Karakteristik Perkembangan Emosi Anak Us

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Perkembangan emosional terkaity dengan kemampuan anak dalam
mengendalikan

emosi

dan

dirinya.

setiap

anak

selalu

punya

obsesi,marah,kecewa,sedih sebagai efek atas pengetahuan yang

diperolehnya. Namun dalam mengatasi setiap gejolak rasa ini setiap
anak berbeda-beda. Anak yang memiliki perkembangan emosi bagus
akan

memilioki

kecenderungan

bisa

mengatur

segala

bentuk

perasaannya dengan baik.
Pada masa anak ini keadaan emosi berkecenderungan ekspresispontan. Ekspresi-sdpontan ini berarti anak selalu ingin mengungkan
segala


keadaan

perasaannya

saat

itu

juga,

dengan

tidak

memperhatikan hal-hal yang ada disekitarnya serta resikop bagui
dirinya sendiri. hal ini terjadi kjerena pengetahuan anak belum
kompleks tentang akibat-akibat sebuah tindakan. Tugas kita yang
kemudian memberikan pemahaman pada anak tentang suatu akibat
bila emosi tidak dikendalikan.
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep perkembangan dan kecerdasan emosi anak ?
2. Apa saja karakteristik perkembangan dan kecerdasan emosi anak ?
3. Bagaimana Urgensitas mempelajari perkembangan dan kecerdasan emosi anak ?

1|Pengembangan Agama & Moral AUD

BAB 2
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kecerdasaan Emosi
Dalam perkembangan individu, ada dua istilah yang sering
muncui, pertam adalah istilah “perkembangan” (Development) dan
kedua adalah istilah “pertumbuhan” (greowth). Pertumbuhan (growth)
cenderung bersifat kuantitatif dan berkaitan dengan aspek fisik.
Sedangkan

perkembang

cenderung

bersifat


kualitatif,

berkaitan

dengan fungsi organ individu.
Dalam perkembangan, ada dua proses perkembangan yang
saling

bertentantangan

yang

terjadi

secara

serempak

selama


kehidupan yaitu pertumbuhan atau evolusi dan kemunduran atau
involusi, dalam tahun-tahun pertama pertumbuhan berperan, sekalipun
perubahan-perubahan yang bersifat kemunduran juga terjadi pada fase
janin, pada bagian kehidupan selanjutnya kemunduran yang berperan
sekalipun pertumbuhan tidak berhenti, rambut tumbuh terus, sel-sel
terus menerus berganti pada usioa lanjut, bebrapa bagian tubuh dan
alam pikiran lebih banyak berubah dari apa yang lain1.
Perspektif sepanjang rentang kehidupan manusia menjelaskan
adanya tujuh karakteristik dasar yang harus dipahami untuk mkelihat
perkembangan manusia, yaitu:
1. Perkembangan adalaj sumur hidup; perkembangan yang
menyangkut berbagai macam perubahan dari hasil interaksi
faktor-faktor

perkembangan

akan

berlangsung


berkesinambungan sepanjang siklus kehidupan.
2. Perkembangan
bersifat
multidimensional;

secara

perkembang

meliputi berbagai ranah perkembangan mellip[uti berbagai
macam ranah perkembangan seperti fisik, intelektual, yang
menyangkut kognitif, bahasa, emosi , sosial dan moral.
1 Siti Partini Suardiman, Psikologi perkembang, (Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta, 2006)
hlm 1

2|Pengembangan Agama & Moral AUD

3. Pekembangan


adala

multi

direkisional:

ranah-ranah

perkembang mengalami perubahan dengan arah tertentu
misal: pada massa bayio perkembangan yang tumbuhg
pertama

adalah

pertumbuhannya

ranah
tidak

fisik,


sama

yang

dengan

kecepatan
ranah

yang

arah
lain,

sementara pada masa awal kanak-kanak perkembangan
emopsi

dan


sosial

berkembang

lebih

cepat

dibanding

perkembangan aspek yang lain.
4. Perkembang bersifat lentur (plastis); bahwa perkembangan
berbagai macam ranah dapat si stimulasi untuk berkembang
secara maksimal, contoh : kelentuiran berfikir anak-anak
dapat diasah sejak dini dengan memberikan latihan-latihan
pada anak untuk terbiasa memecahkan masal;ah dengan baik
dengan berbagai macam cara dari hasil eksplorasinya.
5. Perkembangan selalu melekat dengan sejarahg\; nahwa
perkembangan individu tidak dapat lepas dengan keadaan
sekitarnya.

6. Perkembangan bersifat multidisiliner: perkembangan manusia
dipelajari oleh para ahli dari berbagai bidang dengan ilmu
diantaranya ilmu psikolgi, sosiologi, antropologi, kedokteran,
kesehatan mental.
7. Perkembangan bersifat kontekstual.2
Menurut Syeikh Khalid bin Abdurrahman dalam bukunya Tarbiyah alabna wa al-Banat fi Dhau’ al Quran wa As-sunah. Emosi merupakan unsur
psikologis yang muncul dan menjadi penopang terhadap eksistensi
manusia, baik yang bersikap secara positif maupun negatif, yamh
dihadapkan pada sesuatu yang bersifat materi maupun maknawi. Antara
satu orang dengan orang lain memiliki tingkat emosional yang berbedabeda; dalam hal kuantiotas, frekuensi, dan tingkat kekuatan serta
kelemahannya.
Sesungguhnya, emosi itu pentingh bagio kehidupan manusia. Seba,
hal itu dapat memberikan motivasi kepada seseorang untuk melakukkan
sesuatu yang menarik baginya dan meninggalkan sesuatu yang tidak di
2 Siti Partini Suardimanm, Perkembangan peserta Didik, hlm 4-5

3|Pengembangan Agama & Moral AUD

sukainya, dengan syarat, emosi emosi tersebut tetap berada di bawah
kendali akal rasionalnya. Jika tidak, sesorang akan terjerumus pada emiosi

yang tidak rasional. Dan emosi yang tidak rasional akan menggiring
seorang tersebut pada kerusakan dan menjadikan hidupnya penuh
dengan kesengsaraan.3
Menurut Golemen kecerdasaan emosi merujuk pada suatu perasaan atau pikiranpikira khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis serta serangkaian kecenderungan untuk
bertindak .
Syamsuddin mengemukakan bahwa kecerdasaan emosi merupakan suatu suasana
yang komples dan getaran jiwa yang menyertai atau muncul sebelum atau sesudah terjadinya
sesuatu perilaku. Berdasarkan definisi tersebut kita dapat memahami bahwa kecerdasan
emosi merupakan suatu keadaan yang kompleks, dapat berupa perasaan ataupun getaran jiwa
yang ditandai oleh perubahan biologis yang muncul menyertai terjadinya suatu perilaku.
B. Karakteristik Perkembangan Kecerdasaan Emosi Anak Usia Dini
Emosi pada awal kanak-kanak sangat kuat. Pada fase ini merupakan saat
ketidakseimbangan, dimana anak mudah terbawa ledakan-ledakan emosional sehingga sulit
dibimbing dan diarahkan. Menurut Harluck perkembangan emosi ini mencolok pada anak
usia 2,5 – 3,5 tahun dan 5,5 – 6,5 tahun.
Seperti telah diurakan sebelumnya bahwa perkembangan emosi dipengaruhi oleh
kematengan dan belajar. Maka, hal ini dapat menyebabkan adanya perbedaan antara reaksi
emosi anak dan orang dewasa. Adapun karakteristik reaksi emosi anak adalah berikut ini.
1. Reaksi Emosi Anak Sangat Kuat
Anak akan memperlihatkan reaksi emosi yang sama kuatnya dalam menghadapi
setiap peristiwa, baik yang sederhana sifatnya maupun yang berat. Bagi anak semua
peristiwa adalah menarik dan menakjubkan. Tidak ada peristiwa yang dianggap
sderhana oleh anak. Semua peristiwa memiliki nilai yang sangat berarti. Dalam hal
kekuatan, makin bertambahnya usia anak, dan semakin bertambah matangnya emosi
anak maka anak akan semakin terampil dalam memilah dan memilih kadar
keterlibatan emosionalnya.
3 Khalid bin Abdurrahman, Kitab Fiqh Mendidik Anak Terj. (Yogyakarta: DivaPress, 2012). Hlm 308309

4|Pengembangan Agama & Moral AUD

2. Reaksi Emosi Sering Kali Muncul pada Setiap Peristiwa dengan Cara yang
Diinginkan
Kita sering melihat anak tiba-tiba menangis atau merajuk dengan sebab yang
tidak jelas. Anak melakukan hal tersebut, dikarenakan ia memang menginginkannya,
sekalipun tidak ada pecetusnya, misalnya anak tiba-tiba menangis karena merasa
bosan. Untuk anak yang lebih muda usianya, hal ini masih bisa di toleransi. Namun,
bagi anak usia 4 atau 5 tahun, hal ini tidak dapat diterima oleh lingkungannya.
Semakin emosi anak berkembang menuju kematanganya, mereka akan belajar
mengontrol diri dan memperlihtkan reaksi emosi dengan cara yang dapat diterima
lingkungan.
3. Reaksi Emosi Anak Mudah Berubah dari Satu Kondisi ke Kondisi Lainnya
Bagi seorang anak sangat mungkin saat ia menangis dengan keras ia dapat
langsung berhenti menangis ketika ibunya mengalihkan perhatiannya pada bendabenda yang dikuasainya, dan melupakan kejadian yang baru saja membuatnya marah
dan kecewa. Reaksi emosi anak mudah teralihkan dan mudah berganti dari satu
kondisi yang lain.
4. Reaksi Emosi Bersifat Individual
Reaksi emosi bersifat individual, artinya sekalipun peristiwa pencetus emosi adalah
sama, namun reaksi setiap orang akan berbeda dalam menyikapinya. Hal ini
disebabkan oleh adanya pengalaman yang diperoleh dari lingkungan setiap individu
berada sehingga menyebabkan reaksi emosi yang diperlihatkan pun dapat berbedabeda pula. Cntohnya, dalam satu peristiwa sangat mungkin terjadi dua orang anak
kehilangan mainan kesayanganya, satu anak menyikapinya dengan marah dan
menangi keras, merajuk dan sulit dibujuk dengan apa pun. Sementara anak yang lain
hanya menunjukkan ekspresi wajah yang sdih, setelah itu ia dapat bermain kembali.
5. Keadaan Emosi Anak dapat Dikenali Melalui Gajala Tingkah Laku yang Ditampilkan
Pada dasarnya semua anak lebih mudah mengekspresikan emosinya melalui sikap
dan perilaku, dibandingkan mengungkapkannya secara verbal. Hal ini juga tampak
pada anak yang mengalami hambatan dalam mengekspresikan kehidupan emosinya
secara terbuka. Mereka biasanya sering memperlihatkan gejala tingkah laku, antara
lain melamun, tingkah laku gelisah, seperti menghisap jari, menggigit kuku, kesulitan
bicara (stuttering). Jika kita menemukan gejala tersebut, dapat kita pahami bahwa
anak sedang mengalami masalah emosional.
a. Bentuk Reaksi Kecerdasaan Emosi Pada Anak
Pada umumnya, bentuk reaksi emosi yang dimiliki anak sama dengan orang
dewasa. Perbedaannya hanya terletak pada penyebab tercetusnya reaksi emosi dan
cara mengekspresikan. Bentuk reaksi emosi yang umum pada anak usia lahir
5|Pengembangan Agama & Moral AUD

hingga 2 bulan, yaitu anak yang mengenal rasa senang (apabila kenyang, hangat,
diayun) dan rasa tidak senang (apabila sakit, dingin, lapar, basah) yang
ditampilkan dalam reaksi reaksi menanggis.
Adapun beberapa bentuk emosi secara umum terjadi pada awal masa kanakkanak sebagaimana yang dikemukakan Hurlock adalah berikut ini.
1. Amarah
Marah sering kali muncul sebagai reaksi terhadap frustasi, sakit hati,
dan merasa terancam. Pada umumnya, frustasi atau keinginan yang tidak
terpenuhi merupakan hal yang paling sering menimbulkan kemarahan pada
tiap tingkat usia. Dibandingkan rasa takut, rasa marah lebih sering muncul
pada kanak-kanak. Hal ini disebabkan rangsangan-rangsangan untuk marah
lebih sering dialami anak ketimbang rangsangan yang menimbulkan rasa
takut. Selain itu, dalam tahun-tahun pertama, anak sering belajar dari
pengalaman bahwa dengan marah keinginannya akan terpenuhi.
Secara umum hal-hal yang menimbulkan rasa marah, apabila anak
tehambat melalukan sesuatu. Hambatan bisa berasal dari dirinya sendiri,
misalnya ketidakmampuan anak melakukan sesuatu. Hambatan itu dapat pula
berasal dari orang lain, misalnya larangan, berbagai macam batasan terhadap
gerak yang diinginkan atau direncakan anak, serta kejengkelan yang
menumpuk.
Bayi-bayi biasanya marah karena secara fisik ia merasa tidak nyaman,
dihambat untuk bergerak, dimandikan atau dipakaikan baju. Kadang-kadang
ketidakmampuan anak untuk menyatakan sesuatu secara verbal pada saat awal
anak belajar bicara dan kurang mendapat perhatian juga bisa membuat ia
marah. Penyebab marah pada anak prasekolah umumnya tidak jauh berbeda
dengan penyebab marah pada bayi. Selain itu, anak prasekolah akan bereraksi
marah bila benda-benda atau mainan milinya dipegang atau diambil anak lain.
Apabila ini terjadi biasanya mereka akan berusaha sekuat tenaga untuk merbut
kembali benda miliknya.
Menurut Hurlock reaksi marah umumnya bisa dibedakan menjadi 2
kategori besar, yaitu berikut ini.
a) Marah yng impulsif biasanya disebut juga agresi. Marah jenis ini
ditunjukan langsung pada orang lai, binatang atau objek, bisa dalam
bentuk reaksi fisik, bisa pula verbal, bisa ringan, bisa berat atau intens.
b) Marah yang terhambat adalah marah yang tidak dicetuskan karena
dikendalikan atau di tahan.
2. Takut
6|Pengembangan Agama & Moral AUD

Reaksi takut pada bayi dan anak-anak berupa rasa tak berdaya. Hal ini tampak
pada ekspresi wajah yang khas, tangisan yang merupakan permintaan tolong,
menyembunyikan wajah dan sejauh mungkin menghindari objek atau orang yang
ditakuti atau bersembunyi di belakang orang dewasa atau kursi. Semakin
meningkatnya usia, reaksi rasa takut berubah karena adanya tekanan sosial. Reaksi
menangis tidak ada lagi walau ekspresi wajah yang khas masih tetap ada, dan
biasanya mereka menghindar dari objek yang ditakuti.
Setiap periode mempunyai ciri ekspresi rasa takut yang berbeda-beda. Reaksi
takut sering diperlihatkan dengan gejala fisik, yaitu mata membelalak, menangis
sembunyi, memegang orang, atau diam tak bergerak.
Jeffrey Gray mengemukakan beberapa bentuk penyebab rasa takut pada anak
dapat diakibatkan oleh adanya rangsangan berupa suara keras, pengalaman
menghadapi tempat atau orang asing, tempat tinggi, kamar gelap, berada seorang
diri, rasa sakit atau karena interaksi sosial, terancam atau marah dengan orang lain.
Pada periode awal anak, rasa tkut timbul disaat dirinya merasa terancam oleh
benda-benda yang ditemuinya (misalnya pisau dan mobil). Stranger anxiety di sini
anak belum mengenal / mampu memahami bahwa bukan dirnya yang terancam
oleh benda tersebut. Reaksi yang di tampilkan adalah anak melakukan gerakan
motorik, misalnya berlari, bersembunyi, memegang orang yang dikenalnya.
Pada periode akhir anak-anak, rasa takut timbul akibat fantasi yang dibentuk
oleh anak

itu sendiri yang menyebabkan harga dirinya terancam oleh

lingkungannya (misal takut gagal, berbeda dengan orang lain, status, dan lain
sebagainya). Keadaan ini disebabkan anak telah mengalami perkembangan
kemampuan berpikir sehingga mampu membentuk fantasi dan menilai dirinya
sendiri. Reaksi yang ditampilkan dapat secara langsung, misalnya berlari,
sembunyi, menangis, ataupun marah. Reaksi ini dapat pula secara tidak langsung
misalnya sakit perut, badan panas. Berkenaan dengan rasa takut ini Hurlock
mengemukakan adanya reaksi emosi yang berdekatan dengan reaksi takut, yaitu
Shyness atau rasa malu, embarrassement atau merasa kesulitan, khawatir, dan
anxiety atau cemas. Adapun penjelsan masing-masing bagian dapat kita ikuti
berikut ini.
a) Shyness atau malu adalah reaksi takut yang ditandai dengan “rasa segan”
berjumpa dengan orang yang dianggap asing.
b) Embarrassement (merasa sulit, tidak mampu atau malu melakukan sesuatu)
merupakan reaksi takut akan penilaian orang lain pada dirinya.

7|Pengembangan Agama & Moral AUD

c) Khawatir timbul disebabkan oleh rasa takut yang dibentuk oleh pikiran anak
sendiri, biasanya mengenai hal-hal khusus, misalnya takut dihukum orang tua,
takut sekolah, takut terlambat, takut teman sebaya, takut dimusuhi, takut tidak
populer.
d) Anxiety atau cemas, merupakan perasaan takut sesuatu yang tidak jelas dan
dirasakan oleh anak sendiri karena sifatnya subjektif.
3. Cemburu
Cemburu adalah reaksi normal terhadap hilangnya kasih sayang, baik
kehilangan secara nyata terjadi maupun yang hanya sekedar dugaan. Perasaan
cemburu muncul karena anak takut kehilangan atau merasa tersaingi dalam
memperoleh perhatian dan kasih sayang dari orang yang dicintainya. Cemburu
adalah bentuk lai dari marah yang menimbulkan rasa kesal atau benci terhadap
orang yang disayang maupun terhadap saingannya. Rasa cemburu biasanya
bercampur dengan marah dan takut. Dengan kemarahan dan rasa takutnya ini, anak
yang cemburu biasanya merasa tidak aman. Reaksi cemburu dapat langsung
ataupun ditekan. Reaksi perlawanan agresif, seperti menggingit, menendang,
memukul, mendorong, menninju, dan menyakar, sedangkan cemburu yang tidak
langsung bersifat lebih halus dari pada reaksi langsung sehingga lebih sukar untuk
dikenali. Menurut Hurlock reaksi ini meliputi pengunduran diri ke arah bentuk
perilaku yang infantile, seperti mengompol, menghisap jempol, makan-makan yang
aneh, kenakalan yang umum perilaku merusak, menunjukkan kasih sayang dan
masih banyak lagi.
Tiga penyebab utama yang menimbulkan kecemburuan pada masa kanakkanak, yaitu sebagai berikut.
a. Cemburu yang terjadi di masa kanak-kanak biasanya berasal dari kondisi
rumah.
b. Situasi sosial di sekolah jga bisa menjadi penyebab timbulnya rasa cemburu
pada anak.
c. Cemburu pada anak-anak juga bisa timbul karena anak merasa saudaranya atau
anak lain memiliki barang atau mainan yang lebih bagus dari miliknya.
4. Ingin Tahu
Rasa ingin tahu yang besar merupakan perilaku khas anak prasekolah. Bagi
mereka kehidupan ini sangat ajaib dan menarik untuk dieksplorasi. Rasa ingin tahu
melibatkan emosi kegembiraan dalam diri anak, terutama jika mereka dihadapkan
pada aktivitas atau benda-benda yang baru. Rasa ingin tahu ini sangat efektif dalam
membantu proses pembelajaran.
5. Iri Hati
8|Pengembangan Agama & Moral AUD

Iri hati muncul pada saat anak merasa ia tidak memperoleh perhatian yang
diharapkan sebagaimana yang diperoleh teman atau kakak adiknya. Perasaan iri
hati muncul lebih bersifat emosi negtif, ia timbul karena anak kurang memiliki rasa
aman dan kepercayaan terhadap dirinya sendiri.
6. Senang / Gembira
Gembira adalah emosi yang menyenangkan. Rasa senang atau gembira ini
adalah reaksi emosi yang ditimbulkan bila anak mendapatkan apa yang diinginkan,
kondisi yang sesuai dengan harapannya. Rasa gembira bisa berbentuk kepuasan
dalam hati, bisa pula lebih ekspresif, yaitu tersenyum, tertawa, sampai terbahakbahak. Pada anak balita kegembiraan biasanya terlihat saat ia bermain dengan
anak-anak seusianya, terutama saat ia bisa menunjukkan kemampuan yang
melebihi teman-temannya. Dengan bertambahnya usia, anak pun akan belajar
mengekspresikan kegembiraannya dalam cara-cara yang lebih diterima oleh
lingkungan. Anak akan tahu kapan dan di mana ia boleh tertawa dengan bebas atau
tahu bahwa menertawakan orang itu tidak baik.
7. Sedih
Sebagaimana yang telah dikemukankan pada pembahasan sebelumnya,
perasaan sedih merupakan emosi negatif yang kemunculannya didorong oleh
perasaan kehilangan atau ditinggalkan terutama oleh orang yang disayanginya.
Perasaan sedih juga muncul karena anak merasa kecewa atas kegagalan atau
ketidakberhasilan yang menimpanya.
8. Kasih sayang
Kasih sayang merupakan emosi positif yang sangat penting keberadaannya, ia
menjadi dasar berbagai macam perilaku emosi dan kepribadian yang sehat,
kekurangan kasih sayang pada awal masa kanak-kanak dapat berdampak buruk
terhadap pembentukan kepribadiannya di masa depan.4
b. Ciri-ciri Kecerdasan Emosional
Sampai sekarang belum ada alat ukur yang dapat digunakan untuk
mengukur kecerdasan emosi seseorang. Walaupun demikian, ada beberapa
ciri-ciri yang mengindikasi seseorang memiliki kecerdasan emosional.
Goleman menyatakan bahwa secara umum ciri-ciri seseorang memiliki
kecerdasan emosi adalah mampu memotivasi diri sendiri, bertahan
menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak melebihlebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stres

4 Ali Nugraha, dan Yeni Rahmawati. Metode Pengembangan Sosial Emosional. (Jakarta: Universitas
Terbuka, 2005). Hal: 2.2-2.9.
9|Pengembangan Agama & Moral AUD

tidak melumpuhkan kemampuan berfikir serta berempati dan berdoa. 5Lebih
lanjut Salovey dalam Goleman (1996) memerinci lagi aspek-aspek kecerdasan
emosi secara khusus sebagai berikut:6
1. Mengenali emosi diri, yaitu kesadaran diri—mengenali perasaan sewaktu
perasaan itu terjadi—merupakan dasar kecerdasan emosional. Kemampuan
untuk memantau perasaan dari waktu ke waktu merupakan hal penting
bagi wawasan psikologi dan pemahaman diri. Ketidakmampuan untuk
mencermati perasaan kita yang sesungguhnya membuat kita berada dalam
kekuasaan perasaan.
2. Mengelola emosi, yaitu menangani perasaan agar perasaan dapat
terungkap dengan pas adalah kecakapan yang bergantung pada kesadaran
diri. Kemampuan mengelola emosi meliputi kemampuan untuk menghibur
diri sendiri, melapaskan kecemasan, kemurungan, atau ketersinggungan.
Orang-orang yang buruk kemampuannya dalam keterampilan ini akan
terus-menerus bertarung melawan perasaan murung, sementara mereka
yang pintar dapat bangkit kembali dengan jauh lebih cepat dari
kemerosotan dan kejatuhan dalam kehidupan.
3. Memotivasi diri sendiri, yaitu menata emosi sebagai alat untuk mencapai
tujuan.7 Ini adalah hal yang sangat penting dalam kaitan untuk memberi
perhatian, untuk memotivasi diri sendiri dan menguasai diri sendiri, dan
untuk berkreasi. Kemampuan ini didasari oleh kemampuan mengendalikan
emosi, yaitu menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan
dorongan hati. Orang-orang yang memiliki keterampilan ini cenderung
jauh lebih produktif dan efektif dalam hal apapun yang mereka kerjakan.
4. Mengenali emosi orang lain (empati), yaitu kemampuan yang juga
begantung pada kesadaran diri emosional, merupakan “keterampilan
bergaul” dasar. Orang yang empatik lebih mampu menangkap sinyalsinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa yang
dibutuhkan atau dikehendaki orang lain.
5. Membina hubungan, yaitu keterampilan mengelola emosi orang lain. Ini
merupakan keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan, dan
keberhasilan antar pribadi. Orang-orang yang hebat dalam keterampilan ini
5 Daniel Goleman, Kecerdasan Emosional, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1996), 45
6 Daniel Goleman, Kecerdasan Emosional, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1996), 58 - 59

7 Desmita, PSIKOLOGI PERKEMBANGAN,(PT. Remaja Rosydakarya: 2013), h.169
10 | P e n g e m b a n g a n A g a m a & M o r a l A U D

akan sukses dalam bidang apapun yang mengandalkan pergaulan yang
mulus dengan orang lain.
c. Pengaruh Kecerdasaan Emosi Terhadap Kehidupan Anak Usia Dini
Menurut Hurlock, emosi sangat mempengaruhi penyesuaian pribadi
anak dalam lingkungan sosialnya, Antara lain:
1) Emosi akan membuat tubuh bersiap untuk melakukan suatu tindakan,
emosi yang snagat kuat dapat mempengaruhi keseimbangan dalam tubuh.
Misalnya rasa marah yang luar biasa, tubuh akan bersiap untuk melakukan
aktivitas yang biasa dilakukan ketika timbul rasa gelisah, tidak nyaman
atau amarah yang terpendam.
2) Keterampilan motorik juga dapat terganggu oleh ketegangan emosi.
Misalnya, karena merasa tegang seorang anak dapat terarah dan
mengganggu kemampuan motoriknya apabila berlangsung lama.
3) Perasaan dan pikiran dapat dinyatakan melalui emosi yang dirasakan, yang
akan menyebabkan perubahan ekspresi wajah, bahasa tubuh atau gesture
tubuh, intonasi suara dan sebagainya.
4) Kegiatan mental pun dapat terganggu oleh emosi, maka dari itu proses
berfikir, belajar, berkonsentrasi dan lainnya akan terpengaruh apabila
emosi tidak stabil.
5) Pengelolaan emosi oleh seorang anak akan mempengaruhi bagaimana
orang dewasa memperlakukan anak, dan hal ini akan mendasari bagaimana
cara anak menilai dirinya sendiri.
6) Peranan anak dalam masyarakat dan keluarga secara sosial sangat
dipengaruhi oleh perkembangan emosi mereka dan memperngaruhi
pandangan anak terhadap kehidupan.
7) Interaksi anak dengan lingkungannya juga dapat menjadi panduan cara
berperilaku bagi anak untuk menyesuaikan diri dengan norma sosial.
8) Anak perlu dibiasakn untuk mengulan perilaku positif, karena reaksi
emosional yang diulang akan menetap menjadi suatu kebiasaan yang akan
sulit diubah pada satu saat tertentu.
Emosi di definisikan sebagai perasaan yang kuat. Perasaan benci, takut,
marah, cinta, senang, dan kesedihan. Macam-macam perasaan tersebut adalah
gambaran dari emosi. Emosi merujuk pada suatu perasaan atau pikiran-pikiran
11 | P e n g e m b a n g a n A g a m a & M o r a l A U D

khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis serta serangkaian kecenderungan
untuk bertindak. Emosi merupakan suatu suasana yang kompleks dan getaran jiwa
yang menyertai atau muncul sebelum atau sesudah terjadinya suatu perilaku.8
Sasaran Pengembangan Emosi. Hal yang penting untuk diperhatikan dan
dibutuhkan anak dalam upaya pengembangan emosi yang sehat adalah sebagai
berikut: rasa saling memiliki, rasa cinta dan kasih sayang keputusan sendiri, rasa
aman, diberi kepercayaan pada dirinya, dipeelakukan sesuai dengan harapannya,
diterima apa adanya dan diberikan sesuatu dengan ketulusan. Sasaran
pengembangan sosial di TK adalah:
1) Keterampilan berkomunikasi
2) Keterampilan memiliki rasa humor
3) Menjalin persahabatan
4) Berperan serta dalam kelompok
5) Memiliki tata karma
6) Materi pembelajaran
Pengembangan sosial di TK meliputi cinta dan kasih sayang, empati, afiliasi,
identifikasi, disiplin, tolong menolong dan tanggung jawab. Beberapa metode yang
dapat membantu proses perkembangan emosi anak di Taman Kanak-kanak, di
antaranya berikut ini.
1) Bernyanyi dan bermain musik.
2) Bermain peran.
3) Hand puppet.
4) Bercerita.
5) Gerak dan lagu.
6) Relaksasi dan meditasi.
7) Permainan feeling band (band perasaan).
8) Demonstrasi.
9) Permainan personifikasi.9
C. Urgensi mempelajari perkembangan dan kecerdasan emosi pada Anak Usia Dini
Pentingnya kecerdasan emosional untuk masa depan anak. Kecerdasan emosional
memegang peranan penting dan menyukseskan dan membentuk anak yang berhasil.
8 Ali Nugraha, dan Yeni Rahmawati. Metode Pengembangan Sosial Emosional. (Jakarta: Universitas Terbuka,
2005). Hal: 1.2-1.4.
9https://www.google.co.id/amp/s/emirahayu.wordpress.com/2017/06/19/makalah-pengembangan-sosialemosional/amp/. Diakses tanggal: 24 Maret 2018, Jam: 20.00 WIB.

12 | P e n g e m b a n g a n A g a m a & M o r a l A U D

Kecerdasan emosional memiliki porsi yang sangat besar dari pada kecerdasan intelektual
anak. Kecerdasan intelektual atau yang bisa kita sebut dengan intelligence Quotient (IQ)
hanya memiliki porsi sekitar 20 persen untuk membantu mensukseskan anak. Selebihnya
atau sekitar 80 persen dipengaruhi oleh kecerdasan emosional atau EQ dan kecerdasan
lainnya. Alasan kenapa kecerdasan emosional menjadi penting dikarenakan kebanyakan
orang pasti akan menggunakan sisi emosionalnya dulu bila dibandingkan dengan sisi
logisnya.
Untuk mengetahui tingkat kecerdasan emosional anak maka kita bisa melihatnya
dari perilakunya. Kecerdasan emosional yang baik akan bisa kita lihat dari:
1. Kemampuan anak untuk mengidentifikasi dan menentukan perasaan dan kemauan
yang ada pada dirinya. Anak akan mengontrol rasa takut, rasa cemas, bahagia, susah
dan perasaan lainnya dan tidak serta merta anak mengungkapkan rasa yang bersifat
negatif dengan melakukan hal yang tidak terpuji.
2. Anak memiliki kecerdasan emosional yang baik akan bisa mengungkapkan perasaan
terutama kepada orang lain jika memang hal tersebut memang harus dilakukan. Anak
akan bisa menentukan kapan waktu yang pas, dan manfaat apa yang bisa didapatkab
ketika mengungkapkan perasaan tersebut, khususnya terhadap anak lain.
3. Anak akan bisa mengatur suasana hatinya dan tidak akan melukai perasaan orang lain.
4. Kemampuan anak dalam berbagi dan berempati kepada orang lain terutama kepada
orang yang membutuhkan. Anak akan bisa menentukab bentuk bantuan positif yang
bisa diberikannya sesuai dengan kemampuannya.
5. Anak siap menghadapi masalah yang mendera dalam dirinya dan anak mampu
mengatasinya dengan baik.
6. Anak memiliki rasa optimism dan anak mampu untuk memotivasi dirinya sendiri
manakala sedang down.
7. Anak memiliki jiwa kemandirian yang kuat.10

10http://googleweblight.com/i?u=http://www.al-maghribicendekia.com/2013/03/pentingnya-kecerdasanemosional-untuk.html?m%3D1&hl=en-ID. Diakses tanggal: 24 Maret 2018, Jam: 20.00 WIB.

13 | P e n g e m b a n g a n A g a m a & M o r a l A U D