang disebabkan keturunan dan tipe kedua disebabkan life style atau ‘gaya hidup’. Secara umum hampir 80% prevalensi diabetes melitus adalah DM tipe 2. Ini berarti life style atau ‘gaya hidup’ yang tidak sehat seperti kurangnya olah raga dan konsumsi makanan dengan kadar gula yang tinggi menjadi pemicu utama meningkatnya prevalensi DM. Bila dicermati, penduduk dengan obese

mempunyai risiko terkena diabetes melitus lebih besar dari penduduk yang tidak

obese. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, diperoleh bahwa proporsi penyebab kematian akibat DM pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan menduduki ranking ke-2 yaitu 14,7%, dan di daerah pedesaan menduduki ranking ke-6 yaitu 5,8% (Depkes, 2012). Jika tidak dikelola dengan baik, diabetes melitus dapat mengakibatkan terjadinya komplikasi antara lain : komplikasi mikrovaskular seperti retinopati dan nefropati, makrovaskular seperti penyakit pembuluh darah koroner dan perifer, serta stroke, dan neuropati diabetic, yaitu kelainan saraf autonom dan perifer (Khardori, 2013)

Pada masa kini banyak orang mulai beralih pada pengobatan herbal atau tradisional untuk mengatasi berbagai macam penyakit, termasuk DM. Selain kemampuannya untuk menyembuhkan penyakit, bahan dari alam tidak menimbulkan efek samping bagi tubuh serta mudah didapatkan. Pengobatan ini memanfaatkan daun, kulit batang, buah, biji, bahkan bagian akar dari tanaman. Kayu manis salah satu contohnya, dapat digunakan sebagai pengobatan DM. Beberapa tahun terakhir ini, para ilmuwan berhasil mengungkap khasiat kayu manis, yakni menurunkan kadar glukosa darah. Kayu manis adalah salah satu bumbu makanan tertua yang digunakan manusia. Kayu manis merupakan sejenis


(10)

2

pohon penghasil rempah-rempah, termasuk ke dalam jenis rempah-rempah yang amat beraroma, pedas, dan manis (Food Association Organization, 2012) . Aroma wangi dari kulit kayu manis membuat tanaman rempah ini menjadi primadona sebagai penyedap kue dan minuman. Kayu manis (Cinnamomum burmannii)

memiliki kandungan berbagai senyawa kimia yang dapat menurunkan glukosa darah (AN, 2010) .

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang efek kayu manis terhadap glukosa darah postprandial.

1.2 Identifikasi Masalah

Apakah kayu manis menurunkan kadar glukosa darah postprandial.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

 Maksud penelitian : mengetahui bahan alam yang memiliki efek dalam menurunkan kadar glukosa darah postprandial.

 Tujuan penelitian : mengetahui efek kayu manis dalam menurunkan kadar glukosa darah postprandial.

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah

 Manfaat akademis: untuk perkembangan ilmu pengetahuan dan menambah wawasan tentang kayu manis sebagai salah satu tanaman yang dapat menurunkan kadar glukosa darah postprandial.

 Manfaat praktis : memberikan informasi kepada masyarakat tentang manfaat kayu manis yang dapat digunakan sebagai obat ajuvan pada penderita DM.

1.5 Kerangka Pemikiran

Kayu manis memiliki efek menurunkan kadar glukosa darah. Kandungan dalam kayu manis yang dapat menurunkan kadar glukosa darah ialah sinamaldehida. Hasil penelitian menunjukan bahwa sinamaldehida dapat menghambat enzim alfa glukosidase. Enzim ini merupakan enzim yang terdapat


(11)

3

pada brush border usus halus dan bertugas memecah polisakarida dan disakarida menjadi glukosa (Utami & Puspaningtyas, 2013).

Senyawa lain dalam kayu manis yang dapat menurunkan kadar glukosa darah yaitu MHCP, suatu flavonoid yang memiliki efek mirip insulin. Kerja MHCP antara lain ialah dengan meningkatkan konsentrasi IRS-1, suatu reseptor insulin yang akan mengaktifkan jalur PI-3K. Pengaktifan jalur PI-3K ini akan menyebabkan peningkatan sintesis lipid, protein, glikogen oleh glikogen sintase, serta menstimulasi proliferasi sel-sel. Mekanisme ini bertanggung jawab dalam proses distribusi glukosa ke dalam sel. PI-3K selanjutnya akan menyebabkan GLUT-4 yang terdapat dalam sitosol bergerak menuju membran sel sehingga

glukosa dapat masuk ke dalam sel dan menuju ke mitokondria untuk diubah menjadi ATP. Kerja MHCP lainnya yaitu dengan menghambat enzim GSK-3b yang berfungsi untuk menghambat glycogen synthase dan menghambat PTP-1 yang bertugas dalam proses defosforilasi reseptor insulin (Hlebowicz, Darwiche, & Björgell, 2007).

1.6 Hipotesis Penelitian


(12)

27

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

 Kayu manis menurunkan kadar glukosa darah postprandial. 5.2 Saran

 Penelitian lebih lanjut dilakukan pada orang-orang yang mengidap penyakit diabetes melitus dengan pengawasan yang ketat.

 Penelitian lebih lanjut dilakukan dengan perlakuan kayu manis yang berbeda.

 Penelitian lebih lanjut dilakukan dengan mencatat kadar glukosa tiap 30 menit.


(13)

38

RIWAYAT HIDUP

Nama : Cristha Octaviani Gunawan

Nomor Pokok Mahasiswa : 1010066

Tempat & Tanggal Lahir : Bandung, 25 Oktoober 1992

Alamat : Setra Duta Cypress No.33, Bandung

Riwayat Pendidikan :

 TKK BPK Penabur, Tasikmalaya, lulus tahun 1998

 SDK BPK Penabur, Tasikmalaya, lulus tahun 2004

 SMPK 1 BPK Penabur, Bandung, lulus tahun 2007

 SMAK 1 BPK Penabur Bandung, lulus tahun 2010

 Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha, Bandung tahun 2010 hingga sekarang


(14)

Efek Kayu Manis (Cinnamomum burmannii) Terhadap

Kadar Glukosa Darah Postprandial

Cristha Octaviani Gunawan1, Adrian Suhendra2 1. Fakultas Kedokteran , Universitas Kristen Maranatha, Bandung

2. Bagian Patologi Klinik, Fakultas Kedokteran,Universitas Kristen Maranatha, Bandung

Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha

Jl. Prof. Drg, Suria Sumantri MPH no 65 Bandung 40164 Indonesia ABSTRAK

Latar Belakang: Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit kronis akibat pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin secara efektif. Jika tidak dikelola dengan baik, DM dapat mengakibatkan terjadinya berbagai komplikasi. Saat ini banyak orang mulai beralih pada pengobatan herbal untuk mengatasi berbagai macam penyakit, termasuk DM. Kayu manis dapat digunakan sebagai pengobatan ajuvan pada DM karena mengandung senyawa yang memiliki efek menurunkan kadar glukosa darah

Tujuan: Untuk mengetahui efek kayu manis dalam menurunkan kadar glukosa darah postprandial

Metode: adalah eksperimental quasi. Subjek penelitian sebanyak 30 orang dewasa muda. Kadar glukosa darah yang diukur adalah kadar glukosa darah puasa dan 30 menit postprandial orang yang mengonsumsi puding nasi tanpa dan dengan kayu manis. Pada penelitian digunakan

darah kapiler. Analisis data menggunakan uji “t” berpasangan dengan α = 0,05.

Hasil: Rerata kadar glukosa darah 30 menit postprandial orang yang mengonsumsi puding nasi dengan kayu manis yaitu 121,33 mg/dL berbeda sangat signifikan dengan yang mengonsumsi puding nasi tanpa kayu manis sebesar 130,13 mg/dL dengan p < 0,01. Kadar glukosa darah setelah mengonsumsi puding nasi dengan kayu manis lebih rendah dibandingkan dengan setelah mengonsumsi puding nasi tanpa kayu manis.

Kesimpulan: kayu manis menurunkan kadar glukosa darah postprandial. Kata kunci : kayu manis, kadar glukosa darah

ABSTRACT

Background: Diabetes Mellitus (DM) is a chronic disease caused by inadequate production of insulin or ineffective uses of insulin by the body itself. If not treated well, it can leads into several complications. Nowadays, most people tend to choose herbal medicine to treat the various diseases, including DM. Cinnamon can be use as adjuvant therapy for DM because of its compound, which has an effect on lowering post prandial blood glucose level.

Objectives: to know the effect of cinnamon on lowering postprandial blood glucose level.

Methods: A quasi experimental method was carried out with a total of 30 young adult participants. The blood glucose rate of each participant was measured during fasting and 30 minute postprandial between people consume rice pudding with and without cinnamon. This experiment is using a capillary blood. Statistical analysis using paired “t” test with α=0.05, with

α=0.05.

Results: The average result of the blood glucose rate 30 minute postprandial for participants that consumed rice pudding with cinnamon is 121.33 mg/dL. It shows a significant difference compare to the participants that consumed rice pudding without cinnamon with their result being 130.33 mg/dL with p<0.01. The blood glucose rate after consuming rice pudding with cinnamon is lower than after consuming rice pudding without cinnamon

Conclusion: Cinnamon lowering postprandial blood glucose level. Keywords: cinnamon, blood glucose rate


(15)

PENDAHULUAN

Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh untuk memproduksi hormon insulin atau karena penggunaan yang tidak efektif dari produksi insulin. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar glukosa dalam darah. Jika tidak dikelola dengan baik, diabetes melitus dapat mengakibatkan terjadinya komplikasi antara lain:komplikasi mikrovaskular seperti retinopati dan nefropati, makrovaskular seperti penyakit pembuluh darah koroner dan perifer, serta stroke, dan

neuropati diabetic, yaitu kelainan saraf autonom dan perifer(1).

Pada masa kini banyak orang mulai beralih pada pengobatan herbal atau tradisional untuk mengatasi berbagai macam penyakit, termasuk DM. Kayu manis salah satu contohnya, dapat digunakan sebagai pengobatan DM. Beberapa tahun terakhir ini, para ilmuwan berhasil mengungkap khasiat kayu manis, yakni menurunkan kadar glukosa darah. Kayu manis adalah salah satu bumbu makanan tertua yang digunakan manusia. Kayu manis merupakan sejenis pohon penghasil rempah-rempah, termasuk ke dalam jenis rempah-rempah yang amat beraroma, pedas, dan manis(2). Aroma wangi dari kulit kayu manis membuat tanaman rempah ini menjadi primadona sebagai penyedap kue dan minuman. Kayu manis (Cinnamomum burmannii)

memiliki kandungan berbagai senyawa kimia yang dapat menurunkan glukosa darah(3).

TUJUAN PENELITIAN

Ingin mengetahui efek kayu manis dalam menurunkan kadar glukosa darah postprandial.

ALAT, BAHAN, DAN CARA Penelitian ini bersifat experimental sungguhan. Analisis data memakai uji “t” berpasangan dengan α=0,05. Alat dan bahan yang digunakan berupa glukometer, strip glukometer, lanset derngan lancing device, kapas alkohol 70%, nasi putih, gula pasir, susu sapi, bubuk kayu manis, dan darah kapiler. Prosedur penelitian :

1. Hari pertama dilakukan

tindakan antiseptik

menggunakan alkohol 70 % pada ujung jari tangan III atau IV dari subjek penelitian yang melakukan puasa selama 8-10 jam.

2. Bahan pemeriksaan adalah darah kapiler diambil dari ujung jari tangan III atau IV dengan lanset dan ditampung di strip On Call Plus.

3. Lalu dilakukan penusukan ujung jari tangan dengan lanset.

4. Setetes sampel darah yang keluar dari ujung jari dihapus menggunakan kapas terlebih dahulu.

5. Tetesan darah berikutnya ditempelkan pada ujung strip On Call Plus / carik reagen pemeriksa yang menempel pada glukometer On Call Plus.

6. Dilihat kadar glukosa darah yang keluar di alat, lalu dicatat hasilnya sebagai kadar GDP. 7. Subjek penelitian diberi 100

gram puding nasi tanpa kayu manis yang dimakan dalam waktu lima menit.


(16)

8. Pemeriksaan kadar glukosa darah diulang 30 menit kemudian, lalu catat hasilnya sebagai kadar glukosa darah 30 menit postprandial.

9. Hari kedua (satu minggu setelah hari pertama) dilakukan prosedur yang sama pada SP tersebut dengan menggunakan perlakuan puding nasi dengan kayu manis. Dalam waktu satu minggu tersebut merupakan

washed out period, sehingga diharapkan subjek penelitian tidak mengonsumsi kayu manis. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1 Perbandingan Rerata

Kadar Glukosa Darah 30 Menit Post Prandial Setelah Mengonsumsi Puding Nasi tanpa

dan dengan Kayu

Manis Pudi ng Nasi Rerat a GD30 ’PP (mg/d L) Renta ng GD30 ’PP (mg/d L) S D Uj i “t Tanp a Kay u Mani s

130,13 118-140 5, 46 < 0, 01 Den gan Kay u Mani s

121,33 109-131

5, 59

Tabel 1 : Rerata kadar glukosa darah 30 menit post

prandial setelah mengonsumsi puding nasi dengan kayu manis lebih rendah dibandingkan dengan rerata kadar glukosa darah setelah mengonsumsi puding nasi tanpa kayu manis, yaitu sebesar 121,33 mg/dL (SD=5,59) dibandingkan dengan 130,13 mg/dL (SD=5,46) dengan p<0,01 maka ditemukan perbedaan yang sangat signifikan. DISKUSI

Kayu manis memiliki efek menurunkan kadar glukosa darah. Kandungan dalam kayu manis yang dapat menurunkan kadar glukosa darah ialah sinamaldehida. Sinamaldehida bekerja menghambat enzim alfa glukosidase. Enzim ini merupakan enzim yang terdapat pada brush border usus halus dan bertugas memecah polisakarida dan disakarida menjadi glukosa(4).

Senyawa lain dalam kayu manis yang dapat menurunkan kadar glukosa darah yaitu MHCP, suatu flavonoid yang memiliki efek mirip insulin. Kerja MHCP antara lain ialah dengan meningkatkan konsentrasi IRS-1, suatu reseptor insulin yang akan mengaktifkan jalur PI-3K. Pengaktifan jalur PI-3K ini akan menyebabkan peningkatan sintesis lipid, protein, glikogen oleh glikogen sintase, serta menstimulasi proliferasi sel-sel. Mekanisme ini bertanggung jawab dalam proses distribusi glukosa ke dalam sel. PI-3K selanjutnya akan menyebabkan GLUT-4 yang terdapat dalam sitosol bergerak menuju membran sel sehingga glukosa dapat masuk ke dalam sel dan menuju ke mitokondria untuk diubah menjadi ATP. Kerja MHCP lainnya yaitu dengan menghambat enzim GSK-3b yang berfungsi untuk menghambat


(17)

glycogen synthase dan menghambat PTP-1 yang bertugas dalam proses defosforilasi reseptor insulin(5).

SIMPULAN

Kayu manis menurunkan kadar glukosa darah postprandial.

SARAN

Penelitian lebih lanjut dilakukan pada orang-orang yang mengidap penyakit diabetes melitus dengan pengawasan yang ketat.Penelitian lebih lanjut dilakukan dengan perlakuan kayu manis yang berbeda.Penelitian lebih lanjut dilakukan dengan mencatat kadar glukosa tiap 30 menit.Penelitian lebih lanjut dilakukan perbandingan dengan acarbose.

DAFTAR PUSTAKA

1. Khardori, R. (2013, January 8).

Medscape. Retrieved January 16,

2013, from

http://emedicine.medscape.co

m/article/117853-overview#aw2aab6b2b4.

2. Food Association Organization.

(2012). Retrieved January 13,

2013, from http :

//www.fao.org/docrep/x5326e /x5326e07.htm.

3. AN. (2010, May 20). Kompas.

Retrieved January 16, 2013, from

http ://www.depkes.

go.id/index.php/berita/press- release/414-tahun-2030- prevalensi-diabetes-melitus-di- indonesia-mencapai-213-juta-orang.html.

4. Utami, P., & Puspaningtyas, D.

E. (2013). The Miracle of Herbs.

Jakarta: PT AgroMedia

Pustaka./graph/foo_sof_dri_co n-foof-soft-drink-consumption.

5. Hlebowicz, J., Darwiche, G., &

Björgell, O. (2007, January 24). The American Journal of Clinical

Nutrition. Retrieved September

11, 2013, from

http://ajcn.nutrition.org/: http://ajcn.nutrition.org/conte nt/85/6/1552.full


(18)

28

DAFTAR PUSTAKA

AN. (2010, May 20). Kompas. Retrieved January 16, 2013, from http ://www.depkes. go.id/index.php/berita/press-release/414-tahun-2030-prevalensi-diabetes-melitus-di-indonesia-mencapai-213-juta-orang.html. Bender, D. A., & Mayes, P. A. (2006). Karbohidrat yang Penting Secara

Fisiologis. In R. K. Murray, D. K. Granner, & V. W. Rodwell, Biokimia Harper (Vol. 27, p. 119). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Daniel S. Wibowo, W. P. (2007). Anatomi Tubuh Manusia. Bandung: Graha Ilmu.

Depkes. (2012). Retrieved January 13, 2013, from http ://www .depkes .go.id /index .php/berita/press-release/414-tahun-2030-prevalensi-diabetes-melitus-di-indonesia-mencapai-213-juta-orang.html.

Eroschenko, V. P. (2008). diFiore's Atlas of Histology with Functional Correlations. Philadelphia: Lippincott William & Wilkins.

Food Association Organization. (2012). Retrieved January 13, 2013, from http : //www.fao.org/docrep/x5326e/x5326e07.htm.

Free Radical Chemistry and Biotechnology. (2010). Retrieved September 11, 2013, from http://www.freeradical.org.au/: http ://www .freeradical .org.au /attachments/DL_2010.pdf

Gerard J. Tortora, B. D. (2009). Principles of Anatomy and Physiology (12 ed.). John Wiley & Sons, Inc.

Guyton, A. C., & Hall, J. E. (2007). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (11th ed.). Jakarta: Elsevier,EGC Medical.

Hlebowicz, J., Darwiche, G., & Björgell, O. (2007, January 24). The American Journal of Clinical Nutrition. Retrieved September 11, 2013, from http://ajcn.nutrition.org/: http://ajcn.nutrition.org/content/85/6/1552.full Khardori, R. (2013, January 8). Medscape. Retrieved January 16, 2013, from

http://emedicine.medscape.com/article/117853-overview#aw2aab6b2b4.

MedicineNet. (2012). Retrieved 7 24, 2013, from http ://www .medterms .com /script /main/art.asp?articlekey=32858.

Pelley, J. W. (2012). Elsevier’s Integrated Review Biochemistry (2nd ed.). Elsevier.

Seasoning and Spice Association. (2010, May 14). Retrieved September 11, 2013, from http://www.seasoningandspice.org.uk/: http ://www .seasoningandspice .org.uk/ssa/background_culinary-herbs-spices.aspx


(19)

29

Tortora, G. J., & Derrickson, B. (2009). Principles of Anatomy and Physiology (12th ed.). Hoboken: John Willey & Sons, Inc.

United States Department of Agriculture. (2012). Retrieved September 11, 2013, from http://plants.usda.gov/:

http://plants.usda.gov/java/ClassificationServlet?source=profile&symbol= Utami, P., & Puspaningtyas, D. E. (2013). The Miracle of Herbs. Jakarta: PT

AgroMedia Pustaka.

Winarsi, H. (2008). Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Yogyakarta: Kanisius. Zachariah, T. J., Chempakam, B., & Parthasarathy, V. A. (2008). Chemistry of


(1)

Efek Kayu Manis (

Cinnamomum burmannii

) Terhadap

Kadar Glukosa Darah

Postprandial

Cristha Octaviani Gunawan

1

, Adrian Suhendra

2 1. Fakultas Kedokteran , Universitas Kristen Maranatha, Bandung

2. Bagian Patologi Klinik, Fakultas Kedokteran,Universitas Kristen Maranatha, Bandung

Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha

Jl. Prof. Drg, Suria Sumantri MPH no 65 Bandung 40164 Indonesia

ABSTRAK

Latar Belakang: Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit kronis akibat pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin secara efektif. Jika tidak dikelola dengan baik, DM dapat mengakibatkan terjadinya berbagai komplikasi. Saat ini banyak orang mulai beralih pada pengobatan herbal untuk mengatasi berbagai macam penyakit, termasuk DM. Kayu manis dapat digunakan sebagai pengobatan ajuvan pada DM karena mengandung senyawa yang memiliki efek menurunkan kadar glukosa darah

Tujuan: Untuk mengetahui efek kayu manis dalam menurunkan kadar glukosa darah postprandial

Metode: adalah eksperimental quasi. Subjek penelitian sebanyak 30 orang dewasa muda. Kadar glukosa darah yang diukur adalah kadar glukosa darah puasa dan 30 menit postprandial orang yang mengonsumsi puding nasi tanpa dan dengan kayu manis. Pada penelitian digunakan darah kapiler. Analisis data menggunakan uji “t” berpasangan dengan α = 0,05.

Hasil: Rerata kadar glukosa darah 30 menit postprandial orang yang mengonsumsi puding nasi dengan kayu manis yaitu 121,33 mg/dL berbeda sangat signifikan dengan yang mengonsumsi puding nasi tanpa kayu manis sebesar 130,13 mg/dL dengan p < 0,01. Kadar glukosa darah setelah mengonsumsi puding nasi dengan kayu manis lebih rendah dibandingkan dengan setelah mengonsumsi puding nasi tanpa kayu manis.

Kesimpulan: kayu manis menurunkan kadar glukosa darah postprandial. Kata kunci : kayu manis, kadar glukosa darah

ABSTRACT

Background: Diabetes Mellitus (DM) is a chronic disease caused by inadequate production of insulin or ineffective uses of insulin by the body itself. If not treated well, it can leads into several complications. Nowadays, most people tend to choose herbal medicine to treat the various diseases, including DM. Cinnamon can be use as adjuvant therapy for DM because of its compound, which has an effect on lowering post prandial blood glucose level.

Objectives: to know the effect of cinnamon on lowering postprandial blood glucose level.

Methods: A quasi experimental method was carried out with a total of 30 young adult participants. The blood glucose rate of each participant was measured during fasting and 30 minute postprandial between people consume rice pudding with and without cinnamon. This experiment is using a capillary blood. Statistical analysis using paired “t” test with α=0.05, with α=0.05.

Results: The average result of the blood glucose rate 30 minute postprandial for participants that consumed rice pudding with cinnamon is 121.33 mg/dL. It shows a significant difference compare to the participants that consumed rice pudding without cinnamon with their result being 130.33 mg/dL with p<0.01. The blood glucose rate after consuming rice pudding with cinnamon is lower than after consuming rice pudding without cinnamon

Conclusion: Cinnamon lowering postprandial blood glucose level. Keywords: cinnamon, blood glucose rate


(2)

PENDAHULUAN

Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh untuk memproduksi hormon insulin atau karena penggunaan yang tidak efektif dari produksi insulin. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar glukosa dalam darah. Jika tidak dikelola dengan baik, diabetes melitus dapat mengakibatkan terjadinya komplikasi antara lain:komplikasi mikrovaskular seperti retinopati dan nefropati, makrovaskular seperti penyakit pembuluh darah koroner dan perifer, serta stroke, dan neuropati diabetic, yaitu kelainan saraf autonom dan perifer(1).

Pada masa kini banyak orang mulai beralih pada pengobatan herbal atau tradisional untuk mengatasi berbagai macam penyakit, termasuk DM. Kayu manis salah satu contohnya, dapat digunakan sebagai pengobatan DM. Beberapa tahun terakhir ini, para ilmuwan berhasil mengungkap khasiat kayu manis, yakni menurunkan kadar glukosa darah. Kayu manis adalah salah satu bumbu makanan tertua yang digunakan manusia. Kayu manis merupakan sejenis pohon penghasil rempah-rempah, termasuk ke dalam jenis rempah-rempah yang amat beraroma, pedas, dan manis(2). Aroma wangi dari kulit kayu manis membuat tanaman rempah ini menjadi primadona sebagai penyedap kue dan minuman. Kayu manis (Cinnamomum burmannii) memiliki kandungan berbagai senyawa kimia yang dapat menurunkan glukosa darah(3).

TUJUAN PENELITIAN

Ingin mengetahui efek kayu manis dalam menurunkan kadar glukosa darah postprandial.

ALAT, BAHAN, DAN CARA Penelitian ini bersifat experimental sungguhan. Analisis data memakai uji “t” berpasangan dengan α=0,05. Alat dan bahan yang digunakan berupa glukometer, strip glukometer, lanset derngan lancing device, kapas alkohol 70%, nasi putih, gula pasir, susu sapi, bubuk kayu manis, dan darah kapiler. Prosedur penelitian :

1. Hari pertama dilakukan

tindakan antiseptik

menggunakan alkohol 70 % pada ujung jari tangan III atau IV dari subjek penelitian yang melakukan puasa selama 8-10 jam.

2. Bahan pemeriksaan adalah darah kapiler diambil dari ujung jari tangan III atau IV dengan lanset dan ditampung di strip On Call Plus.

3. Lalu dilakukan penusukan ujung jari tangan dengan lanset.

4. Setetes sampel darah yang keluar dari ujung jari dihapus menggunakan kapas terlebih dahulu.

5. Tetesan darah berikutnya ditempelkan pada ujung strip On Call Plus / carik reagen pemeriksa yang menempel pada glukometer On Call Plus.

6. Dilihat kadar glukosa darah yang keluar di alat, lalu dicatat hasilnya sebagai kadar GDP. 7. Subjek penelitian diberi 100

gram puding nasi tanpa kayu manis yang dimakan dalam waktu lima menit.


(3)

8. Pemeriksaan kadar glukosa darah diulang 30 menit kemudian, lalu catat hasilnya sebagai kadar glukosa darah 30 menit postprandial.

9. Hari kedua (satu minggu setelah hari pertama) dilakukan prosedur yang sama pada SP tersebut dengan menggunakan perlakuan puding nasi dengan kayu manis. Dalam waktu satu minggu tersebut merupakan washed out period, sehingga diharapkan subjek penelitian tidak mengonsumsi kayu manis. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1 Perbandingan Rerata

Kadar Glukosa Darah 30 Menit Post Prandial Setelah Mengonsumsi Puding Nasi tanpa dan dengan Kayu Manis Pudi ng Nasi Rerat a GD30 ’PP (mg/d L) Renta ng GD30 ’PP (mg/d L) S D Uj i “t Tanp a Kay u Mani s

130,13 118-140 5, 46 < 0, 01 Den gan Kay u Mani s

121,33 109-131

5, 59

Tabel 1 : Rerata kadar glukosa darah 30 menit post

prandial setelah mengonsumsi puding nasi dengan kayu manis lebih rendah dibandingkan dengan rerata kadar glukosa darah setelah mengonsumsi puding nasi tanpa kayu manis, yaitu sebesar 121,33 mg/dL (SD=5,59) dibandingkan dengan 130,13 mg/dL (SD=5,46) dengan p<0,01 maka ditemukan perbedaan yang sangat signifikan. DISKUSI

Kayu manis memiliki efek menurunkan kadar glukosa darah. Kandungan dalam kayu manis yang dapat menurunkan kadar glukosa darah ialah sinamaldehida. Sinamaldehida bekerja menghambat enzim alfa glukosidase. Enzim ini merupakan enzim yang terdapat pada brush border usus halus dan bertugas memecah polisakarida dan disakarida menjadi glukosa(4).

Senyawa lain dalam kayu manis yang dapat menurunkan kadar glukosa darah yaitu MHCP, suatu flavonoid yang memiliki efek mirip insulin. Kerja MHCP antara lain ialah dengan meningkatkan konsentrasi IRS-1, suatu reseptor insulin yang akan mengaktifkan jalur PI-3K. Pengaktifan jalur PI-3K ini akan menyebabkan peningkatan sintesis lipid, protein, glikogen oleh glikogen sintase, serta menstimulasi proliferasi sel-sel. Mekanisme ini bertanggung jawab dalam proses distribusi glukosa ke dalam sel. PI-3K selanjutnya akan menyebabkan GLUT-4 yang terdapat dalam sitosol bergerak menuju membran sel sehingga glukosa dapat masuk ke dalam sel dan menuju ke mitokondria untuk diubah menjadi ATP. Kerja MHCP lainnya yaitu dengan menghambat enzim GSK-3b yang berfungsi untuk menghambat


(4)

glycogen synthase dan menghambat PTP-1 yang bertugas dalam proses defosforilasi reseptor insulin(5).

SIMPULAN

Kayu manis menurunkan kadar glukosa darah postprandial.

SARAN

Penelitian lebih lanjut dilakukan pada orang-orang yang mengidap penyakit diabetes melitus dengan pengawasan yang ketat.Penelitian lebih lanjut dilakukan dengan perlakuan kayu manis yang berbeda.Penelitian lebih lanjut dilakukan dengan mencatat kadar glukosa tiap 30 menit.Penelitian lebih lanjut dilakukan perbandingan dengan acarbose.

DAFTAR PUSTAKA

1. Khardori, R. (2013, January 8). Medscape. Retrieved January 16,

2013, from

http://emedicine.medscape.co

m/article/117853-overview#aw2aab6b2b4.

2. Food Association Organization. (2012). Retrieved January 13,

2013, from http :

//www.fao.org/docrep/x5326e /x5326e07.htm.

3. AN. (2010, May 20). Kompas. Retrieved January 16, 2013, from

http ://www.depkes.

go.id/index.php/berita/press- release/414-tahun-2030- prevalensi-diabetes-melitus-di- indonesia-mencapai-213-juta-orang.html.

4. Utami, P., & Puspaningtyas, D. E. (2013). The Miracle of Herbs.

Jakarta: PT AgroMedia

Pustaka./graph/foo_sof_dri_co n-foof-soft-drink-consumption.

5.

Hlebowicz, J., Darwiche, G., &

Björgell, O. (2007, January 24). The American Journal of Clinical

Nutrition. Retrieved September

11, 2013, from

http://ajcn.nutrition.org/: http://ajcn.nutrition.org/conte nt/85/6/1552.full


(5)

28

DAFTAR PUSTAKA

AN. (2010, May 20).

Kompas

. Retrieved January 16, 2013, from http

://www.depkes.

go.id/index.php/berita/press-release/414-tahun-2030-prevalensi-diabetes-melitus-di-indonesia-mencapai-213-juta-orang.html.

Bender, D. A., & Mayes, P. A. (2006). Karbohidrat yang Penting Secara

Fisiologis. In R. K. Murray, D. K. Granner, & V. W. Rodwell,

Biokimia

Harper

(Vol. 27, p. 119). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Daniel S. Wibowo, W. P. (2007).

Anatomi Tubuh Manusia.

Bandung: Graha Ilmu.

Depkes

. (2012). Retrieved January 13, 2013, from http ://www .depkes .go.id

/index

.php/berita/press-release/414-tahun-2030-prevalensi-diabetes-melitus-di-indonesia-mencapai-213-juta-orang.html.

Eroschenko, V. P. (2008).

diFiore's Atlas of Histology with Functional

Correlations.

Philadelphia: Lippincott William & Wilkins.

Food Association Organization

. (2012). Retrieved January 13, 2013, from http :

//www.fao.org/docrep/x5326e/x5326e07.htm.

Free Radical Chemistry and Biotechnology

. (2010). Retrieved September 11,

2013, from http://www.freeradical.org.au/: http ://www .freeradical .org.au

/attachments/DL_2010.pdf

Gerard J. Tortora, B. D. (2009).

Principles of Anatomy and Physiology

(12 ed.).

John Wiley & Sons, Inc.

Guyton, A. C., & Hall, J. E. (2007).

Buku Ajar Fisiologi Kedokteran

(11th ed.).

Jakarta: Elsevier,EGC Medical.

Hlebowicz, J., Darwiche, G., & Björgell, O. (2007, January 24).

The American

Journal of Clinical Nutrition

. Retrieved September 11, 2013, from

http://ajcn.nutrition.org/: http://ajcn.nutrition.org/content/85/6/1552.full

Khardori, R. (2013, January 8).

Medscape

. Retrieved January 16, 2013, from

http://emedicine.medscape.com/article/117853-overview#aw2aab6b2b4.

MedicineNet

. (2012). Retrieved 7 24, 2013, from http ://www .medterms .com

/script /main/art.asp?articlekey=32858.

Pelley, J. W. (2012).

Elsevier’s Integrated Review Biochemistry

(2nd ed.).

Elsevier.

Seasoning and Spice Association

. (2010, May 14). Retrieved September 11, 2013,

from

http://www.seasoningandspice.org.uk/:

http

://www


(6)

29

Tortora, G. J., & Derrickson, B. (2009).

Principles of Anatomy and Physiology

(12

th

ed.). Hoboken: John Willey & Sons, Inc.

United States Department of Agriculture

. (2012). Retrieved September 11, 2013,

from http://plants.usda.gov/:

http://plants.usda.gov/java/ClassificationServlet?source=profile&symbol=

Utami, P., & Puspaningtyas, D. E. (2013).

The Miracle of Herbs.

Jakarta: PT

AgroMedia Pustaka.

Winarsi, H. (2008).

Antioksidan Alami dan Radikal Bebas.

Yogyakarta: Kanisius.

Zachariah, T. J., Chempakam, B., & Parthasarathy, V. A. (2008).

Chemistry of