Perlunya Sikap Strategis dalam Menghadap

SKOLASTIKA L.K./071411231051/WEEK 13
Perlunya Sikap Strategis dalam Menghadapi Tantangan Global
Manusia sebagai makhluk sosial, tidak dapat hidup sendiri, melainkan membutuhkan bantuan
dari orang lain pula untuk memenuhi kebutuhan satu sama lain, begitu pula dengan negara.
Sebagian besar masyarakat dunia telah mengetahui bahwa saat ini tiap-tiap negara juga
berhubungan dengan negara-negara lain. Negara saling terhubung secara langsung maupun
tidak langsung dengan negara lain untuk memenuhi kebutuhan mereka masing-masing, entah
itu dilakukan dengan cara bekerjasama, atau bahkan dengan cara berperang satu sama lain.
Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan-kebutuhan masyarakat pun terus meningkat
sehingga mengakibatkan munculnya masalah-masalah atau fenomena-fenomena yang
semakin kompleks pula. Studi Hubungan Internasional serta para penstudinya hadir untuk
menjawab tantangan-tantangan atas fenomena-fenomena yang terjadi dalam lingkup
internasional. Hubungan internasional tidak hanya mempelajari tentang kebudayaan yang ada
dalam masyarakat internasional saja, namun para penstudi Hubungan Internasional juga
berusaha untuk menganalisis dan menyelesaikan persoalan-persoalan yang ada. Hal ini
dibuktikan dengan banyaknya perdebatan antara banyak perspektif dalam Hubungan
Internasional yang dari tahun ke tahun berusaha mengkaji fenomena dalam Hubungan
Internasional agar sejalan dengan perkembangan dunia saat ini (Weber, 2005).
Studi Hubungan Interasional pasti juga mempelajari tentang bagaimana kehidupan politik
masyarakat internasional. Berbicara mengenai politik, perubahan tatanan politik internasional
mulai terjadi saat adanya globalisasi. Globalisasi sendiri muncul sebagai akibat dari

berakhirnya Perang Dingin (Clark, 2001). Definisi dari globalisasi sendiri bersifat
multidefinisi. Multidefinisi disini dalam artian, pengertian globalisasi tidak bisa hanya berasal
dari satu sumber saja, tetapi definisi dari globalisasi tergantung dari masing-masing individu
yang memandangnya. Dalam studi Hubungan Internasional, terdapat empat hal utama yang
dipelajari yaitu, aktor-aktor dalam hubungan internasional, kepentingan atau interests,
kemudian interaksi, lalu identitas (Dugis, 2015). Para aktor dalam dunia internasional akan
melakukan interaksi satu dengan yang lain untuk menjalankan kepentingannya yang
kemudian akan membentuk suatu identitas. Identitas sangatlah penting karena identitas akan
membedakan satu dengan yang lain (Mubah, 2015).
Berbicara mengenai globalisasi, terdapat dua hal penting yang harus diperhatikan saat
memasuki perdebatan globalisasi. Hal yang pertama yaitu, terlebih dahulu penstudi harus

SKOLASTIKA L.K./071411231051/WEEK 13
memahami terminologi dari globalisasi. Kemudian hal yang kedua yang harus diperhatikan
yaitu, terdapat pergeseran ontologi antara state centric dengan non-state centric (Dugis,
2015). Komunitas-komunitas politik yang hadir menggambarkan adanya perbedaan pola pikir
antara masyarakat satu dengan yang lain (Linklater, 2001). Terdapat setidaknya tiga
perspektif era ini yang dianggap sebagai pendekatan yang cocok untuk membahas
permasalahan-permasalahan atau isu-isu yang terjadi di era globalisasi ini. Pendekatan yang
pertama


yaitu

dengan

menggunakan

pendekatan

kosmopolitanisme.

Pendekatan

kosmopolitanisme ini menganggap bahwa demokrasi nasional saja tidak cukup untuk
mejawab tantangan-tantangan yang datang dari adanya globalisasi (Dugis, 2015). Mereka
berpendapat bahwa selain adanya demokrasi nasional, diperlukan juga adanya suatu sistem
internasional terutama yang memberi kesempatan pula terhadap masing-masing individu.
Kemudian yang kedua yaitu, pendekatan komunitarianisme. Pada komunitarianisme ini,
berpendapat bahwa komunitas-komunitas yang ada, sebenarnya muncul dengan kepentingan
yang bukan hanya menyejahterakan seluruh anggotanya saja. Lalu perspektif yang ketiga

yaitu, posmodernisme. Posmodernis menganggap bahwa komunitas-komunitas yang muncul
dalam dunia internasional memiliki kemungkinan untuk membahayakan tatanan kehidupan
masyarakat. Posmodernis menganggap bahwa masing-masing komunitas yang ada memiliki
kemungkinan untuk memengaruhi sebagian besar aspek kehidupan masyarakat (Linklater,
2001). Namun, ketiga perspektif ini kemudian dianggap kurang memberikan kontribusi untuk
mengkaji permasalahan-permasalahan yang ada di era globalisasi.
Teori-teori yang ada harus terus-menerus dikembangkan untuk mengkaji fenomena-fenomena
dunia yang terjadi baik dalam lingkup nasional maupun internasional. Hal ini dikarenakan
seiring perkembangan zaman, permasalahan-permasalahan maupun fenomena-fenomena
yang terjadi juga ikut berkembang dan tidak bisa hanya menggunakan teori-teori lama untuk
mengkajinya (Dugis, 2015). Airlangga School of Thought hadir untuk berkontribusi dalam
menganalisis dan menyelesaikan permasalahan global yang ada. Hubungan Internasional
Universitas Airlangga tidak hanya memandang Hubungan Internasional hanya sebagai ilmu
atau science, namun juga memandang Hubungan Internasional sebagai suatu fenomena yang
terjadi dalam kehidupan manusia sehari-hari. Hubungan Internasional Universitas Airlangga
menekankan perlunya global strategist agar dapat menyelesaikan permasalahan global
dengan baik. Global strategist sendiri berbeda dengan global analyst dimana global strategis
tidak hanya harus memiliki kemampuan analisis yang baik. Namun, global strategis juga
harus memiliki kemampuan komunikasi, kemampuan manajemen, serta kemampuan


SKOLASTIKA L.K./071411231051/WEEK 13
bernegosiasi dengan baik. Kemampuan-kemampuan tersebut merupakan paket kompleks
yang mencakup penguasaan bahasa-bahasa utama internasional beserta etika komunikasi
global, pengembangan kemampuan untuk mengambil keuntungan di dalam advantages
exchange, dan pengelolaan keputusan serta mekanisme pengambilan keputusan global yang
efektif dan efisien (Susilo, 2005).
Dari semua penjabaran di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa teori-teori yang ada harus
terus dikembangkan untuk menghadapi permasalahan-permasalahan yang akan datang. Hal
ini dikarenakan, kita tidak bisa hanya mengandalkan teori-teori lama untuk mengatasi
masalah-masalah baru yang akan muncul nantinya baik dalam lingkup nasional maupun
internasional terutama dalam era globalisasi ini. Sikap yang diperlukan untuk menghadapi
tantangan di masa depan yaitu, sikap ‘strategis’. Kita perlu menjadi seorang global strategist
yang juga perlu memiliki kemampuan berkomunikasi, manajemen, analisis, serta kemampuan
bernegosiasi dengan baik agar dapat menjawab tantangan-tantangan di era sekarang maupun
yang akan datang yang bukan hanya mengenai aspek ekonomi dan politik saja, tetapi seluruh
aspek kehidupan manusia.

Referensi :
Clark, Ian. 2001. “Globalization and The Post-Cold War Order”, dalam: John Baylis & Steve
Smith (eds.), The Globalization of World Politics, 2nd edition. Oxford, pp. 614-648.

Dugis, Vinsensio Marselino A., 2015. “Materi”, disampaikan pada: kuliah Teori Hubungan
Internasional. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga, Surabaya,
pada: 11 Juni 2015.
Linklater, Andrew. 2001. “Globalization and The Transformation of Political Community”,
dalam: John Baylis & Steve Smith (eds.), The Globalization of World Politics, 2nd
edition. Oxford, pp. 617-633.
Mubah, Ahmad Safril. 2015. Materi kuliah Pengantar Globalisasi. Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik, Universitas Airlangga, Surabaya. Kamis, 11 Juni 2015.
Weber, Cynthia. 2005. International Relations Theory, A Critical Introduction. Routledge.
Chap. 6 pp. 103-122.
Susilo, I. Basis et al., 2005. 2005-2020 Road Map Studi Hubungan Internasional Universitas
Airlanggga. Surabaya: Nologo Production.