MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI ANAK MELALUI METODE BERMAIN PERAN DI TAMAN KANAK-KANAK.

(1)

SKRIPSI

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI ANAK MELALUI

METODE BERMAIN PERAN DI TAMAN KANAK-KANAK

(Penelitian tindkan kelas terhadap kelompok A (4-5 tahun) Tk Aisyiyah 4 Bandung)

Sebagai Persyaratan Penelitian dan Penulisan Skripsi Pada Program SI Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini

OLEH

DIAH RETNO NAWANGSIH 0802526

PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN INDONESIA 2013


(2)

Halaman Hak Cipta untuk Mahasiswa S1

========================================================== ========

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI ANAK MELALUI

METODE BERMAIN PERAN DI TAMAN KANAK-KANAK

(Penelitian tindkan kelas terhadap kelompok A (4-5 tahun) Tk Aisyiyah 4 Bandung)

OLEH

DIAH RETNO NAWANGSIH 0802526

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© DIAH RETNO NAWANGSIH 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

(4)

(5)

UPGRADING THE COMMUNICATION THROUGH METHODS PLAY A ROLE IN KINDERGARTEN

Abstract

Diah Retno Nawangsih 0802526

Research drop was triggered because child, was a lack of communication abilities it behooves writerfor the root of the problem also find that can minimize the issue. The purpose of this research is:

1. To know the extent to which the objective of communication abilities kindergarten children in bandungaisyiyah 4

2. To know the method play a role in upgrading communicate children in a kindergarten aisyiyah 4 bandung

3. To know the result increased capacity after application of communications methods play the role of kindergarten aisyiyah 4 in bandung

Methods used is research class actions, with research qualitative approach with purpose that the research was able to collect the data descriptif required in accordance with existing problems that can be explained properly.The data used technique is interview observation and study documentation.From the results of data processing showed that role-playing can improve child, communication it can be indicated with the result as follows:

On a cycle of the results obtained in the son of communication abilities is still significant there are still children could not play a role, in the while in cycles ii increased capacity comms child is good and as expected, a very enthusiastic foilow learning activities and almost every child can answer given by the teacher.Success play a role in the development of children in kindergarten is how can express, dialogue, and discussed at the end of those playful activities against role has plays a role.


(6)

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI ANAK MELALUI METODE BERMAIN PERAN DI TAMAN KANAK-KANAK

Abstrak

Diah Retno Nawangsih 0802526

Penalitian ini dilatarbelakangi karena masih rendahnya kemampuan komunikasi anak, hal ini mendorong penulis untuk turut mencari akar permasalahannya sehingga dapat meminimalisir permasalahan tersebut.Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1). Untuk mengetahui sejauhmana kondisi ibjektif kemampuan komunikasi anak di Taman Kanak-kanak Aisyiyah 4 Bandung. 2) Untuk mengetahui penerapan metode bermain peran dalam meningkatkan kemampuan berkomunikasi anak di Taman Kanak-kanak Aisyiyah 4 Bandung. 3). Untuk mengetahui hasil peningkatan kemampuan komunikasi setelah penerapan metode bermain peran di Taman Kanak-kanak Aisyiyah 4 Bandung.

Metode yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelasdengan pendekatan penelitian kualitatif, dengan tujuan bahwa penelitian ini mampu mengumpulkan data deskriptif yang diperlukan sesuai dengan permasalahan yang ada sehingga dapat diuraikan dengan tepat.Sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi dan studi dokumentasi

Dari hasil pengolahan data menunjukkan bahwa Metode Bermain Peran dapat meningkatkan Kemampuan Komunikasi Anak, hal ini dapat ditunjukkan dengan hasil sebagai berikut: Pada siklus I hasil yang diperoleh yaitu anak dalam kemampuan komunikasi masih belum signifikan, masih ada anak yang belum bisa mengikuti kegiatan bermain peran, sedangkan pada siklus II peningkatan kemampuan komunikasi anak sudah baik dan sesuai harapan, anak sangat antusias mengikuti kegiatan pembelajaran dan hampir semua anak dapat menjawab evaluasi yang diberikan oleh Ibu guru.

Keberhasila bermain peran dalam pengembangan bahasa di TK adalah bagaimana anak dapat mengekspresikan, berdialog, dan berdiskusi di akhir kegiatan bermain peran terhadap peran yang telah dimainkannya.


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

PERYATAAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... v

LEMBAR PENGESAHAN ... BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan masalah... 5

C. Tujuan penelitian ... 5

D. Manfaat penelitian ... 6

E. Definisi istilah ... 7

F. Asumsi penelitian ... 7

G. Metode penelitian ... 8

BAB II MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI ANAK MELALUI METODE BERMAIN PERAN DI TAMAN KANAK KANAK ... 9

A. Hakikat Komunikasi... 9

1. Pengertian komunikasi ... 9

2. Tujuan komunikasi ... 10

3. Jenis komunikasi ... 11

4. Prinsip-prinsip komunikasi ... 14

B. Pengembangan komunikasi anak ... 15

1. Perkembangan komunikasi anak ... 15

2. Pengembangan berbahasa di taman kanak-kanak ... 17

C. Metode bermain peran... 21

a. Pengertian bermain peran ... 21

b. Manfaat bermain peran ... 22

c. Tujuan bermain peran ... 23

d. Langkah-langkah bermain peran ... 27

e. Kelebihan dan kelemahan Metode bermain peran………...28

BAB III METODE PENELITIAN ... 30

A. Metode penelitian ... 30

1. Tekhnik pengumpulan data ... 34

2. Pengelolaan dan catatan lapangan ... 36

B. Lokasi dan subjek penelitian ... 38

C. Instrumen penelitian ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 44

A. Hasil penelitian di TK Aisyiyah 4 Bandung ... 44

1. Gambaran umum Tk Aisyiyah 4 Bandung... 44


(8)

b. Visi, misi dan tujuan Tk Aisyiyah 4 Bandung ... 44

c. Susunanpengajar ... 45

d. Keadaan anak-anak ... 46

e. Sarana dan prasarana ... 46

2. Proses kegiatan pembelajaran di Taman kanak-kanak Aisyiyah 4 .... 47

3. Kondisi objektif kemampuan komunikasi anak ... 49

4. Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran metode bermain peran 49 B. Pembahasan ... 64

1. Kondisi objektif kemempuan komunikasi anak di Taman kanak-kanak Aisyiyah 4 bandung ... 64

2. Penerapan metode bermain peran untuk meningkatkan kemampuan komunikasi anak... 64

3. Peningkatan kemampuan komunikasi anak setelah digunakan metode bermain peran ... 66

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... .68

A. Kesimpulan ... 68

B. Rekomendasi. ... 69 DAFTAR PUSTAKA

RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN-LAMPIRAN


(9)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah.

Komunikasi merupakan suatu hal yang penting dilakukan oleh semua orang baik dewasa maupun anak-anak bahkan sejak dalam kandungan hingga mereka lahir komunikasi telah dilakukan bersama ibunya. Komunikasi dapat dilakukan setiap hari dimulai dari kita bangun sampai kita akan tidur kembali, komunikasi juga dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja seperti di kantor , pasar, rumahsakit, di angkot, di sekolah, dan lingkungan-lingkungan tempat kita tinggal. Komunikasi memang merupakan suatu hal yang sangat fundamental dalam kehidupan manusia, bahkan ditengah suasana masyarakatdimana persaingan semakin ketat dalam memperoleh hasil yang baik komunikasi harus dilakukan dengan sangat hati-hati.

Betapa pentingnya komunikasi dalam kehidupan manusia, maka menurut Everett Kleinjan dari East west Center hawai (2009:1) mengemukakan bahwa “Komunikasi sudah merupakan bagian dari kehidupan manusia seperti halnya bernafas sepanjang manusia ingin hidup, ia perlu komunikasi”. Pendapat yang sama juga dikatakan oleh Wilbur Schramm (2009:1) menyebutkan “ Bahwa komunikasi dan masyarakat adalah dua kata kembar yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya, sebab tanpa komunikasi tidak mungkin masyarakat terbentuk”. Maka benar bahwa komunikasi tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Komunikasidiperlukan untuk mengatur tatakrama pergaulanantar manusia,meskipun ia seorang dokter, guru, dosen, manejer, pengusaha, pramugari, pemuka agama, penyuluh lapangan, dan sebagainya. Begitupun dengan kehidupan seorang anak, mereka membutuhkan komunikasi yang dapat membantu seyelah mereka dewasa

Komunikasi akan terjadi apabila terjadi interaksi antara para komunikator sehingga menimbulkan interaksi yang sangat menarik. Selain menggunakan bahasa, komunikasi dapat dilakukan dengan gerak, isyarat, tanda dan dapat


(10)

2

dilakukan dengan media lainnya.Maka komunikasi dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu a) Komunikasi verbal yaitu komunikasi dengan kata-kata berupa ucapan ataupun tulisan.b) Komunikasi Nonverbal yaitu komunikasi yang terdiri dari atas ekspresi dan tingkah laku atau kebiasaan. DeVito (1982) membagi komunikasi menjadi empat bagian yaitu komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok kecil, komunikasi publik, dan komunikasi massa.

Kemampuan anak dalam berkomunikasi sehari-hari terkadang meniru perkataan orang dewasa maupun perkataan yang mereka lihat di televisi, kita harus dapatmengarahkan anak agar tidak salah dalam berbicara, sedangkan kemampuan berkomunikasi itu sendiri adalah kemampuan seseorang untuk berinteraksi dengan orang lain, baik secara verbal maupun nonverbal.

Sesuai dengan perkembangan anak usia empat tahun sampai dengan enam tahun, dimana pada masa ini adalah masa usia anak yang paling efektif dalam menerima hal yang baru dan menyenangkan bagi anak usia dini. Pada usia ini anak sedang mengalami peralihan perkembangan dasar-dasar kemempuan anak seperti kemampuan fisik, bahasa, social dan emosional dimana anak dapat mulai menyadari bahwa lingkungan dimana ia berada pada saat anak masuk sekolah anak harus dapat menyesuaikan diri pada tuntutan lingkungan. Untuk memenuhi tuntutan lingkungan tersebut pada diri anak sering terjadi konflik yang disebabkan oleh kurangnya komunikasi antara orangtua, lingkungan, dan masyarakat.

Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang sangat mendasar dan strategis dalam pembangunan sumber daya manusia. Berdasarkan penelitian para ahli pada masa ini terjadi perkembangan otak yang sangat pesat dari seluruh rentang kehidupan seorang individu, yakni 80%.Masa ini dikenal dengan masa keemasan (Golden Age). Agar potensi kecerdasan yang dimiliki seorang anak tidak menjadi mati (Hidden Potency) maka perlu dilakukan stimulasi-stimulasi yang sesuai dengan taraf perkembangan anak dari berbagai aspek kecerdasan, misalnya yang seperti yang dikemukakan oleh Howard gardner tentang adanya teori Multiple intelegen (Kecerdasan Majemuk).

Dengan adanya stimulasi yang baik dan sesuai yang menjadi landasan atau pondasi dari perkembangan anak selanjutnya, maka diharapkan anak dapat


(11)

3

tumbuh dan berkembang lebih optimal menjadi anak yang cerdas dari berbagai aspek keceerdasannya. Komunikasi yang efektif dan interaktif diperlukan dalam pendidikan usia dini guna mempersiapkan masa depan yang bermartabat. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan yaitu memanusiakan manusia muda.Pendidikan mesti menghasilkan pribadi-pribadi yang lebih manusiawi, beriman, berguna, dan berpengaruh di masyarakatnya, yang bertanggung jawab atas hidup dirinya dan orang lain, yang berwatak luhur dan berkeahlian.

Komunikasi sangatlah penting bagi semua orang terutama pada anak, selain untuk menambah kosa kata juga penting untuk berinteraksi dengan orang lain diantaranya untuk menyampaikan tujuan, menyampaikan pesan kepada orang lain. Menurut Fries dalam (Media Pendidikan)berbicara atau berkomunikasi merupakan tahap awal atau permulaan seseorang untuk menguasai suatu bahasa.Dengan demikian dapat dipahami betapa pentingnya keterampilan berkomunikasi bagi anak. Anak yang tidak memiliki kemampuan komunikasi akan berdampak negative bagi perkembangan kecerdasannya, misalnya anak akan sulit untuk menyampaikan pesan, maupun anak akan sulit untuk menerima pesan baik dari segi verbal dan non verbal. Selain itu anak akan merasa minder, dikucilkan oleh teman, sehingga anak tersebut akan selalu menyendiri semoga dengan adanya kegiatan bermain peran , anak tidak akan merasa sendiri.

Pada saat ini kegiatan keterampilan berkomunikasi di Taman Kanak-Kanak Aisyiyah 4 masih belum dilaksankan dengan efektif.Dalam kegiatan belajar mengajar di TK Aisyiyah 4 guru menggunakan metode cermah dan metode demontransi sehingga dalam perkembangan komunikasi dan perkembangan bahasa anak masih terlihat kurang. Komunikasianak dengan guru maupun dengan teman sebayanya masih belum terlihat komunikatif begitu pun anak dalam menyampaikan pesan, maksud, tujuan, pemikiran maupun perasannya terhadap orang tua, teman dan guru belum terlihat baik, Seperti yang dikatakan Owens (1990) bahwa anak usia dini dalam memperkaya kosakatanya dengan cara pengulangan, mereka mengulang kosakata yang baru dan unik sekalipun belum memahami artinya, sehinggapada dasarnya anak usia 4 sama 5 tahun dapat mengembangkan kosakata secara mengagumkan. Dalam mengembangkan kosa


(12)

4

kata tersebut anak menggunakan Fast Mapping yaitu proses dimana anak meyerap arti kata baru setelah mendengarkan sekali atau dua kali dalam percakapan. Pada masa kanak-kanak awal inilah anak mulai mengkombinasikan suku kata menjadi kata, dan kata menjadi kalimat.

Kegiatan yang dapat dilakukan oleh guru untuk tercapainya suatu perubahan dalam komunikasi yang baik maka diperlukan suatu kegiatan yang dapat menambah kosa kata anak, wawasan anak, ide baik dari segi social, emosional, fisik, bahasa, kognitif yaitu dengan menggunakan metode bermain peran, dengan metode ini diharapkan komunikasi anak akan lebih meningkat, karena bermain peran adalah suatu metode pengembangan yang efektif dalam member contoh alami terhadap prilaku manusia yang riil, dapat digunakan oleh anak untuk menyadari perasaan mereka dan membangun sikap-sikap menuju nilai-nilai dan pemahaman mereka sendiri baik dalam kehidupan sehari-hari dimasyarakat dan lingkungan mereka.

Metode bermain peran dapat meningkatkan kemampuan komunikasi anak secara spontan dan berbicara lancar, menurut Gilstrap dan Martin (2008 : 10.9) mengatakan bahwa“Bermain peran adalah memerankan karakter/tingkah laku dalam pergaulan kejadian yang diulang kembali, kejadian masa depan, kejadian masa kini, yang penting atau suatu imajinatif”. Sedangkan Supriyati mengemukakan (2008 : 10.9)“Metode bermain peran adalah permainan yang Memerankan tokoh-tokoh atau benda-benda sekitar anak sehingga anak dapat mengembangkan daya khayal (imajinasi) dan penghayatan bahan kegiatan yang dilaksanakan”.

Menurut Winda (2008:10.11) Penggunaan metode bermain peran dapat memupuk adanya pemahaman peran social yang melibatkan interaksi verbal paling tidak dengan satu orang lain. Metode ini membantu anak untuk mempelajari lebih dalam mengenai dirinya sendiri, keluarga, dan masyarakat sekitarnya, dalam menjelaskan perannya berdasarkan pengalaman dalam belajar memutuskan dan memilih berbagai informasi yang relevan, hal ini membantu mengembangkan kemampuan intelektual anak dan juga belajarnya tentang cara-cara berinteraksi dalam kondisi sosiodrama serta belajar berkonsentrasi dalam satu


(13)

5

tema drama dalam waktu tertentu, area ini juga memberikan kesempatan kepada anak untuk mengembangkan kemampuan social dan emosionalnya seperti mengatasi rasa takut dengan memerankan berbagai tokoh yang sebenarnya bagi mereka akan menakutkan.

Berdasarkan permasalahan diataih lanjut sehingga mendorong penulis, maka dibutuhkan suatu penelitian lebih lanjut sehingga mendorong penulis untuk mengadakan suatu penelitian dengan judul “Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Anak Melalui Metode Bermain Peran Di Taman Kanak-kanak”.(Penelitian Tindakan Kelas Di TK Aisyiyah 4, jalan Piit no 8 Bandung Kelurahan Sadang Serang Kecamatan Coblong Bandung).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas dan hasil penelitian sementara, maka batasan-batasan masalah dalam penelitian yang penulis temukan adalah : Bagaimana metode bermain peran dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi di Taman Kanak-kanak.

Rumusan masalah diatas, penulis uraikan ke dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :

1. Bagaimana kondisi objektif kemampuan komunikasi anak usia dini di Taman Kanak-kanak Aisyiyah 4 Bandung ?

2. Bagaimana penerapan metode bermain peran dalam rangka meningkatkan kemampuan komunikasi anak ?

3. Bagaimana peningkatan kemampuan berkomunikasi setelah penerapan metode bermain peran di Taman Kanak-kanak Aisyiyah 4 Bandung ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang peningkatan kemempuan komunikasi anak di TK Aisyiyah 4 Bandung melalui metode bermain peran. Sedangkan tujuan khususnya adalah :

1. Untuk mengetahui sejauh mana kondisi objektif kemampuan komunikasi anak di taman Kanak-kanak Aisyiyah 4 Bandung.


(14)

6

2. Untuk mengetahui penerapan metode bermain peran dalam meningkatankan kemampuan berkomunikasi di Taman Kanak-kanak Aisyiyah 4 Bandung.

3. Untuk mengetahui hasil peningkatan kemampuan komunikasi setelah penerapan metode bermain peran di terapkan di Taman Kanak-kanak Aisyiyah 4 Bandung.

D. Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak diantaranya :

1. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang cukup signifikan sebagai masukan pengetahuan yang dapat dijadikan bahan kajian para pendidik dalam mempelajari Ilmu Pendidikan Anak, khususnya dalam peningkatan mengenai kemempuan komunikasi anak melalui kegiatan metode bermain peran. 2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan inovasi dan dapat memberikan wawasan serta pengetahuan yang berhubungan dengan peningkatan komunikasi anak melalui metode bermain peran.

b. Bagi Kepala Sekolah

Untuk meningkatkan kemajuan sekolah, pihak sekolah hendaknya menyediakan sarana dan prasarana dalam kegiatan belajar mengajar terutama dalam kegiatan bermain peran agar komunikasi anak lebih baik.

c. Bagi Guru

Untuk meningkatkan pemahaman akan pentingnya komunikasi anak yang diberikan kepada anak melalui kegiatan bermain peran dan menjadi masukan dalam memperbaiki proses belajar mengajar.


(15)

7

E. Definisi Istilah

Dalam penelitian ini dilaksanakan berdasarkan beberapa asumsi diantanranya yaitu :

1. Komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan peraturan informasi satu dengan yang lainnya yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam. D.Lawrece Kincaid (1981).

2. Bermain peran dalah memerankan tokoh-tokoh atau benda-benda disekitar anak dengan tujuan untuk mengembangkan daya khayal (imajinasi) dan penghayatan terhadap bahan pengembangan yang dilaksanakan (Depdikbud 1998 : 37).

3. Kemampuan berkomunikasi adalah kemampuan seorang anak untuk berinteraksi dengan orang lain baik secara verbal maupun nonverbal.

F. Asumsi Penelitian

1. Komunikasi mensyaratkan bahwa pendidik (sebagai sumber) harus berupaya agar pesan yang diutarakan benar-benar mengena dan membuat anak tertarik. Ketertarikan ini akan menumbuhkan minat anak untuk belajar dan mengembangkan potensi pribadinya. Kekuatan dari komunikasi sangatlah penting dalam belajar.

2. Pada umumnya anak-anak menyukai bermain peran (Dramatik) Bermain peran adalah cara memberikan pengalaman kepada anak melalui bermain peran, yakni anak diminta memainkan peran tertentu dalam suatu permainan peran, bermain peran dapat membantu anak untuk mempelajari lebih dalam mengenai dirinya sendiri, keluarga, dan masyarakatnya.

3. keberhasilan guru dalam memberikan suatu pengajaran, akan ditentukan oleh sejauh mana dia mampu menetapkan strategi pendekatan yang relevan dengan karakteristik materi dan siswa yang merupakan sasaran pengajaran.


(16)

8

G. Metode dan Penelitian.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan teknik Penelitian Tindakan Kelas (PTK)yang diadaptasi dari model Kemmis dan Taggart 1998. Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu bentuk bagian yang bersifat reflektif atas tindakan guru yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan guna memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran. Penelitian ini terdiri atas siklus yang berdaur mulai dari perencanaan, pelaksanan, pengamatan, dan perfleksian yang bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran.


(17)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Metode Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran yang sudah dilaksanakan oleh guru serta untuk mengatasi permasalahan yang terjadi dilapangan, untuk itu penelitian yang akan peneliti gunakan ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelas bekerja sama yang menekankan pada proses pembelajaran (Arikunto, 2006:57).

Mc.Niif (Arikunto,2008:106) berpendapat bahwa dasar utama dilaksanakannya penelitian tindakan kelas adalah untuk perbaikan. Sementara menurut Borg di dalam (Arikunto 2008:106) mengatakan bahwa tujuan utama penelitian tindakan kelas adalah pengembangan keterampilan proses pembelajaran yang dihadapi guru di kelasnya, bukan tujuan untuk mencapai pengetahuan umum dalam bidang pendidikan. Pendapat di atas dapat dipahami bahwa penelitian tindakan kelas bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran.

Penlitian Tindakan Kelas mempunyai manfaat yaitu untuk dapat membantu guru dalam memecahkan masalah dan solusi pembelajaran sesuai dengan karakteristik penelitian tindakan kelas, masalah yang diangkat adalah masalah yang dihadapi guru di kelas, dilakukan secara kolaborasi serta adanya tindakan tertentu untuk mempebaiki proses belajar mengajar di kelas. Sedangkan pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Syaodih (2005 : 60) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendiskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas, social, sikap, kepercayaan, presepsi, pemikiran, secara individu maupun kelompok.

Untuk kelancaran dalam penelitian maka peneliti menggunakan Model John Elliot (Wiraatmadja, 2008) yang menjelaskan bahwa terrincinya setiap aksi atau tindakan menjadi beberapa langkah (step) maka pembelajaran terdiri dari


(18)

31

beberapa sub pokok bahasan atau materi, seperti yang tertera dalam bagan dibawah ini :

Tabel 3.1

Identifikasi Masalah

Pemeriksaan di Lapangan (Reconnaissance)

Tindakan 1 Tindakan 2

Pengaruh / Observasi

Reconnaissance Kegagalan dan pengaruhnya

Pengaruh /Observasi

Reconnaissance Kegagalan dan pengaruhnya

Kegiatan Pelaksanaan langkah 1

Revisi Perencanaan

Perencanaan Tindakan 1 Tindakan 2

Pelaksanaan langkah selanjutnya

S

IK

LUS

1

S

IK

LUS

2


(19)

32

Berdasarkan pandangan diatas, maka penelitian yang akan dilaksanakan peneliti adalah untuk melakukan upaya perbaikan dan peningkatan layanan profesional guru dalam menangani proses pembelajaran khususnya untuk meningkatkan keterampilan berkomunikasi anak melalui metode bermain peran, kegiatan penelitian ini dilakukan dalam bentuk proses pengkajian siklus yang terdiri dari 4 tahap yaitu :

1. Perencanaan

Tahap perencanaan ini dilakukan dengan menyusun rancangan tindakan yang menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa dan bagaimana pelaksanaan tindakan itu dilakukan, pada tahap ini penelitian menentukan fokus peristiwa yang perlu diamati secara terinci tahapan perencanaan meliputi kegiatan

a. Mengidentifikasi dan menganalisis masalah

Tindakan ini terdiri dari pengamatan terhadap lingkungan sekolah dan kegiatan pembelajaran.

b. Membuat rincian rancangan tindakan.

Perencanaan yaitu membuat rencana tindakan penelitian yang akan dilakukan dalam pembelajaran penerapan metode bermain peran yang akan dilakukan secara kolaborasi dengan teman sejawat, meliputi kajian kurikulum, merumuskan tujuan pembelajaran yakni kemampuan yang harus di capai anak, merumuskan tema dan kegiatan yang akan dijadikan pembelajaran media dan metode, membuat rencana kegiatan harian (RKH), mempersiapkan format observasi dan evaluasi.

2. Pelaksanaan

Tahap ini merupakan kegiatan nyata pembelajaran dengan metode bermain peran yang dilakukan berdasarkan rancangan yang telah dibuat.

3. Pengamatan / observasi

Pengamatan / observasi dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung secara terus memenrus, fokus pengamatan antara lain proses, hasil, pengaruh dan


(20)

33

masalah yang baru. Hasil observasi ini akan dijadikan bahan analisis dan dasar revleksi terhadap tindakan yang akan dilakukan pada siklus selanjutnya.

4. Refleksi.

Revleksi bertujuan untuk mengkaji secara menyeluruh terhadap tindakan yang telah dilakukan berdasarkan data yang telah terkumpul, selanjutnya dilakukan evaluasi untuk memperbaiki tindakan selanjutnya. Hal ini sesuai dengan apa yang telah dikemukakan oleh Hopkins (Arikunto 2008 : 80) yang mengatakan bahwa refleksi dalam penelitian tindakan kelas mencakup analisis, sintetis dan penelitian terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang dilakukan. Kegiatan diatas menjadi siklus yang akan terus dilakukan sehingga pengembangan dalam keterampilan berkomunikasi dengan menggunakan metode bermain peran ini tercapai sesuai dengan yang di harapkan. Di bawah ini menunjukkan siklus yang akan dilakukan selama penelitian.

Siklus I :

1. Merancang dan mempesiapkan tindakan yang akan dilakukan dengan berpedoman pada hasil refleksi siklus I.

2. Menyusun scenario pembelajaran dengan menggunakan metode bermain peran.

3. Melakukan observasi berdasarkan pedoman observasi, melakukan pencatatan lapangan dan mengolah data. Pelaksanaan obervasi ini dilakukan oleh teman sejawat (observer).

4. Menganalisis dan merefleksikan pelaksanaan tindakan pembelajara siklus I. Pelaksanaan analisis terhadap pembelajaran dilakukan setelah kegiatan pembelajaran terlaksana, untuk memperoleh gambaran secara kualitatif dari proses tindakan dan observasi, kemudian dijadikan perencanaan pada siklus selanjutnya.

5. Melakukan wawancara terbuka pada anak untuk mengetahui tanggapan anak setelah seluruh kegiatan pembelajaran dilakukan.

Siklus II

1. Merancang dan mempersiapkan tindakan yang berpedoman pada hasil refleksi siklus II.


(21)

34

2. Merumuskan masalah.

3. Meyusun skenario pembelajaran dengan menggunakan metode bermain peran.

4. Melakukan observasi berdasarkan pedoman obervasi, melakukan pencatatan lapangan dan mengolah data. Pelaksanaan observasi ini dilakukan oleh teman sejawat. (observer).

5. Menganalisis dan merefleksikan pelaksanaan tindakan pembelajaran siklus I. Pelaksanaan analisis terhadap pembelajaran dilakukan setelah kegiatan pembelajaran terlaksana, untuk memperoleh gambaran secara kualitatif dari proses tindakan dan observasi, kemudian di jadikan perencanaan pada siklus selanjutnya.

6. Melakukan wawancara terbuka pada anak untuk mengetahui tanggapan anak setelah seluruh kegiatan pembelajaran dilakukan.

1. Tekhnik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan diantaranya ada beberapa cara yaitu dengan observasi, studi leteratur penelitian, dan wawancara :

a. Obsevasi

Observasi menurut (Supriadi PTK ;127) adalah kegiatan pengamatan (pengambilan data) untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran. Sedangkan untuk mengetahui keberhasilan berkomunikasi pada setiap item peneliti menggunakan penilaian merujuk pada petunjuk penilaian taman kanak-kanak tahun 2010 dengan menggunakan syimbol sebagai berikut :

1. Anak yang belum berkembang (BB) perkembangan sesuai dengan indikator seperti dalam RKH, pada kolom penilaian dituliskan nama anak dan diberi tanda satu bintang (*).

2. Anak yang sudah berkembang (MB) mendapatkan tanda dua bintang (**).


(22)

35

3. Anak yang sudah berkembang sesuai harapan (BSH) mendapatkan tanda bintang tiga (***).

4. Anak yang berkembang sangat baik (BSH) mendapatkan tanda bintang (****).

Hal-hal yang diamati dari anak, yaitu sikap anak dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yang di jabarkan sebagai berikut :

1). Perhatian anak terhadap guru pada saat guru menjelaskan. 2). Adanya interaksi antara anak dan guru.

3). Menjaga ketenangan suasana selama pembelajaran. 4). Anak mengatahui alur cerita.

5). Anak dapat memerankan peranannya dengan baik.

6). Anak dapat menjawab pertannyaan pada akhir pembelajaran. 7). Anak dapat menyebutkan isi / pesan dari pembelajaran tersebut.

8). Anak dapat memberikan tanggapan senang / tidak senang mengenai pembelajaran tersebut.

Aktifitas guru yang diamati selama proses pembelajaran :

a. “Memilih tema” yang akan dimainkan dan menentukan waktu.

b. Membuat rencana / skenario / nakah cerita, membuat skenario kegiatan yang fleksibel yang mencakup aspek perkembangan komunikasi anak. c. Menyediakan media, alat, dan kostum yang diperlukan dalam kegiatan. d. Menentukan tempat bermain peran dengan membuat dekorasi dan gambar

yang mendukung jalan cerita.

e. Merencanakan teknik bermain peran dan contoh memainkan perannya. f. Memberi kebebasan bagi anak untuk memilih peran yang disukai. g. Guru dan anak brdiskusi merancang jalan cerita dan akhir cerita. h. Anak bermain peran

i. Terakhir diadakan diskusi dan evaluasi. b. Studi literature penilaian keputusan.

Kartono (1996) menyatakan bahwa studi literature penelitian keputusan adalah teknik penelitian yang menggunakan studi ruang keputusan yang bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi


(23)

36

c. Wawancara

Wawancara adalah suatu percakapan atau tanyajawab antara dua orang atau lebih yang bertujuan untuk memperoleh informasi faktual, menaksir dan menilai kepribadian individu atau tujuan terapeutis (kartono, 1996 : 187).

2. Pengolahan dan catatan lapangan.

Data yang diperoleh dari observasi, wawancara, dan catatan lapangan dianalisis kemudian dituilis, dalam bentuk deskripsi.Berdasarkan yang dilihat di lapangan peulis mengamati bahwa kegiatan bermain peran di TK Aisyiyah 4 masih kurang dipergunakan oleh Guru, maka peneliti ingin metode bermain peran dapat di pergunakan untuk perkembangan komuikasi anak dan untuk melatih anak dalam bersosialisasi dengan ligkungan sekitarnya. Untuk menilai aktivitas pada saat kerja kelompok, praktek dan pengamatan dilakukan dengan pemberian coding dari masing-masing aspek seperti perhatian sikap anak dan daya tangkap atau daya ingat.

Hasil tindakan yang dilakukan disajikan terhadap situasi siklus yang telah dilakukan serta jenis dan bentuk tindakan serta jenis dan bentuk tindakan yang telah dilakukan beserta efek yang ditimbulkan.

Prosedur pengelohan data dilakukan mengacu pada pengolahan data dari Hopkin sebagaimana dikutip Wiratmaja (2008 : 171) melalui tahap-tahap sebagai berikut :

a. Pengumpulan data.

Data hasil observasi, wawancara,dan studi literatur serta dokumentasi lainnya dikumpulkan dan dikategorikan dalam tiga aspek yaitu :

1). Konteks kelas, berupa informasi tentang latar para pelaku tindakan, yaitu persepsi guru, kepala sekolah, anak, dan fasilitas pembelajaran.

2). Proses pembelajaran meliputi informasi tentang interaksi edukatif antara guru dan anak, anak dengan anak, maupun perubahan yang terjadi selama proes pembelajaran berlangsung.


(24)

37

3). Aktifitas, meliputi informasi tentang tindakan para pelaku yaitu guru dan anak.

b. validasi Data

Setelah data dikategirikan kemudian divalidasikan dengan cara menggunakan tekhnik :

1). Member-chek, yaitu kebenaran dan kesohihan data temuan penelitian dengan mengkonfirmasi melalui diskusi dengan teman sejawat setiap akhir pelaksanaan tindakan.

2) Triangulasi, yaitu data proses mencetak kebnaran data dengan mengkonfirmasikan data atau informasi dari sumber lain dalam hal ini dengan teman sejawat.

3) Audit Trail yaitu mencetak hasil penelitian dengan mendiskusikan dengan teman sejawat.

4) Expert Opinion tahap ini dilakukan dengan melakukan pengecekkan data atau informasi temuan peneliti kepada para ahli yang professional.

c. Analisis Data

Pada tahap ini peneliti memberikan makna terhadap temuan penelitian berdasarkan kerngka teori norma-norma praktis yang telah disepakati atau berdasarkan intuisi guru/peneliti/teman sejawat mengenai pembelajaran yang baik.Hasil analisis data ini selanjutnya dapat dijadikan referensi bagi peneliti untuk melakukan tindakan berikutnya dan mengadakan perubahan dan peningkatan kinerja guru/peneliti agar pembelajaran berdampak pada peningkatan keterampilan berkomunikasi anak.

Analisis data menggunakan pendekatan kualitatif dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang sikap positif anak dalam pembelajaran dengan menggunakan metode bermain peran.Analisis data ini digunakan untuk melihat peningkatan keterampilan berkomunikasi anak.


(25)

38

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Taman Kanak-Kanak Aisyiyah 4 Bandung yang beralamat di Jalan Piit No 8 Bandung Kelurahan Sadangserang Kecamatan Coblong Kota Bandung, sedangkan yang menjadi subjek penelitian adalah anak kelompok A tahun pelajaran 2012-2013 yang berjumlah 11 anak, adapun data dari anak tersebut adalah sebagai berikut :

Tabel 3.2

Daftar subjek Penelitian

No Nama Anak Tempat tanggal lahir L/p

1 Alexa aurora chervia Bandung 03 Maret 2008 P 2 Deviane Widya Thalita Garut 12 Oktober 2008 P 3 Fariz Maulana H Bandung 06 Agustus 2008 L 4 Jahra salimah Bandung 11 February 2008 P 5 Keysha Fitria Oktaviona Bandung 12 Oktober 2008 P 6 Najla Labibah sumarno Bandung 29 Juni 2008 P 7 Naufal Rifki Ramadhan Bandung 9 November 2008 L 8 Nazwa Fawziyah R Bandung 2 Januari 2008 P 9 Pariza Khajela Omera Bandung 1 April 2008 P 10 Rizky Faturohman Bandung 10 Januari 2008 L 11 Rafif Andriansyah Bandung 25 Maret 2008 L

jumlah 11 orang anak

C Instrumen Penenlitian

Data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data kualitatif yang meliputi hasil dari observasi, catatan lapangan, wawancara dan dokumentasi Untuk mendapatkan hasil yang baik peneliti menggunakan beberapa buku sumber yang dapat membantu dalam penelitian ini diantaranya buku tentang komunikasi, bermain peran, bahasa anak, psikologi dan buku penelitian tindakan kelas agar peneliti mudah dalam penelitian tersebut.


(26)

39

Data tersebut diperoleh melalui beberapa instrument yang digunakan yaitu lembar observasi aktivitas guru dan anak, catatan lapangan, lembar wawancara dan dokumentasi. Instrumen-istrumen tersebut digunakan untuk melihat perkembangan perubahan yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. Adapun instrument penelitian ini peneliti buat dalam bentuk table 3.3 sebagai berikut :

Tabel 3.3

PANDUAN WAWANCARA UNTUK GURU SEBELUM PELAKSANAAN PENELITIAN

Nama : Hari/tanggal wawancara : Jabatan : No PERTANYAAN

1 Bagaimana kemampuan anak dalam berkomunikasi secara lisan ?

2 Bagaimana kemampuan anak dalam menjawab pertanyaan guru ?

3 Bagaimana kemampuan anak dalam mendengarkan guru ?

4 Bagaimana kemampuan anak dalam mengnal kalimat

5 Apakah respon anak ketika sedang berbicara ?


(27)

40

Tabel 3.4

PANDUAN WAWANCARA UNTUK GURU SETELAH PELAKSANAN PENELITIAN

Nama : Hari/tanggal wawancara : Jabatan : No PERTANYAAN

1 Bagaimana penerapan metode bermain peran setelah diterapkan kepada anak?

2 Bagaimana kemampuan komunikasi anak setelah metode tersebut disampaikan ?

3 Appakah anak meyukai kegiatan tersebut, sebutkan alasannya ?

4 Bagaimana cara guru mengatasi hambatan-hambatan pada saat kegiatan bermain peran ?

5 Bagaimanakah sikap social dan emosional pada saat anak setelah diterapkannya metod bermain peran ?


(28)

41

Tabel 3.5

LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS GURU DALAM MENERAPKAN METODE BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

BERKOMUNIKASI

Nama yang diamati :……… Hari /tanggalpengamatan :……… Kelompok :………

Berilah tanda cheek list (v) pada kegiatan atau peristiwa yang diamati No Kegiatan

bermain peran

Pengamatan Dilaksanakan Tidak dilaksanakn

ket

1 Persiapan bermain peran

1. Guru membuat perencanaan pembelajaran 2. Guru membuat

scenario 3. Guru

mempersiapkan media

4. Guru mendekorasi ruangan

2 Pelaksanaan bermain peran

5. Guru

memperhatikan anak

6. Guru membagi peran dengan anak 7. Guru memberikan


(29)

42

motivasi kepada anak

8. Guru menguasai jalan cerita

3 Penutupan dan evaluasi

9. Guru memberikan pertannyaan kepada anak 10.Guru memberikan

masukan kepada anak

11.Guru memberikan penilaian terhadap anak

Observer


(30)

43

Table 3.6

LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS ANAK DALAM KEGIATAN BERMAIN PERAN DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI Nama yang diamati : ………..

Hari/tanggal :……… Kelompok /tema :……… Siklus :……… Tempat pengamatan :………..

No Indikator pengamatan * (1) ** (2) *** (3) **** (4) ket

1 Menjawab pertannyaan apa,

mengapa,dimana,siapa

2 Berkomunikasi secara lisan

3 Berani mengungkapkan pendapat 4 Melakukan kontak mata

5 Merespon sumber bunyi atau suara

6 Menguasai tokoh yang diperankannya

7 Menguasai alur cerita dan perannya

8 Menggali kreatifitasnya

9 Penggunaan kostum yang dipakai

10 Rasa social dan emosional

Ket : * (1) Diberikan kepada anak yang belum berkembang (BB) ** (2) Diberikan kepada anak yang mulai berkembang (MB)

***(3) Diberikan kepada anak yang Berkembang sesuai harapan (BSH) ****(4) Diberikan kepada anak yang berkembang sangat baik (BSB)

Mengetahui

Guru kelas A Observer


(31)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian ini secara umum dalam peneliti ini rangkum dalam : 1. Kemampuan komunikasi anak di Taman Kanak-kanak Aisyiyah 4 masih

kurang optimal , anak-anak belum aktif dalam berkomunikasi masih terlihar ragu-ragu dalam mengungkapkan pendapat atau gagasan yang ingin mereka sampaikan kepada teman-teman atau kepada guru dan lingkungan sekitarnya,ini terjadi dikarenakan ada beberapa factor yang membuat mereka kurang aktif dalam berkomunikasi.

2. Penerapan metode bermain peran yang di terangkan kepada anak-anak dilakukan dengancara anak-anak memerankan beberpa tokoh yang mereka perankan diantaranya peran sebagai seorang penjaga perpustakaan, sebagai dokter, suster dll. Pertama anak membagi peran yang akan dimainkan, Ibu guru membuat skenario pembelajaran, menyediakan alat-alat permainan, mendekor ruangan, memberikan semangat dan memberikan pujian kepada anak, terakhir evaluasi. Permainan ini dikerjakan dalam 2 siklus yang setiap siklus peneliti terlebih dahulu membuat scenario pembelajaran agar terlaksana dengan baik. Permainan ini juga dapat diterpakan dengan bermacam-macam tema yang ada disekolah.

3. Terdapat peningkatan komunikasi anak setelah dipergunakannya metode bermain peran kosa kata, wawasan,kreatifitasnya, dan kemampuan komunikasi anak secara lisan atau pun secara spontan anak dapat berbicara dengan lancar.


(32)

69

B. Rekomendasi

Berdasrkan penjelasan pada Bab-bab sebelumnya maka peneliti merekomendasikan kepada pihak-pihak terkait hal-hal sebagai berikut :

1. Guru

Untuk guru harus menguasai kegiatan metode bermain peran untuk meningkatkan kemampuan anak dalam berkomunikasi, sebaiknya metode yang digunakan harus berfariatif agar anak dapat memperoleh mutu pembelajaran yang optimal, guru harus lebih semangat dalam menyampaikan kegitan yang akan diajarkan kepada anak.

2. Kepala Sekolah

Kepala sekolah hendaknya memberikan kesempatan kepada guru untuk menambah wawasan guru dengan cara mengikut sertakan guru dalam kegiatan pelatiha,-pelatihan, workshop, penataran tentang pembelajaran, dan meyediakan sarana dan prasarana yang menunjang guru agar guru dapat mengajarkan kepada anak dengan baik.

3. Peneliti

Diharapkan dapat meneliti lebih jauh tentang penggunaan metode bermain peran dan metode yang lainnya yang dapat menunjang pada kemampuan berkomunikasi pada anak-anak.


(33)

Diah Retno Nawangsih, 2013

Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Anak Melalui Metode Bermain Peran Di Taman Kanak-Kanak


(34)

Diah Retno Nawangsih, 2013

Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Anak Melalui Metode Bermain Peran Di Taman Kanak-Kanak


(1)

motivasi kepada anak

8. Guru menguasai jalan cerita

3 Penutupan dan evaluasi

9. Guru memberikan pertannyaan kepada anak 10.Guru memberikan

masukan kepada anak

11.Guru memberikan penilaian terhadap anak

Observer


(2)

43

Diah Retno Nawangsih, 2013

Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Anak Melalui Metode Bermain Peran Di Taman Kanak-Kanak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Table 3.6

LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS ANAK DALAM KEGIATAN BERMAIN PERAN DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI Nama yang diamati : ………..

Hari/tanggal :……… Kelompok /tema :……… Siklus :……… Tempat pengamatan :………..

No Indikator pengamatan * (1) ** (2) *** (3) **** (4) ket

1 Menjawab pertannyaan apa, mengapa,dimana,siapa

2 Berkomunikasi secara lisan 3 Berani mengungkapkan pendapat 4 Melakukan kontak mata

5 Merespon sumber bunyi atau suara

6 Menguasai tokoh yang diperankannya

7 Menguasai alur cerita dan perannya

8 Menggali kreatifitasnya

9 Penggunaan kostum yang dipakai

10 Rasa social dan emosional

Ket : * (1) Diberikan kepada anak yang belum berkembang (BB) ** (2) Diberikan kepada anak yang mulai berkembang (MB)

***(3) Diberikan kepada anak yang Berkembang sesuai harapan (BSH) ****(4) Diberikan kepada anak yang berkembang sangat baik (BSB)

Mengetahui

Guru kelas A Observer


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian ini secara umum dalam peneliti ini rangkum dalam : 1. Kemampuan komunikasi anak di Taman Kanak-kanak Aisyiyah 4 masih

kurang optimal , anak-anak belum aktif dalam berkomunikasi masih terlihar ragu-ragu dalam mengungkapkan pendapat atau gagasan yang ingin mereka sampaikan kepada teman-teman atau kepada guru dan lingkungan sekitarnya,ini terjadi dikarenakan ada beberapa factor yang membuat mereka kurang aktif dalam berkomunikasi.

2. Penerapan metode bermain peran yang di terangkan kepada anak-anak dilakukan dengancara anak-anak memerankan beberpa tokoh yang mereka perankan diantaranya peran sebagai seorang penjaga perpustakaan, sebagai dokter, suster dll. Pertama anak membagi peran yang akan dimainkan, Ibu guru membuat skenario pembelajaran, menyediakan alat-alat permainan, mendekor ruangan, memberikan semangat dan memberikan pujian kepada anak, terakhir evaluasi. Permainan ini dikerjakan dalam 2 siklus yang setiap siklus peneliti terlebih dahulu membuat scenario pembelajaran agar terlaksana dengan baik. Permainan ini juga dapat diterpakan dengan bermacam-macam tema yang ada disekolah.

3. Terdapat peningkatan komunikasi anak setelah dipergunakannya metode bermain peran kosa kata, wawasan,kreatifitasnya, dan kemampuan komunikasi anak secara lisan atau pun secara spontan anak dapat berbicara dengan lancar.


(4)

69

Diah Retno Nawangsih, 2013

Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Anak Melalui Metode Bermain Peran Di Taman Kanak-Kanak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

B. Rekomendasi

Berdasrkan penjelasan pada Bab-bab sebelumnya maka peneliti merekomendasikan kepada pihak-pihak terkait hal-hal sebagai berikut :

1. Guru

Untuk guru harus menguasai kegiatan metode bermain peran untuk meningkatkan kemampuan anak dalam berkomunikasi, sebaiknya metode yang digunakan harus berfariatif agar anak dapat memperoleh mutu pembelajaran yang optimal, guru harus lebih semangat dalam menyampaikan kegitan yang akan diajarkan kepada anak.

2. Kepala Sekolah

Kepala sekolah hendaknya memberikan kesempatan kepada guru untuk menambah wawasan guru dengan cara mengikut sertakan guru dalam kegiatan pelatiha,-pelatihan, workshop, penataran tentang pembelajaran, dan meyediakan sarana dan prasarana yang menunjang guru agar guru dapat mengajarkan kepada anak dengan baik.

3. Peneliti

Diharapkan dapat meneliti lebih jauh tentang penggunaan metode bermain peran dan metode yang lainnya yang dapat menunjang pada kemampuan berkomunikasi pada anak-anak.


(5)

Diah Retno Nawangsih, 2013

Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Anak Melalui Metode Bermain Peran Di Taman Kanak-Kanak


(6)

Diah Retno Nawangsih, 2013

Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Anak Melalui Metode Bermain Peran Di Taman Kanak-Kanak

Universitas Pendidikan IndonDiah Retno Nawangsih, 2013

Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Anak Melalui Metode Bermain Peran Di Taman Kanak-Kanak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu a | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu


Dokumen yang terkait

METODE FLASHCARD UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA ANAK TAMAN KANAK‐KANAK Metode Flashcard Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Anak Taman Kanak-Kanak.

0 3 12

METODE FLASHCARD UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA ANAK TAMAN KANAK- Metode Flashcard Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Anak Taman Kanak-Kanak.

1 3 15

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN EMOSIONAL MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA ANAK KELOMPOK B TAMAN KANAK- Pengembangan Kemampuan Emosional Melalui Metode Bermain Peran Pada Anak Kelompok B Taman Kanak- Kanak Pertiwi Mlese II Cawas Klaten Tahun Ajaran 2013/2014.

0 2 14

PENGEMBANGAN KEDISIPLINAN ANAK MELALUI METODE BERMAIN PERAN MAKRO PADA TAMAN KANAK-KANAK Pengembangan Kedisiplinan Anak Melalui Metode Bermain Peran Makro Pada Taman Kanak-Kanak Pertiwi Wanglu Kelompok A Kecamatan Trucuk Kabupaten Klaten Tahun Pelajaran

0 0 17

PENGEMBANGAN KEDISIPLINAN ANAK MELALUI METODE BERMAIN PERAN MAKRO PADA TAMAN KANAK-KANAK Pengembangan Kedisiplinan Anak Melalui Metode Bermain Peran Makro Pada Taman Kanak-Kanak Pertiwi Wanglu Kelompok A Kecamatan Trucuk Kabupaten Klaten Tahun Pelajar

0 0 14

MENINGKATKAN KEMANDIRIAN ANAK TAMAN KANAK-KANAK MELALUI METODE BERMAIN PERAN MAKRO.

2 29 43

MENINGKATKAN DISIPLIN PADA ANAK TAMAN KANAK-KANAK MELALUI METODE BERMAIN PERAN : Penelitian Tindakan Kelas pada Anak Kelompok B1 di Taman Kanak-Kanak Islamiyah Kota Bandung Tahun Ajaran 2013-2014.

7 25 49

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK TAMAN KANAK-KANAK MELALUI BERMAIN TANAH LIAT.

0 2 33

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KESEIMBANGAN ANAK TAMAN KANAK-KANAK MELALUI BERMAIN PAPAN TITIAN.

0 4 37

METODE BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL SISWA TAMAN KANAK-KANAK

0 1 17