BUDIDAYA TANAMAN KARET INDONESIA. DOCX

BUDIDAYA TANAMAN KARET
19.02 KEBUN AREN NO COMMENTS

BUDIDAYA TANAMAN KARET
Pengembangan perkebunan karet memberikan peranan penting bagi perekonomian nasional,
yaitu sebagai sumber devisa, sumber bahan baku industri, sumber pendapatan dan kesejahteraan
masyarakat serta sebagai pengembangan pusat-pusat pertumbuhan perekonomian di daerah dan
sekaligus berperan dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.
Tanaman karet merupakan salah satu komoditi perkebunan yang menduduki posisi cukup
penting sebagai sumber devisa non migas bagi Indonesia, sehingga memiliki prospek yang cerah.
Oleh sebab itu upaya peningkatan produktifitas usahatani karet terus dilakukan terutama dalam
bidang teknologi budidayanya .
Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam upaya
peningkatan devisa Indonesia. Ekspor Karet Indonesia selama 20 tahun terakhir terus
menunjukkan adanya peningkatan dari 1.0 juta ton pada tahun 1985 menjadi 1.3 juta ton pada
tahun 1995 dan 1.9 juta ton pada tahun 2004. Pendapatan devisa dari komoditi ini pada tahun
2004 mencapai US$ 2.25 milyar, yang merupakan 5% dari pendapatan devisa non-migas.
Sejumlah lokasi di Indonesia memiliki keadaan lahan yang cocok untuk pertanaman karet,
sebagian besar berada di wilayah Sumatera dan Kalimantan. Luas area perkebunan karet tahun
2005 tercatat mencapai lebih dari 3.2 juta ha yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
Diantaranya 85% merupakan perkebunan karet milik rakyat, dan hanya 7% perkebunan besar

negara serta 8% perkebunan besar milik swasta.
Produksi karet secara nasional pada tahun 2005 mencapai angka sekitar 2.2 juta ton. Jumlah ini
masih akan bisa ditingkatkan lagi dengan memberdayakan lahan-lahan pertanian milik petani
dan lahan kosong /tidak produktif yang sesuai untuk perkebunan karet. Dengan memperhatikan
adanya peningkatan permintaan dunia terhadap komoditi karet ini dimasa yang akan datang,
maka upaya untuk meningkatakan pendapatan petani melalui perluasan tanaman karet dan
peremajaaan kebun bisa merupakan langkah yang efektif untuk dilaksanakan. Guna mendukung
hal ini, perlu diadakan bantuan yang bisa memberikan modal bagi petani atau pekebun swasta
untuk membiayai pembangunan kebun karet dan pemeliharaan tanaman secara intensif.
PROSPEK DAN PELUANG PASAR
Karet (termasuk karet alam) merupakan kebutuhan yang vital bagi kehidupan manusia seharihari, hal ini terkait dengan mobilitas manusia dan barang yang memerlukan komponen yang
terbuat dari karet seperti ban kendaraan, conveyor belt, sabuk transmisi, dock fender, sepatu dan
sandal karet. Kebutuhan karet alam maupun karet sintetik terus meningkat sejalan dengan
meningkatnya standar hidup manusia. Kebutuhan karet sintetik relatif lebih mudah dipenuhi
karena sumber bahan baku relatif tersedia walaupun harganya mahal, akan tetapi karet alam
dikonsumsi sebagai bahan baku industri tetapi diproduksi sebagai komoditi perkebunan.

Pertumbuhan ekonomi dunia yang pesat pada sepuluh tahun terakhir, terutama China dan
beberapa negara kawasan Asia-Pasifik dan Amerika Latin seperti India, Korea Selatan dan
Brazil, memberi dampak pertumbuhan permintaan karet alam yang cukup tinggi, walaupun

pertumbuhan permintaan karet di negara-negara industri maju seperti Amerika Serikat, Eropa
Barat dan Jepang relatif stagnan. Menurut perkiraan International Rubber Study Group (IRSG),
diperkirakan akan terjadi kekurangan pasokan karet alam pada periode dua dekade ke depan. Hal
ini menjadi kekuatiran pihak konsumen, terutama pabrik-pabrik ban seperti Bridgestone,
Goodyear dan Michellin. Sehingga pada tahun 2004, IRSG membentuk Task Force Rubber Eco
Project (REP) untuk melakukan studi tentang permintaan dan penawaran karet sampai dengan
tahun 2035.
Hasil studi REP meyatakan bahwa permintaan karet alam dan sintetik dunia pada tahun 2035
adalah sebesar 31.3 juta ton untuk industri ban dan non ban, dan 15 juta ton diantaranya adalah
karet alam. Produksi karet alam pada tahun 2005 diperkirakan 8.5 juta ton. Dari studi ini
diproyeksikan pertumbuhan produksi Indonesia akan mencapai 3% per tahun, sedangkan
Thailand hanya 1% dan Malaysia -2%. Pertumbuhan produksi untuk Indonesia dapat dicapai
melalui peremajaan atau penaman baru karet yang cukup besar, dengan perkiraan produksi pada
tahun 2020 sebesar 3.5 juta ton dan tahun 2035 sebesar 5.1 juta ton.
Sejak pertengahan tahun 2002 harga karet mendekati harga US$ 1.00/kg, dan sampai sekarang
ini telah mencapai US$ 1.90kg untuk harga SIR 20 di SICOM Singapura. Diperkirakan harga
akan mencapai US$ 2.00 pada tahun 2007 dan pada jangka panjang sampai 2020 akan tetap
stabil, dikarenakan permintaan yang terus meningkat terutama dari China, India, Brazil dan
negara- negara yang mempunyai pertumbuhan ekonomi yang tinggi di Asia-Pasifik.
Tanaman karet adalah tanaman tahunan yang dapat tumbuh sampai umur 30 tahun. Habitus

tanaman ini merupakan pohon dengan tinggi tanaman dapat mencapai 15 – 20 meter. Modal
utama dalam pengusahaan tanaman ini adalah batang setinggi 2,5 sampai 3 meter dimana
terdapat pembuluh latek. Oleh karena itu fokus pengelolaan tanaman karet ini adalah bagaimana
mengelola batang tanaman ini seefisien mungkin. Deskripsi untuk pengenalan tumbuhan karet
(Hevea brasiliensis Muell. Arg.).
Tanaman karet memiliki sifat gugur daun sebagai respon tanaman terhadap kondisi lingkungan
yang kurang menguntungkan (kekurangan air/kemarau). Pada saat ini sebaiknya penggunaan
stimulan dihindarkan. Daun ini akan tumbuh kembali pada awal musim hujan.
Tanaman karet juga memiliki sistem perakaran yang ekstensif/menyebar cukup luas sehingga
tanaman karet dapat tumbuh pada kondisi lahan yang kurang menguntungkan. Akar ini juga
digunakan untuk menyeleksi klon-klon yang dapat digunakan sebagai batang bawah pada
perbanyakan tanaman karet.
Tanaman karet memiliki masa belum menghasilkan selama lima tahun (masaTBM 5 tahun) dan
sudah mulai dapat disadap pada awal tahun ke enam. Secara ekonomis tanaman karet dapat
disadap selama 15 sampai 20 tahun.
Pelaksanaan kegiatan pembangunan kebun karet mengacu pada teknik budidaya karet dengan
tahapan sebagai berikut :

A. Persyaratan Tumbuh
Budidaya tanaman karet memerlukan persyaratan tumbuh sebagai berikut :


Iklim
- Tinggi tempat 0 sampai 200 m dpl. Pada dasarnya tanaman karet tumbuh optimal pada dataran
rendah dengan ketinggian 200 m dari permukaan laut. Ketinggian > 600 m dari permukaan laut
tidak cocok untuk tumbuh tanaman karet.
- Suhu optimal diperlukan berkisar antara 250C sampai 350C.
- Curah hujan 1.500 sampai 3.000 mm/th. ada beberapa artikel yang menyatakan bahwa curah
hujan optimal 2.500 mm s/d 4.000 mm/tahun dengan hari hujan berkisar antara 100 sd. 150
HH/tahun. Namun demikian, jika sering hujan pada pagi hari, produksi akan berkurang.
- Bulan kering kurang dari 3 bulan.
- Kecepatan angin maksimum kurang atau sama dengan 30 km/jam.
Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zone antara 150 LS dan 150 LU. Diluar itu
pertumbuhan tanaman karet agak terhambat sehingga memulai produksinya juga terlambat.

Tanah
Lahan kering untuk pertumbuhan tanaman karet pada umumnya lebih mempersyaratkan sifat
fisik tanah dibandingkan dengan sifat kimianya. Hal ini disebabkan perlakuan kimia tanah agar
sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet dapat dilaksanakan dengan lebih mudah
dibandingkan dengan perbaikan sifat fisiknya. Berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan syarat
tumbuh tanaman karet baik tanah vulkanis muda dan tua, bahkan pada tanah gambut < 2 m.

Tanah vulkanis mempunyai sifat fisika yang cukup baik terutama struktur, tekstur, sulum,
kedalaman air tanah, aerasi dan drainasenya, tetapi sifat kimianya secara umum kurang baik
karena kandungan haranya rendah. Tanah alluvial biasanya cukup subur, tetapi sifat fisikanya
terutama drainase dan aerasenya kurang baik. Reaksi tanah berkisar antara pH 3,0 - pH 8,0 tetapi
tidak sesuai pada pH < 3,0 dan > pH 8,0.
Sifat-sifat tanah yang cocok untuk tanaman karet pada umumnya antara lain :
- Sulum tanah sampai 100 cm, tidak terdapat batu-batuan dan lapisan cadas
- Aerase dan drainase cukup
- Tekstur tanah remah, poreus dan dapat menahan air
- Struktur terdiri dari 35% liat dan 30% pasir
- Tanah bergambut tidak lebih dari 20 cm
- Kandungan hara NPK cukup dan tidak kekurangan unsur hara mikro
- Reaksi tanah dengan pH 4,5 - pH 6,5
- Kemiringan tanah < 16% dan
- Permukaan air tanah < 100 cm.
- Kemiringan tanah kurang dari 10%.
- Jeluk efektif lebih dari 100 cm.
- Tekstur tanah terdiri lempung berpasir dan liat berpasir.
- Batuan di permukaan maupun di dalam tanah maksimal 15%.
- pH tanah berkisar antara 4,3 – 5,0.

- Drainase tanah sedang.

Klon-klon Karet Rekomendasi
Harga karet alam yang membaik saat ini harus dijadikan momentum yang mampu mendorong
percepatan pembenahan dan peremajaan karet yang kurang produktif dengan menggunakan klonklon unggul dan perbaikan teknologi budidaya lainnya. Pemerintah telah menetapkan sasaran
pengembangan produksi karet alam Indonesia sebesar 3 - 4 juta ton/tahun pada tahun 2025.
Sasaran produksi tersebut hanya dapat dicapai apabila minimal 85% areal kebun karet (rakyat)
yang saat ini kurang produktif berhasil diremajakan dengan menggunakan klon karet unggul.
Kegiatan pemuliaan karet di Indonesia telah banyak menghasilkan klon- klon karet unggul
sebagai penghasil lateks dan penghasil kayu. Pada Lokakarya Nasional Pemuliaan Tanaman
Karet 2005, telah direkomendasikan klon-klon unggul baru generasi-4 untuk periode tahun 2006
– 2010, yaitu klon: IRR 5, IRR 32, IRR 39, IRR 42, IRR 104, IRR 112, dan IRR 118. Klon
IRR 42 dan IRR 112 akan diajukan pelepasannya sedangkan klon IRR lainnya sudah
dilepas secara resmi. Klon-klon tersebut menunjukkan produktivitas dan kinerja yang baik pada
berbagai lokasi, tetapi memiliki variasi karakter agronomi dan sifat-sifat sekunder lainnya. Oleh
karena itu pengguna harus memilih dengan cermat klon-klon yang sesuai agroekologi wilayah
pengembangan dan jenis-jenis produk karet yang akan dihasilkan.
Klon-klon lama yang sudah dilepas yaitu GT 1, AVROS 2037, PR 255, PR 261, PR 300, PR
303, RRIM 600, RRIM 712, BPM 1, BPM 24, BPM 107, BPM 109, PB 260, RRIC 100
masih memungkinkan untuk dikembangkan, tetapi harus dilakukan secara hati-hati baik

dalam penempatan lokasi maupun sistem pengelolaannya. Klon GT 1 dan RRIM 600 di berbagai
lokasi dilaporkan mengalami gangguan penyakit daun Colletotrichum dan Corynespora.
Sedangkan klon BPM 1, PR 255, PR 261 memiliki masalah dengan mutu lateks sehingga
pemanfaatan lateksnya terbatas hanya cocok untuk jenis produk karet tertentu. Klon PB 260
sangat peka terhadap kekeringan alur sadap dan gangguan angin dan kemarau panjang, karena itu
pengelolaanya harus dilakukan secara tepat.
Klon penghasil lateks : BPM 24, BPM 107, BPM 109, IRR 104, PB 217, PB 260
Klon penghasil lateks-kayu : BPM 1, PB 330, PB 340, RRIC 100, AVROS 2037, IRR 5, IRR 32,
IRR 39, IRR 42, 112, IRR 118
Klon penghasil kayu : IRR 70, IRR 71, IRR 72, IRR 78
Klon-klon yang sudah tidak direkomendasi, bukan berarti klon tersebut tidak boleh ditanam,
dengan memperhatikan kondisi agroekosistem, sistem pengelolaan yang diterapkan dan luas
areal sudah ditanami klon tersebut.

Bahan Tanam
Hal yang paling penting dalam penanaman karet adalah bibit/bahan tanam, dalam hal ini bahan
tanam yang baik adalah yang berasal dari tanaman karet okulasi. Persiapan bahan tanam dilakuka
paling tidak 1,5 tahun sebelum penanaman. Dalam hal bahan tanam ada tiga komponen yang
perlu disiapkan, yaitu: batang bawah (root stoct), entres/batang atas (budwood), dan okulasi
(grafting) pada penyiapan bahan tanam. Persiapan batang bawah merupakan suatu kegiatan

untuk memperoleh bahan tanam yang mempunyai perakaran kuat dan daya serap hara yang baik.
Untuk mencapai kondisi tersebut, diperlukan pembangunan pembibitan batang bawah yang
memenuhi syarat teknis yang mencakup persiapan tanah pembibitan, penanganan benih,
perkecambahan, penanaman kecambah, serta usaha pemeliharaan tanaman di pembibitan

Untuk mendapatkan bahan tanam hasil okulasi yang baik diperlukan entres yang baik, Pada
dasarnya mata okulasi dapat diambil dari dua sumber, yaitu berupa entres cabang dari kebun
produksi atau entres dari kebun entres. Dari dua macam sumber mata okulasi ini sebaiknya
dipilih entres dari kebun entres murni, karena entres cabang akan menghasilkan tanaman yang
pertumbuhannya tidak seragam dan keberhasilan okulasinya rendah.
Okulasi merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman yang dilakukan dengan menempelkan
mata entres dari satu tanaman ke tanaman sejenis dengan tujuan mendapatkan sifat yang unggul.
Dari hasil okulasi akan diperoleh bahan tanam karet unggul berupa stum mata tidur, stum mini,
bibit dalam polibeg, atau stum tinggi. Untuk tanaman karet, mata entres ini yang merupakan
bagian atas dari tanaman dan dicirikan oleh klon yang digunakan sebagai batang atasnya.
Penanaman bibit tanaman karet harus tepat waktu untuk menghindari tingginya angka kematian
di lapang. Waktu tanam yang sesuai adalah pada musim hujan. Selain itu perlu disiapkan tenaga
kerja untuk kegiatan-kegiatan untuk pembuatan lubang tanam, pembongkaran, pengangkutan,
dan penanaman bibit. Bibit yang sudah dibongkar sebaiknya segera ditanam dan tenggang waktu
yang diperbolehkan paling lambat satu malam setelah pembongkaran.


Batang bawah :
Syarat kebun sumber biji untuk batang bawah yaitu:
- Terdiri dari klon monoklonal anjuran untuk sumber benih.
- Kemurnian klon minimal 95%.
- Umur tanaman 10-25 tahun.
- Pertumbuhan normal dan sehat
- Penyadapan sesuai norma.
- Luas blok minimal 15 ha.
- Topografi relatif datar.

Persiapan Lahan
Pembukaan Lahan
Lahan tempat tumbuh tanaman karet harus bersih dari sisa-sisa tumbuhan hasil tebas tebang,
sehingga jadwal pembukaan lahan harus disesuaikan dengan jadwal penanaman. Kegiatan
pembukaan lahan ini meliputi :
(a) pembabatan semak belukar,
(b) penebangan pohon,
(c) perecanaan dan pemangkasan,
(d) pendongkelan akar kayu,

(e) penumpukan dan pembersihan.
Seiring dengan pembukaan lahan ini dilakukan penataan lahan dalam blok-blok, penataan jalanjalan kebun, dan penataan saluran drainase dalam perkebunan.
Penyiapan lahan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

1. Secara Mekanis
- Pohon karet tua (replanting) atau semak dan atau pohonnon karet (new planting) ditebang
dengan menggunakan gergaji (Chain saw), atau didorong menggunakan ekscavator sehingga
perakaran ikut terbongkar.
- Pohon yang telah tumbang segera dipotong-potong dengan panjang sesuai dengan ukuran yang

dikehendaki.
- Bagian-bagian cabang dan ranting yang masih tertinggal dipotong-potong lebih pendek untuk
memudahkan pengumpulan pada jalur yang telah ditetapkan.
- Sambil menunggu pekerjaan memotong ranting yang tersisa, pekerjaan dilanjutkan dengan
membongkar tunggul yang masih tersisa di lapang.
- Pembongkaran tunggul dapat dilakukan dengan menggunakan alat berat (buldozer) sehingga
sebagian besar tunggul dan akar tanaman karet dapat terangkat.
- Semua tunggul yang telah dibongkar bersama dengan sisa cabang dan ranting dibersihkan
dengan cara dirumpuk/ dikumpulkan.
- Hasil rumpukan diusahakan agar terkena sinar matahari sebanyak-banyaknya sehingga cepat

kering. Jarak antar tumpukan kayu karet diatur sedemikian rupa agar tidak mengganggu
pekerjaan pengolahan tanah dan tumpang tindih dengan barisan tanaman.
- Khusus untuk areal peremajaan, tunggul kayu dan seluruh perakaran mutlak harus dibuang dan
diangkat untuk mencegah tumbuhnya kembali JAP, minimal tunggul yang berdekatan dengan
tanaman baru.
- Pembongkaran atau penebangan habis seluruh tanaman yang tumbuh (land clearing), yang
dianjurkan adalah pengolahan lahan tanpa bakar (zero burning).

2. Secara Kimiawi
Urutan pekerjaan dalam penyiapan lahan secara kimiawi adalah sebagai berikut :
*). Peracunan tunggul
- Peracunan tunggul dapat dilakukan antara lain dengan 2,4,5-T ataupun garlon.

Penataan blok-blok.
Lahan kebun dipetak-petak menurut satuan terkecil dan ditata ke dalam blok-blok berukuran 10
-20 ha, setiap beberapa blok disatukan menjadi satu hamparan yang mempunyai waktu tanam
yang relatif sama.

Penataan Jalan-jalan
Jaringan jalan harus ditata dan dilaksanakan pada waktu pembangunan tanaman baru (tahun 0)
dan dikaitkan dengan penataan lahan ke dalam blok- blok tanaman. Pembangunan jalan di areal
datar dan berbukit dengan pedoman dapat menjangkau setiap areal terkecil, dengan jarak pikul
maksimal sejauh 200 m. Sedapatkan mungkin seluruh jaringan ditumpukkan/ disambungkan,
sehingga secara keseluruhan merupakan suatu pola jaringan jalan yang efektif. Lebar jalan
disesuaikan dengan jenis/kelas jalan dan alat angkut yang akan digunakan.

Penataan Saluran Drainase
Setelah pemancangan jarak tanam selesai, maka pembuatan dan penataan saluran drainase (field
drain) dilaksanakan. Luas penampang disesuaikan dengan curah hujan pada satuan waktu
tertentu, dan mempertimbangkan faktor peresapan dan penguapan. Seluruh kelebihan air pada
field drain dialirkan pada parit-parit penampungan untuk selanjutnya dialirkan ke saluran
pembuangan (outlet drain).

Persiapan Lahan Penanaman
Dalam mempersiapkan lahan pertanaman karet juga diperlukan pelaksanaan berbagai kegiatan

yang secara sistematis dapat menjamin kualitas lahan yang sesuai dengan persyaratan. Beberapa
diantara langkah tersebut antara lain :

Pemberantasan Alang-alang dan Gulma lainnya
Pada lahan yang telah selesai tebas tebang dan lahan lain yang mempunyai vegetasi alang-alang,
dilakukan pemberantasan alang-alang dengan menggunakan bahan kimia antara lain Round up,
Scoup, Dowpon atau Dalapon. Kegiatan ini kemudian diikuti dengan pemberantasan gulma
lainnya, baik secara kimia maupun secara mekanis.

Pengolahan Tanah
Dengan tujuan efisiensi biaya, pengolahan lahan untuk pertanaman karet dapat dilaksanakan
dengan sistem minimum tillage, yakni dengan membuat larikan antara barisan satu meter dengan
cara mencangkul selebar 20 cm. Namun demikian pengolahan tanah secara mekanis untuk lahan
tertentu dapat dipertimbangkan dengan tetap menjaga kelestarian dan kesuburan tanah.

Pembuatan teras/Petakan dan Benteng/Piket
Pada areal lahan yang memiliki kemiringan lebih dari 50 diperlukan pembuatan teras/petakan
dengan sistem kontur dan kemiringan ke dalam sekitar 150 . Hal ini dimaksudkan untuk
menghambat kemungkinan terjadi erosi oleh air hujan.
Lebar teras berkisar antara 1,25 sampai 1,50 cm, tergantung pada derajat kemiringan lahan.
Untuk setiap 6 - 10 pohon (tergantung derajat kemiringan

Pengajiran
Pada dasarnya pemancangan air adalah untuk menerai tempat lubang tanaman dengan ketentuan
jarak tanaman sebagai berikut :
a) Pada areal lahan yang relatif datar / landai (kemiringan antara 00 - 80 ) jarak tanam adalah 7 m
x 3 m (= 476 lubang/hektar) berbentuk barisan lurus mengikuti arah Timur - Barat berjarak 7 m
dan arah Utara - Selatan berjarak 3 m

b) Pada areal lahan bergelombang atau berbukit (kemiringan 8% - 15%) jarak tanam 8 m x 2, 5
m (=500 lubang/ha) pada teras-teras yang diatur bersambung setiap 1,25 m (penanaman secara
kontur), Bahan ajir dapat menggunakan potongan bambu tipis dengan ukuran 20 cm - 30 cm.
Pada setiap titik pemancangan ajir tersebut merupakan tempat penggalian lubang untuk tanaman.

PE M B I B I TAN
Perbanyakan tanaman karet dapat dilakukan secara generatif maupun vegetatif. Namun
demikian, cara perbanyakan yang lebih menguntungkan adalah secara vegetatif yaitu dengan
okulasi tanaman. Okulasi sebaiknya dilaksanakan pada awal atau akhir musim hujan dengan
tahapan sbb:
- Buatlah jendela pada batang bawah dengan ukuran panjang 5 cm dan lebar 1/2 - 3/4 cm.
- Buatlah perisai pada entres dengan ukuran lebih kecil dari jendela dan mata diambil dari ketiak
daun.
- Bukalah jendela pada batang bawah kemudian selipkan perisai diantara kulit jendela dan
kambium
- Tutuplah kulit jendela kemudian dibalut dengan rafia atau pita plastik yang tebalnya 0,04 mm.
- 2 minggu setelah penempelan, penbalut dibuka dan periksalah perisai.
- Potonglah batang bawah pada ketinggian 10 cm diatas tempelan dengan arah pemotongan
miring.
Klon-klon yang dianjurkan sebagai bibit batang bawah adalah: GTI, LCB 1320 dan PR 228.

Pembuatan Lubang Tanam
Ukuran lubang untuk tanaman dibuat 60 cm x 60 cm bagian atas , dan 40 cm x 40 cm bagian
dasar dengan kedalaman 60 cm. Pada waktu melubang, tanah bagian atas (top soil) diletakkan di
sebelah kiri dan tanah bagian bawah (sub soil) diletakkan di sebelah kanan. Lubang tanaman
dibiarkan selama 1 bulan sebelum bibit karet ditanam.
Pembuatan lubang tanam dilakukan dengan meng-gunakan cangkul tanah. Tanah bagian bawah
(sub-soil) dipisahkan dengan dengan tanah bagian atas (top-soil). Selanjutnya diberikan pupuk
dasar yaitu SP 36 dengan dosis 125 gram/pohon atau sekitar 62,5 kg/ha.

Lubang tanam karet

Penanaman Kacangan Penutup Tanah (Legume cover crops = LCC)
Penanaman kacangan penutup tanah ini dilakukan sebelum bibit karet mulai ditanam dengan
tujuan untuk menghindari kemungkinan erosi, memperbaiki struktur fisik dan kimia tanah,
mengurangi pengupan air, serta untuk membatasi pertumbuhan gulma.
Komposisi LCC untuk setiap hektar lahan adalah 4 kg. Pueraria javanica, 6 kg Colopogonium
mucunoides, dan 4 kg Centrosema pubescens, yang dicampur ke dalam 5 kg Rock Phosphate
(RP) sebagai media. Selain itu juga dianjurkan untuk menyisipkan Colopogonium caerulem yang
tahan naungan (shade resistence) ex biji atau ex steck dalam polibag kecil sebanyak 1.000
bibit/ha. Tanaman kacangan dipelihara dengan melakukan penyiangan, dan pemupukan dengan
200 kg RP per hektar, dengan cara menyebar rata di atas tanaman kacangan.

Seleksi dan Penanaman Bibit
Seleksi bibit
Sebelum bibit ditanam, terlebih dahulu dilakukan seleksi bibit untuk memperoleh bahan tanam
yang memeliki sifat-sifat umum yang baik antara lain : berproduksi tinggi, responsif terhadap
stimulasi hasil, resitensi terhadap serangan hama dan penyakit daun dan kulit, serta pemulihan
luka kulit yang baik. Beberapa syarat yang harus dipenuhi bibit siap tanam adalah antara lain :
- Bibit karet di polybag yang sudah berpayung dua.
- Mata okulasi benar-benar baik dan telah mulai bertunas
- Akar tunggang tumbuh baik dan mempunyai akar lateral
- Bebas dari penyakit jamur akar (Jamur Akar Putih).

Kebutuhan bibit
Dengan jarak tanam 7 m x 3 m (untuk tanah landai), diperlukan bibit tanaman karet untuk
penanaman sebanyak 476 bibit, dan cadangan untuk penyulaman sebanyak 47 (10%) sehingga
untuk setiap hektar kebun diperlukan sebanyak 523 batang bibit karet.

Penanaman
Pada umumnya penanaman karet di lapangan dilaksanakan pada musim penghujan yakni antara
bulan September sampai Desember dimana curah hujan sudah cukup banyak, dan hari hujan

telah lebih dari 100 hari. Pada saat penanaman, tanah penutup lubang dipergunakan top soil yang
telah dicampur dengan pupuk RP 100 gram per lubang, disamping pemupukan dengan urea 50
gram dan SP - 36 sebesar 100 gram sebagai pupuk dasar.

Waktu tanam
Penanaman tanaman karet dilakukan pada awal musim penghujan, saat tersebut merupakan awal
yang baik/optimal untuk memulai penanaman dan harus berakhir sebelum musim kemarau.

Pelaksanaan Tanam
Bibit yang akan ditanam dapat berupa stum mata tidur maupun bibit dengan payung satu.
Adapun ketentuan bibit siap tanam adalah sebagai berikut :
- Apabila bahan tanam berupa stum mata tidur, maka mata okulasi harus sudah
membengkak/mentis. Hal ini dapat diperoleh dengan cara menunda pencabutan bibit minimal
seminggu sejak dilakukan pemotongan batang bawah.
- Sedangkan, jika bahan tanam yang dipakai adalah bibit yang sudah ditumbuhkan dalam
polybag, maka bahan yang dipakai maksimum memiliki dua payung daun tua.
- Penanaman dilakukan dengan memasukkan bibit ke tengah-tengah lubang tanam. Untuk bibit
stum mata tidur, arah mata okulasi diseragamkan menghadap gawangan pada tanah yang rata,
sedangkan pada tanah yang berlereng mata okulasi diarahkan bertolak belakang dengan dinding
teras, sedangkan bibit dalam polybag arah okulasi menghadap Timur.
- Kemudian bibit ditimbun dengan tanah bagian bawah (sub-soil) dan selanjutnya dengan tanah
bagian atas (top-soil). Selanjutnya, tanah dipadatkan secara bertahap sehingga timbunan menjadi
padat dan kompak, tidak ada rongga udara dalam lubang tanam.
- Lubang tanam ditimbun sampai penuh, hingga permukaan rata dengan tanah di sekelilingnya.
Untuk bibit stum mata tidur kepadatan tanah yang baik, ditandai dengan tidak goyang dan tidak
dapat dicabutnya stum yang ditanam, sedangkan bibit dalam polybag pemadatan tanah dilakukan
dengan hati-hati mulai dari bagian pinggir ke arah tengah.

Penyulaman
- Penyulaman dilakukan dengan bahan tanam yang relatif seumur dengan tanaman yang disulam.
Hal ini dilakukan dengan selalu menyediakan bahan tanam untuk sulaman dalam polybag sekitar
10% dari populasi tanaman.

PEMELIHARAAN
- Lakukan penyiangan untuk menghindari persaingan tanaman didalam pengambilan unsur hara.
- Penyulaman dilakukan untuk mengganti tanaman yang telah mati sampai dengan tanaman telah
berumur 2 tahun pada saat musim penghujan.
- Tunas palsu harus dibuang selama 2 bulan pertama dengan rotasi 2 minggu sekali, sedangkan
tunas lain dibuang sampai tanaman mencapai ketinggian 1,80 m.
- Setelah tanaman berumur 2-3 tahun, dengan ketinggian 3,5 m dan bila belum bercabang, perlu
diadakan perangsangan dengan cara pengeratan batang, pembungkusan pucuk daun dan
pemenggalan
- Lakukan pemupukan secara intensif pada tanaman baik pada kebun persemaian, kebun okulasi
maupun kebun produksi, dengan menggunakan pupuk urea, TSP, dan KCL. Dosis pupuk
disesuaikan dengan keadaan/jenis tanah. Untuk jenis tanah Latosol dan Podsolik Merah Kuning,

Pembuangan Tunas Palsu
- Tunas palsu adalah tunas yang tumbuh bukan dari mata okulasi. Tunas ini banyak tumbuh pada
bahan tanam stum mata tidur, sedangkan pada bibit stum mini atau bibit polybag, tunas palsu
jumlahnya relatif kecil.
- Pemotongan tunas palsu harus dilakukan sebelum tunas berkayu. Hanya satu tunas yang
ditinggalkan dan dipelihara yaitu tunas yang tumbuh dari mata okulasi. Pembuangan tunas palsu
ini akan mempertahankan kemurnian klon yang ditanam.

Pembuangan Tunas Cabang
- Tunas cabang adalah tunas yang tumbuh pada batang utama pada ketinggian sampai dengan
2,75 m-3,0 m dari atas tanah.
- Pemotongan tunas cabang dilakukan sebelum tunas berkayu, karena cabang yang telah berkayu
selain sukar dipotong, akan merusak batang kalau pemotongannya kurang hati-hati.

Perangsangan Percabangan
- Percabangan yang seimbang pada tajuk tanaman karet sangat penting, untuk menghindari
kerusakan oleh angin.
- Perangsangan percabangan perlu dilakukan pada klon yang sulit membentuk percabangan (GT1, RRIM-600), sedangkan pada klon yang lain seperti PB-260 dan RRIC- 100, percabangan
mudah terbentuk sehingga tidak perlu perangsangan.
- Untuk perangsangan cabang ada beberapa cara yang dapat dilakukan, yaitu pembuangan ujung
tunas, penutupan ujung tunas, pengguguran daun, pengikatan batang, dan pengeratan batang.

Pengendalian gulma
Areal pertanaman karet, baik tanaman belum menghasilkan (TBM) maupun tanaman sudah
menghasilkan (TM) harus bebas dari gulma seperti alang-alang, Mekania, Eupatorium, dll
sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik. Untuk mencapai hal tersebut, penyiangan pada
tahun pertama dilakukan berdasarkan umur tanaman seperti berikut:
Tabel 1. Frekuensi Pengendalian Gulma dengan Herbisida berdasarkan Umur Umur
Tanaman

Umur tanaman
(tahun)

Aplikasi herbisida
Kondisi tajuk
Frekuensi

Frekuensi

Lebar
piringan/jalur

Tanaman belum menghasilkan:
2 - 3 tahun
belum menutup 3-4 kali

Maret, Juni, September, 1.5 – 2.0 m
Desember *)

4 – 5 tahun
mulai menutup 2-3 kali

Maret, September, Juni 1.5 – 2.0 m
*)

Tanaman
menghasilkan :
6 – 8 tahun

sudah menutup 2-3 kali

Maret, September, Juni 2.0 – 3.0 m
*)

9 – 15 tahun

sudah menutup 2 kali

Maret, September

2.0 – 3.0 m

>15 tahun

sudah menutup 2 kali

Maret, September

2.0 – 3.0 m

Pengendalian Kimia
Cara kimia dilaksanakan dengan menyemprotkan herbisida, sehingga dalam pelaksanannya dapat
cepat, sedikit menggunakan tenaga kerja serta tidak merusak tanaman dan sifat fisik tanah.
Selain itu, gulma yang telah mati dan
membusuk dapat menambah unsur hara dalam tanah.
_ Jenis Ada 3 jenis herbisida yang digunakan untuk mengendalikan gulma yaitu pra- tumbuh,
sistemik dan non- sistemik/kontak.
_ Dosis Dosis herbisida untuk pengendalian gulma

PEMUPUKAN
Selain pupuk dasar yang telah diberikan pada saat penanaman, program pemupukan secara
berkelanjutan pada tanaman karet harus dilakukan dengan dosis yang seimbang dua kali
pemberian dalam setahun. Jadwal pemupukan pada semeseter I yakni pada Januari/Februari dan
pada semester II yaitu Juli/Agustus. Seminggu sebelum pemupukan, gawangan lebih dahulu
digaru dan piringan tanaman dibersihkan. Pemberian SP-36 biasanya dilakukan dua minggu
lebih dahulu dari Urea dan KCl. Program dan dosis pemupukan tanaman karet secara umum
dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel Rekomendasi Umum Pemupukan Tanaman Belum Menghasilkan

Umur Tanaman
Pupuk dasar
1

Urea (g/ph/th)

SP 36 (g/ph/th)

KCl (g/ph/th)

Frekuensi pemupukan

-

125

-

-

250

150

100

2 kali/th

2
3
4
5

250
250
300
300

250
250
250
250

200
200
250
250

2 kali/th
2 kali/th
2 kali/th
2 kali/th

Tabel Rekomendasi Umum Pemupukan Tanaman Menghasilkan

Umur Tanaman
6 – 15
16 – 25
> 25 sampai 2 tahun sebelum
peremajaan

Urea (g/ph/th)

SP 36 (g/ph/th)

KCl (g/ph/th)

Frekuensi
pemupukan

350
300
200

260
190
-

300
250
150

2 kali/th
2 kali/th
2 kali/th

Sementara itu untuk tanaman kacangan penutup tanah, diberikan pupuk RP sebanyak 200 kg/ha,
yang pemberiannya dapat dilanjutkan sampai dengan tahun ke-2 (TBM-2) apabila
pertumbuhannya kurang baik.
Untuk pemupukan secara khusus dengan melihat kondisi tanah sebagai berikut :
1) Pemupukan pada masa TBM kurang dari 1 tahun
Tanah Kurang Subur

Umur ( Bulan )

0
2
4
6
9
12

Jumlah Pupuk ( gram / pohon )
Urea

TSP

RP

KCL

Kies

25
25
40
60
75

60
60
-

250 *
-

20
40
60
-

10
20
-

Tanah Subur

Umur ( Bulan )

Jumlah Pupuk ( gram / pohon )

Urea

TSP

RP

KCL

Kies

25
25
50
75
100

75
75
-

250 *
-

25
50
75
-

25
25
-

0
2
4
6
9
12

Pemupukan pada masa TBM (2-5 tahun)

Jumlah Pupuk ( gram / pohon )
Umur ( Bulan )

2
3
4
5

Urea

TSP

MoP

Kies

250
250
300
300

175
200
200
200

200
200
250
250

75
100
100
100

Cara Pemupukan
1) Pemupukan dengan butiran (granular) Adapun Dosis pemupukan sebagai berikut :
* Pemberian Urea ke-1, 2, 3 dan 4 masing-masing setelah tanaman berumur 2, 5, 8 dan 12 bulan
di lapangan. Tiap pemberian : seperempat dosis dalam setahun.
* Pemberian Urea ke-1, 2 dan 3 masing-masing setelah tanaman berumur 15,18 dan 24 bulan di
lapangan.
* Pemberian pertama dan kedua, termasuk dosis TSP, KCl dan Kieserit pada tahun ke-1, 2 di
lapangan, masing-masing pada bulan Pebruari dan Agustus/September.
* Diberikan menjelang daun tumbuh kembali setelah masa gugur daun.
2) Pemupukan dengan tablet
- Kehilangan hara dari pupuk yang terjadi melalui proses pencucian dan erosi dapat dikurangi
- Hara pupuk larut dengan proses lepas lambat (slow release) sehingga secara efektif dan efisien
dapat diserap oleh tanaman
- Aplikasi pupuk lebih mudah, menghemat tenaga dan biaya Pupuk tablet dengan formula
tertentu digunakan dengan cara membenamkan/ditugal ke dalam tanah sdi sekitar tanaman
dengan jumlah sesuai dengan dosis yang diperlukan untuk jangka waktu tertentu (2 tahun).
Pemupukan ini dilakukan sesaat setelah tanam dan baru diulangi lagi pada waktu persediaan
pupuk dalam tanah sudah habis (tahun ke-3).

Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT)
Penyakit
1. Jamur Akar Putih (Rigidoporus lignosus)
Gejala Serangan :Serangan jamur menyebabkan akar menjadi busuk dan apabila perakaran
dibuka maka pada permukaan akar terdapat semacam benang- benang berwarna putih
kekuningan dan pipih menyerupai akar rambut yang menempel kuat dan sulit dilepas.
• Gejala serangan yang tampak adalah daun-daun yang semula tampak hijau segar berubah
menjadiberwarna hijau gelap kusam, layu akhirnya kering dan gugur kemudian diikuti kematian
tanaman.
• Gejala lanjut akar membusuk, lunak dan berwarna coklat.
Pengendalian :
• Menanam tanaman penutup tanah jenis kacangkancangan, minimal satu tahun lebih awal dari
penanaman karet.
• Sebelum penanaman, lubang tanam ditaburi biakan jamur Trichoderma harzianum yang
dicampur dengan kompos sebanyak 200 gr/lubang tanam (1 kg T. Harzianum dicampur dengan
50 kg kompos/pupuk kandang). Pengendalian pada areal yang sudah terserang JAP:
• Pada serangan ringan masih dapat diselamatkan dengan cara membuka perakaran, dengan
membuat lubang tanam 30 cm disekitar leher akar dengan kedalaman sesuai serangan jamur.
• Permukaan akar yang ditumbuhi jamur dikerok dengan alat yang tidak melukai akar. Bagian
akar yang busuk dipotong dan dibakar. Bekas kerokan dan potongan diberi ter dan Izal kemudian
seluruh permukaan akar dioles dengan fungisida yang direkomendasikan.
• Setelah luka mengering, seluruh perakaran ditutup kembali dengan tanah.
• Empat tanaman di sekitar tanaman yang sakit ditaburi dengan T. Harzianum dan pupuk.
• Tanaman yang telah diobati diperiksa kembali 6 bulan setelah pengolesan dengan membuka
perakaran, apabila masih terdapat benang jamur maka dikerok dan dioles dengan fungisida
kembali.
• Pengolesan dan penyiraman akar dengan fungsida dilakukan setiap 6 bulan sampai tanaman
sehat.
• Tanaman yang terserang berat atau telah mati/tumbang harus segera dibongkar, bagian pangkal
batang dan akarnya dikubur diluar areal pertanaman, menggunakan wadah agar tanah yang
terikut tidak tercecer di dalam kebun.
• Bekas lubang dan 4 tanaman di sekitarnya ditaburi 200 gram campuran Trichoderma sp. dengan
pupuk kandang 200 gr per lubang atau tanaman.
Pencegahan :
• Pada lahan yang sudah terinfeksi dengan JAP, dan akan ditanami karet dibersihkan dari
tunggul-tunggul karet. Lubang penanaman diberi belerang100 – 200 gram per lobang.
• Disekitar tanaman muda yang berumur kurang dari 2 tahun ditanami tanaman antagonis antara
lain Lidah mertua, Kunyit dan Lengkuas.
Penularan jamur biasanya berlangsung melalui kontak akar tanaman sehat ke tunggul tunggul,
sisa akar tanaman atau perakaran tanaman sakit. Penyakit akar putih sering dijumpai pada
tanaman karet umur 1-5 tahun terutama pada pertanaman yang bersemak, banyak tunggul atau
sisa akar tanaman dan pada tanah gembur atau berpasir.

Pengobatan tanaman sakit sebaiknya dilakukan pada waktu serangan dini untuk mendapatkan
keberhasilan pengobatan dan mengurangi resiko kematian tanaman. Bila pengobatan dilakukan
pada waktu serangan lanjut maka keberhasilan pengobatan hanya mencapai di bawah 80%. Cara
penggunaan dan jenis fungisida anjuran yang dianjurkan adalah :
Pengolesan : Calixin CP, Fomac 2, Ingro Pasta 20 PA dan Shell CP.
Penyiraman : Alto 100 SL, Anvil 50 SC, Bayfidan 250 EC, Bayleton 250 EC,
Calixin 750 EC, Sumiate 12,5 WP dan Vectra 100 SC.
Penaburan : Anjap P, Biotri P, Bayfidan 3 G, Belerang dan Triko SP+

2. Penyakit Bidang Sadap
2.1. Mouldy Rot
Penyebab : Jamur Ceratocystis fimbriata
Gejala Serangan
• Mula-mula tampak selaput tipis berwarna putih pada bidang sadap didekat alur sadap. Selaput
ini berkembang membentuk lapisan seperti beludru berwarna kelabu sejajar dengan alur sadap.
• Apabila lapisan dikerok, tampak bintik-bintik berwarna coklat kehitaman.
• Serangan bisa meluas sampai ke kambium dan bagian kayu.
• Pada serangan berat bagian yang sakit membusuk berwarna hitam kecokelatan sehingga sangat
mengganggu pemulihan kulit.
• Bekas serangan membentuk cekungan berwarna hitam seperti melilit sejajar alur sadap. Bekas
bidang sadap gergelombang sehingga menyulitkan penyadapan berikutnya atau tidak bisa lagi di
sadap.
Pengendalian
• Di daerah yang beriklim basah atau rawan penyakit ini dinajurkan menanam klon resisten yang
telah direkomendasikan.
• Pisau sadap diberi desinfektan sebelum digunakan.
• Menurunkan intensitas penyadapan atau menghentikan penyadapan pada serangan berat.
• Hindari torehan yang terlalu dalam pada saat penyadapan agar kulit cepat pulih.
• Tanaman yang sudah terserang dioles fungisida 5 cm di atas irisan sadap sehari setelah
penyadapan dan getah belum dilepas. Interval pengolesan 1-2 minggu sekali sampai tanaman
kembali sehat.

2.2 Kering Alur Sadap (KAS)
Penyebab
Ketidakseimbangan fisiologis dan penyadapan yang berlebihan.
Gejala Serangan
-Tanaman tampak sehat dan pertumbuhan tajuk lebih baik dibandingkan tanaman normal.
-Tidak keluar latek di sebagian alur sadap. Beberapa minggu kemudian keseluruhan alur sadap
ini kering dan tidak me-ngeluarkan lateks.
- Lateks menjadi encer dan Kadar Karet Kering (K3) berkurang.
- Kekeringan menjalar sampai ke kaki gajah baru ke panel sebelahnya.
-Bagian yang kering akan berubah warnanya menjadi cokelat dan kadang-kadang terbentuk gum
(blendok).
- Pada gejala lanjut seluruh panel / kulit bidang sadap kering dan pecah-pecah hingga
mengelupas.

Deteksi penyakit
- Dilakukan sadap tusuk di bawah bidang sadap sampai ke bawah, apabila tidak keluar cairan
latek berari sudah terserang KAS.
Gejala serangan
- Segera dilakukan pengendalian bila sebagian alur sadap mengalami kekeringan.
- Perlu waspada apabila lateks mulai encer.
Pengendalian
- Menurunkan intensitas penyadapan pada pohon/kebun yang telah mulai menunjuk-kan
kekeringan alur sadap.
- Menghindari atau menurunkan intensitas penyadapan pada musim gugur daun.
- Bidang sadap yang mati dan kulit kering dipulihkan kembali dengan pemberian formulasi
oleokimia (Antico F-96, No. BB).
- Pemberian oleokimia dengan cara mengerok kulit bidang sadap yang sakit kemudian dioles
segera setelah pengerokan selesai.
- Satu tahun kemudian kulit yang baru bisa disadap kembali.
- Melakukan pemupukan yang teratur dan seimbang, kemudian ditambah 160 gram
KCl/pohon/tahun.
-Menghindari penyadapan yang terlalu sering dan mengurangi pemakaian Ethepon terutama pada
klon yang rentan terhadap kering alur sadap yaitu BPM 1, PB 235, PB 260, PB 330, PR 261 dan
RRIC 100. Bila terjadi penurunan kadar karet kering yang terus menerus pada lateks yang
dipungut serta peningkatan jumlah pohon yang terkena kering alur sadap sampai 10% pada
seluruh areal, maka penyadapan diturunkan intensitasnya dari 1/2S d/2 menjadi 1/2S d/3 atau
1/2S d/4, dan penggunaan Ethepon dikurangi atau dihentikan untuk mencegah agar pohon-pohon
lainnya tidak mengalami kering alur sadap.
Pengerokan kulit yang kering sampai batas 3-4 mm dari kambium dengan memakai pisau sadap
atau alat pengerok. Kulit yang dikerok dioles dengan bahan perangsang pertumbuhan kulit
NoBB atau Antico F-96 sekali satu bulan dengan 3 ulangan. Pengolesan NoBB harus diikuti
dengan penyemprotan pestisida Matador 25 EC pada bagian yang dioles sekali seminggu untuk
mencegah masuknya kumbang penggerek. Penyadapan dapat dilanjutkan di bawah kulit yang
kering atau di panel lainnya yang sehat dengan intensitas rendah (1/2S d/3 atau 1/2S d/4).
Hindari penggunaan Ethepon pada pohon yang kena kekeringan alur sadap. Pohon yang
mengalami kekeringan alur sadap perlu diberikan pupuk ekstra untuk mempercepat pemulihan
kulit.

3. Jamur Upas
Penyebab
jamur Corticium salmonicolor.
Gejala Serangan
_ Stadium sarang laba-laba
Pada permukaan kulit bagian pangkal atau atas percabangan putih seperti sutera mirip sarang
laba-laba.
_ Stadium bongkol
Adanya bintil-bintil putih pada permukaan jaring labalaba.

_ Stadium kortisium
Jamur membentuk selimut yaitu kumpulan benangbenang jamur muda. Jamur telah masuk ke
jaringan kayu.
_ Stadium nekator
Jamur membentuk lapisan tebal berwarna hitam yang terdiri dari jaringan kulit yang membusuk
dan kumpulan tetesan lateks yang berwarna coklat kehitaman meleleh di permukaan bagian
terserang. Cabang atau ranting yang terserang akan membusuk dan mati serta mudah patah.
Pengendalian
_ Menanam klon yang tahan seperti BPM 107, PB 260, PB 330, AVROS 2037, PBM 109, IRR
104, PB 217, PB 340, PBM 1, PR 261 dan RRIC 100 IRR 5, IRR 39, IRR 42, IRR 112 dan IRR
118.
_ Jarak tanam diatur tidak terlalu rapat.
_ Cabang/ranting yang telah mati dipotong dan dimusnahkan.
_ Cabang yang masih menunjukkan gejala awal (sarang laba-laba) segera dioles dengan
fungisida Bubur Bordo atau fungsida berbahan aktif Tridermorf hingga 30 cm ke atas dan ke
bawah bagian yang terserang.
_ Bubur bordo dan fungisida yang mengandung unsur tembaga tidak dianjurkan pada tanaman
yang telah disadap, karena dapat merusak mutu lateks.
_ Pada kulit yang mulai membusuk, harus dikupas sampai bagian kulit sehat kemudian dioles
fungisida hingga 30 cm ke atas dan ke bawah dari bagian yang sakit.

Hama
1. Babi hutan (Sus barbatus, Sus scrofa vittatus)
Gejala Serangan
_ Tanaman muda tiba-tiba tumbang.
_ Perakaran rusak, daun menjadi layu dan kuning.
Pengendalian
_ Sanitasi lingkungan, memasang jaring, perangkap.
_ Memberi pagar di sekitar areal kebun
_ Membuat parit di sekitar areal kebun
_ Berburu bersama dengan kelompok pemburu babi misalnya dengan Perbakin.
_ Pemberian umpan beracun, namun perlu hati-hati jangan sampai racun tersentuh tangan.

PANEN
Menentukan Matang Sadap
a.1 Matang Sadap Pohon
Kriteria :
_ Umur tanaman Tanaman karet siap disadap pada umur sekitar 5 - 6 tahun.
_ Pengukuran lilit batang
Pohon karet dinyatakan matang sadap apabila lilit batang sudah mencapai 45 cm atau lebih. Lilit
batang diukur pada ketinggian batang 100 cm dari pertautan okulasi untu tanaman okulasi.

Persiapan Buka Sadap
b.1 Penggambaran Bidang Sadap
_ Tinggi bukaan sadap, Tanaman karet okulasi mempunyai lilit batang bawah dengan bagian atas
yang relatif sama (silinder), demikian juga dengan tebal kulitnya. Tinggi bukaan sadap pada
tanaman okulasi adalah 130 cm di atas pertautan okulasi. Ketinggian ini berbeda dengan
ketinggian pengukuran lilit batang untuk penentuan matang sadap.
_ Arah dan sudut kemiringan irisan sadap, Arah irisan sadap harus dari kiri atas ke kanan bawah,
tegak lurus terhadap pembuluh lateks. Sudut kemiringan irisan yang paling baik berkisar antara
300 – 400 terhadap bidang datar untuk bidang sadap bawah. Pada penyadapan bidang sadap atas,
sudut kemiringannya dianjurkan sebesar 450.
_ Panjang irisan sadap, Panjang irisan sadap adalah 1/2s (irisan miring sepanjang ½ spiral atau
lingkaran batang).
_ Letak bidang sadap, Bidang sadap harus diletakkan pada arah yang sama dengan arah
pergerakan penyadap waktu menyadap.
Produksi lateks dari tanaman karet disamping ditentukan oleh keadaan tanah dan pertumbuhan
tanaman, klon unggul, juga dipengaruhi oleh teknik dan manajemen penyadapan. Apabila ketiga
kriteria tersebut dapat terpenuhi, maka diharapkan tanaman karet pada umur 5 - 6 tahun telah
memenuhi kriteria matang sadap. Kriteria matang sadap antara lain apabila keliling lilit batang
pada ketinggian 130 cm dari permukaan tanah telah mencapai minimum 45 cm. Jika 60% dari
populasi tanaman telah memenuhi kriteria tersebut, maka areal pertanaman sudah siap dipanen.
Tinggi bukaan sadap
Tinggi bukaan sadap, baik dengan sistem sadapan ke bawah (Down ward tapping system, DTS)
maupun sistem sadap ke atas (Upward tapping system, UTS) adalah 130 cm diukur dari
permukaan tanah.
Pemasangan Talang dan Mangkuk Sadap
Talang sadap terbuat dari seng selebar 2,5 cm dengan panjang sekitar 8 cm. Talang sadap
dipasang pada jarak 5 cm – 10 cm dari ujung irisan sadap bagian bawah. Mangkuk sadap
umumnya terbuat dari plastik, tanah liat atau aluminium. Mangkuk sadap dipasang pada jarak 520 cm di bawah talang sadap. Mangkuk sadap diletakkan di atas
cincin mangkuk yang diikat dengan tali cincin pada pohon.
Pelaksanaan penyadapan
c.1 Kedalaman irisan sadap
Penyadapan diharapkan dapat dilakukan selama 25 – 30 tahun.
Kedalaman irisan sadapdianjurkan berkisar 1-1,5 mm dari kambium.
c.2 Ketebalan irisan sadap
Ketebalan irisan sadap yang dianjurkan adalah berkisar antara 1,5
mm – 2 mmsetiap penyadapan, agar penyadapan dapat dilakukan
selama kurang lebih 25 – 30 tahun.
c.3 Frekuensi penyadapan
Frekuensi penyadapan adalah jumlah penyadapan dilakukan dalam
jangka waktu tertentu. Dengan panjang irisan ½ spiral (1/2 s),
frekuensi penyadapan adalah 1 kali dalam 3 hari (3/d) untuk 2 tahun

pertama penyadapan, dan kemudian diubah menjadi 1 kali dalam 2 hari (d/2) untuk tahun
selanjutnya.
c.4 Waktu penyadapan
Penyadapan sebaiknya dilakukan sepagi mungkin yaitu antara jam 05.00 – 07.30 pagi.

Waktu bukaan sadap.
Waktu bukaan sadap adalah 2 kali setahun yaitu, pada (a) permulaan musim hujan (Juni) dan (b)
permulaan masa intensifikasi sadapan (bulan Oktober). Oleh karena itu, tidak secara otomatis
tanaman yang sudah matang sadap lalu langsung disadap, tetapi harus menunggu waktu tersebut
di atas tiba.

Kemiringan irisan sadap
Secara umum, permulaan sadapan dimulai
dengan sudut kemiringan irisan sadapan
sebesar 400 dari garis horizontal. Pada sistem
sadapan bawah, besar sudut irisan akan
semakin mengecil hingga 300 bila mendekati
"kaki gajah" (pertautan bekas okulasi). Pada
sistem sadapan ke atas, sudut irisan akan
semakin membesar.

Peralihan tanaman dari TMB ke TM
Secara teoritis, apabila didukung dengan
kondisi pertumbuhan yang sehat dan baik,
tanaman karet telah memenuhi kriteria matang
sadap pada umur 5 - 6 tahun. Dengan mengacu
pada patokan tersebut, berarti mulai pada umur
6
tahun tanaman karet dapat dikatakan telah
merupakan tanaman menghasilkan atau TM.

Sistem sadap
Dewasa ini sistem sadap telah berkembang dengan mengkombinasikan intensitas sadap rendah
disertai stimulasi Ethrel selama siklus penyadap. Untuk karet rakyat, mengingat kondisi sosial
ekonomi petani, maka dianjurkan menggunakan sistem sadap konvensional.

PENANGANAN PASCA PANEN
Untuk memperoleh bahan olah karet yang bermutu baik beberapa persyaratan
teknis yang harus diikuti yaitu :
• Tidak ditambahkan bahan-bahan non karet.
• Dibekukan dengan asam semut dengan dosis yang tepat.
• Segera digiling dalam keadaan segar.
• Disimpan di tempat yang teduh dan terlindung dan tidak direndam. Jenis bahan olah karet
(bokar) yang dapat diproduksi yaitu :

a. Lateks Pekat
Lateks pekat adalah lateks kebun yang dipekatkan dengan cara sentrifus atau didadihkan dari
KKK 28% - 30% menjadi KKK 60% - 64%. Peralatan yang diperlukan adalah tangki dadih dari
plastik, pengaduk kayu, dan saringan lateks 60 mesh. Bahan-bahan yang diperlukan berupa
bahan pendadih yaitu campuran amonium alginat dan karboksi metil selulose, bahan pemantap
berupa amonium laurat dan pengawet berupa gas atau larutan amoniak. Pengolahan lateks pekat
melalui beberapa tahap yaitu penerimaan dan penyaringan lateks kebun, pembuatan larutan
pendadih, pendadihan dan pemanenan.

b. Lump Mangkok
Lump mangkok adalah lateks kebun yang dibiarkan menggumpal secara alamiah dalam
mangkok. Pada musim penghujan untuk mempercepat proses penggumpalan lateks dapat
digunakan asam semut yang ditambahkan ke dalam mangkok.

c. Slab Tipis / Giling
Slab tipis dibuat dari lateks atau campuran lateks dengan lump mangkok yang dibekukan dengan
asam semut di dalam bak pembeku yang berukuran 60 x 40 x 6 cm, tanpa perlakuan
penggilingan. Proses pembuatan slab tipis dapat diuraikan sebagai berikut :
c.1 Masukkan dan susun lump mangkok secara merata di dalam bak pembeku.
c.2 Tambahkan larutan asam semut 1% ke dalam lateks kebun, dengan dosis 110 ml per liter
lateks, kemudian diaduk.
c.3 Tuangkan campuran tersebut ke dalam bak pembeku yang telah diisi lump mangkok.
c.4 Biarkan sekitar 2 jam, lalu gumpalan diangkat dan disimpan di atas rak dalam tempat yang
teduh. Untuk meningkatkan kadar karet kering menjadi sekitar 70%, slab tipis dapat digiling
dengan menggunakan handmangle dan hasilnya disebut dengan slab giling. Slab tipis dapat
diolah menjadi blanket melalui penggilingan dengan mesin creper. Proses penggilingan
dilakukan sebanyak 4-6 kali sambil disemprot dengan air bersih untuk menghilangkan kotoran
yang terdapat di dalam slab. Hasil blanket mempunyai ketebalan sekitar 0,6 cm – 1 cm, dengan
KKK sekitar 75%.

d. Sit Angin
Sit angin adalah lembaran karet hasil penggumpalan lateks yang digiling dan dikeringanginkan
sehingga memiliki KKK 90% - 95%. Pengolahan sit angin dilakukan melalaui berbagai tahap
yaitu penerimaan dan penyaringan lateks, pengenceran, penggumpalan, pemeraman,
penggilingan, pencucian, penirisan dan pengeringan.

e. Sit Asap (Ribbed Smoked Sheet/RSS)
Proses pengolahan sit asap hampir sama dengan sit angina. Bedanya terletak pada proses
pengeringan, dimana pada sit asap dilakukan pengasapan pada suhu yang bertahap antara 40o60o C selama 4 hari, dengan pengaturan sebagai berikut :
1 Hari pertama, suhu 40o-45o C, ventilasi ruang asap lebar.
2 Hari kedua, suhu 40o-50o C, ventilasi ruang asap sedang.
3 Hari ketiga, suhu 50o-55o C, ventilasi ruang asap tertutup.
4 Hari keempat, suhu 55o-60o C.

Salam tani
disarikan oleh Dwi

Hartoyo,SP

REFERENSI BUDIDAYA KARET
http://teknis-budidaya.blogspot.com/2007/10/budidaya-karet.html
http://budidayakaret.blogspot.com/
http://migroplus.com/brosur/Budidaya%20karet.pdf
http://disbun.kalselprov.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=91&Itemid=82
http://www.pustaka-deptan.go.id/agritek/ppua0148.pdf
http://wongtaniku.wordpress.com/2009/01/09/144/
http://disbun.kuansing.go.id/_uploads//2010/06/budidaya-tanaman-karet.pdf
http://www.mail-archive.com/agromania@yahoogroups.com/msg13622.html
http://disbun.kuansing.go.id/_uploads//2010/06/budidaya-tanaman-karet.pdf
http://binaukm.com/2010/04/karakteristik-tanaman-karet-dalam-budidaya-tanaman-karet/
http://binaukm.com/2010/04/klon-unggul-tanaman-karet-dalam-budidaya-tanaman-karet/
http://binaukm.com/2010/04/teknik-budidaya-tanaman-karet-dalam-usaha-budidaya-tanamankaret-tahap-persiapan/
http://binaukm.com/2010/04/ciri-ciri-dan-morfologi-bibit-tanaman-karet-dalam-budidayatanaman-karet/
Sumber : http://htysite.co.tv/budidaya%20karet.htm

Dokumen yang terkait

PENGARUH KOMPOSISI KONSENTRASI ZAT PENGATUR TUMBUH TERHADAP PERTUMBUHAN TIGA HIBRID TANAMAN ANGGREK Dendrobium sp.

10 148 1

KAJIAN APLIKASI PUPUK KASCING PADA TIGA JENIS TANAMAN SELADA (Lactuca sativa L.) DENGAN PERBANDINGAN MEDIA YANG BERBEDA

3 58 19

PENGARUH TINGKAT SALINITAS TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF TANAMAN ASAM JAWA (Tamarindus indica, Linn.)

2 32 14

PERBANDINGAN BUDIDAYA "AIR LIUR" SARANG BURUNG WALET ANTARA TEKNIK MODERN DAN TEKNIK KONVENSIONAL (Studi Pada Sarang Burung Burung Walet di Daerah Sidayu Kabupaten Gresik)

6 108 9

KEBIJAKAN BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN DAERAH (BAPEDALDA) KOTA JAMBI DALAM UPAYA PENERTIBAN PEMBUANGAN LIMBAH PABRIK KARET

110 657 2

PENERAPAN STRATEGI PEMASARAN YANG TEPATGUNA MENINGKATKAN PANGSA PASAR PADA PERUSAHAAN ROLL KARET UD. SARI ARGO MANDIRI MALANG

6 98 2

INSTRUMEN UKUR KADAR KEBUTUHAN PUPUK UREA PADA TANAMAN JAGUNG MENGGUNAKAN METODE FUZZY LOGIC

13 68 149

INTEGRASI APLIKASI METARHIZIUM ANISOPLIAE DAN NEMATODA PATOGEN SERANGGA SEBAGAI AGEN PENGENDALI HAYATI HAMA URET LEPIDIOTA STIGMA YANG MENYERANG TANAMAN TEBU

5 78 10

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF TANAMAN PADI TADAH HUJAN (Oryza sativa L.) PADA LAHAN KELMPOK TANI KARYA SUBUR DI DESA PESAWARAN INDAH KECAMATAN PADANG CERMIN KABUPATEN PESAWARAN

3 52 58

UJI EFEKTIVITAS PUPUK ORGANONITROFOS DAN KOMBINASINYA DENGAN PUPUK KIMIA TERHADAP PERTUMBUHAN, SERAPAN HARA DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merr) PADA MUSIM TANAM KETIGA

2 27 50