Cyberbullying dalam Sudut Pandang Etika

BAB I
PENDAHULUAN

A.

LATAR BELAKANG

Pemanfaatan Teknologi Informasi, media, dan komunikasi telah mengubah baik
perilaku masyarakat maupun peradaban manusia secara global. Perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi telah pula menyebabkan hubungan dunia
menjadi tanpa batas (borderless) dan menyebabkan perubahan sosial, ekonomi,
dan budaya secara signifikan berlangsung demikian cepat. Teknologi Informasi
saat ini menjadi pedang bermata dua karena selain memberikan kontribusi bagi
peningkatan kesejahteraan, kemajuan, dan peradaban manusia, sekaligus menjadi
sarana efektif perbuatan melawan hukum.
Salah satu perkembangan teknologi yang sering digunakan dan dibutuhkan semua
kalangan masyarakat adalah komputer. Dengan computer seseorang dapat dengan
mudah

mempergunakannya,


tetapi

dengan

adanya

komputer

seseorang

menggunakannya dengan ada hal yang positif dan negatif.
Salah satu dampak negatih internet adalah muncul perilaku Cyberbullying.
Cyberbullying juga merupakan suatu topik penting yang perlu diperhatikan dan
perlu di diskusikan. Permasalahan ini merupakan salah satu masalah yang sangat
serius dan harus dipikirkan bagaimana cara mengatasi permasalahan ini.
Cyberbullying merupakan suatu aktivitas didunia maya menggunakan media
internet untuk mengejek, menyela dan mengeluarkan kata - kata yang tidak pantas
dan semena-semena terhadap seseorang. Biasanya penyerangan ejekan dari
beberapa orang atau kelompok terhadap seseorang. Media yang sering dijadikan
terjadinya cyberbullying yaitu facebook, youtube, dan twitter.

Menurut studi yang dilakukan oleh OnlineCollege.org, 1 dari 10 korban
cyberbullying melakukan tindakan bunuh diri . Salah satu bukti

1

nyatanya adalah kasus yang dialami oleh Amanda Todd yang melakukan bunuh
diri pada Oktober 2012 . Ia adalah gadis berusia 15 tahun
asal Vancouver yang sudah mengalami cyberbullying selama 3 tahun. Sebelum ia
melakukan bunuh diri, ia merekam video berdurasi 9 menit tentang dirinya sambil
memegang kertas bertuliskan “Saya tidak memiliki siapapun. Saya membutuhkan
seseorang.”. Berita ini sempat menjadi bahan pembicaraan bahkan trending topics
di twitter.
B.

TUJUAN PENULISAN
1. Menjelaskan tentang definisi Cyberbullying
2. Menjelaskan faktor yang mendorong Cyberbullying
3. Menjelaskan tentang aspek hukum Cyberbullying

C.


METODE PENULISAN
Metode penulisan yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah

metode pengumpulan data dengan cara mempelajari dari sumber-sumber
yang berhubungan dengan judul dan permasalahan yang dibahas dalam
penulisan makalah ini.

2

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Cyber Ethics
Berikut ini adalah beberapa definisi Cyber ethics :


Cyber ethics merupakan suatu aturan tak tertulis yang dikenal di dunia IT.

Suatu nilai-nilai yang disepakati bersama untuk dipatuhi dalam interaksi antar

pengguna teknologi khususnya teknologi informasi.


Microsoft memberikan pengertian "Cyberethics is the philosophic study

of ethics pertaining to computer networks, encompassing user behavior and what
networked computers are programmed to do, and how this affects individuals and
society" Jadi cyberethics adalah studi etika filosofis yang berkaitan dengan
jaringan komputer, mencakup perilaku pengguna dan apa yang dilakukan oleh
komputer yang terprogram dan saling terhubung, dan bagaimana hal ini
mempengaruhi individu dan masyarakat


Ikeepsafe.org memberikan pengertian “Cyber-ethics is the discipline of

using appropriate and ethical behaviors and acknowledging moral duties and
obligations pertaining to online environments and digital media". Menurut
pengertian ini, cyber-ethics adalah disiplin dalam menggunakan perilaku yang
tepat dan etis dan mengakui kewajiban moral dan kewajiban yang berkaitan
dengan lingkungan secara online dan media digital

Kebutuhan akan cyberethics dan kegunaannya
Hadirnya internet dalam kehidupan manusia telah membentuk komunitas
masyarakat tersendiri. Surat menyurat yang dulu dilakukan secara tradisional
(merpati pos atau kantor pos) sekarang bisa dilakukan hanya dengan duduk dan
mengetik

surat

tersebut

di
3

depan

computer.

Beberapa alasan mengenai pentingnya etika dalam dunia maya adalah sebagai
berikut:



Bahwa pengguna internet berasal dari berbagai negara yang mungkin

memiliki budaya, bahasa dan adat istiadat yang berbeda-beda.


Pengguna internet merupakan orang-orang yang hidup dalam dunia

anonymouse, yang tidak mengharuskan pernyataan identitas asli dalam
berinteraksi.


Berbagai macam fasilitas yang diberikan dalam internet memungkinkan

seseorang untuk bertindak etis seperti misalnya ada juga penghuni yang suka
iseng dengan melakukan hal-hal yang tidak seharusnya dilakukan.


Harus diperhatikan bahwa pengguna internet akan selalu bertambah setiap


saat dan memungkinkan masuknya “penghuni” baru didunia maya tersebut.

B. Definisi Cybercrime
Cybercrime adalah tindakan pidana kriminal yang dilakukan pada
teknologi internet (cyberspace), baik yang menyerang fasilitas umum di dalam
cyberspace ataupun kepemilikan pribadi. Secara teknik tindak pidana tersebut
dapat dibedakan menjadi off-line crime, semi on-line crime, dan cybercrime.
Masing-masing memiliki karakteristik tersendiri, namun perbedaan utama antara
ketiganya adalah keterhubungan dengan jaringan informasi publik (internet).
Cybercrime dapat didefinisikan sebagai perbuatan melawan hukum yang
dilakukan dengan menggunakan internet yang berbasis pada kecanggihan
teknologi komputer dan telekomunikasi.
The Prevention of Crime and The Treatment of Offlenderes di Havana, Cuba pada
tahun 1999 dan di Wina, Austria tahun 2000, menyebutkan ada 2 istilah yang
dikenal:
1.

Cybercrime dalam arti sempit disebut computer crime, yaitu prilaku ilegal/

melanggar yang secara langsung menyerang sistem keamanan komputer dan/atau

data yang diproses oleh komputer.

4

2.

Cybercrime dalam arti luas disebut computer related crime, yaitu prilaku

ilegal/ melanggar yang berkaitan dengan sistem komputer atau jaringan.

C. Definisi Cyberbullying
Bullying dapat didefinisikan sebagai aktivitas berulang (the activity of
repeated), perilaku agresif (aggressive behavior) dimaksudkan untuk menyakiti
(to hurt ) orang lain, secara fisik maupun mental (physically or mentally).
Bullying juga ditandai dengan perilaku individu dengan cara tertentu untuk
menguasai orang lain (gain power over another person).
(Besag, V. E. (1989) Bullies and Victims in Schools. Milton Keynes, England:
Open University Press)
Bullying menggunakan kekerasan (force) atau paksaan (coercion) untuk
menyalahgunakan (abuse) atau mengintimidasi (intimidate) orang lain. Hal ini

dapat mencakup pelecehan verbal (verbal harassment) atau ancaman (threat),
serangan fisik atau paksaan (physical assault or coercion) dan dapat diarahkan
berulang kali (repeatedly towards) kepada korban tertentu, mungkin atas dasar ras,
agama, gender, seksualitas, atau kemampuan (ability). Jika bullying dilakukan
oleh sebuah kelompok, itu disebut mobbing. Korban bullying kadang-kadang
disebut sebagai “target“.
Cyberbullying dalam pemahaman hukum (menurut definitions.uslegal.com)
adalah :


Aktivitas menggunakan teknologi informasi dan komunikasi secara

disengaja, berulang, mengandung permusuhan yang dilakukan oleh individu atau
kelompok dengan tujuan untuk melukai orang lain (kelompok atau indvidu).


Penggunaan teknologi komunikasi untuk tujuan merugikan orang lain




Penggunaan layanan internet dan teknologi mobile seperti halaman web,

grup diskusi serta instant messaging atau SMS (atau email) dengan maksud
merugikan orang lain
5



“Proses menggunakan internet, ponsel atau perangkat lain untuk

mengirim atau mengirim teks atau gambar yang dimaksudkan untuk menyakiti
atau mempermalukan orang lain”. (The National Crime Prevention Council)

Kasus pelanggaran Cyber ethics yang pernah terjadi, diantaranya adalah
Cyberbulying, contoh kasus diantaranya adalah :
Contoh kasus 1 :
Jakarta – Cyberbullying yang terjadi adalah intimidasi atau pelecehan melalui
internet atau ponsel. Korban akan dihina atau diancam melalui pesan singkat atau
situs jejaring sosial. Hal tersebut dilakukan agar korban merasa dalam bahaya.
Kasus cyberbullying ini contoh nyatanya terjadi pada putra aktris Ayu Azhari.

Pada akhir Oktober 2010, Ayu mengungkapkan putra sulungnya mendapat
ancaman melalui internet dari seorang anak pejabat militer melalui Facebook. Tak
hanya mengancam, si anak pejabat militer itu juga menghina Ayu.
Cyberbullying ini tentu saja tidak hanya terjadi pada anak Ayu. Ada anak-anak
lainnya yang bisa jadi korban kejahatan ini.
Contoh kasus 2 :

Megan Taylor Meier, Perempuan yang tinggal di Missouri, Amerika Serikat ini
mengakhiri hidupnya dengan cara tragis, yakni bunuh diri dengan gantung diri
beberapa minggu sebelum hari ulang tahunnya. Setelah diselidiki, polisi
menemukan bukti bahwa Megan stres setelah mengalami cyber bullying lewat
social media oleh temannya.Phoebe Prince, Perempuan cantik yang baru pindah
dari Irlandia ke Massachusetts, Amerika Serikat ini juga adalah contoh sisi kelam
social media. Kisah kematian perempuan cantik berusia 15 tahun diduga juga
karena dibully oleh temannya. Amanda Todd, Remaja 15 tahun memposting video
6

YouTube tentang tindakan bully yang dialaminya sebelum ia ditemukan tewas di
rumahnya, Kanada. Ia telah menerima perlakukan cyber bullying (pelecehan di
dunia maya) selama 3 tahun. Oleh karena itu kasus seperti cyberbullying ini tidak
boleh dianggap remeh karena banyak sekali korban yang terlah direngut
nyawanya, alangkah lebih baiknya penggunaan kata-kata terhadap seorang harus
lebih diperhatikan dan lebih dipilih agar tidak menimbulkan keresahan terhadap
pihak lain.
Sumber

http://komunikasi.us/index.php/course/15-komunikasi-teknologi-dan-

masyarakat/2649-hubungan-etika-dengan-lingkup-media

D. Jenis-jenis cyberbullying
Jenis-jenis cyberbullying bermacam-macam, diantaranya :.
 Flaming bersifat frontal dan bersifat memaki-maki secara langsung.
 Harassment berupa pengiriman pesan secara berulang-ulang dan ditujukan
untuk mengganggu.
 Cyberbullying secara Denigration adalah perusakan nama baik dan
reputasi seseorang.
 Impersonation adalah membuat diri kita seolah-olah adalah orang lain, dan
menyalahgunakan nama orang tersebut. Biasanya ini digunakan untuk
mengirim dan menampilkan kata-kata atau hal-hal yang buruk agar seolaholah orang yang digunakan namanya tersebut yang berbuat salah.
 Outing dan Trickery sama-sama menyebarkan rahasia orang. Bedanya,
Trickery didahului dengan menipu seseorang untuk memperoleh rahasia
orang tersebut, lalu menyebarkannya.
 Exclusion dilakukan dengan cara mengeluarkan orang dari suatu kelompok
online, memojokkan, dan menjauhkan.
 Cyberstalking adalah mengganggu, mencemarkan nama baik orang secara
intens sehingga menimbulkan ketakutan besar bagi korban. Cyberstalking

7

dilakukan

orang

dewasa

untuk

kepentingan

tertentu

dan

dapat

dikategorikan sebagai kriminalitas.
E. Faktor Pendorong cyberbullying
Menurut Education.com, terdapat 4 faktor yang mendorong melakukan cyberbullying,
diantaranya
-

:

Perasaan mendapat popularitas ketika melakukan cyberbullying. Para pelaku

cyberbullying ingin menunjukan kekuatan yang mereka miliki lebih dari temantemannya,
-

tentunya

tanpa

keraguan

untuk

menyakiti

orang

lain.

Terkadang, para pelaku cyberbullying ini hanya ingin membalas kejahatan-kejahatan

yang dilakukan oleh teman lama mereka melalui sosial media. 61% remaja melakukan
cyberbullying
-

berlandaskan

faktor

tersebut.

Remaja yang kecanduan internet memiliki peluang yang lebih besar untuk melakukan

cyberbullying.
-

Mempunyai sarana penggunaan internet secara personal juga menimbulkan peluang

yang besar untuk melakukan cyberbullying.

Trolling juga bias menjadi faktor yang mendorong melakukan cyberbullying .
Trolling yaitu perilaku yang sering terjadi di forum online dan halaman
Facebook dengan memberikan komentar terus-menerus (bombardir
komentar)

yang

berisi

penghinaan,

provokasi

atau

ancaman.

F. Aspek Hukum Cyberbullying
Pasal-pasal KUHP yang relevan dalam mengatur delik cyber bullying ini adalah
yang tercantum dalam Bab XVI mengenai Penghinaan, khususnya Pasal 310 ayat
(1) dan (2). Pasal 310 ayat (1) menyatakan bahwa “Barangsiapa dengan sengaja
menyerang kehormatan atau nama baik seseorang dengan menuduhkan sesuatu
hal, yang maksudnya terang supaya hal itu diketahui umum, diancam karena
pencemaran, dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana
denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.”
8

Sedangkan Pasal 310 ayat (2) menyatakan bahwa “Jika hal itu dilakukan dengan
tulisan atau gambaran yang disiarkan, dipertunjukan atau ditempelkan di muka
umum, maka diancam karena pencemaran tertulis dengan pidana penjara paling
lama satu tahun empat bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima
ratus rupiah. Dari kedua pasal tersebut, maka Pasal 310 ayat (2) dinilai lebih
cocok untuk menuntut para pelaku cyber bullying. Namun memang disini tidak
ditegaskan

mengenai

apa

yang

dimaksud

dengan

“muka

umum.”

Pertanyaan mengenai apakah dunia maya termasuk dalam kategori “muka umum”
sudah dijawab dalam Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 50/PUU-VI/2008,
dimana Mahkamah berpendapat bahwa “Penghinaan yang diatur dalam KUHP
(penghinaan off line) tidak dapat menjangkau delik penghinaan dan pencemaran
nama baik yang dilakukan di dunia siber (penghinaan on line) karena ada unsur
”di muka umum”. Mahkamah juga menambahkan bahwa “memasukkan dunia
maya ke dalam pengertian “diketahui umum”, “di muka umum”, dan “disiarkan”
sebagaimana dalam KUHP, secara harfiah kurang memadai, sehingga diperlukan
rumusan khusus yang bersifat ekstensif yaitu kata “mendistribusikan” dan/atau
“mentransmisikan” dan/atau “membuat dapat diakses”.
Pada dasarnya, KUHP memang dibentuk jauh sebelum perkembangan teknologi
dunia maya dicetuskan. Maka, dalam rangka mengakomodasi pengaturan
mengenai dunia maya dan segala hal yang berkaitan dengannya, dibentuklah
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik. Dalam undang-undang ini, terdapat pasal-pasal yang lebih sesuai
untuk menjerat para pelaku cyber bullying. Undang-undang ini menerapkan
larangan dan sanksi pidana antara lain bagi: Setiap Orang dengan sengaja dan
tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat
diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki
muatan yang melanggar kesusilaan (Pasal 27 ayat 1), muatan penghinaan dan/atau
pencemaran nama baik (Pasal 27 ayat 3), muatan pemerasan dan/atau
pengancaman

(Pasal

27

9

ayat

4);

Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang
ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan/atau
kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras, dan
antargolongan (SARA), (Pasal 28 ayat 2); Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa
hak mengirimkan Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang berisi
ancaman kekerasan atau menakut-nakuti yang ditujukan secara pribadi (Pasal 29)
Ancaman bagi pelaku tindak pidana diatas dapat dikenakan hukuman 6-12 tahun
penjara dan denda satu-dua miliar rupiah.

G. Dampak Cyberbullying
Cyber bullying juga merupakan perilaku anti-sosial yang melecehkan
ataupun merendahkan seseorang, kebanyakan menimpa anak-anak dan remaja,
baik yang dilakukan secara online atau melalui telepon seluler. Cyber bullying
memanfaatkan pesan SMS, email, instant messaging (IM), blog, situs jejaring
sosial,

atau

halaman

web

untuk

mengganggu,

mempermalukan

dan

mengintimidasi anak. Bentuknya bermacam-macam, seperti menyebarkan isu-isu
palsu, memposting fotofoto memalukan, pelecehan seksual, ancaman hingga
tindakan yang berbuntut pemerasan. Beberapa kasus di luar negeri, korban dari
cyber bullying ini banyak yang akhirnya bunuh diri.
Kekerasan yang dialami anak atau remaja dan dilakukan teman sepantaran
melalui media cyberatau internet cyberbullying sering kali depresi, merasa
terisolasi, diperlakukan tidak manusiawi, dan tak berdaya ketika diserang,selain
itu kekerasan dunia maya ternyata lebih menyakitkan jika dibandingkan dengan
kekerasan secara fisik
Cyber bullying yang berkepanjangan bisa mematikan rasa percaya diri
anak, membuat anak menjadi murung, khawatir, selalu merasa bersalah atau gagal
karena tidak mampu mengatasi sendiri gangguan yang menimpanya. Bahkan ada
pula korban cyber bullying yang berpikir untuk mengakhiri hidupnya karena tak
tahan lagi diganggu. Remaja korban cyber bullying akan mengalami stress yang
bisa memicunya melakukan tindakan-tindakan rawan masalah seperti mencontek,

10

membolos, lari dari rumah, dan bahkan minum minuman keras atau menggunakan
narkoba.
Tanda-tanda seseorang korban cyber bullying
1.

Emosi seseorang menjadi berubah drastis seperti marah atau sedih yang
berlebihan setelah menggunakan ponsel atau ber-internet.

2.

Seseorang menarik diri dari teman-teman atau kegiatan yang biasa mereka
jalankan.

3.

Nilai sekolah turun, atau merasa tidak puas dengan sekolah atau kelas
tertentu.

4.

Menunjukkan tanda-tanda depresi yang tidak biasa.

5.
Merespon Cyber Bullying
1.

Simpan atau cetak bukti-bukti cyber bullying.

2.

Identifikasi pelaku cyber bullying.

3.

Ajukan keluhan kepada provider internet atau operator ponsel.

4.

Mintalah pelaku cyber bullying untuk menghentikan aksinya.

5.

Hubungi orang tua pelaku cyber bullying. Ceritakan dengan jelas apa yang
telah terjadi. Tunjukkan bukti-bukti, dan kalau perlu beri peringatan bahwa
Anda akan mengambil langkah hukum jika tidak aksi cyber bullying tersebut
tidak dihentikan.

6.

Hubungi pihak sekolah anak Anda jika cyber bullying terjadi di sekolah,
seperti guru dan kepala sekolah, sehingga dapat diambil langkah protektif
untuk menghentikan tindakan cyber bullying tersebut.

7.

Jika cyber bullying sudah mengarah ke tindak kekerasan, pemerasan atau
seksual, segera hubungi pihak kepolisian.

H. Pencegahan Cyberbullying

11

Berikut adalah beberapa upaya pencegahan cyberbullying :


Berusaha untuk selalu mencermati dan mempelajari jenis jejaring sosial

yang akan anda gunakan.


Pikirkan secara matang mengenai wujud pemikiran yang akan anda

tuangkan dalam jejaring sosial. Hindari segala bentuk penghinaan, pemojokan,
pengejekan dan/atau diskriminasi terhadap pihak-pihak tertentu; khususnya
terhadap orang-orang di sekitar anda seperti teman, rekan, atasan atau bahkan
orang yang tidak anda kenal namun masih berada dalam lingkungan kehidupan
anda.


Hindari pula segala pernyataan yang bersifat provokatif dan sensitif

(seperti SARA), mengingat masyarakat Indonesia sangat beragam.


Jika tidak diperlukan, hindari mencantumkan data pribadi seperti nama

lengkap, alamat lengkap dan nomor telepon karena dapat lebih membuka akses
yang lebih luas bagi pelaku cyber bullying.


Hindari memasang foto pribadi yang bersifat seronok karena dapat

menjadi sasaran manipulasi foto dan objek penghinaan dan cemooh bagi para
cyber bullying.


Bagi orang tua, awasi dengan cermat dan seksama penggunaan internet,

khususnya jejaring sosial oleh anak-anak, meskipun mereka telah beranjak
dewasa.


Jangan terpancing untuk melakukan hal-hal yang terkait dengan cyber

bullying,

meskipun

atas

ajakan

teman

sehingga

persengkongkolan untuk memojokan seseorang.


Laporkan segala bentuk indikasi awal cyber bullying.

BAB III

12

akan

melahirkan

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Sebagai manusia yang beradab, dalam menyikapi dan menggunakan teknologi ini,
mestinya kita dapat memilah mana yang baik, benar dan bermanfaat bagi sesama,
kemudian mengambilnya sebagai penyambung mata rantai kebaikan terhadap
sesama, kita juga mesti pandai melihat mana yang buruk dan merugikan bagi
orang lain untuk selanjutnya kita menghindari atau memberantasnya jika hal itu
ada di hadapan kita. Kita juga harus menghindari sikap pelanggaran cyber etich.
Cyberbullying adalah “Proses menggunakan internet, ponsel atau perangkat lain
untuk mengirim atau mengirim teks atau gambar yang dimaksudkan untuk
menyakiti atau mempermalukan orang lain”. (The National Crime Prevention
Council)
Untuk cyberbullying sendiri memang belum diatur dalam hukum di Indonesia.
Namun terdapat pasal – pasal dalam KUHP yang mungkin relevan dengan
cyberbullying. Pasal-pasal KUHP yang relevan dalam mengatur delik cyber
bullying ini adalah yang tercantum dalam Bab XVI mengenai Penghinaan,
khususnya Pasal 310 ayat (1) dan (2).

B.

SARAN

Demikian makalah ini kami susun dengan usaha yang maksimal dari tim kami,
kami mengharapkan yang terbaik bagi kami dalam penyusunan makalah ini
maupun bagi para pembaca semoga dapat mengambil manfaat dengan
bertambahnya wawasan dan pengetahuan baru setelah membaca tulisan yang ada
pada makalah ini. Namun demikian, sebagai manusia biasa kami menyadari

13

keterbatasan kami dalam segala hal termasuk dalam penyusunan makalah ini,
maka dari itu kami mengharapkan kritik atau saran yang membangun kami.
Cyberbullying adalah bentuk pelanggaran yang mestinya kita hindari atau kita
berantas keberadaannya. Dengan makalah ini, kami berusaha untuk memberikan
informasi tentang Cyberbullying. Kami berharap kita semua menjadi pengguna
media informasi yang bijak dan sesuai aturan tanpa melakukan pelanggaran
apapun.

DAFTAR PUSTAKA
14

Besag, V. E. (1989) Bullies and Victims in Schools. Milton Keynes, England:
Open University Press
http://www.microsoft.com/security/online-privacy/cyberethics-practice.aspx
http://www.ikeepsafe.org/educators/more/c3-matrix/cyber-ethics/
http://tiketikaprofesi.blogspot.com/2012/11/pengertian-etika-dan-cyberethics.html
http://teknologi.kompasiana.com/internet/2013/01/25/cyberbullying-dancyberstalking-dalam-pemahaman-sederhana--522828.html
http://hukum.kompasiana.com/2013/01/21/aspek-hukum-dan-pencegahan-cyberbullying-527409.html
http://aliast-tech.weebly.com/artikel.html

15