PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING BERBASIS LABORATORIUM MINI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KEMAMPUAN KOGNITIF DAN SIKAP ILMIAH SISWA SMP PADA MATERI POKOK CAHAYA.

(1)

Sohibun, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Laboratorium Mini Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kemampuan Kognitif Serta Pengaruhnya Terhadap Sikap Ilmiah Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu i

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING BERBASIS LABORATORIUM MINI UNTUK MENINGKATKAN HASIL

BELAJAR KEMAMPUAN KOGNITIF SERTA PENGARUHNYA TERHADAP SIKAP ILMIAH SISWA SMP PADA MATERI

POKOK CAHAYA

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan IPA

Konsentrasi Fisika Sekolah Lanjutan

Oleh: SOHIBUN NIM.1101182

KONSENTRASI PENDIDIKAN FISIKA SL PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA


(2)

Sohibun, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Laboratorium Mini Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kemampuan Kognitif Serta Pengaruhnya Terhadap Sikap Ilmiah Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ii

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

2013

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING BERBASIS LABORATORIUM MINI UNTUK MENINGKATKAN HASIL

BELAJAR KEMAMPUAN KOGNITIF SERTA PENGARUHNYA TERHADAP SIKAP ILMIAH SISWA SMP PADA MATERI

POKOK CAHAYA

Oleh:

Sohibun, S.Pd., Universitas Pendidikan Indonesia, 2013

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Alam Konsentrasi Fisika Sekolah Pasca Sarjana

© Sohibun 2013

Universitas Pendidikan Indonesia Agustus 2013


(3)

Sohibun, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Laboratorium Mini Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kemampuan Kognitif Serta Pengaruhnya Terhadap Sikap Ilmiah Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu iii

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.

LEMBAR PENGESAHAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING BERBASIS LABORATORIUM MINI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KEMAMPUAN KOGNITIF DAN SIKAP ILMIAH SISWA SMP

PADA MATERI POKOK CAHAYA

Disetujui untuk mengikuti Ujian Tahap II

Pembimbing I

Dr. Johar Maknun, M.Si. NIP. 19680308 199303 1 002

Pembimbing II

Dr.Wawan Setiyawan M.Kom NIP. 19660101 199103 1 005

Penguji I

Dr. Enjang Ahmad Juanda, M.Pd. M.T. NIP. 19550826 198101 1 001

Penguji II

Dr. Setiya Utari, M.Si. NIP. 19670725 199203 2 002


(4)

Sohibun, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Laboratorium Mini Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kemampuan Kognitif Serta Pengaruhnya Terhadap Sikap Ilmiah Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu iv

Ketua Program Studi Pendidikan IPA

Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

Prof. Dr. Anna Permanasari, M.Si NIP. 19580712 198303 2 002

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul “penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis laboratorium mini untuk meningkatkan hasil belajar kemampuan kognitif dan sikap ilmiah siswa SMP pada materi pokok cahaya” ini dan seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan tersebut, saya siap menanggung resiko yang dijatuhkan kepada saya apabila dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap karya saya.

Bandung, Juni 2013 Yang membuat pernyataan,


(5)

Sohibun, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Laboratorium Mini Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kemampuan Kognitif Serta Pengaruhnya Terhadap Sikap Ilmiah Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu v


(6)

Sohibun, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Laboratorium Mini Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kemampuan Kognitif Serta Pengaruhnya Terhadap Sikap Ilmiah Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING BERBASIS LABORATORIUM MINI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KEMAMPUAN KOGNITIF DAN SIKAP ILMIAH SISWA SMP

PADA MATERI POKOK CAHAYA

Sohibun, 1101182

Pembimbing I : Dr. Johar Maknun, M.Si Pembimbing II: Dr. Wawan Setiyawan, M.Kom

Abstrak

Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk memperoleh gambaran penggunaan model pembelajaran inkuri terbimbing berbasis labortorium mini untuk meningkatkan hasil belajar dan sikap ilmiah siswa SMP kelas VIII pada materi pokok cahaya, serta untuk memperoleh gambaran tanggapan siswa terhadap model pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis laboratorium mini. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu dengan desain “nonequivalent control group design” yang dilaksanakan di kelas VIII salah satu SMP di kabupaten Rokan Hulu Riau pada tahun pelajaran 2012/2013. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan tes awal dan tes akhir untuk hasil belajar aspek kognitif, angket untuk sikap ilmiah dan tanggapan siswa terhadap model pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis laboratorium mini. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh rata-rata N-gain kelas eksperimen 0.41 dan kelas kontrol 0.29 dengan signifikansi peningkatan N-gain berdasarkan uji statistik yaitu 0.001 dan skor rata-rata hasil belajar kemampuan kognitif tertinggi 81,82 %. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa peningkatan hasil belajar aspek kognitif pada materi pokok cahaya siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis laboratorium mini lebih tinggi dibandingkan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Hasil analisis sikap ilmiah siswa didapatkan rata-rata N-gain kelas eksperimen 0.174 dan kelas kontrol 0.19 dengan signifikansi 0.689. Berdasarkan uji hipotesis maka peningkatan sikap ilmiah siswa tidak berbeda secara signifikan antara kelas yang menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis laboratorium mini dibandingkan kelas yang mengikuti pembelajaran konvensional. Disimpulkan bahwa pembelajaran dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis laboratorium mini, secara signifikan dapat lebih meningkatkan hasil belajar aspek kognitif siswa dibandingkan dengan pembelajaran konvensional tetapi tidak dengan sikap ilmiah siswa.

Kunci: model inkuiri terbimbing berbasis laboratorium mini, hasil belajar aspek kognitif, sikap ilmiah, cahaya


(7)

Sohibun, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Laboratorium Mini Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kemampuan Kognitif Serta Pengaruhnya Terhadap Sikap Ilmiah Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

IMPLEMENTATION OF GUIDED INQUIRY MODELS LEARNING BASED MINI LABS TO GAIN COGNITIVE SKILL AND SCIENTIFIC

ATTITUDE IN LIGHT SUBJECT Abstract

Has done research that aims to obtain a picture of the use of guided learning model based inquiry mini labs to improve learning outcomes of cognitive abilities eighth grade junior high school students in the subject matter light and to obtain an overview of the students' responses guided inquiry-based learning model mini lab. The research method used was a quasi-experimental design with "nonequivalent control group design" implemented in one of the junior class VIII in Riau Rokan Hulu district in the school year 2012/2013. The data was collected using a preliminary test and final test for cognitive learning outcomes and student responses to the questionnaire guided inquiry-based learning model mini lab. Based on the analysis of data obtained by the average N-gain experiment class and control class 0:29 0:41 with significantly increased N-gain based statistical test is 0.001 and the average score of the highest cognitive learning outcomes 81.82%. Hypothesis test results showed that the increase in cognitive learning outcomes in light of the subject matter of learning to students who take the guided inquiry-based learning model mini labs higher than students who take conventional learning. Learning to use student responses to laboratory-based models inkuri mini is based on the calculation of 81.81% with positive category. Keywords: Model-based guided inquiry labs mini, cognitive learning outcomes, light


(8)

Sohibun, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Laboratorium Mini Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kemampuan Kognitif Serta Pengaruhnya Terhadap Sikap Ilmiah Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... ……….. xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 9

1.3. Batasan Masalah... 9

1.4. Tujuan Penelitian ... 10

1.5. Manfaat Penelitian ... 10

1.6. Definisi Operasional... 11

BAB II. KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pembelajaran IPA Fisika di SMP ... 13

2.1.1. Tujuan Pembelajaran IPA ... 14

2.1.2. Fungsi Pembelajaran IPA ... 15

2.1.3. Hakikat Pembelajaran IPA ... 15

2.2. Strategi Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Dalam Pembelajaran Fisika... 17

2.2.1. Tinjauan tentang Metode Belajar Aktif ... 17

2.2.2. Kontruktivisme dalam pembelajaran fisika ... 19

2.2.3. Model Pembelajaran Inkuiri ... 20

2.2.4. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ... 24

2.2.5. Model Pembelajaran Berbasis Laboratorium Mini ... 31

2.2.6. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Laboratorium Mini ... 33

2.3. Hasil Belajar Kemampuan Kognitif Dalam Pembelajaran Fisika ... 36

2.4. Sikap Ilmiah ... 40

2.5. Struktur Materi Pokok Cahaya ... 45

2.6. Hipotesis Penelitian ... 52

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Metode dan Desain Penelitian ... 54

3.2. Prosedur Penelitian... 55

3.3. Subyek Penelitian ... 56


(9)

Sohibun, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Laboratorium Mini Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kemampuan Kognitif Serta Pengaruhnya Terhadap Sikap Ilmiah Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3.5. Instrumen Penelitian... 57

3.6. Teknik Pengolahan Data ... 67

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian ... 71

4.1.1 Deskripsi Pembelajaran ... 71

4.1.2 Analisis Hasil Pretest Siswa ... 83

4.1.3 Peningkatan Hasil Belajar Aspek Kognitif ... 85

4.1.4 Deskrisi Sikap Ilmiah ... 88

4.1.5 Tanggapan Siswa Terhadap Model Pembelajaran ... 90

4.2. Pembahasan ... 93

4.2.1. Keterlaksanaan pembelajaran model pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis laboratorium mini ... 93

4.2.2. Peningkatan hasil belajar aspek kognitif ... 96

4.2.3. Sikap Ilmiah ... 100

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 108

B. Saran... 108

DAFTAR PUSTAKA ... 110


(10)

Sohibun, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Laboratorium Mini Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kemampuan Kognitif Serta Pengaruhnya Terhadap Sikap Ilmiah Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Sintaks Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ... 34

Tabel 2.2. Kata Kerja Operasional Ranah Kognitif ... 40

Tabel 3.1. Desain Penelitian ... 54

Tabel 3.2. Indikator sikap ilmiah ... 58

Tabel 3.3. Angket sikap ilmiah ... 60

Tabel 3.4. Penafsiran Hasil Penilaian Sikap Ilmiah ... 61

Tabel 3.5. Kategori Validitas Butir Soal ... 63

Tabel 3.6. Klasifikasi Analisis Reliabilitas Tes ... 64

Tabel 3.7. Kategori tingkat Kesukaran ... 65

Tabel 3.8. Tafsiran Indeks Daya Pembeda ... 65

Tabel 3.9. Hasil Uji Coba Instrumen Tes Tertulis (Kognitif) ... 66

Tabel 3.10. Kategori Tingkat N Gain... 68

Tabel 4.1 Uji Normalitas skor pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol .. 84

Tabel 4.2 Uji homogenitas skor pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol 84

Tabel 4.3. Uji perbedaan rata-rata skor pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol ... 85

Tabel 4.4. data hasil belajar aspek kognitif perindikator kelas eksperimen... 86

Tabel 4.5. data hasil belajar aspek kognitif perindikator kelas kontrol ... 86

Tabel 4.6. Deskripsi skor aspek kognitif kelas eksperimen dan kelas kontrol secara keseluruhan ... 86

Tabel 4.7. Uji normalitas data gain kelas eksperimen dan kelas kontrol ... 87

Tabel 4.8. Uji homogenitas data gain kelas eksperimen dan kelas kontrol ... 87

Tabel 4.9. Hasil uji perbedaan data gain kelas eksperimen dan kelas kontrol ... 88

Tabel 4.10. Sikap Ilmiah Kelas Eksperimen ... 89

Tabel 4.11. Sikap Ilmiah Kelas Kontrol ... 90

Tabel 4.12. Angket tanggapan siswa per indikator ... 91

Tabel 4.13. Hasil perhitungan angket tanggapan siswa per indikator... 91

Tabel 4.14. Hasil lembar observasi catatan lapangan guru mata pelajaran terhadap keterlaksanaan pembelajaran ... 95


(11)

Sohibun, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Laboratorium Mini Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kemampuan Kognitif Serta Pengaruhnya Terhadap Sikap Ilmiah Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Tiga berkas cahaya dapat dibedakan menjadi ... 47

Gambar 2.2. Pemantulan Teratur ... 48

Gambar 2.3. Pemantulan Baur ... 48

Gambar 2.4. Skema Hukum Pemantulan ... 48

Gambar 2.5. Tiga Sinar Istimewa pada Cermin Cekung ... 50

Gambar 2.6. Tiga Sinar Istimewa pada Cermin Cembung ... 51

Gambar 3.1 Alur Penelitian ... 57

Gambar 4.1. Pretest kelas kontol (VIII8) ... 72

Gambar 4.2. Pretest kelas eksperimen (VIII7) ... 73

Gambar 4.3. Siswa melakukan praktikum sudut datang sama dengan sudut pantul pada cermin datar ... 74

Gambar 4.4. Siswa melakukan percobaan cermin datar ... 74

Gambar 4.5. Guru memberi bimbingan kepada siswa ... 75

Gambar 4.6. Pembelajaran yang dilakukan pada kelas kontrol ... 76

Gambar 4.7. Siswa melakukan percobaan cermin cekung ... 77

Gambar 4.8. Guru memberi bimbingan kepada siswa ... 77

Gambar 4.9. Siswa menggambarkan pembentukan bayangan pada cermin cekung dengan menggunakan tiga sinar istimewa pada cermin cekung ... 78

Gambar 4.10. Siswa melakukan praktikum cermin cembung ... 79

Gambar 4.11. Siswa kelas kontrol melakukan diskusi dan tanya jawab ... 80

Gambar 4.12. Siswa kelas kontrol melakukan kuis diakhir pembelajaran ... 98

Gambar 4.13. Pemberian penghargaan pada kelompok nyata dan kelompok fokus ... 81

Gambar 4.14. Posttest kelas eksperimen (VIII7) ... 82

Gambar 4.15. Posttest kelas eksperimen (VIII8) ... 82

Gambar 4.16. Grafik tanggapan siswa terhadap model per indikator ... 91

Gambar 4.17. Grafik sikap ilmiah siswa perindikatos kelas eksperimen ... 101

Gambar 4.18. Grafik sikap ilmiah siswa perindikatos kelas kontrol ... 101


(12)

Sohibun, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Laboratorium Mini Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kemampuan Kognitif Serta Pengaruhnya Terhadap Sikap Ilmiah Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A : Perangkat Pembelajaran ... 116

Lampiran B : Instrumen Penelitian ... 178

Lampiran C : Lembar Judgement Instrumen ... 212

Lampiran D : Hasil Uji Coba Tes Tertulis ... 218

Lampiran E : Hasil Penelitian dan Pengolahan Data ... 223


(13)

Sohibun, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Laboratorium Mini Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kemampuan Kognitif Serta Pengaruhnya Terhadap Sikap Ilmiah Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ilmu Pengetahuan Alam berhubungan dengan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitarnya yang diperoleh melalui serangkaian proses ilmiah. IPA merupakan pengetahuan yang tersusun sistematis yang mengandung pernyataan, pencarian, pemahaman, serta penyempurnaan jawaban tentang suatu gejala dan karakteristik alam sekitar (Mulyana, 2007).

IPA itu suatu cara atau metode mengamati Alam (Nash, 1963) maksudnya, mengamati dunia bersifat analitis, lengkap, dan cermat, serta menghubungkan antara satu fenomena dengan fenomena lain, sehingga keseluruhannya membentuk suatu perspektif baru tentang objek yang diamati.

Fisika sebagai salah satu bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam pada umumnya banyak mempunyai aplikasi dalam kehidupan sehari-hari, oleh karena itu penguasaan siswa terhadap fisika dengan baik akan memberikan andil bagi pencapaian tujuan pendidikan secara umum, yaitu mempersiapkan siswa agar mampu menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran logis, rasional, kritis, efektif, dan efisien. ( Oemar, 2003).

Pendidikan dasar yang diselenggarakan di SLTP/Mts bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan dasar yang merupakan perluasan serta peningkatan pengetahuan keterampilan yang diperoleh di SD, yang bermanfaat


(14)

2

Sohibun, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Laboratorium Mini Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kemampuan Kognitif Serta Pengaruhnya Terhadap Sikap Ilmiah Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bagi siswa untuk mengembangkan kehidupan sebagai pribadi, anggota masyarakat serta warga negara sesuai dengan tingkatan perkembangannya dan mempersiapkan mereka untuk pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. (Panduan lengkap KTSP, 2007).

Guru sebagai tenaga pengajar sangat mempengaruhi tercapainya tujuan pembelajaran, oleh karena itu guru harus kreatif dan imajinatif untuk mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran sehingga siswa mampu untuk belajar. Salah satu usaha guru adalah menggunakan strategi dan metode mengajar yang dapat menarik perhatian. Merangsang siswa untuk lebih terlibat langsung dalam aktivitas belajar pemilihan strategi dalam metode mengajar vang cocok, tepat dan jitu memungkinkan tercapainya tujuan optimal, strategi pembelajaran mempengaruhi taraf keberhasilan siswa. Untuk itu guru harus memiliki metode yang tepat guna mengantar siswa mencapai tujuan yang diharapkan.

Proses pembelajaran yang efektif dan efisien akan tercipta, jika pelaku yang terlibat dalam proses tersebut hendaknya mampu mewujudkan perilaku mengajar secara tepat agar tercipta interaksi belajar mengajar yang efektif dalam situasi belajar mengajar yang kondusif. Belajar berarti usaha mengubah tingkah laku, jadi belajar akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian diri. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa belajar itu sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga, psiko-fisik untuk menuju


(15)

Sohibun, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Laboratorium Mini Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kemampuan Kognitif Serta Pengaruhnya Terhadap Sikap Ilmiah Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

keperkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang menyangkut unsur cipta, rasa, karsa ranah kognitif, afektif dan psikomotor (Sardiman dalam Handrayani, 2007).

Salah satu pelajaran IPA yang dipelajari di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah fisika. Pelajaran fisika mempelajari gejala-gejala dan interaksi gejala-gejala itu satu sama lain. Fisika adalah bahasa yang digunakan untuk saling berhubungan dan untuk menemukan sifat-sifat yang berlaku secara umum antara berbagai peristiwa alam. Fisika diberikan kepada siswa untuk membantu siswa agar tertata nalarnya, terbentuk kepribadiannya serta terampil menggunakan fisika dan penalarannya dalam kehidupannya kelak. Pendidikan dasar yang diselenggarakan di SMP bertujuan memberi bekal kemampuan dasar yang merupakan perluasaan serta peningkatan pengetahuan keterampilan yang diperoleh di Sekolah Dasar, yang bermanfaat bagi siswa untuk mengembangkan kehidupan sebagai pribadi, anggota masyarakat dan warga negara dengan tingkat perkembangannya serta mempersiapkan mereka untuk pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi (Panduan lengkap KTSP, 2007).

Pembelajaran Fisika di sekolah-sekolah masih terbatas pada pemahaman kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip tersebut. Itu pun tingkat aktualisainya masih relatif rendah. Rendahnya pencapaian pendidikan sains di Indonesia dapat ditunjukkan oleh berbagai indikator, diantaranya Hasil The Third International Mathematics and Science Study atau TIMSS (Miller D: 2009) yang menunjukkan bahwa Indonesia menduduki urutan ke-35 dalam IPA dan urutan ke-36 dalam matematika diantara 48 negara yang mengikuti studi itu.


(16)

4

Sohibun, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Laboratorium Mini Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kemampuan Kognitif Serta Pengaruhnya Terhadap Sikap Ilmiah Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan hasil studi pendahuluan pada salah satu sekolah menengah pertama di Ujungbatu Riau tahun ajaran 2012/2013 melalui wawancara bahwa guru tidak berkeinginan untuk melakukan praktium pada materi tertentu karena kesulitan dalam membagi waktu dan mengatur siswa termasuk tidak adanya peralatan praktikum. Selain itu, tujuan yang ingin dicapai terhadap sikap ilmiah dan hasil belajar kemampuan kognitif siswa yang diharapkan muncul pada kegiatan pratikum tidak tercapai secara optimal, hal ini dapat dilihat dari hasil observasi saat studi pendahuluan yaitu berdasarkan hasil wawancara pada lembar observasi kegiatan praktikum kepada guru, guru mengatakan ” semua aspek tersebut akan saya lakukan, namun fasilitas sekolah yang tidak memadai

sehingga tidak pernah ada kegiatan laboratorium”. Dengan demikian peneliti menemukan hal dasar yang menjadi pokok permasalahan di sekolah SMP ini adalah tidak tersedianya peralatan laboratorium sehingga tidak adanya kegiatan praktikum sebagai penunjang untuk meningkatkan hasil belajar salah satunya keterampilan kognitif juga pada sikap ilmiah siswa.

Selain itu, salah satu penyebab tidak tuntasnya pembelajaran di sekolah adalah peran guru di kelas lebih dominan jika dibandingkan siswa. Pembelajaran yang didominasi oleh guru ini membuat siswa menjadi pasif dan kurang berpartisipasi. Siswa hanya mendengar dan mencatat materi yang disampaikan oleh guru. Ketika guru meminta siswa mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang tidak siswa pahami, hanya satu atau dua siswa saja yang bertanya, yang lain hanya diam. Siswa sepertinya juga tidak merasa percaya diri untuk menjawab atau memberikan pertanyaan, baik kepada guru maupun teman sebayanya.


(17)

Sohibun, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Laboratorium Mini Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kemampuan Kognitif Serta Pengaruhnya Terhadap Sikap Ilmiah Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pembelajaran yang baik dapat terwujud, bila dalam proses kegiatan berlangsung secara dinamis. Sesuai dengan hal tersebut penulis tertarik untuk melakukan penerapan strategi pembelajaran inkuiri terbimbing yang pada intinya, siswa belajar sekaligus dilanjutkan dengan praktikum. Ini bertujuan untuk meningkatkan kecintaan siswa terhadap pelajara IPA khususnya pelajaran Fisika.

Bila ditinjau dari tujuan mata pelajaran fisika di SMP, menurut Mohamad Nur (2003) adalah: a) memberikan pengalaman kepada peserta didik dalam merencanakan dan melakukan kerja ilmiah untuk membentuk sikap ilmiah, dan b) meningkatkan kesadaran untuk memelihara dan melestarikan lingkungan serta sumber daya alam. Berdasarkan tujuan ini, pembelajaran fisika di SMP hendaknya berpusat pada peserta didik (student centered), yaitu peserta didik diharapkan terlibat secara aktif dan kreatif dalam proses belajar. Oleh karena itu, pengajar fisika harus dapat merangsang kegiatan peserta didik, menciptakan kondisi agar peserta didik aktif berpikir, sehingga membangkitkan dan meningkatkan motivasi peserta didik untuk mendalaminya. Dengan kata lain pengajar harus dapat menciptakan suasana interaktif dan partisipatif, bukan bersifat instruktif. Kondisi ini sesuai dengan tuntutan dari kurikulum fisika SMP. Dalam pelaksanaan kurikulum kegiatan pembelajaran perlu (Depdiknas,

2004:30): ”1) berpusat pada peserta didik, 2) mengembangkan kreativitas peserta

didik, 3) menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang, 4) bermuatan nilai, etika, estetika, logika, dan kinetetika, dan 5) menyediakan pengalaman belajar


(18)

6

Sohibun, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Laboratorium Mini Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kemampuan Kognitif Serta Pengaruhnya Terhadap Sikap Ilmiah Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan muatan yang terkandung dalam kurikulum fisika SMP tidak dapat dihindari bahwa kegiatan laboratorium memegang peranan penting dalam pembelajaran fisika. Kerja praktek merupakan cara yang sangat relevan bukan saja untuk mengaktifkan peserta didik juga untuk membantu peserta didik mengembangkan kompetensinya. Sebab tujuan utama kerja praktek adalah

“melatih peserta didik bekerja secara ilmiah untuk memperoleh pengetahuan,

keterampilan, dan nilai ilmiah” (Depdiknas, 2004 :11). Pengertian kompetensi yang dimaksudkan adalah peserta didik dianggap berkompetensi bila peserta

didik “memiliki pengetahuan, keterampilan dan nilai ilmiah yang direfleksikan

secara konsisten dalam kehidupan nyata”. Berkaitan dengan pentingnya

keberadaan laboratorium dalam pembelajaran fisika sudah banyak diteliti orang. Salah satunya adalah hasil penelitian Mohamad Nur, dkk (1998:16) menemukan

bahwa “peserta didik menunjukkan minat tinggi pada saat diperkenalkan dan dilatih cara menggunakan alat laboratorium dan senang mengikuti praktikum IPA dan keterampilan proses peserta didik dapat ditingkatkan secara tajam dalam

waktu yang relatif singkat”.

Ketika peserta didik dilibatkan kerja praktek dalam pembelajaran fisika, mereka secara langsung dihadapkan dengan objek atau gejala-gejala alam yang dapat merangsang pikirannya untuk aktif berpikir dan memproses informasi yang diperoleh melalui pengamatan. Sewaktu peserta didik memproses informasi, pada ssaat itu pula mereka sekaligus dapat memperoleh pengetahuan dan sekaligus keterampilan dalam memproses informasi itu. Beberapa hasil penelitian


(19)

Sohibun, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Laboratorium Mini Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kemampuan Kognitif Serta Pengaruhnya Terhadap Sikap Ilmiah Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menyebutkan bahwa kegiatan laboratorium memberikan dampak positif terhadap aktivitas dan hasil belajar peserta didik. Suhermi dan Sehatta (2002:103)

menyimpulkan bahwa “penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan menggunakan laboratorium mini dapat meningkatkan rata-rata nilai terakhir peserta didik sebesar 31,35 poin atau 49,9%”, hasil penelitian Rusmiyanti (1998:i)

terungkap bahwa “pengembangan kegiatan praktikum melalui kegiatan mini lab

dapat meningkatkan kualitas belajar peserta didik”. Begitu juga hasil penelitain Etika Idris dan Onik Tri Utari (2010) menyimpulkan ”penerapan DeLikan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada sekolah yang tidak memiliki laboratorium

pada aspek psikomotor dan keterampilan proses”. Kenyataannya masih banyak SMP yang tidak memiliki laboratorium sehingga kurang optimal dalam melakukan kegiatan laboratorium dalam pembelajaran fisika, termasuk di salah satu SMP negeri di Ujungbatu Riau.

Inkuiri berarti pertanyaan, pemerikasaan atau penyelidikan. Inkuiri sebagai suatu proses umum yang dilakukan manusia untuk mencari atau memahami informasi. Gulo (Trianto, 2010: 166) menyatakan bahwa pembelajaran inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara meksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Model inkuri terbimbing adalah salah satu modifikasi dari model inkuiri, dimana lebih menekankan bimbingan saat penerapannya.

Berdasarkan Pengamatan di SMP saat studi pendahuluan disalah satu SMP negeri di Ujungbatu Riau, hasil belajar siswa dan sikap ilmiah masih tergolong


(20)

8

Sohibun, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Laboratorium Mini Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kemampuan Kognitif Serta Pengaruhnya Terhadap Sikap Ilmiah Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

rendah, hal ini dikarena selain peran guru yang masih dominan, juga karena keterbatasan sarana untuk melakukan percobaan sains dan kesulitan siswa memahami konsep serta menyelesaikan soal-soal sains. Selain itu, siswa memiliki minat baca yang rendah, kurang semangat dan motivasi untuk belajar.

Bertitik tolak dari uraian diatas, penulis mencoba melakukan perubahan metode belajar dengan menerapkan Inkuiri terbimbing berbasis Laboratorium mini pada sekolah yang tidak memiliki laboratotium untuk meningkatkan hasil belajar kognitif siswa dan sikap ilmiah siswa, dengan demikian penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Laboratorium Mini untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Ranah Kognitif dan Sikap Ilmiah Siswa pada Materi Pokok Cahaya.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah terjadi peningkatan hasil belajar siswa pada ranah kognitif yang mendapat model pembelajaran Inkuiri terbimbing berbasis Laboratorium Mini pada pokok bahasan cahaya dan cermin?

2. Apakah terjadi peningkatan sikap ilmiah siswa yang mendapat model pembelajaran Inkuiri terbimbing berbasis Laboratorium Mini pada pokok bahasan cahaya dan cermin?


(21)

Sohibun, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Laboratorium Mini Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kemampuan Kognitif Serta Pengaruhnya Terhadap Sikap Ilmiah Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1.3. Batasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah dan fokus maka perlu pembatasan masalah yaitu:

1. Pada penerapan model pembelajaran Inkuiri terbimbing Berbasis Laboratorium Mini untuk materi pokok cahaya dan sifat-sifat cahaya, cermin datar, cermin cekung dan cermin cembung yang dilakukan dalam 3 kali pertemuan.

2. Peningkatan hasil belajar aspek kognitif siswa dimaksudkan sebagai perubahan hasil belajar aspek kognitif siswa ke arah yang lebih baik sebelum dan sesudah pembelajaran kelas eksperimen dibandingkan dengan kelas kontrol. Kategori peningkatan kemampuan aspek kognitif siswa ditentukan oleh skor rata-rata gain yang dinormalisasi (N-gain)..

3. Materi fisika yang ditinjau pada penelitian ini adalah materi cahaya dan cermin kelas VIII SMP yang terdiri dari tiga sub materi yaitu: cahaya termasuk sifat-sifat cahaya, cermin datar, cermin cekung dan cermin cembung.

4. Hasil belajar aspek kognitif siswa yang ditinjau pada penelitian ini dibatasi hanya mencakup pada jenjang pengetahuan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), dan analisis (C4) pada ranah kognitif taksonomi Bloom. Hal ini disesuaikan dengan kompetensi dasar yang diharapkan pada silabus SMP kelas VIII.


(22)

10

Sohibun, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Laboratorium Mini Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kemampuan Kognitif Serta Pengaruhnya Terhadap Sikap Ilmiah Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil belajar pada ranah kognitif dan sikap ilmiah siswa yang mendapat model pembelajaran Inkuiri terbimbing berbasis Laboratorim Mini lebih baik dibandingkan siswa yang mendapat pembelajaran konvensional pada pokok bahasan cahaya dan cermin. Selain itu juga untuk melihat peningkatan hasil belajar kognitif dan sikap ilmiah siswa setelah mendapat model pembelajaran Inkuiri terbimbing berbasis Laboratorium Mini pada pokok bahasan cahaya dan cermin.

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Bagi Guru

Sebagai masukan untuk dapat mengimplementasikan model pembelajaran Inkuiri terbimbing dan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran fisika, khususnya untuk aspek kognitif, psikomotor, sikap ilmiah.

2. Bagi Siswa

Siswa akan terbiasa belajar berkelompok, belajar dengan praktikum, sehingga bisa menguasai konsep-konsep materi pelajaran serta dapat melatih sikap ilmiah serta psikomotornya sendiri bersama teman-temannya.

3. Bagi Peneliti

Menjadi landasan berpijak untuk meneliti lebih lanjut dalam meningkatkan hasil belajar Sains-Fisika dan keterampilan proses sains siswa , dan menjadi


(23)

Sohibun, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Laboratorium Mini Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kemampuan Kognitif Serta Pengaruhnya Terhadap Sikap Ilmiah Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

salah satu pegangan motode pembelajaran jika suatu saat menjadi pelaku pendidik.

1.6. Defenisi Operasional

1) Inkuiri terbimbing adalah model pembelajaran modifikasi dari model inkuiri. Menurut Sund dan Trowbridge yang mengemukakan bahwa pembelajaran inkuiri terbimbing adalah suatu model pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan/petunjuk yang cukup luas untuk siswa. Sebagai perencanaannya dibuat oleh guru, siswa tidak merumuskan masalah. Dalam pembelajaran inkuiri terbimbing, guru tidak melepas siswa begitu saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan siswa. Guru harus memberikan pengarahan dan bimbingan kepada siswa dalam melakukan kegiatan-kegiatan sehingga siswa yang berpikir lambat atau siswa yang mempunyai intelegensi rendah tetap mampu mengikuti kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan.

2) Laboratorium mini merupakan kegiatan praktikum yang bisa dilakukan di dalam kelas untuk sekolah-sekolah yang tidak mempunyai sarana laboratorium. Laboratorium mini menjadikan kelas sebagai laboratorium dimana didalamnya terdapat kegiatan praktikum dengan menggudakan alat-alat local material. Menurut Daniel Lucy, dkk (dalam Sehatta, 1999:21) kegiatan laboratorium mini melibatkan peserta didik dalam belajar dengan metode ilmiah, sehingga dapat digunakan untuk melatih kemampuan berpikir


(24)

12

Sohibun, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Laboratorium Mini Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kemampuan Kognitif Serta Pengaruhnya Terhadap Sikap Ilmiah Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kritis. Laboratorium mini memerlukan peralatan yang minimum dan peserta didik ikut aktif di dalamnya.

3) Model pembelajaran Konvensional didefenisikan sebagai model pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru fisika disalah satu SMP negeri yang ada di kota Pekanbaru yang menjadi tempat penelitian. Pembelajaran ini didominasioleh metode ceramah yang diakhiri dengan kegiatan pembuktian (verifikasi) melalui kegiatan demonstrasi atau percobaan, dimana guru cenderung lebih aktif sebagai sumber informasi bagi siswa dan siswa cenderung pasif dalam menerima pembelajaran. Langkah–langkah pembelajaran konvensional yaitu guru memberi informsi, kemudian menerangkan suatu konsep, yang disertai dengan diskusi dengan siswa. Setelah itu siswa diminta memperhatikan demonstrasi atau melakukan percobaan untuk memferivikasikan konsep yang telah diinformasikan sebelumnya. Selanjutnya meminta siswa untuk mempresentasikan hasil percobaan atau pengamatan mereka. Kegiatan terakhir siswa mencatat materi yang diterangkan dan diberi soal–soal pekerjaan rumah.

4) Menurut Ibrahim (2006) hasil belajar siswa menyangkut semua perubahan perilaku yang dialami oleh siswa sebagai akibat proses belajar baik sebagai instructional effect maupun naturans effect. Tingkah laku yang dimaksud salah satunya yaitu keterampilan intelektual (kognitif). Keterampilan intelektual (kognitif) menurut Anderson dan Krathwol sesuai taksonomi bloom mencakup C1 sampai C6 terdiri atas kemampuan: pengetahuan atau


(25)

Sohibun, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Laboratorium Mini Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kemampuan Kognitif Serta Pengaruhnya Terhadap Sikap Ilmiah Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ingatan (C1), pemahaman atau komprehensi (C2), penerapan atau aplikasi (C3), analisis (C4), evaluasi (C5) dan mencipta (C6).

5) Sikap ilmiah atau sikap keilmuan merupakan aspek ketiga dari sikap sains. Meskipun sikap kedua ini mempunyai hubungan tetapi terdapat penekanan yang berbeda. Sikap terhadap sains adalah kecendrungan pada rasa senang atau tidak senang terhadap sians, misalnya menganggap sains itu sukar dipelajari, kurang menarik, membosankan atau sebaliknya. Sedangkan sikap sains adalah sikap yang dimiliki para ilmuan dalam mencari dan mengembangkan pengetahuan baru, misalnya obyektif terhadap fakta, hati hati, bertanggungjawab, berhati terbuka dan selalu ingin meneliti. Menurut Martin, dkk (2005: 17) indikator sikap ilmiah mencakup 1). Rasa ingin tahu 2). Sikap skeptis 3). Pandangan yang luas dan terbuka 4). Objektivitas 5). Kemauan berverifikasi dan 6). sikap positif terhadap kegagalan.

6) Pada penelitian ini konsep cahaya yang dibahas mengacu pada standar kompetensi: memahami konsep dan penerapan optika dalam produk teknologi sehari–hari dengan kompetensi dasar : menyelidiki sifat–sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa. Konsep cahaya dibatasi pada perambatan dan pemantulan cahaya.


(26)

14

Sohibun, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Laboratorium Mini Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kemampuan Kognitif Serta Pengaruhnya Terhadap Sikap Ilmiah Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah, dan tujuan penelitian maka ada dua hipotesis penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Hipotesis satu (H α 1); (µ1 < µ2; α = 0.05)

H0 = Tidak terdapat peningkatan hasil belajar aspek kognitif menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis laboratorium mini dibandingkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional.

H1 = Terdapat peningkatan hasil belajar aspek kognitif menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis laboratorium mini dibandingkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional.

b. Hipotesis dua (H α 2); (µ3 < µ4; α = 0.05)

H0 = Tidak terdapat peningkatan sikap ilmiah siswa menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis laboratorium mini dibandingkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional.

H1 = Terdapat peningkatan sikap ilmiah siswa menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis laboratorium mini dibandingkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional.

Keterangan:

µ1 = Hasil Belajar aspek kognitif dengan penggunaan pembelajaran konvensional µ2 = Hasil Belajar aspek kognitif dengan penggunaan model pembelajaran inkuiri


(27)

Sohibun, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Laboratorium Mini Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kemampuan Kognitif Serta Pengaruhnya Terhadap Sikap Ilmiah Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

µ3 = Sikap ilmiah siswa dengan penggunaan pembelajaran konvensional

µ4 = Sikap ilmiah siswa dengan penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis laboratorium.


(28)

66

Sohibun, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Laboratorium Mini Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kemampuan Kognitif Serta Pengaruhnya Terhadap Sikap Ilmiah Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen semu (quasi experimental) dengan disain nonequivalent control group design. Kelompok pertama yang dikenai perlakuan berupa model pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis laboratorium mini yaitu kelompok eksperimen, kelompok kedua dikenai perlakuan yang berbeda adalah kelompok kontrol yaitu sebagai pembanding, menggunakan pembelajaran konvensional dengan praktikum terencana. Disain dalam penelitian ini diperlihatkan pada Tabel 3.1(Sugiyono, 2010).

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Kelompok Tes Awal Perlakuan Tes Akhir E (Eksperimen)

K (Kontrol)

O O

X Y

O O

Keterangan:

X = Perlakuan dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis laboratorium mini

Y = Pembelajaran konvensional

O = Instrumen hasil belajar aspek kognitif (tes tertulis), sikap ilmiah (lembar observasi/angket) kelas eksperimen dibandingkan dengan kelas kontrol.


(29)

Sohibun, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Laboratorium Mini Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kemampuan Kognitif Serta Pengaruhnya Terhadap Sikap Ilmiah Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kedua kelompok diberi tes awal dengan soal yang telah di uji validitas dan reliabilitas di kelas lain. Tes awal ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal dan sifat homogenitas dari kedua kelompok tersebut. Kemudian kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diberi perlakuan yang telah dirancang. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh perlakuan, diberikan tes akhir pada kedua kelompok.

3.2. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir.

3.2.1 Tahap Perencanaan

Beberapa kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan antara lain:

a. Studi pendahuluan berupa studi literatur terhadap jurnal dan laporan penelitian mengenai model pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis laboratorium mini, situasi belajar, menganalisis kurikulum KTSP pelajaran fisika 2011 dan materi pelajaran fisika SMP kelas VIII.

b. Penentuan materi pembelajaran yaitu cahaya dan cermin.

c. Perancangan rencana proses pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis laboratorium mini.

d. Membuat instrumen penelitian.

e. Melakukan validasi seluruh instrumen. f. Merevisi/memperbaiki instrumen.


(30)

68

Sohibun, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Laboratorium Mini Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kemampuan Kognitif Serta Pengaruhnya Terhadap Sikap Ilmiah Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu h. Menentukan subyek penelitian.

3.2.2. Tahap Pelaksanaan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan adalah:

a. Pelaksanaan tes awal dan sebaran angket sikap ilmiah bagi kelas eksperimen dan kelas kontrol (1x60menit). Pelaksanaan pembelajaran, perlakuan yang diberikan kepada kelas eksperimen yaitu melalui pembelajaran dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis laboratorium mini, dan kelas kontrol dengan menggunakan pembelajaran praktikum terencana masing-masing selama (6 x 45 menit).

b. Pelaksanaan tes akhir bagi kedua kelompok dan pemberian angket tanggapan siswa pada kelas eksperimen.

3.2.3. Tahap akhir

a. Mengolah data hasil penelitian.

b. Menganalisis dan membahas hasil temuan penelitian. c. Menarik kesimpulan.

3.3. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIII semester 2 pada salah satu SMP Negeri di Kabupaten Rokan Hulu Riau tahun ajaran 2013/2014 yang akan mengikuti mata pelajaran fisika pada pokok bahasan cahaya dan cermin. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan metode simple random sampling. Simple random sampling yaitu pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.


(31)

Sohibun, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Laboratorium Mini Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kemampuan Kognitif Serta Pengaruhnya Terhadap Sikap Ilmiah Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3.4. Alur Penelitian

Secara garis besar bagan alur penelitian ini diperlihatkan pada gambar berikut ini:

Observasi Keterlaksanaan

Studi Pendahuluan

Uji Coba,

Tes Awal

Model Pembelajaran inkuiri

terbimbingberbasis Lab Mini

Pembelajaran Konvensional

Tes Akhir (Posttest)

Angket Tanggapan siswa

Pengolahan dan Analisis Data

Temuan Penyusunan Instrumen

1. Tes awal (pre test)

2. Tes hasil belajar (posttest) 3. Angket sikap ilmiah

Studi Literatur: inkuiri terbimbingBerbasis Lab Mini, sikap ilmiah dan hasil belajar kognitif

Penyusunan Rencana Pembelajaran inkuiri

terbimbingBerbasis Lab Mini Perumusan Masalah

Kesimpulan

Kelompok Eksperimen

Kelompok kontrol


(32)

70

Sohibun, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Laboratorium Mini Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kemampuan Kognitif Serta Pengaruhnya Terhadap Sikap Ilmiah Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3.5. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis, angket untuk sikap ilmiah dan angket tanggapan siswa tentang pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis laboratorium mini. 3.5.1. Tes Tertulis

Tes tertulis digunakan untuk mengukur peningkatan hasil belajar kognitif siswa sebelum dan sesudah pembelajaran menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis laboratorium mini pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol. Instrumen untuk tes tertulis ini berbentuk tes objektif (pilihan ganda) mengenai cahaya dan cermin. Instrumen tes yang digunakan pada saat tes awal dan tes akhir merupakan instrumen tes yang sama.

3.5.3. Angket sikap ilmiah

Instrumen sikap ilmiah bertujuan untuk mengetahui sikap ilmiah siswa dengan indikator yang akan diukur adalah:

Tabel 3.2. Indikator sikap ilmiah

Indikator Sub indikator

Nomor Item Jumlah item Positif Negatif

1. Rasa ingin tahu

a. memimiliki minat ilmiah

1 2 2

b. menanyakan informasi 3 4 2


(33)

Sohibun, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Laboratorium Mini Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kemampuan Kognitif Serta Pengaruhnya Terhadap Sikap Ilmiah Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu yang ditemukan

2. Sikap skeptis

a. tidak percaya begitu saja

5 6 2

b. percaya dengan hubungan sebab akibat

7 8 2

3. Pandangan yang luas dan terbuka

a. menerima pandangan orang lain

9 10 2

b. saling berbagi informasi dan pengetahuan

11 12 2

4. Objektivitas

a. menyampaikan sesuai temuan

13 14 2

b. bersikap apa adanya 15 16 2 5. Kemauan

berverifikasi

a. berfikir kritis 17 18 2

b. teliti dalam bertindak 19 20 2 6. sikap positif

terhadap kegagalan

a. tidak mudah menyerah 21 22 2 b.menyelidiki penyebab

kegagalan

23 24 2

Jumlah 12 12 24

Dengan contoh angket sebagai berikut:

Skala sikap ini digunakan untuk mengetahui dan membuat gambaran kecendurungan sikap ilmiah anda. Pada tabel dibawah anda diminta menyatakan pendapat anda sendiri mengenai setiap pernyataan sikap ilmiah dengan option sebagai berikut:

Sangat Setuju (SS)

Setuju (S)

Tidak Setuju (TS) Sangat Tidak Setuju (STS)

Untuk menjawab Anda hanya memberikan tanda silang (X) pada tabel dibawah ini pada kolom yang sesuai dengan pendapat anda. Isilah tabel dibawah


(34)

72

Sohibun, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Laboratorium Mini Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kemampuan Kognitif Serta Pengaruhnya Terhadap Sikap Ilmiah Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ini dengan sungguh dan sesuai dengan apa yang anda rasakan bukan apa yang seharusnya.

Tabel 3.3 Angket sikap ilmiah

No Pernyataan SS S TS STS

1. Setiap ada berita di media elektronik maupun media cetak yang membahas tentang fenomena cahaya saya langsung mengikutinya dengan baik karena dapat menambah pengetahuan saya

2. Saya lebih senang menonton film dan animasi daripada berita atau kajian ilmiah yang kadang kadang sukar dimengerti

3. Jika ada pertanyaan yang berkaitan dengan cahaya dan cermin saya akan mencari jawabannya sendiri setelah itu baru mengkomunikasikan dengan teman dan guru

4. Fenomena fisika seperti cahaya dan cermin yang menimbulkan Pertanyaan yang sering muncul baik pada saat belajar maupun di media yang saya lihat selalu terlupakan

Hasil pengukuran berupa skor atau angka. Untuk menafsirkan hasil pengukuran diperlukan suatu kriteria. Kriteria yang digunakan tergantung pada skala dan jumlah butir pertanyaan/pernyataan yang digunakan. Misalkan digunakan skala Likert yang berisi 5 butir pertanyaan/pernyataan dengan 4 (empat) pilihan untuk mengukur sikap peserta didik. Skor untuk butir pertanyaan/pernyataan yang sifatnya positif:


(35)

Sohibun, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Laboratorium Mini Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kemampuan Kognitif Serta Pengaruhnya Terhadap Sikap Ilmiah Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu (4) (3) (2) (1)

Sebaliknya untuk pertanyaan/pernyataan yang bersifat negatif Sangat setuju - Setuju - Tidak setuju - Sangat tidak setuju.

(1) (2) (3) (4)

Skor tertinggi untuk instrumen tersebut adalah 5 butir x 4 = 20, dan skor terendah 5 butir x 1 = 5. Skor ini dikualifikasikan misalnya menjadi empat kategori sikap atau minat, yaitu sangat tinggi (sangat baik), tinggi (baik), rendah (kurang), dan sangat rendah (sangat kurang). Berdasarkan kategori ini dapat ditentukan minat atau sikap peserta didik. Selanjutnya dapat dicari sikap dan minat kelas terhadap mata pelajaran tertentu.

Kategorisasi sikap ilmiah peserta didik untuk 5 butir pernyataan, dengan rentang skor 5 – 20.

Tabel 3.3. Teknik penskoran

No. Skor peserta didik Kategori Sikap atau Minat 1. Lebih besar dari 35 Sangat tinggi/Sangat baik 2. 28 sampai 35 Tinggi/Baik

3. 20 sampai 27 Rendah/Kurang

4. Kurang dari 20 Sangat rendah/Sangat kurang

Keterangan Tabel :

 Skor batas bawah kategori sangat tinggi atau sangat baik adalah: 0,80 x 20 = 16, dan batas atasnya 20.


(36)

74

Sohibun, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Laboratorium Mini Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kemampuan Kognitif Serta Pengaruhnya Terhadap Sikap Ilmiah Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

 Skor batas bawah pada kategori tinggi atau baik adalah: 0,70 x 20 = 14, dan skor batas atasnya adalah 15.

 Skor batas bawah pada kategori rendah atau kurang adalah: 0,50 x 20 = 10, dan skor batas atasnya adalah 14.

 Skor yang tergolong pada kategori sangat rendah atau sangat kurang adalah kurang dari 14.

3.5.4. Angket Tanggapan Siswa Terhadap Pembelajaran

Angket tanggapan yaitu berupa pertanyaan-pertanyaan mengenai suatu objek tanggapan yang dapat diberikan dalam bentuk skala rating atau daftar cek. Dalam penelitian ini digunakan angket tertutup artinya jawaban dari setiap pernyataan sudah disiapkan sehingga responden tinggal memilih. Pertanyaan dalam angket meliputi pertanyaan yang terdiri dari aspek tanggapan siswa terhadap pembelajaran setelah mengikuti kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis laboratorium mini. Dalam pengukuran tanggapan dikenal beberapa jenis skala metode summated ratings (Skala Likert). Ada dua jenis pertanyaan dalam skala Likert yaitu pertanyaan positif dan pertanyaan negatif. Skala Likert dikatagorikan dengan skala Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS).

Untuk memperoleh data hasil tes yang dipercaya, diperlukan tes yang mempunyai validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya beda yang dapat


(37)

Sohibun, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Laboratorium Mini Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kemampuan Kognitif Serta Pengaruhnya Terhadap Sikap Ilmiah Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, pembuatan instrumen dalam penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menyusun Kisi-Kisi Tes

Pembuatan kisi-kisi tes berdasarkan Kurikulum Tingkatan Satuan Pendidikan (KTSP) mata pelajaran Fisika SMP kelas VIII mengenai konsep cahaya dan cermin untuk menentukan konsep yang diukur yang sesuai dengan indikator pembelajaran.

b. Menentukan Validitas Butir Soal

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang hendak diukur (Arikunto, 2011). Validitas instrumen yang digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif pada penelitian ini adalah validitas isi dengan cara di judgement (timbangan) kelompok ahli.

Validitas butir soal digunakan untuk mengetahui dukungansuatu butir soal terhadap skor total. Untuk menguji validitas setiap butir soal, skor-skor yang ada pada butir soal yang dimaksud dikorelasikan dengan skor total. Sebuah soal akan memiliki validitas yang tinggi jika skor soal tersebut memiliki dukungan yang besar terhadap skor total. Dukungan setiap butir soal dinyatakan dalam bentuk korelasi, sehingga untuk mendapatkan validitas suatu butir soal digunakan rumus korelasi.


(38)

76

Sohibun, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Laboratorium Mini Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kemampuan Kognitif Serta Pengaruhnya Terhadap Sikap Ilmiah Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi product moment Pearson (Arikunto, 2011).

√ ∑ ∑ ∑ ∑

…………...7) Keterangan:

= koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang dikorelasikan.

X = Skor item Y = Skor total

N = Jumlah perserta tes

Interpretasi untuk besarnya koefisien korelasi adalah sebagai berikut: (Arikunto, 2011).

Tabel 3.4 Kategori Validitas Butir Soal

Batasan Kategori

Sangat Tinggi (sangat baik)

Tinggi (baik)

Cukup (sedang)

Rendah (kurang)

Sangat Rendah (sangat kurang)

Kemudian untuk mengetahui signifikansi korelasi dilakukan uji-t dengan rumus berikut: (Sudjana, 2010)


(39)

Sohibun, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Laboratorium Mini Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kemampuan Kognitif Serta Pengaruhnya Terhadap Sikap Ilmiah Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Keterangan:

t = Daya pembeda dan uji t N = Jumlah subjek

= Koefisien korelasi

c. Melakukan Analisis Butir Soal Hasil Uji Coba 1. Reliabilitas

Menurut Arikunto (2011), reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu. Reliabilitas yang dilakukan pada penelitian ini adalah reliabilitas internal. Reliabilitas internal diperoleh dengan cara menganalisis data dari satu kali hasil pengetesan (Arikunto, 2011). Data yang diperoleh tersebut dianalisis dengan menggunakan rumus KR-20 (Kuder Richardson):

r = 

  

 

 1

2

1 s pq k

k

………9)

dimana: r = Koefisien reliabilitas secara keseluruhan. k = jumlah pokok uji dalam instrumen.

p = proporsi banyaknya subyek yang menjawab benar. q = proporsi banyaknya subyek yang menjawab salah. s2= variansi total.

Tabel 3.5 Klasifikasi Analisis Reliabilitas Tes


(40)

78

Sohibun, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Laboratorium Mini Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kemampuan Kognitif Serta Pengaruhnya Terhadap Sikap Ilmiah Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 0 < r < 0,2 Sangat rendah 0,2 ≤ r < 0,4 Rendah 0,4 ≤ r < 0,6 Cukup 0,6 ≤ r < 0,8 Tinggi

0,8 ≤ r ≤ 1 Sangat tinggi

Hasil perhitungan reliabilitas yang diperoleh ditafsirkan berdasarkan kriteria reliabilitas (Tabel 3.7).

2. Tingkat kesukaran

Tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal. Indeks kesukaran diberi simbol P (proporsi) yang dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut; (Arikunto, 2011)

N B

P ...10) keterangan:

P = Indeks kesukaran

B = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul N = Jumlah seluruh siswa peserta tes

Klasifikasi untuk indeks kesukaran adalah sebagai berikut; Arikunto, 2011)

Tabel 3.5. Kategori tingkat Kesukaran

Batasan Kategori

P < 0,30 soal sukar 0,30 ≤ P < 0,70 soal sedang

0,70 ≤ P < 1,00 soal mudah 3. Daya Pembeda


(41)

Sohibun, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Laboratorium Mini Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kemampuan Kognitif Serta Pengaruhnya Terhadap Sikap Ilmiah Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Daya pembeda suatu butir menyatakan seberapa jauh kemampuan butir tersebut mampu membedakan antara kelompok siswa pandai dengan kelompok siswa lemah.

Daya pembeda butir tes dihitung dengan rumus:

D = R R T T N n N n  ………..11) Keterangan:

D = indeks daya pembeda.

nT = jumlah siswa dari kelompok tinggi yang menjawab benar. nR = jumlah siswa dari kelompok rendah yang menjawab benar. NT = jumlah siswa kelompok tinggi.

NR = jumlah siswa kelompok rendah.

Kriteria yang digunakan untuk menentukan indeks daya pembeda adalah sebagai berikut:

Tabel 3.6. Tafsiran Indeks Daya Pembeda Daya Pembeda Kriteria

-1,00 < DP < 0,00 0,00 < DP  0,20

0,20 < DP  0,40 0,40 < DP  0,70 0,70 < DP  1,00

jelek sekali jelek cukup

baik baik sekali

Tabel 3.7. Hasil Uji Coba Instrumen Tes Tertulis (Kognitif)

Nomor

Soal Daya Pembeda

Tingkat

Kesukaran Reliabilitas Keterangan


(42)

80

Sohibun, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Laboratorium Mini Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kemampuan Kognitif Serta Pengaruhnya Terhadap Sikap Ilmiah Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1 0.4 cukup 0.2 Sukar

0,78 Tinggi

Dipakai

2 0.4 Cukup 0.4 Sedang Dipakai

3 0.4 Cukup 0.8 Mudah Dipakai

4 0.6 Baik 0.6 Sedang Dipakai

5 0.4 Baik 0.7 Mudah Dipakai

6 0.4 Cukup 0.6 Sedang Dipakai

7 0.4 Cukup 0.2 Sukar Dipakai

8 0.3 Cukup 0.4 Sedang Dipakai

9 0.3 Cukup 0.15 Sukar Dipakai

10 0.3 Cukup 0.55 Sedang Dipakai

11 0.5 Baik 0.75 Mudah Dipakai

12 0.1 Jelek 0.65 Sedang Dibuang

13 0.6 Baik 0.3 Sedang Dipakai

14 0.5 Baik 0.45 Sedang Dipakai

15 0.3 Cukup 0.25 Sukar Dipakai

16 0.5 Baik 0.75 Mudah Dipakai

17 0.5 Baik 0.25 Sukar Dipakai

18 0.4 Cukup 0.2 Sukar Dipakai

19 0.5 Baik 0.35 Sedang Dipakai

20 -0.2 Sangat jelek

0.4 Sedang Dibuang

21 0,5 Baik 0.35 Sedang Dipakai

22 0.2 Cukup 0.1 sukar Dipakai

23 0.6 Baik 0.7 Mudah Dipakai

24 0.6 Baik 0.7 Mudah Dipakai

3.6. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data secara garis besar dilakukan dengan menggunakan bantuan pendekatan serta hirarki statistik. Peningkatan yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung dengan rumus gain ternormalisasi (N Gain) sebagai berikut: pre maks pre post S S S S g  

 ………..12) keterangan:


(43)

Sohibun, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Laboratorium Mini Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kemampuan Kognitif Serta Pengaruhnya Terhadap Sikap Ilmiah Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Spre = Skor tes awal

Smaks= Skor maksimum

Kriteria tingkat N Gain adalah sebagai berikut:

Tabel 3.8. Kategori Tingkat N Gain

Batasan Kategori

g > 0,7 Tinggi

0,3 ≤ g ≤ 0,7 Sedang

g< 0,3 Rendah

Pengolahan data dengan menggunakan uji statistik dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:

a. Uji normalitas N Gain kelas eksperimen dan kontrol. 1. Uji normalitas

Asumsi normalitas merupakan prasyarat kebanyakan prosedur statistika inferensial. Pada penelitian ini asumsi normalitas dieksplorasi menggunakan uji normalitas Kolmogorov Smirnov melalui SPSS 16 dengan taraf signifikansi α = 0,05. Bentuk hipotesis untuk uji normalitas adalah sebagai berikut:

H0 : data berasal dari populasi yang terdistribusi normal H1 : data tidak berasal dari populasi yang terdistribusi normal

Dalam pengujian hipotesis, kriteria untuk menolak atau menerima H0 berdasarkan P-value adalah jika P-value < α maka H0 ditolak dan jika P-value α maka H0 diterima. Dalam program SPSS 16 digunakan istilah significance yang disingkat Sig untuk P-value, dengan kata lain P-value = Sig.


(44)

82

Sohibun, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Laboratorium Mini Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kemampuan Kognitif Serta Pengaruhnya Terhadap Sikap Ilmiah Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Setelah diketahui data berdistribusi normal, maka langkah selanjutnya adalah melakukan uji homogenitas varians dengan Uji Levene menggunakan SPSS 16. Uji hipotesis Levene digunakan untuk mengetahui apakah varian kedua kelompok data sama besar terpenuhi atau tidak terpenuhi. Hipotesis statistik yang digunakan adalah sebagai berikut :

H0 : σ12= σ22 H1 : σ12≠ σ22

dengan H0 adalah skor kedua kelompok memiliki variansi homogen dan H1 adalah skor kedua kelompok memiliki variansi tidak homogen. Dasar pengambilan keputusan, jika P-value > α maka H0 diterima sedangkan jika P-value < α maka H0 ditolak dan H1 diterima.

3. Uji Hipotesis dengan Uji-t

Uji perbandingan dua rerata pada penelitian ini dilakukan menggunakan uji t dua sampel independen melalui program SPSS 16 dengan taraf signifikansi α = 0,05. Uji t dua sampel independen digunakan untuk membandingkan selisih dua rerata (mean) dari dua sampel yang independen dengan asumsi data terdistribusi normal. Rumusan hipotesis statistik pada uji ini adalah sebagai berikut:

H0 : µ1 > µ2 H1 : µ1  µ2

dimana, H0 adalah rerata skor kelas kontrol lebih besar dibandingkan rerata skor kelas eksperimen dan H1 adalah rerata skor kelas eksperimen sama dengan atau lebih besar dibandingkan dengan rerata skor kelas kontrol. Dalam pengujian


(45)

Sohibun, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Laboratorium Mini Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kemampuan Kognitif Serta Pengaruhnya Terhadap Sikap Ilmiah Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

hipotesis, kriteria untuk menolak atau tidak menolak H0 berdasarkan P-value adalah jika P-value < α maka H0 ditolak dan jika P-value α maka H0 tidak dapat ditolak.

Jika sampel tidak berasal dari populasi yang normal, maka analisis yang dipergunakan adalah analisis nonparametrik. Statistika nonparametrik yang sesuai adalah Uji Mann-Whitney U karena kedua data bersifat bebas.

4. Angket sikap ilmiah dan angket tanggapan Siswa

Data yang diperoleh dari angket dihitung persentasenya menggunakan rumus, sebagai berikut;

………...(13) keterangan:

T = persentase tanggapan terhadap setiap pernyataan J = jumlah jawaban setiap kelompok pernyataan. N = jumlah siswa

Untuk pernyataan yang bersifat positif kategori sangat setuju (SS) diberi skor 4, setuju (S) diberi skor 3, tidak setuju (TS) diberi skor 2, dan sangat tidak setuju (STS) diberi skor 1. Sedangan pernyataan negatif sangat setuju (SS) diberi skor 1, setuju (S) diberi skor 2, tidak setuju (TS) diberi skor 3, dan sangat tidak setuju (STS) diberi skor 4. Kemudian untuk menentukan skor rata-rata jawaban siswa untuk setiap pernyataan digunakan rumus sebagai berikut;

N S x J


(46)

84

Sohibun, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Laboratorium Mini Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kemampuan Kognitif Serta Pengaruhnya Terhadap Sikap Ilmiah Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu keterangan:

R = skor rata-rata jawaban siswa untuk setiap pernyataan S = skor setiap kelompok

N = jumlah siswa.

Analisis data angket dilakukan dengan menghitung persentase capaian dengan menggunakan persamaan (Basori, 2010: 54):

̅ ....(15)

dengan:

̅ : skor rata-rata : skor maksimum

Karena dalam penelitian ini peneliti hanya ingin mengetahui persentase sikap siswa (positif dan negatif), maka menurut Sudjana (Hutnal, 2010: 53-54):

- skor positif dinyatakan dari skor antara 42 (diperoleh dari skor S jumlah pernyataan) sampai 56 (diperoleh dari skor SS jumlah pernyataan).

- Skor negatif dinyatakan dari skor antara 14 (diperoleh dari skor STS jumlah pernyataan) sampai skor 28 (diperoleh dari skor TS jumlah pernyataan).


(47)

Sohibun, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Laboratorium Mini Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kemampuan Kognitif Serta Pengaruhnya Terhadap Sikap Ilmiah Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan:

1. Model pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis laboratorium mini dapat lebih meningkatkan hasil belajar aspek kognitif dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.

2. Model pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis laboratorium mini tidak dapat meningkatkan sikap ilmiah siswa, secara keseluruhan peningkatan sikap ilmiah sedikit meningkat jika dilihat dari rataan N-gain pretes dan posttest siswa. 3. Sikap ilmiah kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran

inkuri terbimbing berbasis laboratorium mini lebih baik dibandingkan kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional jika dilihat dari peningkatan rataan N-gain pretest dan posttest.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti memberikan saran bahwa model pengembangan perangkat laboratorium mini fisika SMP materi pokok optik geometrik (cahaya) ini dapat menjadi salah satu alternatif yang bisa diterapkan dalam pembelajaran sains fisika oleh guru-guru sains fisika di SMP. Untuk mendukung pengembangan perangkat laboratorium mini fisika SMP, hendakya


(48)

117

Sohibun, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Laboratorium Mini Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kemampuan Kognitif Serta Pengaruhnya Terhadap Sikap Ilmiah Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

guru-guru sains fisika di satu sekolah dapat membentuk Team Teaching agar perangkat yang dihasilkan (alat-alat praktikum, buku siswa, LKS, RP, Tes hasil belajar) lebih sempurna. Untuk pengembangan alat-alat praktikum, guru-guru sains fisika SMP diharapkan dapat pula melibatkan peserta didik melalui kegiatan ekstrakurikuler, karena berdampak pada kreativitasnya dan pada akhirnya nanti mereka mampu melakukan riset ilmiah dalam bidang fisika.

Di samping itu dalam pembelajaran sains fisika hendaklah guru sains fisika SMP mengetahui prasyarat matematika apa yang diperlukan untuk tiap pokok materi yang akan disajikan . Sebab dijumpai peserta didik sudah menguasai konsep fisikanya, tetapi begitu diterapkan dengan menggunakan operasi matematika banyak yang tidak mampu. Sebaiknya materi matematika yang ada kaitannya dengan materi fisika yang akan disajikan dapat dijadikan pula sebagai bahan apersepsi.

Hasil penelitian ini dapat pula dijadikan landasan berpijak bagi peneliti yang berminat mengembangkan hasil penelitian ini dalam ruang lingkup yang lebih luas. Untuk mendukung pelaksanaannya hendaklah peneliti mengadakan koordinasi yang baik antara peneliti, guru mitra, dan pengamat.


(49)

Sohibun, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Laboratorium Mini Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kemampuan Kognitif Serta Pengaruhnya Terhadap Sikap Ilmiah Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Arikunto S., 1993, Manajemen Pengajaran, Rieneka Cipta, Jakarta.

Depdikbud., 1986, Metodologi Penelitian, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Pengembangan Institusi Pendidikan Tinggi.

Depdikbud., 1994, Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar, Depdikbud, Jakarta.

Depadiknas, 2003, Standar Kompetensi Pelajaran Sains Sekolah Menengah atas, Jakarta.

Depdiknas., 2004, Kurikulum Mata Pelajaran Sains SMP dan MTs, Depdiknas, Jakarta.

Djamarah., 1994, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, Usaha Nasional, Jakarta.

Ibrahim, M., Rachmadiarti., Nur, M., dan Ismono, (2000). Pembelajaran Kooperatif. UNESA, Surabaya.

Ibrahim, M., 2006, Strategi Assesmen dan Pengembangannya, Makalah disampaikan pada pelatihan strategi pembelajaran bagi Dosen Jurusan PMIPA, FKIP UNRI, Pekanbaru.

Kanginan, Marthen., 2004, Sains fisika 2A, Erlangga, Jakarta.

Kanginan, Marthen., 2006, IPA Fisika untuk SMP kelas VIII, Erlangga, Jakarta. Lie, 2004, Pembelajaran Kooperatif. Grasindo, Jakarta.

Lungren., dan Sri, B., 1999, Pembelajaran Kooperatif, Jakarta. Maidiyah., 1998, Metode Mengajar, Jakarta, Gramedia.

Nasution, M., 1998, Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, Rineka Cipta, Jakarta

Prasodjo, Budi., 2006, Teori dan Aplikasi Fisika, Yudhistira, Bogor.


(50)

119

Sohibun, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Laboratorium Mini Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kemampuan Kognitif Serta Pengaruhnya Terhadap Sikap Ilmiah Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sanjaya, Wina. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta:Kencana Prenada media group.

Sardiman, A.M, 2001, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Silberman, M.L., 2006, Aktive Learning : 101 Cara Belajar Siswa Aktif, Terjemahan Raisul Muttaqien, Nusamedia, Bandung.

Slameto., 2003, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Rhineka Cipta, Jakarta.

Slavin, R. E., 1995, Cooperative Learning Theory, Research and Practice, Allynd Bacon, Boston.

Sudjana, Nana ,Daeng Arifin.1987.CBSA Dalam Proses Belajar Mengajar.Bandung. Sinar Baru

Wahyudin. 2008. Pembelajaran dan Model-model Pembelajaran. Bandung: Pendidikan Matematika FMIPA.


(1)

Sohibun, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Laboratorium Mini Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kemampuan Kognitif Serta Pengaruhnya Terhadap Sikap Ilmiah Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

hipotesis, kriteria untuk menolak atau tidak menolak H0 berdasarkan P-value adalah jika P-value < α maka H0 ditolak dan jika P-value α maka H0 tidak dapat ditolak.

Jika sampel tidak berasal dari populasi yang normal, maka analisis yang dipergunakan adalah analisis nonparametrik. Statistika nonparametrik yang sesuai adalah Uji Mann-Whitney U karena kedua data bersifat bebas.

4. Angket sikap ilmiah dan angket tanggapan Siswa

Data yang diperoleh dari angket dihitung persentasenya menggunakan rumus, sebagai berikut;

………...(13) keterangan:

T = persentase tanggapan terhadap setiap pernyataan J = jumlah jawaban setiap kelompok pernyataan. N = jumlah siswa

Untuk pernyataan yang bersifat positif kategori sangat setuju (SS) diberi skor 4, setuju (S) diberi skor 3, tidak setuju (TS) diberi skor 2, dan sangat tidak setuju (STS) diberi skor 1. Sedangan pernyataan negatif sangat setuju (SS) diberi skor 1, setuju (S) diberi skor 2, tidak setuju (TS) diberi skor 3, dan sangat tidak setuju (STS) diberi skor 4. Kemudian untuk menentukan skor rata-rata jawaban siswa untuk setiap pernyataan digunakan rumus sebagai berikut;

N S x J


(2)

Sohibun, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Laboratorium Mini Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kemampuan Kognitif Serta Pengaruhnya Terhadap Sikap Ilmiah Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu keterangan:

R = skor rata-rata jawaban siswa untuk setiap pernyataan S = skor setiap kelompok

N = jumlah siswa.

Analisis data angket dilakukan dengan menghitung persentase capaian dengan menggunakan persamaan (Basori, 2010: 54):

̅ ....(15)

dengan:

̅ : skor rata-rata : skor maksimum

Karena dalam penelitian ini peneliti hanya ingin mengetahui persentase sikap siswa (positif dan negatif), maka menurut Sudjana (Hutnal, 2010: 53-54):

- skor positif dinyatakan dari skor antara 42 (diperoleh dari skor S jumlah pernyataan) sampai 56 (diperoleh dari skor SS jumlah pernyataan).

- Skor negatif dinyatakan dari skor antara 14 (diperoleh dari skor STS jumlah pernyataan) sampai skor 28 (diperoleh dari skor TS jumlah pernyataan).


(3)

Sohibun, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Laboratorium Mini Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kemampuan Kognitif Serta Pengaruhnya Terhadap Sikap Ilmiah Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan:

1. Model pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis laboratorium mini dapat lebih meningkatkan hasil belajar aspek kognitif dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.

2. Model pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis laboratorium mini tidak dapat meningkatkan sikap ilmiah siswa, secara keseluruhan peningkatan sikap ilmiah sedikit meningkat jika dilihat dari rataan N-gain pretes dan posttest siswa. 3. Sikap ilmiah kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran

inkuri terbimbing berbasis laboratorium mini lebih baik dibandingkan kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional jika dilihat dari peningkatan rataan N-gain pretest dan posttest.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti memberikan saran bahwa model pengembangan perangkat laboratorium mini fisika SMP materi pokok optik geometrik (cahaya) ini dapat menjadi salah satu alternatif yang bisa diterapkan dalam pembelajaran sains fisika oleh guru-guru sains fisika di SMP. Untuk mendukung pengembangan perangkat laboratorium mini fisika SMP, hendakya


(4)

Sohibun, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Laboratorium Mini Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kemampuan Kognitif Serta Pengaruhnya Terhadap Sikap Ilmiah Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

guru-guru sains fisika di satu sekolah dapat membentuk Team Teaching agar perangkat yang dihasilkan (alat-alat praktikum, buku siswa, LKS, RP, Tes hasil belajar) lebih sempurna. Untuk pengembangan alat-alat praktikum, guru-guru sains fisika SMP diharapkan dapat pula melibatkan peserta didik melalui kegiatan ekstrakurikuler, karena berdampak pada kreativitasnya dan pada akhirnya nanti mereka mampu melakukan riset ilmiah dalam bidang fisika.

Di samping itu dalam pembelajaran sains fisika hendaklah guru sains fisika SMP mengetahui prasyarat matematika apa yang diperlukan untuk tiap pokok materi yang akan disajikan . Sebab dijumpai peserta didik sudah menguasai konsep fisikanya, tetapi begitu diterapkan dengan menggunakan operasi matematika banyak yang tidak mampu. Sebaiknya materi matematika yang ada kaitannya dengan materi fisika yang akan disajikan dapat dijadikan pula sebagai bahan apersepsi.

Hasil penelitian ini dapat pula dijadikan landasan berpijak bagi peneliti yang berminat mengembangkan hasil penelitian ini dalam ruang lingkup yang lebih luas. Untuk mendukung pelaksanaannya hendaklah peneliti mengadakan koordinasi yang baik antara peneliti, guru mitra, dan pengamat.


(5)

Sohibun, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Laboratorium Mini Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kemampuan Kognitif Serta Pengaruhnya Terhadap Sikap Ilmiah Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto S., 1993, Manajemen Pengajaran, Rieneka Cipta, Jakarta.

Depdikbud., 1986, Metodologi Penelitian, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Pengembangan Institusi Pendidikan Tinggi.

Depdikbud., 1994, Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar, Depdikbud, Jakarta.

Depadiknas, 2003, Standar Kompetensi Pelajaran Sains Sekolah Menengah atas, Jakarta.

Depdiknas., 2004, Kurikulum Mata Pelajaran Sains SMP dan MTs, Depdiknas, Jakarta.

Djamarah., 1994, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, Usaha Nasional, Jakarta.

Ibrahim, M., Rachmadiarti., Nur, M., dan Ismono, (2000). Pembelajaran Kooperatif. UNESA, Surabaya.

Ibrahim, M., 2006, Strategi Assesmen dan Pengembangannya, Makalah disampaikan pada pelatihan strategi pembelajaran bagi Dosen Jurusan PMIPA, FKIP UNRI, Pekanbaru.

Kanginan, Marthen., 2004, Sains fisika 2A, Erlangga, Jakarta.

Kanginan, Marthen., 2006, IPA Fisika untuk SMP kelas VIII, Erlangga, Jakarta. Lie, 2004, Pembelajaran Kooperatif. Grasindo, Jakarta.

Lungren., dan Sri, B., 1999, Pembelajaran Kooperatif, Jakarta. Maidiyah., 1998, Metode Mengajar, Jakarta, Gramedia.

Nasution, M., 1998, Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, Rineka Cipta, Jakarta

Prasodjo, Budi., 2006, Teori dan Aplikasi Fisika, Yudhistira, Bogor.


(6)

Sohibun, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Laboratorium Mini Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kemampuan Kognitif Serta Pengaruhnya Terhadap Sikap Ilmiah Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sanjaya, Wina. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta:Kencana Prenada media group.

Sardiman, A.M, 2001, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Silberman, M.L., 2006, Aktive Learning : 101 Cara Belajar Siswa Aktif, Terjemahan Raisul Muttaqien, Nusamedia, Bandung.

Slameto., 2003, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Rhineka Cipta, Jakarta.

Slavin, R. E., 1995, Cooperative Learning Theory, Research and Practice, Allynd Bacon, Boston.

Sudjana, Nana ,Daeng Arifin.1987.CBSA Dalam Proses Belajar Mengajar.Bandung. Sinar Baru

Wahyudin. 2008. Pembelajaran dan Model-model Pembelajaran. Bandung: Pendidikan Matematika FMIPA.


Dokumen yang terkait

Penerapan Model Kooperatif Tipe GI Berbasis Eksperimen Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa SMP Kelas VIII pada Materi Cahaya

0 11 209

PENERAPAN STRATEGI READING INFUSION PADA PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF DAN SIKAP ILMIAH SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) PADA TOPIK CAHAYA.

1 6 43

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA MATERI GAYA.

0 1 44

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMA.

0 2 42

PENERAPAN ASESMEN KINERJA PADA PEMBELAJARAN INKUIRI BERBASIS LABORATORIUM UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP MATERI CAHAYA SISWA SMP.

5 9 32

PEMBELAJARAN FISIKA PADA POKOK BAHASAN CAHAYA DENGAN PERCOBAAN BERBASIS INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA.

0 0 2

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN SIKAP ILMIAH DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA PEMBELAJARAN FISIKA KELAS X MIPA 6 DI SMA NEGERI 1 KARANGANYAR.

0 0 18

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING BERBASIS PRAKTIKUM PADA MATERI SISTEM EKSKRESI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KOGNITIF PESERTA DIDIK SMA

0 2 6

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN SUHU DAN KALOR

2 7 176

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY DAN INKUIRI TERBIMBING BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA DAN SIKAP ILMIAH SISWA

0 0 17