T1 802011088 Full text

(1)

HUBUNGAN KONSEP DIRI AKADEMIK DENGAN KECURANGAN

AKADEMIK PADA MAHASISWA TEOLOGI UKSW

Oleh

MAYA SARI SEMBIRING 802011088

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagai Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA


(2)

(3)

(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademika Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Maya Sari Sembiring

Nim : 802011088

Program Studi : Psikologi

Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana Jenis Karya : Tugas Akhir

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada UKSW hal bebas royalty non eksklusif (non-exclusive royality freeright) atas karya ilmiah saya berjudul:

HUBUNGAN KONSEP DIRI AKADEMIK DENGAN KECURANGAN AKADEMIK PADA MAHASISWA TEOLOGI UKSW

Dengan hak bebas royalty non-eksklusif ini, UKSW berhak menyimpan mengalihmedia/mengalihformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data, merawat dan mempulikasikan tugas akhir saya, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Salatiga

Pada Tanggal : 27 Oktober 2015 Yang menyatakan,

Maya Sari Sembiring

Mengetahui, Pembimbing utama


(5)

PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Maya Sari Sembiring

Nim : 802011088

Program Studi : Psikologi

Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul :

HUBUNGA KONSEP DIRI AKADEMIK DENGAN KECURANGAN AKADEMIK PADA MAHASISWA TEOLOGI UKSW

Yang dibimbing oleh :

1. Enjang Wahyuningrum, M.Si., Psi

Adalah benar-benar hasil karya saya.

Didalam laporan tugas akhir ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau gambar serta simbol yang saya akui seolah-olah sebagai karya sendiri tanpa memberikan pengakuan kepada penulis atau sumber aslinya.

Salatiga, 27 Oktober 2015 Yang memberi pernyataan


(6)

LEMBAR PENGESAHAN

HUBUNGAN KONSEP DIRI AKADEMIK DENGAN KECURANGAN AKADEMIK PADA MAHASISWA TEOLOGI UKSW

Oleh

Maya Sari Sembiring 802011088

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Disetujui pada tanggal 27 Oktober 2015 Oleh :

Pembimbing Utama

Enjang Wahyuningrum, M.Si., Psi.

Diketahui oleh, Disahkan oleh, Kaprogdi Dekan

Dr. Chr. Hari Soetjiningsih, MS. Prof. Dr. Sutarto Wijono, MA.

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA


(7)

HUBUNGAN KONSEP DIRI AKADEMIK DENGAN

KECURANGAN AKADEMIK PADA MAHASISWA TEOLOGI UKSW

Maya Sari Sembiring Enjang Wahyuningrum

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA


(8)

i Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara konsep diri akademik dengan kecurangan akademik terhadap mahasiswa Teologi UKSW.Dalam penelitian ini teknik yang digunakan adalah teknik purposive sampling dengan subjek penelitian 80 subjek di Fakultas Teologi UKSW. Pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan Skala konsep diri akademik yang menggunakan teori Wyle (1976), Hansford dan Hatie (1982) dan Marsh (1992)yang berjumlah 14 item dan skala kecurangan akademik menggunakan teori Anthanasou & Olasehinde (2002) yang berjumlah 15 item. Hasil perhitungan uji korelasi diperoleh koefisien antara konsep diri akademik akademik dengan kecurangan akademik r = -0,333 dengan sig = 0,001 (p<0,05) yang berarti ada hubungan negatif signifikan antara konsep diri akademik dengan kecurangan akademik pada mahasiswa Teologi UKSW.


(9)

ii Abstract

The aim of this research was to know the correlation between the self concept academic with the cheating academic to the Theology's students of SWCU. In this research techniques used was a technique purposive samplingwith the subject of research as many as 80 subjects at the theology SWCU. The collecting data in this research usedthe scale self-concept academic that using the theory of Wyle (1976), Hansford dan Hatie (1982) dan Marsh (1992) that the amount were 14 items and scale of academic cheating used the theory of Anthanasou & Olasehinde (2002)that the amount were 15 items. The accounting result of the correlation test was obtained the coefficientsbetween the self concept academic with the cheating academicthat were r = -0,333 with sig = 0,001 (p<0,05), it meant that there were the significant negative correlationbetween the self concept academic with the cheating academic to the Theology's students of SWCU.


(10)

1

PENDAHULUAN

Kecurangan akademis merupakan masalah yang sering terjadi pada semua tingkatan usia dan terutama di dunia pendidikan. Kebiasaan melakukan kecurangan akademik dapat memupuk kepribadian tidak jujur yang dapat terbawa dan diterapkan dalam situasi baru, misalnya dunia kerja. Perilaku kecurangan meliputi plagiarisme, menggunakan alat elektronik untuk mendapat jawaban waktu ujian, menggunakan catatan yang dilarang dan menyalin PR atau jawaban (Wahyu, 2014).

Salah satu penelitian pernah dilakukan oleh Lozier (2010) mengatakan bahwa kecurangan akademik menjadi fenomena yang mencuat dalam beberapa tahun ini, dengan penelitian yang menyimpulkan hingga 70% pelajar berlaku curang paling sedikitnya satu kali ketika menempuh pendidikan di sekolah, dan 25% berlaku curang lebih dari satu kali.

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Barton (2003) dengan hasil bahwa sebagian besar pelajar telah melakukan kecurangan akademik dengan berbagai alasan. Sebagian besar alasan mereka adalah untuk mendapat nilai yang bagus dan lulus dalam ujian sekolah maupun universitas, meskipun sebagian kecil memberikan alasan melakukan kecurangan akademik untuk mendapatkan beasiswa dan membantu teman-temannya. Dalam penelitian tersebut juga di tunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan atau pelajaran yang di peroleh maka semakin banyak pula kecurangan akademik yang dilakukan.

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Litbang Media Group pada tanggal 19 April 2007 di enam kota besar di Indonesia yaitu di Makassar, Yogyakarta, Surabaya, Bandung, Jakarta dan Medan, terhadap 480 responden dewasa, menunjukkan mayoritas


(11)

2

anak didik di bangku sekolah maupun perguruan tinggi (hampir 70%) pernah melakukan kecurangan akademik dalam bentuk menyontek Suparno (2011).

Penulis melakukan wawancara dengan beberapa mahasiswa Teologi UKSW, dari hasil wawancara dengan beberapa mahasiswa Teologi UKSW menyatakan bahwa beberapa dari mereka terkadang juga melakukan kecurangan akademik khususnya pada saat ujian dan mengerjakan tugas kuliah. Bentuk-bentuk kecurangan akademik yang mereka lakukan adalah menyontek saat ujian berlangsung dalam kelas, bekerja sama dengan teman dalam mengerjakan soal ujian.

Salah satu faktor-faktor yang mempengaruhi kecurangan akademik adalah, a) individual, variabelnya merupaka usia, jenis kelamin, prestasi akademik, pendidikan orang tua dan aktivitas ekstra kulikuler. b) kepribadian, variabelnya merupakan moralitas, variabel yang berkaitan dengan pencapaian akademik, diri dan aktualisasi diri dimana Rogers (1959) mengajukan dua subsistem, yaitu konsep diri dan diri ideal. c) kontekstual, variabelnya adalah keanggotaan perkumpulan, perilaku teman sebaya, penolakan teman sebaya terhadap perilaku curang. d) faktor situasional, variabelnya adalah pelajar terlalu banyak dan lingkungan ujian (Riski, 2004).

Faktor kepribadian adalah salah satu bagian terpenting, dimana di dalam kepribadian terdapat bagian terpenting salah satunya adalah konsep diri akademik. Konsep diri akademik terkait dengan sikap, keyakinan dan pandangan individu terhadap dirinya sendiri. Menurut Burns, (1993) konsep diri mencakup seluruh pandangan akan dimensi fisik, karakteristik pribadi, motivasi, kelemahan, kepandaian, kegagalan yang ada pada dirinya.

Konsep diri akademik merupakan salah satu kondisi yang diyakini banyak peneliti yang mengakibatkan perilaku kecurangan akademik terjadi, salah satu dari perilaku


(12)

3

kecurangan akademik ini yang sering dilakukan adalah perilaku menyontek. Di dalam penelitian ini menyatakan konsep diri akademik yang dimiliki seseorang ternyata dapat menjadi salah satu faktor yang ikut menentukan sikapnya terhadap tingkah laku menyontek (Muktamam, 2010).

Lebih lanjut hasil penelitian terdahulu yang telah meneliti hubungan antara konsep diri terhadap kecurangan akademik salah satunya adalah perilaku menyontek, menunjukkan hasil yang konsisten. Misalnya penelitian yang dilakukan oleh Setyani (2007), yang menemukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara konsep diri dengan intensi menyontek pada siswa SMA Negeri 2 Semarang.

Menurut Susana (2006), individu yang memiliki konsep diri akademik yang positif akan membentuk penghargaan yang tinggi terhadap dirinya sendiri. Penghargaan terhadap diri yang merupakan evaluasi terhadap diri sendiri akan menentukan sejauh mana seseorang yakin akan kemampuan dan keberhasilan dirinya sendiri, sebaliknya untuk konsep diri yang negatif akan memiliki evaluasi yang negatif terhadap dirinya. Pandangan siswa bahwa dirinya tidak kompeten atau bahkan bodoh, akan mempengaruhi cara belajar, mengerjakan tugas dan mengerjakan ujian. Siswa merasa dirinya tidak mampu, oleh sebab itu dia merasa malas untuk belajar. Untuk mengatasinya, siswa akan memilih tidak menggunakan kemampuannya tetapi mengandalkan orang lain atau sarana sarana tertentu pada saat ujian, dan menyontek salah satunya merupakan jalan pintas yang sering dipilih oleh siswa karena tidak menuntut usaha yang keras, tetapi efektif untuk mencapai tujuan.

Seseorang dikatakan sebagai mahasiswa pasti mempunyai konsep diri akademik, konsep diri akademik ini terbentuk dari pandangan para siswa yang bersangkutan tentang kemampuannya dalam pelajaran di kampus. Setiap mata kuliah yang ada di kampus


(13)

4

menjadi satu dimensi spesifik yang menyusun konsep diri akademik. Demikian halnya pada pahasiswa di kampus akan mempunyai konsep diri akademik yang berbentuk dari presepsi mahasiswa tentang kemampuan dirinya tersebut sangat penting perannya dalam proses pendidikan, terutama berkaitan dengan kelangsungan pendidikannya dimasa akan datang Wahyuni (2009).

Dari hasil penelitian sebelumnya dapat dilihat bahwa banyak yang sudah meneliti mengenai kecurangan akademik dengan konsep diri, disini peneliti ingin meninjau kembali mengenai bagaimana hubungan konsep diri akademik dengan kecurangan akademik.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul hubungan konsep diri akademik dengan Kecurangan akademik.

TINJAUAN PUSTAKA A. Kecurangan Akademik

1. Pengertian Kecurangan Akademik

Menurut Lambert, Hogan, dan Barton (2003) mengatakan bahwa kecurangan akademik didefinisikan secara luas sebagai tindakan-tindakan curang atau usaha-usaha siswa untuk menggunakan cara, alat, dan sumber-sumber yang tidaka diperkenankan atau tidak diterima pada pekerjaan tugas. Sedangkan menurut Hendricks dalam Riski (2004) kecurangan akademik didefinisikan sebagai berbagai bentuk perilaku yang mendatangkan keuntungan bagi siswa secara tidak jujur termasuk didalamnya menyontek, plagiarisme, mencuri dan memalsukan sutu yang berhubungan dengan akademis.

2. Bentuk Bentuk Kecurangan Akademik

Bentuk-bentuk perilaku curang dalam pendidikan menurut Athanasou & Olasehinde (2002) adalah membuat curang dengan memperoleh, memberikan, atau


(14)

5

menerima informasi dari orang lain, berbuat curang dengan melanggar norma-norma agama dan menggunakan material-material atau informasi dari orang lain, dan berbuat curang dengan mencari kelongaran dalam proses evaluasi.

Anthanasou & Olasehinde (2002) mengelompokkan beberapa kategori perilaku curang dalam pendidikan dengan mengacu pada penelitian Newstead, dkk (1996). Pengelompokan tersebut adalah sebagai berikut :

a. Berbuat curang dengan memperoleh, memberikan, atau menerima informasi dari orang lain misalnya: Mengijinkan pekerjaan atau tugas pribadi untuk di-copy atau disalin oleh orang lain, menyalin pekerjaan atau tugas milik orang lain dengan seijin dari pihak yang bersangkutan, menggunakan pekerjaan atau tugas atas nama pribadi ketika sebenarnya tugas tersebut dikerjakan bersama orang lain, mengerjakan tugas untuk orang lain, menyalin pekerjaan orang lain pada saat ujian tanpa diketahui oleh pihak yang bersangkutan, kerja sama antara dua orang individu atau lebih selama ujian berlangsung untuk saling mengkomunikasikan jawaban.

b. Berbuat curang dengan melanggar norma-norma keagamaan dan menggunakan material-material yang dilarang misalnya: Menggunakan kutipan atau kata-kata dari orang lain dengan bahasa sendiri tanpa menyebutkan sumber atau acuan aslinya, mencuri data, memalsukan acuan daftar pustaka (referensi), meng-copy untuk tugas dari buku atau sumber lain tanpa menyebutkan sumbernya, mengubah data (manipulasi data untuk mendapatkan hasil yang sesuai), membawa material-material (contoh: catatan atau buku) yang dilarang pada saat ujian.

c. Berbuat curang dengan cara mencari kelonggaran dalam proses evaluasi, misalnya : Terlibat dalam proses penjokian (orang lain mengerjakan tugas milik sendiri atau pun mengerjakan ujian untuk orang lain), memaksa untuk mendapatkan pelaku khusus


(15)

6

dengan menawarkan atau memberikan bantuan dengan menyuap atau membujuk, berbohong mengenai kesehatan atau keadaan lain untuk mendapatkan perlakuan khusus dari penguji (dengan tujuan untuk mendapatkan kemudahan; tambahan waktu pengerjaan ujian; penambahan waktu menyelesaikan tugas; atau membebaskan ujian), dengan sengaja menyembunyikan buku, jurnal, atau artikel di dalam perpustakaan agar orang lain dapat menggunakan; atau dengan menghilangkan (dengan cara disobek atau digunting) bagian tertentu dalam buku, memberikan informasi yang salah pada kertas jawaban ujian, menyembunyikan kesalahan yang dibuat oleh pengajar, melakukan tindakan penganjaman atau pemerasan.

Bentuk-bentuk kecurangan akademik yang ada di atas yang dijadikan penulis sebagai alat ukur kecurangan akademik.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecurangan akademik

Menurut Hendricks dalam Riski (2004) menambahkan bahwa kecurangan akademik disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:

a. Individual

Terdapat berbagai faktor yang dapat mengidentifikasikan karaktristik individu yang dapat digunakan untuk memprediksi prilaku curang. Variabel-variabel tersebut antara lain: usia, jenis kelamin, prestasi akademik, pendidikan orang tua, aktivitas estrakurikuler.

b. Kepribadian

Faktor yang dapat mengidentifikasikan karaktristik individu yang dapat digunakan untuk memprediksi prilaku curang. Variabel-variabel tersebut antara lain: moralitas. Motivasi, Impulsifitas, diri dan aktualisasi diri


(16)

7

c. Faktor kontekstual

Dalam faktor kontekstual variabel-variabel tersebut antara lain: keanggotaan perkumpulan, perilaku teman sebaya, penolakan teman sebaya terhadap perilaku curang.

d. Faktor situasional

Dalam faktor situasional variabel-variabel tersebut antara lain: pelajar terlalu banyak dan lingkungan tempat ujian.

B. Konsep diri akademik

1. Pengertian konsep diri akademik

Konsep diri akademis dapat dikatakan sebagai konsep diri khusus berhungan dengan kemampuan akademis siswa, dimana Skaalvik dalam Wahyuni (2009) merumuskan konsep diri akademis sebagai perasaan umum individu dalam melakukan yang terbaik di sekolah dan kepuasan terhadap prestasi yang diperoleh. .

Konsep diri akademik adalah gambaran diri siswa terhadap kemampuannya berkaiatan dengan tugas-tugas sekolah bila di abandingkan temannya seta persepsi siswa tersebut tentang pandangan guru dan teman-temannya terhadap kemampuan dirinya Conger (1977).

2. Aspek-aspek konsep diri akademik

Wyle (1976), Hansford dan Hatie (1982) dan Marsh (1992) mengemukakan bahwa konsep diri akademik yang mengacu pada presepsi dan perasaan siswa terhadap dirinya berhubungan dengan bidang akademik, secara umum mempunyai tiga aspek utama yaitu:


(17)

8

a. Kepercayaan diri

Siswa yang mempunyai kepercayan diri tinggi akan merasa yakin akan kemampuanya di bidang yang digeluti dan mereka akan berusaha untuk meraih prestasi yang tinggi. Sebaliknya siswa yang mempunyai kepercayaan diri rendah akan diliputi oleh keraguan dalam belajar dan menekuni pendidikan sesuai dengan bidang yang digelutinya di sekolah.

b. Penerimaan diri

Para siswa yang dapat menerima baik kelebihan maupun kekurangannya dan akan dapat memperkirakan kemampuan yang dimilikinya, dan yakin terhadap pendapatnya sendiri tanpa harus terpengaruh terhadap pendapat orang lain, selanjutnya siswa akan mampu untuk menerima keterbatasan dirinya tanpa harus menyalahkan orang lain.

c. Penghargaan diri

Rasa harga diri pada diri individu tumbuh dan berasal dari penelian pribadi yang kemudian menghasilkan suatu akibat terutama pada proses pemikiran, perasaan-perasaan, keinginan, nilai-nilai, dan tujuannya membawa ke arah keberhasilan atau kegagalannya. Pada siswa yang menghargai dirinya akan berpikir positif tentang dirinya maupun bidang yang mereka geluti di sekolah, dan hal ini akan mendorong mereka dalam mencapai sesuatu kesuksesan dalam bidang pendidikan.

Aspek-aspek yang ada di atas digunakan penulis sebagai alat ukur untuk mengukur konsep diri akademik.


(18)

9

C. Hubungan konsep diri akademis dengan kecurangan akademik

Hasi penelitian Pihatnaningtyas (2014), menunjukkan bahwa ada hubungan negatif antara konsep diri dengan perilaku menyontek diamana ini adalah salah satu perilaku kecurangan akademik. Selain itu hasil penelitian yang dilakukan oleh Imelda (2011), mengemukakan bahwa ada hubungan negatif yang siknifikan antara konsep diri dengan perilaku menyontek. Dari hasil penelitian yang ada dapat dilihat bahwa penelitian antara konsep diri dengan kecurangan akademik sangat konsisten dimana kecurangan akademik selalu memiliki hubungan yang negatif antara konsep diri dengan kecurangan akademik, salah satu bentuk kecurangan akademik yang paling banyak diteliti adalah perilaku menyontek.

Marsh (2003) mengungkapkan bahwa konsep diri akademis dapat membuat individu menjadi lebih percaya diri dan merasa yakin akan kemampuan mereka karena sebenarnya konsep diri akademis itu sendiri mencakup bagaimana individu bersikap, merasa dan mengevaluasi kemampuannya. Niat seseorang untuk melakukan kecurangan akademik sangat dipengaruhi oleh konsep dirinya, salah satunya adalah konsep diri akademik dimana konsep diri akademik pada seorang mahasiswa berpengaruh dalam pembentukan melakukan kecurangan akademik atau sering sekali terjadi adalah perilaku menyontek. Konsep diri akademik yang positif cenderung akan membuat siswa atau mahasiswa percaya kepada kemampuan dirinya dalam menghadapi ujian atau mengerjakan tugas, sehingga tidak perlu mengandalkan orang lain atau sarana sarana lainnya. Sebaliknya jika siswa memiliki konsep diri yang negatif cenderung membuat siswa merasa pesismis dan tidak percaya pada kemampuannya sehingga siswa lebih memilih untuk melakukan kecurangan akademik salah satunya adalah menyontek dan mengandalkan pencapaian


(19)

10

prestasi pada orang lain atau sarana-sarana di luar dirinya meskipun hal tersebut tidak diperbolehkan Setyani (2007).

D. Hipotesis

Berdasar teori-teori yang telah diuraikan di atas, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: ada hubungan negatif antara konsep diri akademik dengan kecurangan akademik. Artinya, semakin positif konsep diri akademiknya, maka akan semakin rendah kecurangan akademik. Sebaliknya, semakin negatif konsep diri akademiknya maka semakin tinggi kecurangan akademiknya.

METODE PENELITIAN A. Desain penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional dan ingin mengukur korelasi antara konsep diri akademik dengan kecurangan akademik terhadap mahasiswa Teologi UKSW.

B. Subjek penelitian

Sampel dalam penelitian ini berjumlah 80 mahasiswa Teologi UKSW. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling. Menurut Sugiarto (2003) dalam purposive sampling pemelihan sekelompok subjek didasarkan atas ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Purposive sampling menunjukkan bahwa teknik ini digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.

C. Instrumen penelitian 1. Alat ukur penelitian

Penelitian ini menggunakan instrumen berbentuk skala likert. Dibagi dalam dua bagian pertama skala untuk konsep diri akademik dan skala untuk kecurangan


(20)

11

akademik. Skala yang digunakan untuk mengukur konsep diri akademik ini menggunakan teori dan skala yang disusun oleh Wyle (1976), Hansford dan Hatie (1982) dan Marsh (1992) berdasarkan 3 aspek yaitu aspek kepercayaan diri, penerimaan diri dan penghargaan diri. Penilaiannya adalah jika semakin tinggi skor total yang diperoleh individu maka semakin tinggi konsep diri akademiknya, sedangkan semakin rendah skor total yang diperoleh maka semakin rendah skor konsep diri akademiknya. Dalam skala konsep diri akademik disusun dengan modifikasi alternatif jawaban menjadi empat respon, yaitu SS (Sangat sesuai), S (Sesuai), TS (Tidak sesuai) dan STS (Sangat tidak sesuai), dan skala ini terdiri atas 15 aitem sesudah try-out di lakukan.

Selain itu dalam penelitian ini adalah angket kecurangan akademik yang disusun oleh Anthanasou & Olasehinde (2002), angket ini terdiri atas tiga aspek meliputi (1) berbuat curang dengan memperoleh, memberikan, atau menerima informasi dari orang lain, (2) berbuat curang dengan melanggar norma-norma keagamaan dan (3) berbuat curang dengan mencari kelonggaran dalam proses evaluasi. Dalam skala kecurangan akademik disusun dengan modifikasi alternatif jawaban menjadi empat respon, yaitu SS (Sangat sesuai), S (Sesuai), TS (Tidak sesuai) dan STS (Sangat tidak sesuai), skala ini terdiri atas 14 aitem sesudah try-out

dilakukan.

2. Uji coba alat ukur

Sebelumya peneliti melakukan uji daya diskriminasi aitem dan reabilitas dengan data uji coba alat ukur pada 100 orang mahasiswa Psikologi. Pada konsep diri akademik reabilitas Alpha Cronbach sebesar 0,821 dari 18 aitem dan yang gugur ada 3 aitem sehingga menyisakan 15 aitem. Koefesien diskriminasi aitem pada skala ini


(21)

12

bergerak mulai dari 0,25 (Azwar, 2012). Berikut blue print konsep diri akademik pada uji coba yang dilakukan :

Tabel 1

Blue print konsep diri akademik

No Aspek konsep diri akademik Favorable Unfavorable Total valid 1 Kepercayaan diri 3, 9, 18, 12 2, 6, 14 7 2 Penerimaan diri 8, 10, 5, 16 1*.4* 4 3 Penghargaan diri 7, 11, 17, 13,15* 4

Total 15

Keterangan : * item gugur

Pada kecurangan akademik akademik hasil uji coba reabilitas Alpha Cronbach

sebesar 0.794 dari 17 aitem dan yang gugur ada 3 aitem sehingga menyisakan 14 aitem. Koefesien diskriminasi aitem pada skala ini bergerak mulai dari 0,25 (Azwar, 2012). Berikut blue print kecurangan akademik pada uji coba yang dilakukan :

Tabel 2

Sebaran Item Skala Kecurangan Akademik

No Aspek kecurangan akademik Favorable Unfavorable Total valid 1 Berbuat curang dengan

memperboleh, memberikan, atau menerima informasi dari orang lain.

2, 8, 14, 6, 16*


(22)

13

2 Berbuat curang dengan melanggar norma-norma keagamaan.

10, 17, 4, 9

1* 4

3 Berbuat curang dengan cara mencarri kelonggaran dalam proses evaluasi.

13, 5, 3, 15, 12, 7

0 6

Total 14

Keterangan: * item gugur 3. Teknik analisis data

Perhitungan analisis data dilakukan menggunakan SPSS versi 16,0 HASIL PENELITIAN

A. Uji Asumsi

1. Uji normalitas

Uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov yang menunjukkan skala kecurangan akademik (K-S-Z = 1,969, p=0,304, p>0,05) dan slaka konsep diri akademik (K-S-Z = 1,898, p=0,395, p>0,05) hasil ini menunjukkan data-data yang didapat berdistribusi normal.

2. Uji linearitas

Hasil uji linearitas menunjukkan adanya hubungan linear antara kecurangan akademik dengan konsep diri akademik antara lain dengan deviation from linearity


(23)

14

B. Analisis deskriptif

Tabel 3. Statistik Deskriptif Skala Kecurangan Akademik Dan Konsep Diri Akademik Terhadap Mahasiswa Teologi UKSW

Skala N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Kecurangan

akademik

80 14.00 46.00 21.5125 6.08171

Konsep diri akademik

80 28.00 53.00 43.4500 5.09380

Tabel 3 merupakan statistik deskriptif dari skor partisipan untuk setiap variabel. Untuk menentukan tinggi rendahnya hasil pengukuran variabel skala kecurangan akademik digunakan 5 (lima) kategori, yaitu: sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, sangat rendah. Jumlah pilihan pada masing-masing item adalah 5 (lima). Maka skor maksimum yang diperoleh dengan cara mengalikan skor tertinggi dengan jumlah soal, yaitu 5 x 14 aitem valid = 70 dan skor minimum diperoleh dengan cara mengalikan skor terendah dengan jumlah soal 1 x 14 aitem valid = 14. Dengan adanya skor tertinggi, skor terendah dan banyaknya kategori, maka dapat di hitung lebar interval dengan rumus sebagai berikut :

i =

i =


(24)

15

Tabel 4. Kriteria Skor Kecurangan Akademik

No Interval Kategori F Persentase Mean

1 56 ≤ x < 47,6 Sangat tinggi 0 -

2 47,6 ≤ x < 39,2 Tinggi 1 1,25%

3 39,2 ≤ x < 30,8 Sedang 1 1,25%

4 30,8 ≤ x < 22,4 Rendah 28 35%

5 22,4 ≤ x < 14 Sangat rendah 50 62,5% 21,51

Total 80 100%

Untuk menentukan tinggi rendahnya hasil pengukuran variabel skala konsep diri akademik digunakan 5 (lima) kategori, yaitu: sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, sangat rendah. Jumlah pilihan pada masing-masing item adalah 5 (lima). Maka skor maksimum yang diperoleh dengan cara mengalikan skor tertinggi dengan jumlah soal, yaitu 5 x 15 aitem valid = 75 dan skor minimum diperoleh dengan cara mengalikan skor terendah dengan jumlah soal 1 x 15 aitem valid = 15. Dengan adanya skor tertinggi, skor terendah dan banyaknya kategori, maka dapat di hitung lebar interval dengan rumus sebagai berikut

i =

i =


(25)

16

Tabel 5. Kriteria Skor Konsep Diri Akademik

No Interval Kategori F Persentase Mean

1 60 ≤ x < 51 Sangat tinggi 7 8,75%

2 51 ≤ x < 42 Tinggi 50 62,5% 43,45

3 42 ≤ x < 33 Sedang 22 28,75%

4 33 ≤ x < 24 Rendah 1 1,25%

5 24 ≤ x < 15 Sangat rendah 0 -

Total 80 100%

Tabel 4 dan 5 menunjukkan bahwa rata-rata tingkat kecurangan akademik partisipan berada pada katagori sangat rendah, sedangkan rata-rata tingkat konsep diri akademik berada pada kategori tinggi.

C. Uji korelasi

Berdasarkan uji asumsi yang telah dilakukan bahwa data yang diperoleh berdistribusi normal dan variabel-variabel penelitian linear maka uji korelasi dilakukan dengan menggunakan statistik parametrik. Uji korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi pearson. Tabel 4 menunjukkan hasil uji korelasi.


(26)

17

Tabel 6. Korelasi Antara Kecurangan Akademik Terhadap Konsep Diri Akademik

Kecurangan akademik

Konsep diri akademik Kecurangan

akdemik

Pearson Correlation 1 -.333**

Sig. (1-tailed) .001

N 80 80

Konsep diri akademik

Pearson Correlation -.333** 1

Sig. (1-tailed) .001

N 80 80

**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi diperoleh koefisien antara konsep diri akademik akademik dengan kecurangan akademik r = -0,333 dengan sig = 0,001 (p<0,05) yang berarti ada hubungan negatif signifikan antara konsep diri akademik dengan kecurangan akademik pada mahasiswa Teologi UKSW.

D. Pembahasan

Hasil uji korelasi yang menunjukkan adanya korelasi negatif yang signifikan antara konsep diri akademik dengan kecurangan akademik pada mahasiswa Teologi UKSW (r = -0,333). Ini menunjukkan semakin tinggi konsep diri akademik mahasiswa Teologi UKSW maka semakin rendah kecurangan akademiknya. Sebaliknya, makin rendah konsep diri akademik pada mahasiswa Teologi UKSW maka semakin tinggi konsep diri akademiknya.


(27)

18

Korelasi negatif yang signifikan antara konsep diri akademik dengan kecurangan akademik pada mahasiswa Teologi UKSW serupa dengan hasil penelitian-penelitian sebelumnya mengenai hubungan konsep diri akademik terhadap kecurangan akademik. Dalam penelitian sebelumnya Setyani (2007) menemukan bahwa adanya hubungan negatif yang sangat signifikan antara konsep diri dengan perilaku menyontek. Hal ini berarti semakin tinggi konsep diri maka akan semakin rendah tingkat perilaku menyontek dan sebaliknya semakin rendah konsep diri maka akan semakin tinggi tingkat perilaku menyontek. Selain itu Sujana dan Wulan (dalam Setyani, 2007) yang membuktikan bahwa rasa tidak percaya pada kemampuan diri sendiri dapat menyebankan mahasiswa atau siswa melakukan menyontek, sebagai konpensasi untuk mendapatkan sesuatu yang dirasa tidak mampu untuk dicapai dengan kemampuan sendiri. Selain itu pada penelitian sebelumnya Muktamam (2010) mengemukakan bahwa terdapat hubungan negatif yang sangat signifikan antara konsep diri dengan perilaku menyontek.

Rerata mahasiswa fakultas Teologi UKSW memiliki tingkat konsep diri akademik yang berada pada katagori tinggi dan juga rerata mahasiswa memiliki tingkat kecurangan akademik berada pada kategori sangat rendah. Besarnya sumbangan efektif pada penelitian ini adalah sebesar 11%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa konsep diri akademik menyumbangkan sebesar 11% kepada konsep diri akademik. Dan kecurangan akademik disumbang sekitar 89% oleh faktor lain.

Dari hasil penelitian ini juga dapat dilihat bahwa terdapat hubungan yang negatif pada kecurangan akademik pada mahasiswa Teologi, dan ini sangat berbeda dengan fakta yang ada dimana masih terdapat beberapa mahasiswa melakukan kecurangan akademik seperti dalam mengerjakan tugas dan mengerjakan tes.


(28)

19

Berdasarkan keseluruhan kategori pada kedua variabel, maka hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konsep diri akademik mempengaruhi kecurangan akademik. Hal ini dapat dilihat dari korelasi negatif yang signifikan antara konsep diri akademik terhadap kecurangan akademik pada mahasiswa Teologi. Itu artinya ketika seseorang memiliki konsep diri akademik yang baik maka ia tidak akan melakukan tindakan kecurangan akademik. Sehingga hipotesis penelitian ini dapat di jawab. Hal ini kemudian mendukung penelitian-penelitian sebelumnya yang mengemukakan mengenai konsep diri, konsep diri akademik terhadap perilaku kecurangan akademik.

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang hubungan antara konsep diri akademik dengan kecurangan akademik terhadap mahasiswa Teologi UKSW, maka dapat disimpulkan:

1. Ada hubungan negatif yang signifikan antara konsep diri akademik terhadap kecurangan akademik pada mahasiswa Teologi UKSW.

2. Rerata mahasiswa fakultas Teologi UKSW memiliki tingkat konsep diri akademik yang berada pada kategori tinggi dan rerata mahasiswa memiliki tingkat kecurangan akademik berada pada kategori sangat rendah.

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian serta mengingat masih banyaknya keterbatasan dalam penelitian ini, maka peneliti memiliki beberapa saran sebagai berikut:

a. Bagi mahasiswa

Mahasiswa yang memiliki konsep diri akademik yang tinggi atau baik diharapkan dapat mempertahankan konsep diri akademik yang dimiliki sehingga dapat mengurangai kecurangan akademik. Mahasiswa yang dengan konsep diri akademik


(29)

20

yang masih rendah dan diharapkan lebih mengenal kemampuan dirinya dan potensi yang dapat dikembangkan khususnya dalam bidang akademik.

Bagi mahasiswa juga diharapkan lebih memahami bahwa kecurangan akademik dapat merugikan dirinya sendiri, percaya dengan kemampuan diri sendiri, dan lebih baik mempersiapkan materi-materi yang akan diujikan, dengan cara membuat jadwal belajar, menyususn skala prioritas agar lebih siap lagi menghadapi ujian dan mengerjakan tugas sehingga mendapatkan hasil yang baik tanpa harus melakukan kecurangan.

b. Bagi peneliti selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti kecurangan akademik disarankan untuk mencermati faktor-faktor lain yang mempengaruhi kecurangan akademik, yaitu faktor individual yang terdapat usia, jenis klamin, prestasi akademik, pendidikan orang tua, dan lain-lainya, kontekstual, kepribadian, dan masih banyak lagi. Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti topik ini, disarankan untuk meneliti dampak-dampak yang ditimbulkan dari perilaku kecurangan akademik. Selain itu disarankan untuk melakukan pendekatan secara kualitatif yang lebih mendalam pada subjek peneliti untuk memperoleh gambaran yang lebih detail dan lengkap mengenai topik ini. Peneliti selanjutnya juga disarankan untuk memperhatikan waktu pelaksanaanya.


(30)

21

Daftar pustaka

Athanasou, J, A. & Olasehinde, O. (2002). Male and female differences in self-report cheating. Praktical Assesment, Research & Evaluation.

Azwar, S. (2012). Metode penelitian. Yogyakarta: Pustaka belajar

Byrne, B. M,. Shavelson, J. R., Marsh, W., H Multigroup Comparisons in Self-concept Research: Reexaming the Assumption of Equivalent Structure and Measurement.

Burns, R. B. 1993. Konsep Diri (Teori, Pengukuran, Perkembangan, dan Perilaku). Alih bahasa: Eddy. Jakarta : Arcan

Imelda, R. (2011) Hubungan antara konsep diri dengan intensi perilaku menyontek, skripsi, jurusan Psikologi Universitas Pelita Harapan

Lambert, E. G., Hogan, N. L., & Barton, S. M. (2003). Collegiate academic dishonesty revisited: what have they done, how oftn have they done it, who does it, and why did they do it. Electronic Journal of Sosiology.

Lozier, K.A. (2010). Student Perceptions Of Academic Dishonesty Scenarios, An Honors Thesis Psicology, Ball State University, Muncie,In

Marsh, H,W. (1990). The Structure of Academic self concept. The marsh & shavelson model. Journal of educational psychology. 82,4,623-636

(2005). Spring 2004 Self-description Questionnaire. Prepared for the U.S Department of Education statistics.


(31)

22

Muktamam. (2010). Hubungan antara konsep diri dengan perilaku menyontek, skripsi, jurusan psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Pihatnanigtyas. T. K. (2014). Perilaku menyontek ditinjau dari konsep diri dan efikasi diri.

Setyani, (2007). Hubungan antara konsep diri dengan intensi menyontek pada siswa SMA Negeri 2 Semarang.

Suparno. (2011). Nyontek, konsep diri yang lemah. Internet. www.harianjoglosemar.com

Susana, T. (2006). Konsep Diri: Apakah Itu?. Konsep Diri Positif, Menentukan Prestasi Anak. Hal 17-23. Yogyakarta: Kanisius.

Sugiarto, (2003). Teknik sampling, Jakarta : PT. Gramedia Widrasesma Indonesia Riski, S.A. (2009). Hubungan prokrastinasi akademis dan kecurangan akademis pada

mahasiswa fakultas psikologi universitas sumatra utara, Skripsi, jurusan Psikologi Universitas Sumatra Utara.

Wahyu, K. (2014). Persepsi mahasiswa program studi ilmu keperawatan (psik) universitas muhammadiyah yogyakarta terhadap kecurangan akademik. Wahyuni (2009). Konseling, psikologi, seni, dan agama. Di aksek pada tanggal 30 juni

2015 http://fitribk05unsri.blogspot.com/2009/10/konsep-diri-akademik .html?m=1


(1)

Tabel 6. Korelasi Antara Kecurangan Akademik Terhadap Konsep Diri Akademik

Kecurangan akademik

Konsep diri akademik Kecurangan

akdemik

Pearson Correlation 1 -.333**

Sig. (1-tailed) .001

N 80 80

Konsep diri akademik

Pearson Correlation -.333** 1

Sig. (1-tailed) .001

N 80 80

**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi diperoleh koefisien antara konsep diri akademik akademik dengan kecurangan akademik r = -0,333 dengan sig = 0,001 (p<0,05) yang berarti ada hubungan negatif signifikan antara konsep diri akademik dengan kecurangan akademik pada mahasiswa Teologi UKSW.

D. Pembahasan

Hasil uji korelasi yang menunjukkan adanya korelasi negatif yang signifikan antara konsep diri akademik dengan kecurangan akademik pada mahasiswa Teologi UKSW (r = -0,333). Ini menunjukkan semakin tinggi konsep diri akademik mahasiswa Teologi UKSW maka semakin rendah kecurangan akademiknya. Sebaliknya, makin rendah konsep diri akademik pada mahasiswa Teologi UKSW maka semakin tinggi konsep diri akademiknya.


(2)

Korelasi negatif yang signifikan antara konsep diri akademik dengan kecurangan akademik pada mahasiswa Teologi UKSW serupa dengan hasil penelitian-penelitian sebelumnya mengenai hubungan konsep diri akademik terhadap kecurangan akademik. Dalam penelitian sebelumnya Setyani (2007) menemukan bahwa adanya hubungan negatif yang sangat signifikan antara konsep diri dengan perilaku menyontek. Hal ini berarti semakin tinggi konsep diri maka akan semakin rendah tingkat perilaku menyontek dan sebaliknya semakin rendah konsep diri maka akan semakin tinggi tingkat perilaku menyontek. Selain itu Sujana dan Wulan (dalam Setyani, 2007) yang membuktikan bahwa rasa tidak percaya pada kemampuan diri sendiri dapat menyebankan mahasiswa atau siswa melakukan menyontek, sebagai konpensasi untuk mendapatkan sesuatu yang dirasa tidak mampu untuk dicapai dengan kemampuan sendiri. Selain itu pada penelitian sebelumnya Muktamam (2010) mengemukakan bahwa terdapat hubungan negatif yang sangat signifikan antara konsep diri dengan perilaku menyontek.

Rerata mahasiswa fakultas Teologi UKSW memiliki tingkat konsep diri akademik yang berada pada katagori tinggi dan juga rerata mahasiswa memiliki tingkat kecurangan akademik berada pada kategori sangat rendah. Besarnya sumbangan efektif pada penelitian ini adalah sebesar 11%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa konsep diri akademik menyumbangkan sebesar 11% kepada konsep diri akademik. Dan kecurangan akademik disumbang sekitar 89% oleh faktor lain.

Dari hasil penelitian ini juga dapat dilihat bahwa terdapat hubungan yang negatif pada kecurangan akademik pada mahasiswa Teologi, dan ini sangat berbeda dengan fakta yang ada dimana masih terdapat beberapa mahasiswa melakukan kecurangan akademik seperti dalam mengerjakan tugas dan mengerjakan tes.


(3)

Berdasarkan keseluruhan kategori pada kedua variabel, maka hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konsep diri akademik mempengaruhi kecurangan akademik. Hal ini dapat dilihat dari korelasi negatif yang signifikan antara konsep diri akademik terhadap kecurangan akademik pada mahasiswa Teologi. Itu artinya ketika seseorang memiliki konsep diri akademik yang baik maka ia tidak akan melakukan tindakan kecurangan akademik. Sehingga hipotesis penelitian ini dapat di jawab. Hal ini kemudian mendukung penelitian-penelitian sebelumnya yang mengemukakan mengenai konsep diri, konsep diri akademik terhadap perilaku kecurangan akademik.

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang hubungan antara konsep diri akademik dengan kecurangan akademik terhadap mahasiswa Teologi UKSW, maka dapat disimpulkan:

1. Ada hubungan negatif yang signifikan antara konsep diri akademik terhadap kecurangan akademik pada mahasiswa Teologi UKSW.

2. Rerata mahasiswa fakultas Teologi UKSW memiliki tingkat konsep diri akademik yang berada pada kategori tinggi dan rerata mahasiswa memiliki tingkat kecurangan akademik berada pada kategori sangat rendah.

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian serta mengingat masih banyaknya keterbatasan dalam penelitian ini, maka peneliti memiliki beberapa saran sebagai berikut:

a. Bagi mahasiswa

Mahasiswa yang memiliki konsep diri akademik yang tinggi atau baik diharapkan dapat mempertahankan konsep diri akademik yang dimiliki sehingga dapat mengurangai kecurangan akademik. Mahasiswa yang dengan konsep diri akademik


(4)

yang masih rendah dan diharapkan lebih mengenal kemampuan dirinya dan potensi yang dapat dikembangkan khususnya dalam bidang akademik.

Bagi mahasiswa juga diharapkan lebih memahami bahwa kecurangan akademik dapat merugikan dirinya sendiri, percaya dengan kemampuan diri sendiri, dan lebih baik mempersiapkan materi-materi yang akan diujikan, dengan cara membuat jadwal belajar, menyususn skala prioritas agar lebih siap lagi menghadapi ujian dan mengerjakan tugas sehingga mendapatkan hasil yang baik tanpa harus melakukan kecurangan.

b. Bagi peneliti selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti kecurangan akademik disarankan untuk mencermati faktor-faktor lain yang mempengaruhi kecurangan akademik, yaitu faktor individual yang terdapat usia, jenis klamin, prestasi akademik, pendidikan orang tua, dan lain-lainya, kontekstual, kepribadian, dan masih banyak lagi. Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti topik ini, disarankan untuk meneliti dampak-dampak yang ditimbulkan dari perilaku kecurangan akademik. Selain itu disarankan untuk melakukan pendekatan secara kualitatif yang lebih mendalam pada subjek peneliti untuk memperoleh gambaran yang lebih detail dan lengkap mengenai topik ini. Peneliti selanjutnya juga disarankan untuk memperhatikan waktu pelaksanaanya.


(5)

Daftar pustaka

Athanasou, J, A. & Olasehinde, O. (2002). Male and female differences in self-report cheating. Praktical Assesment, Research & Evaluation.

Azwar, S. (2012). Metode penelitian. Yogyakarta: Pustaka belajar

Byrne, B. M,. Shavelson, J. R., Marsh, W., H Multigroup Comparisons in Self-concept Research: Reexaming the Assumption of Equivalent Structure and Measurement.

Burns, R. B. 1993. Konsep Diri (Teori, Pengukuran, Perkembangan, dan Perilaku). Alih bahasa: Eddy. Jakarta : Arcan

Imelda, R. (2011) Hubungan antara konsep diri dengan intensi perilaku menyontek, skripsi, jurusan Psikologi Universitas Pelita Harapan

Lambert, E. G., Hogan, N. L., & Barton, S. M. (2003). Collegiate academic dishonesty revisited: what have they done, how oftn have they done it, who does it, and why did they do it. Electronic Journal of Sosiology.

Lozier, K.A. (2010). Student Perceptions Of Academic Dishonesty Scenarios, An Honors Thesis Psicology, Ball State University, Muncie,In

Marsh, H,W. (1990). The Structure of Academic self concept. The marsh & shavelson model. Journal of educational psychology. 82,4,623-636

(2005). Spring 2004 Self-description Questionnaire. Prepared for the U.S Department of Education statistics.


(6)

Muktamam. (2010). Hubungan antara konsep diri dengan perilaku menyontek, skripsi, jurusan psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Pihatnanigtyas. T. K. (2014). Perilaku menyontek ditinjau dari konsep diri dan efikasi diri. Setyani, (2007). Hubungan antara konsep diri dengan intensi menyontek pada siswa SMA

Negeri 2 Semarang.

Suparno. (2011). Nyontek, konsep diri yang lemah. Internet. www.harianjoglosemar.com Susana, T. (2006). Konsep Diri: Apakah Itu?. Konsep Diri Positif, Menentukan Prestasi

Anak. Hal 17-23. Yogyakarta: Kanisius.

Sugiarto, (2003). Teknik sampling, Jakarta : PT. Gramedia Widrasesma Indonesia Riski, S.A. (2009). Hubungan prokrastinasi akademis dan kecurangan akademis pada

mahasiswa fakultas psikologi universitas sumatra utara, Skripsi, jurusan Psikologi Universitas Sumatra Utara.

Wahyu, K. (2014). Persepsi mahasiswa program studi ilmu keperawatan (psik) universitas muhammadiyah yogyakarta terhadap kecurangan akademik. Wahyuni (2009). Konseling, psikologi, seni, dan agama. Di aksek pada tanggal 30 juni

2015 http://fitribk05unsri.blogspot.com/2009/10/konsep-diri-akademik .html?m=1