Penentuan Kadar Asam Asetat dalam Cuka M
PRAKTIKUM 01
Penentuan Kadar Asam Asetat dalam Cuka Makan
(titrasi asam basa)
Tujuan Praktikum
1. Memahami prinsip analisa volumetri dan titrasi.
2. Menentukan kadar asam asetat di dalam cuka komersil.
Pendahuluan
Cuka merupakan larutan asam yang dibuat dari reaksi oksidasi etanol:
CH3CH2OH. Cuka sendiri sudah sejak lama digunakan sebagai bahan masakan,
misalnya untuk salad, ikan, dan lain-lain. Komponen kimia utama cuka adalah
asam asetat atau disebut juga asam etanoat (CH 3COOH). Kadar asam asetat
dalam cuka sangat bervariasi. Umumnya cuka meja memiliki kadar kandungan
asam asetat antara 4 – 8 % (v/v). Untuk pembuatan acar, kandungan asam
asetat cuka dapat mencapai 12 % (v/v). Dalam praktikum ini, akan dilakukan
penentuan kadar asam asetat yang ada di dalam sampel cuka komersil dengan
metode analisa volumetri.
Analisa volumetri adalah suatu teknik yang melibatkan pengukuran
volume suatu larutan untuk menentukan kandungan senyawa dalam larutan lain
secara kuantitatif. Persamaan reaksi menunjukkan rasio stoikiometri dari
spesies-spesies yang bereaksi. Jadi, bila konsentrasi salah satu larutan diketahui,
maka konsentrasi larutan lainnya dapat ditentukan dari volume larutan yang
digunakan. Misalnya, dalam percobaan ini kadar asam asetat ditentukan melalui
reaksi dengan larutan NaOH yang telah diketahui konsentrasinya:
CH3COOH (aq) + NaOH (aq) H2O (l) + CH3CO2Na (aq)
Untuk menentukan konsentrasi CH 3COOH, ke dalam sejumlah tertentu larutan
CH3COOH, ditambahkan sedikit demi sedikit larutan NaOH, sampai seluruh
CH3COOH habis bereaksi. Titik ini disebut titik ekuivalen, yaitu titik dimana
jumlah mol CH3COOH yang ditambahkan sama dengan jumlah mol NaOH yang
ada dalam larutan semula. Proses penambahan sedikit demi sedikit larutan
CH3COOH ini disebut: titrasi.
Kita membutuhkan suatu metode untuk menentukan letak titik ekuivalen,
kapan kedua pereaksi tersebut tepat habis bereaksi. Pada titrasi asam basa,
perubahan warna dari indikator pH umumnya digunakan untuk mendekati letak
titik ekuivalen. Pada saat indikator pH mulai berubah warna, proses titrasi
1 | PENENTUAN KADAR ASAM ASETAT DALAM CUKA
MAKAN
dihentikan. Titik ini dinamakan titik akhir reaksi. Indikator yang tepat untuk suatu
sistem titrasi adalah indikator yang dapat memberikan titik akhir titrasi sedekat
mungkin dengan titik ekuivalen.
Indikator pH pada umumnya adalah asam lemah yang memiliki warna
yang kuat, sehingga mereka akan memberikan perubahan warna yang dramatis
ketika bereaksi dengan basa. Karena indikator adalah asam, tentu mereka akan
bereaksi dengan basa, dengan kata lain mereka akan berkompetisi dengan asam
yang hendak kita tentukan kadarnya (CH3COOH). Hal ini memang benar, namun
demikian
oleh
karena
warna
indikator
sangatlah
kuat,
kita
hanya
membutuhkannya dalam konsentrasi yang sangat kecil. Dengan demikian,
gangguan yang ditimbulkannya dalam perhitungan konsentrasi CH 3COOH kita
dapat
diabaikan.
Ingatlah
selalu
untuk
menggunakan
indikator
dalam
konsentrasi yang sangat rendah.
Dalam percobaan ini, Anda akan menggunakan indikator fenolftalein, yang
akan mengalami perubahan warna dari tak berwarna pada larutan asam menjadi
merah muda pada larutan basa. Titik tengah perubahan warna indikator ini
terjadi pada pH = 9.5 (sedikit basa). Ini merupakan indikator yang sangat baik
sekali untuk sistem titrasi asam asetat dengan NaOH, sebab titik ekuivalen titrasi
ini terjadi pada pH yang sedikit basa (bukan pada pH = 7).
Larutan NaOH bereaksi dengan gas karbon dioksida (CO 2) yang ada di
udara. Meskipun reaksi ini tergolong lambat, ia akan mempengaruhi konsentrasi
larutan NaOH yang kita buat. Konsentrasi larutan NaOH cenderung menjadi tidak
stabil, dapat berubah setiap saat karena reaksi dengan udara. Oleh karena itu,
sebelum digunakan untuk titrasi, larutan NaOH perlu ditentukan konsentrasi
tepatnya terlebih dahulu.
Proses ini disebut standarisasi. Hal ini dilakukan
melalui titrasi NaOH dengan suatu larutan asam lain yang stabil dan dapat
diperoleh dalam keadaan yang murni, sehingga konsentrasinya dapat ditentukan
secara akurat. Larutan yang demikian disebut standar primer, sedangkan NaOH
dalam hal ini disebut standar sekunder.
Dalam percobaan ini, Anda akan menggunakan Kalium Hidrogen Ftalat
(KC8H5O4) sebagai standar primer. Larutan ini digunakan untuk men-standarisasi
larutan NaOH. Reaksinya adalah sebagai berikut:
KC8H5O4 (aq) + NaOH (aq) KNaC8H4O4 (aq) + H2O(l)
Dalam praktikum ini, Anda akan melakukan sederetan reaksi titrasi asam-basa.
Anda akan menjadi semakin terbiasa dengan teknik titrasi serta perhitungan
yang terkait dengan analisa volumetri.
2 | PENENTUAN KADAR ASAM ASETAT DALAM CUKA
MAKAN
3 | PENENTUAN KADAR ASAM ASETAT DALAM CUKA
MAKAN
Alat dan Bahan
Gelas kimia 100 mL
(3 buah)
Boss Head
(2 buah)
(1 buah)
Pipet ukur 25 mL
(2 buah)
Buret 50 mL
Labu ukur 250 mL
(3 buah)
Neraca analitik
Erlenmeyer 250 mL (2 buah)
Batang pengaduk gelas
Larutan NaOH 1 M
(1 buah) Kalium Hidrogen Ftalat
Corong Kaca
(1 buah)
Pipet tetes
(1 buah)
Indikator Fenolftalein
Statif
(1 buah)
Akuades
Klem
(2 buah)
Sampel cuka
(KC8H15O4)
Prosedur Kerja
A. Standarisasi NaOH 0.1 M dengan Larutan Standar KC8H15O4
1. Tuangkan kira-kira 40 mL larutan NaOH 1 M ke dalam gelas kimia 100 mL,
kemudian lakukan pengenceran (10x) dengan cara: pipet 25 mL larutan
NaOH tersebut ke dalam labu ukur 250 mL. Tera dengan akuades hingga
tanda batas dan aduk larutan dengan baik. Tandai larutan ini dengan
label: Larutan NaOH 0.1 M.
2. Timbang 4 gram KC8H15O4 ke dalam gelas kimia 100 mL dan larutkan
dengan 70 mL akuades. Aduk sampai seluruh KC8H15O4 larut (zat ini
memang agak sukar larut). Pindahkan ke dalam labu ukur 100 mL dan
tambahkan dengan akuades hingga tanda batas. Hitung konsentrasi dari
larutan KC8H15O4 yang Anda buat. Tandai larutan ini dengan label: Larutan
KC8H15O4.
3. Pipet 10 mL larutan KC8H15O4 Anda ke dalam labu erlenmeyer 250 mL dan
tambahkan dua tetes indikator fenolftalein, aduk hingga indikator larut
dengan baik. Lakukan titrasi dengan menggunakan larutan NaOH 0.1 M
hingga terjadi perubahan warna. Catat volume larutan NaOH 0.1 M yang
diperlukan. Lakukan percobaan ini tiga kali, yaitu: satu kali titrasi kasar
(untuk memperkirakan volume titran dan untuk berlatih menentukan titik
akhir titrasi) dan dua kali titrasi teliti (duplo; untuk menentukan volume
titran yang sebenarnya).
B. Titrasi Cuka dengan Larutan NaOH Standar
4 | PENENTUAN KADAR ASAM ASETAT DALAM CUKA
MAKAN
1. Encerkan cuka (20x) dengan cara: pipet 5 mL cuka ke dalam labu ukur
100 mL, kemudian tera dengan akuades hingga tanda batas. Tandai
larutan Anda ini dengan label: Larutan CH 3COOH.
2. Pipet 10 mL larutan cuka Anda ke dalam erlenmeyer 250 mL, tambahkan
dua tetes indikator fenolftalein, kemudian titrasi dengan larutan NaOH 0.1
M, hingga terjadi perubahan warna dari tak berwarna menjadi merah
muda. Lakukan titrasi ini tiga kali, yaitu satu kali titrasi kasar (untuk
memperkirakan
volume
titran)
dan
dua
kali
titrasi
teliti
(untuk
menentukan volume titran yang sesungguhnya).
Tugas Akhir Praktikum (Laporan)
1. Hitunglah dengan tepat konsentrasi larutan standar NaOH Anda.
2. Hitunglah konsentrasi asam asetat pada cuka dalam satuan molar dan persen
volume. Sebagai informasi, massa jenis asam asetat murni adalah 1.049
gram/mL, dan massa molarnya adalah 60.05 gram/mol. Apakah konsentrasi
yang Anda dapatkan sesuai dengan konsentrasi yang tertera pada botol
kemasan cuka Anda?
3. Jelaskan sumber-sumber galat yang mungkin terjadi dalam percobaan ini.
Jelaskan pula apakah galat tersebut akan menyebabkan konsentrasi asam
cuka yang terukur menjadi lebih kecil atau lebih besar.
Contoh Perhitungan
Misalkan Anda hendak mengetahui konsentrasi tepat dari larutan kalium
hidroksida (KOH) 0.1 M (konsentrasi kasar) melalui titrasi dengan larutan standar
HNO3 1.036 M. Reaksinya adalah sbb:
HNO3 + KOH KNO3 + H2O
1. Mula-mula HNO3 diencerkan terlebih dahulu (10x), sehingga konsentrasinya
kurang lebih sama dengan larutan KOH. Jadi konsentrasi larutan HNO 3 setelah
pengenceran adalah 0.1036 M.
2. Sebanyak 25 mL larutan KOH dipipet ke dalam labu Erlenmeyer 250 mL, dan
ke dalamnya ditambahkan dua tetes indikator metil jingga (indikator yang
tepat untuk sistem titrasi ini). Larutan ini kemudian dititrasi dengan larutan
HNO3 0.1036 M. Titrasi ini dilakukan duplo dan diperoleh volume titran
masing-masing 22.75 dan 22.65 mL, sehingga rata-rata volume titran yang
digunakan adalah 22.70 mL.
3. Berapakah konsentrasi larutan KOH semula?
5 | PENENTUAN KADAR ASAM ASETAT DALAM CUKA
MAKAN
Jawab:
Berdasarkan persamaan reaksi di atas, maka perbandingan mol HNO 3 dan
KOH yang bereaksi adalah 1 : 1. Artinya, pada titik ekivalen titrasi:
mol KOH =mol HN O 3
V 1 x M 1=V 2 x M 2
25 x M 1=22.7 x 0.1036
M 1=0.0940688
Jadi konsentrasi larutan KOH Anda adalah 0.0940688 M
4. Sekarang andaikata kita ingin menggunakan satuan konsentrasi yang lain.
Konsentrasi asam asetat dalam cuka pada umumnya dinyatakan dalam
satuan % v/v. Akan tetapi untuk KOH hal ini tidak masuk akal, karena KOH
murni berbentuk padatan, bukan cairan. Karena itu, untuk mempelajari
bagaimana perubahan satuan konsentrasi ini dilakukan, kita akan mengubah
konsentrasi HNO3 1.036 M ke dalam persen volume.
Persen volume didefnisikan sebagai:
% (v /v)=
Volume zat terlarut
x 100 %
Volume total larutan
Kita akan mengubah rumus ini melalui proses substitusi. Perhatikan
penjelasan berikut ini.
Misalkan larutan HNO3 kita mempunyai volume V Liter, konsentrasi M molar,
massa jenis ρ gram/mL, dan massa molar Mr gram/mol, maka:
Jumlah mol HNO3 murni (tanpa air) yang terlarut dalam V liter larutan
tersebut adalah:
n=V x M
Massa HNO3 murni yang terlarut dalam V liter larutan tersebut adalah:
m=n x Mr
m=V x M x Mr
HNO3 murni, seperti halnya asam asetat, berbentuk cairan, maka
volumenya dapat kita hitung dengan menggunakan data massa jenisnya:
massa HN O
ρ HN O = Volume HN O3
3
Volume HN O 3 =
3
massa HN O 3
ρ HN O
3
Volume HN O3 =
V x M x Mr
ρ HN O
3
6 | PENENTUAN KADAR ASAM ASETAT DALAM CUKA
MAKAN
Satu hal yang perlu diingat, karena satuan dari ρ HN O adalah dalam gram/
3
mL, maka volume HNO3 yang kita peroleh di sini satuannya adalah mL.
Kembali ke rumus awal persen volume:
Volume zat terlarut
x 100 %
Volume total larutan
Volume HN O 3 murni
% (v /v)= Volume total larutan HN O x 100 %
3
% (v /v)=
V x M x Mr
ρ HN O
% (v /v)= V x 1000 x 100 %
3
Di sini Volume total larutan HNO 3 adalah = V x 1000, hal ini dikarenakan di
awal perhitungan kita sudah menetapkan bahwa satuan V adalah Liter.
Satuan ini perlu kita ubah ke mL karena menyesuaikan dengan satuan
volume HNO3 murni yang berada dalam satuan mL, itulah sebabnya disini
kita kalikan dengan faktor 1000.
Dengan merapikan persamaan di atas, kita akan mendapatkan rumus:
M x Mr
% (v /v)= ρ
x 10 %
HN O3
Persamaan ini dapat kita gunakan untuk mengubah langsung satuan
konsentrasi larutan dari molar ke % volume, asalkan data massa jenis dan
massa molar zat terlarutnya diketahui.
5. Massa jenis HNO3 murni adalah 1.503 gram/mL pada 25 ° C dan massa
molarnya adalah 63.01 gram/mol. Maka dengan menggunakan rumus di atas
kita dapat mengubah konsentrasi larutan HNO 3 1.036 M ke dalam satuan
persen volume:
M x Mr
% (v /v)= ρ
x 10 %
HN O3
% (v /v)=
1.036 x 63.01
%
1.503 x 10
% (v /v)=4.3432 %
7 | PENENTUAN KADAR ASAM ASETAT DALAM CUKA
MAKAN
Penentuan Kadar Asam Asetat dalam Cuka Makan
(titrasi asam basa)
Tujuan Praktikum
1. Memahami prinsip analisa volumetri dan titrasi.
2. Menentukan kadar asam asetat di dalam cuka komersil.
Pendahuluan
Cuka merupakan larutan asam yang dibuat dari reaksi oksidasi etanol:
CH3CH2OH. Cuka sendiri sudah sejak lama digunakan sebagai bahan masakan,
misalnya untuk salad, ikan, dan lain-lain. Komponen kimia utama cuka adalah
asam asetat atau disebut juga asam etanoat (CH 3COOH). Kadar asam asetat
dalam cuka sangat bervariasi. Umumnya cuka meja memiliki kadar kandungan
asam asetat antara 4 – 8 % (v/v). Untuk pembuatan acar, kandungan asam
asetat cuka dapat mencapai 12 % (v/v). Dalam praktikum ini, akan dilakukan
penentuan kadar asam asetat yang ada di dalam sampel cuka komersil dengan
metode analisa volumetri.
Analisa volumetri adalah suatu teknik yang melibatkan pengukuran
volume suatu larutan untuk menentukan kandungan senyawa dalam larutan lain
secara kuantitatif. Persamaan reaksi menunjukkan rasio stoikiometri dari
spesies-spesies yang bereaksi. Jadi, bila konsentrasi salah satu larutan diketahui,
maka konsentrasi larutan lainnya dapat ditentukan dari volume larutan yang
digunakan. Misalnya, dalam percobaan ini kadar asam asetat ditentukan melalui
reaksi dengan larutan NaOH yang telah diketahui konsentrasinya:
CH3COOH (aq) + NaOH (aq) H2O (l) + CH3CO2Na (aq)
Untuk menentukan konsentrasi CH 3COOH, ke dalam sejumlah tertentu larutan
CH3COOH, ditambahkan sedikit demi sedikit larutan NaOH, sampai seluruh
CH3COOH habis bereaksi. Titik ini disebut titik ekuivalen, yaitu titik dimana
jumlah mol CH3COOH yang ditambahkan sama dengan jumlah mol NaOH yang
ada dalam larutan semula. Proses penambahan sedikit demi sedikit larutan
CH3COOH ini disebut: titrasi.
Kita membutuhkan suatu metode untuk menentukan letak titik ekuivalen,
kapan kedua pereaksi tersebut tepat habis bereaksi. Pada titrasi asam basa,
perubahan warna dari indikator pH umumnya digunakan untuk mendekati letak
titik ekuivalen. Pada saat indikator pH mulai berubah warna, proses titrasi
1 | PENENTUAN KADAR ASAM ASETAT DALAM CUKA
MAKAN
dihentikan. Titik ini dinamakan titik akhir reaksi. Indikator yang tepat untuk suatu
sistem titrasi adalah indikator yang dapat memberikan titik akhir titrasi sedekat
mungkin dengan titik ekuivalen.
Indikator pH pada umumnya adalah asam lemah yang memiliki warna
yang kuat, sehingga mereka akan memberikan perubahan warna yang dramatis
ketika bereaksi dengan basa. Karena indikator adalah asam, tentu mereka akan
bereaksi dengan basa, dengan kata lain mereka akan berkompetisi dengan asam
yang hendak kita tentukan kadarnya (CH3COOH). Hal ini memang benar, namun
demikian
oleh
karena
warna
indikator
sangatlah
kuat,
kita
hanya
membutuhkannya dalam konsentrasi yang sangat kecil. Dengan demikian,
gangguan yang ditimbulkannya dalam perhitungan konsentrasi CH 3COOH kita
dapat
diabaikan.
Ingatlah
selalu
untuk
menggunakan
indikator
dalam
konsentrasi yang sangat rendah.
Dalam percobaan ini, Anda akan menggunakan indikator fenolftalein, yang
akan mengalami perubahan warna dari tak berwarna pada larutan asam menjadi
merah muda pada larutan basa. Titik tengah perubahan warna indikator ini
terjadi pada pH = 9.5 (sedikit basa). Ini merupakan indikator yang sangat baik
sekali untuk sistem titrasi asam asetat dengan NaOH, sebab titik ekuivalen titrasi
ini terjadi pada pH yang sedikit basa (bukan pada pH = 7).
Larutan NaOH bereaksi dengan gas karbon dioksida (CO 2) yang ada di
udara. Meskipun reaksi ini tergolong lambat, ia akan mempengaruhi konsentrasi
larutan NaOH yang kita buat. Konsentrasi larutan NaOH cenderung menjadi tidak
stabil, dapat berubah setiap saat karena reaksi dengan udara. Oleh karena itu,
sebelum digunakan untuk titrasi, larutan NaOH perlu ditentukan konsentrasi
tepatnya terlebih dahulu.
Proses ini disebut standarisasi. Hal ini dilakukan
melalui titrasi NaOH dengan suatu larutan asam lain yang stabil dan dapat
diperoleh dalam keadaan yang murni, sehingga konsentrasinya dapat ditentukan
secara akurat. Larutan yang demikian disebut standar primer, sedangkan NaOH
dalam hal ini disebut standar sekunder.
Dalam percobaan ini, Anda akan menggunakan Kalium Hidrogen Ftalat
(KC8H5O4) sebagai standar primer. Larutan ini digunakan untuk men-standarisasi
larutan NaOH. Reaksinya adalah sebagai berikut:
KC8H5O4 (aq) + NaOH (aq) KNaC8H4O4 (aq) + H2O(l)
Dalam praktikum ini, Anda akan melakukan sederetan reaksi titrasi asam-basa.
Anda akan menjadi semakin terbiasa dengan teknik titrasi serta perhitungan
yang terkait dengan analisa volumetri.
2 | PENENTUAN KADAR ASAM ASETAT DALAM CUKA
MAKAN
3 | PENENTUAN KADAR ASAM ASETAT DALAM CUKA
MAKAN
Alat dan Bahan
Gelas kimia 100 mL
(3 buah)
Boss Head
(2 buah)
(1 buah)
Pipet ukur 25 mL
(2 buah)
Buret 50 mL
Labu ukur 250 mL
(3 buah)
Neraca analitik
Erlenmeyer 250 mL (2 buah)
Batang pengaduk gelas
Larutan NaOH 1 M
(1 buah) Kalium Hidrogen Ftalat
Corong Kaca
(1 buah)
Pipet tetes
(1 buah)
Indikator Fenolftalein
Statif
(1 buah)
Akuades
Klem
(2 buah)
Sampel cuka
(KC8H15O4)
Prosedur Kerja
A. Standarisasi NaOH 0.1 M dengan Larutan Standar KC8H15O4
1. Tuangkan kira-kira 40 mL larutan NaOH 1 M ke dalam gelas kimia 100 mL,
kemudian lakukan pengenceran (10x) dengan cara: pipet 25 mL larutan
NaOH tersebut ke dalam labu ukur 250 mL. Tera dengan akuades hingga
tanda batas dan aduk larutan dengan baik. Tandai larutan ini dengan
label: Larutan NaOH 0.1 M.
2. Timbang 4 gram KC8H15O4 ke dalam gelas kimia 100 mL dan larutkan
dengan 70 mL akuades. Aduk sampai seluruh KC8H15O4 larut (zat ini
memang agak sukar larut). Pindahkan ke dalam labu ukur 100 mL dan
tambahkan dengan akuades hingga tanda batas. Hitung konsentrasi dari
larutan KC8H15O4 yang Anda buat. Tandai larutan ini dengan label: Larutan
KC8H15O4.
3. Pipet 10 mL larutan KC8H15O4 Anda ke dalam labu erlenmeyer 250 mL dan
tambahkan dua tetes indikator fenolftalein, aduk hingga indikator larut
dengan baik. Lakukan titrasi dengan menggunakan larutan NaOH 0.1 M
hingga terjadi perubahan warna. Catat volume larutan NaOH 0.1 M yang
diperlukan. Lakukan percobaan ini tiga kali, yaitu: satu kali titrasi kasar
(untuk memperkirakan volume titran dan untuk berlatih menentukan titik
akhir titrasi) dan dua kali titrasi teliti (duplo; untuk menentukan volume
titran yang sebenarnya).
B. Titrasi Cuka dengan Larutan NaOH Standar
4 | PENENTUAN KADAR ASAM ASETAT DALAM CUKA
MAKAN
1. Encerkan cuka (20x) dengan cara: pipet 5 mL cuka ke dalam labu ukur
100 mL, kemudian tera dengan akuades hingga tanda batas. Tandai
larutan Anda ini dengan label: Larutan CH 3COOH.
2. Pipet 10 mL larutan cuka Anda ke dalam erlenmeyer 250 mL, tambahkan
dua tetes indikator fenolftalein, kemudian titrasi dengan larutan NaOH 0.1
M, hingga terjadi perubahan warna dari tak berwarna menjadi merah
muda. Lakukan titrasi ini tiga kali, yaitu satu kali titrasi kasar (untuk
memperkirakan
volume
titran)
dan
dua
kali
titrasi
teliti
(untuk
menentukan volume titran yang sesungguhnya).
Tugas Akhir Praktikum (Laporan)
1. Hitunglah dengan tepat konsentrasi larutan standar NaOH Anda.
2. Hitunglah konsentrasi asam asetat pada cuka dalam satuan molar dan persen
volume. Sebagai informasi, massa jenis asam asetat murni adalah 1.049
gram/mL, dan massa molarnya adalah 60.05 gram/mol. Apakah konsentrasi
yang Anda dapatkan sesuai dengan konsentrasi yang tertera pada botol
kemasan cuka Anda?
3. Jelaskan sumber-sumber galat yang mungkin terjadi dalam percobaan ini.
Jelaskan pula apakah galat tersebut akan menyebabkan konsentrasi asam
cuka yang terukur menjadi lebih kecil atau lebih besar.
Contoh Perhitungan
Misalkan Anda hendak mengetahui konsentrasi tepat dari larutan kalium
hidroksida (KOH) 0.1 M (konsentrasi kasar) melalui titrasi dengan larutan standar
HNO3 1.036 M. Reaksinya adalah sbb:
HNO3 + KOH KNO3 + H2O
1. Mula-mula HNO3 diencerkan terlebih dahulu (10x), sehingga konsentrasinya
kurang lebih sama dengan larutan KOH. Jadi konsentrasi larutan HNO 3 setelah
pengenceran adalah 0.1036 M.
2. Sebanyak 25 mL larutan KOH dipipet ke dalam labu Erlenmeyer 250 mL, dan
ke dalamnya ditambahkan dua tetes indikator metil jingga (indikator yang
tepat untuk sistem titrasi ini). Larutan ini kemudian dititrasi dengan larutan
HNO3 0.1036 M. Titrasi ini dilakukan duplo dan diperoleh volume titran
masing-masing 22.75 dan 22.65 mL, sehingga rata-rata volume titran yang
digunakan adalah 22.70 mL.
3. Berapakah konsentrasi larutan KOH semula?
5 | PENENTUAN KADAR ASAM ASETAT DALAM CUKA
MAKAN
Jawab:
Berdasarkan persamaan reaksi di atas, maka perbandingan mol HNO 3 dan
KOH yang bereaksi adalah 1 : 1. Artinya, pada titik ekivalen titrasi:
mol KOH =mol HN O 3
V 1 x M 1=V 2 x M 2
25 x M 1=22.7 x 0.1036
M 1=0.0940688
Jadi konsentrasi larutan KOH Anda adalah 0.0940688 M
4. Sekarang andaikata kita ingin menggunakan satuan konsentrasi yang lain.
Konsentrasi asam asetat dalam cuka pada umumnya dinyatakan dalam
satuan % v/v. Akan tetapi untuk KOH hal ini tidak masuk akal, karena KOH
murni berbentuk padatan, bukan cairan. Karena itu, untuk mempelajari
bagaimana perubahan satuan konsentrasi ini dilakukan, kita akan mengubah
konsentrasi HNO3 1.036 M ke dalam persen volume.
Persen volume didefnisikan sebagai:
% (v /v)=
Volume zat terlarut
x 100 %
Volume total larutan
Kita akan mengubah rumus ini melalui proses substitusi. Perhatikan
penjelasan berikut ini.
Misalkan larutan HNO3 kita mempunyai volume V Liter, konsentrasi M molar,
massa jenis ρ gram/mL, dan massa molar Mr gram/mol, maka:
Jumlah mol HNO3 murni (tanpa air) yang terlarut dalam V liter larutan
tersebut adalah:
n=V x M
Massa HNO3 murni yang terlarut dalam V liter larutan tersebut adalah:
m=n x Mr
m=V x M x Mr
HNO3 murni, seperti halnya asam asetat, berbentuk cairan, maka
volumenya dapat kita hitung dengan menggunakan data massa jenisnya:
massa HN O
ρ HN O = Volume HN O3
3
Volume HN O 3 =
3
massa HN O 3
ρ HN O
3
Volume HN O3 =
V x M x Mr
ρ HN O
3
6 | PENENTUAN KADAR ASAM ASETAT DALAM CUKA
MAKAN
Satu hal yang perlu diingat, karena satuan dari ρ HN O adalah dalam gram/
3
mL, maka volume HNO3 yang kita peroleh di sini satuannya adalah mL.
Kembali ke rumus awal persen volume:
Volume zat terlarut
x 100 %
Volume total larutan
Volume HN O 3 murni
% (v /v)= Volume total larutan HN O x 100 %
3
% (v /v)=
V x M x Mr
ρ HN O
% (v /v)= V x 1000 x 100 %
3
Di sini Volume total larutan HNO 3 adalah = V x 1000, hal ini dikarenakan di
awal perhitungan kita sudah menetapkan bahwa satuan V adalah Liter.
Satuan ini perlu kita ubah ke mL karena menyesuaikan dengan satuan
volume HNO3 murni yang berada dalam satuan mL, itulah sebabnya disini
kita kalikan dengan faktor 1000.
Dengan merapikan persamaan di atas, kita akan mendapatkan rumus:
M x Mr
% (v /v)= ρ
x 10 %
HN O3
Persamaan ini dapat kita gunakan untuk mengubah langsung satuan
konsentrasi larutan dari molar ke % volume, asalkan data massa jenis dan
massa molar zat terlarutnya diketahui.
5. Massa jenis HNO3 murni adalah 1.503 gram/mL pada 25 ° C dan massa
molarnya adalah 63.01 gram/mol. Maka dengan menggunakan rumus di atas
kita dapat mengubah konsentrasi larutan HNO 3 1.036 M ke dalam satuan
persen volume:
M x Mr
% (v /v)= ρ
x 10 %
HN O3
% (v /v)=
1.036 x 63.01
%
1.503 x 10
% (v /v)=4.3432 %
7 | PENENTUAN KADAR ASAM ASETAT DALAM CUKA
MAKAN