MENINGKATKAN KEMANDIRIAN ANAK TAMAN KANAK-KANAK MELALUI METODE BERMAIN PERAN MAKRO.

(1)

Melati Br. Tarigan, 2014

Meningkatkan Kemandirian Anak Taman Kanak-Kanak Melalui Metode Bermain Peran Makro

MENINGKATKAN KEMANDIRIAN ANAK TAMAN

KANAK-KANAK MELALUI METODE BERMAIN

PERAN MAKRO

(Penelitian Tindakan Kelas Kelompok B Taman Kanak-Kanak Kemala Bhayangkari 16 Cibabat-Cimahi Tahun Pelajaran 2013-2014)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

Oleh:

Melati Br Tarigan

0902868

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

JURUSAN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2014


(2)

Melati Br. Tarigan, 2014

Meningkatkan Kemandirian Anak Taman Kanak-Kanak Melalui Metode Bermain Peran Makro MENINGKATKAN KEMANDIRIAN ANAK TAMAN KANAK-KANAK

MELALUI METODE BERMAIN PERAN MAKRO

(Penelitian Tindakan Kelas Kelompok B Taman Kanak-Kanak Kemala Bhayangkari 16 Cibabat-Cimahi Tahun Pelajaran 2013-2014)

Oleh Melati Br Tarigan

Sebuah Skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

Fakultas Ilmu Pendidikan

©Melati Br Tarigan 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2014

Hak cipta dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, Dengan dicetak ulang, difotokopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis


(3)

Melati Br. Tarigan, 2014


(4)

Melati Br. Tarigan, 2014


(5)

Melati Br. Tarigan, 2014

Meningkatkan Kemandirian Anak Taman Kanak-Kanak Melalui Metode Bermain Peran Makro ABSTRAK

Meningkatkan Kemandirian Anak Taman Kanak-Kanak Melalui Metode Bermain Peran Makro

Kemandirian merupakan hal yang sangat penting bagi perkembangan dan pertumbuhan anak usia dini karena anak yang mandiri akan terbiasa mengurus dirinya sendiri dan menjaga kebersihan dirinya. Namun pada kenyataannya masih banyak anak yang mengalami permasalah kemandirian, salah satunya anak-anak kelompok B TK Kemala Bhayangkari16 Cibabat Cimahi. Permasalahan yang ditemukan pada anak kelompok B ini adalah masih ada beberapa anak yang tasnya dibawakan oleh orangtua ketika datang ke sekolah, anak masih sering meminta bantuan guru ketika makan, membereskan peralatan makan, memakai kaos kaki, meresleting dan mengancingkan baju, dan tidak membereskan mainan yang sudah digunakan. Masalah kemandirian tersebut disebabkan oleh tidak adanya metode pembelajaran yang bervariasi untuk meningkatkan kemandirian anak. Berdasarkan hal tersebut peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian tentang meningkatkan kemandirian anak Taman Kanak-kanak melalui metode bermain peran makro. Metode yang digunakan adalah metode penelitian tindakan kelas (PTK) dengan pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan datanya menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Subjek dalam penelitian ini adalah anak kelompok B2 TK Kemala Bhayangkari 16 yang berjumlah 21 orang anak. Penerapan metode bermain peran makro untuk nemingkatkan kemandirian anak mendapatkan hasil yang cukup baik. Hal ini terlihat dari hasil yang diperoleh yaitu anak yang kemandiriannya sudah berkembang sebanyak 84%, anak dalam proses sebanyak 16%, dan anak yang masih perlu stimulus sudah tidak ada.


(6)

Melati Br. Tarigan, 2014

Meningkatkan Kemandirian Anak Taman Kanak-Kanak Melalui Metode Bermain Peran Makro ABSTRACT

INCREASE INDEPENDENCE OF CHILDREN KINDERGARTEN THROUGH MACRO ROLE PLAYING METHOD

Self-reliance is very important for the development and growth of early childhood for independent child will get used to taking care of herself and her hygiene. But in reality there are many children who have problems of independence, one group B children kindergarten Kemala Bhayangkari16 Cibabat Cimahi. The problems found in children in group B2 are still some children who bag brought by the parents when it comes to school, children are still often asked for help teachers when eating, straighten cutlery, wearing socks, fastening and to button up clothes, and do not game that done settle. The independence of the problems caused by the absence of a variety of learning methods to enhance the child's independence. Based on the researchers feel the need to do research about enhancing the independence of children kindergarten through the method of playing the role of the macro. The method used is the method of action research ( PTK ) with a qualitative approach to data collection techniques using interviews, observation, and documentation. Subjects in the study group B2 kindergarten children Kemala Bhayangkari 16 totaling 21 children. Application of the method to play the role of macro nemingkatkan independence for children to get good results. This is evident from the results obtained by the child who has developed her independence as much as 84 %, the child in the process as much as 16 %, and children who still need stimulus no.


(7)

Melati Br. Tarigan, 2014

Meningkatkan Kemandirian Anak Taman Kanak-Kanak Melalui Metode Bermain Peran Makro DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR DIAGRAM ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Sistematika Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perkembangan Sosial-Emosi dan Kemandirian ... 9

B. Metode Bermain Peran ... 26

C. Penelitian Terdahulu ... 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 37

B. Desain Penelitian ... 37

C. Metode Penelitian ... 38

D. Definisi Operasional Variabel ... 39

E. Instrumen Penelitian ... 40

F. Teknik Pengumpulan Data ... 42

G. Analisis Data ... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 53

1. Gambaran Umum TK Kemala Bhayangkari 16 ... 53

2. Kondisi Objektif Kemandirian Anak Sebelum Diterapkan Metode Bermain Peran Makro Pada TK Kemala Bhayangkari 16 ... 56

3. Penerapan Metode Bermain Peran makro untuk Meningkatkan Kemandirian Anak ... 59

4. Peningkatan Kemandirian Anak Setelah Diterapkan Metode Bermain Peran Makro Pada Kelompok B TK Kemala Bhayangkari 16 ... 90


(8)

Melati Br. Tarigan, 2014

Meningkatkan Kemandirian Anak Taman Kanak-Kanak Melalui Metode Bermain Peran Makro

B. Pembahasan ... 100

1. Kondisi Awal Kemandirian Anak Sebelum Diterapkan Bermain Peran Makro Pada Kelompok B TK Kemala Bhayangkari 16 ... 100

2. Penerapan Metode Bermain Peran Makro Untuk Meningkatkan Kemandirian Anak Pada TK Kemala Bhayangkari 16 ... 106

3. Peningkatan Kemandirian Anak Setelah Penerapan Metode Bermain Peran Makro Pada Kelompok B TK Kemala Bhayangkari 16 ... 108

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 114

B. Rekomendasi ... 115

DAFTAR PUSTAKA ... 116

DAFTAR LAMPIRAN ... 122 RIWAYAT HIDUP


(9)

Melati Br. Tarigan, 2014

Meningkatkan Kemandirian Anak Taman Kanak-Kanak Melalui Metode Bermain Peran Makro DAFTAR TABEL

Tabel

2.1 Tugas-tugas Perkembangan Kemandirian ... 16

3.2 Kisi-kisi Instrumen Meningkatkan Kemandirian Anak Melalui Metode Bermain Peran Makro ... 40

3.3 Pedoman Observasi Kemandirian Anak TK Kemala Bhayangkari 16 ... 43

3.4 Pedoman Observasi Kemandirian Anak (Tema/sub tema: rumahku/pagi hari dirumahku) ... 44

3.5 Pedoman Observasi Kemandirian Anak (Tema/sub tema: Rekreasi/pergi ke mall) ... 45

3.6 Pedoman Observasi Kemandirian Anak (Tema/sub tema: rekreasi/ pergi kerumah nenek) ... 46

3.7 Pedoman Observasi Kemandirian Anak (Tema/sub tema: rekreasi/pergi berenang) ... 47

3.8 Pedoman Observasi Metode Bermain Peran ... 47

3.9 Pedoman Wawancara Sebelum Tindakan ... 49

3.10 Pedoman Wawancara Setelah Tindakan ... 49

4.11 Profil Guru TK Kemala Bhayangkari 16 ... 54

4.12 Jumlah Anak TK Kemala Bhayangkari 16 ... 55

4.13 Data Anak Kelompok B2 ... 55

4.14 Hasil Observasi Kemandirian Anak Sebelum Tindakan ... 58

4.15 Hasil Observasi Kemandirian Anak Akhir Siklus I ... 92

4.16 Hasil Observasi Kemandirian Anak Akhir Siklus II ... 96

4.17 Perbandiang Kemandirian Anak Pada Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II ... 98


(10)

Melati Br. Tarigan, 2014

Meningkatkan Kemandirian Anak Taman Kanak-Kanak Melalui Metode Bermain Peran Makro DAFTAR DIAGRAM

Diagram

4.1 Kemandirian Anak Sebelum Tindakan (Pra Siklus) ... 59 4.2 Kemandirian Anak Akhir Siklus I ... 93 4.3 Kemandirian Anak Akhir Siklus II ... 97 4.4 Perbandingan Kemandirian Anak Pada Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II .. 99


(11)

Melati Br. Tarigan, 2014

Meningkatkan Kemandirian Anak Taman Kanak-Kanak Melalui Metode Bermain Peran Makro DAFTAR GAMBAR

Gambar


(12)

1

Melati Br. Tarigan, 2014

Meningkatkan Kemandirian Anak Taman Kanak-Kanak Melalui Metode Bermain Peran Makro BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini pemerintah sedang fokus terhadap dunia pendidikan di Indonesia, termasuk diantaranya pendidikan anak usia dini. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan awal bagi anak yang berada pada rentang usia 0-6 tahun, seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Sisdiknas No 20 tahun 2003 pada pasal 1 ayat 14 yang berbunyi:

Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan pada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Wujud dari perhatian dan kesadaran pemerintah serta masyarakat terlihat dari banyaknya lembaga pendidikan anak usia dini yang didirikan, serta dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan; Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 58 Tahun 2009 (Permen 58) tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini; serta Pedoman Pengembangan Program Pembelajaran di Taman Kanak-Kanak Tahun 2010 oleh Kementerian Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pembinaan Taman Kanak-Kanak dan SD.

Berikut ini tiga alasan yang ditekankan oleh Solehuddin (2000: 2), tentang pentingnya pendidikan anak usia dini, yaitu: (1) dilihat dari kedudukan usia anak bagi perkembangan anak selanjutnya. Memandang usia dini sebagai masa terbentuknya kepribadian dasar individu; (2) dilihat dari hakikat belajar dan perkembangan. Belajar dan perkembangan merupakan suatu proses yang berkesinambungan, pengalaman belajar dan perkembangan awal merupakan dasar bagi proses belajar dan perkembangan selanjutnya; (3) dilihat dari


(13)

tuntutan-2

Melati Br. Tarigan, 2014

Meningkatkan Kemandirian Anak Taman Kanak-Kanak Melalui Metode Bermain Peran Makro

tuntutan non-edukatif lainnya yang berkembang dewasa ini juga mendorong para orang tua untuk semakin peduli terhadap lembaga pendidikan anak usia dini. Kesibukan orang tua menuntut mereka untuk segera memasukkan anaknya ke lembaga pendidikan.

Kesadaran pemerintah dan masyarakat akan pentingnya pendidikan anak usia dini disebabkan karena anak berada pada rentang usia yang sedang mengalami perkembangan yang sangat pesat. Froebel (dalam Solehuddin, 2000: 33), masa anak merupakan fase yang sangat fundamental bagi perkembangan individu karena terjadinya peluang yang sangat besar untuk pembentukan dan pengembangan pribadi seseorang. Melihat pernyataan tersebut, sudah jelas bahwa lembaga pendidikan anak usia dini harus memberikan kesempatan kepada anak untuk mengembangkan setiap aspek-aspek perkembangannya yang meliputi aspek kognitif, bahasa, fisik, sosial-emosi, dan termasuk kemandirian. Menurut Susana (dalam Tim Pustaka Familia, 2006: 23), kemandirian anak sangat penting bagi pertumbuhan anak kedepannya karena anak yang mandiri, akan terbiasa menjaga kebersihan diri dan mengurus dirinya sendiri, dapat menjaga lingkungan dan memiliki kepercayaan diri yang baik.

Selanjutnya Gamayanti (dalam Tim Pustaka Familia, 2006: 43), menyatakan bahwa kemandirian pada anak itu timbul ketika anak merasa mampu dan percaya bahwa dirinya mampu melakukan sesuatu. Kemandirian ini meliputi kemandirian dalam menolong dirinya sendiri dalam kegiatan rutin sehari-hari dan kemandirian dalam menyelesaikan suatu masalah. Jadi kemandirian anak itu sangat penting bagi anak karena dapat mempengaruhi kehidupan anak kedepannya, dimana anak akan memiliki rasa percaya diri dalam menjaga kebersihan diri dan lingkungan, mengurus diri sendiri, dan menyelesaikan masalah yang dihadapi, selain itu anak juga jadi mampu dan berani menentukan pilihannya sendiri, anak akan memiliki motivasi instrinsik yang tinggi, anak akan jadi kreatif dan inovatif, anak akan bertanggung jawab atas keputusannya, anak akan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan, dan tidak tergantung pada orang lain (Susanto 2013: 5).


(14)

3

Melati Br. Tarigan, 2014

Meningkatkan Kemandirian Anak Taman Kanak-Kanak Melalui Metode Bermain Peran Makro

Hurlock (1980: 111), menyatakan bahwa anak taman kanak-kanak yang mandiri itu harus sudah bisa mandi, makan, dan berpakaian sendiri, mengikat tali sepatu dan menyisir rambut dengan bantuan atau tanpa bantuan sama sekali.

Kemandirian pada anak harus diajarkan sejak dini karena kemandirian tidak terjadi dengan sendirinya tetapi harus melalui proses latihan. Susana (Tim Pustaka Familia, 2006: 27), menyatakan bahwa kemandirian pada anak harus diajarkan sejak dini dan sesuai dengan perkembangan anak, dimana orang tua tidak memaksakan anak mandiri sebelum waktunya. Kemudian Sarwono (dalam Muchsinati, 2007: 19), menyatakan bahwa kemandirian yang terjadi pada anak merupakan akibat dari latihan-latihan kemandirian yang diberikan sedini mungkin, dimana anak diberikan kesempatan untuk memilih jalan sendiri dan berkembang. Latihan kemandirian dapat dilakukan dengan melibatkan anak dalam kegiatan sehari-hari seperti membiarkan anak memakai kaos kaki dan sepatu sendiri, memakai baju sendiri, makan sendiri, dan membereskan mainan yang

sudah digunakan (Mu’tadin, 2002: 2).

Berdasarkan pernyataan tersebut, seharusnya anak usia dini sudah memiliki kemandirian yang baik, tetapi pada kenyataannya masih banyak anak usia dini yang memiliki masalah kemandirian. Hal ini terlihat dari penelitian yang dilakukan oleh Amalia (2011: 5) di Kober UPI yang menyatakan bahwa masalah kemandirian anak belum berkembangan secara optimal diantaranya: kemandirian untuk memakai sepatu sendiri tanpa bantuan guru, mencuci tangan sendiri, toilet

training, membersihkan tumpahan makanan secara mandiri, serta membereskan

mainan setelah selesai bermain.

Masalah kemandirian anak ini tidak hanya terdapat di Kober UPI, tetapi juga di Taman Kanak-Kanak Kemala Bhayangkari 16 Cibabat Cimahi. Terlihat dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti selama kurang lebih satu bulan. Masalah-masalah kemandirian anak Taman Kanak-Kanak Kemala Bhayangkari 16 dari hasil observasi, diantaranya: tas anak dibawakan oleh orangtua dan disimpan juga oleh orangtua ke dalam loker anak; masih ada anak yang diantar oleh orangtuanya sampai kedalam kelas; saat proses pembelajaran anak-anak masih sering minta bantuan guru seperti menyerut pensil, mengambil krayon, dan


(15)

4

Melati Br. Tarigan, 2014

Meningkatkan Kemandirian Anak Taman Kanak-Kanak Melalui Metode Bermain Peran Makro

buku anak; anak-anak juga sering tidak membereskan mainan yang sudah digunakan; tidak membereskan alat tulis yang sudah digunakan seperti pensil warna, krayon, dan penghapus; saat makanpun masih sebagian besar anak meminta bantuan guru untuk membukakan tempat makannya, membukakan botol minum, membereskan tempat makannya dan memasukkannya kedalam tas; masih ada anak yang belum bisa memakai kaos kaki sendiri; memakai sepatu sendiri; mengikat tali sepatu sendiri; membuka kancing baju sendiri; melipat lengan baju sendiri; dan mengancingkan baju sendiri.

Masalah kemandirian anak ini dapat berakibat fatal karena dapat menyebabkan anak mengalami gangguan perkembangan seperti terbiasa tergantung kepada orang lain, memiliki kepribadian yang tidak baik, tidak memiliki kepercayaan diri, minder, dan tidak bisa memecahkan masalah (Tim Pustaka Familia, 2006: 27, 58).

Gamayanti (dalam Tim Pustaka Familia, 2006: 44), ketidakmandirian atau ketidakpercayaan diri pada seorang anak dipengaruhi oleh rasa kuatir orang tua yang berlebihan. Kemudian Novita (dalam Sri dkk, 2013: 3), menyatakan bahwa anak tidak mandiri itu dipengaruhi oleh beberapa alasan, diantaranya: (a) Kekuatiran yang berlebihan dari orang tua, (b) Orang tua sering membatasi dan melarang anaknya secara berlebihan, dan (c) Kasih sayang orang tua yang berlebihan hingga anak menjadi manja. Berdasarkan urain tersebut, dapat disimpulkan anak yang tidak mandiri sangat dipengaruhi oleh orang tua yang terlalu mengkhawatirkan anak dengan sering membatasi atau melarang anak dan memberikan kasih sayang yang terlalu berlebihan.

Septiningtyas (2006: 9), berkembangnya kemandirian anak tidak lepas dari peran orang tua, guru, pengasuh, maupun lingkungan anak itu sendiri, dimana orang tua ataupun guru mengasuh, membimbing, dan membantu mengarahkan anak untuk mandiri. Selain itu orang tua ataupun guru bisa memberikan kesempatan dan kepercayaan kepada anak untuk melakukan sendiri latihan kemandirian yang praktis seperti memakai baju, kaos kaki dan sepatu sendiri,

makan sendiri, dan membereskan mainan yang sudah digunakan (Mu’tadin, 2002:


(16)

5

Melati Br. Tarigan, 2014

Meningkatkan Kemandirian Anak Taman Kanak-Kanak Melalui Metode Bermain Peran Makro

kemandirian tersebut dapat dilakukan melalui kegiatan yang menyenangkan. Solehuddin (2000: 79), menyatakan bahwa kegiatan bermain merupakan kegiatan yang menyenangkan bagi anak karena anak terlibat secara langsung dalam kegiatan tersebut, belajar secara alami, dan bermakna. Djoehaeni (2008: 7),

mengemukakan bahwa “...metode bermain peran adalah cara memberikan

pengalaman kepada anak melalui bermain yakni anak diminta memainkan peran

tertentu dalam suatu permainan peran”.

Menurut Delpie (dalam Kurnia, 2011: 5), bermain peran merupakan salah satu bentuk permainan yang dapat dipakai sebagai intervensi pembelajaran karena dalam pelaksanaannya anak menggunakan imajinasinya sehingga membantu dalam pengembangan daya pikir dan kemampuan berbahasa. Selain itu, Wijana dkk (2011: 8.31), menyatakan bahwa main peran disebut juga main pura-pura, main khayalan atau main fantasi, dimana ketika anak sedang bermain peran, ia berpura-pura menjadi seseorang atau sesuatu yang berbeda dari dirinya.

Selanjutnya Ekawati dkk (2013: 4), bermain peran disebut juga bermain simbolik, pura-pura, fantasi, imajinasi, atau bermain drama. Bagi anak bermain peran sangat penting untuk menunjang perkembngan kognisi, sosial, dan emosi anak. Masitoh (dalam Kurnia, 2011: 6), menyatakan bahwa melalui bermain peran anak akan memperoleh kesempatan untuk berbagi peran-peran interaktif, misalnya dokter-pasien dan guru-murid. Sementara Khoirudin (dalam Kurnia, 2011: 7), menyatakan bahwa bermain peran makro adalah main peran sesungguhnya dengan alat-alat main berukuran sesungguhnya dan anak dapat menggunakannya untuk menciptakan dan memainkan peran-peran, misalnya main dokter-dokteran.

Kemudian Depdiknas (2006: 30), menyatakan bahwa “bermain peran makro

merupakan kegiatan bermain peran dimana anak sebagai model dan menggunakan

alat sesuai dengan benda aslinya”. Sedangkan bermain peran makro menurut

Wijana (2011: 8.33):

Bermain peran makro disebut juga main peran besar. Seorang anak dikatakan sedang main peran makro apabila ia berperan menjadi seseorang atau sesuatu yang lain, misalnya anak berperan menjadi guru, pelayan toko, kupu-kupu, atau harimau. Saat anak berperan menjadi seseorang atau sesuatu yang lain,


(17)

6

Melati Br. Tarigan, 2014

Meningkatkan Kemandirian Anak Taman Kanak-Kanak Melalui Metode Bermain Peran Makro

maka konsep tentang tokoh yang akan diperankannya direkam dalam otaknya dan kemudian anak menuangkannya dalam perilaku seperti yang dipikirkannya.

Bermain peran berdasarkan penelitian telah terbukti mampu meningkatkan beberapa aspek perkembangan anak, salah satunya penelitian yang dilakukan oleh Arixs (dalam Kurnia, 2011: 5) tentang penerapan metode belajar sosiodrama atau bermain peran terhadap anak PAUD di Denpasar Bali, menyimpulkan bahwa sekitar 90% materi pembelajaran dapat diserap anak-anak dengan menggunakan metode belajar sosiodrama dan 65% materi pembelajaran dapat diserap oleh anak-anak dengan metode belajar konvensional. Metode pembelajaran konvensional merupakan metode pembelajaran tradisional atau disebut juga dengan metode ceramah, dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar, yang diiringi dengan penjelasan, serta pembagian tugas dan latihan (Djamarah, 1996:20-21).

Berdasarkan permasalahan kemandirian yang sudah ditemukan dan sudah dipaparkan oleh peneliti, maka penelitian ini memfokuskan kajian pada

“Meningkatkan Kemandirian Anak Melalui Metode Bermain Peran Makro”. B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini dituangkan ke dalam pertanyaan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kondisi objektif kemandirian anak sebelum diterapkan metode bermain peran makro pada kelompok B Taman Kanak-Kanak Kemala Bhayangkari 16 Tahun Pelajaran 2013-2014?

2. Bagaimana penerapan metode bermain peran makro untuk meningkatkan kemandirian anak pada kelompok B Taman Kanak-Kanak Kemala Bhayangkari 16 Tahun Pelajaran 2013-2014?

3. Bagaimana peningkatan kemandirian anak setelah diterapkan metode bermain peran makro pada kelompok B Taman Kanak-Kanak Kemala Bhayangkari 16 Tahun Pelajaran 2013-2014?


(18)

7

Melati Br. Tarigan, 2014

Meningkatkan Kemandirian Anak Taman Kanak-Kanak Melalui Metode Bermain Peran Makro C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui kondisi kemandirian anak sebelum diterapkan metode bermain peran makro pada kelompok B Taman Kanak-Kanak Kemala Bhayangkari 16 Tahun Pelajaran 2013-2014.

2. Untuk mengetahui proses (langkah-langkah) penerapan metode bermain peran makro untuk meningkatkan kemandirian anak pada kelompok B Taman Kanak-Kanak Kemala Bhayangkari 16 Tahun Pelajaran 2013-2014.

3. Untuk mengetahui peningkatan kemadirian anak setelah diterapkan metode bermain peran makro pada kelompok B Taman Kanak-Kanak Kemala Bhayangkari 16 Tahun Pelajaran 2013-2014.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagi berikut: 1. Bagi Anak

a. Dapat menambah tingkat kemandirian pada anak.

b. Dapat menambah pengetahuan anak melalui bermain peran makro. c. Anak dapat memiliki pengalaman langsung dari bermain peran

makro. 2. Bagi Guru

a. Guru dapat menggunakan kegiatan bermain peran makro sebagai salah satu model kegiatan untuk meningkatkan kemandirian anak. b. Guru dapat memberikan pengalaman langsung pada anak.

c. Guru hanya berperan sebagai fasilitator atau pembimbing anak. 3. Bagi Sekolah

a. Dapat digunakan sebagai bahan untuk mengembangkan atau meningkatkan kemandirian anak.

b. Dapat dijadikan sebagai salah satu program pembelajaran pada anak usia dini untuk meningkatkan perkembangan anak.


(19)

8

Melati Br. Tarigan, 2014

Meningkatkan Kemandirian Anak Taman Kanak-Kanak Melalui Metode Bermain Peran Makro E. Sistematika Penelitian

Penulisan ini terdiri dari lima bab. Uraian yang akan disajikan pada setiap bab adalah sebagai berikut:Bab IPendahuluan, pada bab ini terdapat uraian mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.Bab II Tinjauan pustaka, bab ini menguraikan teori-teori yang relevan dan digunakan sebagai landasan dalam penelitian ini.Bab III Metodologipenelitian, pada bab ini terdapat uraian mengenai metode-metode yang digunakan dalam penelitian, meliputi lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional variabel, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan analisis data. Bab IV Hasil penelitian dan pembahasan, bab ini menguraikan pembahasan atas penelitian berdasarkan teori dan data yang didapat melalui observasi, wawancara, dan studi dokumentasi.Bab VKesimpulan, pada bab ini terdapat uraian mengenai kesimpulan penelitian dan rekomendasi mengenai meningkatkan kemandirian anak melalui metode bermain peran makro pada kelompok B Taman Kanak-Kanak Kemala Bhayangkari 16 Cibabat Cimahi.


(20)

37

Melati Br. Tarigan, 2014

Meningkatkan Kemandirian Anak Taman Kanak-Kanak Melalui Metode Bermain Peran Makro

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Taman Kanak-Kanak Kemala Bhayangkari 16 yang berlokasi di Jalan Amir Mahmud 333 Cibabat Cimahi. Subjek penelitian ini dilakukan pada kelompok B yang berjumlah 21 orang dengan jumlah anak laki-laki 11 orang dan anak perempuan 10 orang.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian tindakan kelas (PTK). Desain dalam penelitian tindakan kelas ini secara garis besar menggunakan empat tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Berikut ini desain penelitian tindakan kelas menurut Arikunto (2010: 16):

Gambar 3.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas Sumber: Arikunto (2010)

Berikut i

Perencanaan

Pelaksanaan Refleksi SIKLUS I

Pengamatan

Perencanaan

Pelaksanaan Refleksi SIKLUS II

Pengamatan


(21)

38

Melati Br. Tarigan, 2014

Meningkatkan Kemandirian Anak Taman Kanak-Kanak Melalui Metode Bermain Peran Makro

Berikut ini adalah pemaparan dari ke empat tahapan tersebut, yaitu sebagai berikut:

1. Tahapan Perencanaan

Pada tahap ini peneliti melakukan observasi awal untuk melihat permasalahan kemandirian anak pada kelompok B TK Kemala Bhayangkari 16. Observasi ini dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh guru. Setelah melakukan observasi, peneliti dan guru membuat rencana tindakan seperti RKH, skenario pembelajaran bermain peran, dan pedoman observasi yang terdiri dari indikator-indikator perkembangan kemandirian anak.

2. Tindakan

Tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat. Tindakandisini dilakukan secara sadar dan terkendali oleh peneliti yang bertindak sebagai guru.

3. Observasi

Pada tahap ini, peneliti dan guru melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran yang sesuai dengan tindakan yang telah dirancang. Hasil dari observasi tersebut digunakan sebagai data untuk merancang kegiatan pada tindakan selanjutnya dan sebagai data untuk refleksi

4. Refleksi

Refleksi dilakukan setelah peneliti melakukan observasi, refleksi inidilakukan berdasarkan hasil observasi yang diperoleh dengan menganalisis proses, masalah, dan kendala yang dialami saat pelaksanaan pembelajaran sehingga dapat diketahui apakah tindakan yang telah dirancang dan dilaksanakan telah mencapai tujuan yang diharapkan atau belum. Kegiatan refleksi ini dilakukan oleh peneliti dan guru melalui diskusi. Refleksi ini juga acuan untuk merancang tindakan selanjutnya.

C. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang ditujukan untuk mengatasi masalah-masalah yang ditemukan guru di dalam


(22)

39

Melati Br. Tarigan, 2014

Meningkatkan Kemandirian Anak Taman Kanak-Kanak Melalui Metode Bermain Peran Makro

kelas(Listiana, 2008: 1). Melalui metode PTK ini, penelitijuga ingin memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran di kelas sehingga hasil belajar anak meningkat.Jadi peneliti merancang sebuah kegiatan pembelajaran yang diharapkan mampu mengatasi masalah kemandirian anak yang ditemukan pada kelompok B TK Kemala Bhayangkari 16 yaitu metode bermain peran makro. Kegiatan bermain peran makro dalam penelitian ini dilakukan pada 2 siklus dan 2 tindakan pada masing-masing siklusnya. Kegiatan bermain peran makro yang dilakukan pada siklus 1 tindakan 1 adalah pagi hari dirumahku dan pada siklus 1 tindakan 2 adalah pergi ke mall sedangkan pada siklus 2 tindakan 1 adalah pergi kerumah nenek dan siklus 2 tindakan 2 adalah pergi berenang.

Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti dalam penerapan PTK ini adalah untuk mengatasi masalah kemandirian anak, untuk memperbaiki proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru dengan menerapkan metode pembelajaran yang lebih bervariasi dan lebih kreatif, dan untuk meningkatkan motivasi anak dalam belajar.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Metode penelitian kualitatif merupakan penelitian yang dilakukan pada kondisi yang alamiah, dimana peneliti sebagai instrumen kunci dan teknik pengumpulan datanya dilakukan secara triangulasi (gabungan) seperti observasi, wawancara, dan dokumentasi (Sugiyono, 2011: 9).

D. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional merupakan suatu definisi yang diberikan kepada variabel dengan cara memberikan arti atau menspesifikasikan kegiatan. Berikut ini definisi oprasional yang digunakan dalam penelitian ini:

1. Kemandirian

Permen 58 (2009: 11) kemampuan kemandirian yang harus dicapai pada anak usia dini adalah menjaga kebersihan diri sendiri dan lingkungan, diantaranya: membersihkan diri sendiri, membuang sampah pada tempatnya, mengambalikan mainan atau benda pada tempatnya, dan memelihara milik sendiri. Solehuddin (2000: 67) tugas perkembangan yang harus


(23)

40

Melati Br. Tarigan, 2014

Meningkatkan Kemandirian Anak Taman Kanak-Kanak Melalui Metode Bermain Peran Makro

dikembangkan pada anak usia dini meliputi cara buang air, makan, cara berpakaian, mencuci tangan, dan mengambil mainan.

Berdasarkan pernyataan tersebut, kemandirian pada penelitian ini berfokus kepada buang air, makan, berpakaian, dan menjaga kebersihan diri sendiri dan lingkungan.

2. Metode Bermain Peran Makro

Menurut Depdiknas (2006: 30), bermain peran makro adalah kegiatan bermain peran dimana anak sebagai model atau anak berperan sesungguhnya dan menjadi seseorang dan menggunakan alat sesuai dengan benda aslinya.

E. Instrumen Penelitian

Proses pengembangan instrumen dilakukan dengan membuat kisi-kisi instrumen penelitian yang terdiri dari variabel penelitian, sub variabel, indikator, sub indikator nomor item, dan jumlah. Kisi-kisi instrumen yang telah disusun di

judge atau diberikan penilaian atas butir-butir pernyataan oleh dua orang ahli

sehingga kisi-kisi instrumen tersebut layak untuk dipergunakan sebagai pedoman pelaksanaan penelitian. Berikut ini kisi-kisi instrumen pada penelitian ini:

Tabel 3. 2

Kisi-Kisi Instrumen Meningkatkan Kemandirian Anak Melalui Metode Bermain Peran Makro

Variabel Sub Variabel Indikator Sub Indikator No. Item

Jumlah

Kemandirian anak usia dini

1. Menjaga kebersihan diri sendiri dan

lingkungan

a. Membersihkan diri sendiri

1. Anak dapat mencuci tangan sendiri sesudah dan sebelum makan 2. Anak dapat

menggosok gigi sendiri

1, 2 2

b. Membuang sampah pada tempatnya

1. Anak dapat membuang sampah sendiri pada tempatnya

2. Anak dapat mengambil atau memungut sampah


(24)

41

Melati Br. Tarigan, 2014

Meningkatkan Kemandirian Anak Taman Kanak-Kanak Melalui Metode Bermain Peran Makro

dan membuangnya ke tempat sampah c. Merapikan

mainan/benda

1. Anak dapat merapikan sendiri mainan yang telah digunakan

2. Anak dapat menyimpan alat tulis sendiri pada tempatnya

3. Anak dapat menyimpan tas sendiri pada tempatnya

4. Anak dapat menyimpan sepatu sendiri ke rak sepatu 5. Anak dapat

menyimpan sandal sendiri pada tempatnya

5, 6, 7, 8, 9

5

2. Berpakaian a. Memakai atau melepas baju dan celana sendiri

1. Anak dapat memakai atau melepas baju dan celana sendiri

2. Anak dapat meresleting dan mengancingkan baju sendiri

10, 11 2

b. Memakai atau melepas sepatu dan kaos kaki sendiri

1. Anak dapat memakai atau melepas sepatu sendiri

2. Anak dapat memakai atau melepas kaos kaki sendiri

12, 13 2

3. Buang air a. Membersihkan diri saat buang air besar dan kecil

1. Anak dapat mengetahui tempat yang benar untuk baung air besar dan buang air kecil 2. Anak dapat

membersihkan diri sendiri ketika buang


(25)

42

Melati Br. Tarigan, 2014

Meningkatkan Kemandirian Anak Taman Kanak-Kanak Melalui Metode Bermain Peran Makro Sumber: Permendiknas 58 (2009: 11) dan Solehuddin (2000: 67) F. Teknik Pengumpulan Data

Berikut ini tiga macam teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Observasi

Menurut Mills (dalam Kunandar, 2008: 143) observasi merupakan kegiatan pengamatan yang dilakukan untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran. Berdasarkan pernyataan tersebut, peneliti melakukan pengamatan terhadap anak secara langsung dan disini peneliti tidak melakukan pengamatan seorang diri tetapi dibantu guru. Pengamatan dilakukanketika anak melakukan kegiatan bermain peran dan ketika anak melakukan aktivitas sehari-hari di kelas dengan menggunakan pedoman observasi. Berikut ini pedoman observasi yang digunakan dalam penelitian ini:

air besar atau buang air kecil

b. Menyiram kloset

1. Anak dapat menyiram kloset sendiri

16 1 4. Makan a. Makan dan

minum sendiri

1. Anak dapat makan sendiri

2. Anak dapat membuka tempat makanan sendiri 3. Anak dapat

membuka botol minum sendiri 17, 18, 19 3 b. Mengambil makannya sendiri

1. Anak dapat mengambil makan sendiri

20 1 c. Membersihkan

tumpahan makanan sendiri

1. Anak dapat membersihkan tumpahan makanan sendiri

21 1 d. Merapikan atau

membereskan peralatan makan sendiri

1. Anak dapat membereskan atau merapikan alat makan sendiri


(26)

43

Melati Br. Tarigan, 2014

Meningkatkan Kemandirian Anak Taman Kanak-Kanak Melalui Metode Bermain Peran Makro Tabel 3. 3

Pedoman Observasi Kemandirian Anak TK Kemala Bhayangkari 16

Nama anak : Hari/Tanggal : Siklus :

Keterangan :

SB : Sudah Berkembang (anak mampu melakukan kegiatan sendiri)

DP :Dalam Proses (anak masih memerlukan sedikit bantuan dan bimbingan) PS : Perlu Stimulus (anak masih belum mampu melakukan kegiatan sendiri)

Berdasarkan pedoman observasi tersebut, peneliti membagi pedoman tersebut sesuai dengan tema dan kemampuan yang ingin dicapai ketika anak

No Pernyataan SB DP PS Keterangan

1. Anak dapat mencuci tangan sendiri sesudah dan sebelum makan

2. Anak dapat menggosok gigi sendiri

3. Anak dapat membuang sampah sendiri pada tempatnya 4. Anak dapat mengambil atau memungut sampah dan

membuangnya ke tempat sampah

5. Anak dapat merapikan sendiri mainan yang telah digunakan 6. Anak dapat menyimpan alat tulis sendiri pada tempatnya 7. Anak dapat menyimpan tas sendiri pada tempatnya 8. Anak dapat menyimpan sepatu sendiri ke rak sepatu 9. Anak dapat menyimpan sandal sendiri pada tempatnya 10. Anak dapat memakai atau melepas baju dan celana sendiri 11. Anak dapat meresleting dan mengancingkan baju sendiri 12. Anak dapat memakai atau melepas sepatu sendiri

13. Anak dapat memakai atau melepas kaos kaki sendiri

14. Anak dapat mengetahui tempat yang benar untuk buang air besar dan buang air kecil

15. Anak dapat membersihkan diri sendiri ketika buang air besar atau buang air kecil

16. Anak dapat menyiram kloset sendiri 17. Anak dapat makan sendiri

18. Anak dapat membuka tempat makanan sendiri 19. Anak dapat membuka botol minum sendiri 20. Anak dapat mengambil makan sendiri

21. Anak dapat membersihkan tumpahan makanan sendiri 22. Anak dapat membereskan atau merapikan alat makan


(27)

44

Melati Br. Tarigan, 2014

Meningkatkan Kemandirian Anak Taman Kanak-Kanak Melalui Metode Bermain Peran Makro

melakukan kegiatan bermain peran dalam proses pembelajaran. Berikut ini pedoman observasi yang sesuai dengan tema dan kemampuan yang ingin dicapai:

Tabel 3. 4

Pedoman Observasi Kemandirian Anak

(Tema/sub tema: rumahku/pagi hari dirumahku) Nama anak :

Hari/Tanggal : Siklus :

Keterangan :

SB : Sudah Berkembang (anak mampu melakukan kegiatan sendiri)

DP :Dalam Proses (anak masih memerlukan sedikit bantuan dan bimbingan) PS : Perlu Stimulus (anak masih belum mampu melakukan kegiatan sendiri)

No Pernyataan SB DP PS Keterangan

1. Anak dapat mencuci tangan sendiri sesudah dan sebelum makan

2. Anak dapat menggosok gigi sendiri

3. Anak dapat membuang sampah sendiri pada tempatnya 4. Anak dapat mengambil atau memungut sampah dan

membuangnya ke tempat sampah

5. Anak dapat memakai atau melepas baju dan celana sendiri 6. Anak dapat meresleting dan mengancingkan baju sendiri 7. Anak dapat memakai atau melepas sepatu sendiri

8. Anak dapat memakai atau melepas kaos kaki sendiri

9. Anak dapat mengetahui tempat yang benar untuk buang air besar dan buang air kecil

10. Anak dapat membersihkan diri sendiri ketika buang air besar atau buang air kecil

11. Anak dapat menyiram kloset sendiri 12. Anak dapat makan sendiri

13. Anak dapat mengambil makan sendiri

14. Anak dapat membersihkan tumpahan makanan sendiri 15. Anak dapat membereskan atau merapikan alat makan


(28)

45

Melati Br. Tarigan, 2014

Meningkatkan Kemandirian Anak Taman Kanak-Kanak Melalui Metode Bermain Peran Makro Tabel 3. 5

Pedoman Observasi Kemandirian Anak

(Tema/sub tema: Rekreasi/pergi ke mall) Nama anak :

Hari/Tanggal : Siklus :

Keterangan :

SB : Sudah Berkembang (anak mampu melakukan kegiatan sendiri)

DP :Dalam Proses (anak masih memerlukan sedikit bantuan dan bimbingan) PS : Perlu Stimulus (anak masih belum mampu melakukan kegiatan sendiri)

No Pernyataan SB DP PS Keterangan

1. Anak dapat mencuci tangan sendiri sesudah dan sebelum makan

2. Anak dapat membuang sampah sendiri pada tempatnya 3. Anak dapat mengambil atau memungut sampah dan

membuangnya ke tempat sampah

4. Anak dapat menyimpan sepatu sendiri ke rak sepatu 5. Anak dapat menyimpan sandal sendiri pada tempatnya 6. Anak dapat memakai atau melepas baju dan celana sendiri 7. Anak dapat meresleting dan mengancingkan baju sendiri 8. Anak dapat memakai atau melepas sepatu sendiri

9. Anak dapat mengetahui tempat yang benar untuk buang air besar dan buang air kecil

10. Anak dapat membersihkan diri sendiri ketika buang air besar atau buang air kecil

11. Anak dapat menyiram kloset sendiri 12. Anak dapat makan sendiri

13. Anak dapat membuka tempat makanan sendiri 14. Anak dapat membuka botol minum sendiri 15. Anak dapat mengambil makan sendiri


(29)

46

Melati Br. Tarigan, 2014

Meningkatkan Kemandirian Anak Taman Kanak-Kanak Melalui Metode Bermain Peran Makro Tabel 3. 6

Pedoman Observasi Kemandirian Anak

(Tema/sub tema: rekreasi/ pergi kerumah nenek) Nama anak :

Hari/Tanggal : Siklus :

Keterangan :

SB : Sudah Berkembang (anak mampu melakukan kegiatan sendiri)

DP :Dalam Proses (anak masih memerlukan sedikit bantuan dan bimbingan) PS : Perlu Stimulus (anak masih belum mampu melakukan kegiatan sendiri)

No Pernyataan SB DP PS Keterangan

1. Anak dapat mencuci tangan sendiri sesudah dan sebelum makan

2. Anak dapat menggosok gigi sendiri

3. Anak dapat membuang sampah sendiri pada tempatnya 4. Anak dapat mengambil atau memungut sampah dan

membuangnya ke tempat sampah

5. Anak dapat merapikan sendiri mainan yang telah digunakan 6. Anak dapat memakai atau melepas baju dan celana sendiri 7. Anak dapat meresleting dan mengancingkan baju sendiri 8. Anak dapat mengetahui tempat yang benar untuk buang air

besar dan buang air kecil

9. Anak dapat membersihkan diri sendiri ketika buang air besar atau buang air kecil

10. Anak dapat menyiram kloset sendiri 11. Anak dapat makan sendiri

12. Anak dapat mengambil makan sendiri

13. Anak dapat membersihkan tumpahan makanan sendiri 14. Anak dapat membereskan atau merapikan alat makan


(30)

47

Melati Br. Tarigan, 2014

Meningkatkan Kemandirian Anak Taman Kanak-Kanak Melalui Metode Bermain Peran Makro Tabel 3. 7

Pedoman Observasi Kemandirian Anak (Tema/sub tema: rekreasi/pergi berenang)

Nama anak : Hari/Tanggal : Siklus :

Keterangan :

SB : Sudah Berkembang (anak mampu melakukan kegiatan sendiri)

DP :Dalam Proses (anak masih memerlukan sedikit bantuan dan bimbingan) PS : Perlu Stimulus (anak masih belum mampu melakukan kegiatan sendiri)

Selain pedoman observasi untuk anak, peneliti juga membuat pedoman observasi terhadap guru yang yang akan mengajar yaitu peneliti sendiri. Berikut ini pedoman observasi tersebut:

Tabel 3. 8

Pedoman Observasi Metode Bermain Peran

Nama guru : Nama TK : Hari/Tanggal : Siklus :

No Uraian Ya Tidak Keterangan

A. Tahap perencanaan

1. Guru membuat rencana kegiatan harian (RKH) 2. Menentukan dan menyiapkan materi

No Pernyataan SB DP PS Keterangan

1. Anak dapat membuang sampah sendiri pada tempatnya 2. Anak dapat mengambil atau memungut sampah dan

membuangnya ke tempat sampah

3. Anak dapat menyimpan tas sendiri pada tempatnya 4. Anak dapat menyimpan sepatu sendiri ke rak sepatu 5. Anak dapat memakai atau melepas baju dan celana sendiri 6. Anak dapat meresleting dan mengancingkan baju sendiri 7. Anak dapat memakai atau melepas sepatu sendiri

8. Anak dapat memakai atau melepas kaos kaki sendiri

9. Anak dapat mengetahui tempat yang benar untuk buang air besar dan buang air kecil

10. Anak dapat membersihkan diri sendiri ketika buang air besar atau buang air kecil


(31)

48

Melati Br. Tarigan, 2014

Meningkatkan Kemandirian Anak Taman Kanak-Kanak Melalui Metode Bermain Peran Makro

3. Guru mempersiapkan media yang akan digunakan

4. Guru membuat catatan penilaian anak

B. Tahap pelaksanaan Pembukaan

5. Guru mengkondisikan anak agar konsentrasi dantertarik pada kegiatan bermain peran

6. Mengkomunikasikan tema, metode, dan media yang akan digunakan pada waktu kegiatan 7. Guru menjelaskan aturan-aturan metode

bermain peran pada setiap kegiatan

8. Guru memperkenalkan secara rinci kegiatan yang akan dilaksanakan oleh anak

Inti

9. Membimbing anak untuk melakukan kegiatan sesuai dengan aturan

10. Guru melibatkan semua anak dalam kegiatan metode bermain peran

11. Memberikan motivasi kepada anak pada saat kegiatan

12. Mengamati dan mengobservasi anak pada waktu kegiatan berlangsung

Evaluasi

13. Guru melakukan tanya jawab dengan anak tentang kegiatan yang telah dilaksanakan hari ini

14 Memberikan kesempatan kepada anak untuk mengungkapkan atau menceritakan kembali kegiatan yang sudah dilaksanakan

15 Menilai apakah tujuan pembelajaran telah tercapai

2. Wawancara

Listiana (2008: 18) menyatakan bahwa wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi yang tidak di dapat melalui pengamatan. Kegiatan wawancara dalam penelitian ini dilakukan kepada guru kelas karena guru kelaslah yang paling mengenal anak dan dekat dengan anak sehingga guru mengetahui setiap perkembangan anak. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan sebelum melakukan tindakan atau penelitian dan setelah tindakan atau setelah penerapan metode bermain peran makro. Hal ini dilakukan untuk


(32)

49

Melati Br. Tarigan, 2014

Meningkatkan Kemandirian Anak Taman Kanak-Kanak Melalui Metode Bermain Peran Makro

mengetahui perkembangan kemandirian anak sebelum tindakan dan setelah tindakan. Wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara yang telah dibuat oleh peneliti. Berikut ini pedoman Wawancara yang digunakan.

Tabel 3. 9

Pedoman Wawancara Sebelum Tindakan

Nama Responden : Jabatan : Hari/Tanggal :

No Pertanyaan Keterangan

1. Bagaimana pemahaman ibu tentang perkembangan kemandirian anak saat ini?

2. Bagaimana cara ibu menstimulusperkembangan kemandirian anak?

3. Strategi apa yang ibu pergunakan untukmeningkatkan kemandirian pada anak dalam proses pembelajaran? 4. Apa yang menjadi pertimbangan bagi ibu untuk memilih

strategi pembelajaran tersebut?

5. Metode pembelajaran apa saja yang digunakan ibu untuk mengembangkan kemandirian anak?

6. Media pembelajaran apa saja yang digunakan ibu untuk mengembangkan kemandirian?

7. Bagaimana reaksi anak dengan strategi yang ibu terapkan saat ini?

Tabel 3.10

Pedoman Wawancara Setelah Tindakan

Nama Respnden : Jabatan : Hari/Tanggal :

No Pertanyaan Keterangan

1. Bagaimana pendapat ibu mengenai penggunaan metode bermain peran makro dalam meningkatkan kemandirian anak?

2. Apa kelebihan dari pemanfaatan metode bermain peran makro dalam meningkatkan kemandirian anak?

3. Apa kekurangan pemanfaatan metode bermain peran dalam meningkatkan kemandirian anak?


(33)

50

Melati Br. Tarigan, 2014

Meningkatkan Kemandirian Anak Taman Kanak-Kanak Melalui Metode Bermain Peran Makro

4. Apakah penggunaan metode bermain peran dalam meningkatkan kemandirian anak sudah efektif?

5. Apakah anak merasa senang dengan penggunaan metode bermain peran dalam meningkatkan kemandirian anak? 6. Sejauh mana peningkatan kemandirian anak setelah

menggunakan metode bermain peran?

7. Apakah media dalam metode bermain peran yang diterapkan sudah bervariatif?

3. Studi Dokumentasi

Teknik pengumpulan data yang ketiga dalam penelitian ini adalah studi dokumentasi. Studi dokumentasi yang dilakukan oleh guru adalah melakukan pemotretan terhadap anak ketika melakukan kegiatan bermain peran dan ketika melakukan aktivitas rutin di kelas. Hasil dari foto-foto anak tersebut dapat dilihat dilampiran.

G. Analisis Data

Menurut Sugiyono (2011: 244), menyatakan bahwa analisis data kualitatif merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, menyusus ke dalam pola, dan membuat kesimpulan. Berdasarkan pernyataan tersebut, peneliti mengorganisasikan data yang diperoleh ke dalam kategori, dimana peneliti membagi kategori tersebut menjadi 3 kategori, yaitu: (1) kategori sudah berkembang, (2) kategori dalam proses, (3) kategori perlu stimulus. Setelah peneliti mencatat perkembangan anak melalui observasi, peneliti memberi skor pada setiap kategori tersebut. Kategori sudah berkembang (SB) diberi skor 3, untuk kategori dalam proses (DP) diberi skor 2, sedangkan untuk kategori perlu stimulus (PS) diberi skor 1. Skor atau nilai yang diperoleh dari setiap ketegori tersebut dihitung dengan cara berikut ini.

1. Cara Menghitung Interval

a. Menentukan skor tertinggi dan skor terendah Skor tertinggi = 3 dan skor terendah = 1


(34)

51

Melati Br. Tarigan, 2014

Meningkatkan Kemandirian Anak Taman Kanak-Kanak Melalui Metode Bermain Peran Makro

66 – 22 = 44

c. Menetapkan jumlah kelompok interval

Dalam penelitian ini jumlah kelompok interval sesuai dengan banyaknya kategorisasi yang digunakan yaitu 3 kategori, sehingga jumlah kelompok interval sebanyak 3 kelompok interval.

d. Menghitung lebar interval pada setiap kelompok interval (range : jumlah kelompok interval)

44 : 3 = 14,6 (dibulatkan menjadi 15)

Berdasarkan keterangan mencari interval tersebut dapat diketahui bahwa rentang nilai dari setiap kategori adalah sebagai berikut:

SB: 52 – 66 DP: 37 – 51 PS: 22 – 36

2. Mencari Persentase

Mencari persentase menggunakan rumus:

Keterangan : P : persentase F : frekuensi n : jumlah anak

Kemudian analisis dilakukan dengan menggunakan hasil pengumpulan informasi yang telah dilakukan dalam tahap pengumpulan data. Miles dan Huberman (dalam Kunandar, 2008: 102) menyatakan analisis interaktif terdiri atas tiga komponen kegiatan yang saling terkait, yaitu reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan. Berikut ini penjelasan dari masing-masing komponen, diantaranya:

F

P = x 100% n


(35)

52

Melati Br. Tarigan, 2014

Meningkatkan Kemandirian Anak Taman Kanak-Kanak Melalui Metode Bermain Peran Makro

1. Reduksi data merupakan proses penyeleksi, menentukan fokus, menyederhanakan, meringkas, dan mengubah bentuk data mentah yang ada dalam catatan lapangan.

2. Display

Setelah melakukan reduksi data, yang selanjutnya adalah pembeberan data/display dengan tertata rapi dengan narasi plus matriks, dan grafik atau bagan. Pembeberan data yang sistematis dan interaktif akan memudahkan pemahaman terhadap apa yang telah terjadi sehingga memudahkan penarikan kesimpulan.

3. Penarikan kesimpulan

Penarikan kesimpulan tentang peningkatan atau perubahan yang terjadi dilakukan secara bertahap mulai dari kesimpulan sementara yang ditarik pada akhir siklus satu ke kesimpulan terevisi pada akhir siklus terakhir. Kesimpulan yang pertama sampai dengan yang terakhir saling terkait dan kesimpulan pertama sebagai pijakan.


(36)

114

Melati Br. Tarigan, 2014

Meningkatkan Kemandirian Anak Taman Kanak-Kanak Melalui Metode Bermain Peran Makro BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Kondisi kemandirian anak sebelum diterapkan metode bermain peran

makro masih kurang berkembang dengan baik, dimana kemandirian anak yang sudah berkembang (SB) sebesar 42%, dalam proses (DP) sebesar 32%, dan masih perlu stumulus (PS) sebesar 26%. Kurang berkembangnya kemandirian anak ini kemungkinan disebabkan oleh ketergantungan anak pada orang tua dan kurangnya guru memberikan kesempatan dan pembiasaan kepada anak untuk berusaha menjadi lebih mandiri.

2. Penerapan bermain peran makro untuk meningkatkan kemandirian anak diberikan pada kondisi lingkungan yang kondusif sehingga akan tercipta lingkungan belajar yang menyenangkan. Hal ini terlihat saat anak bermain peran, anak menunjukkan rasa senang dan atusias yang cukup besar sehingga dalam melakukan aktivitas bermain peran anak mampu mengembangkan kemandiriannya seperti anak lebih termotivasi untuk melakukan tugas-tugas yang belum dikuasainya secara mandiri. Penggunaan metode bermain peran juga dapat mengembangkan daya khayal, menggali kreativitas anak, melatih motorik kasar anak untuk bergerak, melatih penghayatan anak terhadap peran yang dimainkan, dan mampu menggali perasaan anak. Penerapan bermain peran pada penelitian ini dilakukan menjadi 2 siklus dengan 2 tindakan pada setiap siklusnya. 3. Kondisi kemandirian anak setelah penerapan bermain peran mengalami

peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan kondisi awal. Hal ini dapat dilihat dari hasil yang diperoleh pada akhir siklus 2 yaitu anak yang sudah berkembang (SB) sebesar 84%, anak yang dalam proses (DP) sebesar 16%, dan tidak ada lagi anak yang masih perlu stimulus. Kemandirian anak ini terlihat dari kegiatan ruti yang dilakukan di kelas seperti mencuci tangan, membuka dan memakai sepatu dan menyimpan


(37)

115

Melati Br. Tarigan, 2014

Meningkatkan Kemandirian Anak Taman Kanak-Kanak Melalui Metode Bermain Peran Makro

ditempatnya, merapikan mainan, mengambil dan menyimpan alat tulis sendiri, membuka tempat makan dan botol minum sendiri, makan sendiri, mengambil makan sendiri dan membukanya, membereskan peralatan makan sendiri, dan membuang sampah pada tempatnya.

B. Rekomendasi

1. Bagi Guru

a. Hendaknya guru selalu berusaha untuk menggunakan metode pembelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi anak supaya dapat membantu mengembangkan kemandirian anak.

b. Untuk meningkatkan kemampuan perkembangan kemandirian anak, hendaknya guru senantiasa memberikan kesempatan pada anak untuk lebih mandiri, pembiasaan yang rutin, dan bimbingan yang tepat. 2. Bagi Orang tua

a. Hendaknya orang tua bekerjasama dengan guru atau pihak sekolah dalam memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anak, khususnya dalam mengembangkan kemandirian anak sehingga usaha yang dilakukan guru untuk membentuk anak lebih mandiri sejalan dengan orang tua di rumah.

b. Sebaiknya orang tua tidak terlalu memanjakan anak dengan menuruti

semua keinginan anak dan membantu anak dalam memenuhi setiap kebutuhannya sehingga hal tersebut menjadi penghambat bagi anak untuk mandiri dan menghambat perkembangan anak yang lainnya. 3. Bagi peneliti selanjutnya

a. Sebaiknya peneliti memiliki gambaran yang jelas dalam melakukan penelitian sehingga dalam penerapan teknik dalam perencanaan maupun pelaksanaan dapat berjalan dengan baik.

b. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti perbedaan kemandirian anak dengan metode bermain peran dan metode klasikal.


(38)

116

Melati Br. Tarigan, 2014

Meningkatkan Kemandirian Anak Taman Kanak-Kanak Melalui Metode Bermain Peran Makro

DAFTAR PUSTAKA

Abidin,Y. 2009. Bermain Pengantar Bagi Penerapan Pendekatan Beyond Centers

And Circle Time (BCCT) Dalam Dimensi PAUD. Bandung: Risqi Press

Agustin, M. 2008. Strategi Pengembangan Sosial – Emosional Anak Taman Kanak – Kanak. Bandung: FIP UPI

Amalia, L. 2011. Upaya Mengembangkan Kemandirian Anak Usia Playgroup

Melalui Penerapan Teknik Scffolding. Skripsi Sarjana pada FIP PGPAUD

UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Arikunto, S dkk. 2010. Penelitian TindakanKkelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Asmawati, L dkk. 2011. Pengelolaan Kegiatan Pengembangan anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka.

Basri, H. 2000. Remaja Berkualitas: Problematika Remaja dan Solusinya Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Depdiknas. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003

Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan

Nasional

Depdiknas. 2003. Pendekatan Kontekstual; Contextual Teaching and Learning. Jakarta. Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah

Depdiknas. 2006. Pedoman Penerapan Pendekatan Beyond Centers And Circle

Time (BCCT) Pendekatan Sentra dan Lingkaran Dalam Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Depdiknas. 2010. Peraturan Pemerintah No 17 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan

dan Penyelenggaraan Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan


(39)

117

Melati Br. Tarigan, 2014

Meningkatkan Kemandirian Anak Taman Kanak-Kanak Melalui Metode Bermain Peran Makro

Dit. PADU Depdiknas. 2004. Lebih Jauh Tentang Sentra dan Saat Lingkaran:

Bermain Peran. Jakarta: Dit PADU Depdiknas.

Djamarah dan Zain. A. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Djoehaeni, H. 2008. Kurikulum dan Perencanaan Pembelajaran di Taman

Kanak-Kanak. Bandung: FIP UPI

Ekawati, N dkk. 2013. Implementasi Metode Bermain Peran Berbasis Lingkungan

Dalam Meningkatkan Kemampuan Sosial Anak Tk Kumara Bhuana II

[Online], Vol 3, 12 halaman. Tersedia: http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&c ad=rja&ved=0CCsQFjAA&url=http%3A%2F%2Fpasca.undiksha.ac.id%2F

e-journal%2Findex.php%2Fjurnal_pendas%2Farticle%2Fdownload%2F514% 2F306&ei=g9fWUdKoNsXSrQfdlYHAAQ&usg=AFQjCNFezxDQkipo1gZ

EP-JjqkPRzFhSfA&sig2=WPwaHeFcP0sjXw96YVfOjQ&bvm=bv.48705608,d .bmk. [5 Juli 2013]

Fitriani, A. 2010. Pengaruh Bermain Peran (Role Playing) Makro Terhadap

Peningkatan Kosakata Bahasa Indonesia Anak Taman Kanak-Kanak.

Skripsi Sarjana pada FIP PGPAUD UPI Bandung: tidak diterbitkan

Gea, A. 2002. Relasi Dengan Diri Sendiri. Jakarta: Elex Media Komputindo

Gunarti, dkk. 2008. Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar

Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka

Handayani, S. 2012. Meningkatkan Keterampilan Sosial Anak Usia Dini Melalui

Metode Bermain Peran. Skripsi Sarjana pada FIP PGPAUD UPI Bandung:

tidak diterbitkan

Herlina. 2013. Hubungan Pola Asuh Keluarga dengan Kemandirian Perawatan

Diri Anak Usia Sekolah di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok. Tesis Megister pada FIK UI. [Online]. Tersedia:

http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=Lie%2C%2BA%2Bdan%2BPra sasti%2C%2BS%2B.%2B2004.%2B101%2BCara%2Bmembina%2Bkeman


(40)

118

Melati Br. Tarigan, 2014

Meningkatkan Kemandirian Anak Taman Kanak-Kanak Melalui Metode Bermain Peran Makro

dirian%2Bdan%2Btanggung%2Bjawab%2Banak.%2B&source=web&cd=6 &ved=0CDkQFjAF&url=http%3A%2F%2Flontar.ui.ac.id%2Ffile%3Ffile%

3Ddigital%2F20334363-T32623-Herlina.pdf&ei=inXjUbqEFs2FrAeI6oCoDw&usg=AFQjCNE9496q7S_0if blywt9r7rOO6pl1Q&cad=rja. [15 Juli 2013]

Hurlock, E.1978. Jilid 1 Perkembangan Anak, Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga

Hurlock, E. 1980. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang

Kehidupan. Jakarta: Erlangga

Kamus besar.com. arti mandiri. [Online]. Tersedia: http://www.kamusbesar.com/24799/mandiri[19 Juni 2012]

Kemendiknas. 2010. Pedoman Pengembangan Program Pembelajaran Di Taman

Kanak-Kanak. Jakarta: Dirjen MPDM, Dirjen PTKK dan SD

Kunandar. 2008. Langkah mudah penelitian tindakan kelas sebagaipengembangan profesi guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Kurniati, E. 2008. Konsep Dasar Bermain di Taman Kanak-Kanak. Bandung: FIP UPI

Kurnia, E. 2011. Efektivitas Penggunaan Metode Bermain Peran Makro

Terhadap Peningkatan Penguasaan Kosakata Bahasa Sunda Anak Usia

Taman Kanak – Kanak. Skripsi Sarjana pada FIP PGPAUD UPI Bandung:

tidak diterbitkan

Listiana, A. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: FIP UPI

Moeslichatoen, R. 2004. Metode Pengajaran Di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: PT Rineka Cipta

Muchsinati, N. 2007. Hubungan Urutan Kelahiran Dalam Keluarga Dengan

Kemandirian Anak Usia Dini Di Tk Madinah Malang. Skripsi Sarjana FP


(41)

119

Melati Br. Tarigan, 2014

Meningkatkan Kemandirian Anak Taman Kanak-Kanak Melalui Metode Bermain Peran Makro

http://lib.uinmalang.ac.id/thesis/fullchapter/02410060-neila-muhsinati.ps. [31 Oktober 2012]

Munawar, M dkk. 2011. Model Peningkatan Kemampuan Mengajar Guru RA

Melalui Pendekatan Pembelajaran BCCT [Online], Vol 1 (1), 17 halaman.

Tersedia: http://e-jurnal.ikippgrismg.ac.id/index.php/paudia/article/view/ 258/227. [14 Juli 2013]

Mu’tadin, Z. 2002. Kemandirian Sebagai Kebutuhan Psikologis Pada Remaja.

[Online]. Tersedia: www.e-psikologi.com. [15 Juli 2013]

Mutiah, D. 2010. Psikologi Bermain Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana Prenada Media

Nurihsan, A dan Agustin, M. 2011. Dinamika Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Refika Aditama

Permen. 2009. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 58 Tahun 2009

Tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Menteri Pendidikan

Nasional

Putra, K dan Jannah, M. 2013. Perkembangan Kemandirian Anak Usia Dini (Usia

4-6 Tahun) Di Taman Kanak-Kanak Assalam Surabaya [Online], Vol 01

(03), 7 halaman. Tersedia:

http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/character/article/view/2714/baca-artikel. [15 Juli 2013]

Rachmawati,Y. 2008. Perkembangan Sosial-Emosional Anak TK. Bandung: FIP UPI

Risnawati, V. 2012. Optimalisasi Pendidikan Karakter Anak Usia Dini Melalui

Sentra Main Peran di Taman Kanak-Kanak Padang [Online], Vol 1, 12

halaman. Tersedia:

http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3& cad=rja&ved=0CDkQFjAC&url=http%3A%2F%2Fejournal.unp.ac.id%2Fi ndex.php%2Fpaud%2Farticle%2Fdownload%2F1595%2F1376&ei=YRnsU cLBPMGHrgeD_IDgCg&usg=AFQjCNH3lpc7Ga0JTFlAzSzHGAtCzJv6I


(42)

120

Melati Br. Tarigan, 2014

Meningkatkan Kemandirian Anak Taman Kanak-Kanak Melalui Metode Bermain Peran Makro

w&sig2=FbGcovnXdWtJiDAFzspIRg&bvm=bv.49478099,d.bmk. [15 Juli 2013]

Rohmah, T. 2012. Meningkatkan Kemandirian Anak Melalui kegiatan Practical

Life Kelompok-Adi Ra Al-Ikhlas Medokan Ayu Rungkut Surabaya. [Online],

7 halaman. Tersedia:

http://www.scribd.com/doc/121585914/Untitled#download

ejournal.unesa.ac.id/article/1709/19/article.pdf. [31 Juli 2003]

Santrock, J. 1983. Life-Span Development Perkembangan Masa Hidup. Jakarta: Erlangga

Septiningtyas, N. 2006. Menumbuhkan Kemandirian Pada Anak Tunggal Melalui

Pendidikan Dalam Keluarga Skripsi Sarjana pada FIP PGTK UNS.

[Online]. Tersedia: http://ramabie.com/wp-content/uploads/skripsi/SkripsiPGSD6.pdf. [15 Juli 2013]

Siska,Y. 2011. Penerapan Metode Bermain Peran (Role Playing) Dalam

Meningkatkan Keterampilan Sosial dan Keterampilan Berbicara Anak Usia Dini. [Online]. Tersedia: http://jurnal.upi.edu/file/4-Yulia_Siska-edit.pdf.

[14 Juli 2013]

Solehuddin, M. 2000. Konsep Dasar Pendidikan Prasekolah.Bandung: FIP UPI

Sunarto, H dan Hartono, A. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta

Suhardjono. 2010. Bagian kedua penelitian tindakan kelas sebagai kegiatan

pengembangan profesi guru (penelitian tindakan kelas). Jakarta: PT bumi

Aksara.

Susanto,A. 2013. Memahami Perilaku Kemandirian Anak Usia Dini. [Online]. Tersdia: http://fipumj.net/artikel8f14e45fceea167a5a36dedd4bea2543-MEMAHAMI-PERILAKU-KEMANDIRIAN-ANAK-USIA-DINI.html. [5 Juli 2013]

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta


(43)

121

Melati Br. Tarigan, 2014

Meningkatkan Kemandirian Anak Taman Kanak-Kanak Melalui Metode Bermain Peran Makro

Sri, H dkk. 2013. Model Bimbingan Kelompok Dalam Pelaksanaan Kegiatan

Kepramukaan Untuk meningkatkan Kemandirian Siswa: Jurnal Bimbingan

Konseling [Online], Vol 2 (1), 6 halaman. Tersedian:

http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3& cad=rja&ved=0CDYQFjAC&url=http%3A%2F%2Fjournal.unnes.ac.id%2F sju%2Findex.php%2Fjubk%2Farticle%2Fdownload%2F1235%2F1194&ei =fULyUZOcMcW3rAfh74DwAQ&usg=AFQjCNHwQM4KOwskOte9EZy NBh0bRZUTfA&bvm=bv.49784469,d.bmk [26 Juli 2013]

Tim Pustaka Familia. 2006. Membuat Prioritas, Melatih Anak Mandiri. Yogyakarta: Kanisius.

Wijana, W dkk. 2011. Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka.

Yusuf, S. 2009. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin,Y. 2009. Bermain Pengantar Bagi Penerapan Pendekatan Beyond Centers

And Circle Time (BCCT) Dalam Dimensi PAUD. Bandung: Risqi Press

Agustin, M. 2008. Strategi Pengembangan Sosial – Emosional Anak Taman Kanak – Kanak. Bandung: FIP UPI

Amalia, L. 2011. Upaya Mengembangkan Kemandirian Anak Usia Playgroup

Melalui Penerapan Teknik Scffolding. Skripsi Sarjana pada FIP PGPAUD

UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Arikunto, S dkk. 2010. Penelitian TindakanKkelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Asmawati, L dkk. 2011. Pengelolaan Kegiatan Pengembangan anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka.

Basri, H. 2000. Remaja Berkualitas: Problematika Remaja dan Solusinya Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Depdiknas. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003

Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan

Nasional

Depdiknas. 2003. Pendekatan Kontekstual; Contextual Teaching and Learning. Jakarta. Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah

Depdiknas. 2006. Pedoman Penerapan Pendekatan Beyond Centers And Circle

Time (BCCT) Pendekatan Sentra dan Lingkaran Dalam Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Depdiknas. 2010. Peraturan Pemerintah No 17 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan

dan Penyelenggaraan Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan


(2)

Dit. PADU Depdiknas. 2004. Lebih Jauh Tentang Sentra dan Saat Lingkaran:

Bermain Peran. Jakarta: Dit PADU Depdiknas.

Djamarah dan Zain. A. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Djoehaeni, H. 2008. Kurikulum dan Perencanaan Pembelajaran di Taman

Kanak-Kanak. Bandung: FIP UPI

Ekawati, N dkk. 2013. Implementasi Metode Bermain Peran Berbasis Lingkungan

Dalam Meningkatkan Kemampuan Sosial Anak Tk Kumara Bhuana II

[Online], Vol 3, 12 halaman. Tersedia: http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&c ad=rja&ved=0CCsQFjAA&url=http%3A%2F%2Fpasca.undiksha.ac.id%2F

e-journal%2Findex.php%2Fjurnal_pendas%2Farticle%2Fdownload%2F514% 2F306&ei=g9fWUdKoNsXSrQfdlYHAAQ&usg=AFQjCNFezxDQkipo1gZ

EP-JjqkPRzFhSfA&sig2=WPwaHeFcP0sjXw96YVfOjQ&bvm=bv.48705608,d .bmk. [5 Juli 2013]

Fitriani, A. 2010. Pengaruh Bermain Peran (Role Playing) Makro Terhadap

Peningkatan Kosakata Bahasa Indonesia Anak Taman Kanak-Kanak.

Skripsi Sarjana pada FIP PGPAUD UPI Bandung: tidak diterbitkan

Gea, A. 2002. Relasi Dengan Diri Sendiri. Jakarta: Elex Media Komputindo

Gunarti, dkk. 2008. Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar

Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka

Handayani, S. 2012. Meningkatkan Keterampilan Sosial Anak Usia Dini Melalui

Metode Bermain Peran. Skripsi Sarjana pada FIP PGPAUD UPI Bandung:

tidak diterbitkan

Herlina. 2013. Hubungan Pola Asuh Keluarga dengan Kemandirian Perawatan

Diri Anak Usia Sekolah di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok. Tesis Megister pada FIK UI. [Online]. Tersedia:

http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=Lie%2C%2BA%2Bdan%2BPra sasti%2C%2BS%2B.%2B2004.%2B101%2BCara%2Bmembina%2Bkeman


(3)

dirian%2Bdan%2Btanggung%2Bjawab%2Banak.%2B&source=web&cd=6 &ved=0CDkQFjAF&url=http%3A%2F%2Flontar.ui.ac.id%2Ffile%3Ffile%

3Ddigital%2F20334363-T32623-Herlina.pdf&ei=inXjUbqEFs2FrAeI6oCoDw&usg=AFQjCNE9496q7S_0if blywt9r7rOO6pl1Q&cad=rja. [15 Juli 2013]

Hurlock, E.1978. Jilid 1 Perkembangan Anak, Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga

Hurlock, E. 1980. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang

Kehidupan. Jakarta: Erlangga

Kamus besar.com. arti mandiri. [Online]. Tersedia: http://www.kamusbesar.com/24799/mandiri[19 Juni 2012]

Kemendiknas. 2010. Pedoman Pengembangan Program Pembelajaran Di Taman

Kanak-Kanak. Jakarta: Dirjen MPDM, Dirjen PTKK dan SD

Kunandar. 2008. Langkah mudah penelitian tindakan kelas sebagaipengembangan profesi guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Kurniati, E. 2008. Konsep Dasar Bermain di Taman Kanak-Kanak. Bandung: FIP UPI

Kurnia, E. 2011. Efektivitas Penggunaan Metode Bermain Peran Makro

Terhadap Peningkatan Penguasaan Kosakata Bahasa Sunda Anak Usia Taman Kanak – Kanak. Skripsi Sarjana pada FIP PGPAUD UPI Bandung:

tidak diterbitkan

Listiana, A. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: FIP UPI

Moeslichatoen, R. 2004. Metode Pengajaran Di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: PT Rineka Cipta

Muchsinati, N. 2007. Hubungan Urutan Kelahiran Dalam Keluarga Dengan

Kemandirian Anak Usia Dini Di Tk Madinah Malang. Skripsi Sarjana FP


(4)

http://lib.uinmalang.ac.id/thesis/fullchapter/02410060-neila-muhsinati.ps. [31 Oktober 2012]

Munawar, M dkk. 2011. Model Peningkatan Kemampuan Mengajar Guru RA

Melalui Pendekatan Pembelajaran BCCT [Online], Vol 1 (1), 17 halaman.

Tersedia: http://e-jurnal.ikippgrismg.ac.id/index.php/paudia/article/view/ 258/227. [14 Juli 2013]

Mu’tadin, Z. 2002. Kemandirian Sebagai Kebutuhan Psikologis Pada Remaja.

[Online]. Tersedia: www.e-psikologi.com. [15 Juli 2013]

Mutiah, D. 2010. Psikologi Bermain Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana Prenada Media

Nurihsan, A dan Agustin, M. 2011. Dinamika Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Refika Aditama

Permen. 2009. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 58 Tahun 2009

Tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Menteri Pendidikan

Nasional

Putra, K dan Jannah, M. 2013. Perkembangan Kemandirian Anak Usia Dini (Usia

4-6 Tahun) Di Taman Kanak-Kanak Assalam Surabaya [Online], Vol 01

(03), 7 halaman. Tersedia: http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/character/article/view/2714/baca-artikel. [15 Juli 2013]

Rachmawati,Y. 2008. Perkembangan Sosial-Emosional Anak TK. Bandung: FIP UPI

Risnawati, V. 2012. Optimalisasi Pendidikan Karakter Anak Usia Dini Melalui

Sentra Main Peran di Taman Kanak-Kanak Padang [Online], Vol 1, 12

halaman. Tersedia:

http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3& cad=rja&ved=0CDkQFjAC&url=http%3A%2F%2Fejournal.unp.ac.id%2Fi ndex.php%2Fpaud%2Farticle%2Fdownload%2F1595%2F1376&ei=YRnsU cLBPMGHrgeD_IDgCg&usg=AFQjCNH3lpc7Ga0JTFlAzSzHGAtCzJv6I


(5)

w&sig2=FbGcovnXdWtJiDAFzspIRg&bvm=bv.49478099,d.bmk. [15 Juli 2013]

Rohmah, T. 2012. Meningkatkan Kemandirian Anak Melalui kegiatan Practical

Life Kelompok-Adi Ra Al-Ikhlas Medokan Ayu Rungkut Surabaya. [Online],

7 halaman. Tersedia:

http://www.scribd.com/doc/121585914/Untitled#download

ejournal.unesa.ac.id/article/1709/19/article.pdf. [31 Juli 2003]

Santrock, J. 1983. Life-Span Development Perkembangan Masa Hidup. Jakarta: Erlangga

Septiningtyas, N. 2006. Menumbuhkan Kemandirian Pada Anak Tunggal Melalui

Pendidikan Dalam Keluarga Skripsi Sarjana pada FIP PGTK UNS.

[Online]. Tersedia: http://ramabie.com/wp-content/uploads/skripsi/SkripsiPGSD6.pdf. [15 Juli 2013]

Siska,Y. 2011. Penerapan Metode Bermain Peran (Role Playing) Dalam

Meningkatkan Keterampilan Sosial dan Keterampilan Berbicara Anak Usia Dini. [Online]. Tersedia: http://jurnal.upi.edu/file/4-Yulia_Siska-edit.pdf.

[14 Juli 2013]

Solehuddin, M. 2000. Konsep Dasar Pendidikan Prasekolah.Bandung: FIP UPI

Sunarto, H dan Hartono, A. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta

Suhardjono. 2010. Bagian kedua penelitian tindakan kelas sebagai kegiatan

pengembangan profesi guru (penelitian tindakan kelas). Jakarta: PT bumi

Aksara.

Susanto,A. 2013. Memahami Perilaku Kemandirian Anak Usia Dini. [Online]. Tersdia: http://fipumj.net/artikel8f14e45fceea167a5a36dedd4bea2543-MEMAHAMI-PERILAKU-KEMANDIRIAN-ANAK-USIA-DINI.html. [5 Juli 2013]

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta


(6)

Sri, H dkk. 2013. Model Bimbingan Kelompok Dalam Pelaksanaan Kegiatan

Kepramukaan Untuk meningkatkan Kemandirian Siswa: Jurnal Bimbingan Konseling [Online], Vol 2 (1), 6 halaman. Tersedian: http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3& cad=rja&ved=0CDYQFjAC&url=http%3A%2F%2Fjournal.unnes.ac.id%2F sju%2Findex.php%2Fjubk%2Farticle%2Fdownload%2F1235%2F1194&ei =fULyUZOcMcW3rAfh74DwAQ&usg=AFQjCNHwQM4KOwskOte9EZy NBh0bRZUTfA&bvm=bv.49784469,d.bmk [26 Juli 2013]

Tim Pustaka Familia. 2006. Membuat Prioritas, Melatih Anak Mandiri. Yogyakarta: Kanisius.

Wijana, W dkk. 2011. Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka.

Yusuf, S. 2009. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.