UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA LISAN DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK SUB TEMA KEGIATAN Upaya Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Lisan Dalam Pembelajaran Tematik Sub Tema Kegiatan Malam Hari Melalui Metode Bermain Peran (Role Playing Metode) Pada Siswa
1
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA LISAN DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK SUB TEMA KEGIATAN
MALAM HARI MELALUI METODE BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING METODE) PADA SISWA KELAS 1
SD NEGERI PAKIS TAHUN 2014/2015
NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI
memenuhi sebagian persyaratanGuna mencapai derajat Sarjana S-1
Pendidikan Guru Sekolah Dasar
NAMA MAHASISWA SRI HARTINI
A54F121025
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
(2)
(3)
3
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA LISAN DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK SUB TEMA KEGIATAN
MALAM HARI MELALUI METODE BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING METODE) PADA SISWA KELAS 1
SD NEGERI PAKIS TAHUN 2014/2015
Sri Hartini, A54F121025, Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Pendidikan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, xv + 87
halaman (termasuk lampiran) Abstrak
Penelitian ini bertujuan meningkatkan Kemampuan Berbahasa Lisan Dalam Pembelajaran Tematik Sub Tema Kegiatan Malam Hari Melalui Metode Bermain Peran (Role Playing Metode) Pada Siswa Kelas 1 SD Negeri Pakis Tahun 2014/2015. Bahasa lisan adalah bahan yang dihasilkan alat ucap (organ of speech) dengan fonem sebagai unsur dasar. Dalam ragam bahasa lisan ini, pembicara dapat memanfaatkan tinggi rendah suara atau tekanan, air muka, gerak tangan atau isyarat untuk mengungkapkan ide. Untuk mewujudkan hal tersebut guru berusaha meningkatkan kemampuan berbahasa lisan siswa melalui Metode Bermain Peran (Role Playing Metode). Metode bermain peran (role playing) adalah mengeksplorasikan perasaan–perasaan, sikap-sikap, nilai-nilai dan strategi pemecahan masalah dengan cara memperagakan secara bersama-sama sehingga tercipta interaksi yang baik. Permasalahan yang dirumuskan penulis dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah Apakah metode role playing dapat meningkatkan kemampuan berbahasa lisan siswa? Setelah dianalisa penggunaan metode bermain peran (Role Playing Metode), dan dari hasil observasi siswa mampu berbahasa lisan dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan presentase siswa yang tuntas dengan nilai di atas 75 ada 11 anak atau 92%. Dengan demikian peneliti mengajukan saran sebaiknya para guru melaksanakan model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas siswa dan keterampilan guru yang akan berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa, dengan metode Bermain Peran (Role Playing Metode) dapat meningkatkan keterampilan berbahasa lisan siswa. Maka pendekatan tersebut bisa digunakan sebagai acuan untuk pelaksanaan pembelajaran keterampilan berbahasa lisan yang lainnya dengan situasi dan kondisi yang sama.
Kata Kunci : Metode Bermain Peran (Role Playing Metode), Kemampuan Berbahasa Lisan
(4)
1 A. Pendahuluan
Mengajar adalah seni dan ilmu pengetahuan. Jika suatu seni maka pengajaran memerlukan inspirasi, intuisi, bakat, dan kreativitas, sehingga sangat sedikit yang betul-betul dapat diajarkan. Jika pengajaran adalah suatu ilmu pengetahuan, maka mengajar memerlukan pengetahuan dan keterampilan, dan ini sesungguhnya dapat dipelajari. Salah satunya adalah perkembangan bahasa verbal atau bahasa yang diucapkan tidak hanya memerlukan belajar kata-kata, tetapi juga belajar tata bahasa dan aturan-aturan dalam berbicara.
Bahasa lisan adalah bahan yang dihasilkan alat ucap (organ of speech) dengan fonem sebagai unsur dasar. Dalam ragam bahasa lisan ini, pembicara dapat memanfaatkan tinggi rendah suara atau tekanan, air muka, gerak tangan atau isyarat untuk mengungkapkan ide. Untuk mewujudkan hal tersebut guru berusaha meningkatkan kemampuan berbahasa lisan siswa melalui Metode Bermain Peran (Role Playing Metode). Metode bermain peran (role playing) adalah mengeksplorasikan perasaan–perasaan, sikap-sikap, nilai-nilai dan strategi pemecahan masalah dengan cara memperagakan secara bersama-sama sehingga tercipta interaksi yang baik.
Tidak terlepas dari peran seorang pendidik sebagai konselor diharapkan harus sensitif dalam mengobservasi tingkah laku siswa. Seorang pendidik harus mencoba merespons secara konstruktif ketika emosi siswa mulai berbicara tidak sopan dan menyebut perbuatannnya supaya menarik perhatian kelas, sehingga merupakan bagian dari kenakalan anak-anak pada tingkat SD, terutama di SD Negeri Pakis.
Seorang pendidik harus bisa mengenal kebutuhan sosial dan emosi anak-anak pada tingkat perkembangan yang berbeda, mengidentifikasi perbedaan individu dalam kelas, dan menyadari beberapa materi yang tidak tepat untuk siswa tertentu. Satu prinsip yang penting adalah bahwa sebagian besar anak-anak di SD Negeri Pakis masih dalam tahap perkembangan operasional konkret.
(5)
2
Pelajaran ilmu pengetahuan sebaiknya meliputi meraba, membentuk, memanipulasi, mengalami, dan merasakan. Peranan ilmu sosial sebaiknya meliputi karya wisata, mengundang ahli, bermain peran, dan berdiskusi. Seni bahasa dan aktivitas membaca, berbicara sebaiknya meliputi mencipta, membayangkan, menulis.
Bersamaan dengan keterampilan dasar, hal yang paling penting pada siswa-siswa SD yang sedang belajar adalah konsep diri. Konsep diri seseorang dibentuk terutama pada usia dini, pengeruh sekolah pada konsep diri anak dapat menjadi dalam (Sri Esti,2006;87) dapat dilihat bahwa anak-anak SD Negeri Pakis dalam menggunakan segi bahasa berbicara yang kurang sopan santun terhadap guru, teman sebaya, bahkan orang lain disekitarnya namun tidak terlepas dari sikap perilaku guru yang tak pantas dilihat anak-anak. Anak-anak SD Negeri Pakis melakukan kegiatan dengan cara yang berbeda, sesuai dengan kemampuan mereka dan tidak menjadi soal apa yang seorang pendidik lakukan.
Seorang pendidik dapat membantu perkembangan sosial anak didiknya dengan menunjukkan keterbukaan, kekonsistenan, kesopanan, kebijaksanaan, dan tingkah laku lain yang tepat. Demikian juga dalam bertutur kata atau berbicara sopan santun, seorang pendidik sebaiknya menjelaskan mengapa perlu berbicara sopan santun dan menerapkannya kepada teman sebaya, guru, atau orang tua serta orang lain disekitarnya sehingga berguna untuk kehidupan yang akan datang.
Maka dengan adanya permasalahan tersebut diatas peneliti merasa perlu melakukan pengkajian secara ilmiah. Untuk maksud tersebut maka perlu melakukan penelitian dengan judul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Lisan Dalam Pembelajaran Tematik Sub Tema Kegiatan Malam Hari Melalui Metode Bermain Peran (Role Playing Metode) Pada Siswa Kelas 1 SD Negeri Pakis Tahun 2014/2015.
Menurut Nana Sudjana (1989 : 63) bahwa bermain peran (role playing) adalah permainan peranan untuk mengkreasi kembali peristiwa-
(6)
3
peristiwa yang telah terjadi atau akan terjadi. Maka dapat didefisinikan bahwa metode bermain peran (role playing) adalah mengeksplorasikan perasaan– perasaan, sikap-sikap, nilai-nilai dan strategi pemecahan masalah dengan cara memperagakan secara bersama-sama sehingga tercipta interaksi yang baik. Sedangkan definisi dari peran itu sendiri adalah suatu rangkaian perasaan, ucapan, dan tindakan, sebagai suatu pola yang hubungan unit yang ditujukan oleh individu terhadap individu lain. Bermain peran berusaha membantu individu untuk memahami perannya sendiri dan peran yang dimainkan orang lain sambil mengerti perasaan, sikap dan nilai-nilai yang mendasari terutama dalam berbicara sopan santun kepada orang lain.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan Kemampuan Berbahasa Lisan Dalam Pembelajaran Tematik Sub Tema Kegiatan Malam Hari pada Siswa Kelas 1 SD Negeri Pakis Tahun 2014/2015 dengan metode role playing.
Manfaat Penelitian Dengan tercapainya tujuan penelitian diatas, manfaat yang dapat disumbangkan bagi guru, siswa serta pihak yang berkepentingan, antara lain sebagai berikut: a. manfaat bagi siswa yaitu untuk mengetahui pentingnya keterampilan berbahasa lisan dan mengetahui bagaimana cara berbicara yang baik dan benar. b. manfaat bagi guru mendapatkan fakta bahwa dengan menerapkan model role playing dalam pembelajaran berbicara dapat meningkatkan keterampilan berbicara lisan secara sopan santun. c. manfaat bagi sekolah, penelitian yang dilakukan akan bisa lebih memudahkan dalam membina interaksi dengan para siswa dilingkungan sekolah dimana siswa berada.
B. Metode penelitian
Tempat Penelitian adalah Sekolah Dasar Negeri Pakis. Sekolah ini merupakan salah satu Sekolah Dasar di desa Pakis yang beralamat di Desa Kecamatan Tambakromo Kabupaten Pati. Meskipun sekolah ini di desa yang jauh dari perkotaan dan bukan merupakan sekolah unggulan tetapi sekolah ini
(7)
4
menyimpan bibit unggul siswa-siswanya yang dapat meningkatkan kemampuan baik secara akademik maupun non akademik.
Tahap Pelaksanaan
Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat penelitian ini dilaksanakan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September - Desember Tahun Pelajaran 2014/2015.
Teknik Pengumpulan Data dilakukan dengan observasi, dokumentasi, dan Catatan Lapangan.
- Observasi
Observasi adalah cara mengumpulkan data dengan jalan mengamati langsung terhadap objek yang diteliti. Observasi dijadikan sampel untuk mendapatkan gambaran secara langsung kegiatan belajar siswa di kelas. Sehingga data observasi diperoleh secara langsung dengan jalan melihat dan mengamati kegiatan siswa. Dengan demikian data tersebut dapat bersifat obyektif dalam melukiskan aspek-aspek kepribadian siswa yang sebenarnya serta didalam menyimpulkan hasil penelitian tidak berat sebelah atau hanya menekankan pada salah satu segi saja dari kemampuan siswa.
- Dokumentasi
Dokumentasi merupakan metode untuk memperoleh atau mengetahui sesuatu dengan buku-buku, arsip yang berhubungan dengan yang diteliti. Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data sekolah dan nama siswa, daftar nilai kelas I sebelum tindakan.
- Catatan lapangan Istrumen Penelitian - Lembar observasi
Data yang diperoleh dari observasi, peneliti menggunakan lembar observasi yang pelaksananya dilaksanakan oleh kolabolator sewaktu peneliti melaksanakan tindakan. pada saat itu juga peneliti melaksanakan evaluasi yang hasilnya dibutuhkan untuk memberikan refleksi.
(8)
5 - Format catatan lapangan
Validitas
Keabsahan data penelitian, berdasarkan observasi dan test / pretest dan observasi indikator perilaku siswa. Sehingga peneliti mengetahui bahwa kondisi awal pemahaman keterampilan bahasa lisan siswa kelas I SD Negeri Pakis pada Pembelajaran Tematik Subtema Kegiatan Malam Hari masih dibawah standar atau rendah . hal ini dapat dilihat pada daftar nilai (terlampir) Indikator Kinerja
Penilaian dikatakan berhasil jika 75 % jumlah murid nilainya mencapai KKM, setelah menggunakan metode bermain peran (role playing) sehingga siswa mencapai KKM (75) adalah sebanyak 75%.
Teknik Analisis Data
Data yang dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Menurut Miller dan Huberman mengemukakan bahwa dalam menganalisis data deskriptif kualitatif dilakukan secara langsung dan terus menerus sampai tuntas sehingga datanya tidak jenuh,’’ (Sugiyono, 2006:204). 1. Penyajian data
Setelah data diredupsi, maka langkah selanjutnya adalah penyajian dara. Penyajian data dapat dilakuakan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.
2. Reduksi data
Mereduksi bearti merangkum, memilih hal-hal pokok, mefokuskan pada hal-hal penting, dicari tema dan polanya.
3. Penarikan kesimpulan
Pada penarikan kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah apabila tidak ditemukan bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan untuk mennggumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
(9)
6 C. Hasil penelitian dan pembahasan
Tindakan yang dilakukan guru peneliti adalah untuk meningkatkan keterampilan berbahasa lisan pada siswa Kelas 1 SD Negeri Pakis Kecamatan Tambakromo Kabupaten Pati dalam pembelajaran Tematik Sub Tema Kegiatan Malam Hari. Adapun permasalahannya adalah “Apakah metode role playing dapat meningkatkan kemampuan berbahasa lisan dalam Pembelajaran Tematik Sub Tema Kegiatan Malam Hari Pada Siswa Kelas 1 SD Negeri Pakis Tahun 2014/2015?”
Tindakan yang dilakukan selama penelitian adalah menerapkan metode role playing. Setelah melakukan tindakan menggunakan metode role playing terdapat refleksi. Refleksi pada siklus I bertujuan untuk memeperbaiki tindakan mengajar siklus selanjutnya. Refleksi pada Siklus I yaitu:
1) Pelaksanaan sudah sesuai dengan rencana, tetapi hasil yang dicapai pada siklus I belum memenuhi kriteria penelitian yang diharapkan. Pembelajaran belum terlalu interaktif, guru kurang interaksi dengan siswa dan guru belum dapat menyesuaikan diri dengan baik.
2) Sebagian siswa kelas 1 SD Pakis kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran sehingga kemampuan berbahasa anak tidak terlihat.
Berdasarkan hasil penelitian siklus I yang dilakukan oleh peneliti diketahui bahwa kemampuan berbahasa anak kelas 1 SDN pakis masih rendah. Selain itu nilai pengetahuan anak juga masih di bawah KKM atau kurang dari 75, dari 12 anak yang hanya mendapat nilai diatas KKM sebanyak 9 anak atau 75%.
Pada Siklus II Guru peneliti mengadakan perbaikan dengan merencanakan pembelajaran yang lebih baik sehingga secara umum kegiatan pembelajaran dalam siklus II ini sangat baik. Pada siklus II ini peneliti melakukan kegiatan refleksi bersama observer dan diperoleh temuan-temuan sebagai berikut: 1) siswa tampak menikmati pembelajaran yang dilaksanakan guru, hal ini dibuktikan dengan meningkatnya aktivitas siswa serta antusiasme siswa dalam mengikuti pembelajaran, 2) adanya kerja sama yang baik antar siswa dalam kegiatan kelompok dan siswa tampak
(10)
bersungguh-7
sungguh dalam diskusi kelompok yang dilaksanakan, 3) siswa telah menunjukkan keaktifannya dalam bertanya dan mengemukakan pendapat, dan 4) selama proses pembelajaran berlangsung guru mampu memberikan bimbingan dan perhatian yang merata kepada seluruh siswa baik dalam kelompok maupun individu. Hal ini terbukti dari hasil penilian pengetahuan siswa pada siklus II, siswa yang tuntas dengan nilai di atas 75 ada 11 anak atau 92 %.
D. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa Penerapan metode role playing menunjukkan ada peningkatan pemahaman berbahasa lisan anak serta penguasaan materi pelajaran. Hal ini terbukti dari hasil penilian pengetahuan siswa sebagai berikut:
1. Hasil belajar sebelum perbaikan:
Siswa tuntas dengan nilai di atas 75 ada 5 anak atau 42 %. 2. Hasil belajar perbaikan siklus I:
Siswa tuntas dengan nilai di atas 75 ada 9 anak atau 75 %. 3. Hasil belajar perbaikan siklus II:
Siswa yang tuntas dengan nilai di atas 75 ada 11 anak atau 92 %. E. SARAN
Berdasarkan pengalaman selama melakukan penelitian tindakan kelas pada siswa kelas I SDN Pakis Kecamatan Tambakromo, peneliti dapat memberikan saran sebagai berikut.
1. Sebaiknya para guru melaksanakan model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas siswa dan keterampilan guru yang akan berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa.
2. Melalui metode Bermain Peran (Role Playing Metode) dapat meningkatkan keterampilan berbahasa lisan siswa pada pembelajaran sub tema kegiatan malam hari pada siswa kelas 1 SDN Pakis Kecamatan Tambakromo. Maka pendekatan tersebut bisa digunakan sebagai acuan
(11)
8
untuk pelaksanaan pembelajaran keterampilan berbahasa lisan yang lainnya dengan situasi dan kondisi yang sama.
(12)
9
DAFTAR PUSTAKA
A’la, Miftahun. 2011. Quantum Teaching. Yogjakarta: Diva Press.
Arikunto, Suharsimi. 1984. Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta: Bima Aksara Arikunto, Suharsini. 2002. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek).
Jakarta: Rineka Cipta
Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
Baharuddin H.B. dan Esa Nur Wahyuni. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzzmedia.
E. Mulyasa. 2004. Kurikulum Yang Disempurnakan: Pengembangan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Hamid Darmadi. 2010. Kemampuan Dasar Mengajar (Landasan Konsep dan
Implementasi).Bandung:Alfabeta
Iskandarwassid. 2011. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: Remaja Rosdakarya
Nana Sudjana. 1989. Cara Belajar Siswa Aktif (dalam proses belajar mengajar). Bandung:Sinar Baru
Nurkancana, Wayan dan P.P.N. Sumartana. 1986. Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional
Noehi Nasution dan Adi Suryanto. 2008. Evaluasi Pengajaran. Jakarta: Universitas terbuka
Oemar Hamalik. 2007. Dasar – Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya
Sagala, Syaiful. 2011. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Sri Esti Wuryani. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia
Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta
Suyono. 2011. Belajar dan Pembelajaran (Teori dan Konsep Dasar). Bandung: Remaja Rosdakarya.
(13)
10
Wina Sanjaya. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada MediaY.
Slamet. 2008. Dasar-dasar Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia disekolah dasar. Surakarta: LPP UNS dan UNS Press.
(14)
(1)
6 C. Hasil penelitian dan pembahasan
Tindakan yang dilakukan guru peneliti adalah untuk meningkatkan keterampilan berbahasa lisan pada siswa Kelas 1 SD Negeri Pakis Kecamatan Tambakromo Kabupaten Pati dalam pembelajaran Tematik Sub Tema Kegiatan Malam Hari. Adapun permasalahannya adalah “Apakah metode role playing dapat meningkatkan kemampuan berbahasa lisan dalam Pembelajaran Tematik Sub Tema Kegiatan Malam Hari Pada Siswa Kelas 1 SD Negeri Pakis Tahun 2014/2015?”
Tindakan yang dilakukan selama penelitian adalah menerapkan metode role playing. Setelah melakukan tindakan menggunakan metode role playing terdapat refleksi. Refleksi pada siklus I bertujuan untuk memeperbaiki tindakan mengajar siklus selanjutnya. Refleksi pada Siklus I yaitu:
1) Pelaksanaan sudah sesuai dengan rencana, tetapi hasil yang dicapai pada siklus I belum memenuhi kriteria penelitian yang diharapkan. Pembelajaran belum terlalu interaktif, guru kurang interaksi dengan siswa dan guru belum dapat menyesuaikan diri dengan baik.
2) Sebagian siswa kelas 1 SD Pakis kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran sehingga kemampuan berbahasa anak tidak terlihat.
Berdasarkan hasil penelitian siklus I yang dilakukan oleh peneliti diketahui bahwa kemampuan berbahasa anak kelas 1 SDN pakis masih rendah. Selain itu nilai pengetahuan anak juga masih di bawah KKM atau kurang dari 75, dari 12 anak yang hanya mendapat nilai diatas KKM sebanyak 9 anak atau 75%.
Pada Siklus II Guru peneliti mengadakan perbaikan dengan merencanakan pembelajaran yang lebih baik sehingga secara umum kegiatan pembelajaran dalam siklus II ini sangat baik. Pada siklus II ini peneliti melakukan kegiatan refleksi bersama observer dan diperoleh temuan-temuan sebagai berikut: 1) siswa tampak menikmati pembelajaran yang dilaksanakan guru, hal ini dibuktikan dengan meningkatnya aktivitas siswa serta antusiasme siswa dalam mengikuti pembelajaran, 2) adanya kerja sama yang baik antar siswa dalam kegiatan kelompok dan siswa tampak
(2)
bersungguh-7
sungguh dalam diskusi kelompok yang dilaksanakan, 3) siswa telah menunjukkan keaktifannya dalam bertanya dan mengemukakan pendapat, dan 4) selama proses pembelajaran berlangsung guru mampu memberikan bimbingan dan perhatian yang merata kepada seluruh siswa baik dalam kelompok maupun individu. Hal ini terbukti dari hasil penilian pengetahuan siswa pada siklus II, siswa yang tuntas dengan nilai di atas 75 ada 11 anak atau 92 %.
D. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa Penerapan metode role playing menunjukkan ada peningkatan pemahaman berbahasa lisan anak serta penguasaan materi pelajaran. Hal ini terbukti dari hasil penilian pengetahuan siswa sebagai berikut:
1. Hasil belajar sebelum perbaikan:
Siswa tuntas dengan nilai di atas 75 ada 5 anak atau 42 %. 2. Hasil belajar perbaikan siklus I:
Siswa tuntas dengan nilai di atas 75 ada 9 anak atau 75 %. 3. Hasil belajar perbaikan siklus II:
Siswa yang tuntas dengan nilai di atas 75 ada 11 anak atau 92 %. E. SARAN
Berdasarkan pengalaman selama melakukan penelitian tindakan kelas pada siswa kelas I SDN Pakis Kecamatan Tambakromo, peneliti dapat memberikan saran sebagai berikut.
1. Sebaiknya para guru melaksanakan model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas siswa dan keterampilan guru yang akan berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa.
2. Melalui metode Bermain Peran (Role Playing Metode) dapat meningkatkan keterampilan berbahasa lisan siswa pada pembelajaran sub tema kegiatan malam hari pada siswa kelas 1 SDN Pakis Kecamatan Tambakromo. Maka pendekatan tersebut bisa digunakan sebagai acuan
(3)
8
untuk pelaksanaan pembelajaran keterampilan berbahasa lisan yang lainnya dengan situasi dan kondisi yang sama.
(4)
9
DAFTAR PUSTAKA
A’la, Miftahun. 2011. Quantum Teaching. Yogjakarta: Diva Press.
Arikunto, Suharsimi. 1984. Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta: Bima Aksara Arikunto, Suharsini. 2002. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek).
Jakarta: Rineka Cipta
Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
Baharuddin H.B. dan Esa Nur Wahyuni. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzzmedia.
E. Mulyasa. 2004. Kurikulum Yang Disempurnakan: Pengembangan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Hamid Darmadi. 2010. Kemampuan Dasar Mengajar (Landasan Konsep dan
Implementasi).Bandung:Alfabeta
Iskandarwassid. 2011. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: Remaja Rosdakarya
Nana Sudjana. 1989. Cara Belajar Siswa Aktif (dalam proses belajar mengajar). Bandung:Sinar Baru
Nurkancana, Wayan dan P.P.N. Sumartana. 1986. Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional
Noehi Nasution dan Adi Suryanto. 2008. Evaluasi Pengajaran. Jakarta: Universitas terbuka
Oemar Hamalik. 2007. Dasar – Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya
Sagala, Syaiful. 2011. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Sri Esti Wuryani. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia
Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta
Suyono. 2011. Belajar dan Pembelajaran (Teori dan Konsep Dasar). Bandung: Remaja Rosdakarya.
(5)
10
Wina Sanjaya. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada MediaY.
Slamet. 2008. Dasar-dasar Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia disekolah dasar. Surakarta: LPP UNS dan UNS Press.
(6)