Mencuri Perhatian kepada Allah Taala

‘Mencuri’ Perhatian Allah
Ta’ala
Kalo dengan sang inceran kita biasa nyari-nyari perhatian, bisa curi pandang
kalo kebetulan si dia ada di kelas, kenapa dengan Allah tidak bisa? Kalo dengan si dia
yang udah mencairkan dinding es yang selama ini kita bangun, kita bisa begitu getol
menjaga penampilan agar ia tetap merasa betah melihat kita, kenapa dengan Allah
tidak bisa? Ah, rasanya nggak adil deh kalo njomplang begitu.
Memang sih, Allah Mahatahu apa yang kita lakuin, nggak perlu mencuri
perhatianNya pun Allah tahu apa maksud kita. Ini sekadar ungkapan aja kalo kita pun
bisa membuat Allah bahagia dengan apa yang kita perbuat. Aktivitas mulia penuh
pahala dan taat syariatNya, udah cukup menarik perhatian Allah kepada kita untuk lebih
sayang dan cinta kepada kita.
Oya, mencintai Allah tuh jauh lebih besar manfaat dan pahalanya ketimbang
mencintai makhluk-makhlukNya. Karena apa? Karena Allah adalah Pemilik Cinta, dan
sekaligus Pemberi Cinta kepada kita-kita sebagai makhlukNya. Bahkan Allah sudah
memberikan sinyal kuat kepada kita dalam sebuah hadis Qudsy: “Kalau hambaKu
mendekat sejengkal, Kusambut ia sehasta. Kalau ia mendekat sehasta, Kusambut ia
sedepa. Kalau hambaKu datang padaKu berjalan, Kusambut ia dengan berlari…”
Duh, betapa begitu besar cinta Allah kepada kita, hambaNya. Tidakkah ini
membuat cinta kita lebih besar lagi kepada Allah Swt.? Hmm…rasanya kita perlu berlari
untuk mendekat kepadaNya. Subhanallah.

Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam, kalo mau jujur, ternyata
kita jarang banget mencuri perhatian Allah. Kalo benar kita cinta kepadaNya,
seharusnya memang kita sering mencuri perhatianNya agar Dia suka kepada kita.
Sebagaimana halnya kalo kita sering CPCP alias curi pandang cari perhatian dengan
orang yang kita incer abis-abisan. Harapannya, tentu ketika beradu pandang atau

ketika dia melihat penampilan dari pesona yang kita miliki bisa jatuh hati. Ya, ibarat
memasang ranjau deh. Ehm, ati-ati aja kena batunya.
Kalo dengan lawan jenis kita begitu merasa harus tampil sempurna supaya bisa
dilirik. Sampe-sampe berdandan abis-abisan. Memang sih, dengan mencuri perhatian
lawan jenis jika kita punya niat untuk menikah dengannya, bagus juga. Itu sebabnya
nggak dilarang kok untuk berdandan, begitu pula nggak ada salahnya kalo kita
memoles pesona yang kita miliki agar orang lain suka dengan kita.
Bahkan bila kita nggak ideal sekalipun dalam bentuk fisik, kita selalu memoles
pesona lain yang bisa dibanggakan kepada orang lain (kepandaian, sopan-santun,
kelembutan, kepedulian dan sejenisnya) supaya berhasil mencuri perhatian orang yang
kita sukai. Karena kita merasa yakin bahwa acapkali rasa suka itu berawal dari hal yang
sepela saja. Kemudian kita meyakin-yakinkan diri untuk nggak minder ketika kita nggak
punya pesona yang ideal kayak orang lain. Misalnya tetep pede meski wajah kita paspasan, tubuh kita semampai alias semeter pun nggak sampai (bilang aja pendek!),
kurus, item, dekil, penyakitan pula (komplikasi antara bisul dan kudisan), kepala gundul

karena emang nggak tumbuh rambut, ada sedikit jenggot (tapi sering ketuker
mengindentifikasi apakah itu jenggot atau malah akar gigi!), eh, miskin pula. Waduh,
kok merana banget (hiperbolis kayak di sinetron!). Lebay!
Kuatkan pesona kita
Sobat gaulislam, ngomongin soal pesona ini, suatu ketika saat Nabi sedang
duduk dengan salah seorang sahabatnya, ada seorang ganteng melintas di depan
mereka. Nabi bertanya kepada sahabatnya, “Bagaimana pendapatmu tentang orang
itu? “O Rasulullah! Dia termasuk golongan yang mulia. Orang seperti dia kalau
meminang siapa saja pasti diterima, kalau minta tolong pasti ditolong,” jawab sahabat.
Nabi diam saja. Tak lama kemudian, seorang hitam dan tidak ganteng melintas di
depan mereka. “Bagaimana kalau orang ini?’’ tanya Nabi. Sahabat cepat menjawab,
“Wah, kalau ini sih sudah kelihatan dari golongan miskin. Orang seperti dia kalau

meminang tidak akan ada yang mau menerimanya. Kalau minta bantuan, sulit akan
mendapatkan bantuan. Kalau ngomong tidak ada orang yang mau mendengar.’’
Mendengar komentar sahabatnya tadi, Nabi berkata, “Orang kedua ini lebih baik
dari seisi bumi, dibandingkan dengan orang yang pertama tadi.” Artinya, jangan tertipu
oleh penampilan fisik. Seperti kata pepatah: Beauty is not in the face, beauty is a light
in the heart(kecantikan bukan pada wajah, melainkan cahaya dari dalam hati).
Rasulullah


saw.

menegaskan,

“Allah

tidak

melihat

kepada

bentukmu

dan

penampilanmu, tapi Allah melihat kepada amal dan hatimu” (HR Muslim)
Dalam khutbah terakhirnya, Nabi mengulang pesan itu: ‘’Wahai sekalian
manusia, ingatlah bahwa Tuhan kamu satu dan bapak kamu satu. Tidak ada kelebihan

bagi orang Arab atas orang ‘Ajam (non-Arab) dan orang ‘Ajam atas orang Arab. Juga
tidak ada kelebihan bagi orang berkulit merah atas orang hitam dan bagi orang hitam
atas orang merah, kecuali karena takwa” (HR Ahmad dari Abu Nadlrah)
Itu sebabnya, Bilal budak hitam lebih layak masuk surga ketimbang Abu Jahal
dan Abu Lahab yang gagah tinggi besar. Demikian pula Amr Ibnul Jamuh yang kakinya
pincang, atau Abdullah bin Mas’ud yang kakinya kecil. Keduanya bagian dari sahabat
terbaik Nabi.
Jadi, poleslah pesona yang kita miliki untuk memunculkan rasa suka orang
kepada kita. Sebab, jangan sampe kekurangan dalam bentuk fisik kian menambah
parah keadaan karena kita nggak bisa menghadirkan pesona lain, yakni keimanan,
ilmu, dan ketakwaan. Jangan sampe kita melengkapi sendiri penderitaan kita dengan
kekurangan yang lain. Sudahlah jelek fisik, jelek pula tabiat dan kendor iman. Idih, sapa
yang mau milih? Masih mending sih kalo masuk nominator untuk dipilih mah, tapi
gimana kalo justru orang udah sebel duluan sama kita. Boro-boro milih, suka aja nggak.
Gawat kan?
Sobat gaulislam, yakin saja, bahwa rasa suka akan mengalahkan segala
hambatan yang bersifat fisik untuk bisa menarik perhatian orang lain (termasuk lawan

jenis untuk menyukai kita), asal kita adalah orang yang bertakwa. So, pertahankan dan
terus tingkatkan ketakwaan kita, insya Allah masih banyak calon pasangan hidup yang

masih melihat dengan “mata batinnya”. Insya Allah yang baik bakalan dipasangkan oleh
Allah Swt. dengan yang baik pula. Tugas kita sekarang adalah memoles apa yang kita
miliki (keimanan dan ketakwaan) untuk menciptakan rasa suka siapa saja kepada kita.
Kalo pun udah berusaha sekuat tenaga tapi tidak ada juga lawan jenis yang melirik kita
(karena mereka lebih melihat fisik kita ketimbang ketakwaan kepada Allah yang kita
miliki), yakin saja bahwa Allah pasti menyukai kita.
Tuh, untuk mencuri perhatian lawan jenis aja kita sampe bela-belain memoles
pesona kita berupa ketakwaan kepada Allah, agar lawan jenis (khususnya inceran kita)
bisa melihat kita dan syukur-syukur kalo tertarik kepada kita, mengapa kepada Allah
nggak melakukan hal yang sama (atau bila perlu lebih dari itu?).
Padahal, Allah telah memberikan segalanya kepada kita. Kalo lawan jenis hanya
memberikan senyuman, rasa nyaman, dan pesona yang menyenangkan hati kita, Allah
malah sudah memberikan segalanya kepada kita, termasuk menumbuhkan rasa cinta
dalam diri kita kepada lawan jenis kita. Catet!
Itu sebabnya, karena Allah telah begitu banyak memberi untuk kita, apa kita bisa tulus
mencintai Allah Swt.? Seharusnya bisa. Wong Ari Lasso aja untuk bukti cintanya
kepada

lawan


jenis

sampe

bersenandung

lirih

dalam

lagu Tulus seperti

ini: “Sesungguhnya semua cintaku tulus kupersembahkan untukmu. Hingga saat ajal
menjumputku. Tak pernah kuberharap darimu, tuk membalas semua cintaku. Biarlah
menghiasi mimpiku, tuk selamanya…” *Duilee.. sampe segitunya ya? Seharusnya
mencintai Allah Swt lebih tulus dari ini.
Bro en Sis, ‘penggila’ gaulislam, seharusnya kita yakin banget dengan Allah
Ta’ala, bahwa hanya Dia satu-satunya yang akan memberikan segalanya untuk kita. Itu
semua Dia lakukan karena cintaNya kepada kita sebagai makhlukNya. Itu sebabnya,
hari gini masih nggak cinta sama Allah dengan sepenuh hati, rasanya basi deh. Udah

kadaluarsa alias nggak jaman. Kita bisa berpikir lebih dalam lagi bahwa memang Allah

layak untuk kita cintai di atas kecintaan kita kepada makhluk-makhlukNya dan indahnya
pernak-pernik dunia yang berhasil dimodifikasi oleh makhlukNya.
Oya, pernah nggak kamu pdkt alias pendekatan sama seseorang yang mampu
melelehkan hatimu? Hmm… deg-degan juga kan? Khawatir pendekatan kita nggak
sempurna dan gagal mencuri perhatiannya. Segala daya dan upaya kita jajal, sambil
berharap ia berpaling kepada kita. Asyik juga ya?
Nah, bagaimana jika kita pdkt juga kepada Allah? Rasa-rasanya pasti lebih seru.
Bener lho, orang yang melakukan pdkt jelas karena ada yang diharapkan dari yang
sedang didekati. Kita bisa mencoba deketan sama inceran, karena kita udah kadung
jatuh hati karena pesonanya. Jadi, cinta juga memang memerlukan sebab, “kenapa
jatuh cinta?”.
Sebaliknya, kalo sebab yang membuat kita cinta itu lenyap, maka kita nggak
bakalan lagi jatuh cinta. Ibnu Qayyim menuliskan dalam kitab cinta yang sangat
populer, Raudhah al-Muhibbin wa Nuzhah al-Musytaqin, “Cinta akan lenyap dengan
lenyapnya sebab…”
Sobat gaulislam, pertanyaannya sekarang, “Apakah ada sebab untuk mencintai
Allah, sehingga kita perlu mencari perhatianNya?” Ehm, alasannya tentu ada dong
sayang. Wongkepada makhlukNya aja kita bisa jatuh hati dan cinta setengah mati

hanya karena melihat pesona yang dimiliknya. Entah gaya bicaranya, entah itu
wajahnya, bisa juga karena kepintarannya, termasuk perangainya, pun karena bentuk
fisik yang membuatmu jatuh cinta. Bener nggak seh?
Nah, harus diakui bahwa Allah punya banyak pesona yang itu layak kita kagumi
dan membuat kita lebih mencintaiNya (seperti yang udah saya paparkan di bagian awal
tulisan ini), dan punya alasan bagi kita untuk bisa mencuri perhatainNya. Alasan
sederhananya, karena Allah adalah pencipta semesta alam dan seluruh isinya,
termasuk kita. Hmm… sangat pantas tentunya kalo kita mencintaiNya.

Bukan apa-apa, kalo kita sering kagum dan jatuh cinta dengan seseorang yang
cerdas, maka Allah

lebih harus kita

kagumi

dan

cintai


karena

Dia

yang

menganugerahkan kecerdasan kepada orang yang kita anggap cerdas. Begitu pun kalo
kita mengagumi seseorang yang punya wajah yang menggetarkan nurani kita, maka
seharusnya kita berpikir lebih jauh, bahwa Allah layak lebih kita cintai karena Dia telah
menciptakan orang yang kita anggap punya wajah yang enak dipandang mata itu.
Bagaimana?
(sumber : http://www.gaulislam.com/mencuri-perhatian-allah-taala)