ARTIKEL BAHASA ALAY di KALANGAN REMAJA (1)

ARTIKEL
BAHASA ALAY di KALANGAN REMAJA

Oleh:
Ani Fatimah (G1H014035)

PROGRAM STUDI ILU GIZI
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
2014

BAHASA ALAY di KALANGAN REMAJA
Oleh: Ani Fatimah

ABSTRAK
Perkembangan bahasa alay di kalangan remaja mulai menggeser keberadaan
bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi. Kebenaran berbahasa akan
berpengaruh terhadap kebenaran informasi yang disampaikan. Berbahasa
Indonesia dengan baik dan benar mempunyai beberapa konsekuensi logis terkait
dengan pemakaiannya sesuai dengan situasi dan kondisi. Pada kondisi tertentu,
yaitu pada situasi formal penggunaan bahasa Indonesia yang benar menjadi

prioritas utama. Penggunaan bahasa seperti ini sering menggunakan bahasa baku.
Kendala yang harus dihindari dalam pemakaian bahasa baku antara lain
disebabkan oleh adanya gejala bahasa seperti interferensi, integrasi, campur kode,
alih kode dan bahasa alay yang tanpa disadari sering digunakan dalam komunikasi
resmi. Hal ini mengakibatkan bahasa yang digunakan menjadi tidak baik.
Berbahasa baik yang ditempatkan pada kondisi tidak resmi atau pada pembicaraan
santai tidak mengikat kaidah bahasa di dalamnya. Ragam berbahasa seperti ini
memungkinkan munculnya gejala bahasa baik interferensi, integrasi, campur
kode, alih kode maupun bahasa gaul. Bahasa alay merupakan salah satu cabang
dari bahasa Indonesia sebagai bahasa untuk pergaulan.
Kata-kata kunci : remaja, bahasa Indonesia, bahasa alay.

PENDAHULUAN
Bahasa alay sangat berbeda dari bahasa biasanya, awal mula
kemunculan bahasa rumit ini tak lepas dari perkembangan SMS atau layanan
pesan singkat. Namanya pesan singkat, maka menulisnya jadi serba singkat, agar
pesan yang panjang bisa terkirim hanya dengan sekali SMS. Selain itu juga agar
tidak terlalu lama mengetik dengan tombol handphone yang terbatas. Awalnya
memang hanya serba menyingkat. Kemudian huruf-huruf mulai diganti dengan
angka, atau diganti dengan huruf lain yang jika dibaca kurang lebih menghasilkan

bunyi yang mirip. Penggunaan bahasa sandi itu menjadi masalah bila digunakan
dalam komunikasi massa karena lambang yang mereka pakai tidak dapat
dipahami oleh segenap khayalak media massa atau dipakai dalam komunikasi
formal secara tertulis.
Pesatnya perkembangan jumlah pengguna bahasa alay menunjukkan
semakin akrabnya generasi muda Indonesia dengan dunia teknologi terutama
internet. Munculnya bahasa Alay juga menunjukkan adanya perkembangan zaman
yang dinamis, karena suatu bahasa harus menyesuaikan dengan masyarakat
penggunanya agar tetap eksis. Akan tetapi, munculnya bahasa Alay juga
merupakan sinyal ancaman yang sangat serius terhadap bahasa Indonesia dan
pertanda semakin buruknya kemampuan berbahasa generasi muda zaman
sekarang. Dalam ilmu linguistik memang dikenal adanya beragam-ragam bahasa
baku dan tidak baku. Bahasa tidak baku biasanya digunakan dalam acara-acara
yang kurang formal.

PEMBAHASAN
Perkembangan teknologi dan budaya asing saat ini sangat berpengaruh
dalam kehidupan kita sehari-hari. Terutama dalam kehidupan serta pergaulan
remaja. Dengan semakin majunya teknologi dan ditambah dengan pengaruh
budaya asing tersebut, maka akan mengubah sikap, perilaku serta kebiasaan

mereka. Hal tersebut tidak hanya mengubah gaya hidup, seperti cara berpakaian,
tetapi juga dapat mengubah cara seseorang (remaja) dalam berinteraksi serta
berkomunikasi dengan orang lain. Hal ini berkaitan dengan penggunaan bahasa.
Seiring perkembangan zaman, penggunaan bahasa Indonesia dengan
baik dan benar pada masyarakat terutama pada kalangan remaja secara perlahan
mulai tidak nampak. Hal itu terjadi karena munculnya modifikasi bahasa, yang
sering disebut dengan ‘bahasa alay’. Bahasa alay mulai muncul dan berkembang
seiring dengan pesatnya penggunaan jejaring sosial seperti facebook, twitter, dan
lain sebagainya. Bahkan bukan hanya dalam dunia maya (seperti facebook dan
twitter), bahasa alay juga banyak ditemukan di televisi, radio, majalah, bahkan
koran. Terutama pada hal-hal yang berkaitan langsung dengan remaja, misalnya
acara-acara ditelevisi yang menjadi totonan utama dan memang ditujukan kepada
para remaja. Hal tersebut membuat penyebaran bahasa alay di kalangan remaja
menjadi semakin pesat.
Remaja merupakan suatu fase perkembangan yang dinamis dalam
kehidupan seorang individu. Masa ini merupakan periode transisi dari masa
kanak-kanak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan
fisik, mental, emosional dan social yang berlangsung pada dekade kedua masa
kehidupan. Remaja terbagi manjadi tiga tahapan yang masing-masing di tandai
dengan perubahan biologis, psikologis dan social yang berbeda-beda yaitu: 11-13

tahun sebagai masa remaja awal (Early adolescence), 14-16 tahun sebagai masa
remaja pertengahan (Mild-late adolescence) dan 17-20 tahun sebagai masa remaja
dewasa (Youth Young adolescence) Soetjiningsih dalam Anonim (2011).
Erikson dalam Pariawan (2008) berpendapat bahwa remaja memasuki
tahapan psikososial yang disebut sebagai identity versus role confusion. Hal yang
dominant terjadi pada tahapan ini adalah pencarian dan pembentukan identitas.

Remaja ingin diakui sebagai individu unik yang memiliki identitas sendiri yang
terlepas dari dunia anak-anak maupun dewasa. Penggunaan bahasa baru ini
merupakan bagian dari proses perkembangan mereka sebagai identitas
independensi mereka dari dunia orang dewasa dan anak-anak”. Hal itulah yang
mendorong remaja untuk menggunakan bahasa alay. Mereka menganggap bahwa
bahasa alay itu sangat menarik. Pada awalnya mungkin mereka hanya mendengar
bahasa alay dari orang lain dan tidak mengerti apa maksud dari bahasa alay yang
orang lain katakan tersebut, namun karena mereka merasa bahasa alay tersebut
sangat menarik, maka mereka berusaha untuk mencari tahu dan mempelajarinya.
Setelah itu mereka akan merealisasikan bahasa alay tersebut dalam kehidupan
sehari-hari mereka.
Remaja tidak ingin selalu terpaku dalam bahasa baku, yang harus
digunakan dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah yang dianjurkan. Seperti

yang diketahui bahwa remaja tidak begitu suka dengan adanya aturan-aturan.
Itulah sebabnya mengapa mereka lebih banyak memilih menggunakan bahasa alay
daripada bahasa Indonesia. Beberapa dari mereka beranggapan bahwa bahasa alay
adalah bahasa gaul, sehingga seseorang yang tidak menggunakannya akan
dianggap kuno dan ketinggalan zaman. Pernyataan tersebut, membuat remaja
semakin tertantang dan berlomba-lomba untuk mencari tahu bahkan menciptakan
sendiri bahasa-bahasa yang menurut mereka pantas untuk disebut sebagai bahasa
alay dan dapat digunakan oleh remaja-remaja lainnya.
Berkembangnya penggunaan bahasa alay oleh remaja yang bisa
menyebabkan suatu saat nanti anak cucu kita (masyarakat) sudah tidak lagi
mengenal bahasa baku dan tidak lagi memakai EYD (Ejaan Yang Disempurnakan)
sebagai pedoman dalam berbahasa, kemudian menganggap remeh bahasa
Indonesia. Jika hal ini terus berlangsung, dikahawatirkan akan menghilangkan
budaya berbahasa Indonesia dikalangan remaja bahkan dikalangan anak-anak.
Padahal bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi negara kita dan juga sebagai
identitas bangsa. Oleh karena itu, kita sebagai generasi penerus bangsa, harusnya
mampu menjadi tonggak dalam mempertahankan bangsa Indonesia ini. Salah satu
yang bisa kita lakukan adalah dengan menjaga, melestarikan, dan menjunjung

tinggi bahasa Indonesia. Seperti dalam ikrar ketiga Sumpah Pemuda yang

berbunyi, “Kami putra-putri Indonesia menjunjung tinggi bahasa persatuan,
bahasa Indonesia”.
Menurut Keraf dalam Hidayatullah (2009), memberikan dua pengertian
bahasa. Pengertian pertama menyatakan bahasa sebagai alat komunikasi antara
anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.
Kedua, bahasa adalah sistem komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol
vokal (bunyi ujaran) yang bersifat arbitrer.
Bahasa merupakan salah satu unsur terpenting dalam kehidupan seharihari. Tanpa bahasa, kita tidak akan bisa hidup dengan orang lain. Karena kita
berkomunikasi dengan orang lain menggunakan bahasa. Sebagai masyarakat
Indonesia, tentunya kita memiliki bahasa negara yaitu bahasa Indonesia. Seperti
tercantum pada Undang-Undang kita yang berbunyi “Bahasa negara ialah bahasa
Indonesia”. Oleh karenanya, sebagai warga negara yang patuh terhadap bangsa
haruslah kita menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Baik disini
bisa diartikan dengan menggunakan ragam bahasa yang tepat dan serasi sesuai
dengan sasaran dan jenis pemakaiannya. Sedangkan benar disini dapat diartikan
dengan menggunakan bahasa sesuai dengan kaidah yang berlaku. Jadi maksud
dari penggunaan bahasa dengan baik dan benar adalah penggunaan ragam bahasa
yang tepat sesuai dengan sasarannya dan juga sesuai dengan kaidah yang berlaku
dimasyarakat.
Berbahasa dengan baik dan benar tidak hanya menekankan kebenaran

dalam hal tata bahasa, melainkan juga memperhatikan aspek komunikatif. Bahasa
yang komunikatif tidak selalu hanus merupakan bahasa standar. Sebaliknya,
penggunaan bahasa standar tidak selalu berarti bahwa bahasa itu baik dan benar.
Sebaiknya, kita menggunakan ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya dan
disamping itu mengikuti kaidah bahasa yang benar menurut Alwi dkk dalam
Hanum (2012)
Kasali dalam Wikipedia berpendapat bahwa alay merupakan singkatan
dari "anak layangan"atau "anak lebay". Istilah ini merupakan stereotipe yang

menggambarkan gaya hidup norak atau kampungan. Seseorang yang
dikategorikan alay umumnya memiliki perilaku unik dalam hal bahasa dan gaya
hidup. Dalam gaya bahasa, terutama bahasa tulis, alay merujuk pada kesenangan
remaja menggabungkan huruf besar-huruf kecil, menggabungkan huruf dengan
angka dan simbol, atau menyingkat secara berlebihan. Dalam gaya bicara, mereka
berbicara dengan intonasi dan gaya yang berlebihan.
Keberadaan bahasa alay bagi para remaja dijadikan sebagai alat
komunikasi dalam pergaulan sehari-hari. Baik lisan maupun tulisan, bahasa ini
dianggap sebagai media berekspresi. Namun, tanpa disadari, lama kelamaan
bahasa alay bisa mengancam eksistensi bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan karena semakin jauh berbeda dengan kaidah-kaidah bahasa yang baik

dan benar. Munculnya bahasa alay merupakan sinyal ancaman yang sangat serius
terhadap bahasa Indonesia dan pertanda semakin buruknya kemampuan berbahasa
generasi muda zaman sekarang. Dalam ilmu linguistik memang dikenal adanya
beragam-ragam bahasa baku dan tidak baku. Bahasa tidak baku biasanya
digunakan dalam acara-acara yang kurang formal. Akan tetapi bahasa alay
merupakan bahasa gaul yang tidak mengindahkan penggunaan bahasa Indonesia
yang baik dan benar .
(Hanum,2012) mengemukakan seiring dengan semakin banyaknya
penggunaan bahasa alay pada kalangan remaja, variasi atau karasteristiknya pun
semakin beragam. Antara lain:
1. Pemakaian huruf kapital yang berantakan dalam satu kalimat,
contohnya: “uDaH mAkaN bEluM?”
2. Penggunaan angka sebagai pengganti huruf,
contohnya: “ud4h m4k4n 63lum?”
3. Penambahan atau pengurangan huruf-huruf dalam satu kalimat,
contohnya: “dah mam yum?”
4. Menambahkan atau mengganti salah satu huruf dalam kalimat,
contohnya: “udaeh maems beyumz?”
5. Penggunaan simbol-simbol dalam kalimat,
contohnya: “u&@h m@k@n be|um?”


Masih banyak lagi variasi atau karasteristik penggunaan bahasa alay di
kalangan remaja saat ini. Karasteristik tersebut juga tidak dapat diketahui dan
dijelaskan secara pasti karena kata-kata dalam bahasa alay itu sendiri tidak
mempunyai standar yang pasti, hanya disesuaikan oleh mood atau teknik
penulisan si pembuat kalimat.
Menurut (Sofiah, 2012) penggunaan bahasa Alay memiliki dampak
yang positif dan negatif. Dampak positifnya adalah remaja menjadi lebih kreatif.
Terlepas dari menganggu atau tidaknya bahasa alay, tidak ada salahnya kita
menikmati tiap perubahan atau inovasi bahasa yang muncul. Asalkan dipakai pada
situasi yang tepat, media yang tepat dan komunikan yang tepat. Sedangkan
dampak negatif bagi kelangsungan bahasa Indonesia antara lain:
1. Masyarakat Indonesia tidak mengenal lagi bahasa baku.
2. Masyarakat Indonesia tidak memakai lagi EYD (Ejaan Yang
Disempurnakan).
3. Masyarakat Indonesia menganggap remeh bahasa Indonesia dan
tidak mau mempelajarinya karena merasa dirinya telah menguasai
bahasa Indonesia yang baik dan benar.
4. Dulu anak – anak kecil bisa menggunakan bahasa Indonesia yang
baik dan benar, tapi sekarang anak kecil lebih menggunakan bahasa

gaul. Misalnya dulu kita memanggil orang tua dengan sebutan Ayah
atau Ibu, tapi sekarang anak kecil memanggil Ayah atau Ibu dengan
sebutan Bokap atau Nyokap.
5.

Penulisan bahasa indonesia menjadi tidak benar. Yang mana pada
penulisan bahasa indonesia yang baik dan, hanya huruf awal saja
yang diberi huruf kapital, dan tidak ada penggantian huruf menjadi
angka dalam sebuah kata ataupun kalimat.

Dampak negatif lainnya, bahasa alay dapat mengganggu siapapun yang
membaca dan mendengar kata-kata yang termaksud di dalamnya. Karena, tidak
semua orang mengerti akan maksud dari kata-kata alay tersebut. Terlebih lagi
dalam bentuk tulisan, sangat memusingkan dan memerlukan waktu yang lebih
banyak untuk memahaminya.

PENUTUP
Tata bahasa Indonesia saat ini sudah banyak mengalami perubahan.
Masyarakat Indonesia sudah tidak bisa menggunakan bahasa Indonesia dengan
baik dan benar, terutama pada kalangan remaja. Hal tersebut terjadi karena adanya

budaya asing dan berbagai variasi bahasa yang mereka anggap sebagai kreatifitas.
Mereka lebih memilih menggunakan bahasa baru tersebut daripada bahasa
Indonesia, karena mereka takut dikatakan sebagai remaja yang kampungan dan
ketinggalan jaman. Bahasa baru itu mereka sebut dengan “bahasa Alay”.
Bahasa alay secara langsung maupun tidak telah mengubah masyarakat
Indonesia khususnya remaja untuk tidak mempergunakan bahasa Indonesia
dengan baik dan benar. Sebaiknya bahasa alay dipergunakan pada situasi yang
tidak formal seperti ketika kita sedang berbicara dengan teman, atau pada
komunitas yang mengerti dengan sandi bahasa alay tersebut. Kita boleh
menggunakannya, tapi jangan sampai menghilangkan budaya berbahasa
Indonesia. Namun, dengan demikian keberadaan bahasa Indonesia bisa teruji
dengan hal-hal yang baru sehingga bisa lebih menguatkan bahasa Indonesia itu
sendiri.
Kurangnya kesadaran untuk mencintai bahasa di negeri sendiri
berdampak pada tergilasnya atau lunturnya bahasa Indonesia dalam pemakaiannya
di masyarakat. Salah satu kebijakan untuk tetap melestarikan bahasa nasional
adalah pemerintah bersama segenap lapisan masyarakat menjunjung tinggi bahasa
Indonesia agar tetap menjadi bahasa yang dapat dibanggakan dan sejajar dengan
bahasa-bahasa di seluruh dunia. Bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi negara
kita dan juga sebagai identitas bangsa. Untuk itulah, kita sebagai generasi muda,
harus cermat dalam memilih serta mengikuti trend yang ada. Jangan sampai
merusak budaya bahasa kita sendiri.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. “Pengertian Remaja”. kesmas-unsoed.com. 09 Juli. Di akses 28
Desember 2014.
Hanum, Luluk Lutfia. 2012. “BAHASA ALAY DAN REMAJA”.
hanuem.blogspot.com. 26 April. Di akses 28 Desember 2014.
Hidayatullah, Syarif. 2009. “APA BAHASA ITU? Sepuluh Pengertian Bahasa
Menurut Para Ahli”. wismasastra.wordpress.com. 25 Mei. Di akses 28
Desember 2014.
Pariawan, I Wayan. 2008. “PERKEMBANGAN BAHASA REMAJA”.
suluhpendidikan.blogspot.com. 05 Desember. Di akses 28 Desember
2014.
Sofiah, Indah. 2012. “BAHASA INDONESIA VS BAHASA ALAY”.
iendahyourlife.blogspot.com. 17 Maret. Di akses 28 Desember 2014.