PENGARUH PERMAINAN IMAJINATIF TEBAK GAMBAR TERHADAP KETERAMPILAN BERBICARA ANAK TK DALAM KEGIATAN APERSEPSI.
No.Daftar/17/PGPAUG/XII/2012
Karlina Widaningsih, 2013
PENGARUH PERMAINAN IMAJINATIF TEBAK GAMBAR TERHADAP KETERAMPILAN BERBICARA ANAK TK DALAM KEGIATAN
APERSEPSI
(Pre-Eksperimen pada Anak TK B di TK Darussalam Bandung Tahun Pelajaran 2012-2013)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
Oleh
Karlina Widaningsih 0802002
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN PEDAGOGIK
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
(2)
No.Daftar/17/PGPAUD/XII/2012
Pengaruh Permainan Imajinatif Tebak
Gambar Terhadap Keterampilan
Berbicara Anak TK Dalam Kegiatan
Apersepsi
Oleh
Karlina Widaningsih
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Karlina Widaningsih 2012 Universitas Pendidikan Indonesia
Desember 2012
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
(3)
No.Daftar/17/PGPAUD/XII/2012
(4)
(5)
i
Karlina Widaningsih, 2013
ABSTRAK
Pengaruh Permainan Imajinatif Tebak Gambar Terhadap Keterampilan Berbicara Anak TK dalam Kegiatan Apersepsi (Pre-Eksperimen pada anak
TK B di TK Darussalam Bandung Tahun Pelajaran 2012-2013)
Karlina Widaningsih 0802002
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pentingnya meningkatkan keterampilan berbicara anak. Guru maupun orang tua saat ini lebih menekankan pada kemampuan berhitung dan membaca ataupun kemampuan yang bersifat akademis saja, hal ini ditunjukkan dengan kurangnya kemampuan anak dalam berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain terutama di dalam kelas, kurangnya kemampuan mengucap kalimat untuk mengekspresikan gagasan, perasaan, pikiran dalam bentuk rangkaian kata secara lisan, serta kurangnya penggunaan metode yang tepat dalam pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan berbicara anak. Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana keterampilan berbicara anak dalam kegiatan apersepsi sebelum penerapan permainan imajinatif tebak gambar, bagaimana keterampilan berbicara anak dalam kegiatan apersepsi sesudah penerapan permainan imajinatif tebak gambar, apakah terdapat perbedaan yang signifikan pada keterampilan berbicara anak dalam kegiatan apersepsi sebelum dan sesudah penerapan permainan imajinatif tebak gambar. Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana keterampilan berbicara anak dalam kegiatan apersepsi sebelum penerapan permainan imajinatif tebak gambar, untuk mengetahui bagaimana keterampilan berbicara anak dalam kegiatan apersepsi sesudah penerapan permainan imajinatif tebak gambar, untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan pada keterampilan berbicara anak dalam kegiatan apersepsi sebelum dan sesudah penerapan permainan imajinatif tebak gambar. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode pre-eksperimen. Data penelitian diperoleh dengan menggunakan instrumen penelitian yaitu lembar observasi. Tahapan dalam penelitian pre-eksperimen ini yaitu dengan melakukan pre-test dan post-test, serta
treatment yaitu penerapan permainan imajinatif tebak gambar. Rata-rata perolehan
skor pada saat pre-test adalah 35,20 sedangkan rata-rata post-test adalah 55,67. Hasil penelitian menunjukkan bahwa permainan imajinatif tebak gambar memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keterampilan berbicara anak TK. Setelah dilakukan uji statistik menggunakan rumus Uji-t dependen sampel diperoleh hasil nilai P<0.05 maka Ha dapat diterima.
Kata Kunci: Permainan Imajinatif, Tebak Gambar dan Keterampilan Berbicara Anak Usia Dini
(6)
ABSTRACT
Effects of Games Imaginative Guess Kids Picture Of Speaking Skills in the Activity Apersepsi Kindergarten (Pre-experiments on children in
kindergarten Darussalam Dublin Academic Year 2012-2013)
Karlina Widaningsih 0802002
The research was motivated by the importance of improving the skills of speaking children. Teachers and parents are now more emphasis on math and reading skills or academic ability alone, as shown by the lack of children's ability to interact and communicate with others, especially in the classroom, lack of ability to give sentences to express ideas, feelings, thoughts in the form of a series of spoken word, as well as the lack of use of appropriate methods in teaching kids to improve speaking skills. Based on the background above, the research question in this study is how the child's speaking skills in the activity apperception before applying imaginative play guess the picture, how the child's speaking skills in apperception activity after application of imaginative play guess the picture, is there a significant difference in a child's speaking skills apperception activity before and after the application of imaginative play guess the picture. Based on the formulation of the problem above, the purpose of this study was to determine how the child's speaking skills in the activity apperception before applying imaginative play guess the picture, to know how the child's speaking skills in apperception activity after application of imaginative play guess the picture, to determine whether there are significant differences in speaking skills of children in the activity apperception before and after the application of imaginative play guess the picture. This study uses a quantitative approach to the pre-experimental methods. The data were obtained by using the research instruments observation sheet. Stages in the pre-experimental research is to conduct pre-test and post-test, and treatment is the application of imaginative play guess the picture. The average gain scores at pre-test is 35.20 while the average post-test is 55.67. The results showed that imaginative play guess the picture has a significant effect on conversational skills kindergartners. After the test was done using a statistical formula dependent samples t-test results obtained values P <0.05 Ha so acceptable.
Key Words: Imaginative Games, Guess Image and Speech Skills in Early Childhood
(7)
vi
Karlina Widaningsih, 2013
DAFTAR ISI
Abstrak ………...
Kata Pengantar ………..
Ucapan Terima Kasih ………...
Daftar Isi ………
Daftar Tabel ………...
Daftar Grafik ……….
BAB I PENDAHULUAN ………...………...
A. Latar Belakang Masalah ………...………...……
B. Rumusan Masalah ………....
C. Tujuan Penelitian ……….
D. Manfaat Penulisan ………...
E. Struktur Organisasi ………..
BAB II KAJIAN TEORETIS
PERMAINAN IMAJINATIF TEBAK GAMBAR TERHADAP
KETERAMPILAN BERBICARA ANAK USIA DINI …………..………
A. Konsep Perkembangan Bahasa ………
1. Pengertian Bahasa ………..
2. Fungsi Bahasa ………
3. Aspek-aspek Keterampilan Bahasa ………... B. Keterampilan Berbicara Anak Usia Dini ………. 1. Pengertian Keterampilan Berbicara ………...
2. Tujuan Berbicara bagi Anak ………..
i ii iii vi ix xi 1 1 6 7 7 8 10 10 11 11 12 13 13 14
(8)
3. Perkembangan Berbicara Anak ………. 4. Kegiatan Pembelajaran Berbicara……...………...
C. Konsep Bermain dan Permainan ……….
1. Pengertian Bermain ………...
2. Tujuan Bermain Bagi Anak ………...
3. Konsep Permainan ……….
4. Variasi dan keseimbangan dalam aktivitas bermain ……….. D. Konsep Permainan Imajinatif Tebak Gambar ……….
1. Pengertian Permainan Imajinatif ………...
2. Konsep Permainan Tebak Gambar ………
E. Perkembangan dan Karakteriktik Anak ………...
F. Penelitian Terdahulu ………
G. Hipotesis Penelitian ……….
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ………
A. Populasi dan Sampel ………
1. Populasi Penelitian ………
2. Sampel Penelitian ………..
B. Metode Penelitian ………
C. Definisi Operasional ………
D. Instrumen Penelitian ………
1. Kisi-kisi Instrumen ………
E. Analisis Instrumen ………...
F. Teknik Pengumpulan Data ………..
15 16 20 20 21 23 24 25 25 26 28 31 32 34 34 34 34 34 35 37 37 39 43
(9)
viii
Karlina Widaningsih, 2013
G. Teknik Analisis Data ………...
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……….
A. Hasil Penelitian ………
B. Pembahasan ……….
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ………...
A. Kesimpulan ………..
B. Rekomendasi ………...
Daftar Pustaka Lampiran
44 46 46 78 85 85 85
(10)
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen ……….
Tabel 3.2 Hasil Perhitungan Pengujian Validitas ……….. Tabel 3.3 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r ………... Tabel 4.1 Kategorisasi Indikator ……… Tabel 4.2 Keterampilan Berbicara Anak untuk Indikator Mengucapkan
Kata Sebelum Penerapan Permainan Imajinatif Tebak Gambar Tabel 4.3 Keterampilan Berbicara Anak untuk Indikator Membentuk
Kalimat Sebelum Penerapan Permainan Imajinatif Tebak
Gambar ………
Tabel 4.4 Keterampilan Berbicara Anak untuk Indikator Merespon Stimulus Sebelum Penerapan Permainan Imajinatif Tebak
Gambar ………
Tabel 4.5 Keterampilan Berbicara Anak Sebelum Penerapan Permainan
Imajinatif Tebak Gambar ………
Tabel 4.6 Keterampilan Berbicara Anak untuk Indikator Mengucapkan Kata Sesudah Penerapan Permainan Imajinatif Tebak Gambar Tabel 4.7 Keterampilan Berbicara Anak untuk Indikator Membentuk Kalimat Sesudah Penerapan Permainan Imajinatif Tebak Gambar ……... Tabel 4.8 Keterampilan Berbicara Anak untuk Indikator Merespon
Stimuluh Sesudah Penerapan Permainan Imajinatif Tebak
38 41 43 48
49
51
53
55
57
(11)
x
Karlina Widaningsih, 2013
Gambar ……... Tabel 4.9 Keterampilan Berbicara Anak Sesudah Penerapan Permainan
Imajinatif Tebak Gambar ………... Tabel 4.10 Peningkatan Skor Indikator Mengucapkan Kata Sebelum dan Sesudah Penerapan Permainan Imajinatif Tebak Gambar …… Tabel 4.11 Peningkatan Skor Indikator Membentuk Kalimat Sebelum dan
Sesudah Penerapan Permainan Imajinatif Tebak Gambar …… Tabel 4.12 Peningkatan Skor Indikator Merespon Stimulus Sebelum dan
Sesudah Penerapan Permainan Imajinatif Tebak Gambar …… Tabel 4.13 Keterampilan Berbicara Anak Sebelum dan Sesudah Penerapan
Permainan Imajinatif Tebak Gambar ………
Tabel 4.14 Uji Normalitas Data Pre-test Dan Post-test ……….. Tabel 4.15 Hasil Uji –t Dependent sampel untuk Hipotesis ……….. Tabel 4.16 Data Perolehan Skor Instrumen ………
61
63
65
67
70
72 75 75 76
(12)
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Skor Indikator Mengucapkan kata Sebelum Penerapan Permainan Imajinatif Tebak Gambar ……….. Grafik 4.2 Skor Indikator Membentuk Kalimat Sebelum Penerapan
Permainan Imajinatif Tebak Gambar ……….. Grafik 4.3 Skor Indikator Merespon Stimulus Sebelum Penerapan
Permainan Imajinatif Tebak Gambar ……….. Grafik 4.4 Persentase Kategori Skor Anak Sebelum Penerapan Permainan
Imajinatif Tebak Gambar ………...
Grafik 4.5 Keterampilan Berbicara Anak Sebelum Penerapan Permainan
Imajinatif Tebak Gambar ………...
Grafik 4.6 Skor Indikator Mengucapkan Kata Sesudah Penerapan Permainan Imajinatif Tebak Gambar ……….. Grafik 4.7 Skor Indikator Membentuk Kalimat Sesudah Penerapan
Permainan Imajinatif Tebak Gambar ……….. Grafik 4.8 Skor Indikator Merespon Stimulus Sesudah Penerapan
Permainan Imajinatif Tebak Gambar ……….. Grafik 4.9 Persentase Kategori Skor Sesudah Penerapan Permainan
Imajinatif Tebak Gambar ………...
Grafik 4. 10 Keterampilan Berbicara Anak Sesudah Penerapan Permainan
Imajinatif Tebak Gambar ………...
50
52
54
56
56
58
60
62
64
(13)
xii
Karlina Widaningsih, 2013
Grafik 4.11 Peningkatan Skor Indikator Mengucapkan Kata Sebelum dan Sesudah Penerapan Permainan Imajinatif Tebak Gambar …… Grafik 4.12 Peningkatan Rata-rata Skor Indikator Mengucapkan Kata
Sebelum dan Sesudah Penerapan Permainan Imajinatif Tebak
Gambar ………
Grafik 4.13 Peningkatan Skor Indikator Membentuk Kalimat Sebelum dan Sesudah Penerapan Permainan Imajinatif Tebak Gambar ….. Grafik 4.14 Peningkatan Rata-rata Skor Indikator Membentuk Kalimat
Sebelum dan Sesudah Penerapan Permainan Imajinatif Tebak
Gambar ………
Grafik 4.15 Peningkatan Skor Indikator Merespon Stimulus Sebelum dan Sesudah Penerapan Permainan Imajinatif Tebak Gambar ….. Grafik 4.16 Peningkatan Rata-rata Skor Indikator Merespon Stimulus
Sebelum dan Sesudah Penerapan Permainan Imajinatif Tebak
Gambar ………
Grafik 4.17 Keterampilan Berbicara Anak Sebelum dan Sesudah Penerapan
Permainan Imajinatif Tebak Gambar ………
Grafik 4.18 Peningkatan Rata-rata Skor Keterampilan Berbicara Anak Sebelum dan Sesudah Penerapan Permainan Imajinatif Tebak
Gambar ………
Grafik 4.13 Perolehan Skor Instrumen ………..……….
66
67
69
69
71
72
73
74 78
(14)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Anak usia TK memiliki tugas-tugas perkembangan yang harus dikuasai karena anak usia TK adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan sangat pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan selanjutnya, karena anak usia TK memiliki karakteristik tersendiri yang jauh berbeda dari dunia dan karakteristik orang dewasa (Ernawulan, 2005:4). Anak usia Taman Kanak-kanak memiliki karakteristik yaitu rasa ingin tahu dan antusias yang kuat terhadap segala sesuatu, memiliki sikap berpetualang (adventurousness) yang begitu kuat, banyak memperhatikan dan bertanya, keinginan mengenal tubuhnya sendiri, senang bernyanyi, mengobservasi lingkungan dan benda-benda disekitarnya, aktif melakukan berbagai aktivitas, tidak dapat lama-lama duduk dan berdiam diri, menunjukkan hubungan dan kerjasama dengan teman-temannya (Solehuddin, 1997:40). Rasa keingintahuan tersebut tentu harus ada cara untuk mengungkapkannya yaitu dengan cara memperhatikan, membicarakan, mempertanyakan hal-hal yang didengar dan dilihatnya.
Anak memperoleh pengetahuan dan kemampuan tidak hanya dari kematangan, tetapi justru lingkunganlah yang memberi kontribusi yang berarti dan sangat mendukung proses belajar anak (Masitoh dkk, 2005). Pada hakekatnya anak senang meniru, anak senang meniru bunyi-bunyi tertentu ataupun ucapan orang-orang disekitarnya. Perkembangan anak yang pertama kali dikuasai adalah keterampilan berbahasa yaitu berbicara. Tarigan (1985:1) mengemukakan bahwa
(15)
2
Karlina Widaningsih, 2013
berbicara merupakan salah satu komponen dari keterampilan berbahasa, berbicara merupakan keterampilan yang pertama kali dikuasai. Melalui berbicara, anak dapat menyampaikan keinginan, harapan juga permintaannya. Karena berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan (Tarigan, 1985:15).
Memperkuat pendapat tersebut Suhartono (2005:22) mengatakan yang dimaksud dengan berbicara adalah suatu penyampaian maksud tertentu dengan mengucapkan bunyi-bunyi bahasa supaya bunyi tersebut dapat dipahami oleh orang yang ada dan mendengar disekitarnya.
Pembicara harus memiliki kemampuan dan keterampilan untuk menyampaikan informasi kepada orang lain, agar orang-orang yang mendengar dapat mengerti apa yang dibicarakan. Hal itu sejalan dengan Hurlock (1990:82) yang mengatakan bahwa ada dua fungsi berbicara untuk berkomunikasi yaitu kemampuan untuk mengerti apa yang dikatakan oleh orang lain, sehingga dapat menangkap maksud yang ingin dikomunikasikan orang lain, serta kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain sedemikian rupa sehingga dapat dimengerti oleh lawan bicaranya.
Kenyataannya pengembangan keterampilan berbicara anak di Taman Kanak-kanak belum maksimal dan cendrung mendapat hambatan sehingga anak kurang berani untuk berbicara atau mengungkapkan pendapatnya. Seperti yang diketahui kemampuan setiap anak berbeda-beda sehingga tidak semua anak mampu menguasai keterampilan berbicara, salah satu penyebab yang terjadi dilapangan
(16)
3
adalah pembelajaran masih bersifat konvensional, interaksi antara guru dengan anak masih terlihat kaku dan guru lebih dominan. Rendahnya keberanian berbicara anak terlihat saat guru memberikan pertanyaan kepada anak, anak tidak mampu mengungkapkan gagasannya, volume suara yang anak keluarkan sangat kecil, sehingga anak sulit berkomunikasi dengan bahasa lisan, sulit mengemukakan pendapat secara sederhana, sulit memberikan informasi, sulit menjawab pertanyaan, malu untuk bertanya, juga sulit untuk menceritakan pengalaman yang sederhana.
Berkenaan dengan paparan di atas, keterampilan berbicara dalam hal ini adalah kemampuan anak untuk mengubah wujud fikiran atau perasaan menjadi wujud bunyi berbahasa yang bermakna, kemampuan berkomunikasi secara lisan sebagai media bagi setiap individu untuk menuangkan ide, gagasan dan pikiran kepada orang lain untuk berbagai kepentingan (Suhendar, 1992). Keterampilan berbahasa anak akan berkembang dengan baik bila guru di Taman Kanak-Kanak memberikan stimulus untuk merangsang mengembangkan keterampilan berbicaranya.
Berhasil tidaknya pembelajaran bidang pengembangan bahasa, khususnya untuk mencapai keberhasilan keterampilan berbicara ditentukan oleh beberapa faktor yang saling berkaitan. Faktor tersebut antara lain guru, siswa, metode, dan teknik pembelajaran, serta kurikulum (Alrochmah, 2010:4).
Berdasarkan pernyataan di atas, maka memilihan metode pembelajaran yang dapat merangsang anak berbicara haruslah menarik agar dapat memotivasi anak untuk mengeluarkan kata-kata atau berbicara. Berdasarkan hasil observasi awal
(17)
4
Karlina Widaningsih, 2013
yang telah dilakukan maka peneliti berpendapat bahwa berimajinasi adalah hal yang sangat mengungkinkan bagi anak untuk berbicara, anak-anak dapat berimajinasi atau bertamasya jiwa sesuka hati mereka. Berimajimasi adalah hal yang menyenangkan bagi anak, menurut Alrochmah (2010:4) berimajinasi merupakan sifat manusiawi yang akan selalu ada selama manusia terus mempunyai keinginan atau harapan. Intinya dalam pelajaran apapun dan siapapun, berimajinasi dibutuhkan dalam pembelajaran. Melalui imajinasi anak dapat mengembangkan daya pikir dan daya ciptanya tanpa dibatasi kenyataan dan realitas. Ia bebas berpikir sesuai pengalaman dan khayalannya, imajinasi akan membantu kemampuan berpikir fluency, fleksibility dan originary pada anak (Rachmawati dan Kurniati, 2005:62).
Pernyataan di atas sejalan dengan Kieran Egan (2009:15) yang menyebutkan bahwa semua ilmu pengetahuan adalah hasil dari harapan, ketakutan, dan gairah manusia. Untuk menghadirkan ilmu pengetahuan di dalam pikiran anak, kita harus memperkenalkan dalam konteks harapan, ketakutan, dan gairah manusia di mana ilmu pengetahuan itu akan menemukan makna sepenuhnya. Sarana terbaik untuk melakukan hal itu adalah dengan imajinasi. Berimajinasi juga termasuk bermain, melalui bermain juga anak dapat mengembangkan kemampuan bahasa dan sosial, seperti mendengarkan beraneka bunyi, mengucapkan suku kata atau kata, memperluas kosa kata, membina hubungan dengan anak lain, bertingkah laku sesuai dengan tuntutan masyarakat, menyesuaikan diri dengan teman sebaya, dan paham bahwa setiap perbuatan ada konsekuensinya (Moeslichatoen, 2004: 27). Bermain adalah suatu aktivitas yang langsung dan spontan dimana seorang anak
(18)
5
menggunakan orang lain atau benda-benda disekitarnya dengan senang, sukarela dan dengan imajinatif, menggunakan perasaannya, tangannya atau seluruh anggota tubuhnya (Gallahue dalam Tinny, 2009: 34).
Satu bentuk permainan atau alat permainan semestinya diciptakan dengan tujuan yang jelas sehingga pertumbuhan dan perkembangan yang diharapkan akan tercapai. Bermain merupakan kepuasan pada diri anak yang bersifat non serius, lentur dan bahan mainan terkandung dalam kegiatan dan yang secara imajinatif ditransformasikan sepadan dengan dunia orang dewasa (Moeslichatoen, 2004:24).
Imajinasi dapat diintegrasikan dengan sebuah permainan, dimana anak akan diminta untuk berimajinasi dalam sebuah permainan untuk menebak gambar yang tersembunyi dalam 20 kotak. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996:288) gambar adalah tiruan barang (orang, binatang, tumbuhan dan sebagainya) yang dibuat dengan coretan pensil ataupun yang lainnya pada kertas ataupun yang lainnya. Anak sangat menyukai gambar, jika gambar dibuat menarik dan disajikan dengan persyaratan yang baik, lalu anak diminta untuk berimajinasi yang diarahkan melalui cerita atau sebuah petunjuk yang berhubungan dengan gambar bersebut. Setiap guru selesai memberikan petunjuk maka akan terbuka sebuah kotak yang akan menampilkan atau memperlihatkan sebagian dari gambar, melalui permainan imajinatif tebak gambar ini diharapkan anak dapat termotivasi untuk berbicara mengemukakan pendapat dan memberikan komentar melalui permainan imajinatif tersebut. Imajinasi ini dijadikan stimulus dalam pembelajaran agar keterampilan berbicara anak dapat meningkat.
(19)
6
Karlina Widaningsih, 2013
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan keterampilan berbicara anak di TK/RA Al-Fikri setelah menggunakan teknik reka cerita gambar dalam kegiatan pembelajaran pengembangan bahasa mengalami peningkatan baik dilihat dari aspek kosakata meliputi kosakata umum dan kosakata khusus, juga dalam menceritakan isi gambar secara sederhana dengan urut berkembang dengan baik serta kegiatan pembelajaran bahasa menjadi lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran tanpa menggunakan teknik reka cerita gambar (Hani Solihah Apriani, 2010).
Berdasarkan paparan di atas kemampuan berbicara merupakan salah satu komponen berbahasa yang harus dikuasai agar anak dapat menggunakan bahasa secara baik, dan untuk meningkatkan keberanian berbicara anak, akan efektif bila diterapkan permainan imajinatif tebak gambar, karena bermain, imajinasi dan gambar adalah dunia anak.
Berdasarkan permasalahan yang berkembang di atas, maka penelitian ini memfokuskan kajian pada “PENGARUH PERMAINAN IMAJINATIF TEBAK GAMBAR TERHADAP KETERAMPILAN BERBICARA ANAK TK DALAM KEGIATAN APERSEPSI”
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini dituangkan ke dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana keterampilan berbicara anak dalam kegiatan apersepsi di kelompok B TK Darussalam Bandung Tahun Pelajaran 2012-2013 sebelum penerapan permainan imajinatif tebak gambar?
(20)
7
2. Bagaimana keterampilan berbicara anak dalam kegiatan apersepsi di kelompok B TK Darussalam Bandung Tahun Pelajaran 2012-2013 sesudah penerapan permainan imajinatif tebak gambar?
3. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan pada keterampilan berbicara anak dalam kegiatan apersepsi di kelompok B TK Darussalam Bandung Tahun Pelajaran 2012-2013 sebelum dan sesudah penerapan permainan imajinatif tebak gambar?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui bagaimana keterampilan berbicara anak dalam kegiatan apersepsi di kelompok B TK Darussalam Bandung Tahun Pelajaran 2012-2013 sebelum penerapan permainan imajinatif tebak gambar.
2. Untuk mengetahui bagaimana keterampilan berbicara anak dalam kegiatan apersepsi di kelompok B TK Darussalam Bandung Tahun Pelajaran 2012-2013 sesudah penerapan permainan imajinatif tebak gambar.
3. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan pada keterampilan berbicara anak dalam kegiatan apersepsi di kelompok B TK Darussalam Bandung Tahun Pelajaran 2012-2013 sebelum dan sesudah penerapan permainan imajinatif tebak gambar.
D. Manfaat Penulisan
(21)
8
Karlina Widaningsih, 2013
1. Untuk anak, diharapkan dapat mengembangkan keterampilan berbicaranya dengan cara berani berbicara sehingga dapat memberikan pengalaman berbicara.
2. Untuk guru, diharapkan dapat menambah wawasan serta memberikan pengalaman langsung dalam proses pembalajaran keterampilan berbicara dengan menggunakan permainan imajinatif tebak gambar.
3. Untuk lembaga taman kanak-kanak, diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan kebijakan untuk melakukan inovasi pendidikan dan peningkatan kualitas pendidikan.
E. Struktur Organisasi
Struktur organisasi atau urutan penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penulisan E. Struktur Organisasi BAB II KAJIAN TEORETIS
PERMAINAN IMAJINATIF TEBAK GAMBAR TERHADAP KETERAMPILAN BERBICARA ANAK USIA DINI
A. Konsep Perkembangan Bahasa 1. Pengertian Bahasa
2. Fungsi Bahasa
3. Aspek-aspek Keterampilan Bahasa B. Keterampilan Berbicara Anak Usia Dini
(22)
9
1. Pengertian Keterampilan Berbicara 2. Tujuan Berbicara bagi Anak 3. Perkembangan Berbicara Anak 4. Kegiatan Pembelajaran Berbicara C. Konsep Bermain dan Permainan
1. Pengertian Bermain
2. Tujuan Bermain Bagi Anak 3. Konsep Permainan
4. Variasi dan keseimbangan dalam aktivitas bermain D. Konsep Permainan Imajinatif Tebak Gambar
1. Pengertian Permainan Imajinatif 2. Konsep Permainan Tebak Gambar E. Perkembangan dan Karakteriktik Anak F. Penelitian Terdahulu
G. Hipotesis Penelitian
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Populasi dan Sampel
1. Populasi Penelitian 2. Sampel Penelitian B. Metode Penelitian C. Definisi Operasional D. Instrumen Penelitian
1. Kisi-kisi Instrumen E. Analisis Instrumen
F. Teknik Pengumpulan Data G. Teknik Analisis Data
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian
B. Pembahasan
(23)
10
Karlina Widaningsih, 2013 B. Rekomendasi
(24)
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data terhapan penerapan permainan imajinatif tebak gambar untuk meningkatkan keterampilan berbicara anak usia dini dilapangan, maka peneliti menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Keterampilan berbicara anak sebelum diberikan treatment berada pada kategori sedang dan rendah. Diperoleh data bahwa terdapat 8 anak ada pada kategori sedang dan 7 anak ada pada kategori rendah dengan rata-rata skor kelompok 35,2.
2. Keterampilan berbicara anak sesudah diberikan treatment mengalami peningkatan. Diperoleh data bahwa terdapat 13 anak ada pada kategori tinggi dan 2 anak sangat tinggi dengan rata-rata skor 55.67.
3. Penerapan permainan imajinatif tebak gambar gambar terbukti efektif dalam meningkatkan keterampilan berbicara anak. Hal ini terbukti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah diterapkan permainan imajinatif tebak gambar.
B. Rekomendasi
Dalam upaya meningkatkan keterampilan berbicara anak dengan menerapkan permainan imajinatif tebak gambar, peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut:
(25)
86
Karlina Widaningsih, 2013 1. Kepada Guru
a. Bagi para guru penerapan permainan imajinatiftebak gambar ini dapat diterapkan sebagai salah satu cara yang digunakan dalam proses pembelajaran khususnya untuk meningkatkan keterampilan berbicara anak. Gambar adalah benda yang tidak asing bagi akan dan berimajinasi adalah hal yang menyenangkan bagi anak.
b. Sebaiknya pembelajaran dikelas tidak berpaku pada metode yang selalu sama dan mengembangkan aspek lainnya tidak hanya membaca dan berhitung saja, guru dapat menyesuaikannya dengan kebutuhan anak agar hasil pembelajarn sesuai dengan apa yang diharapkan. 2. Kepada Pihak Sekolah
a. Memberikan kesempatan dan mendukung guru dalam menentukan metode agar bembelajaran mendapatkan hasil yang diharapkan khususnya dalam keterampilan berbicara.
b. Memfasilitasi apa yang dibutuhkan guru dalam proses pembelajaran agar guru dapat menuangkan ide-ide kreatifnya secara bebas.
3. Kepada Peneliti Selanjutnya
Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian ini masih banyak kekurangan, agar penelitian selanjutnya menjadi lebih baik dihapakan agar:
a. Melakukan penelitian mengenai keterampilan berbicara anak, karena dilapangan jarang pihak sekolah yang memperhatikan keterampilan berbicara tentunya dengan metode, teknik dan taktik yang berbeda.
(26)
87
b. Melakukan penelitian mengenai penerapan permainan imajinatif terhadap aspek perkembangan yang lainya.
(27)
34
Karlina Widaningsih, 2013
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2006:117). Populasi dalam penelitian ini adalah anak-anak TK Darussalam yaitu kelompok B2 yang berjumlah 15 anak.
2. Sampel Penelitian
Sampel digunakan dalam penelitian untuk mempermudah pengambilan data
dari populasi. “sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut” (Sugiyono, 2006:118). Sampel yang diambil dari populasi
harus betul-betul representatif (mewakili). Karena penelitian ini menggunakan metode pre eksperimen maka kelompok yang digunakan adalah kelompok yang sudah ada (intact group), sehingga peneliti mengguakan kelompok-kelompok yang sudah ada.
B. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode pre-eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Desain penelitian pre-eksperimen ini menggunakan one-group
pretest-posttest design yaitu sebuah desain penelitian yang digunakan dengan cara
(28)
35
Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberikan perlakuan (Sugiyono, 110:2006). Desain ini dapat digambarkan seperti berikut:
Desain penelitian
O1 X O2
(Sugiyono, 110:2006) Keterangan:
O1 : nilai pretest (sebelum diberi perlakuan)
O2 : nilai posttest (setelah diberi perlakuan)
X : perlakuan
Pre test dilakukan untuk mengetahui tingkat keberanian berbicara anak usia
dini sebelum perlakuan.
Post test dilakukan untuk mengetahui tingkat keberanian berbicara anak usia
dini setelah perlakuan.
Treatment atau perlakuan yang diberikan adalah permainan imajinatif tebak
gambar yang diharapkan dalam meningkatkan keberanian berbicara anak usia dini.
C. Definisi Operasional
Untuk memahami konsep penting dalam penelitian ini maka penulis memberikan definisi operasional mengenai hal-hal yang berkenaan dengan judul penelitian.
(29)
36
Karlina Widaningsih, 2013 1. Keterampilan Berbicara
Menurut Hurlock (1990:83) dalam setiap tahapan usia, anak-anak lebih mengerti apa yang dikatakan orang lain dari pada mengutarakan pikiran dan perasaan-perasaan mereka sendiri dalam kata-kata. Lebih lanjut lagi Hurlock (1990:113) menyebutkan berbicara merupakan tugas perkembangan bagi tahun-tahun masa kanak-kanak (masa prasekolah), pada masa ini anak-anak memiliki keinginan yang kuat untuk belajar berbicara karena belajar berbicara merupakan sarana pokok dalam bersosialisasi dan belajar berbicara merupakan sarana untuk memperoleh kemandirian. Untuk meningkatkan komunikasi anak-anak harus menguasai dua tugas pokok yang merupakan unsur dalam berbicara. Tugas-tugas itu adalah meningkatkan kemampuan untuk mengerti apa yang dikatakan orang lain dan meningkatkan kemampuan serta keterampilan berbicara sehingga dapat dimengerti orang lain. Hurlock (1990:185) juga menyatakan bahwa awal masa kanak-kanak umumnya merupakan saat berkembang pesatnya tugas pokok dalam belajar berbicara yaitu menambah kosakata, menguasai pengucapan kata dan menggabungkan kata-kata menjadi kalimat.
2. Permainan Imajinatif Tebak Gambar
Imajinasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir divergen seorang anak yang dilakukan tanpa batas, seluas-luasnya dan multi perspektif dalam merespon suatu stimulasi (Rachmawati dan Kurniati, 2010:62) . Stimulasi yang dimaksud adalah permainan tebak gambar, anak akan diminta untuk berimajinasi dalam sebuah permainan untuk menebak
(30)
37
gambar yang tersembunyi dalam 20 kotak. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996:288) gambar adalah tiruan barang (orang, binnatang, tumbuhan dan sebagainya) yang dibuat dengan coretan pensil ataupun yang lainnya pada kertas ataupun yang lainnya.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah sebuah alat ukur yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang dialami (Sugiyono, 2008). Arikunto (2006, 160) mengemukakan bahwa instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik dalam arti cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.
Instrumen penelitian dapat berupa daftar ceklis, serta pedoman pengamatan (observasi). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui katerampilan berbicara pada anak usia taman kanak-kanak.
1. Kisi-kisi Instrumen
Arikunto (2006, 162) mengungkapkan bahwa kisi-kisi insrumen merupakan sebuah tabel yang menunjukkan hubungan antara hal-hal yang disebutkan dalam baris dengan hal-hal yang disebutkan dalam kolom. Kisi-kisi instrumen memperlihatkan hubungan antara variabel yang diteliti dengan sumber data yang akan digunakan dan metode yang digunakan serta instrumen yang disusun (Arikunto, 2006:162). Maka kisi-kisi dalam penelitian ini adalah:
(31)
38
Karlina Widaningsih, 2013
Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen
variabel Sub
Variabel
Indikator Item/ pernyataan
Keterampilan berbicara
Kemampuan untuk mengerti apa yang dikatakan orang lain
Mengucapkan kata
1. Anak dapat menggunakan kata-kata yang berhubungan dengan cerita gambar seperti menyebutkan nama sayuran selain yang terdapat pada gambar.
2. Anak dapat mengulang kalimat yang disampaikan oleh guru seperti open please.
3. Anak dapat mendengarkan cerita yang disampaikan guru.
4. Anak dapat berkomentar tentang gambar yang diperlihatkan.
5. Anak ikut serta dalam mengucapkan teks yang telah dikenali.
6. Anak dapat membedakan bunyi suara yang diucapkan (mengucap ulang
kata/kalimat yang disampaikan
guru).
Membentuk kalimat
1. Anak dapat turut serta dalam
percakapan.
2. Anak dapat menghubungkan
pengalaman dengan gambar yang diperlihatkan.
3. Anak dapat berbagi cerita tentang gambar yang bersangkutan.
4. Anak dapat berbicara atau
berkomunikasi dengan anak lain. 5. Anak dapat berbicara dengan suara
(32)
39
6. Anak dapat ikut serta dalam
pengulangan bagian cerita.
7. Anak dapat berkomentar atas cerita yang telah dibaca/ gambar yang diperlihatkan.
8. Anak dapat menjelaskan apa yang terjadi di dalam sebuah gambar. Permainan imajinatif tebak gambar Kemampuan berpikir multi perspektif Merespon stimulus
1. Anak dapat mengikuti permainan
2. Anak memperhatikan guru yang
sedang bercerita.
3. Anak dapat mengeluarkan kata-kata dengan spontan.
4. Anak dapat menanyakan pertanyaan
yang berhubungan dengan
cerita/gambar.
5. Anak dapat mengekspresikan
imajinasi lewat kata-kata.
6. Anak dapat mengemukakan
pendapat yang berbeda dari teman yang lainnya
Sumber : (Hurlock, 1990:113), (Hurlock, 1990:185), (Rachmawati & Kurniati, 2010:62)
E. Analisis Instrumen 1. Uji Coba
Sebelum instrumen digunakan dalam penelitian, instrumen tersebut terlebih dahulu diuji cobakan. uji coba dilakukan pada anak kelompok B TK Bina Putra Padasuka. TK Bina Putra dengan TK Darussalam yang akan dijadikan tempat penelitian sama-sama berada di kompleks Padasuka jln. Permai sehingga karekteristik anak-anak di TK tersebut tidak jauh berbeda, karena anak-anak
(33)
40
Karlina Widaningsih, 2013
tersebut sama-sama tinggal dilingkungan komplek jln. Permai. instrument diuji cobakan kepada 10 anak dengan item berjumlah 20 butir. Setelah dilakukan uji coba, maka langkah selanjutnya adalah penyeleksian item dengan cara validitas instrumen.
2. Validitas
Menurut Arikunto (2006) Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk memperoleh data itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2006: 173). Suatu instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut mampu mengukur apa yang diinginkan. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan uji validitas isi (content validity).
1. Validitas isi (content validity) dapat digunakan para ahli (judgment experts). Dalam hal ini setelah instrumen dikonstruksi selanjutnya dikonsultasikan kepada para ahli dengan penilain cukup baik untuk digunakan dalam penelitian (Sugiyono,2006:182) Validitas isi dalam penelitian ini di judgment oleh ibu Heny Djohaeni dan ibu Rita Maryana. Setelah di judgment oleh para ahli, maka instrumen tersebut diuji cobakan ke sekolah lain yang mempunyai kriteria sama dengan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. pengujian validitas item dilakukan dengan mencari nilai r hitung (Sugiyono,2006:183). berikut hasil validitas item menggunakan bentuan software SPSS Versi 18.0.
(34)
41
Tabel 3.2
Hasil Perhitungan Pengujian Validitas
No Item r Hitung r Kritis Keputusan
1 0.371 0.30 Valid
2 0.356 0.30 Valid
3 0.507 0.30 Valid
4 0.628 0.30 Valid
5 0.356 0.30 Valid
6 0.401 0.30 Valid
7 0.362 0.30 Valid
8 0.702 0.30 Valid
9 0.332 0.30 Valid
10 0.618 0.30 Valid
11 0.444 0.30 Valid
12 0.525 0.30 Valid
13 0.481 0.30 Valid
14 0.396 0.30 Valid
15 0.471 0.30 Valid
16 0.665 0.30 Valid
17 0.318 0.30 Valid
18 0.417 0.30 Valid
19 0.396 0.30 Valid
(35)
42
Karlina Widaningsih, 2013
Hasil pengujian validitas di atas, dari 20 item soal yang diuji cobakan semua item valid. proses pengambilan keputusan didasarkan uji hipotesa
dengan kriteria jika r hitung ≥ 0.30 maka butir soal valid dan sebaliknya jika r
hitung < 0.30 maka butir soal tidak valid. Karena nilai seluruh r hitung lebih semua item lebih besar dari r kritis maka diputuskan smua item valid.
2. Reliabilitas
Realibilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto, 2002:154). pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan dengan internal consistency. pengujian reliabilitas dengan internal consistency dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali saja, kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu (Sugiyono,2006:183).
Pengujian reliabilitas dapat dilakukan dengan rumus KR 21 yaitu:
�
=
(�−�1){1
−
(��−2 )}
dimana:
k : jumlah item dalam instrumen M : mean skor total
2
:
varians totalSetelah diketahui butir soal telah valid maka langkah selanjutnya adalah menguji apakah item tersebut reliabel atau tidak, dapat mengacu pada tabel berikut:
(36)
43
Tabel 3.3 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r
Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0.80 - 1.000
0.60 - 0.799 0.40 - 0.599 0.20 -0.399 0.00 - 0.199
Sangat Kuat Kuat Cukup Kuat
Rendah Sangat Rendah
(Akdon dalam Sugiyono, 2007:87)
Untuk mengetahuinya peneliti menggunakan bantuan software SPSS Versi
18.0 dan diperoleh hasil sebagai berikut:
Reliability Statistics Cronbach’s
Alpha N of Items
.708 20
Hasil yang didapat menunjukkan bahwa butir soal dalam penelitian ini memiliki tingkat korelasi yang kuat karena � = 0.708 yang termasuk dalam kategori tingkat hubungan yang kuat.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spessifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain. teknik pengumpulan data dengan observasi data dengan observasi digunakan bila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gelaja alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar (Sugiyono,2006:203). Dari jenis proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi yang digunakan adalah observasi
(37)
44
Karlina Widaningsih, 2013
berperanserta (participant observation). Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau digunakan sebagai sumber data penelitian (Sugiyono,2006:204).
G. Teknik Analisis Data
Pengolahan terhadap data-data mentah hasil penelitian dilakukan dengan menggunakan uji statistik, yaitu dengan cara menentukan rumus uji statistik yang akan dipakai sesuai dengan data yang ada. data tersebut diproses dan dianalisis untuk mengetahui:
1. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan agar peneliti dapat mengetahui apakah data yang diperoleh dilapangan tersebut berdistribusi normal atau tidak normal. apabila hasil dari uji normalitas ini menunjukkan data berdistribusi normal, maka data diolah dengan menggunakan statistik parametrik, dan bila hasil yang didapat menunjukkan data tidak berdistribusi normal maka data diolah menggunakan statistik nonparametrik (Arikunto, 2006:313).
Pengujian normalitas dan homogenitas varians data dalam penelitian ini menggunakan uji kolmogorov smirnov dan uji F (P>0.05) yang diolah dengan menggunakan bantuan software SPSS Versi 18.0.
2. Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif menggunakan statistik, Data yang diperoleh selanjutnya diolah dan dianalisis. berikut cara pengolahan data statistik:
(38)
45
a. Jika Data Berdistribusi Normal
Bila data berdistribusi normal maka dapat digunakan Uji –t dependent sample, dengan rumus:
= �
∑� ( 2−�1) Keterangan :
Md : mean dari perbedaan pre-test dengan post-test Xd : deviasi masing-masing subjek (d-Md)
∑�2� : jumlaj kuadrat deviasi N : subjek pada sampel d.b : ditenrukan dengan N-1 b. Jika Data Tidak Berdistribusi Normal
Bila data tidak berdistribusi normal maka dapat digunakan uji wilcoxon, dengan rumus:
�= � − �
(� −1) 4
� �+ 124(2�+ 1)
Keterangan:
n : jumlah pasangan dimana selisihnya bukan 0
Ws : jumlah lebih kecil pada nilai mutlak dari tingkat yang ditandai
(1)
tersebut sama-sama tinggal dilingkungan komplek jln. Permai. instrument diuji cobakan kepada 10 anak dengan item berjumlah 20 butir. Setelah dilakukan uji coba, maka langkah selanjutnya adalah penyeleksian item dengan cara validitas instrumen.
2. Validitas
Menurut Arikunto (2006) Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk memperoleh data itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2006: 173). Suatu instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut mampu mengukur apa yang diinginkan. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan uji validitas isi (content validity).
1. Validitas isi (content validity) dapat digunakan para ahli (judgment experts). Dalam hal ini setelah instrumen dikonstruksi selanjutnya dikonsultasikan kepada para ahli dengan penilain cukup baik untuk digunakan dalam penelitian (Sugiyono,2006:182) Validitas isi dalam penelitian ini di judgment oleh ibu Heny Djohaeni dan ibu Rita Maryana. Setelah di judgment oleh para ahli, maka instrumen tersebut diuji cobakan ke sekolah lain yang mempunyai kriteria sama dengan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. pengujian validitas item dilakukan dengan mencari nilai r hitung (Sugiyono,2006:183). berikut hasil validitas item menggunakan bentuan software SPSS Versi 18.0.
(2)
Tabel 3.2
Hasil Perhitungan Pengujian Validitas
No Item r Hitung r Kritis Keputusan
1 0.371 0.30 Valid
2 0.356 0.30 Valid
3 0.507 0.30 Valid
4 0.628 0.30 Valid
5 0.356 0.30 Valid
6 0.401 0.30 Valid
7 0.362 0.30 Valid
8 0.702 0.30 Valid
9 0.332 0.30 Valid
10 0.618 0.30 Valid
11 0.444 0.30 Valid
12 0.525 0.30 Valid
13 0.481 0.30 Valid
14 0.396 0.30 Valid
15 0.471 0.30 Valid
16 0.665 0.30 Valid
17 0.318 0.30 Valid
18 0.417 0.30 Valid
19 0.396 0.30 Valid
(3)
Hasil pengujian validitas di atas, dari 20 item soal yang diuji cobakan semua item valid. proses pengambilan keputusan didasarkan uji hipotesa
dengan kriteria jika r hitung ≥ 0.30 maka butir soal valid dan sebaliknya jika r
hitung < 0.30 maka butir soal tidak valid. Karena nilai seluruh r hitung lebih semua item lebih besar dari r kritis maka diputuskan smua item valid.
2. Reliabilitas
Realibilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto, 2002:154). pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan dengan internal consistency. pengujian reliabilitas dengan internal consistency dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali saja, kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu (Sugiyono,2006:183).
Pengujian reliabilitas dapat dilakukan dengan rumus KR 21 yaitu:
�
=
(�−�1){1
−
(��−2 )}
dimana:k : jumlah item dalam instrumen M : mean skor total
2
:
varians totalSetelah diketahui butir soal telah valid maka langkah selanjutnya adalah menguji apakah item tersebut reliabel atau tidak, dapat mengacu pada tabel berikut:
(4)
Tabel 3.3 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r
Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0.80 - 1.000
0.60 - 0.799 0.40 - 0.599 0.20 -0.399 0.00 - 0.199
Sangat Kuat Kuat Cukup Kuat
Rendah Sangat Rendah
(Akdon dalam Sugiyono, 2007:87)
Untuk mengetahuinya peneliti menggunakan bantuan software SPSS Versi 18.0 dan diperoleh hasil sebagai berikut:
Reliability Statistics
Cronbach’s
Alpha N of Items
.708 20
Hasil yang didapat menunjukkan bahwa butir soal dalam penelitian ini memiliki tingkat korelasi yang kuat karena � = 0.708 yang termasuk dalam kategori tingkat hubungan yang kuat.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spessifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain. teknik pengumpulan data dengan observasi data dengan observasi digunakan bila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gelaja alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar (Sugiyono,2006:203). Dari jenis proses
(5)
berperanserta (participant observation). Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau digunakan sebagai sumber data penelitian (Sugiyono,2006:204).
G. Teknik Analisis Data
Pengolahan terhadap data-data mentah hasil penelitian dilakukan dengan menggunakan uji statistik, yaitu dengan cara menentukan rumus uji statistik yang akan dipakai sesuai dengan data yang ada. data tersebut diproses dan dianalisis untuk mengetahui:
1. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan agar peneliti dapat mengetahui apakah data yang diperoleh dilapangan tersebut berdistribusi normal atau tidak normal. apabila hasil dari uji normalitas ini menunjukkan data berdistribusi normal, maka data diolah dengan menggunakan statistik parametrik, dan bila hasil yang didapat menunjukkan data tidak berdistribusi normal maka data diolah menggunakan statistik nonparametrik (Arikunto, 2006:313).
Pengujian normalitas dan homogenitas varians data dalam penelitian ini menggunakan uji kolmogorov smirnov dan uji F (P>0.05) yang diolah dengan menggunakan bantuan software SPSS Versi 18.0.
2. Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif menggunakan statistik, Data yang diperoleh selanjutnya diolah dan dianalisis. berikut cara pengolahan data statistik:
(6)
a. Jika Data Berdistribusi Normal
Bila data berdistribusi normal maka dapat digunakan Uji –t dependent sample, dengan rumus:
= �
∑� ( 2−�1)
Keterangan :
Md : mean dari perbedaan pre-test dengan post-test Xd : deviasi masing-masing subjek (d-Md)
∑�2� : jumlaj kuadrat deviasi
N : subjek pada sampel d.b : ditenrukan dengan N-1 b. Jika Data Tidak Berdistribusi Normal
Bila data tidak berdistribusi normal maka dapat digunakan uji wilcoxon, dengan rumus:
�= � − �
(� −1) 4 � �+ 124(2�+ 1)
Keterangan:
n : jumlah pasangan dimana selisihnya bukan 0
Ws : jumlah lebih kecil pada nilai mutlak dari tingkat yang ditandai