MAKALAH KONSELING PSIKOANALISIS dalam mengatasi

MAKALAH
KONSELING PSIKOANALISIS
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Bimbingan dan Penyuluhan

Dosen: Maqbul Mawardi, M.Ps.Dm

Oleh:
AHMAD FUADI
AHMAD FAUZI (REGULER)
HIDAYATURRAHMAN
SALAMET REYADI
INSTITUT DIROSAT ISLAMIYAH AL-AMIEN (IDIA) PRENDUAN
SUMENEP MADURA JAWA TIMUR
TAHUN: 2016 M

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbagai masalah yang dimiliki manusia khususnya secara psikis, tentu
saja memiliki penyelesaian yang berbeda-beda. Untuk menyelesaikannya pun

memerlukan ketepatan dalam mengambil teknik yang digunakan seorang
konselor atau psikolog. Namun puluhan bahkan ratusan teknik tidak mungkin
digunakan semua secara sekaligus. Maka sangat diperlukannya penentuan
teknik yang akan dipakai. Teknik itu merupakan salah-satu cara konselor atau
psikolog dalam melakukan proses pendekatan terhadap pihak klien
berdasarkan sikap, masalah yang dihadapi, dan berbagai hal lainnya yang
harus dipahami para konselor atau psikolog secara teori untuk kemudian
dipraktekkan di lapangan.
Dalam pemecahan masalah yang berhubungan dengan psikologis, ada
banyak pendekatan-pendekatan yang berguna untuk keselarasan problem
solving yang akan diberikan seorang konselor atau psikolog dalam membantu
kliennya.
Beberapa pendekatan dalam konseling yaitu pendekatan psikoanalisis,
eksistensial-humanitis, client-centered, terapi gestalt, terapi rasional-emotif,
terapi realitas dan pendekatan eklektik. Dalam makalah ini, hanya akan
diuraikan tentang pendekatan psikoanalisis secara lebih mendetail.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan konseling psikoanalisis ?
2. Apa saja prinsip dan tujuan konseling psikoanalisis ?
3. Bagaimana pandangan psikoanalisis tentang kepribadian manusia ?

4. Bagaimana teknik konseling psikoanalisis ?
1.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Konseling Psikoanalisis
Psikoanalisis merupakan suatu metode penyembuhan yang bersifat
psikologis dengan cara-cara fisik. Menurut Eldido Psikoanalisis merupakan
suatu pandangan baru tentang manusia, di mana ketidak sadaran memainkan
peran sentral. Psikoanalisis ditemukan dalam usaha untuk menyembuhkan
pasien-pasien histeria. Baru kemudian menarik kesimpulan-kesimpulan
teoritis dari penemuannya dibidang praktis. Dari hasil penelitian yang
dilakukannya kemudian lahir asumsi-asumsi tentang perilaku manusia.
Corey mengatakan bahwa psikoanalisis merupakan teori pertama yang
muncul dalam psikologi khususnya yang berhubungan dengan gangguan
kepribadian dan perilaku neurotik, kemudian disusul oleh behaviorisme dan
humanitis.
Pada kemunculannya, teori Freud ini banyak mengundang kontroversi,
eksplorasi, penelitian dan dijadikan landasan berpijak bagi aliran lain yang
muncul kemudian. Mulanya Freud menggunakan teknik hipnosis untuk

menangani pasiennya. Tetapi teknik ini ternyata tidak dapat digunakan pada
semua pasien.
Dalam perkembangannya, Freud menggunakan teknik asosiasi bebas
(free association) yang kemudian menjadi dasar dari psikoanalisis. Teknik ini
ditemukan ketika Freud melihat beberapa pasiennya tidak dapat dihipnotis
atau tidak memberi tanggapan terhadap sugesti atau pertanyaan yang
mengungkap permasalahan klien. Selanjutnya, Freud mengembangkan lagi
teknik baru yang dikenal sebagai analisis mimpi.
Menurut Willis, pengertian psikoanalisis meliputi tiga aspek penting
yaitu :
1. Sebagai metode penelitian proses-proses psikis.
2. Teknik untuk mengobati gangguan-gangguan psikis.

3. Sebagai teori kepribadian1.
Letak keunggulan psikoanalisis dalam konseling menurut Freud adalah
sangat efektif untuk menyembuhkan klien atau pasien yang histeria, cemas,
obsesi neurosis. Namun demikian kasus-kasus sehari-hari dapat juga
digunakan pendekatan psikoanalisis ini untuk mengatasinya2.
B. Prinsip dan Tujuan Konseling Psikoanalisis
Di dalam gerakannya, psikoanalisis mempunyai beberapa prinsip yaitu:

1. Prinsip Konstansi artinya bahwa kehidupan psikis cenderung untuk
mempertahankan kualitas ketegangan psikis pada taraf yang serendah
mungkin, atau setidak-tidaknya taraf yang stabil, atau dengan kata lain
bahwa kondisi psikis manusia cenderung dalam konflik yang permanen.
2. Prinsip Kesenangan, artinya kehidupan psikis cenderung untuk
menghindarkan ketidaksenangan dan sebanyak mungkin memperoleh
kesenangan.
3. Prinsip Realitas yaitu prinsip kesenangan yang disesuaikan dengan
keadaan nyata3.
Konseling psikoanalisis bertujuan:
1. Menolong individu mendapatkan pengertian yang terus menerus tentang
mekanisme penyesuaian dirinya.
2. Membentuk kembali struktur kepribadian konseling dengan jalan
mengembalikan hal-hal yang tidak disadari menjadi sadar kembali,
dengan menitik beratkan pada pemahaman dan pengenalan pengalamanpengalaman masa anak-anak, terutama usia 2-5 tahun, untuk ditata,
didiskusikan, dianalisis dan ditafsirkan sehingga kepribadian konseling
bisa direkonstruksi lagi4.

1 Namora Lumongga Lubis, Memahami Dasar-Dasar Konseling, (Jakarta: Kencana,
2011), hlm. 140-141

2 Latipun, Psikologi Konseling,(Malang: UMM Press, 2011), hlm. 48
3 Sofyan S.Willis, Konseling Keluaga, (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm. 92-93
4 Zainal Aqib, Konseling Kesehatan Mental, (Bandung: CV Yrama Widya, 2013), hlm.
111

C. Pandangan Psikoanalisis Tentang Kepribadian Manusia
1. Topografi Kepribadian
Teori topografi merupakan teori psikoanalisis yang menjelaskan
tentang kepribadian manusia yang terdiri dari sub-subsistem. Bagi Freud
kepribadian itu berhubungan dengan alam kesadaran (awareness). Alam
kesadaran terbagi dalam tiga tingkatan, yaitu:
a.

Alam sadar (conscious/Cs), bagian yang berfungsi mengingat,
menyadari dan merasakan sesuatu secara sadar atau nyata.

b.

Alam


prasadar

(preconscious/Pcs),

bagian

kesadaran

yang

menyimpan ide, ingatan, dan perasaan dan berfungsi mengantarkan
ide, ingatan, dan perasaan tersebut ke alam sadar jika individu
berusaha mengingatnya kembali.
c.

Alam bawah sadar (unconscious/Ucs), bagian dari dunia kesadaran
yang paling menentukan terbentuknya kepribadian individu. Alam
bawah sadar menyimpan semua ingatan atas peristiwa-peristiwa
tertentu yang telah direpresi individu. Alam bawah sadar juga
menyimpan ingatan tentang keinginan yang tidak tercapai oleh

individu5.

2. Struktur Kepribadian
Freud beranggapan bahwa kepribadian manusia tersusun secara
struktural. Dalam dunia kesadaran (awareness) individu terdapat pula
subsistem struktur kepribadian yang berinteraksi secara dinamis, antara
lain:
a.

Id, merupakan subsistem kepribadian yang asli, yang dimiliki
individu sejak lahir. Id bersifat primitif dan bekerja pada prinsip
kesenangan. Id berperan sebagai sumber libido atau tenaga hidup
dan energi serta merupakan sumber dari dorongan dan keinginan
dasar untuk hidup dan mati.

b.

Ego, berbeda dengan id yang bekerja hanya untuk memuaskan
kebutuhan naluriah, ego bertindak sebaliknya. Ego berperan


5 Namora Lumongga Lubis, Memahami Dasar-Dasar, hlm. 146

menghadapi realitas hidup dan berasal dari kebudayaan dan normanorma yang berlaku di masyarakat. Prinsip kerjanya selalu
bertentangan dengan id.
c.

Superego, terbentuk dari nilai-nilai yang terdapat dalam keluarga dan
masyarakat yang dipelajari di sepanjang tahun-tahun pertama hidup
manusia. Superego bekerja berdasarkan prinsip moral yang
orientasinya

bukan

kesenangan

tetapi

pada

kesempurnaan


kepribadian6.
3. Perkembangan Kepribadian
Secara genetis perkembangan kepribadian berkembang melalui
beberapa tahap, yaitu tahap oral, anal, falik, laten dan genital. Freud
mengemukakan bahwa tahapan perkembangan ini sangat penting
terutama bagi pembentukan kepribadian di kemudian hari.
a.

Fase oral, terjadi sejak lahir hingga akhir tahun pertama. Pada fase
ini anak berkembang berdasarkan pengalaman kenikmatan erotik
pada daerah mulut. Anak yang tidak mendapat kasih sayang dari ibu
dan kepuasan dalam makan serta minum akan menghambat
perkembangan kepribadiannya.

b. Fase anal, terjadi mulai usia dua sampai akhir tahun ketiga.
Perkembangan anak pada fase ini berpusat pada kenikmatan pada
daerah anus. Selama fase ini, peran latihan buang air (toilet training)
sangat penting untuk belajar disiplin dan moral.
c.


Fase falik, berkembang mulai usia empat hingga lima tahun. Pusat
kenikmatan berpusat pada alat kelamin. Istilah yang kerap muncul
pada fase ini adalah Oedipus complex (ketertarikan seksual pada
sosok ibu) pada anak laki-laki dan electra complex (ketertarikan
seksual pada sosok ayah) pada anak perempuan.

d. Fase laten, juga disebut tahap pregenital. Periode ini terjadi antara
lima atau enam tahun hingga pubertas. Pada fase ini anak hanya

6 Ibid, hlm.142

sedikit berminat pada seksualitas karena disebabkan kesibukan
belajar, aktifitas dengan teman sebaya dan keterampilan fisik.
e.

Fase genital, terjadi pada masa pubertas (diatas 12 tahun). Perilaku
umum yang tampak pada fase ini adalah kecenderungan tertarik pada
lawan jenis, bersosialisasi dan berkelompok serta menjalin hubungan
kerja. Semua tingkah laku yang dilakukan kerap kali pada proses

menciptakan hubungan dengan orang lain7.

4. Dinamika Kepribadian
Freud

sangat

terpengaruh

oleh

filsafat

determinisme

dan

positivisme abad ke–19 dan menganggap organisme manusia sebagai
suatu energi yang kompleks. Energi yang di peroleh dari makanan (energi
fisik). Berdasarkan hukum penyimpangan (conservation of energi) energi
tidak dapat hilang, tetapi dapat berpindah-pindah dari satu tempat ke
tempat yang lain. Energi fisik dapat berubah menjadi energi psikis.
Jembatan antar energi tubuh dengan kepribadian ialah id beserta insting –
instingnya.
a.

Insting, menjadi sumber energi psikis dalam mengarahkan
tindakannya

memenuhi

keinginan

dan

kebutuhannya.

Freud

mengelompokkan insting atas dua jenis yakni insting hidup dan
insting mati. Bentuk energi dimana insting-insting hidup beroperasi
disebut libido. Yang paling utama insting libido ialah insting seksual.
Insting-insting hidup yang lainnya adalah lapar dan haus.
b.

Kecemasan, yaitu perasaan kekhawatiran karena keinginan dan
tuntunan internal tidak terpenuhi dengan sebaiknya. Freud
mengemukakan ada tiga bentuk kecemasan, antara lain :
1) Kecemasan realitas (reality anxity), takut akan bahaya yang
datang dari luar. Kecemasan ini bersumber dari ego.
2) Kecemasan neurosis (neurotic anxity), khawatir tidak mampu
mengatasi atau menekan keinginan-keinginan primitifnya.
Kecemasan ini bersumber dari id.

7 Latipun, Psikologi Konseling, hlm. 52-53

3) Kecemasan moral (moral anxity), kecemasan akibat dari rasa
bersalah dan ketakutan dihukum oleh nilai-nilai dalam hati
nuraninya. Kecemasan ini bersumber dari super ego8.
c. Mekanisme Pertahanan Ego
Cara individu menghindari kecemasan biasanya dilakukan dengan
mekanisme pertahanan ego (ego defense mechanism). Di antara
contoh bentuk mekanisme pertahanan ego antara lain :
1) Represi, melupakan isi kesadaran yang traumatis. Contoh :
seorang korban tsunami di Aceh berusaha melupakan peristiwa
tersebut.
2) Proyeksi, mengalamatkan pikiran, perasaan, motif yang tidak
diterimanya kepada orang lain. Contoh : seseorang mengatakan
bahwa kegagalannya dalam ujian karena teman sebangkunya
yang berisik.
3) Introyeksi, menanamkan nilai-nilai dan standar yang dimiliki
orang lain ke dalam dirinya sendiri. Contoh : seorang anak
senang berkelahi karena selalu melihat kedua orang tuanya
berkelahi.
4) Regresi, tindakan melangkah mundur secara tidak sadar ke fase
perkembangan

yang

terdahulu

dimana

tuntutan

tugas

perkembangannya tidak terlalu besar. Contoh : anak berusia 10
tahun yang kembali minta digendong ketika adiknya lahir9.
D. Teknik Konseling Psikoanalisis
Teknik spesifik yang digunakan Freud dalam psikoterapi adalah asosiasi
bebas, interpretasi mimpi, analisis transference, dan analisis resistensi10.
1. Asosiasi Bebas
Asosiasi bebas maksudnya teknik yang memberikan kebebasan
kepada klien untuk mengemukakan segenap perasaan dan pikirannya
yang terlintas pada benak klien, baik yang menyenangkan maupun tidak.
8 Sofyan S.Willis, Konseling Keluaga, hlm. 95-96
9 Namora Lumongga Lubis, Memahami Dasar-Dasar, hlm. 147
10 Latipun, Psikologi konseling,hlm. 60-61

Asosiasi ini untuk memudahkan konselor terhadap dinamika psikologis
yang terjadi padanya, sehingga dapat membimbing klien menyadari
pengalaman-pengalaman ketidaksadarannya, dan membuat hubunganhubungan kecemasannya saat ini dengan pengalaman masa lampau.
2. Interpretasi Mimpi
Interpretasi mimpi merupakan teknik dimana klien mengemukakan
segenap mimpinya kepada terapis, karena fungsi mimpi adalah ekspresi
segenap kebutuhan, dorongan, keinginan yang tidak disadari akan
direpresi dan termanifes dalam mimpi. Interpretasi mimpi maksudnya
klien diajak konselor untuk menafsirkan mimpi-mimpi yang tersirat
dalam mimpi yang berhubungan dengan dorongan ketidaksadarannya.
3. Analisis Tranferensi
Transferensi merupakan bentuk pengalihan segenap pengalaman
masa lalunya dalam hubungannya orang-orang

berpengaruh kepada

terapis di saat konseling. Dalam transferensi ini akan muncul perasaan
benci, ketakutan, kecemasan dan sebagainya yang selama ini ditekan di
ungkapkan kembali, dengan sasaran konselor sebagai objeknya. Dalam
konteks ini konselor melakukan analisis pengalaman klien dimasa
kecilnya,

terutama

hal-hal

yang

menghambat

perkembangan

kepribadiannya. Dengan analisis transferensi diharapkan klien dapat
mengatasi problem yang dihadapi hingga saat ini.
4. Analisis Resistensi
Resistensi merupakan sikap dan tindakan klien untuk menolak
berlangsungnya terapi atau mengungkpkan hal-hal yang menimbulkan
kecemasan. Perilaku ini dilakukan sebagai bentuk pertahanan diri. Dalam
konseling, konselor membantu klien mengenali alasan-alasan klien
melakukan resisitensi sebaiknya dimulai dari hal-hal yang sangat tampak
untuk menghindari penolakan atas interpretasi konselor.
Teknik-teknik spesifik ini tidak biasa dilakukan dalam hubungan
konseling, tetapi lebih banyak digunakan dalam psikoterapi dalm membantu
pasien yang mengalami psikopatologis.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Psikoanalisis merupakan suatu metode penyembuhan yang bersifat
psikologis dengan cara-cara fisik. Psikoanalisis merupakan suatu
pandangan baru tentang manusia, dimana ketidak sadaran memainkan
peran sentral. Psikoanalisis ditemukan dalam usaha untuk menyembuhkan
pasien-pasien histeria. Baru kemudian menarik kesimpulan-kesimpulan
teoritis dari penemuannya di bidang praktis. Dari hasil penelitian yang
dilakukannya kemudian lahir asumsi-asumsi tentang perilaku manusia.
2. Prinsip dan Tujuan Konseling Psikoanalisis
a. Di dalam gerakannya, psikoanalisis mempunyai beberapa prinsip
yaitu: prinsip konstansi, prinsip kesenangan dan prinsip realitas.
b. Konseling psikoanalisis bertujuan Menolong individu mendapatkan
pengertian yang terus menerus tentang mekanisme penyesuaian
dirinya dan membentuk kembali struktur kepribadian konseli dengan
jalan mengembalikan hal-hal yang tidak disadari menjadi sadar
kembali.
3. Pandangan Psikoanalisis Tentang Kepribadian Manusia.
a. Topografi Kepribadian: Alam sadar (conscious/Cs), alam prasadar
(preconscious/Pcs), dan alam bawah sadar (unconscious/Ucs).
b. Struktur Kepribadian: Id, Ego, dan Superego
c. Perkembangan Kepribadian: Fase oral, Fase anal, Fase falik, Fase
laten, dan Fase genital.
d. Dinamika

Kepribadian:

Insting,

kecemasan,

dan

mekanisme

pertahanan ego.
5. Teknik konseling psikoanalisis: asosiasi bebas, interpretasi mimpi,
analisis tranferensi, dan analisis resistensi.
B. Contoh Konseling Psikoanalisis
“Siska 17 tahun, kelas XII merupakan anak bungsu dari 3 bersaudara.
Ayahnya adalah seorang nahkoda kapal pesiar ternama di Riau, sedangkan

ibunya sudah lama meninggal saat berprofesi menjadi pramugari dan
pesawatnya kecelakaan meledak di udara, saat itu usia Siska 3,5 tahun. Siska
dirumah hanya tinggal dengan pembantu dan tukang kebun, karena
saudaranya sudah berkeluarga dan sekarang memiliki rumah sendiri. Kejadian
masa lalu membuat Siska sering bertingkah aneh, Siska tidak pernah mau jika
satu kelompok belajar dengan laki-laki. Dan setiap melihat laki-laki dirinya
merasakan ingin melemparkan sesuatu ke wajah laki-laki tersebut. dan yang
membuatnya khawatir adalah pada usia 17 tahun dirinya sama sekali belum
tertarik atau simpatik kepada laki-laki”.
Proses konseling :
Tujuan dari konseling psikoanalisis adalah menggali ketaksadaran dan
bekerja ke arah pengubahan kepribadian secara radikal. Konselor memulai
konseling dengan terapeutik berawal dari pembicaraan klien kepada katarsis.
Asosiasi bebas dengan pemanggilan kembali pengalaman masa lampau.
Konseli menceritakan kepada konselor sesuatu yang selama ini belum pernah
diceritakan, yakni kebenciannya pada setiap laki-laki. Pembicaraan awal ini
dinilai sudah cukup baik bagi langkah selanjutnya, karena klien sudah
melepaskan represi yang selama ini dipendam. Disini konselor membangun
hubungan kerja dengan klien, dan banyak mendengar dan menafsirkan.
Konselor perlu mengorganisasikan proses terapeutik dalam konteks
pemahaman terhadap struktur kepribadian.
Konselor mencoba menyoroti kurangnya perhatian dari bapaknya
dengan analisis dan penafsiran transferensi yang mendorong klien untuk
mengalamatkan pada analisis “urusan yang tak selesai” yakni klien tidak
mendapatkan kasih sayang seorang ayah kepada anaknya yang pada waktu itu
klien berusia 3,5 tahun sudah harus ditinggalkan orang tuanya, ayahnya pergi
kerja sebagai nahkoda yang berlayar selama berbulan-bulan, sedangkan
ibunya meninggal karena kecelakaan pada usia klien masih balita. Kurangnya
pemberian kasih sayang seorang ayah kepada anaknya, dan perhatian sangat
berpengaruh terhadap tumbuh kembang emosional anak. Analisis transferensi
dapat memungkinkan klien mampu menembus konflik-konflik masa lampau

yang tetap dipertahankannya sehingga sekarang menghambat pertumbuhan
emosionalnya. Maka posisi konselor disini menjadi pengganti bapak dari
klien yang berpengaruh dalam kehidupan klien. Setelah proses terapeutik ini,
klien akan mengalami kenyamanan dan merasakan kasih sayang dari orang
tua (bapak) yang selama ini jarang dia dapatkan, dan diharapkan klien

DAFTAR PUSTAKA
Aqib. Zainal, Konseling Kesehatan Mental, (Bandung: CV Yrama Widya, 2013)
Latipun, Psikologi Konseling, (Malang: UMM Press, 201
1)
Lumongga Lubis. Namora, Memahami Dasar-Dasar Konseling, (Jakarta:
Kencana, 2011)
S.Willis. Sofyan, Konseling Keluaga, (Bandung: Alfabeta, 2011)