Studi Kasus Pencemaran Limbah Indutri Do

MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
ANALISIS PENCEMARAN DAERAH ALIRAN SUNGAI
Studi Kasus Pencemaran Limbah Indutri, Domestik Dan Pertanian
Disepanjang Daerah Aliran Sungai
Jimmy Prawira, M. Rizal, Evi Morina, Senja Cahyani, Mia Larasanti
Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Ilmu Kelautan dan
Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang 

ABSTRAK

Kegiatan pembangunan di DAS, baik di hulu maupun di hilir tergolong sangat
intensif seiring dengan dengan pertambahan penduduk yang tinggi, selain itu Meningkatnya
jumlah dan jenis industri serta peternakan di sepanjang aliran DAS diperkirakan telah
banyak menimbulkan beban pencemaran pada Sungai. Kondisi hutan DAS yang juga
berkurang menyebabkan debit sungai fluktuatif, sehingga berpengaruh terhadap dinamika
fluktuasi kualitas air sungai. Mengingat DAS memiliki peran strategis dalam mendukung
kehidupan makhluk hidup, maka perlu dilakukan inventarisasi dan pemetaan sumber
sumber pencemar beserta dampaknya agar dapat dilakukan pengelolaan yang berkelanjutan

PENDAHULUAN
Menurut Chay Asdak (2010:4)

Daerah Aliran Sungai adalah suatu wilayah
daratan yang secara topografik dibatasi
punggung-punggung

gunung

yang

menampung dan menyimpan air hujan
untuk kemudian menyalurkannya ke laut
melalui sungai utama. Daerah aliran
sungai secara yuridis formal tertuang

sehingga suatu

kesatuan dengan sungai

dan anak sungainya yang melalui daerah
tersebut dalam fungsi untuk menampung
air yang berasal dari curah hujan dan

sumber air lainnya, penyimpanan serta
pengalirannya

dihimpun

dan

ditata

berdasarkan hukum alam sekelilingnya
demi keseimbangan daerah tersebut.
Daerah Aliran

dalam Peraturan Pemeintah No: 33 tahun

Sungai

dibagi

1970 tentang perencanaan hutan. Dalam


menjadi 3 bagian yaitu bagian hulu, bagian

Peraturan

tengah, dan bagian hilir. Ciri-ciri pada

Pemerintah

tersebut

DAS

dibatasi sebagai suatu daerah tertentu yang

setiap

bagian

bentuk dan sifanya sedemikian rupa


sebagai berikut:

DAS

dapat

dijelaskan

1) Bagian Hulu

a. Mengalirkan air.

a. Merupakan daerah konservasi.

b. Menyangga kejadian puncak hujan.

b. Mempunyai

c. Melepaskan air secara bertahap.


kerapatan

drainase

lebih tinggi.
c.

d. Memelihara kualitas air.

Merupakan

daerah

e. Mengurangi pembuangan massa

dengan kemiringan lereng besar

(seperti terhadap longsor).


(lebih besar dari 15%).
d.

Kegiatan pembangunan di DAS,

Bukan merupakan daerah

baik di hulu maupun di hilir tergolong

banjir.
e.

Pengaturan air ditentukan

pertambahan penduduk yang tinggi, selain

oleh pola drainase.
2)

itu Meningkatnya jumlah dan jenis industri


Bagian Hilir

serta peternakan di sepanjang aliran DAS

a. Merupakan daerah pemanfaatan.

diperkirakan telah banyak menimbulkan

b. Kerapatan drainase lebih kecil.
c. Merupakan

daerah

dengan

kemiringan lereng kecil sampai
sangat kecil (kurang dari 8%).
d. Pada beberapa tempat merupakan
pemakaian


air

ditentukan oleh bangunan irigasi.
3)

Bagain Tengah
Daerah

Aliran

Sungai

beban pencemaran pada Sungai. Kondisi
hutan

DAS

yang


juga

berkurang

menyebabkan

debit

sungai

fluktuatif,

sehingga berpengaruh terhadap dinamika
fluktuasi kualitas air sungai

daerah banjir (genangan).
e. Pengaturan

sangat intensif seiring dengan dengan


bagian

tengah merupakan daerah transisi dari
kedua karakteristik biogeofisik DAS
yang berbeda tersebut diatas. (Asdak,
2010:11).

Berbagai program pengendalian
pencemaran sungai pada umumnya belum
menyentuh

permasalahan

pencemaran

mulai dari limbah domestik, industri kecil
sampai besar dan peternakan. Terutama
beragamnya jenis industri kecil serta
penyebarannya


yang

sporadis

hingga

kawasan pemukiman sangat sulit untuk
dikelola dengan efektif. DAS sebagai

Salah satu fungsi DAS adalah

ekosistem terbuka dan mengalir, maka

fungsi hidrologis, dimana fungsi tersebut

pencemaran industri-industri kecil dari

sangat dipengaruhi oleh jumlah curah

wilayah

hujan yang diterima, geologi dan bentuk

memasuki

lahan. Fungsi hidrologis yang dimaksud

saluran-saluran air ataupun anak sungai.

termasuk kapasitas DAS untuk:

daerah
Sungai

aliran

sungai

Ciliwung

akan
melalui

Dengan demikian akumulasi beban

organik dan anorganik yang berbahaya

pencemar di bagian hulu akan membuat

ataupun beracun. Biaya pengolahan dan

tingkat

pembuangan limbah semakin mahal dan

pencemaran

Sungai

disuatu

kawasan menjadi besar
Dampak

pemeliharaan fasilitas bangunan air limbah

lain

dari

adanya

yang

terbatas

menyebabkan

industri-

pencemaran limbah domestik, industri dan

industri enggan menginvestasikan dananya

peternakan selain menurunkan mutu air

untuk pencegahan kerusakan lingkungan

sungai, juga menimbulkan bau busuk dan

serta biaya untuk membuat unit Instalasi

sumber penyakit yang dapat mengganggu

Pengolahan Air Limbah (IPAL) merupakan

kesehatan masyarakat. Oleh karena itu,

beban

perlu

mengurangi keuntungan perusahaan.

dilakukan

pemetaan

sumber

inventarisasi
sumber

dan

pencemar

berkembang

industri-industri
di

DAS

yang

disamping

meningkatkan pertumbuhan perekonomian
juga menimbulkan masalah lain seperti
pencemaran air, penurunan kualitas air
sungai dan berkurangnya pemanfaatan air
sungai oleh penduduk. Sumber pencemar
dari

limbah

industri

paling

banyak

disumbangkan oleh industri kecil seperti
industri tahu, tempe dan tapioka, biasanya
bertempat di pinggiran sungai. Industriindustri yang ada membuang limbah
cairnya

ke

sungai

tanpa

yang

dapat

jumlah

penduduk

yang

banyak

menjadikan wilayah ini sulit memiliki

Pencemaran Oleh Limbah Industri
Potensi

besar

Wilayah DAS yang padat permukiman
dan

KASUS-KASUS YANG TERJADI


yang

 Pencemaran Oleh Limbah Domestik

beserta dampaknya agar dapat dilakukan
pengelolaan yang berkelanjutan.

biaya

pengolahan

terlebih dahulu untuk mengurangi kadar
limbahnya. Air digunakan sebagai bahan
penolong dalam proses produksi, sehingga
dalam air terdapat kandungan bahan

ruang/lahan untuk pembuangan sampah
bagi masayarakat. Alasan inilah yang
menjadikan masyarakat untuk membuang
sampah ke sungai. Kondisi serupa juga
disampaikan oleh Wijayanti (1998) dalam
Yulaswati

et

al.

(2004)

berdasarkan

pengamatan yang dilakukan di Kota Bogor
diketahui bahwa timbulan sampah dengan
laju rata-rata 0,634 kg/orang/hari yang
terus meningkat serta keterbatasan lahan
pembuangan akhir menyebabkan masalah
sampah perkotaan menjadi semakin rumit.
Hal ini mengakibatkan banyak terlihat
sampah menumpuk di pinggir sungai baik
itu sampah organik maupun sampah
anorganik sehingga apabila terjadi hujan
akan terbawa hanyut ke sungai dan bisa
menyebabkan

banjir.

Limbah

rumah

tangga selain sampah juga terdapat limbah

menghasilkan 25 kg feses (Sihombing,

cair yang berasal dari aktivitas manusia

2000). Salah satu akibat dari pencemaran

seperti mencuci, mandi dan buang hajat.

air oleh limbah ternak ruminansia ialah

Limbah cair ini berpotensi menjadi sumber

meningkatnya kadar nitrogen.

penyebaran penyakit karena tidak jarang

Menurut

Farida

(1978)

senyawa

limbah ini mengandung bakteri pathogen,

nitrogen sebagai polutan mempunyai efek

virus maupun bibit penyakit yang terlarut

polusi yang spesifik, dimana kehadirannya

dalam perairan.

dapat

 Pencemaran Oleh Limbah Pertanian
& Peternakan
Limpasan dari daerah pertanian yang
mengandung pestisida dan pupuk akan
meningkatkan unsur hara di perairan,
terutama Nitrogen, Phospat dan Kalium.
Unsur hara ini apabila tidak termanfaatkan

menimbulkan

konsekuensi

penurunan kualitas perairan sebagai akibat
terjadinya proses eutrofikasi, penurunan
konsentrasi oksigen terlarut sebagai hasil
proses nitrifikasi yang terjadi di dalam air
yang dapat mengakibatkan terganggunya
kehidupan biota air.

oleh biota air atau keberadaanya yang

 Pencemaran limbah Pertambangan.
Kerusakan lingkungan sebagai dampak

melampaui kebutuhan di suatu perairan

dari aktivitas penambangan batu bara tidak

akan menyebabkan eutriofikasi di badan

hanya terjadi di lokasi tambang itu sendiri,

sungai maupun di muara sungai.

akan tetapi juga berdampak pada daerahdari

daerah sekitarnya. Selain menimbulkan

sumber

erosi dan sedimentasi yang dapat menutupi

pencemar air sungai jika tidak ada

kehidupan di dasar perairan, aktivitas

pengelolaan limbah lebih lanjut baik

penambangan juga dapat menyebabkan

berupa kotoran, urin, sisa pakan, serta air

meningkatnya kandungan logam berat di

dari pembersihan ternak dan kandang.

tanah

Kotoran dari feces dan urin merupakan

lingkungan perairan, penurunan kuantitas

limbah

banyak

dan kualitas air. Belum lagi hilangnya

dihasilkan. Di wilayah DAS umumnya

habitat dan keragaman hayati, merubah

terdapat peternakan sapi perah dan ayam

bentang alam, serta gangguan kemananan

potong, umumnya setiap kilogram susu

dan kesehatan di masyarakat sekitar

yang

kawasan

Limbah

yang

peternakan

dapat

ternak

dihasilkan
menjadi

yang

dihasilkan

oleh

paling

sapi

perah

yang

berpotensi

pertambangan,

masuk

ke

Perubahan

menghasilkan 2 kg limbah padat (feces)

kimiawi yang berdampak terhadap air

dan

tanah dan air permukaan, Perubahan

setiap

kilogram

daging

sapi

morfologi dan topografi lahan. Perubahan

Hal ini tentu berdampak signifikan

iklim mikro yang disebabkan perubahan

terhadap ketersediaan pasokan air tanah

kecepatan angin, gangguan habitat biologi

yang merupakan kebutuhan bagi seluruh

berupa

Penurunan

umat. Indikasi ini dapat dilihat dari

produktivitas tanah dengan akibat menjadi

penurunan ketinggian muka air di waduk

tandus atau gundul.

atau danau, ketersediaan air tanah yang

flora

dan

fauna,

Air limbah usaha dan/atau kegiatan
pertambangan bijih bauksit bersumber dari
kegiatan penambangan bahan tambang,
kegiatan

pencucian

bahan

tambang,

kegiatan pengolahan bahan tambang dan
kegiatan pendukung.

semakin

jauh

didalam

perut

bumi,

kekeringan pada saat musim kemarau dan
terjadi banjir pada saat musim hujan.
 Konflik

Pemanfaatan

dan

Pengelolaan
Oleh karena sumberdaya perairan yang
bersifat common property dan open acces

 Alih Fungsi lahan di sepanjang DAS
Dalam rencana tata ruang dan wilayah
yang memperhatikan aspek kelestarian
lingkungan, daerah disepanjang aliran

maka

siapapun

sumberdaya
untuk

ingin

tersebut

mendapatkan

memanfaatkan
sebanyak-banyak

keuntungan

yang

sungai merupakan daerah resapan air yang

maksimal.
Euphoria ini tidak hanya menyebabkan

ditutupi oleh vegetasi yang lebat. Tidak

terdegradasinya

jarang

daerah

melainkan juga menimbulkan konflik dari

menetapkan kawasan DAS sebagai Hutan

berbagai kalangan, sebagai contoh industry

Lindung

kawasan

kelapa sawit yang memanfaatkan aliran

menyimpan

sungai sebagai tempat pembuangan limbah

pasokan air tanah dalam jumlah besar.
Namun
dengan
seiringnya

di bagian hulu akan mencemari perairan

beberapa
untuk

penyangga

pertambahan

yang

pemerintah
dijadikan
dapat

penduduk

dan

pesatnya

pembangunan yang merupakan indikator
dari keberhasilan ekonomi suatu daerah
mengakibatkan hampir sebagian besar
daerah di Indonesia merubah daerah aliran
sungai ini menjadi kawasan pemukiman,
industry, pariwisata dan kawasan lain yang
penempatannya tidak tepat.

sumberdaya

perairan

dan mengganggu kegiatan budidaya di
wilayah muara. para pembudidaya ini
tentu akan menuntut pertanggung jawaban
atas

kerusakan

dan

kerugian

yang

disebabkan oleh industry tersebut. Dengan
kata lain semua pihak ingin mendapatkan
keuntungan maksimal atas sumberdaya
perairan.

Namun

jika

dilihat

dari

segi

pengelolaan maka hal yang terjadi adalah
sebaliknya. Jarang sekali ada yang mau

PENYEBAB
 Tata Ruang Wilayah Yang Tidak

menjaga sumberdaya perairan disepanjang

Tepat
kunci keberhasilan suatu pembangunan

DAS, pengelolaan umumnya didiomiasi

berwawasan lingkungan terletak pada

oleh upaya pemerintah dan LSM yang

rencana pemanfaatan lahan yang tertuang

bergerak dibidang lingkungan atau jikapun

dalam Rencana Tata Ruang dan Wilayah

ada stakeholders yang berniat melakukan

(RTRW). Kekeliruan dalam menetapkan

pengelolaan, pengelolaan yang dilakukan

fungsi suatu lahan akan berimplikasi pada

masih bersifat parsial dan tidak terpadu

tidak

sehingga permasalah yang terjadi tidak

dibangun.

dapat diatasi secara menyeluruh

kawasan perkebunan kelapa sawit di

 Sumberdaya Perikanan yang Terus

sepanjang sempadan sungai dan waduk

Menurun
Disamping kualitas perairan yang tidak

berjalannya

sistem

Sebagai

yang

contoh

ingin

penetapan

dengan alasan peningkatan ekonomi akan
menimbulkan

permasalah

lain

berupa

mendukung kehidupan organisme sebagai

berkurangnya debit air yang masuk ke

akibat banyaknya beban pencemar yang

waduk. Hal ini dikarenakan oleh kelapa

masuk ke perairan. Degradasi sumberdaya

sawit yang menyerap air dalam jumlah

perikanan juga disebabkan oleh ekploitasi

besar

yang berlebihan di kawasan muara hingga

Disamping itu sistem perakaran kelapa

pesisir

upaya

sawit tidak se-efisien akar mangrove

mengenai

dalam menjaga kestabilan tanah sehingga

pantai

restocking

tanpa

maupun

adanya
kajian

keberadaan stock di daerah tersebut.
Hal ini dapat dilihat dari berkurangnya
populasi beberapa spesies ekonomis yang
dulunya

sangat

melimpah.

Sulitnya

erosi

untuk

dapat

seringkali

bertahan

terjadi

di

hidup.

sepanjang

sungai.
Dengan
ekonomi

yang

demikian
ingin

keuntungan

dicapai

tidak

menemukan spesies lokal dan dominansi

maksimal sebagai akibat perlunya biaya

beberapa spesies non ekonomis juga

produksi untuk mengatasi defisit air dan

mengindikasikan

terjadi

kekeringan di musim kemarau. Kemudian

spesies

biaya produksi yang dikeluarkan PDAM

tertentu. Hal ini diperparah oleh oknum

untuk mengatasi turbiditas yang tinggi

yang

sebagai akibat erosi juga tidak memakan

overexploited

bahwa

pada

melakukan

telah

beberapa

penangkapan

secara

illegal dan menggunakan bahan peledak.

biaya yang sedikit.
 Penegakkan Hukum Yang Lemah

Kurangnya

dan

Telah sejak lama adanya perbedaan

pelaksanaan hukum dilapangan merupakan

orientasi antara sektor ekonomi dan sektor

akar dari berbagai macam permasalahan,

ekologi dalam pembangunan. Prinsip yang

sebut

dipegang oleh sektor ekonomi adalah

saja

pengawasan

illegal

logging

yang

mengkonversi Hutan Lindung menjadi

bagaimana

daerah pertambangan, tidak adanya sanksi

maksimal dengan biaya produksi terendah,

tegas bagi industry yang membuang hasil

hal ini lah yang melatarbelakangi sebagian

produksinya secara langsung ke badan

besar industry

perairan karena tidak memiliki instalasi

melakukan upaya pengolahan limbah atas

pengolahan air limbah (IPAL), maraknnya

produksi mereka. Masih banyak industry

illegal

ikan,

yang belum memiliki IPAL dan membuang

penangkapan dengan menggunakan pukat

limbahnya secara langsung ke perairan,

di wilayah pesisir, menjamurnya rumah

terutama industry-indutri skala kecil dan

rumah liar disepanjang aliran sungai dan

menengah.
Pembangunan unit pengolahan air

fishing,

pengeboman

waduk dan lain sebagainya.
Telah
banyak
instrument

mendapatkan

di

tanah

keuntungan

air

enggan

dan

limbah tentu membutuhkan dana yang

kelembagaan yang dibentuk pemerintah

tidak sedikit mengingat teknologi yang

untuk

pengawasan,

ditawarkan pasar adalah teknologi modern

pemantauan dan pengelolaan lingkungan

yang mampu mengolah limbah secara

hidup, namun dengan melihat masih

cepat dan dalam skala besar (1000 m3).

kompleksnya permasalah yang terjadi di

Secara otomatis biaya pembangunan ini

daerah aliran sungai maka dapat dikatakan

tentu akan menyedot biaya modal produksi

hukum dan regulasi yang telah di tetapkan

yang cukup banyak sehingga keuntungan

tersebut belum terealisasi sepenuhnya.

maksimal sulit didapat.
Disamping itu masih banyak industry

melakukan

Kewajiban

setiap

melakukan

upaya

stackholders

dalam

pengelolaan

yang

digulirkan dalam permen LH tentang
AMDAL, UKL dan UPL pun hanyalah
sebuah formalitas demi berjalannya suatu
usaha/industry.

yang memanfaatkan sumberdaya tidak
secara

berkelanjutan.

Sebagai

contoh

industry sarden atau ikan kalengan yang
mengekploitasi ikan sarden dan lemuru
secara besar-besaran untuk memenuhi
target pasar sedangkan upaya restocking
amat sangat jarang dilakukan.

 Industri Tidak Ramah Lingkungan

 Tingkat

Kesadaran

dan

Pola

 Pengelolaan Wilayah Yang Tidak

Budaya Masyarakat yang Tidak

Terpadu
Daerah Aliran Sunngai merupakan

Mendukung
Sebagian besar tumpukan sampah yang
mengambang

di

permukaan

satuan ekologi yang melintasi batas-batas

sungai

administrasi pemerintahan, maka dalam

merupakan hasil dari pola kebudayaan

pengelolaannya pun seharusnya bersifat

masyarakat

terbiasa

lintas batas administrative dan lintas

membuang limbah domestic dan limbah

sektoral. Sebagaimana halnya kasus DAS

rumah

ke perairan. Budaya ini telah

pada umumnya, kepentingan lembaga

terjadi secara turun temurun dan simultan

pemerintah, swasta dan masyarakat di

sehingga sulit dirubah tanpa adanya

Wilayah Hulu berbeda dengan kepentingan

kesadaran dari masyarakat itu sendiri.
Pemahaman - pemahaman dasar

para pihak di Wilayah Tengah dan Wilayah

yang

sudah

mengenai bahaya limbah dan bahan
pencemar terhadap kesehatan masih sulit
diterima sebagian masyrakat yang tinggal
dibantaran

sungai.

Kesadaran

akan

pentingnya air bersih dan fasilitas MCK
yang

memadai

sudah

disosialisasikan

Hilir DAS. Dalam kondisi seperti ini tanpa
adanya “perangkat” kebijakan yang dapat
“memayungi” seluruh kepentingan, maka
yang terjadi kemudian adalah munculnya
ego

dan

interest

lembaga/sektoral
Pengelolaan sistem

masing-masing
pembangunan

berulang-ulang agar beban pencemar yang

dalam basis keterpaduan adalah sangat

memasuki

berkurang

sulit. Karena saling ketergantungan dari

namun masih saja ada beberapa kalangan

sistem, kerangka dan aspek-aspek sosial-

masyarakat yang tidak mengikuti arahan

ekonomi-alam adalah sangat kompleks,

ini terutama masyarakat yang berada di

sehingga

daerah terpencil.
Kesadaran masyarakat pesisir untuk

terjadinya

perairan

dapat

tidak membangun rumah di atas laut juga
sulit diatasi mengingat mata pencaharian
mereka yang sebagian besar nelayan, akan

kemungkinan
salah

dan

peluang

pengelolaan

dan

pembangunan yang mubasir adalah cukup
besar. Bagian yang paling sulit adalah
keterpaduan dari keseluruhan sistem yang

apabila

ada (Kodotie, J. Suharyanto, dkk, 2002:4)
Disamping itu kualitas sumberdaya

keberadaan rumah terletak jauh dari

manusia yang mumpuni dalam mengelola

peisisir dan alat tangkapnya.

sumberdaya perairan secara terpadu masih

sangat

sulit

bagi

mereka

amat sangat minim.

PERAN PEMERINTAH
Peran

suatu

satunya

yang dilakukan harus merupakan kegiatan

pemerintah

adalah

salah

menyelesaikan

permasalahan yang menyangkut dengan
kepentingan

masyarakat,

contohnya

adalah

salah

seperti

satu

masalah

kerusakan lingkungan yang terjadi di
Daerah

Aliran

Sungai.

Dengan

diberlakukannya UU No. 32 tahun 2004
tentang

Pemerintahan

Daerah,

setiap

pemerintah daerah dituntut untuk siap
menerima

delegasi

pemerintah

pusat

wewenang
atau

dari

pemerintah

pembangunan

yang

berkelanjutan

(sustainable

development)

berwawasan

terhadap

Pengertian

pembangunan

dan

lingkungan.
yang

berkelanjutan pada hakekatnya merupakan
proses pemenuhan semua aspek kebutuhan
kehidupan pada saat ini (present) dengan
tanpa

menimbulkan

dampak

negative

untuk saat yang akan datang (future).
Definisi

berkelanjutan

juga

dapat

diterjemahkan sebagai suatu kehidupan
social yang harmonis dengan system alam
yang sehat.
Seperti

yang

penyelenggaraan pemerintahannya, tetapi

bahwa

suatu

juga dalam hal pemecahan permasalahan

satunya adalah formulasi kebijakan berupa

dan pendanaan kegiatan pembangunannya.

langkah yang dilakukan setelah pemilihan

Hal

konsekuensi

alternative. Langkah tersebut dapat berupa

management

suatu

diatasnya

tidak

tersebut

perlunya

hanya

dalam

membawa

pelaksanaan

pembangunan

daerah

yang

hal

lebih

professional, bottom up dan mandiri.
Artinya, pemerintah daerah dituntut untuk
melaksanakan fungsi-fungsi management
yang lebih komprehensif, yaitu adanya
keterkaitan proses antara perencanaan,
pelaksanaan
pembangunan

dan

evaluasi
daerah

kegiatan
yang

berkesinambungan.
Dalam rangka otonomi daerah dua
tugas pokok PEMDA adalah : menggali
dan memanfaatkan sumberdaya (manusia,
alam, uang, sentra industry dan ekonomi)
untuk kegiatan pembangunan. Kegiatan

proses

dikatakan

diatas

kebijakan

program-program

yang

dilaksanakan. Meliputi :
 Program Pengembangan

salah

akan

Instalasi

Pengolahan Air Limbah Komunal.
 Pengembangan Instalasi Pengolahan
Limbah Terpadu untuk Industri Kecil
dan Menengah
 Penyediaan Sarana Sanitasi Pedesaan
 Pelatihan Pengelolaan Lingkungan
Untuk Masyarakat
 Pengembangan Tempat

Pengolahan

Sampah Terpadu
 Peningkatan Kinerja Pengolahan Air
Limbah Industri
 Pengembangan dan Penerapan Teknik
Produksi Bersih Untuk Industri

 Pengendalian Limbah Cair dan Sludge

segera diibentuknya suatu badan yang

Kegiatan Pertambangan
 Pengembangan
Sistem

khusus

Lingkungan
 Pengawasan

dan

Informasi
Evaluasi

Implementasi Program dan Revisi
Program
 Evaluasi

dan

Penyempurnaan

Implementasi Pemantauan Kualitas Air
 Pemantauan Rutin Kualitas Limbah
Cair
 Pengembangan Sarana dan Prasarana
Pemantauan Kualitas Air dan Limbah
Cair
 Pemantauan

Hasil Tangkapan

dan

Operasi Sidak Terhadap Kapal Nelayan
di Perairan
 Penetapan Zonasi dan Penyusunan Tata
Ruang

yang

sesuai

dengan

daya

dukung.

menangani

pencemaran

yang

terjadi yang mempunyai legalitas dan
sebaiknya program awal pengendalian
pencemaran air Sungai Siak ini di tujukan
terlebih dahulu pada perubahan pola hidup
masyarakat sekitar sungai.
Setiap pemerintah yang mempunyai
kepentingannya masing-masing sebaiknya
lebih

memperhatikan

dampak

dari

kepentingan tersebut terhadap lingkungan
khusunya untuk kelestarian sungai. Antara
Pemerintah propinsi dengan kabupaten/
kota juga harus menjaga hubungan yang
harmonis, agar koordinasi berjalan lancar.
Untuk pembiayaan program sebaiknya
jangan hanya bergantung pada Anggaran
Pendapatan Belanja Negara atau Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah tetapi juga
mengajak pihak swasta atau dunia usaha
dan masyarakat untuk terlibat didalamnya.

Untuk menyelesaikan permasalahan
kebijakan pengendalian pencemaran air di
sepanjang DAS ini diharapkan untuk

BEBAN

PENCEMAR

DAN

DAYA

DUKUNG PERAIRAN
82 Tahun 2001 beban pencemaran adalah
jumlah suatu pencemar yang terkandung di
dalam air atau air limbah. Menurut Djabu
(1999) beban pencemaran adalah bahan
pencemar dikalikan kapasitas aliran air
mengandung

bahan

pencemar,

artinya adalah jumlah berat pencemar
dalam satuan waktu tertentu, misalnya
kg/hari.

Istilah

beban

pencemaran

dikaitkan dengan jumlah total pencemar
atau campuran pencemar yang masuk ke
dalam lingkungan (langsung atau tidak
langsung)

oleh

suatu

industry

atau

kelompok industry pada areal tertentu
dalam periode waktu tertentu. Pada kasus
limbah rumah tangga dan kota, istilah
beban

pencemaran

menjadi

cemar

(Keputusan

Menteri Lingkungan Hidup No.110 tahun

Menurut Peraturan Pemerintah No.

yang

tersebut

berkaitan

dengan

jumlah total limbah yang masuk ke dalam
lingkungan (langsung atau tidak langsung
dari komunitas kota selama periode waktu
tertentu (Djajadiningrat dan Amir, 1991).
Menurut Peraturan Pemerintah No.
82 tahun 2001 daya tampung beban

2003).
ANALISIS BEBAN PENCEMAR
Perhitungan
berbagai

beban

sumber

pencemaran

pencemar

dari

dilakukan

melalui pendekatan Rapid Assesment of
Sources of Air, Water, and Land Polution
yaitu perhitungan beban pencemaran dari
setiap unit penghasil limbah masingmasing

dari

pemukiman,

industri,

peternakan, pertanian dan tata guna lahan.
Setelah semua informasi yang diperlukan
dikumpulkan,

beban

limbah

dan

pencemaran air dapat dihitung mengikuti
langkah-langkah sebagai berikut:
Memasukkan data produksi dan limbah
ke dalam tabel kerja yang sesuai.
Mencari
pencemaran

faktor

limbah

atau

yang

berkaitan

untuk

masingmasing proses industri atau
sumber pencemar dan dicatat dalam
kolom yang tersedia. Adapun faktor
konversi beban limbah dari suatu
pencemar dapat dilihat pada Tabel.

pencemaran adalah kemampuan air pada
suatu sumber air untuk menerima masukan
beban pencemaran tanpa mengakibatkan
air tersebut menjadi cemar. Daya tampung
beban

pencemaran

diartikan

sebagai

kemampuan air pada suatu sumber air atau
badan

air

untuk

pencemaran

tanpa

menerima

beban

mengakibatkan

air

Jumlah produksi atau limbah tersebut
dikalikan dengan faktor limbah atau

pencemaran

dalam

kolom

yang

disediakan.

ANALISIS DAYA TAMPUNG BEBAN
PENCEMAR
Perhitungan

Membuat ringkasan beban limbah dan
pencemaran

yang

sudah

dihitung

dalam tabel ringkasan untuk mendapat

daya

tampung

beban

pencemaran sesuai dengan PP No.82 tahun
2001 dapat dirumuskan sebagai berikut :

gambaran menyeluruh mengenai total
pencemaran air di areal studi.
Selain
perhitungan

dengan

langkah

diatas,

beban

pencemaran

dapat

dirumuskan sebagai berikut:

Diketahui:
DT

= Daya Tampung (ton/bulan)

Q

= Debit Aliran Air Sungai (m³/dt)

BMA = Baku Mutu Air berdasarkan PP
No.82 tahun 2001
Diketahui:
P = Beban Pencemaran (ton/bulan)
C = Koefisien Beban Polutan
L = Kapasitas Limbah Cair (liter/hari)
R = (3x10-8)

R

= (bulan x 24x 60 x60) /
1.000.000.000

Catatan: bulan (jumlah hari yang
disesuaikan dengan bulannya)

Dokumen yang terkait

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN DAN PENDAPATAN USAHATANI ANGGUR (Studi Kasus di Kecamatan Wonoasih Kotamadya Probolinggo)

52 472 17

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

STRATEGI PUBLIC RELATIONS DALAM MENANGANI KELUHAN PELANGGAN SPEEDY ( Studi Pada Public Relations PT Telkom Madiun)

32 284 52

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB ORANG TUA MENIKAHKAN ANAK PEREMPUANYA PADA USIA DINI ( Studi Deskriptif di Desa Tempurejo, Kecamatan Tempurejo, Kabupaten Jember)

12 105 72