PENGGUNAAN PENDEKATAN ISU-ISU KONTROVERSIAL UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PENYIMPANGAN SOSIAL PADA PEMBELAJARAN IPS :Penelitian Tindakan Kelas pada Peserta Didik Kelas VIII di SMP Negeri 1 Jatisari Kabupaten Karawang.

(1)

PENGGUNAAN PENDEKATAN ISU-ISU KONTROVERSIAL UNTUK PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP PENYIMPANGAN

SOSIAL PADA PEMBELAJARAN IPS

(Penelitian Tindakan Kelas Pada Peserta Didik Kelas VIII SMPN 1 Jatisari Kabupaten Karawang)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan IPS

Oleh :

OKA NAZULAH SALEH NIM: 1104039

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013


(2)

Penggunaan Pendekatan Isu-isu Kontroversial Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Penyimpangan Sosial Pada pembelajaran IPS (Penelitian Tindakan Kelas pada Peserta didik Kelas VIII SMPN 1 Jatisari-

Karawang)

Oleh

Oka Nazulah Saleh

S.Pd FKIP UNPAS Bandung, 1998

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Fakultas Pendidikan Ilmu pengetahuan Sosial

© Oka Nazulah Saleh 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING: Pembimbing I

Prof. DR. H. Bunyamin Maftuh, M.Pd, M.A NIP. 19620702 1986011 002

Pembimbing II

Prof. DR. H. Aim Abdulkarim, M. Pd. NIP. 19590714 198601 1 001

Mengetahui, Ketua Program Studi

Pendidikan Ilmu Pengetahuan sosial

Prof. Dr. H. Bunyamin Maftuh, M.Pd., M.A. NIP. 19620702 1986011 002


(4)

Penggunaan Pendekatan Isu-isu Kontroversial Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Penyimpangan Sosial Pada Pembelajaran IPS

(Penelitian Tindakan Kelas pada Peserta Didik Kelas VIII di SMP Negeri 1 Jatisari Kabupaten Karawang)

ABSTRAK

Pembelajaran IPS sering dianggap pembelajaran hapalan yang membosankan dan selalu diperoleh hasil belajar yang rendah dari peserta didik. Selain itu, dalam pembelajaran tersebut peserta didik cenderung pasif. Untuk mengatasi proses pembelajaran yang pasif dan hasil belajar yang rendah, maka digunakan metode pembelajaran dengan menggunakan pendekatan isu-isu kontroversial. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis efektivitas pembelajaran pendekatan isu-isu kontroversial untuk peningkatan pemahaman konsep penyimpangan sosial dalam pembelajaran IPS. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas atau Classrom Action Research (CAR). Subjek penelitian adalah peserta didik kelas VIII SMPN 1 Jatisari Karawang. Cara mengumpulkan data dalam penelitian menggunakan observasi yang didukung oleh kuesioner dan test. Penerapan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan isu-isu kontroversial ini telah mampu meningkatkan pemahaman konsep penyimpangan sosial peserta didik, dibuktikan dengan adanya peningkatan respon dan keaktifan peserta didik dalam berargumentasi dan berpendapat. Sesuai dengan hasil observasi, dan didukung oleh hasil kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan hasil belajar peserta didik mengalami peningkatan. Hal ini, ditunjukkan dengan peningkatan hasil belajar dalam siklus 1 adalah 68,40%, siklus 2 adalah 72,81%, dan siklus 3 adalah 76,29%. Dalam setiap siklus terdapat peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa. Kendala-kendala dalam menggunakan pendekatan isu-isu kontroversial adalah waktu yang tesedia kurang mencukupi, kurangnya sumber pembelajaran, jumlah peserta didik yang tidak sesuai dengan ketentuan. Dalam penggunaan isu-isu kontroversial, guru hendaknya mengkondisikan kelas dengan baik, menggali kreativitas peserta didik dengan mengangkat isu-isu kontroversial yang relevan dengan tingkat perkembangan peserta didik. Sehingga dapat mengolah kemampuan dan potensi berpikirnya secara optimal. Agar tidak menimbulkan persepsi negatif dari peserta didik dalam memahami materi dan contoh-contohnya dengan pendekatan isu-isu kontroversial, maka guru IPS sebagai penyampai informasi, mediator, dan fasilitator harus tepat dalam proses implementasinya di kelas saat proses pembelajaran.

Kata kunci: Pendekatan Isu-isu Kontoversial, Pemahaman Konsep, Pembelajaran IPS


(5)

The Use of The Controversial Issues Approach to Increase The Understanding Concept of Social Deviance in Social Studies Learning

(Classroom Action Research to Student at VIII Grade in SMPN 1 Jatisari- Karawang)

ABSTRACT

The Social Studies Learning is often consider as recite learning that cause boring, and result of learning from the student is low. Meanwhile, in learning process the student is pasive. To overcome the pasive learning process, hence, it is use learning methode using the approach of controversial issues. This experiment is purposed to describe and to analize the efectivity of learning approach of controversial issues to increase the understanding concept of social deviance in Social Studies Learning. This research use Classroom Action Research (CAR). The subject of this experiment is the student at grade VIII of SMPN 1 Jatisari-Karawang. The way to collect the data in this experiment is using the observation by Quesiner and test. The learning application is by using this controversial issues to be able to increase the understanding in social deviance concept, it is proved by the respons and their activity in arguing and giving comment is increase. According to the observation result, and it is supported by quesioner result. The experiment result show the increase of the student learning process. This is showed the increase of result in cycle 1 is 68,40%,cycle 2 is 72,81%, and cycle 3 is 76,29%. In every cycle has the thoroughly increase of student learning result. The difficulties of using this controversial issues are namely, the time less, the book resourcess are not always avalaible, the number of the students is not adequate. In using this controversial issues is hoped that the teacher can manage the class well, to explore the students creativity by discussing the controversial issues which is relevant to the students age. Hope they are able to explore their potential thinking optimaly. In order do not rise the negative perception from the student in understanding the material and the example with the approach of controversial issues, hence, the teacher as the information conveyor, a mediator and facilitator must do correctly in implementaing the process in the class when learning process.

Keyword: The Use of The Controversial Issues, Understanding Concept, Social Studies Learning.


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR HAK CIPTA... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

LEMBAR PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vii

UCAPAN TERIMA KASIH ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 10

II. KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Isu-isu Kontroversial ... 13

B. Pembelajaran Isu-isu Kontroversial ... 15

C. Pendekatan Isu-isu Kontroversial ... 23

D. Penyimpangan Sosial ... 24

E. Pemahaman Konsep ... 30

F. Peranan Pemahaman Konsep Bagi Peserta Didik Dalam IPS 35 G. Penelitian Terdahulu ... 37

H. Kerangka Berfikir ... 39

III. METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 42


(7)

B. Lokasi dan Subyek Penelitian ... 45

C. Desain Penelitian ... 45

D. Definisi Operasional ... 48

E. Instrumen Penelitian ... 49

F. Penegecekan Keabsahan Data ... 50

G. Pengolahan dan Analisis Data ... 51

H. Indikator Keberhasilan ... 53

I. Personalia Penelitian ... 54

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 55

1. Deskripsi Umum Subjek Penelitian ... 55

2. Deskripsi, Refleksi dan Perencanaan Pembelajaran ... a. Deskripsi Observasi Awal ... 59

b. Analisis, Refleksi Awal ... 63

c. Perencanaan Siklus 1 ... 69

2. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Pembelajaran a. Pelaksanaan Tindakan Siklus 1 ... 72

b. Analisis, Refleksi Siklus 1 ... 83

c. Perencanaan Siklus 2 ... 85

d. Pelaksanaan Siklus 2 ... 88

e. Analisis ,Refleksi Siklus 2 ... 99

f. Perencanaan Siklus 3 ... 101

g. Pelaksanaan Siklus 3 ... 105

h. Analisis, Refleksi Siklus 3 ... 139

B. Pembahasan ... 132

1. Kondisi Pembelajaran IPS di SMPN 1 Jatisari-Karawang ... 141

2. Penggunaan Pendekatan Isu-isu Kontroversialdalam Pembelajaran IPS ... 143 3. Upaya Guru dalam Menggunakan Pendekatan Isu-isu


(8)

kontroversial Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep

dalam Pembelajaran IPS ... 149

4. Kendala-Kendala yang Ditemui dalam pembelajaran ... 151

5. Kendala- kendala Lain ... 151

V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 154

B. Rekomendasi ... 156

DAFTAR PUSTAKA ... 158


(9)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 4.1. Aktifitas Peserta Didik sebelum Menggunakan

Pendekatan Isu-isu Kontroversial ...

65 Tabel 4.2. Aktifitas Guru sebelum Menggunakan Pendekatan Isu-isu

Kontroversial ...

67

Tabel 4.3. Observasi Guru dalam Pembelajaran Siklus 1 ... 78

Tabel 4.4. Observasi Peserta Didik dalam Pembelajaran Siklus 1 ... 81

Tabel 4.5. Hasil Belajar Peserta Didik Siklus 1 ... 83

Tabel 4.6. Observasi Guru dalam Pembelajaran Siklus 2 ... 94

Tabel 4.7. Observasi Peserta Didik dalam Pembelajaran Siklus 2 ... 97

Tabel 4.8. Hasil Belajar Peserta Didik Siklus 2 ... 99

Tabel 4.9. Observasi Guru dalam Pembelajaran Siklus 3 ... 112

Tabel 4.10. Observasi Peserta Didik dalam Pembelajaran Siklus 3 ... 114

Tabel 4.11. Kuesioner Respon Peserta Didik ... 115

Tabel 4.12. Kuesioner Keaktifan Peserta Didik ... 120

Tabel 4.13. Kuesioner Motivasi Peserta Didik ... 124

Tabel 4.14. Kuesioner Keterlibatan dengan Kelompok Peserta Didik.. 129

Tabel 4.15. Kuesioner Kemampuan Memecahkan Masalah Peserta Didik ... 133 Tabel 4.16. Hasil Belajar Peserta Didik Siklus 3 ... 137

Tabel 4.17. Rata-rata Hasil Belajar Peserta Didik Siklus 1, 2 dan 3 ... 137 Tabel 4.18. Perbadingan Proses dan Hasil Belajar Peserta Didik

Siklus 1, 2 dan 3 ...


(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Model Paradigma Penelitian ... 41

Gambar 3.1. Bagan Rancangan PTK ... 48

Gambar 3.2. Langkah-langkah Analisis ... 52

Gambar 4.1. Peta Lokasi Penelitian ... 57

Gambar 4.2. Denah Tempat Duduk ... 73

Gambar 4.3. Denah Tempat Duduk ... 106

Gambar 4.4. Grafik Respon Peserta Didik ... 116

Gambar 4.5. Grafik Keaktifan Peserta Didik ... 121

Gambar 4.6. Grafik Motivasi Peserta Didik ... 126

Gambar 4.7. Grafik Keterlibatan dalam Kelompok Peserta Didik ... 130

Gambar 4.8. Grafik Memecahkan Masalah Peserta Didik ... 134

Gambar 4.9. Rata-rata Hasil Belajar Peningkatan Pemahaman Konsep Peserta Didik ... 138


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Orientasi Awal Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus 1

Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus 2 Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus 3 Lampiran 5 Lembar Observasi Guru Orientasi Awal

Lampiran 6 Lembar Observasi Guru Siklus 1 Lampiran 7 Lembar Observasi Guru Siklus 2 Lampiran 8 Lembar Observasi Guru Siklus 3

Lampiran 9 Lembar Observasi Guru Siklus 1, 2 dan 3 Lampiran 10 Lembar Observasi Peserta Didik Orientasi Awal Lampiran 11 Lembar Observasi Peserta Didik Siklus 1

Lampiran 12 Lembar Observasi Peserta Didik Siklus 2 Lampiran 13 Lembar Observasi Peserta Didik Siklus 3

Lampiran 14 Lembar Observasi Peserta Didik Siklus 1, 2 dan 3 Lampiran 15 Lembar Kuesioner Peserta Didik

Lampiran 16 Soal-soal Post Test Orientasi Awal Lampiran 17 Soal-soal Post Test Siklus 1 Lampiran 18 Soal-soal Post Test Siklus 2 Lampiran 19 Soal-soal Post Test Siklus 3

Lampiran 20 Hasil Belajar Peserta Didik Orientasi Awal Lampiran 21 Hasil Belajar Peserta Didik Siklus 1

Lampiran 22 Hasil Belajar Peserta Didik Siklus 2 Lampiran 23 Hasil Belajar Peserta Didik Siklus 3

Lampiran 24 Hasil Belajar Peserta Didik Siklus 1, 2 dan 3 Lampiran 25 Dokumentasi Foto


(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Belajar adalah proses yang aktif, peserta didik sendiri yang membentuk pengetahuan. Pada proses belajar, peserta didik diharapkan mampu menyesuaikan konsep dan ide-ide yang baru dengan kerangka berpikir yang dimiliki oleh para peserta didik. Kemudian para peserta didik itu sendiri yang bertanggung jawab terhadap hasil belajar mereka. Proses belajar sangat berpengaruh terhadap perkembangan kecerdasan peserta didik, karena pengetahuan yang telah diperoleh dan dimiliki seseorang akan membentuk suatu jaringan struktur kognitif dalam dirinya. Proses belajar konstruktivistik berpandangan bahwa manusia membangun atau menciptakan pengetahuan dengan cara memberi arti pada pengetahuan sesuai dengan pengalamannya. Peserta didik harus membentuk pengetahuan sendiri dan guru membantu sebagai mediator dalam proses pembentukan itu (Suparno, 1997: 62).

Proses belajar peserta didik membangun sendiri pengetahuan mereka dilakukan dengan keterlibatan aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan keterlibatan aktif peserta didik, pembelajaran akan lebih bermakna. Nur (2002:8) menyatakan bahwa:

Dalam kegiatan belajar siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks sehingga benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, bekerja memecahkan masalah, memberikan kesempatan menemukan dan menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mampu menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.

Peserta didik membangun pengetahuan berdasarkan fase perkembangan kognitifnya. Perkembangan kognitif peserta didik bergerak secara dinamis sesuai dengan tingkat usianya yang berinteraksi secara aktif dengan lingkungan sebagai proses dari pengalaman belajar. Menurut Piaget (Suparno, 1997:44), yang meneliti bagaimana peserta didik membangun pengetahuan kognitifnya, peserta didik mula-mula membentuk skema, mengembangkan skema, mengubah skema.


(13)

Ia lebih menekankan bagaimana si individu dengan sendirinya mengkonstruksi pengetahuan dari interaksinya dengan pengalaman dan objek yang dihadapi. Pendekatan Piaget ini bersifat personal dan individual. Sedangkan menurut Vygotsky (Suparno, 1997:46) memandang pentingnya interaksi sosial dengan orang lain yang memiliki pengetahuan lebih baik maupun sistem atau lingkungan yang telah berkembang dengan baik. Kegiatan seseorang dalam memahami sesuatu dipengaruhi oleh partisipasinya dalam praktek-praktek sosial dan kultural yang ada, seperti masyarakat, sekolah, teman, dan yang lainnya.

Dalam proses ini menurut Santrock (2011:66), pendekatan Vygostky merupakan pendekatan konstruksi sosial, yang mendekatkan pada konteks sosial dari pembelajaran dan bahwa pengetahuan dibangun dan dikonstruksi secara bersama. Lain halnya dengan menurut Piaget, yang menyatakan anak menyusun pengetahuan dan mentransformasikan, mengorganisasikan dan mereorganisasikan pengetahuan sebelumnya.

Dalam konteks sosial, pembelajaran menuntut peserta didik untuk aktif melakukan interaksi dengan lingkungannya dengan menganalisis berbagai permasalahan dalam masyarakat. Pembelajaran akan lebih bermakna dan bermanfaat bagi peserta didik dengan memecahkan berbagai permasalahan dalam masyarakat. Suparno (1997: 28) menyatakan bahwa:

Manusia mengkonstruksi pengetahuan mereka secara individu maupun melalui interaksi mereka dengan objek, fenomena, pengalaman dan lingkungan mereka. Suatu pengetahuan dianggap benar bila pengetahuan itu dapat berguna untuk menghadapi dan memecahkan persoalan yang sesuai.

Belajar juga bukan hanya sekedar mengumpulkan fakta. Belajar dipenuhi dengan proses berpikir, dan membuat hipotesis, berefleksi, memecahkan masalah dan seterusnya, sampai pada terbentuk pengetahuan yang baru. Dalam mempelajari suatu konsep, peserta didik sudah membawa konsep-konsep sebelum mengikuti pembelajaran di sekolah. Pembelajaran harus diarahkan untuk mengeksplorasi pengetahuan dasar yang dimiliki oleh peserta didik dengan menggunakan strategi, pendekatan, metode, dan model yang sesuai. Kontruk berpikir peserta didik lebih banyak diarahkan dengan mengembangkan


(14)

pembelajaran yang mengaktifkan peserta didik sehingga belajar menjadi lebih bermakna.

Pembelajaran IPS menuntut peserta didik merekonstruksi permasalahan sosial dalam masyarakat dan menghadirkannya dalam pembelajaran untuk membentuk pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang relevan dengan pengembangan individu dan masyarakat yang diinginkan. Pendidikan IPS di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari dokumen Kurikulum 1975 yang memuat IPS sebagai mata pelajaran untuk pendidikan di sekolah dasar dan menengah, yang tanggungjawab utamanya adalah membantu peserta didik dalam mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan nilai yang diperlukan untuk berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat baik di tingkat lokal, nasional maupun global. Soemantri (2001: 92) menyatakan bahwa:

Pendidikan IPS merupakan suatu penyederhanaan disiplin ilmu-ilmu sosial, ideologi negara dan disiplin ilmu lainnya serta masalah-masalah sosial terkait, yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan pada tingkat pendidikan dasar dan menengah.

Berdasarkan hal tersebut, masyarakat dengan segala permasalahan sosialnya menjadi subjek utama dalam kajian Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, sekaligus menjadi sumber dan media utama dalam pembelajarannya. Oleh karena itu, lingkungan masyarakat baik itu lingkungan setempat (lokal), nasional, global menjadi tempat pembelajaran atau laboratorium social studies yang sesungguhnya.

Dalam konteks faktual, kualitas pendidikan dan pembelajaran IPS di sekolah-sekolah masih sangat memprihatinkan, baik itu dari segi proses ataupun hasil pembelajaran. Dari segi komponen pengajaran, banyak para pendidik belum sepenuhnya mengerti hakekat keterampilan mengajar, terutama penggunaan pendekatan, strategi, dan metode pembelajaran yang sesuai. Kenyataan di lapangan menunjukkan, pendidik masih banyak yang kurang mengembangkan penggunaan pendekatan dan metode yang sesuai dalam kegiatan belajar mengajar dan sebagian besar masih terikat pada metode pembelajaran konvensional yang mendominasi kegiatan mengajarnya.


(15)

Akibatnya banyak peserta didik yang memperoleh hasil belajar yang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Sebagian peserta didik mengalami kesulitan belajar, kurang memahami konsep-konsep IPS yang dipelajari, aktivitas peserta didik dalam pembelajaran cenderung pasif, serta yang paling berbahaya adalah menganggap apa yang dipelajari tidak ada kaitannya dengan kehidupan peserta didik sehari-hari dan memahami IPS hanya secara parsial.

Pada hakikatnya pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial bertugas mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki kepekaan terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, seperti salah satunya persoalan yang berkaitan dengan penyimpangan sosial. Sehingga fungsi pembelajaran IPS sesuai dengan dimensi pendidikan IPS tidak hanya berkaitan dengan pengetahuan, tetapi memahami sikap dan keterampilan sosial yang diperlukan untuk berpikir kritis memahami isu-isu kontroversial penyimpangan sosial. Dengan demikian peserta didik akan terselamatkan dalam permasalahan segala jenis penyimpangan sosial. Memiliki sikap mental yang positif untuk perbaikan segala ketimpangan, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari yang menimpa dirinya sendiri maupun dalam masyarakat.

Pembelajaran isu-isu kontroversial ini dimulai dengan memberikan pengetahuan dan pemahaman terhadap para peserta didik tentang perilaku penyimpangan sosial, maka diperoleh data-data perilaku penyimpangan sosial di Kabupaten Karawang tahun 2009, diantaranya korban tindak kekerasan sebanyak 328 kasus, tuna susila 278 kasus, penyalahgunaan narkoba 184 kasus, korban bencana sosial 58 kasus, ODHA 132 kasus, anak jalanan 257 kasus (sumber: Dinas Sosial Kabupaten Karawang) .

Kemudian, disosialisasikan juga fakta yang terjadi di sekolah yang diteliti kebanyakan penyimpangan sosial yang dilakukan oleh para peserta didik adalah merokok lebih dari 20 kasus dalam tahun 2012, berani mati/BM (istilah untuk menumpang truk dengan cara memaksa supir truknya) sebanyak lebih dari 7 kasus, dan tawuran sebanyak 4 kasus (sumber: PKS Kesiswaan SMPN 1 Jatisari Kabupaten Karawang).


(16)

Melalui pengetahuan isu-isu kontroversial ini diharapkan peran pembelajaran IPS dapat memberikan sumbangsih terhadap pengendalian penyimpangan sosial bagi dunia pendidikan, terutama dalam membangun sikap dan keterampilan kritis peserta didik dalam memahami sebab akibat dan pengendalian penyimpangan sosial.

Hal ini sangat sesuai, mengingat dalam studi pendahuluan pembelajaran IPS kelas VIII SMPN 1 Jatisari Kabupaten Karawang terutama materi memahami masalah penyimpangan sosial dengan Kompetensi Dasar (KD) mengidentifikasi berbagai penyakit sosial (miras, judi, narkoba, HIV/Aids, PSK, dan sebagainya) terjadi sebagai akibat penyimpangan sosial dalam keluarga dan masyarakat, dan mengidentifikasi berbagai upaya pencegahan penyimpangan sosial dalam keluarga dan masyarakat diperoleh hasil belajar yang rendah. Peserta didik pada umumnya memahami hakekat perilaku menyimpang secara parsial dan kurang memahami solusi untuk mencegah perilaku menyimpang. Selain itu dalam pembelajaran tersebut siswa cenderung pasif.

Untuk mengatasi proses pembelajaran yang pasif dan hasil belajar yang rendah, serta pemahaman parsial tentang penyimpangan sosial, maka digunakan metode pembelajaran dengan menggunakan diskusi isu-isu kontroversial. Pembelajaran dengan menggunakan diskusi isu-isu kontroversial, diharapkan akan membuat peserta didik dapat berpifikr kritis, membentuk pemahamannya sendiri atas konsep-konsep yang terangkum dalam permasalahan isu-isu kontroversial tentang perilaku menyimpang. Di samping itu IPS sebagai wadah dari pembelajaran dengan materi penyimpangan sosial, dapat membuat peserta didik mampu menghadapi dan memecahkan persoalan-persoalan yang akan mereka hadapi dalam kehidupan bermasyarakat.

Bahan yang mengandung ‘controversial issues’ ini meliputi sikap,

kepercayaan, sistem nilai seseorang atau kelompok dalam kehidupan sosial sehari-hari. Dengan demikian, ‘controversial issues’ tersebut bersifat kejiwaan,

psikologis, emosional kultural, bukan dalam bentuk pertentangan sosial fisik. Bahan ini memerlukan suatu penyelesaian, karena jika tidak dipecahkan dan dicari


(17)

solusinya, maka akan menimbulkan interpersonal konflik serta intra personal konflik. Stradling (1984:1) menyatakan bahwa:

Isu-isu kontroversial (controversial issues) adalah topik-topik dalam pembelajaran yang secara sensitif dapat menimbulkan gejolak kemarahan dalam masyarakat. Sebenarnya yang dipertentangkan bukan status atau hal pokoknya, melainkan bagaimana menggunakan metode-metode mengajar dan keprofesionalan dari guru.

Isu-isu kontroversial tidak akan lepas dalam kehidupan masyarakat. Seperti halnya interaksi sosial, maka konflik juga terjadi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok, serta antar organisasi. Dalam kehidupan peserta didik isu-isu kontroversial seperti: tawuran pelajar, kontroversi penggunaan teknologi yang memiliki nilai positif dan negatif, perilaku seks remaja, penyalahgunaan narkoba, dan sebagainya merupakan isu-isu permasalahan yang masih kontroversial, selain juga isu-isu kontroversial yang berkembang dalam masyarakat secara lebih luas dan kompleks.

Diskusi isu-isu kontroversial diarahkan pada penekanan peserta didiks dengan menghadirkan permasalahan kontroversial yang berhubungan dengan penyimpangan sosial, terutama yang dilakukan oleh pelajar. Kemudian menganalisis suatu permasalahan, menyusun berbagai alternatif pemecahan masalah sampai pada membuat kesimpulan. Selain itu dalam proses pembelajaran ditekankan interaksi aktif antara peserta didik dan guru.

Penelitian Tartila (2011), yang melakukan penelitian tentang penyimpangan sosial penyalahgunaan narkotika sebagai sumber pembelajaran IPS yang dilakukan pada peserta didik SMP di Kabupaten Indramayu dengan pengintegrasian materi penyalahgunaan narkotika ke dalam Standar Kompetensi Penyimpangan Sosial diperoleh hasil peningkatan pemahaman sebelum dan sesudah belajar secara signifikan lebih baik dengan hasil analisis kategori tinggi secara kognitif dengan bertambahnya pengetahuan peserta didik, secara moral/nilai membangun sikap dan karakter positif dalam diri peserta didik yang dihasilkan proses pembelajaran, serta perubahan perilaku sebagai perwujudan dari keduanya. Salah satu cara untuk mengantisipasi permasalahan penyimpangan


(18)

sosial adalah melalui upaya pencegahan penyalahgunaan narkotika dengan menyebarluaskan dampak negatif dalam pembelajaran IPS.

Selanjutnya penelitian dengan menggunakan pendekatan isu-isu kontroversial dilakukan oleh Widiyati (2008) dengan mengembangkan pendekatan isu-isu kontroversial untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik dalam pembelajaran Sejarah di SMAN 4 Kota Sukabumi. Penelitian yang dilakukan menunjukkan peningkatan motivasi belajar peserta didik dalam pembelajaran Sejarah dengan menggunakan isu-isu kontroversial. Permasalahan yang muncul dalam diri peserta didik dalam pembelajaran sejarah pada jenjang persekolahan adalah kurangnya motivasi siswa untuk belajar sejarah. Ini berkaitan seringnya terdengar keluhan yang mengatakan bahwa belajar sejarah identik dengan belajar menghapal tahun, tempat, nama orang, dan sebagainya. Di dalam kehidupan peserta didik banyak ditemukan masalah-masalah yang menjadi kontroversial sehingga perlu adanya pembelajaran yang mengarahkan siswa untuk dapat menghadapi perbedaan, pertentangan atau perseturuan yang dihadapi dalam kehidupannya. Melalui pendekatan isu-isu kontroversial siswa termotivasi untuk belajar sejarah, karena dengan pendekatan model ini kegiatan belajar berpusat pada siswa, seperti mencari data, diskusi, mengemukakan pendapat dan sebagainya. Dan yang paling penting siswa dapat menyikapi perbedaan dengan sikap yang bijak.

Penelitian dengan menggunakan isu-isu kontroversial yang dilakukan oleh Muttaqin (2004) dengan mengembangkan kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam PIPS melalui pembelajaran isu-isu kontroversial. Penelitian ini menunjukkan permasalahan tentang pembelajaran IPS khususnya sejarah masih dianggap sebagai pembelajaran yang monoton dan membosankan serta bersifat hapalan. Pembelajaran tersebut berdampak pada minat dan motivasi belajar peserta didik menjadi kurang. Salah satu solusi dari permasalahan tersebut adalah dengan mengorganisasikan pembelajaran yang lebih bermakna dan menyentuh kemampuan peserta didik, yakni pembelajaran materi-materi yang mengandung isu-isu kontroversial. Hasil dari penelitian ini adalah peserta didik lebih termotivasi untuk belajar mengkaji dan menganalisis isu-isu yang dikembangkan


(19)

sehingga terjadi proses inkuiri. peserta didik mempunyai keberanian untuk berpendapat sesuai dengan pemahaman dan pandangannya terhadap isu dan permasalahan, kemudian peserta didik memperoleh pemahaman tentang perbedaan pendapat dan sikap demokratis. Peserta didik mampu mengembangkan berpikir kritisnya tanpa pemaksaan dari guru ataupun peserta didik lainnya. Selanjutnya, melalui diskusi kelompok dan tugas kelompok siswa memiliki pemahaman tentang pentingnya kerjasama dalam kelompok.

Melalui pendekatan isu-isu kontroversial peserta didik diharapkan mempunyai respon dan motivasi belajar yang meningkat dikarenakan siswa diajak aktif mengkaji dan menganalisis permasalahan sendiri dalam konteks masyarakatnya. Sugihartono dkk, (2007:108) menyatakan bahwa:

Apabila belajar tergantung pada pengalaman dan minat siswa, maka suasana belajar siswa akan menjadi lebih menyenangkan dan hal ini akan mendorong siswa untuk berfikir proaktif dan mampu mencari pemecahan masalah. Keaktifan siswa dalam berfikir untuk memecahkan masalah dengan merekonstruksi masalah dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah didapat. Hal ini tentu saja akan melatih siswa untuk berfikir secara rasional dalam memecahkan masalah. Sementara itu kurikulum yang diajarkan harus saling terintegrasi agar pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan hasil yang optimal.

Dengan isu-isu kontroversial ini diharapkan para peserta didik mampu membangun pemahaman mendalam tentang konsep-konsep yang dipelajari, termasuk menghargai perbedaan dalam berpendapat, perbedaan dalam memandang sesuatu, perbedaan dalam menyikapi suatu masalah, perbedaan kultur, perbedaan ras, agama dan sebagainya. Dalam menyikapi perbedaan itu tidak perlu disikapi dengan tindakan yang agresif dan destruktif. Lebih lanjut lagi dengan menggunakan metode isu-isu kontroversial, diharapkan pula peserta didik akan mempunyai kepekaan terhadap masalah-masalah sosial yang ada di lingkungan sekitarnya.

Karakteristik IPS adalah pembelajaran tentang masyarakat dengan segala dimesinya. Untuk itu inkuiri diperlukan untuk mengkaji berbagai hal dalam kehidupan masyarakat untuk dieksplorasi dalam kegiatan pembelajaran IPS.


(20)

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti memandang perlu adanya pengembangan model pembelajaran diskusi dengan pendekatan isu-isu kontroversial untuk meningkatkan pemahaman konsep penyimpangan sosial peserta didik pada pembelajaran IPS.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dalam penelitian tindakan kelas ini dirumuskan permasalahan atau pertanyaan sebagai berikut.

1. Bagaimanakah langkah-langkah pembelajaran pendekatan isu-isu kontroversial untuk peningkatan pemahaman konsep penyimpangan sosial pada pembelajaran IPS peserta didik kelas VIII di SMPN 1 Jatisari Kabupaten Karawang?

2. Bagaimana penerapan pembelajaran pendekatan isu-isu kontroversial untuk peningkatan pemahaman konsep penyimpangan sosial pada pembelajaran IPS peserta didik kelas VIII di SMPN 1 Jatisari Kabupaten Karawang?

3. Bagaimanakah efektivitas pembelajaran pendekatan isu-isu kontroversial untuk peningkatan pemahaman konsep penyimpangan sosial pada pembelajaran IPS peserta didik kelas VIII di SMPN 1 Jatisari Kabupaten Karawang?

4. Bagaimanakah respon dan keaktifan peserta didik dalam pembelajaran IPS dengan pendekatan isu-isu kontroversial peserta didik kelas VIII di SMPN 1 Jatisari Kabupaten Karawang?

5. Kendala-kendala apa yang dihadapi oleh guru dalam pembelajaran IPS dengan pendekatan isu-isu kontroversial untuk peningkatan pemahaman konsep penyimpangan sosial peserta didik kelas VIII di SMPN 1 Jatisari Kabupaten Karawang?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan permasalahan di atas, dalam penelitian tindakan kelas ini penulis bertujuan untuk:


(21)

1. Mendeskripsikan langkah-langkah pembelajaran pendekatan isu-isu kontroversial untuk peningkatan pemahaman konsep penyimpangan sosial pada pembelajaran IPS peserta didik kelas VIII di SMPN 1 Jatisari Kabupaten Karawang;

2. Untuk mengetahui gambaran bagaimana penerapan pendekatan isu-isu kontroversial dapat meningkatkan pemahaman konsep penyimpangan sosial dalam pembelajaran IPS peserta didik kelas VIII di SMPN 1 Jatisari Kabupaten Karawang;

3. Mendeskripsikan dan menganalisis efektivitas pembelajaran pendekatan isu-isu kontroversial untuk peningkatan pemahaman konsep penyimpangan sosial pada pembelajaran IPS peserta didik kelas VIII di SMPN 1 Jatisari Kabupaten Karawang;

4. Mendeskripsikan dan menganalisis respon dan keaktifan peserta didik dalam pembelajaran IPS dengan pendekatan isu-isu kontroversial peserta didik kelas VIII di SMPN 1 Jatisari Kabupaten Karawang;

5. Mendeskripsikan dan menganalisis kendala-kendala yang dihadapi guru dalam pembelajaran IPS dengan pendekatan isu-isu kontroversial untuk peningkatan pemahaman konsep penympangan sosial peserta didik kelas VIII SMPN 1 Jatisari Kabupaten Karawang.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian tindakan kelas dapat mempunyai kegunaan sebagai berikut.

1. Secara Teoritis

Secara teoritis penelitian ini dapat bermanfaat untuk memberikan sumbangan pemikiran tentang penggunaan pendekatan pendekatan isu-isu kontroversial untuk peningkatan pemahaman konsep dalam pembelajaran. Selain itu kajian ini dapat memberikan perspektif yang dapat memperkaya khazanah pengetahuan dan penelitian tentang pengembangan berbagai pendekatan, model, strategi, dan motode yang dapat meningkatkan proses dan hasil pembelajaran.


(22)

2. Secara Praktis a. Bagi Guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menciptakan kondisi-kondisi yang memungkinkan untuk mewujudkan interaksi positif antara guru dan peserta didik, mengatur kondisi yang memungkinkan peserta didik untuk belajar secara optimal dengan memanfaatkan berbagai komponen dalam kegiatan belajar mengajar. Selain itu juga memupuk guru untuk kreatif dan menghargai pentingnya penggunaan berbagai pendekatan dan metode mengajar dan selalu kreatif serta inovatif untuk mengeksplorasi berbagai hal dalam kehidupan siswa untuk meningkatkan proses dan hasil belajar. b. Bagi Peserta Didik

Dapat memahami pentingnya mengeksplorasi berbagai hal dalam pembelajaran, menjadikan masyarakat sebagai sumber dan media belajar dengan mengkaji, menemukan, dan menganalisis berbagai permasalahan dalam masyarakat, sehingga belajar menjadi lebih bermakna dan bermanfaat. Selain itu dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis menemukan alternatif solusi permasalahan yang dapat membentuk kerangka berpikir peserta didik sekarang dan di masa yang akan datang. Selain itu diharapkan dapat memotivasi belajar peserta didik yang pada akhirnya meningkatkan hasil belajar secara keseluruhan.

c. Bagi Sekolah

Sebagai bahan informasi yang sangat berguna bagi lembaga pendidikan tentang pentingnya penggunaan berbagai pendekatan, strategi, dan metode pembelajaran dalam meningkatkan kualitas pembelajaran serta mengambil kebijakan yang dapat memperbaiki berbagai program akademik dan mendukung tercapainya perkembangan peserta didik secara optimal dan berkelanjutan.

d. Bagi Peneliti

Penelitian ini bermanfaat untuk menerapkan pengetahuan dan ketrampilan dalam melakukan penelitian tindakan kelas, serta keterampilan dalam tataran penelitian praktis. Selain itu, peneliti dapat selalu memperbaiki


(23)

aktivitas belajar di dalam kelas secara terus menerus. Penelitian ini juga membuka khazanah berpikir kritis menelaah berbagai macam persoalan di dalam dunia pendidikan serta memberikan pengalaman dan pengetahuan penelitian untuk proses terbentuknya tenaga profesional keguruan dalam usaha mencapai program dan tujuan pendidikan.


(24)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan maslah dan tujuan penelitian, maka penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan penelitian tindakan kelas atau Classrom Action Research (CAR). CAR adalah sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan di kelas. Dan merupakan salah satu bentuk penelitian yang dilaksanakan oleh guru untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam melaksanakan tugas pokoknya, yaitu mengelola pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Hal ini sejalan dengan pendapat Rapoport, Ebbut, dan Elliot dalam Wiriaatmadja (2012:11-12) yang mengatakan bahwa penelitian tindakan kelas untuk membantu seseorang dalam mengatasi secara praktis persoalan yang dihadapi dalam sistuasi darurat dan membantu pencapaian tujuan ilmu sosial dengan kerjasama dalam kerangka etika yang disepakati bersama (Rapoport, 1970).

Menurut Ebbut (1985) dalam Kasbolah,1999:14 bahwa penelitian tindakan merupakan studi yang sistematis yang dilakukan dalam upaya memperbaiki praktik-praktik dalam pendidikan dengan melakukan tindakan praktis serta refleksi dari tindakan tersebut. Ebbut melihat proses dan tindakan ini sebagai suatu rangkaian siklus yang berkelanjutan. Di dalam dan diantara siklus-siklus ada informasi yang merupakan balikan. Penekanan tetap pada hal yang sama, yaitu penelitian-penelitian harus memberikan kesempatan pada pelakunya untuk melaksanakan tindakan melalui beberapa siklus agar berfungsi secara efektif.

Sedangkan menurut Arikunto (2008:62) ,ciri-ciri penelitian tindakan kelas (PTK) adalah adanya tindakan yang nyata, tindakan dilakukan pada situasi yang alami (bukan dalam laboratorium), ditujukan untuk memecahkan permasalahan praktis. Tindakan tersebut merupakan suatu kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu dan dilaksanakan dalam rangkaian siklus kegiatan.


(25)

Menurut Hopkins (1993) dalam Wiriaatmadja, (2012: 11 dan 25), tujuan penelitian tindakan kelas bertujuan ntuk membantu seseorang dalam mengatasi secara praktis persoalan yang dihadapi dalam sistuasi darurat dan membantu pencapaian tujuan ilmu sosial dengan kerja sama dalam kerangka etika yang disepakati bersama. Pada bagian lain dikatakan bahwa, karateristik penelitian tindakan kelas bersifat emansipatoris dan membebaskan (liberating), karena penelitian ini mendorong kebebasan berpikir dan berargumentasi pada pihak siswa, mendorong guru untuk bereksperimen,meneliti, dan menggunakan kearifan dalam mengambil keputusan atau judgment .

Menurut Madya, S (2007:51),salah satu sifat penelitian tindakan kelas adalah kolaboratif, yang dinyatakan oleh Kemmis dan Mc. Tanggart sebagai berikut: The approach is only research when it is collaborative, thougt it is

important to realize that the action research of the group is achieved through the critically examined action of individual group members [emphasis in original] .

Dari pernyataan ini dapat diperoleh penegasan tentang dua hal; pertama, penelitian tindakan yang sejati adalah penelitian tindakan kolaboratif, yaitu yang dilakukan oleh sekelompok peneliti melalui kerja sama dan kerja bersama. Kedua, penelitian kelompok tersebut dapat dilaksanakan melalui tindakan anggota kelompok perorangan yang diperiksa secara kritis melalui refleksi demokratik dan dialogis.

1. Tahap-tahap dalam Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan melalui beberapa tahap. Dalam setiap tindakan yang telah dirancang, penelitian berupaya menelaah secara seksama masalah yang menjadi fokus penelitian, dan dalam waktu yang bersamaan penelitian juga harus menganalisis dan merefleksikan permasalahan yang ada sebagai dasar melakukan perbaikan terhadap rancangan tindakan selanjutnya.

Ada beberapa ahli yang mengemukakan model penelitian tindakan kelas dengan bagan yang berbeda, tetapi secara garis besar terdapat empat tahapan yang biasa dilalui yaitu (1) perencanaa (planning), (2) pelaksana (action), (3) pengamatan (observation), dan (4) refleksi (reflektion).


(26)

Menurut Taggart dalam Wiraatmadja (2012:66), prosedur pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas meliputi:

a. Penetapan fokus masalah (identifikasi masalah), terdiri dari : 1) Merasakan adanya masalah

2) Analisis masalah 3) Rumusan masalah

b. Perencanaan (plan), terdiri dari : 1) Membuat perencanaan

2) Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan di kelas. Jika digunakan instrumen pengamatan tertentu, perlu dikemukakan bagaimana pembuatannya, siapa yang akan menggunakan dan kapan akan digunakan.

3) Mempersiapkan istrumen untuk merekam dan menganalisis data mengenai proses dan hasil tindakan.

4) Melaksanakan simulasi pelaksanaan tindakan perbaikan untuk menguji keterlaksanaan rancangan.

c. Pelaksanaan Tindakan (Act)

Pelaksanaan tindakan meliputi siapa yang melakukan, di mana dan bagaimana melakukannya. Rencana pembelajaran yang telah dibuat, dilaksanakan dalam situasi yang aktual. Pada saat yang bersamaan kegiatan ini juga disertai dengan kegiatan observasi dan interpretasi serta diikuti dengan refleksi.

d. Pengamatan (Observe)

Pada bagian pengamatan, dilakukan perekaman data yang meliputi proses dan hasil dari pelaksanaan kegiatan. Tujuannya adalah mengumpulkan bukti hasil tindakan agar dapat dievaluasi dan dijadikan landasan dalam melakukan refleksi.

e. Refleksi (reflect)

Pada tahap refleksi dilakukan analisis data mengnai proses, masalah dan hambatan yang dijumpai dan dilanjutkan dengan refleksi terhadap dampak pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan.


(27)

B. Lokasi dan Subyek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kelas VIII I SMPN 1 Jatisari Kabupaten Karawang, yang beralamatkan di Jl. Raya Jatisari Kabupaten Karawang. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap Tahun Ajaran 2012-2013, yaitu pada bulan Januari sampai April. Waktu penelitian disesuaikan dengan jadwal kegiatan pembelajaran IPS di kelas VIII I.

2. Subyek Penelitian

Subjek Penelitian adalah peserta didik kelas VIII I SMP Negeri 1 Jatisari Kabupaten Karawang dengan jumah peserta didik 48 orang. Dan objek penelitiannya adalah penggunaan pendekatan Isu-isu Kontroversial.

C. Desain Penelitian

Desain penelitian meliputi perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Dilaksanakan dalam dua siklus dan setiap siklus memuat tindakan yang meliputi perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Prosedur penelitian tindakan kelas dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Siklus I

a) Perencanaan

Kegiatan perencanaan ini meliputi tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut akan dilakukan. Rancangan harus dilakukan bersama antara guru dan peneliti yang akan dilakukan tindakan dan megamati proses jalannya tindakan. Kegiatan perencanaan tindakan meliputi:

1) Melakukan analisi stndar isi untuk mengetahui Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SKKD) yang akan disampaikan pada peserta didik 2) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran tentang materi yang akan

diajarkan sesuai dengan model pembelajaran yang digunakan.

3) Menyusun dan menyiapkan lembar observasi mengenai pemahaman konsep untuk peserta didik.


(28)

5) Mempersiapkan sarana pembelajaran yang akan digunakan yaitu Lembar Kerja Siswa (LKS).

6) Menyusun lembar soal sebagai latihan peserta didik. 7) Menyusun soal tes hasil belajar peserta didik.

8) Menyiapkan peralatan seperti kamera untuk mendokumentasikan kegiatan-kegiatan selama proses pembelajaran.

9) Membuat papan keaktifan peserta didik untuk memotivasi dalam kegiatan presentasi.

b) Tindakan

Tindakan ini merupakan penerapan dari perencanaan yang telah dibuat yang dapat berupa sesuatu penerapan model pembelajaran tertentu yang bertujuan untuk memperbaiki atau menyempurnakan model yang sedang dijalankan. Pada tahap pelaksanaan ini, guru melaksanakan rencana pembelajaran yang telah direncanakan. Selama proses pembelajaran berlangsung, guru mengajar sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat, sedangkan peneliti dan pengamat, mengamati aktivitas peserta didik pada saat proses pembelajaran.

c) Observasi

Observasi adalah upaya untuk mengamati pelaksanaan tindakan. Secara operasional observasi dapat dikatakan sebagai semua kegiatan yang ditunjukan untuk mengenali, merekam dan mendokumentasikan setiap indikator dari proses dan hasil yang dicapai (hasil perubahan yang terjadi) baik yang ditimbulkan oleh tindakan terencana maupun akibat sampingannya. Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar pengamatan yang berfungsi untuk melihat dan mendokumentasikan pengaruh-pengaruh yang diakobatkan oleh tindakan di dalam kelas.

Sebelum melakukan penelitian tindakan tersebut, peneliti mengadakan observasi awal untuk mengetahui kegiatan belajar peserta didik sebelum menerapkan metode diskusi dengan pendekatan isu-isu kontroversial.


(29)

d) Refleksi

Refleksi merupakan kegiatan analisis sintesis, interprestasi, dan eksplanasi (penjelasan) terhadap semua informasi yang diperoleh dari penelitian tindakan. Karena itu refleksi dalam Penelitian Tindakan Kelas tidak hanya dilakukan pada akhir pelaksanaan tindakan. Kekurangan-kekurangan yang terjadi selama proses pembelajaran digunakan untuk bahan perbaikan pada siklus berikutnya. Sedangkan kelebihan-kelebihannya dipertahankan dan dikembangkan untuk menjadi keunggulan pembelajaran.

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah peneliti mengumpulkan dan menganalisis data yang diperoleh selama peneliti melakukan observasi, yaitu meliputi data yang diperoleh dari hasil observasi kemampuan berkomunkasi peserta didik, hasil angket p e s e r t a d i d i k , hasil tes, wawancara dan catatan lapangan. Hasil analisa digunakan untuk mengetahui kekurangan maupun ketercapaian pada siklus I. Data dan informasi yang diperoleh pada kegiatan siklus I digunakan sebagai pertimbangan perencanaan pembelajaran siklus berikutnya yang diharapkan lebih baik dari siklus sebelumnya.

2. Siklus II

Tahapan kerja pada siklus II mengikuti tahapan kerja siklus I. Pada siklus II, rencana tindakan disusun berdasarkan hasil refleksi siklus I. Kegiatan-kegiatan pada siklus II dimaksudkan untuk menyempurnakan atau memperbaiki pelaksanaan pembelajaran pada siklus I. Penelitian ini akan dilanjutkan ke siklus berikutnya apabila pada siklus II belum tercapai peningkatan atau indikator keberhasilan belum tercapai.

3. Siklus III

Tahapan kerja pada siklus III mengikuti tahapan kerja siklus II. Pada siklus III, rencana tindakan disusun berdasarkan hasil refleksi siklus II. Kegiatan pada siklus III dimaksudkan untuk menyempurnakan atau memperbaiki pelaksanaan pembelajaran pada siklus II. Penelitian ini akan dilanjutkan ke siklus


(30)

Siklus 2 Siklus 1

Siklus 3

Perencanaan Refleksi

Tindakan/ Observasi Perencanaan

Refleksi

Perencanaan Tindakan/

Observasi Perbaikan Rencana

Perbaikan Rencana

Gambar 3. 1 Bagan Rancangan Pelaksanaan PTK Model Spiral (Suharsimi Arikunto,2006:74)

berikutnya apabila pada siklus III belum tercapai peningkatan atau indikator keberhasilan belum tercapai.

Bagan Siklus Penelitian Tindakan Kelas:

D. Definisi Operasional

Definisi operasional yang berkaitan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pendekatan isu-isu kontroversial adalah penyajian pembelajaran yang berangkat dari permasalahan otentik dalam masyarakat yang mengandung isu-isu permasalahan yang masih kontroversial, menimbulkan pro-kontra dalam masyarakat. Dalam penelitian ini isu-isu kontroversial yang dikembangkan adalah isu-isu atau permasalahan yang berhubungan dengan persoalan remaja dan permasalahan sosial masyarakat pada umumnya.

2. Penyimpangan sosial dalam penelitian ini adalah pengembangan materi kurikulum IPS SMP dengan Standar Kompetensi (SK) memahami pranata dan penyimpangan sosial dengan Kompetensi Dasar (KD) mendeskripsikan pengendalian penyimpangan sosial (miras, judi, narkoba, HIV/Aids, PSK, dan sebagainya) sebagai akibat penyimpangan sosial dalam keluarga dan


(31)

masyarakat, dan mengidentifikasi berbagai upaya pencegahan penyimpangan sosial dalam keluarga dan masyarakat.

3. Pemahaman Konsep merupakan kemampuan mengkonstruk makna atau pengertian suatu konsep berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki, atau mengintegrasikan pengetahuan yang baru ke dalam skema yang telah ada dalam pemikiran peserta didik. karena penyusun skema adalah konsep, maka pengetahuan konseptual merupakan dasar pemahaman.

E. Instrumen Penelitian

Menurut Sugiyono (2007:60-61), dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Peneltian kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menganalisis data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas semuanya. Maka dalam penelitian kualitatif “the researcher is the key instrument”. Jadi peneliti adalah merupakan instrumen kunci dalam penelitian kualitatif .

Dalam penelitian ini peneliti melakukan tahap-tahap instrumen sebagai berikut:

1. Perangkat Kegiatan Belajar Mengajar

Perangkat kegiatan belajar mengajar meliputi menyiapkan program pembelajaran termasuk silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa (LKS) yang disusun untuk tiap putaran/siklus. Setiap siklus menggunakan metode diskusi dengan pendekatan isu-isu kontroversial.

2. Lembar observasi

Lembar observasi digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa dan guru selama proses belajar-mengajar, apakah sesuai dengan prosedur yang telah direncanakan dalam RPP atau tidak. Observasi ini dilakukan untuk mengamati aktivitas peserta didik dan sejauh mana kemampuan berkomunikasi peserta didik dengan menggunakan metode diskusi dengan pendekatan isu-isu kontroversial.


(32)

Peneliti menggunakan beberapa lembar observasi yaitu: a. Catatan lapangan

Catatan lapangan ini diisi dengan catatan-catatan penting para pengamat berdasarkan hasil temuan selama proses pembelajaran berlangsung. Agar tidak lupa mencatat data tersebut, diperlukan pencatatan tambahan dalam bentuk catatan pendek dan catatan harian.

b. Lembar observasi terlaksananya tindakan oleh guru, yang terdiri dari 2 lembar. Lembar 1 indikator yang dipakai dalam lembar observasi keterlaksanaan tindakan ini mencakup aspek motivasi peserta didik, pelaksanaan metode diskusi dengan strategi TPS, refleksi, pengelolaan waktu dan keaktifan peserta didik. Sedangkan pada lembar 2 terdiri dari beberapa kolom yang harus diisi oleh pengamat secara deskriptif sesuai temuan selama pengamatan berlangsung.

3. Tes

Tes adalah sederetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengukuran, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Tes yang akan dilakukan adalah tes tulis : pilihan ganda.

4. Angket peserta didik

Angket yang diberikan pada peserta didik digunakan untuk mengetahui respon mereka terhadap penerapan pendekatan isu-isu kontroversial. Angket yang digunakan merupakan angket tertutup artinya alternatif jawaban telah disediakan dan responden tinggal memilih salah satu alternatif jawaban yang sesuai dengan pendapatnya. Angket terdiri dari 5 5 pertanyaan dan pilihan jawaban ada empat yaitu : Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Ragu-ragu (RR), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS).

F. Pengecekan Keabsahan Data

Untuk menjamin keilmiahan penelitian ini, berbagai cara dilakukan, misalnya dengan menjaga keterpercayaan data melalui uji keabsahan data. Uji


(33)

keabsahan data penelitian ini dilakukan dengan berdasar pada kriteria derajat kredibilitas dan keteralihan.

Pengujian derajat kredibilitas data dilakukan dengan cara memperpanjang durasi pengamatan, mengupayakan ketekunan dan ketelitian dalam pengamatan. Perpanjangan durasi pengamatan dilakukan dengan mengobservasi secara cermat dan berulang-ulang untuk setiap kajian yang diobservasi.

Pengupayaan ketekunan dan ketelitian dilakukan melalui kegiatan mengulang-ulang pengamatan, mencermati data, dan mengkaji catatan yang diperoleh. Hal tersebut dilakukan khususnya untuk mengantisipasi kelemahan manusiawi peneliti dalam melakukan pengamatan, pencermatan data, dan pengkajian catatan yang diperoleh. Dengan pengupayaan ketekunan dan ketelitian dapat ditemukan data yang terlupakan dalam pengamatan, pencermatan data, dan pengkajian sebelumnya.

Disamping memperpanjang durasi pengamatan dan mengupayakan ketekunan dan ketelitian, peneliti juga mentrianggulasi data. Triangulasi data dilakukan dengan cara mencocokkan suatu data dengan data yang diperoleh sebelum atau sesudahnya, mencocokkan suatu data dengan data yang diperoleh dari subjek yang berbeda, dan berdiskusi dengan teman sejawat dan orang yang memiliki otoritas, seperti kepala sekolah dan guru sejawat.

G. Pengolahan dan Analisis Data

Penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu metode yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang dioperoleh dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana peningkatan pemahaman konsep tentang penyimpangan sosial peserta didik dan keaktifannya dengan menggunakan metode diskusi dengan pendekatan isu-isu kontroversial selama proses pembelajaran.

Nasution (1996:126) mengataka analisis data adalah suatu proses penyusunan data agar dapat ditafsirkan. Penyusunan data berarti menggolongkannya dalam pola, tema, dan katagori. Sedangkan menurut Sugiyono (2007: 89):


(34)

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam katagori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola,memilih mana yang penting dan akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami.

Dalam penelitian ini menggunakan cara yang dipahami oleh Miles dan Huberman (1996:16-18) terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan atau verifikasi. Dan langkah-langkah dalam analisis data ini digambarkan sebagai berikut:

Dalam penelitian data dianalisis secara kualitatif dengan pemeriksaan keabsahan data, kemudian disusul dengan penafsiran dan pemaknaan data secara kualitatif, yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi hasil dan program, evaluasi atau perbaikan. Analisis data dilakukan dengan mereduksi data, interpretasi data, inferensi data dengan menyimpulkan apakah terjadi peningkatan aktivitas dan prestasi belajar peserta didik.

Pengumpulan data

Penyajian Data

Kesimpulan/ Verifikasi Reduksi Data


(35)

Analisis data dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut: 1. Persentase umlah i a ang aktif

umlah i a elu uhn a

2. Persentase i a ang mempe oleh ha il elaja ang aik

umlah i a elu uhn a

Selanjutnya, dilakukan penyebaran data kuesioner pada peserta didik, setelah itu data dipersentasikan dengan memakai rumus persentasi sebagai berikut:

Keterangan : P = Persentase jawaban responden F = Frekuensi jawaban responden n = Jumlah sampel yang diolah Tafsiran persentase adalah :

O% = tidak satupun 1% - 25% = sebagian kecil 26 – 49% = hampir setengahnya

50% = setengahnya 51% – 75% = sebagian besar

76% - 99% = hampir seluruhnya 100% = seluruhnya

(Warsito, 1992:10-11) H. Indikator Keberhasilan

Sedangkan indikator keberhasilan dalam penelitian ini meliputi indikator proses dan indikator hasil belajar. Keberhasilan dalam penelitian ini diukur sebagai sebagai berikut.


(36)

1. Membandingkan tingkat keberhasilan tindakan pada siklus I, siklus II, dan siklus III dengan refleksi awal timbulnya permasalahan sebelum diberikan tindakan. Selanjutnya dibandingkan tingkat peningkatan hasil belajar antara siklus I, siklus II, dan siklus III.

2. Indikator keberhasilan ditentukan kriteria oleh peneliti sebagai berikut: a. Aktivitas belajar siswa berhasil, jika  73% siswa aktif.

b. Hasil belajar peserta didik baik, jika memperoleh hasil belajar dengan nilai  73.

c. Penerapan tindakan baik, jika peserta didik secara keseluruhan mencapai  73% memperoleh nilai baik.

I. Personalia Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini melibatkan penulis sebagai ketua peneliti, dibantu oleh rekan guru kelas VIII SMPN 1 Jatisari Kabupaten Karawang, Yati Kurniati, S.Pd, sebagai anggota peneliti atau observer.


(37)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian , pengamatan dan analisis dari deskripsi yang dilakukan dari masa orientasi hingga pembelajaran siklus ke-3 pada pembelajaran IPS, maka dapat disimpulkan antara lain:

1. Langkah-langkah Perencanaan Pembelajaran IPS menggunakan Pendekatan Isu-isu Kontroversial dalam Meningkatkan Pemahaman Konsep Penyimpangan Sosial peserta didik di SMPN 1 Jatisari, telah dibuat oleh guru dengan baik yang meliputi Identifakasi Masalah, Alternatif pemecahan Masalah, menetapkan SK-KD, memilih bahan pelajaran, skenario pembelajaran, menentukan sumber, bahan dan media pembelajaran, format evaluasi, dan format observasi. Langkah-langkah tersebut berhasil setelah melalui tiga siklus pembelajaran, yang selalu mendapatkan perbaikan dan mengalami peningkatan dari setiap siklus yang dilaksanakan, menjadi solusi untuk setiap siklus selanjutnya.

2. Penerapan Pembelajaran IPS menggunakan Pendekatan isu-isu Kontroversial telah mampu meningkatkan Pemahaman Konsep penyimpangan sosial peserta didik di kelas VIII I SMPN 1 Jatisari Kabupaten Karawang. Ada tiga tahapan yang dilaksanakan, yaitu kegiatan awal yang terdiri dari apersepsi dan motivasi peserta didik yang dilakukan oleh guru dalam melakukan diskusi isu-isu kontroversial. Kegiatan inti, yaitu pelaksanaan diskusi isu-isu kontroversial : guru menyajikan materi dengan tema yang mengandung isu-isu kontroversial, peserta didik berkelompok untuk memilih salah satu kasus, peserta didik membaca buku dan mencari informasi yang lain, peserta didik mengajukan argumentasi, mendengarkan counter argument atau opini lain,peraihan nilai-nilai perbedaan pendapat dan sikap hormat/toleransi terhadap perbedaan pendapat melalui diskusi kelas pro dan kontra,isu-isu kontroversial yang sudah diidentifikasi, dijadikan bahan diskusi. Setiap orang dapat menjadi pembela atau penyerang suatu pendapat. Pada kegiatan


(38)

penutup, guru dan peserta didik menarik kesimpulan bersama-sama dengan melihat kelemahan dan keunggulan masing-masing pendapat.

Dalam tahapan penerapan ini, guru berperan sebagai fasilitator dan mediator dalam membantu peserta didik untuk melakukan diskusi dan debat isu-isu kontroversial.

3. Efektivitas Pembelajaran IPS dengan menggunakan Pendekatan Isu-isu Kontroversial telah dapat meningkatkan pemahaman konsep penyimpangan sosial pada peserta didik di kelas VIII I SMPN 1 Jatisari, dengan ditandai oleh peningkatan hasil belajar dari mulai siklus ke-1 (68,40%), siklus ke-2 (72,81%), dan siklus ke-3 (76,29%) dan rata-rata telah mencapai nilai KKM SMPN 1 Jatisari yaitu 73.

4. Peningkatan respon dan keaktifan peserta didik dalam pembelajaran IPS yang menggunakan pendekatan isu-isu kontroversial, dengan indikator- indikator peningkatan dan keaktifan siswa terlihat pada keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran, seperti: aktif bertanya, mengemukakan pendapat, berargumentasi, keterlibatan dalam diskusi, dan sebagainya. Di dukung pula dengan hasil kuesioner yang mempunya implementasi indikator meliputi, tingkat respon, keaktifan, motivasi, keterilbtan dalam kelompok, dan kemampuan memecahkan masalah. Telah mampu meningkatkan pemahaman konsep penyimpangan sosial pada peserta didik SMPN 1 Jatisari Kabupaten Karawang kelas VIII I.

5. Kendala-kendala yang dihadapi dalam pembelajaran IPS dengan pendekatan isu-isu kontroversial untuk meningkatkan pemahaman konsep penyimpangan sosial peserta didik di SMPN 1 Jatisari, yang dirasakan oleh guru, antara lain: jumlah peserta didik yang banyak (48 orang), keterbatasan media dan sumber pembelajaran,seperti media internet, film-film dokumenter, buku-buku sumber yang berhubugan dengan materi pelajaran, sehingga akhirnya kurang dapat menunjang proses pembelajaran IPS. Waktu yang juga dirasa tidak mencukupi, padahal penggunaan pendekatan isu-isu kontroversial dalam pembelajaran memerlukan waktu yang agak lama. Karena langkah-langkah yang harus dilalui untuk sampai pada mengemukakan pendapat diperlukan


(39)

waktu cukup panjang, akibatnya guru jarang membuat kesimpulan di akhir pelajaran. Kendala lainnya adalah dampak negatif yang dimaksud dalam hal ini adalah bahwa berbagai isu-isu kontriversial yang disajikan selama proses pembelajaran, seperti: penyalahgunaan narkoba, merokok, minuman keras, pergaulan bebas, pemerkosaan, kriminalitas (pembunuhan), geng motor, dan prostitusi baik dalam bentuk teks kalimat, visualisasi berupa film, gambar, poster, dan lain-lain, bisa saja salah dipahami oleh peserta didik, yang ditunjukan dengan bentuk perkataan yang sama dengan apa yang ia baca dan lihat.

B. Rekomendasi 1. Untuk Guru

a. Sebelum guru menerapkan pendekatan isu-isu kontroversial dalam pembelajaran IPS, yang pertama dilakukan adalah mengkondisikan kelas dengan baik. Diantaranya, dengan menjelaskan tujuan pembelajaran yang menggunakan diskusi isu-isu kontroversial, agar peserta didik memahami konsep pada materi yang akan dibahas. Artinya guru harus benar-benar melakukan langkah-langkah pembelajaran dari mulai kegiatan awal, inti dan akhir dengan baik. b. Guru hendaknya mempunyai kreatifitas yang tinggi dalam

mengangkat isu-isu kontroversial dalam pembelajaran IPS, sehingga peserta didik terbiasa mengolah kemampuan dan potensi berpikirnya. Dan memahami lebih dalam tentang pendekatan diskusi isu-isu kontroversial, sehingga tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dapat dilaksanakan dengan baik.

c. Guru disarankan untuk lebih mengembangkan potensi peserta didik, sehingga peserta didik dapat menjadi subjek pembelajaran bukan hanya sebagai objek pembelajaran. Dan harus lebih mengedepankan kepentingan peserta didik, dengan memotivasi keberanian berpendapat pada peserta didik.


(40)

2. Untuk Pihak Sekolah

a. Hendaknya pihak sekolah memberikan fasilitas yang memadai yang berkenaan dengan sumber dan media pembelajaran, untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan isu-isu kontroversial.

b. Pihak sekolah terutama kepala sekolah,selayaknya memberikan dorongan dan dukungan pada upaya peningkatan kualitas kinerja guru dalam mengaja dengan menambah ilmu pengetahuan, seperti pelatihan atau penataran-penataran.

3. Untuk Peneliti Berikutnya

Untuk mengembangkan penelitian selanjutnya, disarankan agar peneliti berikutnya dapat menggunakan literatur yang lebih lengkap, waktu yang lebih lama, persiapan yang lebih matang, dan kajian yang lebih mendalam agar dapat menghasilkan penelitian yang lebih baik. Selanjutnya, kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan pengkajian secara khusus dan mendalam tentang dampak pembelajaran dengan pendekatan isu-isu kontroverial tentang tema penyimpangan sosial.


(41)

DAFTAR PUSTAKA

Al Muchtar, S. (1991). Pengembangan Kemampuan Berpikir dan Nilai dalam

pendidikan IPS (Suatu Studi Budaya pendidikan). Disertasi tidak dipublikasikan. Bandung: PPS IKIP Bandung

(2001). Epistemology Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung: gelar Pustaka Mandiri.

--- (2008). Strategi Pembelajaran Pendidikan IPS. Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Amy J. Phelps & Cherin Lee. (2003). The Power of Practice : What Students

Learn from How We Teach. Journal of Chemical Education, 80 (7), 829

832.

Anderson, L.W. dan Krathwohl, D.R (eds).2010. Kerangka Landasan Untuk

“Pembelajaran, Pengajaran, Dan Asesmen”:Revisi Taksonomi

Pendidikan Bloom. New York:Longman.

A.M. Sardiman. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

Arikunto, Suhardjono, Supardi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara

Arikunto, Suharsimi. (2008). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Edisi Revisi, Cetakan Ketujuh. Jakarta. Bumi Aksara

Arikunto,Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

Ball, D. L. (1988). Unlearning to teach mathematics. East Lansing : Michigan State University, National Center for Research on Teacher Education. Banks, J.A. (1977). Teaching for the Social Studies: Inqury, Valuing, and

Decision – Making. Philippines : Addison-Wesley Publishing Company.


(42)

Social Studies. New York: Longman, Inc

Banks & C. A. M. Banks, 1997. (Eds.). Multicultural Education: Issues and

Perspectives (3rd ed., pp. 3-31). Boston: Allyn and Bacon.

Constance Blasie & George Palladino. (2005). Implementing the Professional

Development Standards : A Research Department’s Innovative Masters

Degree Program for High School Chemistry Teachers. Journal of

Chemical Education. 82 (4), 567 – 570.

Dahar, R. W.1996. Teori-Teori Belajar. Jakarta : Penerbit Erlangga

Dewey, J. (1933). How We Think. A Restatement Of The Relation Of Reflective

ThinkingTo The educative Process. Boston. D.C. Heath and Company

Dimyati & Mulyana. (2002), Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: rineka Cipta. Elliot, A.J., & Mc Gregor, H.A. 1999. Achievement Goal Framework Psychology

Effective Teaching. Madison: Brown&Benchmark Publiser.

Gunawan, A.H. (2000). Sosiologi Pendidikan: Suatu Analisis Sosiologi Tentang

Pelbagai problem Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta.

Gunawan, Rudy. (2011). Pendidikan IPS, filosofi, Konsep dan Aplikasi. Bandung. Alfabeta.

Hamalik, O. (1992). Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara

Hamid, Hasan. S. (1996). Pendidikan Ilmu Sosial. Jakarta : proyek Pendidikan Tenaga Akademik Dirjen Dikti Depdikbud.

Jocye. B and Weil. M. (2009). Model of Teaching. Englewood Cliffs. Prentice Hall. Inc.

Jocye. B, Weil, M. dan Calhoum, E. (2009). Models of Teaching. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kartono, K. (2009). Patalogi Sosial. Jakarta : Rajawali Pers Kasbolah. (1999). Peneitian Tindakan Kelas. Jakarta : Depdikbud

Kuchak, D & paul Eggen. (2012). Strategi dan Model pembelajaran.

Mengajarkan konten dan Keterampilan berpikir. Jakarta. Indeks.

Kuswana, K, Wowo. (2011). Taksonomi Berpikir. Bandung : PT Remaja Rosdakarya


(43)

Lemert, E. (1951). Social Pathology. New York: Mc Graw-Hill.

Maryani, E. (2011). Pengembangan Program Pembelajaran IPS Untuk

Meningkatkan Keterampilan Sosial. Bandung : Alfabeta.

Miles, M.B & Huberman, A.M. (1996). Qualitative Data analysis: An education

an psycology. New York : SAGE Publications.

Mulyasa, E. (2012). Praktek Penelitian Tindakan Kelas, Menciptakan Perbaikan

dan Kesinambungan. Bandung : Rosda

National Council For Social Studies. (2003). Expectation of Excellence

Curriculum Standards for Social Studies, Washington, DC,NCSS.

Nasution, S. (1996). Metode penelitian Naturalistik- Kualitatif. Bandung : Tarsito Nur, Muhammad. (2002). Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam

KBK. Malang : UMPRESS

Rapopport, R.(1970). Tree Dilemmas in Action Research, Human Relation

Sanjaya, Wina. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana Predana Media Group

Santrock, John W. 2011. Psikologi Pendidikan Edisi Kedua. Jakarta: Kencana. Sapriya. 2009. Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran. Bandung:Remaja

Rosdakarya Offset.

Slavin, R,E. 2011. Psikologi Pendidikan-teori dan Praktek. Jakarta: PT Indeks. Somantri, M. N. (2001). Menggagas Pembaharuan IPS. Bandung : PT Remaja

Rosdakarya.

Straddling, Robert.(1984). “Controversial Issues in The Classroom” In Teaching

Controversial Issues, edited by Sidney Hilland Colin Reid. London:Edward

Arnold.

Sudjana, Nana. (2005). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Sugioyono. (2007). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung. Alfabeta. Sugihartono, dkk (2007). Psikologi Pendidikan. Yogjakarta : Uny Press


(44)

Bandung: Alumni.

Suparno, Paul. (1997). Filsafat Konstruktivistik Dalam Pendidikan. Jogjakarta : Kanisius.

Supriatna, Nana.(2007). Konstruksi Pembelajaran Sejarah Kritis. Historia Utama Press. Bandung .

Trianto. (2007). Model- model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta : Prestasi Pustaka Publisher.

Warsito, H. (1992). Pengantar Metode Penelitian. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Wiriaatmadja, Rochiati. (2012). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Sumber internet:

Repository.upi.edu/operator/uploads/s_pkn_032869_chapter2.pdf

http://rezkirasyak.blogspot.com/2012/04/penyimpangan-sosiallatar-belakang.html http://arsyadriyadi.blogspot.com/2012/03/filsafat-konstruktivisme-dalam.html

http://arulsharingcommunity.blogspot.com/2009/02/pendidikan-sebagai-rekonstruksi ---sosial_27.html

(http://news.detik.com/bandung/read/2013/09/02/104917/2346662/ 486/guru-dan-kepsek-di-garut-ramai-ramai-cek-buku-berisi-kata-tak-pantas

bestaribee.blogspot.com

(http://news.detik.com/bandung/read/2013/09/02/104917/2346662/486/guru-dan-kepsek-di-garut-ramai-ramai-cek-buku-berisi-kata-tak-pantas

Sumber penelitian terdahulu:

Muttaqin, T.S(2004). Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalam

IPS Melalui Pembelajaran Isu-isu Kontroversial. Bandung:UPI

Widiyati,Endang.(2008).Pengembangan Isu-isu Kontroversial Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa dalam Pembelajaran Sejarah.

Bandung:UPI

Verdiantika, Novita.(2010). Penerapan Model Pembelajaran Controversial


(1)

waktu cukup panjang, akibatnya guru jarang membuat kesimpulan di akhir pelajaran. Kendala lainnya adalah dampak negatif yang dimaksud dalam hal ini adalah bahwa berbagai isu-isu kontriversial yang disajikan selama proses pembelajaran, seperti: penyalahgunaan narkoba, merokok, minuman keras, pergaulan bebas, pemerkosaan, kriminalitas (pembunuhan), geng motor, dan prostitusi baik dalam bentuk teks kalimat, visualisasi berupa film, gambar, poster, dan lain-lain, bisa saja salah dipahami oleh peserta didik, yang ditunjukan dengan bentuk perkataan yang sama dengan apa yang ia baca dan lihat.

B. Rekomendasi 1. Untuk Guru

a. Sebelum guru menerapkan pendekatan isu-isu kontroversial dalam pembelajaran IPS, yang pertama dilakukan adalah mengkondisikan kelas dengan baik. Diantaranya, dengan menjelaskan tujuan pembelajaran yang menggunakan diskusi isu-isu kontroversial, agar peserta didik memahami konsep pada materi yang akan dibahas. Artinya guru harus benar-benar melakukan langkah-langkah pembelajaran dari mulai kegiatan awal, inti dan akhir dengan baik. b. Guru hendaknya mempunyai kreatifitas yang tinggi dalam

mengangkat isu-isu kontroversial dalam pembelajaran IPS, sehingga peserta didik terbiasa mengolah kemampuan dan potensi berpikirnya. Dan memahami lebih dalam tentang pendekatan diskusi isu-isu kontroversial, sehingga tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dapat dilaksanakan dengan baik.

c. Guru disarankan untuk lebih mengembangkan potensi peserta didik, sehingga peserta didik dapat menjadi subjek pembelajaran bukan hanya sebagai objek pembelajaran. Dan harus lebih mengedepankan kepentingan peserta didik, dengan memotivasi keberanian berpendapat pada peserta didik.


(2)

2. Untuk Pihak Sekolah

a. Hendaknya pihak sekolah memberikan fasilitas yang memadai yang berkenaan dengan sumber dan media pembelajaran, untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan isu-isu kontroversial.

b. Pihak sekolah terutama kepala sekolah,selayaknya memberikan dorongan dan dukungan pada upaya peningkatan kualitas kinerja guru dalam mengaja dengan menambah ilmu pengetahuan, seperti pelatihan atau penataran-penataran.

3. Untuk Peneliti Berikutnya

Untuk mengembangkan penelitian selanjutnya, disarankan agar peneliti berikutnya dapat menggunakan literatur yang lebih lengkap, waktu yang lebih lama, persiapan yang lebih matang, dan kajian yang lebih mendalam agar dapat menghasilkan penelitian yang lebih baik. Selanjutnya, kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan pengkajian secara khusus dan mendalam tentang dampak pembelajaran dengan pendekatan isu-isu kontroverial tentang tema penyimpangan sosial.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Al Muchtar, S. (1991). Pengembangan Kemampuan Berpikir dan Nilai dalam

pendidikan IPS (Suatu Studi Budaya pendidikan). Disertasi tidak dipublikasikan. Bandung: PPS IKIP Bandung

(2001). Epistemology Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung: gelar Pustaka Mandiri.

--- (2008). Strategi Pembelajaran Pendidikan IPS. Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Amy J. Phelps & Cherin Lee. (2003). The Power of Practice : What Students

Learn from How We Teach. Journal of Chemical Education, 80 (7), 829

832.

Anderson, L.W. dan Krathwohl, D.R (eds).2010. Kerangka Landasan Untuk

“Pembelajaran, Pengajaran, Dan Asesmen”:Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom. New York:Longman.

A.M. Sardiman. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

Arikunto, Suhardjono, Supardi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara

Arikunto, Suharsimi. (2008). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Edisi Revisi, Cetakan Ketujuh. Jakarta. Bumi Aksara

Arikunto,Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

Ball, D. L. (1988). Unlearning to teach mathematics. East Lansing : Michigan State University, National Center for Research on Teacher Education. Banks, J.A. (1977). Teaching for the Social Studies: Inqury, Valuing, and

Decision – Making. Philippines : Addison-Wesley Publishing Company.


(4)

Social Studies. New York: Longman, Inc

Banks & C. A. M. Banks, 1997. (Eds.). Multicultural Education: Issues and

Perspectives (3rd ed., pp. 3-31). Boston: Allyn and Bacon.

Constance Blasie & George Palladino. (2005). Implementing the Professional

Development Standards : A Research Department’s Innovative Masters Degree Program for High School Chemistry Teachers. Journal of

Chemical Education. 82 (4), 567 – 570.

Dahar, R. W.1996. Teori-Teori Belajar. Jakarta : Penerbit Erlangga

Dewey, J. (1933). How We Think. A Restatement Of The Relation Of Reflective

ThinkingTo The educative Process. Boston. D.C. Heath and Company

Dimyati & Mulyana. (2002), Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: rineka Cipta. Elliot, A.J., & Mc Gregor, H.A. 1999. Achievement Goal Framework Psychology

Effective Teaching. Madison: Brown&Benchmark Publiser.

Gunawan, A.H. (2000). Sosiologi Pendidikan: Suatu Analisis Sosiologi Tentang

Pelbagai problem Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta.

Gunawan, Rudy. (2011). Pendidikan IPS, filosofi, Konsep dan Aplikasi. Bandung. Alfabeta.

Hamalik, O. (1992). Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara

Hamid, Hasan. S. (1996). Pendidikan Ilmu Sosial. Jakarta : proyek Pendidikan Tenaga Akademik Dirjen Dikti Depdikbud.

Jocye. B and Weil. M. (2009). Model of Teaching. Englewood Cliffs. Prentice Hall. Inc.

Jocye. B, Weil, M. dan Calhoum, E. (2009). Models of Teaching. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kartono, K. (2009). Patalogi Sosial. Jakarta : Rajawali Pers Kasbolah. (1999). Peneitian Tindakan Kelas. Jakarta : Depdikbud

Kuchak, D & paul Eggen. (2012). Strategi dan Model pembelajaran.

Mengajarkan konten dan Keterampilan berpikir. Jakarta. Indeks.

Kuswana, K, Wowo. (2011). Taksonomi Berpikir. Bandung : PT Remaja Rosdakarya


(5)

Lemert, E. (1951). Social Pathology. New York: Mc Graw-Hill.

Maryani, E. (2011). Pengembangan Program Pembelajaran IPS Untuk

Meningkatkan Keterampilan Sosial. Bandung : Alfabeta.

Miles, M.B & Huberman, A.M. (1996). Qualitative Data analysis: An education

an psycology. New York : SAGE Publications.

Mulyasa, E. (2012). Praktek Penelitian Tindakan Kelas, Menciptakan Perbaikan

dan Kesinambungan. Bandung : Rosda

National Council For Social Studies. (2003). Expectation of Excellence

Curriculum Standards for Social Studies, Washington, DC,NCSS.

Nasution, S. (1996). Metode penelitian Naturalistik- Kualitatif. Bandung : Tarsito Nur, Muhammad. (2002). Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam

KBK. Malang : UMPRESS

Rapopport, R.(1970). Tree Dilemmas in Action Research, Human Relation

Sanjaya, Wina. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana Predana Media Group

Santrock, John W. 2011. Psikologi Pendidikan Edisi Kedua. Jakarta: Kencana. Sapriya. 2009. Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran. Bandung:Remaja

Rosdakarya Offset.

Slavin, R,E. 2011. Psikologi Pendidikan-teori dan Praktek. Jakarta: PT Indeks. Somantri, M. N. (2001). Menggagas Pembaharuan IPS. Bandung : PT Remaja

Rosdakarya.

Straddling, Robert.(1984). “Controversial Issues in The Classroom” In Teaching Controversial Issues, edited by Sidney Hilland Colin Reid. London:Edward

Arnold.

Sudjana, Nana. (2005). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Sugioyono. (2007). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung. Alfabeta. Sugihartono, dkk (2007). Psikologi Pendidikan. Yogjakarta : Uny Press


(6)

Bandung: Alumni.

Suparno, Paul. (1997). Filsafat Konstruktivistik Dalam Pendidikan. Jogjakarta : Kanisius.

Supriatna, Nana.(2007). Konstruksi Pembelajaran Sejarah Kritis. Historia Utama Press. Bandung .

Trianto. (2007). Model- model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta : Prestasi Pustaka Publisher.

Warsito, H. (1992). Pengantar Metode Penelitian. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Wiriaatmadja, Rochiati. (2012). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Sumber internet:

Repository.upi.edu/operator/uploads/s_pkn_032869_chapter2.pdf

http://rezkirasyak.blogspot.com/2012/04/penyimpangan-sosiallatar-belakang.html http://arsyadriyadi.blogspot.com/2012/03/filsafat-konstruktivisme-dalam.html

http://arulsharingcommunity.blogspot.com/2009/02/pendidikan-sebagai-rekonstruksi ---sosial_27.html

(http://news.detik.com/bandung/read/2013/09/02/104917/2346662/ 486/guru-dan-kepsek-di-garut-ramai-ramai-cek-buku-berisi-kata-tak-pantas

bestaribee.blogspot.com

(http://news.detik.com/bandung/read/2013/09/02/104917/2346662/486/guru-dan-kepsek-di-garut-ramai-ramai-cek-buku-berisi-kata-tak-pantas

Sumber penelitian terdahulu:

Muttaqin, T.S(2004). Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalam

IPS Melalui Pembelajaran Isu-isu Kontroversial. Bandung:UPI

Widiyati,Endang.(2008).Pengembangan Isu-isu Kontroversial Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa dalam Pembelajaran Sejarah.

Bandung:UPI

Verdiantika, Novita.(2010). Penerapan Model Pembelajaran Controversial


Dokumen yang terkait

PENGGUNAAN MEDIA SURAT KABAR DALAM MENGEMUKAKAN ISU-ISU SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VII A SMP Negeri 2 Lembang).

0 2 42

PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN VISUAL GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DALAM PEMBELAJARAN IPS : Penelitian Tindakan Kelas di kelas VIII-A SMP Negeri 14 Bandung.

0 2 48

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA TERHADAP ISU-ISU LINGKUNGAN HIDUP DALAM PEMBELAJARAN IPS : Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VII A SMP Pasundan 6 Bandung.

1 7 185

IMPLEMENTASI METODE INQUIRY BERBASIS ISU-ISU SOSIAL KONTEMPORER UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS : Penelitian Tindakan Kelas Terhadap Siswa Kelas VIII H Di SMP N 40 Bandung.

14 141 48

PENERAPAN METODE ROLE PLAYING DALAM PENGEMBANGAN KETERAMPILAN SOSIAL PESERTA DIDIK PADA PEMBELAJARAN IPS :Penelitian Tindakan Kelas Pada Peserta Didik Kelas VIII di MTs YPPS Sukahurip.

0 7 59

PEMBELAJARAN PKn BERLATAR ISU-ISU KONTROVERSIAL KEBIJAKAN PUBLIK UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI KEWARGANEGARAAN (STUDI PADA SISWA SMA DI KEDIRI).

0 0 77

Model Pembelajaran Sejarah Berbasis Isu-isu Kontroversial untuk Meningkatkan Berpikir Historis Mahasiswa Prodi Sejarah UMP.

0 2 14

ANALISIS PEMBELAJARAN SEJARAH ISU-ISU KONTROVERSIAL DI SMA (Studi Kasus di SMA Negeri 1 Banyumas).

0 1 20

Analisis Pembelajaran Sejarah Isu-Isu Kontroversial Di Sma (Studi Kasus Di Sma Negeri 1 Banyumas) bab 1

0 0 9

PEMBELAJARAN SEJARAH BERBASIS ISU-ISU KONTROVERSIAL DI MEDIA MASSA UNTUK MENINGKATKAN KESADARAN DEMOKRASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI IIS 3 SMA NEGERI 1 TAWANGSARI TAHUN AJARAN 2015/ 2016

0 0 17