Analisis Penggunaan Multiple Cost Pool dalam Penetapan Biaya Metode Konvensional (Studi Kasus pada Pabrik Tekstil FPT).

(1)

ABSTRACT

Indirect Cost pool use in order to improvement in costing is defined as the ability of the costing system to more accurately reflect the cause-and-effect relationship between the cost object and the cost of the resources used by the cost object. Use of multiple indirect cost pools in organization intend to improve costing. However, it has some basic problem. The first problem is how to use costing using multiple cost pool. Second, how improvement in costing system using multiple cost pool. This research proposes to give analysis of costing using multiple cost pool. Textile manufacture firm FPT were used as sample. Analysis result show costing using multiple cost pool give better cost information compared with single cost pool.


(2)

ABSTRAK

Pengelompokan biaya tidak langsung (indirect cost pool) dilakukan untuk meningkatkan perhitungan biaya dengan cara merefleksikan hubungan sebab akibat antara objek biaya dan sumber daya yang digunakan objek biaya tersebut. Penggunaan multiple cost pool dalam sebuah organisasi bertujuan untuk meningkat perhitungan biaya ini. Namun, ada beberapa permasalahan yang mendasar. Permasalahan pertama adalah bagaimana cara perhitungan biaya menggunakan

multiple cost pool. Permasalahan kedua, seberapa besar peningkatan perhitungan

biaya menggunakan multiple cost pool. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan analisa mengenai penggunaan multiple cost pool dalam metode perhitungan biaya secara konvensional. Sample yang digunakan adalah perusahaan tekstil FPT. Berdasarkan hasil analisa, diketahui bahwa perhitungan biaya produk menggunakan

multiple cost pool menghasilkan informasi biaya yang lebih baik dibandingkan

dengan single cost pool.

Kata Kunci : Pengelompokan Biaya Tidak Langsung, Beberapa Kelompok Biaya Tidak Langsung, dan Sistem Manajemen Biaya Konvensional


(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... I

LEMBAR PENGESAHAN ...II PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI ... III

KATA PENGANTAR ... IV

ABSTRACT ... VI

ABSTRAK ... VII

DAFTAR ISI ... VIII DAFTAR GAMBAR ... XI

DAFTAR TABEL ... XII DAFTAR LAMPIRAN ... XIII

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 5

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Kegunaan Penelitian... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8


(4)

2.1.1. Pengertian Biaya ... 8

2.1.2. Pengertian Objek Biaya... 9

2.2. Sistem Manajemen Informasi Biaya ... 10

2.2.1. Metode Konvensional ... 10

2.2.2. Metode Aktivitas ... 13

2.3. Penetapan Biaya ... 16

2.3.1. Penetapan Biaya pada Objek Biaya (Assign Cost) ... 16

2.3.2. Hubungan Biaya dengan Objek Biaya ... 16

2.3.3. Metode Penetapan Biaya ... 18

2.3.4. Pengelompokan Biaya (Cost Pool) ... 20

2.3.5. Menggunakan Kapasitas Rencana dari Biaya (Planned Capacity Cost) 21 2.3.6. Tingakatan Unit Penggerak (Cost Driver Level) ... 22

2.4. Perusahaan Manufaktur Tenun ... 22

2.4.1. Perusahaan Manufaktur ... 22

2.4.2. Arus Biaya pada Perusahaan Manufaktur ... 23

2.4.3. Produksi Kain Tenun... 23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 25

3.1. Jenis Penelitian ... 25

3.2. Sumber Data yang Digunakan ... 25

3.3. Model Penelitian ... 26

3.4. Metode Penelitian... 28


(5)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 31

4.1. Penentuan Objek Biaya (Cost Object) ... 31

4.2. Akumulasi Biaya (Cost Accumulation) ... 32

4.3. Pengukuran Biaya (Cost Measurement)... 33

4.3.1. Biaya Langsung (Direct Cost) ... 34

4.3.2. Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost) ... 34

4.4. Penetapan Biaya Pada Objek Biaya (Cost Assignment) ... 35

4.4.2. Desain Kelompok Biaya Tidak Langsung ... 36

4.4.3. Pengelompokan Pertama Pada Departemen Produksi Dan Pembantu ... 38

4.4.4. Penggabungan Biaya Pada Departemen Produksi ... 41

4.4.5. Pengelompokan Kedua Pada Sub-Proses/Mesin ... 44

4.4.6. Penetapan Biaya Tidak Langsung Per Unit ... 52

4.4.7. Penetapan Biaya per Produk ... 53

4.5. Perbandingan perhitungan biaya produk ... 54

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 58

5.1. Simpulan ... 58

5.2. Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 60

LAMPIRAN ... 61


(6)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Model pembiayaan produk konvensional ... 11

Gambar 2.2 Model pembiayaan produk berdasarkan aktivitas ... 14

Gambar 3.1 Model penelitian ... 27

Gambar 4.1 Diagram proses per departemen ... 36

Gambar 4.2 Model perhitungan single cost pool ... 54

Gambar 4.3 Model perhitungan multiple cost pool ... 55


(7)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Metode penelitian ... 28

Tabel 4.1 Biaya produksi tahun 2012 ... 32

Tabel 4.2 Klasifikasi biaya langsung dan tidak langsung ... 35

Tabel 4.3 Rekapitulasi buku besar BTL per departemen ... 39

Tabel 4.4 Rekapitulasi dasar alokasi untuk BTL departemen pembantu ... 43

Tabel 4.5 Rekapitulasi alokasi BTL departemen pembantu kedalam departemen produksi ... 43

Tavel 4.6 Rekapitulasi BTL persiapan 2 ... 44

Tabel 4.7 Alokasi biaya bahan baku pembantu per sub proses (mesin) ... 47

Tabel 4.8 Alokasi biaya tenaga kerja harian per sub proses (mesin) ... 48

Tabel 4.9 Alokasi biaya listrik per sub proses (mesin) ... 48

Tabel 4.10 Alokasi biaya uap per sub proses (mesin) ... 48

Tabel 4.11 Alokasi biaya departemen pembantu pu per sub proses (mesin) ... 49

Tabel 4.12 Alokasi btl yang tidak material per sub proses (mesin) ... 49

Tabel 4.13 Rekapitulasi alokasi BTL per sub proses (mesin) ... 50

Tabel 4.14 Rekapitulasi biaya tidak langsung per unit ... 52

Tabel 4.15 Akumulasi proses warping ... 52

Tabel 4.16 Perhitungan biaya produk (multiple cost pool) ... 53


(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran A Diagram proses produksi ... 61 Lampiran B Desain kain greige ... 62


(9)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada beberapa dekade terakhir informasi biaya produk menjadi kritis dalam lingkungan persaingan perusahaan tekstil yang semakin ketat. Kemampuan adaptasi beberapa perusahaan tekstil dengan lingkungan ditunjukan dengan perubahan dalam manajemen informasi biaya untuk menghasilkan informasi biaya produk yang lebih akurat melalui activity based costing. Layaknya adaptasi dituntut kemampuan sistem serta kemauan manajemen untuk melakukan perubahan, namun sering kali hal ini menjadi benteng penghalang aliran informasi yang lebih baik. Usaha, biaya dan manfaat menjadi salah satu faktor pertimbangan yang mempengaruhi perubahan tersebut. Dalam menjembatani penghalang ini dapat dilakukan dengan pendekatan terhadap model yang ideal (activity based costing) dengan sistem yang lama (traditional costing), diharapkan dapat memperlihatkan sudut pandang baru sebagai bahan pertimbangan dan menjadi sistem yang aplikatif.

Biaya adalah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan untuk memperoleh barang dan jasa yang diharapkan akan membawa manfaat sekarang atau di masa depan bagi organisasi (Mulyadi, 2003:4). Dengan kata lain biaya produk adalah jumlah pengorbanan sumber ekonomi yang digunakan dalam mengolah bahan baku sampai menjadi produk jadi. Penentuan biaya produk merupakan salah satu komponen penting dalam evaluasi dan perencanaan strategi bisnis secara keseluruhan. Seperti yang dikatakan oleh John A. Lessner (1991) “saat ini pada


(10)

Bab 1 Pendahuluan 2

lingkungan persaingan yang ‘memanas’, perhitungan biaya produk yang akurat telah menjadi komponen yang kritikal terhadap kelangsungan bisnis”

Pentingnya informasi biaya produk menjadi kritis dalam lingkungan persaingan perusahaan tekstil disebabkan beberapa hal, seperti : munculnya beberapa perusahaan tekstil yang menyebabkan semakin sempitnya pangsa pasar. Penyempitan pangsa pasar ini membuat perubahan kecil pada biaya produk akan berdampak signifikan terhadap kelangsungan sebuah perusahaan. Perubahan kecil pada biaya produk diakibatkan oleh meningkatnya penggunaan dari mesin-mesin otomatis dimana berdampak pada kenaikan biaya-biaya yang digunakan secara bersama oleh beberapa produk atau yang biasa disebut dengan biaya tidak langsung atau biaya overhead.

Biaya produk menurut Horngren (2012:28) dapat digolongkan menjadi biaya langsung (direct cost) dan biaya tidak langsung (indirect cost). Bahan baku langsung, tenaga kerja langsung dan overhead merupakan faktor-faktor yang membentuk biaya produk. Masalah keakuratan penghitungan biaya muncul ketika menghitung biaya tidak langsung, sedangkan untuk biaya langsung bukan merupakan masalah karena dapat dibebankan langsung kepada produk. Maka dari itu, biaya tidak langsung atau overhead yang akan menjadi fokus utama pembahasan.

Biaya tidak langsung atau biaya overhead menimbulkan perbedaan pada sistem informasi manajemen biaya. Secara umum sistem manajemen biaya terbagi atas dua metode, yaitu : berdasakan volume (konvensional) dan berdasarkan aktivitas (activity

based costing) (Hansen,2009:33). Perubahan dari metode konvensional menjadi

ABC terjadi pada beberapa perusahaan Amerika pada tahun 1950-an, akibat dari pencarian sistem informasi manajemen biaya yang lebih akurat guna mengatasi


(11)

Bab 1 Pendahuluan 3

persaingan perusahaan yang semakin ketat serta peningkatan pada biaya tidak langsung akibat penggunaan mesin-mesin otomatis.

Sistem manajemen informasi biaya berdasarkan volume (konvensional) untuk menetapkan biaya tidak langsung kedalam objek biaya dilakukan berdasarkan volume produksi, didasarkan pada asumsi bahwa produk yang menyebabkan timbulnya biaya. Pada awalnya sistem manajemen informasi biaya konvensional di desain untuk perusahaan manufaktur yang hanya berfokus pada kegiatan produksi saja, dengan menggunakan satu unit penggerak seperti jam kerja langsung, atau jam mesin langsung. Metode yang dilakukan adalah dengan mengalokasi total biaya tidak langsung kedalam kelompok biaya (single cost pool) yang biasanya berupa departemen, kemudian biaya yang telah dialokasikan tersebut ditetapkan kedalam produk berdasarkan unit penggerak yang berhubungan dengan volume produksi.

Volume produksi sebagai unit penggerak dapat memberikan beberapa kelebihan dalam sistem manajemen biaya infomasi secara konvensional, yaitu : sistem ini mudah dipahami dan di aplikasikan, besarnya biaya pengukuran untuk menunjang sistem relatif tidak besar. Namun dengan sistem yang mudah ini sayangnya memiliki kekurang, yaitu : tingkat keakuratan dari penentapan biaya terhadap produk menjadi kurang akibat tidak seluruh biaya tidak langsung berkaitan dengan volume produksi (Hansen,2009:26).

Sistem manajemen biaya berdasarkan aktivitas (activity based costing) dimana untuk menentapkan biaya kedalam objek biaya menggunakan volume produk dan satuan lainnya yang menggerakan suatu aktivitas, didasari asumsi bahwa aktivitas yang cenderung menimbulkan biaya. Sistem manajemen biaya berdasarkan aktivitas didesain untuk berbagai tipe perusahaan yang memiliki persentase biaya overhead


(12)

Bab 1 Pendahuluan 4

yang tinggi. Metode yang dilakukan adalah dengan mengalokasikan biaya tidak langsung kedalam beberapa kelompok biaya (multiple cost pool) yang berupa aktivitas, kemudian biaya yang telah dialokasikan tersebut ditetapkan kedalam produk berdasarkan unit penggerak yang berhubungan dengan satuan aktivitas.

Pengelompokan serta penggunaan unit penggerak tidak hanya berdasarkan volume produksi dapat memberikan beberapa kelebihan pada sistem manajemen biaya berdasarkan aktivitas, yaitu : tingkat keakuratan dari penetapan biaya produk menjadi lebih baik. Namun terdapat beberapa kekurangan pada sistem ini, yaitu : untuk menghasilkan perhitungan yang lebih akurat dibutuhkan biaya tambahan yang relatif lebih besar untuk melakukan pengukuran secara lebih terperinci, kemudian pengaplikasian sistem ini membutuhkan komitmen serta pengertian dari manajemen sebagai dukungan terbentuknya sistem ini (Atkinson,2011:189).

Berdasarkan dua sistem manajemen informasi biaya diatas, saat ini perusahaan tekstil yang akan diteliti menggunakan sistem manajemen berdasarkan volume (konvensional). Setelah melakukan wawancara diawal dengan pihak perusahaan, kemungkinan aplikasi menggunakan metode aktivitas dapat dikatakan kecil akibat perusahaan tidak siap untuk berkomitmen bersama melakukan perubahan sistem, mengeluarkan biaya tambahan untuk melakukan pengukuran, dan ragu akan seberapa material perbedaan biaya yang akan didapat. Namun perbaikan akan sistem yang sekarang berjalan dibutuhkan perusahaan agar dapat memberikan informasi biaya yang lebih berguna untuk perhitungan harga jual produk, serta mengalokasikan sumber daya.

Guna menjembatani keterbatasan pada perusahaan tekstil yang akan diteliti dilakukan dengan meminimalisasi biaya serta usaha yang dikeluarkan guna mencapai


(13)

Bab 1 Pendahuluan 5

manfaat yang mendekati ideal (cost and benefit). Langkah awal untuk menggunakan beberapa perubahan pada sistem lama yaitu metode konvensional adalah salah satu cara ekonomis yang dapat ditempuh. Perubahan sistem lama dapat ditempuh dengan menambahkan beberapa kelompok biaya (cost pool) yang didasari dengan alur proses perusahaan, sehingga mendekati model dari metode berdasarkan aktivitas yang menggunakan beberapa kelompok biaya tidak langsung (multiple cost pool). Dengan hal ini maka biaya pengukuran dan usaha yang dikeluarkan dapat diminimalisasi, karena perusahaan telah memiliki beberapa laporan yang dapat digunakan untuk menunjang terbentuknya beberapa kelompok biaya tidak langsung. Namun penggunaan unit penggerak yang berkaitan dengan volume produksi sebagai dasar alokasi penentuan biaya tidak langsung akan tetap digunakan.

Dalam penelitian ini saya sebagai penulis akan memilih mengaplikasikan sistem perhitungan biaya dengan metode konvensional dengan beberapa kelompok biaya tidak langsung (multiple cost pool). Agar dapat memberikan informasi biaya produk yang lebih baik untuk mengambil keputusan mengenai harga jual, serta mengalokasikan sumber daya.

1.2. Identifikasi Masalah

Maka penulis mengambil beberapa rumusan masalah dalam penulisan ini, yaitu :

1. Bagaimana perhitungan biaya produk dengan menggunakan sistem manajemen biaya konvensional dengan beberapa kelompok biaya tidak langsung pada pabrik tenun?


(14)

Bab 1 Pendahuluan 6

2. Berapa perbedaan biaya yang terjadi dalam kelima produk yang paling banyak diproduksi pada perusahaan tesktil FPT?

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian

Penulisan ini bertujuan untuk :

1. Memberikan perhitungan biaya produk dengan menggunakan sistem manajemen biaya berdasarkan konvensional dengan beberapa kelompok biaya tidak langsung pada pabrik tenun.

2. Untuk menghitung perbedaan biaya yang terjadi dalam kelima produk yang paling banyak diproduksi pada perusahaan tekstil FPT

1.4. Kegunaan Penelitian

Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memberikan kegunaan sebagai berikut :

1. Bagi perusahaan

Gambaran mengenai perhitungan biaya produk dengan sistem manajemen berdasarkan konvensional dengan beberapa kelompok biaya tidak langsung. Juga memberikan contoh mengenai perbedaan dari biaya produk yang paling banyak diproduksi perusahaan tekstil FPT.

2. Bagi penulis

Sebagai wadah yang tepat dalam menerapkan ilmu yang diperoleh selama bangku kuliah, terutama yang berkaitan dengan sistem manajemen biaya metode konvensional. Sehingga memperoleh gambaran yang jelas sejauh mana tercapainya keselarasan antara pengetahuan secara teoritis dengan praktiknya.


(15)

Bab 1 Pendahuluan 7

3. Bagi pembaca umumnya.

Sebagai tambahan pengetahuan terutama dalam penerapan dan perhitungan sistem manajemen biaya dengan metode konvensional.


(16)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan pada perusahaan tekstil FPT, penulis dapat menarik kesimpulan untuk menjawab kedua pertanyaan diawal penelitian ini mengenai cara penerapan metode konvensional dengan menggunakan kelompok biaya tidak langsung (multiple cost pool) pada pabrik tenun dan perbedaan perhitungan menggunakan single cost pool dan multiple cost pool pada kain greige.

1. Perusahaan tekstil FPT melakukan menetapkan biaya produk menggunakan metode konvensional single cost pool.

2. Penerapan pengelompokan biaya multiple cost pool memberikan informasi biaya produk yang lebih baik dibandingkan dengan single cost pool.

3. Perbedaan biaya produk menggunakan single cost pool dan multiple cost pool pada kain greige cukup besar untuk beberapa produk. Berdasarkan sample kelima produk yang di uji, perbedaan tersebut berkisar antara - Rp. 89,9 sampai dengan Rp. 1.179,37. Dengan kata lain sebesar 50,49% undercosted dan sebesar 10,37% overcosted.

4. Total perbedaan jika dikalikan dengan biaya tidak langsung perusahaan dalam satu tahun adanya kemungkinan kerugian yang dialami perusahaan sebesar Rp. 14,414,225,196.62, atas penetapan biaya pokok produk yang terlalu rendah


(17)

Bab 5 Simpulan dan Saran 59

(undercosted). Dengan kata lain penggunaan single cost pool gagal untuk menetapkan biaya tidak langsung produk sebesar nilai tersebut.

5. Penggunaan multiple cost pool dapat memberikan perhitungan biaya secara lebih mendetail dibandingkan dengan single cost pool.

5.2. Saran

Berdasarkan simpulan yang telah penulis uraikan sebelumnya, penulis mencoba memberikan beberapa saran yang diharapkan dapat bermanfaat. Adapun saran penulis adalah sebagai berikut :

1. Perusahaan sebaiknya segera mengkaji ulang mengenai pengelompokan biaya tidak langsung yang sekarang digunakan yaitu single cost pool.

2. Sistem manajemen biaya ini dapat digunakan perusahaan pada kondisi saat ini. Namun disarankan perusahaan mengkaji ulang setiap bentuk dari dasar alokasi yang digunakan. Dasar alokasi yang baik adalah yang memiliki hubungan sebab-akibat antara biaya dan objek biaya.

3. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk menggunakan metode yang lebih baik seperti, activity based costing agar hasil yang diperoleh dapat lebih akurat dari penelitian sebelumnya.


(18)

DAFTAR PUSTAKA

Atkinson, A.A., Robert S. Kaplan, Ella Mae Matsumura, dan S. Mark Young. (2011). Management Accounting. Edisi 6. New Jersey: Prentice-Hall,Inc.

Hansen, D. R., dan Maryanne M. Mowen. (2009). Cost Management : Accounting

and Control. Edisi 6e. Ohio: South-Western Publishing Co.

Hartono, Jogiyanto. (2010). Metodologi Penelitian Bisnis : Salah Kaprah dan Pengalaman-pengalaman. Edisi 1. Yogyakarta: Badan Penerbit Fakultas Ekonomika & Bisnis UGM

Horngren, C. T., George Foster, dan Srikant M. Datar. (2002). Cost Accounting: A

Managerial Emphasis. Edisi 10. New Jersey: Prentice-Hall,Inc.

Horngren, C. T., Srikant M. Datar, dan Madhav Rajan. (2012). Cost Accounting: A

Managerial Emphasis. Edisi 14. New Jersey: Pearson Education, Inc.

Lessner, John A. (1991). Traps to Avoid in Product Costing. Journal of Accountancy 172(1), july 1991. 87-ff

Mulyadi. (1999). Akuntansi Biaya. Yogyakarta: Aditya Media.


(1)

Bab 1 Pendahuluan 5

manfaat yang mendekati ideal (cost and benefit). Langkah awal untuk menggunakan beberapa perubahan pada sistem lama yaitu metode konvensional adalah salah satu cara ekonomis yang dapat ditempuh. Perubahan sistem lama dapat ditempuh dengan menambahkan beberapa kelompok biaya (cost pool) yang didasari dengan alur proses perusahaan, sehingga mendekati model dari metode berdasarkan aktivitas yang menggunakan beberapa kelompok biaya tidak langsung (multiple cost pool). Dengan hal ini maka biaya pengukuran dan usaha yang dikeluarkan dapat diminimalisasi, karena perusahaan telah memiliki beberapa laporan yang dapat digunakan untuk menunjang terbentuknya beberapa kelompok biaya tidak langsung. Namun penggunaan unit penggerak yang berkaitan dengan volume produksi sebagai dasar alokasi penentuan biaya tidak langsung akan tetap digunakan.

Dalam penelitian ini saya sebagai penulis akan memilih mengaplikasikan sistem perhitungan biaya dengan metode konvensional dengan beberapa kelompok biaya tidak langsung (multiple cost pool). Agar dapat memberikan informasi biaya produk yang lebih baik untuk mengambil keputusan mengenai harga jual, serta mengalokasikan sumber daya.

1.2. Identifikasi Masalah

Maka penulis mengambil beberapa rumusan masalah dalam penulisan ini, yaitu :

1. Bagaimana perhitungan biaya produk dengan menggunakan sistem manajemen biaya konvensional dengan beberapa kelompok biaya tidak langsung pada pabrik tenun?


(2)

Bab 1 Pendahuluan 6

2. Berapa perbedaan biaya yang terjadi dalam kelima produk yang paling banyak diproduksi pada perusahaan tesktil FPT?

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian

Penulisan ini bertujuan untuk :

1. Memberikan perhitungan biaya produk dengan menggunakan sistem manajemen biaya berdasarkan konvensional dengan beberapa kelompok biaya tidak langsung pada pabrik tenun.

2. Untuk menghitung perbedaan biaya yang terjadi dalam kelima produk yang paling banyak diproduksi pada perusahaan tekstil FPT

1.4. Kegunaan Penelitian

Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memberikan kegunaan sebagai berikut :

1. Bagi perusahaan

Gambaran mengenai perhitungan biaya produk dengan sistem manajemen berdasarkan konvensional dengan beberapa kelompok biaya tidak langsung. Juga memberikan contoh mengenai perbedaan dari biaya produk yang paling banyak diproduksi perusahaan tekstil FPT.


(3)

Bab 1 Pendahuluan 7

3. Bagi pembaca umumnya.

Sebagai tambahan pengetahuan terutama dalam penerapan dan perhitungan sistem manajemen biaya dengan metode konvensional.


(4)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan pada perusahaan tekstil FPT, penulis dapat menarik kesimpulan untuk menjawab kedua pertanyaan diawal penelitian ini mengenai cara penerapan metode konvensional dengan menggunakan kelompok biaya tidak langsung (multiple cost pool) pada pabrik tenun dan perbedaan perhitungan menggunakan single cost pool dan multiple cost pool pada kain greige.

1. Perusahaan tekstil FPT melakukan menetapkan biaya produk menggunakan metode konvensional single cost pool.

2. Penerapan pengelompokan biaya multiple cost pool memberikan informasi biaya produk yang lebih baik dibandingkan dengan single cost pool.

3. Perbedaan biaya produk menggunakan single cost pool dan multiple cost pool pada kain greige cukup besar untuk beberapa produk. Berdasarkan sample kelima produk yang di uji, perbedaan tersebut berkisar antara - Rp. 89,9 sampai dengan Rp. 1.179,37. Dengan kata lain sebesar 50,49% undercosted dan


(5)

Bab 5 Simpulan dan Saran 59

(undercosted). Dengan kata lain penggunaan single cost pool gagal untuk menetapkan biaya tidak langsung produk sebesar nilai tersebut.

5. Penggunaan multiple cost pool dapat memberikan perhitungan biaya secara lebih mendetail dibandingkan dengan single cost pool.

5.2. Saran

Berdasarkan simpulan yang telah penulis uraikan sebelumnya, penulis mencoba memberikan beberapa saran yang diharapkan dapat bermanfaat. Adapun saran penulis adalah sebagai berikut :

1. Perusahaan sebaiknya segera mengkaji ulang mengenai pengelompokan biaya tidak langsung yang sekarang digunakan yaitu single cost pool.

2. Sistem manajemen biaya ini dapat digunakan perusahaan pada kondisi saat ini. Namun disarankan perusahaan mengkaji ulang setiap bentuk dari dasar alokasi yang digunakan. Dasar alokasi yang baik adalah yang memiliki hubungan sebab-akibat antara biaya dan objek biaya.

3. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk menggunakan metode yang lebih baik seperti, activity based costing agar hasil yang diperoleh dapat lebih akurat dari penelitian sebelumnya.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Atkinson, A.A., Robert S. Kaplan, Ella Mae Matsumura, dan S. Mark Young. (2011). Management Accounting. Edisi 6. New Jersey: Prentice-Hall,Inc.

Hansen, D. R., dan Maryanne M. Mowen. (2009). Cost Management : Accounting and Control. Edisi 6e. Ohio: South-Western Publishing Co.

Hartono, Jogiyanto. (2010). Metodologi Penelitian Bisnis : Salah Kaprah dan Pengalaman-pengalaman. Edisi 1. Yogyakarta: Badan Penerbit Fakultas Ekonomika & Bisnis UGM

Horngren, C. T., George Foster, dan Srikant M. Datar. (2002). Cost Accounting: A Managerial Emphasis. Edisi 10. New Jersey: Prentice-Hall,Inc.

Horngren, C. T., Srikant M. Datar, dan Madhav Rajan. (2012). Cost Accounting: A Managerial Emphasis. Edisi 14. New Jersey: Pearson Education, Inc.

Lessner, John A. (1991). Traps to Avoid in Product Costing. Journal of Accountancy 172(1), july 1991. 87-ff

Mulyadi. (1999). Akuntansi Biaya. Yogyakarta: Aditya Media. Weaving. http://en.wikipedia.org. Diakses tanggal 2 April 2013