STUDI KASUS PERENCANAAN STRATEGIK MADRASAH TSANAWIYAH YANG BERORIENTASI TERHADAP PENINGKATAN MUTU LAYANAN PEMBELAJARAN KEAGAMAAN DI PONDOK PESANTREN MODERN AL IHSAN BALEENDAH DAN PESANTREN PERSIS 3 PAMEUNGPEUK KABUPATEN BANDUNG.
STUDI KASUS PERENCANAAN STRATEGIK MADRASAH TSANAWIYAH YANG BERORIENTASI TERHADAP PENINGKATAN
MUTU LAYANAN PEMBELAJARAN KEAGAMAAN DI PONDOK PESANTREN MODERN AL IHSAN BALEENDAH DAN PESANTREN PERSIS 3
PAMEUNGPEUK KABUPATEN BANDUNG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Departemen Aadministrasi Pendidikan
Oleh:
SISKA WILIANDINI 1100275
DEPARTEMEN ADMINISTRASI PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015
(2)
STUDI KASUS PERENCANAAN STRATEGIK MADRASAH TSANAWIYAH YANG BERORIENTASI TERHADAP PENINGKATAN
MUTU LAYANAN PEMBELAJARAN KEAGAMAAN DI PONDOK PESANTREN MODERN AL IHSAN BALEENDAH DAN PESANTREN PERSIS 3
PAMEUNGPEUK KABUPATEN BANDUNG
Oleh Siska Wiliandini
Sebuah skripsi diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Memperoleh gelar sarjana pada fakultas ilmu pendidikan
© Siska Wiliandini 2015 universitas pendidikan Indonesia
Agustus 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang,
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebaliknya, Dengan dicetak ulang, difotokopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
(3)
(4)
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “Studi Kasus Perencanaan Strategik Madrasah Tsanawiyah yang Berorientasi terhadap Peningkatan Mutu Layanan Pembelajaran Keagamaan di Pondok Pesantren Modern Al Ihsan Baleendah dan Pesantren Persis 3 Pameungpeuk Kabupaten Bandung. Latar belakang peneliti memilih judul tersebut berdasarkan pada permasalahan yang menunjukkan bahwa penyusunan rencana strategik di Pesantren Persis 3 Pameungpeuk belum menggunakan analisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman (analisis internal dan eksternal organisasi) dengan optimal. Sedangkan di Pondok Pesantren Modern Al Ihsan pengambilan keputusan hasil perencanaan strategik dilakukan oleh manajemen puncak di Yayasan, sehingga Madrasah Tsanawiyah (unit) tidak memiliki otoritas penuh terhadap keputusan akhir. Berdasarkan masalah tersebut, peneliti menentukan fokus penelitian sebagai berikut: 1) Proses penyusunan rencana strategik, 2) Faktor-faktor yang mendukung dan menghambat penyusunan rencana strategik yang berorientasi terhadap peningkatan mutu layanan pembelajaran keagamaan, 3) Strategi yang digunakan untuk menghasilkan rencana strategik yang berorientasi terhadap peningkatan mutu layanan pembelajaran keagamaan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif menggunakan desain penelitian studi kasus. Sumber data penelitian adalah kepala madrasah, wakil kepala madrasah, guru mata pelajaran, tenaga kependidikan dan santri. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini meliputi: 1) Proses penyusunan rencana strategik menunjukkan adanya perumusan visi, misi dan nilai-nilai, analisis SWOT yang belum optimal, lalu terdapat penetapan tujuan dan sasaran serta perumusan strategi yang tertuang dalam kebijakan, program dan penyusunan anggaran. 2) Faktor yang mendukung penyusunan rencana strategik yang berorientasi terhadap peningkatan mutu layanan pembelajaran keagamaan meliputi daya dukung dari pihak-pihak yang berkepentingan, kompetensi para pihak yang terlibat, iklim organisasi yang religius, fasilitas dan sumber daya keuangan serta kinerja atau performance para staf dalam memberikan mutu layanan pembelajaran keagamaan yang terbaik bagi santri. Faktor penghambatnya yaitu sumber daya keuangan, sumber daya fasilitas dan khusus bagi Pondok Pesantren Modern Al Ihsan unit Madrasah Tsanawiyah tidak memiliki otoritas penuh untuk melaksanakan aktivitas perencanaan. Penulis menyarankan agar prosedur penyusunan rencana strategik di kedua pesantren dilengkapi dengan analisis SWOT yang akurat, sehingga mampu mengembangkan strategi yang lebih tepat. Hendaknya dilengkapi juga dengan kegiatan analisis faktor-faktor keberhasilan demi menunjang pencapaian hasil dari strategi yang digunakan. Selain itu, peningkatan pemahaman dan kompetensi terhadap perencanaan strategik yang berorientasi terhadap mutu layanan pembelajaran keagamaan harus dilakukan melalui keikutsertaan dalam pelatihan.
Kata Kunci: Perencanaan Strategik, Mutu Layanan Pembelajaran Keagamaan, Pesantren
(5)
Siska Wiliandini, 2015
STUD I KASUS PERENCANAAN STRATEGIK MAD RASAH TSANAWIYAH YANG BERORIENTASI TERHADAP PENINGKATAN MUTU LAYANAN PEMBELAJARAN KEAGAMAAN D I POND OK PESANTREN MOD ERN AL IHSAN BALEEND AH D AN PESANTREN PERSIS 3 PAMEUNGPEUK KABUPATEN BAND UNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT
The study entitled “A Case Study: Strategic Planning of Oriented MTs towards Service Quality Improvements of Religious Learning at Modern Al-Ihsan Baleendah Islamic Boarding School and Persis 3 Pameungpeuk Kab. Bandung Islamic School” is prepared based on the issues that indicate the preparation of strategic plans at Persis 3 Pameungpeuk Islamic School does not use the analysis of strength, weaknesses, opportunities and threats (internal and external environments’ analysis) optimally.Whereas in Modern Al-Ihsan Islamic Boarding School, Institute’s management decides the final of strategic planning decisions, thus MTs (school) does not have full authority for the final decisions. Based on the issues, aims of the study are the process of strategic plans’ preparations; supporting and inhibiting factors of the strategic plans’ preparations toward the service quality improvements of religious learning; and the last, the strategy used for strategic plans toward service quality improvements of religious learning. The study uses descriptive method through qualitative approach using a case study research design. The data are taken from headmaster, vice headmaster, religious teachers, staffs and students. The results show (1) the process of strategic plans’ preparations indicate the formulation of vision, mission and values; the SWOT analysis is not optimal;and there is determination of goals and objectives,and the formulation of strategy through in the policy; the program and budget preparation. (2) supporting factors of the strategic plans’ preparations toward the service quality improvement of religious learningare carrying capacity of the interested parties, the competence of the concerned parties, religious organisations’ condition, facilities and financial resources, along with the performance of the staff in providing the best quality of religious learning service for students; the inhibiting factors are financial resource, facility resource and particularly for Modern Al-Ihsan Islamic Boarding School (MTs), they does not have full authority to accomplish planning activities. The researcher suggests for the procedure of preparation of strategic plans, for both schools, areprovided with an accurate SWOT analysis; therefore, they can improve the strategies. Both schools are expected to be prepared with activities of accomplishment factors’ analysis in order to support the result of the strategy used. In addition, understanding and competence improvement concerning strategic planning toward the service quality improvement of religious learning should be done through participation of training.
Key word : Strategic Planning, Service Quality Improvements of Religious Learning
(6)
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR...ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ...ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Fokus Penelitian ... 9
C. Tujuan Penelitian ... 9
1. Tujuan Umum ... 9
2. Tujuan Khusus ... 10
D. Manfaat Penelitian ... 10
E. Struktur Organisasi Skripsi ... 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN... 13
A. Kajian Manajemen Strategik ... 13
B. Kajian Perencanaan Strategik... 29
C. Kajian Pesantren... 53
D. Kajian Mutu Layanan Pembelajaran Keagamaan ... 58
(7)
Siska Wiliandani, 2015
STUD I KASUS PERENCANAAN STRATEGIK MAD RASAH TSANAWIYAH YANG BERORIENTASI TERHADAP PENINGKATAN MUTU LAYANAN PEMBELAJARAN KEAGAMAAN D I POND OK PESANTREN MOD ERN AL IHSAN BALEEND AH D AN PESANTREN PERSIS 3 PAMEUNGPEUK KABUPATEN BAND UNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
F. Kerangka Pikir... 71
BAB III METODE PENELITIAN ... 75
A. Lokasi dan Sumber Data Penelitian ... 75
B. Desain Penelitian ... 89
C. Metode Penelitian... 91
D. Definisi Operasional... 92
E. Instrumen Penelitian... 95
F. Teknik Pengumpulan Data ... 100
G. Analisis Data ... 103
H. Uji Keabsahan Data... 106
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 112
A. Hasil Temuan Penelitian ... 112
B. Pembahasan hasil Penelitian ... 133
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 168
A. Kesimpulan... 168
B. Saran ... 170
DAFTAR PUSTAKA ... 172 LAMPIRAN
(8)
Siska Wiliandani, 2015
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Pendidikan sejatinya merupakan suatu kebutuhan yang mendasar dan dibutuhkan secara terus menerus oleh manusia di mana pun manusia itu berada. Tanpa pendidikan, manusia tidak akan pernah berkembang menjadi
insanyang berakhlak mulia. Pendidikan membantu manusia menemukan jati dirinya, mengenal lingkungannya dan mengenal penciptanya.
Dalam masyarakat yang modern, kesadaran akan pentingnya pendidikan kian hari semakin meningkat. Kebutuhan akan pengelolaan pendidikan yang baik dan bermutu muncul sebagai akibat semakin intensif dan kompleksnya permasalahan yang terjadi dalam masyarakat modern saat ini. Permasalahan tersebut muncul sejalan dengan 3 pilar pembangunan pendidikan yakni pemerataan dan perluasan akses pendidikan, peningkatan mutu, relevansi, daya saing dan keluaran pendidikan dan peningkatan tata kelola, akuntabilitas dan citra publik pengelolaan pendidikan. Dalam rangka berupaya mencerdaskan kehidupan bangsa, pendidikan menjadi suatu harapan terbesar seluruh pihak dalam aktivitas proses perubahan kondisi menjadi lebih baik.
Dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 pasal 13 tersurat bahwa berbagai jalur pendidikan seperti pendidikan formal, nonformal dan informal diadakan demi terwujudnya tujuan pendidikan nasional. Sebagai jalan untuk saling melengkapi dan memperkaya, maka pada pasal 15 dinyatakan bahwa jenis pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan dan khusus. Masyarakat sebagai konsumen pendidikan berhak untuk memilih jenis pendidikan bagi kepentingan anaknya sesuai dengan keinginannya. Hal ini dikarenakan apapun jenis pendidikan yang tersedia, memiliki asumsi yang sama terhadap tujuan pendidikan nasional.
(9)
Siska Wiliandani, 2015
STUD I KASUS PERENCANAAN STRATEGIK MAD RASAH TSANAWIYAH YANG BERORIENTASI TERHAD AP PENINGKATAN MUTU LAYANAN PEMBELAJARAN KEAGAMAAN D I POND OK PESANTREN MOD ERN AL IHSAN BALEEND AH D AN PESANTREN PERSIS 3 PAMEUNGPEUK KABUPATEN BAND UNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dengan banyaknya fenomena memprihatinkan terkait dengan degradasi moral, maka pada era ini, banyak orang tua yang menentukan pilihan pendidikan bagi anak-anaknya pada jenis pendidikan keagamaan. Di samping
itu, memang tidak sedikit pula orang tua yang memiliki kesadaran penuh akan prioritas pendidikan bagi anaknya untuk menanamkan nilai-nilai agama sejak dini, sehingga banyak orang tua yang menjadikan jenis pendidikan keagamaan sebagai alternatif pilihan untuk membantu mereka dalam mendidik anak. Dengan demikian pada umumnya, terdapat berbagai macam motif orang tua sehingga memilih pendidikan keagamaan sebagai alternatif pilihan untuk memfasilitasi pendidikan bagi anak-anaknya, mengingat pendidikan merupakan investasi di masa yang akan datang, maka tidak berlebihan jika orang tua memilih jenis pendidikan yang terbaik yang dapat mereka manfaatkan.
Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang termasuk dalam jenis
pendidikan keagamaan. Menurut Haidar Putra (2009, hlm. 19) “pesantren
telah tumbuh sejak ratusan tahun yang lalu dan telah mengalami dinamika dari yang tradisional maupun yang modern.”
Terdapat beberapa pola pesantren yang ada di Indonesia, yakni ada yang menggunakan sistem mondok, artinya para santri melaksanakan seluruh aktivitas di pondok pesantren tersebut, ada pula pola yang menerapkan sistem yang melonggarkansantri untuk pulang, pola ini disebut dengan madrasah. Madrasah sebagai lembaga pendidikan yang muncul setelah pesantren dan mengadopsisebagaian sistem pesantren dan sekolah (Haidar, 2009, hlm. 21).
Salah satu sasaran yang dicantumkan dalam Rencana Strategis
2010-2014 Kementerian Agama RI yaitu adalah “meningkatnyamutu pengelolaan dan layanan pendidikan pesantren dan pendidikan diniyah”.Dengan begitu, pembenahan manajemen pesantren didukung dengan diakuinyapesantren sebagai salah satu bentuk pendidikan keagamaan nasional dalam Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2007.Kondisi pesantren yang ada saat ini telah berkembang jauh sesuai dengan perkembangan lingkungan pesantren, perkembangan ini menimbulkan perubahan dalam sistem pengelolaan
(10)
Siska Wiliandani, 2015
pesantren.Awalnya pesantren yang kegiatannya hanya mempelajari ilmu agama dan menyiapkan para ulama untuk terjun dalam masyarakat, baik menyampaikan risalahislam atau pun berperan menjadi para pemimpin dalam sistem pemerintahan, kini pesantren mengalami pembaharuan dengan munculnya pesantren-pesantren modern yang diformalkan oleh pemerintah (Kementrian Agama) yang kini mudah diakses oleh siapa saja dan semakin dibutuhkan keberadaannya oleh masyarakat.
Tujuan pokok pesantren menurut M.Diandkk.(2007,hlm. 5) adalah
“mencetak ulama, yaitu orang yang mutafaqqihad-din atau mendalami ilmu
agamanya.”Dengan merujuk pada Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2007 pasal 26 tentang tujuan pesantren, yaitu:
Pesantren menyelenggarakan pendidikan dengan tujuan menanamkankeimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT, akhlak mulia, serta tradisipesantren untuk mengembangkan kemampuan, pengetahuan, dan keterampilanpeserta didik untuk menjadi ahli ilmu agama Islam (mutafaqqihfiddin) dan/ataumenjadi muslim yang memiliki keterampilan/keahlian untuk membangunkehidupan yang Islami di masyarakat.
Dari tujuan pesantren tersebut terdapat kemiripan dengan tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan nasional yang dirumuskan dalam UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pada potongan Pasal 3 adalah
bertujuan untuk “mengembangkanpotensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.”Garis persamaan antara tujuan
pendidikan nasional dan tujuan pesantren yang dirumuskan peraturan perundangan adalah mengedepankan penanaman ketakwaan dan keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan memprioritaskan akhlak mulia sebagai pengembangan yang utama bagi peserta didik.
Salah satu karakteristik dari pesantren yaitu ruh atau semangat dasarnya adalah ibadah.Dasarnya yaitu ajaran agama islam yang bersumber dari
(11)
al-Siska Wiliandani, 2015
STUD I KASUS PERENCANAAN STRATEGIK MAD RASAH TSANAWIYAH YANG BERORIENTASI TERHAD AP PENINGKATAN MUTU LAYANAN PEMBELAJARAN KEAGAMAAN D I POND OK PESANTREN MOD ERN AL IHSAN BALEEND AH D AN PESANTREN PERSIS 3 PAMEUNGPEUK KABUPATEN BAND UNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Qur’an, hadits dan ijtihad ulama dalam ijma’ dan qiyas.Seperti halnya yang dikemukakan M.Diandkk. (2007, hlm. 9) bahwa:
Ruh ibadah itu dijalani oleh semua guru dan santri dalam kegiatan mereka mencari ilmu, mengembangkan diri, ikut mengelola urusan operasional, mengembangkan kegiatan bersama santri dan masyarakat, bersiap untuk menerima atau mengelola pelajaran dan memenuhi keharusan pertanggungjawaban kepada para pemangku kepentingan. Maka dari itu proses penyelenggaraan pendidikan pesantren baik pada proses belajar mengajar, maupun tata kelolanya membawa ruh yang sama yaitu ibadah. Setiap santri, guru dan stakeholder (pemangku kepentingan) diharapkan membawa ruh dasar ini di setiap aspek aktivitasnya.
Layanan pokok penyelenggaraan pendidikan atau core businesspendidikanadalah proses pembelajaranbagi peserta didik. Sama halnya di pesantren, kepentingan santri harus menjadi kepentingan yang utama dalam pengelolaan pesantren, terutama dalam kualitas pengembangan akademik dan pribadinya. Hal ini sejalan dengan pemikiran Satori (dalam
Syaiful, 2010, hlm. 243) yang menyatakan bahwa “kinerja kepemimpinan
sekolah, mutu mengajar guru, fasilitas sekolah, program-program sekolah dan layanan lainnya di sekolah haruslah ditujukan pada jaminan terwujudnya
layanan pembelajaran yang bermutu.”
Dari pemaparan tersebut artinya bahwa mutu layanan pendidikan yang utama yakni mutu layanan pembelajaran harus menjadi suatu prioritas bagi pesantren untuk terus ditingkatkan mengingat begitu besarnya harapan orang tua akan keberhasilan pendidikan (output), yang menginginkan lulusan pesantren memiliki daya saing yang tinggi dan unggul dalam pendalaman ilmu agama islam.
Mutu layanan pendidikan akan diperoleh melalui pengelolaan pesantren yang baik. Fenomena IPTEK, daya saing yang semakin kompetitif dan harapan yang tinggi dari pelanggan pendidikan pesantren (orang tua) terhadap mutu layanan pendidikan pesantren, menyebabkanpesantren harus terus melakukan pembenahan dan inovasimanajerial. Jika pesantren enggan
(12)
Siska Wiliandani, 2015
melakukan pembenahanmanajerial yang berfokus pada mutu layanan belajar, maka pesantrenakan tertinggal dan mengalami hambatan dalam mencapai tujuannya.Santri tidak akan mendapatkan layanan belajar terbaik tanpa manajemen pesantren yang baik pula.
Dari fenomena tersebut, pesantren dihadapkan pada dua pilihan, yaitu: 1) Menjalankan pola manajemen yang masih bersifat tradisional
2) Melakukan reformasikelembagaan sebagai lembaga yang tertata dengan manejemen modern dengan tetap berprinsip terhadap Tafaqquh fi ad din.
Pada kondisi ideal saat ini, harapannyapesantren menjadi pemicu berkembangnya sistem pendidikan di Indonesia, keaslian dan kekhasanpesantren sebagai tradisi budaya bangsa merupakan kekuatan pilar pendidikan untuk memunculkan pemimpin bangsa yang bermoral. Maka dari itu harapan ini menuntut adanya manajemen pengelolaan lembaga pendidikan pesantren yang berorientasi pada layanan pembelajaran untuk masa depan anak dan umat.
Dengan segala keunikan dan tradisi pesantren yang khas, maka pesantren menjadi sangat menarik untuk dikaji dari berbagai sisi. Luasnya keilmuan Adminitrasi Pendidikan, menyebabkan penulis tertarik untuk mengkaji secara lebih mendalam terkait dengan fungsi manajemen pendidikan pesantren yang pertama, yaitu perencanaan pendidikan di pesantren. Hal ini dilatarbelakangi oleh begitu krusialnya perencanaan dalam suatu organisasi pendidikan, seperti pepatah sepanjang masa mengatakan bahwa if you fail to plan, you are planning to fail (apabila kau gagal dalam merencanakan, maka sesungguhnya kau sedang merencanakan kegagalan). Seperti yang ditegaskan oleh Ahmad Ibrahim (2008, hlm. 89) bahwa:
Perencanaan merupakan aktivitas manajemen yang paling krusial, bahkan ia adalah langkah awal untuk menjalankan sebuah pekerjaan. Ia sangat berpengaruh terhadap unsur-unsur manajemen lainnya, seperti merealisasikan perencanaan dan pengawasan agar bisa mewujudkan tujuan yang direncanakan.
Dengan adanya berbagai perubahan-perubahan signifikan yang terjadi sangat cepat dalam dunia pendidikan, begitu pula tantangan pada
(13)
Siska Wiliandani, 2015
STUD I KASUS PERENCANAAN STRATEGIK MAD RASAH TSANAWIYAH YANG BERORIENTASI TERHAD AP PENINGKATAN MUTU LAYANAN PEMBELAJARAN KEAGAMAAN D I POND OK PESANTREN MOD ERN AL IHSAN BALEEND AH D AN PESANTREN PERSIS 3 PAMEUNGPEUK KABUPATEN BAND UNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
lingkunganpesantren menuntut tanggapan yang cepat pula agar pesantren tetap bisa bertahan dan berkembang.Menghadirkan mutu layanan belajar tidak dapat diraih dengan carainstan, melainkan memerlukan serangkaian upaya yang sungguh-sungguh dari seluruh sumber daya manusia yang terlibat dalam penyelenggaraan pesantren. Langkah utama yang diperlukan adalah membuat sebuah rencana yang matang, bahkan bersifat strategis demi meningkatkan mutu layanan pembelajaran.
Rencana kerja yang harus dibuat oleh satuan pendidikan menurut Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan meliputi “Rencana Kerja Jangka Menengah (4 tahun) dan Rencana Kerja Tahunan.Rencana Kerja Satuan Pendidikan dasar dan Menengah harus disetujui rapat dewan pendidik setelah memperhatikan pertimbangan dari Komite Madrasah.”Rohiat (2010, hlm. 97) mengemukakan bahwa “Rencana strategis dibuat pada awal tahun untuk lima tahun mendatang, sedangkan Rencana operasional dibuat pada tahun pertama dari lima tahun yang akan
dilaksanakan.”Artinya bahwa menurut sisi jangka waktu, rencana kerja jangka
menengah dapat disebut sebagai rencana strategis.
Jika dipantau dari sisi tingkatan manajemennya, perencanaan strategis
merupakan fungsi manajemen pertama dari manajemen
strategik.Perencanaanstrategik merupakan bagian dari manajemen strategik.Dengan begitu konsep dasar perencanaan strategik tidak terlepas dari teori-teori manajemen strategik.Nawawi(dalam Akdon, 2009, hlm. 10-11) mendefinisikan manajemen strategik sebagai:
perencanaan berskala besar (disebut perencanaan strategik) yang berorientasi pada jangkauan masa depan yang jauh (disebut visi) dan ditetapkan sebagai keputusan manajemen puncak (keputusan yang bersifat mendasar dan prinsipil), agar memungkinkan organisasi berinteraksi secara efektif (disebut misi), dalam usaha menghasilkan sesuatu (perencanaan operasional untuk menghasilkan barang/jasa serta pelayanan) yang berkualitas, dengan diarahkan pada optimalisasi pencapaian tujuan (disebut tujuan strategik dan berbagai sasaran (tujuan operasional) organisasi.
(14)
Siska Wiliandani, 2015
Berdasarkan pemaparan salah satu ahli tersebut, penulis dapat memaknai bahwa perencanaan strategik madrasah merupakan sebuah keputusan manajemen puncak, dalam hal ini Kepala Madrasah yang berupaya untuk menciptakan rencana berskala besar yang berorientasi pada jangkauan masa depan dan usaha ini memiliki tujuan untuk menghasilkan jasa/pelayanan yang berkualitas dan juga berorintasi pada optimalisasi pencapaian tujuan pendidikan di madrasah.Keberhasilan pencapaian tujuan di madrasah tergantung kepada keberhasilan penyampaian isi dan tujuan pembelajaran di kelas.
Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang mampu melibatkan
keaktifansantri.Artinyapembelajaran tersebut mampu
menghadirkanpembelajaran yang penuh dengan makna atau
meaningfulllearning.Pembelajaran penuh makna ini tidak serta merta diciptakan dengan usaha yang mudah, melainkan melalui upaya yang sangat kompleks, mulai dari kegiatan mendesain pembelajaran, menyediakan fasilitas belajarnya dan juga kegiatan yang selalu memotivasi siswa pada saat pembelajaran berlangsung serta kegiatan lainnya yang menunjang perkembanganpotensi peserta didik dan mengarahkan mereka pada pembelajaran yang bermakna, khususnya pembelajaran keagamaan.
Adapun proses pembelajaran yang terstandar pun dirumuskan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan pada peraturan pemerintah No. 19 Tahun 2007 dalam standar proses. Dalam pasal tersebut terdapat beberapa hal yang harus diupayakan oleh guru dan kepala sekolah dalam menjamin layanan belajar bagi siswa. Mengingat bahwa hal utama yang perlu dijamin mutunya adalah proses pembelajaran yang berdampak pada hasil lulusan yang berkompeten, dalam hal ini pesantren memiliki ciri khas dalam pembelajaran keagamaan, maka implikasinya adalah mutu layanan pembelajaran keagamaan menjadi suatu hal yang mendasar dalam penyusunanan perencanaan strategik. Hasil temuan studi pendahuluan yang dilakukan pada hari Kamis 20 November 2014 di Pesantren Persis, berdasarkan hasil wawancara dengan
(15)
Siska Wiliandani, 2015
STUD I KASUS PERENCANAAN STRATEGIK MAD RASAH TSANAWIYAH YANG BERORIENTASI TERHAD AP PENINGKATAN MUTU LAYANAN PEMBELAJARAN KEAGAMAAN D I POND OK PESANTREN MOD ERN AL IHSAN BALEEND AH D AN PESANTREN PERSIS 3 PAMEUNGPEUK KABUPATEN BAND UNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kepala Madrasah Tsanawiyyah dapat diidentifikasi bahwa Madrasah Tsanawiyah di pesantren tersebut memiliki rencana strategik, namun ternyata analisis internal dan eksternal lembaga belum dilakukan dengan optimal dan dijadikan sebagai acuan sebagai perumusan strategi. Sedangkan berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Modern Al Ihsan, dapat diketahui bahwa dalam proses penyusunan rencana strategik dilakukan oleh pihak Yayasan, meskipun Kepala Madrasah dan tenaga pendidik dan kependidikan lainnya dilibatkan dalam proses penyusunannya, namun pengambilan keputusan dilakukan oleh pihak Yayasan yang menaungi Pondok Pesantren Modern Al Ihsan tersebut.
MTs Pesantren Persis 3 Pameungpeuk dan MTs PesantrenModern Al Ihsan memiliki keunggulan masing-masing. MTs PesantrenPersis 3 Pameungpeuk tidak menggunakan sistem mondok atau sistem asrama, sedangkan MTs Pesantren Al Ihsan menggunakan sistem mondok, yang mana para santri tinggal di tempat penyelenggaraan pendidikan. Adapun keunggulan MTs Pesantren 3 pameungpeuk adalah mampu mengembangkan kurikulum sesuai dengan karakteristik yayasan di bawah naungan Persatuan Islam. Sedangkan PesantrenModern Al Ihsanyang menggunakan sistem asrama bagi para santri, keunggulannya pun terletak pada materi pendidikan dan pengajaran di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsanyang merupakan sintesa dan modifikasi dari empat unsur yaitu Pondok Modern Gontor dengan bahasa dan disiplinnya, pondok salafi dengan kitab kuningnya, SLTP/SMU dengan kurikulumDepdiknasnya, dan MTs/MA dengan kurikulumDepagnya.
Oleh karena itu, dengan berbagai kelebihan yang dimiliki oleh kedua Madrasah Tsanawiyah tersebut, perencanaan strategik menjadi hal yang sangat unik untuk dikaji. Maka perlu kiranya dilakukan sebuah penelitian tentang bagaimana penyusunan perencanaan strategic Madrasah Tsanawiyah yang berorientasi terhadap peningkatan mutu layanan pembelajaran keagamaan pada kedua pesantren tersebut. Ditinjau perencanaan strategiknya dikarenakan penulis ingin mengetahui bagaimana perpindahan fungsi manajemen pesantren
(16)
Siska Wiliandani, 2015
yang pertama dari pola lama menuju pola baru yang dirancang untuk meningkatkan mutu layanan pembelajaran keagamaan yang dapat dinikmati para santri.Harapannya, penelitian ini dapat mengungkapbagaimana proses penyusunan perencanaan strategik MTs yang ada di kedua pesantren tersebut dalam meningkatkanmutu layanan pembelajaran keagamaan. Dengan
demikian, penelitian ini memiliki judul “Studi Kasus Perencanaan Strategik
Madrasah Tsanawiyah yang Berorientasi terhadap Peningkatan Mutu LayananPembelajaran Keagamaandi Pondok PesantrenModern Al IhsanBaleendah dan Pesantren Persis 3 Pameungpeuk Kabupaten Bandung.” B. Fokus dan Rumusan Masalah
Masalah dalam penelitian kualitatif bertumpu pada suatu fokus.
Menurut Moleong (2006, hlm. 386), ”Fokus itu pada dasarnya adalah sumber
pokok dari masalah penelitian.”Berpijak dari latar belakang penelitian sebagaimana dikemukakan sebelumnya,permasalahan hanya difokuskan pada masalahperencanaan strategikMTs.Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah, meliputi:
1. Bagaimana proses penyusunan rencana strategik di MTs Pondok Pesantren Modern Al Ihsan dan MTs Pesantren Persis 3 PameungpeukKabupaten Bandung?
2. Apa faktor-faktor yang mendukung dan menghambat penyusunan rencana strategik yang berorientasi pada peningkatan mutu layanan pembelajaran keagamaandi MTs Pondok Pesantren Modern Al Ihsan dan MTs Pesantren Persis 3 PameungpeukKabupaten Bandung?
3. Bagaimana strategi yang diambil MTs Pondok Pesantren Modern Al Ihsan dan MTs Pesantren Persis 3 Pameungpeukuntuk menghasilkan rencana strategik yang berorientasi pada peningkatan mutu layanan pembelajaran keagamaan?
(17)
Siska Wiliandani, 2015
STUD I KASUS PERENCANAAN STRATEGIK MAD RASAH TSANAWIYAH YANG BERORIENTASI TERHAD AP PENINGKATAN MUTU LAYANAN PEMBELAJARAN KEAGAMAAN D I POND OK PESANTREN MOD ERN AL IHSAN BALEEND AH D AN PESANTREN PERSIS 3 PAMEUNGPEUK KABUPATEN BAND UNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tujuan penelitian merupakan pegangan atau pedoman bagi peneliti dalam melaksanakan penelitiannya.Tujuan dalam penelitian ini meliputi tujuan umum dan tujuan khusus.
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang perencanaan strategikMadrasah Tsanawiyah dalam meningkatkan mutu layanan pembelajaran keagamaan di Pondok Pesantren Modern Al Ihsan dan Pesantren Persis 3 Pameungpeuk Kabupaten Bandung.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk memperoleh gambaran yang jelas dan mengetahui proses penyusunan rencana strategik di MTs Pondok Pesantren Modern Al Ihsan dan MTs Pesantren Persis 3 Pameungpeuk Kabupaten Bandung. b. Untuk memperoleh gambaran yang jelas dan mengetahui faktor-faktor
yang mendukung dan menghambat penyusunan rencana strategik yang berorientasi pada peningkatan mutu layanan pembelajaran keagamaandi MTs Pondok Pesantren Modern Al Ihsan dan MTs Pesantren Persis 3 PameungpeukKabupaten Bandung.
c. Untuk memperoleh gambaran yang jelas dan mengetahui strategi yang diambil MTs Pondok Pesantren Modern Al Ihsan dan MTs Pesantren Persis 3 Pameungpeukuntuk menghasilkan rencana strategik yang berorientasi pada peningkatan mutu layanan pembelajaran keagamaan.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh penulis ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu sebagai berikut :
a. Manfaat dari Segi Teoritis
Secara akademis penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada pengembangan khazanah ilmu Administrasi pendidikan dan diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu bahan kajian manajemen strategik, khususnya perencanaan strategik dalam bidang pendidikan.
(18)
Siska Wiliandani, 2015
b. Manfaat dari Segi Praktis
1. Secara praktis, penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi dan referensi terhadap Kepala MTs sebagai komponen perumusan kebijakan. Oleh karena itu, hasil penelitian diharapkan menjadi bahan rujukan pengembangan perencanaan strategikpesantren.
2. Sebagai bahan masukan alternatif solusi pemecahan masalah yang berkaitan dengan perencanaan strategikpesantren yang berorientasi pada peningkatan mutu layanan pembelajaran keagamaan.
E. Struktur Organisasi Skripsi
Dalam penelitian Studi Kasus Perencanaan Strategik Madrasah Tsanawiyah yang Berorientasi terhadap Peningkatan Mutu Layanan Pembelajaran Keagamaan di Pondok Pesantren Modern Al Ihsan dan Pesantren Persis 3 Pameungpeuk Kabupaten Bandung ini, berikut dijabarkan sistematika penulisan skripsidengan rincian urutan penulisan penelitian yang memuat hasil kajian, sebagai berikut:
1. BAB I Pendahuluan. Bab ini memaparkan hal-hal yang meliputi:
pertama, latar belakang penelitian yang diawali dengan pemaparan fenomena tuntutan masyarakat akan mutu layanan pendidikan pesantren dan perubahan pola manajemen lama ke pola manajemen yang baru. Sehingga pesantren perlu mengimplementasikan sebuah perencanaan strategik dalam upaya mencapai visi, misi dan tujuannya. Selain itu juga terdapat kesenjangan yang memunculkan permasalahan dan mendasari dilakukannya penelitian, serta penjelasan singkat mengenai kedudukan masalah yang diteliti dalam ruang lingkup Administrasi Pendidikan. Kedua, fokus dan rumusan masalah yang mencakup batasan dan rumusan masalah serta pertanyaan-pertanyaan penelitian. Ketiga, tujuan penelitian yang memaparkan hasil yang ingin dicapai atas penelitian yang
(19)
Siska Wiliandani, 2015
STUD I KASUS PERENCANAAN STRATEGIK MAD RASAH TSANAWIYAH YANG BERORIENTASI TERHAD AP PENINGKATAN MUTU LAYANAN PEMBELAJARAN KEAGAMAAN D I POND OK PESANTREN MOD ERN AL IHSAN BALEEND AH D AN PESANTREN PERSIS 3 PAMEUNGPEUK KABUPATEN BAND UNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dilakukan. Keempat, manfaat penelitian yang meliputi aspek teoritis, praktis dan kebijakan atas hasil penelitian. Kelima, struktur organisasi yang berisi rincian urutan penulisan skripsi ke dalam bab per bab.
2. BAB II Kajian Pustaka dan Kerangka Pemikiran. Bab ini menjelaskan tentang landasan teori yang berkaitan dengan konsep dasar manajemen strategik, konsep perencanaan strategik, konsep dasar mutu layanan pembelajaran keagamaan. Bagian ini dilengkapi dengan paparan singkat mengenai penelitian terdahulu yang relevan. Selanjutnya diuraikan tentang alur pikir penelitian.
3. BAB III Metode Penelitian. Bab ini menjelaskan tentang dasar pemikiran lokasi dan penentuan dari sampel penelitian, metode dan pendekatan penelitian, langkah-langkah yang dilakukan penulis dalam melaksanakan penelitian, teknik pengumpulan dan analisis data dalam upaya menarik kesimpulan penelitian guna menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.
4. BAB IV Hasil Penelitian dan pembahasan. Bagian ini memaparkan tentang data hasil penelitian lapangan, pembahasan mengenai hasil-hasil penelitian, menarik kesimpulan pembahasan, mendiskusikan temuan hasil penelitian dengan teori.
5. BAB V Kesimpulan dan Rekomendasi. Bab ini memaparkan penarikan kesimpulan oleh peneliti terhadap hasil analisis temuan hasil penelitian yang dipaparkan dalam kalimat yang ringkas, sehingga mampu menggambarkan kesimpulan dan rekomendasi bagi para pengambil kebijakan dan para peneliti berikutnya yang berminat dalam mengkaji masalah-masalah yang sama atau sejenis mengenai perencanaan strategik di pesantren. Di samping itu dikemukakan keterbatasan hasil
(20)
Siska Wiliandani, 2015
penelitian ini guna ditindaklanjuti dan disempurnakan dalam penelitian berikutnya.
(21)
76
Siska Wiliandani, 2015
STUD I KASUS PERENCANAAN STRATEGIK MAD RASAH TSANAWIYAH YANG BERORIENTASI TERHADAP PENINGKATAN MUTU LAYANAN PEMBELAJARAN KEAGAMAAN D I POND OK PESANTREN MOD ERN AL IHSAN BALEEND AH D AN PESANTREN PERSIS 3 PAMEUNGPEUK KABUPATEN BAND UNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab ini akan dideskripsikan mengenai metode penelitian yang akan digunakan dalam mendapatkan data dan mengolah data penelitian. Komponen-komponen dalam metode penelitian ini yaitu terdiri dari: (a) Lokasi dan subjek penelitian, (b) desain penelitian, (c) metode penelitian (d) definisi istilah, (e) instrumen penelitian, (f) teknik pengumpulan data (g) analisis data dan (h) uji keabsahan data.
A. Lokasi dan Sumber Data Penelitian 1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian pada penelitian ini yaitu pada pada satuan pendidikan pada jenis pendidikan keagamaan jenjang Madrasah Tsanawiyah dan untuk lebih memfokuskan permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian sebagaimana yang tercantum dalam fokus masalah, dengan demikian lokasi penelitian ini akan dilaksanakan pada Madrasah Tsanawiyah di Pondok Pesantren Modern Al Ihsan Baleendah dan Pesantren Persis 3 Pameungpeuk Kabupaten Bandung.
2. Sumber Data Penelitian
Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh Spradley dinamakan social situation atau situasi sosial yang terdiri atas 3 elemen yaitu tempat (place), pelaku (actors) dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis (Sugiyono, 2013, hlm. 215). Lebih lanjut Sugiyono (2013, hlm. 215) memaparkan bahwa “situasi sosial tersebut, dapat dinyatakan sebagai obyek penelitian yang ingin diketahui apa yang terjadi di dalamnya.” Dengan demikian pada kondisi yang seperti ini akan membantu peneliti untuk dapat melaksanakan studi secara mendalam terkait aktivitas (activity) sekumpulan orang (actors) yang ada pada lokasi penelitian (place). Berdasarkan hal tersebut, maka istilah tersebut dapat digambarkan seperti gambar 3.1
(22)
77
Gambar 3.1 Elemen situasi sosial (Sugyono, 2013, hlm. 215) Place/Tempat
Actor/Orang Activity/Aktivitas
Jika dalam penelitian kualitatif tidak dikenal populasi, seperti yang telah dipaparkan, maka hasil kajiannya pun tidak dipukul rata bagi populasi setempat, sebagaimana yang dijelaskan oleh Sugiyono (2013, hlm. 216) seperti berikut:
Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan populasi karena penelitian kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang ada pada situasi social tertentu dan hasil kajiannya tidak akan diberlakukan populasi, tetapi ditransferkan ke tempat lain pada situasi sosial yang memiliki kesamaan dengan situasi social pada kasus yang dipelajari.
Dengan demikian hal ini akan berdampak pada pemahaman hasil penelitian yang tidak digeneralisasikan untuk seluruh populasi, melainkan berlaku hanya pada kondisi sosial tersebut saja. Hal ini pun dijelaskan secara lugas oleh Sugiyono (2013, hlm. 216) seperti berikut:
hasil penelitian tidak akan digeneralisasikan ke populasi karena pengambilan sampel tidak diambil secara random. Hasil penelitan dengan metode kualitatif hanya berlaku untuk kasus situasi sosial tersebut. hasil penelitian tersebut dapat ditransferkan atau diterapkan ke situasi sosial (tempat lain), apabila situasi sosial lain tersebut memiliki kemiripan atau kesamaan dengan situasi sosial yang diteliti.
Adapun “sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan responden, tetapi sebagai narasumber atau partisipan, informan, teman dan guru dalam penelitian”. (Sugiyono, 2013, hlm. 216). Pada penelitian ini sumber data
Social Situation
(23)
78
Siska Wiliandani, 2015
STUD I KASUS PERENCANAAN STRATEGIK MAD RASAH TSANAWIYAH YANG BERORIENTASI TERHADAP PENINGKATAN MUTU LAYANAN PEMBELAJARAN KEAGAMAAN D I POND OK PESANTREN MOD ERN AL IHSAN BALEEND AH D AN PESANTREN PERSIS 3 PAMEUNGPEUK KABUPATEN BAND UNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menggunakan sampel purposif (purposive sample). Artinya “penentuan sumber data pada orang yang diwawancarai dilakukan secara purposif, yaitu dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu”. (Sugiyono, 2013, hlm. 216). Pendapat ini didukung oleh pendapat Nana Syaodih (2007, hlm. 101) yang mengemukakan bahwa sampel purposif “memfokuskan pada informan-informan terpilih yang kaya denan kasus untuk studi yang bersifat mendalam.”
Berangkat dari permasalahan penelitian ini tentang perencanaan strategik Madrasah Tsanawiyah yang merupakan salah satu kemampuan Kepala Madrasah dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya, maka subjek utama dalam penelitian ini adalah Kepala Madrasah yang ada di kedua madrasah dan dibantu keterangan dari Wakil Kepala madrasah, guru, OSIS dan tenaga kependidikan dalam mendapatkan informasi dan data. Berikut ini tabel yang menunjukkan keseluruhan sumber data penelitian secara rinci:
Tabel 3.1
Rincian Sumber data (Profil Responden/Informan)
No Nama
Responden
Asal Sekolah (kode)
Inisial (Kode)
Profil Tanggal Wawancara
Tempat Wawancara
1 Abun
Bunyamin
MTs Pondok Pesantren Modern Al
Ihsan Baleendah
Kepala Madrasah
Narasumber pertama ini
berusia sekitar lebih dari 50 tahun
yang merupakan
Kepala Madrasah dan
salah satu staff pengajar
(Ustadz)
05 Mei 2015
Di ruang Kepala Madrasah
(24)
79
2 A
YazidTurmuzi HM, SE
Wakil Kepala Madrasah
Narasumber ini merupakan wakil kepala
madrasah bagian kurikulum
26 Mei 2015
Di Ruang Guru
4 Ghina
Fathonah
Guru Narasumber
ini merupakan guru (ustadz)
mata pelajaran Bahasa Arab
26 Mei 2015
Di Ruang tamu
5 Vera Fibryani Osis (OPPM) Narasumber
ini merupakan santri yang termasuk ke
dalam pengurus OPPM (Organisasi Pelajar Pondok Modern) 02 Agustus 2015
Di Asrama
Akhwat
6 Ibu Nia Tenaga
Kependidikan Narasumber ini merupakan 02 Agustus 2015
Di ruang tata usaha
(25)
80
Siska Wiliandani, 2015
STUD I KASUS PERENCANAAN STRATEGIK MAD RASAH TSANAWIYAH YANG BERORIENTASI TERHADAP PENINGKATAN MUTU LAYANAN PEMBELAJARAN KEAGAMAAN D I POND OK PESANTREN MOD ERN AL IHSAN BALEEND AH D AN PESANTREN PERSIS 3 PAMEUNGPEUK KABUPATEN BAND UNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
7 Ridwan
Nashrudin, M.Pd MTs Persis Pameungpeuk Kepala Madrasah Narasumber pertama ini berusia 43
yang merupakan Kepala Madrasah 08 Agustus 2015
Di ruang kepala madrasah tsanawiyah
8 Dadi
Herdiansah, S.Pd.I
Wakil kepala madrasah bagian kesiswaan Narasumber kedua ini merupakan wakil kepala
madrasah bagian kesiswaan, staf pengajar (ustadz) yang
berusia sekitar 40 tahun lebih.
08 Agustus 2015
Di kantor wakil kepala
madrasah tsanawiyah
9 Pahman
Yazid, S.Pd
Staf pengajar (Ustadz), wali kelas dan Kepala Perpustakaan
Narasumber ini berusia 41
tahun, mengajar
mata pelajaran IPS.
Beliau merupakan lulusan kependidikan 08 Agustus 2015
Di Ruang perpustakaan
(26)
81
Geografi 10 Salsabila
Naharisani
Kader
Umahatul Got
Kedua narasumber
ini merupakan santri aktif di
Pesantren Persis 3 Pameungpeuk
yang berusia 13 tahun.
Mereka merupakan santri kelas
VIII
02 Agustus 2015
Di Masjid
11 Radini
Berdasarkan tabel 3.1 di atas, maka dapat dipaparkan bahwa responden atau narasumber terdiri dari 1 orang kepala madrasah, 1 orang wakil kepala madrasah, 1 orang siswa, 1 orang tenaga kependidikan dan 1 orang guru dari MTs Pondok Pesantren Modern Al Ihsan Baleendah dan 1 orang kepala madrasah, 1 orang wakil kepala madrasah, 1 orang guru yang merangkap sebagai wali kelas dan tenaga kependidikan (Kepala Perpustakaan) dan 2 orang santri di MTs Pesantren 3 Persis Pameungpeuk. Sementara itu, untuk durasi waktu wawancara rata-rata berkisar antara 20-45 menit dan dilaksanakan mulai dari 28 April 2015 hingga Agustus 2015. Tempat dan lokasi wawancara ditentukan oleh kesediaan narasumber. Adapun proses yang terjadi ialah dengan diawali dengan penyampaian maksud dan tujuan wawancara serta pemberian pemahaman dan kegiatan menyamakan persepsi bahwa wawancara ini digunakan hanya untuk kepentingan penelitian dan akademik peneliti serta pengembangan ilmu pengetahuan. Peneliti pun meminta izin untuk merekam proses wawancara.
(27)
82
Siska Wiliandani, 2015
STUD I KASUS PERENCANAAN STRATEGIK MAD RASAH TSANAWIYAH YANG BERORIENTASI TERHADAP PENINGKATAN MUTU LAYANAN PEMBELAJARAN KEAGAMAAN D I POND OK PESANTREN MOD ERN AL IHSAN BALEEND AH D AN PESANTREN PERSIS 3 PAMEUNGPEUK KABUPATEN BAND UNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu a) Profil Pondok Pesantren Modern Al Ihsan Baleendah
Sejarah singkat Pondok Pesantren Modern Al Ihsan Baleendah Pondok pesantren modern Al Ihsan Baleendah adalah salah satu pondok pesantren alumni Gontor Ponorogo yang berada di Kecamatan Baleendah Kabupaten bandung Jawa Barat. Terletak kurang lebih 15 km arah selatan dari pusat kota Bandung. Didirikan oleh para alumni pondok pesantren Darussalam Gontor Ponorogo yang berdomisili di kota Bandung pada tanggal 17 juli 1989 di bawah naingan yayasan Pendidikan Islam Miftahul Jannah.
Pondok pesantren modern Al Ihsan Baleendah dipimpin oleh KH. U. Muhammad HM alumni pondok Modern Gontor tahun 193. Dalam kepemimpinannya beliau dibantu oleh dua orang wakil pimpinan I Bidang Pendidikan dan Pengajaran dan H. Uwes Qorni, S.S. M.Pd Wakil Pimpinan II Bidang Administrasi Umum dan Keuangan.
Sejarah perjalanan pondok pesantren ini terbagi kedalam tiga masa: 1. Masa Awal Pendirian antara tahun 1989-1994
Inilah masa-masa sulit yang dialami oleh pondok pesantren untuk melaksanakan kiprahnya dalam pendidikan kepesantrenan. Kesulitan yang dialami pondok pesantren mengharuskannya hijrah ke Baleendah disebabkan fasilitas dan sarana di JL. Moh. Toha Kotamadya Bandung sangatlah terbatas. Masa-masa awal ini dijalani dengan segala kekurangan dan kendala yang dirasakan, sarana prasarana yang seadanya, dana yang serba terbatas seungguh merupakan cobaan dan tantangan yang kami hadapi saat itu.
2. Masa Pertengahan antara tahun 1994-1999
Pada masa ini sedikit demi sedikit pondok pesantren mulai menata tugas dan fungsinya sebagai sebuah lembaga pendidikan yang dituntut untuk memberikan hasil yang maksimal untuk para santrinya. Amanagemen sistem pendidikan mulai dijalankan secara menyeluruh sesuai dengan ketersediaan sarana yang mengiringi
(28)
83
dalam perkembangannya. Hal yang penting dan terjadi pada masa ini adalah berubahnya nama pondok pesantren modern dari pondok pesantren modern Miftahul Jannah berubah menjadi pondok Pondok Pesantren Modern Al Ihsan Baleendah. Hal ini ditandai dengan adanya kerja sama anara Yayasan Al Ihsan yang dipimpin oleh Bapak Drs. H. Ukman Sutaryan pada tanggal 10 November 1994. Kerjasama ini didasari adanya kesamaan tujuan untuk mensyiarkan ajaran islam di mana yayasan Al ihsan pada saat itu berencana mendirikan rumah sakit islam sebagai bentuk dakwah islamiyah dalam pelayanan kesehatan masyarakat, sementara pondok Pondok Pesantren Modern Al Ihsan Baleendah memberikan pelayanan dalam bidang pendidikan keagamaan.
3. Masa Perkembangan antara tahun 1999-saat ini
Seiring adanya kerjasama dengan yayasan Al Ihsan pondok Pondok Pesantren Modern Al Ihsan Baleendah mulai membenahi sarana dan prasarana serta pendukung lainnya untuk pelaksanaan proses belajar mengajar. Sejalan dengan itu kondisi santri pun secara kuantitas mengalami peningkatan pada tahun 1995 jumlah santri yang ada pada angka 30an namun pada awal tahun 200 jumlah seluruh santri 48 orang.
Visi Pondok Pesantren Modern Al Ihsan Baleendah
Visi dari Pondok Pesantren Modern Al Ihsan Baleendah adalah tercapainya Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Modern Al Ihsan yang unggul dalam prestasi dan islami.
Misi Pondok Pesantren Modern Al Ihsan Baleendah
Misi Pondok Pesantren Modern Al Ihsan Baleendah meliputi:
1. Menjadikan Madrasah tsanawiyah Pondok Pesantren Modern Al Ihsan sebagai pusat pembelajaran dan pelayanan informasi yang islami.
(29)
84
Siska Wiliandani, 2015
STUD I KASUS PERENCANAAN STRATEGIK MAD RASAH TSANAWIYAH YANG BERORIENTASI TERHADAP PENINGKATAN MUTU LAYANAN PEMBELAJARAN KEAGAMAAN D I POND OK PESANTREN MOD ERN AL IHSAN BALEEND AH D AN PESANTREN PERSIS 3 PAMEUNGPEUK KABUPATEN BAND UNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Membekali warga sekolah keseimbangan wawasan IPTEK, IMTAQ dan life skill (kecakapan hidup), bahasa asing untuk menghadapi persaingan global.
3. Menanamkan pada warga sekolah jiwa ikhlas, keras, cerdas, tangkas, tuntas, ramah, berkualitas, toleransi dalam perbedaan dan ahli pikir yang berdzikir.
Tujuan Pondok Pesantren Modern Al Ihsan Baleendah
Tujuan umum dari madrasah Tsanawiyah Al Ihsan Baleendah sebagai lembaga pendidikan yang merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional adalah meningkatkan dan mengembangkan kecerdasan peserta didik melalui penguasaan pengetahuan agama dan umum, membentuk kepribadian yang utuh serta memiliki keterampilan, membangun kemandirian peserta didik dan upaya untuk melanjutkan pendidikan lebih lanjut. Di samping itu tujuan khusus yang ingin dicapai lainnya adalah sebagai berikut:
1. Menyiapkan peserta didik agar mampu memilih karier serta mampu berkompetensi;
2. Menyiapkan tamatan/lulusan agar dapat menjadi wirausahawan yang mampu menciptakan lapangan kerja sendiri/mandiri yang dilandasi dengan iman dan takwa.
Target Pondok Pesantren Modern Al Ihsan Baleendah
Adapun target Pondok Pesantren Modern Al Ihsan Baleendah adalah sebagai berikut:
a. Jangka Pendek (2 tahun)
1. Pembagian tugas jabatan guru mata pelajaran sesuai dengan latar belakang pendidikan.
2. Pengintegrasian personal, spiritual, material yang dikoordinasikan secara efektif dan efisien.
3. Tertib pelaksanaan ibadah shalat berjama‟ah (shalat dzuhur dan sholat jum‟at).
(30)
85
4. Peningkatan kualitas keimanan, nilai, budi pekerti luhur sebagai cerminan uswah hasanah amanah sehari-hari. 5. Lingkungan belajar yang kondusif.
b. Jangka Menengah (3 tahun)
1. Pengetahun, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam berpikir dan bertindak.
2. Terciptanya forum silaturahim masyarakat madrasah. 3. Optimalisasi tata tertib dan kepelaksanaan tugas.
4. Adaptasi terhadap adab pengetahuan dan teknologi informasi (komputer, media informasi).
5. Peta kemajuan hasil prestasi belajar lebih akurat dan konsisten sebagai akuntabilitas publik.
6. Hafal Al Qur‟an (surat-surat juz „amma). c. Jangka Panjang (4 tahun)
1. Input yang baik, guru yang berkualitas, sarana dan prasaran yang memadai.
2. Output, outcome berkualitas, berhasil guna dan budaya guna di bidang umum dan agama.
3. Terwujudnya keseimbangan etika, logika, estetika dan kinestika
4. Produk peserta didik yang berkemampuan, kecerdasan dorongan laku hati dan kemasyarakatan yang bernilai tinggi.
5. Partisipasi masyarakat meningkat, dukungan dari orang tua semakin kuat dan tumbuhnya kepercayaan publik. b) Profil MTs Persis Pameungpeuk
Sejarah singkat MTs Persis Pameungpeuk
Sekitar tahun 1940 Ajengan Harun mulai merintis pendidikan keagamaan untuk tingkat Diniyah Ula di rumahnya. Ternyata mendapat sambutan baik dari masyarakat sekitar sesuai dengan
(31)
86
Siska Wiliandani, 2015
STUD I KASUS PERENCANAAN STRATEGIK MAD RASAH TSANAWIYAH YANG BERORIENTASI TERHADAP PENINGKATAN MUTU LAYANAN PEMBELAJARAN KEAGAMAAN D I POND OK PESANTREN MOD ERN AL IHSAN BALEEND AH D AN PESANTREN PERSIS 3 PAMEUNGPEUK KABUPATEN BAND UNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
perkembangan harokah tajdid dari Persatuan yang dikembangkan di Kecamatan Pameungpeuk Kabupaten Bandung. Dua tahun kemudian lokasi pendidikan berpindah ke Masjid An-Nuur. Namun tidak juga mencukupi, atas kebaikan dari Kepala SR Pameungpeuk 1 anak-anak pesantren supaya menempati kelas-kelas disekolah tersebut pada sore hari. Kebetulan sebagian besar dari mereka juga bersekolah di SR tersebut pada pagi harinya, kemudian diatas tanah miliknya di tepi jalan Raya Pameungpeuk –Banjaran Mama Ajengan Harun mendirikan Pesantren tiga lokal.
Para santri yang menimba ilmu di Pesantren Persis 3 Pameungpeuk 3 Pameungpeuk tersebut bukan saja penduduk desa tersebut, melainkan berdatangan dari desa-desa di sekitar Kecamatan Pameungpeuk. Maka antara tahun 1946-1960 hampir disetiap desa di Kec. Pameungpeuk mendirikan pesantren-pesantren pengembangan dari Pesantren Persis 3 Pameungpeuk 3. Sampai sekarang tahun 2006 di Kecamatan. Pameungpeuk ada 15 Pesantren Persis 3 Pameungpeuk yang tersebar hampir di setiap desanya di bawah naungan Pimpinan Cabang persatuan Islam Pameungpeuk .
Sekitar tahun 1960, Mama Ajengan Harun Memerlukan tanahnya yang dipakai pesantren, maka untuk sementar waktu pimpinan cabang persis Pameungpeuk bersama dengan Mama Ajengan Harun dan keluarganya memindahkan lokasi pesantren ke tanah wakaf di depan Masjid Jami An-Nur milik Persis. Pada tahun 1967, warga Persatuan Islam Pameungpeuk merasa perlu untuk mendirikan tinglat Tsanawiyah, maka pimpinan cabangnya menggerakan anggota dan simpatisan untuk bersama-sama mengadakan tanah wakaf untuk pendirian pesantren tersebut. Tahun 1968, berdirilah Pesantren Persis 3 Pameungpeuk tingkat Tsanawiyah dengan mamakai lokasi sementara di SD Pameungpeuk 2 Selama 2 tahun. Baru kemudian mulai tahun 1970, di atas tanah seluas 50x50 M2 persis di depan
(32)
87
pesantren lama yang berdiri diatas tanah milik Mama Ajengan Harun berpindahlah ke Lokasi yang baru sampai sekarang.
Pada tahun 1996, pengembangan tanah wakap pesantren di belakang sebelah timur seluas 30 x 80 M2 yang pada tahun 2002 Pimpinan Daerah Persis Ka. Bandung Meminta untuk mendirikan kantor diatas tanah tersebut. Maka berdirilah kantor pimpinan daerah Kab Bandung. Kemudioan pada tahun 2003 baru didirikan lokasi dua Pesantren Persis 3 Pameungpeuk untuk tingkat Mualimien baru selesai dua lokal dan baru tahun 2005 di tambah 2 lokal lagi sampai tahap ini Insya Alloh dalam tahap penyelesaian.
Identitas Madrasah
NSS/NSM : 121232040111
NPSN : 20278159
Gugus/KKM : Ciparay
Nama Madrasah : MTs PERSIS 3 PAMEUNGPEUK
Alamat : Jl. Raya Banjaran 447 Ds. Langonsari Kec. Pameungpeuk Kab. Bandung 40376
Provinsi : Jawa Barat
Kodepos : 40376
No Telepon Kepala : 081572733437 No Telepon Bendahara : 085221260794 No Telepon Admin : 082130300183 No SK Operasional : 2/10/14/03/03
Status : Swasta
NPWP : 00-532-595-6-445-000
Akreditasi : B
No SK Akreditasi : 02.00/692/BAP-SM/X/2011
Tanggal : 28/10/2011
(33)
88
Siska Wiliandani, 2015
STUD I KASUS PERENCANAAN STRATEGIK MAD RASAH TSANAWIYAH YANG BERORIENTASI TERHADAP PENINGKATAN MUTU LAYANAN PEMBELAJARAN KEAGAMAAN D I POND OK PESANTREN MOD ERN AL IHSAN BALEEND AH D AN PESANTREN PERSIS 3 PAMEUNGPEUK KABUPATEN BAND UNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu E-Mail Admin : yolanmahesa@gmail.com
Status Tanah : Wakaf
Visi MTs Persis 3 Pameungpeuk
Terwujudnya manusia sebagai kholifah di muka bumi (Q.S: 2: 30) Misi MTs Persis 3 Pameungpeuk
Pemanusia Insan ulul Albab selaku manusia “kaffah” yang tafaquh fiddin.
Tujuan MTs Persis 3 Pameungpeuk
Mencetak siswa yang memahami agama, benar dalam iman, amal dan praktiknya.
Data santri MTs Persis 3 Pameungpeuk
Berikut data siswa keseluruhan yang berada di MTs Persis 3 Pameungpeuk:
Tabel 3. 2
Data Siswa MTs Persis 3 Pameungpeuk
Kelas Jumlah Jumlah
Laki-laki Perempuan
7 138 179 317
8 108 169 277
9 103 132 235
Total 349 480 829
Data Tenaga Pendidik dan Kependidikan MTs Persis 3 Pameungpeuk
Berikut data tenaga pendidik dan kependidikan yang berada di MTs persis 3 Pameungpeuk
(34)
89
Tabel 3.3
Data Tenaga Pendidik dan Kependidikan MTs Persis 3 Pameungpeuk
Tenaga Pendidik Tata Usaha
Jumlah Guru Pendidikan Guru Kepala
TU
Pel.TU
PNS Non PNS
JML SMA D1 D2 D3 S1 S2 S3 JML PNS Non PNS
PNS Non PNS
1 44 45 8 0 1 0 29 0 42 0 0 0 0
Data fasilitas MTs Persis 3 Pameungpeuk Tabel 3.4
Data Fasilitas MTs Pesantren Persis 3 Pameungpeuk
No Jenis Ruang
Kondisi Unit
Baik Rusak
Ringan
Rusak Berat
1. Ruang Kelas 21
2. Ruang Kepala Madrasah 1
3. Ruang Guru 1
4. Ruang Tata Usaha 1
5. Ruang Laboratoriu IPA 0
6. Ruang Laboratorium Komputer 1
7. Ruang Laboratorium Bahasa 0
8. Ruang Perpustakaan 1
9. Ruang UKS 0 1
10. Ruang Keterampilan 0
11. Ruang Kesenian 0
12. Ruang Toilet Guru 3
(35)
90
Siska Wiliandani, 2015
STUD I KASUS PERENCANAAN STRATEGIK MAD RASAH TSANAWIYAH YANG BERORIENTASI TERHADAP PENINGKATAN MUTU LAYANAN PEMBELAJARAN KEAGAMAAN D I POND OK PESANTREN MOD ERN AL IHSAN BALEEND AH D AN PESANTREN PERSIS 3 PAMEUNGPEUK KABUPATEN BAND UNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
14. Masjid 1
B. Desain Penelitian
Definisi desain penelitian menurut Sanjaya (2013, hlm. 16) yaitu “prosedur atau langkah-langkah penelitian yang berfungsi sebagai pedoman bagi peneliti dalam melaksanakan penelitiannya.” Hal ini ini berarti desain penelitian menjadi suatu petunjuk sekaligus tahapan bagi peneliti dalam menjalankan penelitiannya, meskipun demikian desain penelitian pada penelitian kualitatif mungkin saja berubah.
Desain penelitian kualitatif perlu dirancang untuk mendapatkan suatu pendalaman pemahaman pada situasi sumber data penelitian. Syaodih (2005, hlm. 287) mendefinisikan desain penelitian sebagai “rancangan bagaimana penelitian tersebut dilaksanakan.”
Syaodih (2005, hlm. 100) “memaparkan penelitian kualitatif menggunakan desain penelitian studi kasus dalam arti penelitian difokuskan pada satu fenomena saja yang dipilih dan ingin dipahami secara mendalam, dengan mengabaikan fenomena-fenomena lainnya.”
Adapun model desain penelitian kualitatif yang dapat diadopsi dari Syaodih (2005, hlm.100) adalah seperti gambar 3.7 berikut:
Gambar 3.2 Model Desain Penelitian Kualitatif
Identifikasi perumusan
dan pembatasan
masalah
Penyusunan pertanyaan
pokok, penentuan sample purposif
Pengumpulan data, analisis
dan interpretasi
data
Penyusunan Laporan
(36)
91
Adapun menurut Bungin (2007, hlm. 67) terdapat tiga model format desain penelitian kualitatif yaitu “format deskriptif, format verifikatif dan format grounded theory. Lebih lanjut Bungin (2007, hlm. 67-68) menjelaskan bahwa:
di berbagai perguruan tinggi dan lembaga penelitian berprestasi sepakat bahwa desain penelitian kualitatif tidak bisa diformalkan, karena format penelitian kualitatif diserahkan kepada kebutuhan sponsorship atau diserahkan kepada promoter atau mahasiswa sendiri, karena merekalah yang tahu bagaimana sebenarnya format desain penelitian yang diinginkannya.
Gambaran dari ketiga model yang dikemukakan oleh Bungin (2007, hlm. 7) adalah sebagai berikut:
Format deskriptif lebih banyak atau masih dipengaruhi oleh paradigma positivistik, kendati format ini dominan menggunakan paradigma fenomenologis. Sedangkan format verifikatif bersifat induktif dan berparadigma fenomenologis namun perlakuannya terhadap teori masih semi-terbuka pada awal penelitian. Format grounded theory bersifat induktif dan berparadigma fenomenologis dan tertutup terhadap teori pada awal penelitian. Dengan demikian, dari penjelasan ahli tersebut penulis dapat menentukan model format desain penelitian yang digunakan sebagai pedoman bagi peneliti dalam melaksanakan penelitian yaitu desain penelitian format deskriptif. Hal ini dikarenakan penelitian ini memusatkan diri pada suatu unit tertentu dari berbagai fenomena.
“Format desain deskriptif kualitatif banyak memiliki kesamaan dengan desain deskriptif kuantitatif, karena itu desain deskriptif kualitatif bisa disebut pula dengan kuasi kualitatif atau desain kualitatif semu. Artinya, desain ini belum benar-benar kualitatif karena bentuknya masih dipengaruhi oleh tradisi kuantitatif, terutama dalam menempatkan teori pada data yang diperolehnya”. (Bungin, 2007, hlm. 68).
“Format deskriptif kualitatif pada umumnya dilakukan pada penelitian dalam bentuk studi kasus”. (Bungin, 2007, hlm. 68). Sebagaimana judul penelitian ini, maka model desain penelitian format deskriptif ini digunakan oleh peneliti agar dapat menjadi suatu panduan bagi peneliti pada saat menyelenggarakan penelitian hingga akhirnya menyusun laporan penelitian.
(37)
92
Siska Wiliandani, 2015
STUD I KASUS PERENCANAAN STRATEGIK MAD RASAH TSANAWIYAH YANG BERORIENTASI TERHADAP PENINGKATAN MUTU LAYANAN PEMBELAJARAN KEAGAMAAN D I POND OK PESANTREN MOD ERN AL IHSAN BALEEND AH D AN PESANTREN PERSIS 3 PAMEUNGPEUK KABUPATEN BAND UNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dari pemaparan yang telah dipaparkan secara rinci, maka berikut merupakan desain dari penelitian ini:
3.3 Desain Penelitian
Tinjauan
C. Metode Penelitian
“Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu” (Sugiyono, 2013, hlm. 2). Berdasarkan berbagai jenis penelitian, maka dapat dikemukakan bahwa:
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tinjauan Pusataka
Metode Penelitian
Pengumpulan Data
Pengolahan, Deskripsi
Dan Pembahasan
Kesimpulan dan Rekomendasi
(38)
93
yang termasuk dalam metode kuantitatif adalah metode penelitian eksperimen dan survey, sedangkan yang termasuk dalam metode kuallitatif yaitu metode naturalistic. Penelitian untuk basic research pada umumnya menggunakan metode eksperimen dan kualitatif, applied research menggunakan eksperimen dan survey, dan research and development dapat menggunakan survey, kualitatif dan eksperimen. (Sugiyono, 2013, hlm. 7).
Dari penjelasan tersebut, maka peneliti dapat menentukan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu metode kualitatif.
Metode pengumpulan data kualitatif dalam penelitian ini yaitu dengan Studi Kasus. Bungin (2007, hlm. 132) menjelaskan bahwa studi kasus merupakan “studi yang mendalam hanya pada satu kelompok orang atau peristiwa.” Seperti halnya penelitian ini yang melakukan studi yang mendalam terhadap peristiwa pembuatan rencana strategik madrasah yang juga memiliki fokus permasalahan.
Sejalan dengan pemikiran ini, Sanjaya (2013, hlm. 73) memiliki pandangan yang menegaskan bahwa “dalam bidang pendidikan studi kasus dapat diartikan sebagai metode penelitian deskripsi untuk menjawab permasalahan pendidikan yang mendalam dan komprehensif dengan melibatkan sub penelitian yang terbatas sesuai dengan jenis kasus yang diselidiki.”
Lebih lanjut Sanjaya (2013, hlm. 74) mengungkapkan bahwa “data pada penelitian studi kasus biasanya data yang bersifat kualitatif, oleh sebab itu pendekatan yang digunakan dalam studi kasus biasanya menggunakan pendekatan kualitatif.”
“Hal pertama yang harus diingat tentang penggunaan studi kasus adalah bahwa kasus ini harus memiliki masalah bagi para peneliti untuk memecahkan misteri kasus tersebut”. (Bungin, hlm. 132). Dengan demikian peneliti harus mampu mengembangkan kerangka analisis untuk memecahkan kasus dalam penelitian.
D. Definisi operasional
Definisi operasional dimaknai oleh Sanjaya (2013, hlm. 287) sebagai “definisi yang dirumuskan oleh peneliti tentang istilah-istilah yang ada pada masalah peneliti dengan maksud untuk menyamakan persepsi antara peneliti dengan orang-orang yang
(39)
94
Siska Wiliandani, 2015
STUD I KASUS PERENCANAAN STRATEGIK MAD RASAH TSANAWIYAH YANG BERORIENTASI TERHADAP PENINGKATAN MUTU LAYANAN PEMBELAJARAN KEAGAMAAN D I POND OK PESANTREN MOD ERN AL IHSAN BALEEND AH D AN PESANTREN PERSIS 3 PAMEUNGPEUK KABUPATEN BAND UNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
terkait dengan penelitian.” Dengan demikian berikut ini merupakan definisi operasional dari penelitian ini meliputi:
1. Perencanaan Strategik
Dari beberapa definisi perencanaan strategik menurut para ahli maka dapat disimpulkan bahwa perencanaan strategik adalah suatu alat manajemen (management tools) yang bertujuan membantu organisasi membuat rencana untuk masa yang akan datang dengan langkah-langkah yang meliputi perumusan visi, misi dan nilai-nilai, telaah lingkungan strategik yang terdiri dari aktivitas melakukan analisis lingkungan strategis, melakukan analisis situasi pendidikan saat ini, melakukan analisis situasi pendidikan yang diharapkan 5 tahun mendatang, penetapan tujuan, sasaran dan stategik organisasi.
2. Mutu Layanan Pembelajaran Keagamaan
Mutu Layanan Pembelajaran Keagamaan merupakan derajat (tingkat) keunggulan suatu hasil kerja/upaya penyedia layanan pembelajaran keagamaan, baik yang tangible (secara fisik terlihat) maupun yang intangible (sesuatu yang dapat dirasakan meskipun tidak terlihat). mutu layanan pembelajaran keagamaan yang diberikan oleh pesantren/madrasah dapat dicermati dari beberapa dimensi mutu layanan secara umum, yaitu dimensi reliability, dimensi
responsiveness,dimensi assurance, dimensi emphaty dan dimensi bukti fisik. 3. Pesantren
Dari beberapa batasan pesantren dari para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa pesantren adalah suatu tempat para santri (murid/pelajar) berkumpul untuk mempelajari berbagai pengetahuan tentang agama islam dari kiai atau pun ulama dan ustadz.
E. Instrumen Penelitian
Sugiyono menjelaskan (2013, hlm. 222) bahwa “terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas hasil penelitian, yaitu, kualitas instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data.”
(40)
95
Lebih lanjut Sugiyono (2013, hlm. 222) memaparkan bahwa “dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri.”
Peneliti merupakan instrumen yang utama bagi penelitiannya. Namun, untuk mengembangkan instrumen penelitian, maka hal ini menjadi suatu kebutuhan agar data yang ingin terkumpul menjadi lebih terarah. Seperti yang diungkapkan oleh Sugiyono (2013, hlm. 223) bahwa:
dalam penelitian kualitatif instrumen utamanya adalah peneliti sendiri, namun selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka kemungkinan akan dikembangkan instrumen penelitian sederhana, yang diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah ditemukan melalui observasi dan wawancara.
Selain itu, Moleong (2014, hlm. 168) berpendapat bahwa “kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit. Peneliti sekaligus perencana, pelaksana pengumpulan data, analis, penafsir data dan pada akhirnya peneliti menjadi pelapor hasil penelitiannya.”
Maka dari itu, dalam penelitian kualitatif, peneliti dituntut sebagai instrumen kunci dalam penelitian. Hasil penelitian akan menunjukkan penelitian yang berkualitas jika peneliti bertindak sebagai instrumen yang benar.
Berikut ini merupakan perangkat penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam proses penelitian di lapangan:
(41)
96
Siska Wiliandani, 2015
STUD I KASUS PERENCANAAN STRATEGIK MAD RASAH TSANAWIYAH YANG BERORIENTASI TERHAD AP PENINGKATAN MUTU LAYANAN PEMBELAJARAN KEAGAMAAN D I POND OK PESANTREN MOD ERN AL IHSAN BALEEND AH D AN PESANTREN PERSIS 3 PAMEUNGPEUK KABUPATEN BAND UNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.5 Kisi-Kisi Penelitian
No Fokus Penelitian Dimensi Indikator
(Hal-hal yang diteliti)
Bentuk Pengumpulan
Data
Sumber Data
1
Bagaimana proses penyusunan rencana strategik di MTs Pondok
Pesantren Modern Al Ihsan Baleendah dan
MTs Pesantren 3 Pamengpeuk Kabupaten
Bandung
1. Perumusan visi, misi dan nilai-nilai
a. Proses perumusan visi, misi dan nilai MTs
b. Pihak yang terlibat dalam perumusan visi, misi dan nilai MTs
c. Waktu pelaksanaan perumusan visi, misi dan nilai MTs
o Wawancara o Dokumentasi
1. Kepala MTs 2. Komite 3. Guru 4. Osis 5. Tenaga Kependidikan 2. Telaah Lingkungan Strategik
a. Proses MTs dalam
mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman
b. Pihak yang terlibat dalam mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman
o Wawancara o Dokumentasi
1. Kepala MTs 2. Komite 3. Guru 4. Osis 5. Tenaga
(42)
97
c. Waktu pelaksanaan dalam mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman
3. Penetapan tujuan, sasaran dan strategi
a. Proses Penetapan tujuan MTs b. Proses Penetapan Sasaran MTs c. Proses Penetapan Strategi MTs
(kebijakan, program, kegiatan dan anggaran)
o Wawancara o Dokumentasi
1. Kepala MTs 2. Komite 3. Guru 4. Osis 5. Tenaga
Kependidikan 4. Orientasi Mutu
layanan pembelajaran keagamaan dalam proses penyusunan Renstra atau program kerja
a. Kehandalan b. Cepat tanggap c. Jaminan d. Empati e. Bukti fisik
o Wawancara o Dokumentasi
1. Kepala MTs 2. Komite 3. Guru 4. Osis 5. Tenaga
(43)
98
Siska Wiliandani, 2015
STUD I KASUS PERENCANAAN STRATEGIK MAD RASAH TSANAWIYAH YANG BERORIENTASI TERHAD AP PENINGKATAN MUTU LAYANAN PEMBELAJARAN KEAGAMAAN D I POND OK PESANTREN MOD ERN AL IHSAN BALEEND AH D AN PESANTREN PERSIS 3 PAMEUNGPEUK KABUPATEN BAND UNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2
Apa faktor-faktor yang mendukung dan menghambat penyusunan
rencana strategik yang berorientasi pada peningkatan mutu layanan
pembelajaran keagamaan di MTs Pondok Pesantren
Modern Al Ihsan Baleendah dan MTs Pesantren 3 Pamengpeuk
Kabupaten Bandung
1. Faktor
pendukung dan penghambat penyusunan Renstra yang berorientasi pada peningkatan Mutu layanan pembelajaran keagamaan
a. Partisipasi seluruh warga madrasah (pimpinan, pendidik, tenaga kependidikan, komite) b. Kompetensi pihak yang
terlibat c. Pendanaan
d. Iklim organisasi (suasana organisasi)
e. Fasilitas pendukung
o Wawancara o Dokumentasi
1. Kepala MTs 2. Komite 3. Guru 4. Osis 5. Tenaga Kependidikan 3
Bagaimana strategi yang diambil MTs Pondok Pesantren Modern Al Ihsan Baleendah dan
MTs Pesantren 3 Pamengpeuk untuk menghasilkan rencana
1. Strategi tim penyusun renstra untuk menghasilkan Rencana strategik yang berorientasi
a. Upaya yang dilakukan tim penyusun renstra dalam memecahkan masalah yang dihadapi
b. Hasil dari upaya yang dilakukan
c. Akar permasalahan
o Wawancara o Dokumentasi
1. Kepala MTs 2. Komite 3. Guru 4. Osis 5. Tenaga
(44)
99
strategik yang berorientasi pada peningkatan mutu
layanan pembelajaran keagamaan
pada peningkatan mutu layanan pembelajaran keagamaan
ketidakberhasilan atas pemecahan masalah atau faktor kunci keberhasilan
(45)
75 Keterangan Pengkodean:
a. Studi Wawancara
Contoh 1 : I.W.KM.AI.050515.20 Keterangan:
I : Rumusan Masalah 1 (pertama)
W : Wawancara
KM : Kepala Madrasah
AI : Asal sekolah Pondok Pesantren Modern Al Ihsan 050515 : Tanggal wawancara
20 : Nomor urut pertanyaan (pertanyaan ada di lampiran) Contoh 2 : I.W.G.P3.080815.20
Keterangan:
I : Rumusan Masalah 1 (pertama)
W : Wawancara
G : Guru
P3 : Asal sekolah Pesantren Persis 3 Pameungpeuk 080815 : Tanggal wawancara
20 : Nomor urut pertanyaan (pertanyaan ada di lampiran) b. Studi Dokumentasi
Contoh : D.1.AI.050515 Keterangan :
(46)
1 : Nomor urut dokumentasi ada pada lampiran hasil studi dokumentasi
AI : Pondok Pesantren Modern Al Ihsan Baleendah P3 : Pesantren Persis 3 Pameungpeuk Pameungpeuk 050515 : Tanggal studi dokumentasi
c. Studi Observasi
Contoh : O.1.3P.050515 Keterangan:
O : Observasi
1 : Nomor urut observasi ada pada lampiran hasil studi observasi
P3 : Pesantren Persis 3 Pameungpeuk AI : Pondok Pesantren Modern Al Ihsan 050515 : Tanggal Studi Dokumentasi
F. Teknik Pengumpulan Data
Definisi teknik pengumpulan data menurut Sugiyono (2013, hlm. 224) yaitu “langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.” Adapun Satori (2012, hlm. 67) mengilustrasikan hubungan antara instrumen dengan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
Gambar 3.4
Hubungan Instrumen (Peneliti) dengan pengumpulan data (Adopsi dari Satori, 2012, hlm. 67)
Data Instrumen Penelitian
Metode Pengumpulan data:
1. Pengamatan 2. Indepth interview 3. Dokumen dan
(47)
77
Berbagai macam teknik pengumpulan data yang diklasifikasikan oleh Sugiyono (2013, hlm. 225) dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 3.5
Macam-macam Teknik Pengumpulan Data
Mengadopsi beberapa macam teknik pengumpulan data tersebut, maka teknik pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini antara lain:
1. Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang paling populer dan sering digunakan dalam penelitian kualitatif. Kegiatan wawancara identik dengan kegiatan tanya jawab. Penekanan penting dalam wawancara adalah peneliti dapat menggali informasi secara lebih mendalam. Hal ini ditegaskan oleh Sugiyono (2013, hlm. 231) yang menyatakan “wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam.” Pendapat ini menjdai lebih lengkap dengan pernyataan Moleong (2014, hlm. 186) bahwa “wawancara adalah percakapan dengan
Wawancara
Observasi Macam-macam
teknik pengumpulan data
Dokumentasi
(1)
Strategi Pondok Pesantren modern Al Ihsan untu menghasilkan rencana strategik yang berorientasi pada peningkatan mutu layanan pembelajaran keagamaan yaitu dengan mengedepankan kebersamaan, kesinambungan, kekompakan, khususnya dalam memutuskan sebuah rencana. Sedangkan Pesantren Persis 3 Pameungpeuk memiliki strategi dengan mengidentifikasi peluang dan memanfaatkannya. Selain itu juga dengan memanfaatkan partisipasi orang tua terutama dalam hal bantuan dana.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka peneliti mengajukan beberapa saran terkait hasil penelitian yang telah dilaksanakan. Saran tersebut diharapkan dapat menjadi masukan, khususnya bagi Madrasah Tsanawiyah yang dijadikan sebagai tempat penelitian (Pondok Pesantren Modern Al Ihsan dan Pesantren 3 Persis Pameungpeuk), bagi peneliti selanjutnya, serta pihak lain yang berkepentingan untuk dapat ditindaklanjuti. Adapun saran-saran tersebut seperti yang dideskripsikan berikut ini:
1. Bagi Pesantren
a. Bagi Pondok Pesantren Modern Al Ihsan
Dalam proses perencanaan strategik yang berorientasi terhadap mutu layanan pembelajaran keagamaan hendaknya melaksanakan pengembangan strategi dengan cara mempertegas kebijakan pimpinan terkait dengan perencanaan program. Selain itu memanfaatkan sebaik-baiknya hasil identifikasi lingkungan internal dan eksternal (matriks analisis SWOT) lembaga yang diimplementasikan dalam penyusunan program pesantren. Strategi lainnya yang dapat dilakukan adalah dengan menambah kegiatan dalam prosedur penyusunan rencana strategik berupa analisis faktor-faktor kunci keberhasilan, sehingga strategi yang dikembangkan lebih berkualitas dan bervariasi.
b. Bagi Pesantren Persis 3 Pameungpeuk
Dalam proses perencanaan strategik yang berorientasi terhadap mutu layanan pembelajaran keagamaan hendaknya melakukan analisis
(2)
kekuatan, kelamahan yang dimiliki (analisis internal organsiasi) dan identifikasi peluang dan ancaman yang ada (analisis eksternal organisasi) secara lebih komprehensif, lalu hasil dari analisis SWOT tersebut dijadikan sebagai referensi untuk penyusunan strategi. Kemudian penetapan tujuan dan sasaran hendaknya dideskripsikan secara spesifik, sehingga pencapaiannya dapat diukur di akhir jangka waktu implementasi rencana itu berlaku. Strategi lainnya yang dapat dilakukan adalah dengan menambahkan kegiatan dalam prosedur penyusunan rencana strategik berupa analisis faktor-faktor keberhasilan, sehingga strategi yang dikembangkan lebih berkualitas dan semakin menarik daya dukung masyarakat.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya, penulis merekomendasikan untuk lebih mengembangkan dan menggali teori dari berbagai referensi tentang perencanaan strategik, yang secara keilmuan dapat dipertanggungjawabkan kecocokannya atau relevansinya dalam bidang pendidikan. Hal ini disebabkan oleh kekhasan manajemen pendidikan yang berbeda dengan organisasi yang bersifat provit. Kemudian, hendaknya peneliti selanjutnya mencoba untuk melaksanakan penelitian di lembaga pendidikan dengan jenis pendidikan yang berbeda, misalnya pendidikan kedinasan dan lain-lain. Sehingga dari hasil penelitian tersebut dapat diperoleh perbandingannya.
(3)
DAFTAR PUSTAKA
Akdon. (2009). Strategic Management for Educational Management. Bandung: Alfabeta.
Bafadal, Ibrahim. (2012). Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara
Bungin, Burhan. (2007). Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Buchori, Alma dkk. (2008). Manajemen Coorporate dan Strategi Pemasaran Jasa Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Buchori, Alma. (2005). Pemasaran Stratejik Jasa Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Darmadi, Hamid. (2013). Dimensi-Dimensi Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial. Bandung: Alfabeta.
Gitosudarmo, Indriyo. (2001). Manajemen Strategis. Yogyakarta: BPE-Yogyakarta. Hamalik, Oemar. (2008). Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Heene, Aime. dkk. (2010). Manajemen Strategik Keorganisasian Publik. Bandung: Refika Aditama.
Imron, Ali. (2013). Proses Manajemen Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Inpres No. 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Karna, Sobahi dkk.(2010). Manajemen Pendidikan. Bandung: Cakra.
Kemendiknas. (2010). Panduan bagi Tim Penyusun Renstra. Jakarta: Tidak Diterbitkan.
Moenir, H.A.S (2010). Manajemen Pelayanan Umum Di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.
Moleong, Lexy J. (2014). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mulyasa, E. (2006). Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.
(4)
Nafi, M. Dian, A’la Abdhindunan Isah Abdulaziz Abdul Muhaimin. (2007). Praksis Pembelajaran Pesantren. Yogyakarta: Instite for Training and Development (ITD). Nata, Abuddin. (2014). Persfektif Islam tentang Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.
Nisjar, S. Karhi. (1997). Manajemen Strategik. Jakarta: Maudar Maju.
Nurdin, Diding. (2009). Kepemimpinan Mutu Pendidikan. Bandung: PT Sarana Panca Karya Nusa.
Nurdin, Diding dan Abu Bakar. (2011). Manajemen Sumber Daya Pendidikan. Bandung: PT Sarana Panca Karya Nusa.
Parasuraman, A., Zeithaml, V.A dan Berry, L.L dkk. (1990). Delivering Quality Service. Balancing Customer Perception dan Expectation. Newyork: The Free Press. Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan dan Pendidikan Keagamaan.
Pidarta Made. (2005). Perencanaan Pendidikan Partisipatori dengan Pendekatan Sistem. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Pidarta, Made. (2011). Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta Rineka Cipta. Putra, Daulay. Haidar. (2014). Sejarah Pertumbuhan dan Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Kencana.
Putra, Daulay. Haidar. (2009). Dinamika Pendidikan Islam di Asia Tenggara. Jakarta: Rineka Cipta.
Putra, Nusa. (2011). Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Indeks.
Rangkuti, Freddy. (2013). Customer Service Satisfaction dan Call Centre berdasarkan ISO 9001. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Rohiat. (2010). Manajemen Sekolah. Bandung: PT Refika Aditama
Rowe, Alan J. dkk.(1989). Strategic Manajement A Methodological Approach. United States of America: Addison-Wesley.
Sagala, Syaiful. (2013). Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sallis, Edward. (2012). Total Quality Management in Education. Yogyakarta: IRCisoD.
(5)
Sanjaya, Wina. (2013). Penelitian Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Satori, Djam’an dan Aankomariah. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sa’ud, Udin S. (2005). Perencanaan Pendidikan Suatu Pendekatan Komprehensif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sopiatin, Popi. (2010). Manajemen Belajar Berbasis Kepuasan Siswa. Bogor: Ghalia Indonesia.
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: CV Alfabeta.
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Suharsaputra, Uhar. (2010). Administrasi Pendidikan. Bandung: Refika Aditama. Sunardi, Dono. (2009). Manajemen Strategis. Jakarta: Salemba Empat.
Suryadi. (2009). Manajemen Mutu Berbasis Sekolah. Bandung: PT Sarana Panca Karya Nusa.
Syaodih, Nana (2005). Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosdakarya. S. Yunanto, dkk. (2005). Pendidikan Islam di Asia Tenggara dan Di Asia Selatan (keragaman, permasalahan dan strategi). Jakarta: The RIDEP institutr-Friedrich ebertstiftung.
Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan. (2010). Pengelolaan Pendidikan. Bandung: Jurusan Administrasi Pendidikan.
Tjiptono, Fandy. (2005). Pemasaran Jasa. Malang: Banyumedia Publishing.
Tjiptono, Fandy dan Gregorious Chandra.(2007). Service Quality Satisfaction. Yogyakarta: Andi Offset.
Tjiptono, Fandy dan Gregorous Chandra.(2012). Pemasaran Strategik. Yogyakarta: Andi Offset
Umar, Husein. (2008). Strategik Management in Action. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
(6)
Undang-Undang N0. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.
Wibowo, Agus. (2013). Akuntabilitas Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Yin, Robert K. (2014). Studi Kasus. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.